Kebutuhan Istirahat Tidur [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN



1.1



Latar belakang



Manusia makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna dan unik, mempunyai beberapa kebutuhan dasar yang harus terpenuhi jika ingin dalam keadaan sehat dan seimbang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis, yang bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan. Agar fisiologis dan psikologis kebutuhan dasar manusia seimbang. Kebutuhan fisiologis istirahat dan tidur berada di urutan ke empat kebutuhan sesudah terpenuhinya kebutuhan oksigenisasi, makan dan minum, eleminiasi, isirahat dan tidur, seks. Menurut A. maslow. Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang mutlak harus dipenuhi oleh semua orang. Dengan istirahat dan tidur yang cukup, tubuh baru dapat berfungsi secara optimal. Istirahat dan tidur sendiri memiliki makna yang berbeda pada setiap individu. Secara umum, istirahat berarti suatu keadaan tenang, rileks, santai, tanpa tekanan emosional, dan bebas dari perasaan gelisah. Setiap orang membutuhkan istirahat dan tidur agar dapat mempertahankan status kesehatan pada tingkat yang optimal. Selain itu proses tidur dapat memperbaiki berbagai sel dalam tubuh. Pemenuhan istirahat dan tidur sangat diperlukan terutama bagi orang yang sedang sakit agar lebih cepat memperbaiki kerusakan pada sel. Apabila kebutuhan istirahat dan tidur cukup, maka jumlah energi yang diharapkan untuk memulihkan status kesehatan dan mempertahankan kegiatan dalam kehidupan sehari-hari terpenuhi. Selain itu orang yang mengalami kelelahan juga membutuhkan istirahat dan tidur lebih dari biasanya. Ketika orang beristirahat, biasanya mereka merasa relaks secara mental, bebas dari kecemasan dan tenang secara fisik. Istirahat tidak berarti tanpa aktivitas, meskipun setiap orang sering berpikir tentang hal itu seperti duduk di kursi yang nyaman atau berbaring di tempat tidur. Ketika orang beristirahat mereka berada pada aktivitas mental dan fisik yang menyegarkan, mereka kembali bergairah dan siap untuk menyelesaikan aktivitas hari itu. Setiap orang memiliki kebiasaan mereka sendiri untuk memperoleh istirahat dan menemukan caracara untuk menyesuaikan sebaik mungkin dengan lingkungan yang baru atau kondisi yang mempengaruhi kondisi istirahat. Tidur adalah suatu keadaan yang berulang-ulang, perubahan status kesadaran yang terjadi selama periode tertentu. Jika orang memperoleh tidur yang cukup, mereka merasa tenaganya telah pulih kembali. Beberapa ahli tidur yakin bahwaperasaan tenaga yang pulih ini menunjukkan bahwa tidur memberikan waktu untuk perbaikan dan penyambuhan sistem tubuh untuk periode keterjagaan yang berikutnya. ( ns. Kastian ne wayan 2016)



1.2 Rumusan masalah 1.2.1 Tujuan umum Memenuhi tugas kebutuhan dasar manusia, dalam pembelajaran pemenuhan fisiologis konsep dasar manusia istirahat dan tidur. 1.2.2 Tujuan khusus Setelah presentasi dan bersama memberikan sumbangan waktu dan pikiran tentang asuhan keperawatan dan menyusun makalah ini, maka diharapkan kelompok dan pembaca mampu: a. b. c. d. e.



Mengetahui fisiologi, tahapan dan siklus tidur Mengetahui factor- factor yang mempengaruhi tidur secara normal. Mengetahui mengetahui irama sirkadian Mengetahui masalah umum pada ganguuan tidur Mengetahui askep klien dengan gangguaan kebutuhan isirhata dan tidur



1.2.3 Manfaat Manfaat dari penulisan ini adalah sebagai pemenuhan tugas kebutuhan dasar manusia, dimana semua diharapkan saling berdiskusi dan berbagi pengalaman dalam hal konsep dan prinsip kebutuhan istirahat dan tidur, baik dari segi konsep dan askep. a. Mengetahui fisiologi, tahapan dan siklus tidur b. Mengetahui factor- factor yang mempengaruhi tidur secara normal. c. Mengetahui irama sirkadian d. Mengetahui masalah umum pada ganguuan tidur e. Mengetahui askep klien dengan gangguaan kebutuhan isirhata dan tidur



BAB II



A. Pengertian Istirahat tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang mutlak harus dipenuhi. Apabila istirahat dan tidur cukup, maka tubuh dapat berfungsi secara optimal. Istirahat dan tidur sendiri mempunyai arti yang berbeda pada setiap orang. Secara umum, istirahat berarti suatu keadaan tenang, rileks, tanpa tekanan emosional, dan bebas dari perasaan gelisah. Jadi, beristirahat bukan berarti tidak melakukan aktivitas sama sekali, duduk santai di kursi atau berbaring di atas tempat tidur juga bisa disebut istirahat. Terkadang, berjalan-jalan di taman juga bisa dikatakan sebagai suatu bentuk istirahat (perry & potter,2011). Ada enam kondisi seseorang dapat beristirahat Menurut Narrow (1645-1967):      



Merasa segala sesuatu berjalan normal Merasa diterima Merasa diri mengerti apa yang sedang berlangsung Bebas dari perlukaan dan ketidaknyamanan Merasa puas telah melakukan aktifitas-aktifitas yang berguna Mengetahui bahwa mereka akan memperoleh pertolongan bila membutuhkannya.



Sedangkan tidur merupakan suatu kondisi perubahan kesadaran dimana persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun. Tidur digambarkan dengan aktifitas fisik yang minimal, perubahan proses fisiologis tubuh, tingkat kesadaran yang bervariasi, dan adanya penurunan respons terhadap stimulus eksternal. Hampir sepertiga waktu hidup kita, digunakan untuk tidur. Hal tersebut didasarkan pada keyakinan bahwa tidur dapat memulihkan atau mengistirahatkan fisik setelah seharian beraktivitas, mengurangi stress dan kecemasan, serta dapat meningkatkan kemampuan dan konsenterasi saat hendak melakukan aktivitas sehari-hari (perry & potter, 2011). 1. Fisiologi, Tahapan dan Siklus Tidur 1.1 Fisiologi tidur Aktivitas tidur diatur dan dikontrol oleh dua system pada batang otak, yaitu Reticular Activating System (RAS) dan Bulbar Synchronizing Region (BSR). System Reticular Activating yang terdapat pada bagian atas batang otak yang memiliki sel-sel yang mampu menjaga kewaspadaan dan kesadaran, serta menyampaikan Stimulus visual, pendengaran,nyeri,dan sensori raba;begitu pula emosi dan proses berfikir. Dalam keadaan sadar, RAS melepaskan katekolamin, sedangkan saat tidur terjadi pelepasan serum serotonin dari BSR. (Hidayat, 2008).



Tidur ditandai dengan: Aktivitas fisik, minimal ·         Perubahan-perubahan fisiologis tubuh dan ·         Penurunan respon terhadap rangsangan eksternal Meskipun tujuan dari tidur sebenarnya tidak jelas, namun diyakini bahwa tidur diperlukan untuk memelihara kesehatan dan menjaga keseimbangan mental emosional. Apabila kekurangan tidur akan mengakibatkan kondisi yang dapat merusak orang yang mengalaminya. Fungsi dan tujuan dari tidur belum diketahui secara gamblang. Tidur dianggap bermanfaat untuk menngatur keseimbangan mental, emosional, dan kesehatan. Terkecuali hal tersebut, stres pada paru, sistem kardiovaskuler, endokrin, dan lain-lainnya juga menunjukkan penurunan aktivitasnya. Adapun energi yang tersimpan saat tidur ditujukan untuk fungsi-fungsi seluler yang penting. Secara umum terdapat dua efek fisiologis tidur, pertama efek pada sistem saraf yang dipeerkirakan dapat memulihkan kepekaan normal dan keseimbangan di antara berbagai susunan saraf. Kedua, efek pada struktur tubuh dengan mengembalikan kesegaran dan fungsi dari organ dalam tubuh, mengingat terjadinya penurunan aktivitas organ-organ tubuh tersebut selama tidur. 1.1.1 Jenis-jenis Tidur Berdasarkan proses tidur terdapat dua jenis tidur, yaitu: a. Tidur NREM Terjadinya penurunan aktivitas sistem pengaktivasi retikularis disebut juga dengan tidur gelombang lambat karena gelombang otaknya sangat lambat,atau disebut tidur NREM. 1. Tidur gelombang lambat (Slow wave sleep) Jenis tidur ini dkatakan juga tidur yang dalam.Isrirahat penuh, dengan gelombang otak yang lebih lambat, tidur nyenyak. Ciri-ciri tidur nyenyak adalah enyegarkan, tanpa mimpi atau tidur dengan gelombang delta. Ciri lainnya berada dalam keadaan istirahat penuh, tekanan darah menurun, frekuensi napas menurun, pergerakan bola mata melambat, mimpi berkurang, metabolisme turun. Perubahan yang terjadi saat proses NREM akan tampak pada elektroensefalografi yang memperlihatkan gelombang otak berada pada setiap tahap tidur NREM, yaitu: Jenis-jenis gelombang : 1). Gelombang Alfa Pada saat mata tertutup dan relaks, maka gelombang Alfa akan muncul, dan akan menghilang sesaat kita membuka mata. 2). Gelombang Beta



Adalah gelombang dominan pada keadaan terjaga, terutama bila mata terbuka. Pada keadaan tidur REM juga muncul gelombang Beta. 3). Gelombang Teta, Pada kondisi normal orang dewasa gelombang teta akan muncul pada keadaan tidur (stadium 1, 2, 3, 4). 4). Gelombang Delta, Pada kondisi normal orang dewasa gelombang Delta akan muncul pada keadaan tidur (stadium 2, 3, 4) 2. Tahapan tidur jenis NREM 1). Tahap I Tahap ini adalah tahap transisi antara bangun dan tidur dengan ciri sebagai berikut: rileks, masih sadar dengan lingkungan, merasa mengantuk, bola mata bergerak dari samping ke samping, frekuensi Nadi dan frekuensi napas mengalami sedikit penurunan, individu dapat bangun segera selama tahap ini berlangsung selama 5 menit. 2). Tahap II Tahap ini adalah tahap yang disebut tidur ringan dimana proses tubuh terus menurun,adapun cirinya sebagai berikut: mata pada umumnya menetap, denyut jantung dan frekuensi napas menurun. Temperatur tubuh menurun, metabolisme menurun, berlangsung pendek dan berakhir 10-15 menit 3). Tahap III Tahap ini merupakan tahap tidur dengan ciri denyut nadi dan frekuensi napas dan proses tubuh lainnya lambat, disebabkan adanya dominasi sistem saraf parasimpatis sulit untuk bangun. 4). Tahap IV Tahap ini merupakan tahap tidur dalam dengan ciri kecepatan jantung dan pernapasan turun, jarang bergerak, dan sulit dibangunkan, gerak bola mata cepat, sekresi lambung menurun, dan tonus otot menurun. b. Tidur paradoks /tidur REM (rapid eye movement) Adapun klasifikasi dari tidur yang dikarenakan oleh penyaluran isyaratisyarat abnormal dari otak meskipun kegiatan otak tidak tertekan disebut dengan jenis tidur paradoks atau tidur REM (rapid eye moverment). Jenis tidur seperti ini dapat berlangsung pada tidur malam yang terjadi dalam 5- 20 menit, rata-rata timbul 90 menit. Periode pertama terjadi 80-100 menit, tetapi apabila dalam kondisi sangat lelah maka awal tidur sangat cepat bahkan jenis tidur ini tidak ada. Ciri tidur REM adalah sebagai berikut: a). Biasanya disertai dengan mimpi aktif. b). Lebih sulit dibangunkan daripada selama tidur nyenyak



c). Tonus otot pada saat tidur nyenyak sangat tertekan, hal ini menunjukkan inhibisi kuat proyeksi spinal atas sistem pengaktivasi retikularis. d). Frekuensi jantung dan pernapasan menjadi tidak teratur e). Pada otot - otot perifer terdapat beberapa gerakan otot yang tidak teratur. f). Kondisi Mata cepat terbuka dan tertutup, nadi cepat dan tidak teratur, tekanan darah meningkat atau berfluktuasi, sekresi gaster meningkat, dan metabolisme meningkat. Tidur sangat penting untuk keseimbangan emosi, mental, juga berperan pada saat belajar, memori, dan adaptasi. 3. Siklus Tidur Siklus NREM dan REM dalam Tidur



Siklus NREM dan REM saat tidur Pada saat tidur, individu biasanya melewati setidaknya 3 tahapan NREM sebelum masuk ke fase REM. Siklus antara dua fase ini akan terus berulang selama tidur, yang masing-masingya membutuhkan waktu antara 1 – 2 jam. Dimana siklus ini dapat terjadi sekitar 3 - 4 kali dalam satu malam. 4. Fungsi dan tujuan tidur Fungsi dan tujuan masih belum diketahui secara jelas. Namun tidur dikatakan bermanfaat untuk menjaga keseimbangan mental, emosional, dan kesehatan. Begitu pula dengan stres pada paru, sistem kardiovaskuler, endokrin, dan lain-lainnya juga menurun aktivitasnya. Energi yang terakumulasi saat tidur ditujukan untuk fungsi-fungsi seluler yang penting. Secara umum terdapat dua efek fisiologis tidur, yaitu: 1.



Efek pada sistem saraf



2.



Efek pada system saraf yang dipeerkirakan dapat memulihkan kepekaan normal dan keseimbangan di antara berbagai susunan saraf. Efek pada struktur tubuh Efek yang terjadi pada struktur tubuh dengan mengembalikan kesegaran dan fungsi organ dalam tubuh, mengingat terjadinya penurunan aktivitas organ¬organ tubuh tersebut selama tidur.



B. Faktor yang mempengaruhi kuantitas dan kualitas tidur Faktor - faktor yang mempengaruhi tidur baik kualitas maupun kuantitas,di antaranya adalah penyakit, lingkungan, kelelahan, gaya hidup, stress emosional, stimulan dan alkohol, diet, merokok, dan motivasi. 1.



2.



3.



4.



Penyakit Penyakit dapat menimbulkan nyeri atau distress fisik yang bisa menyebabkan gangguan tidur. Pada saat sakit individu memerlukankan waktu tidur yang lebih banyak daripada biasanya.di samping itu, siklus bangun-tidur selama sakit juga dapat mengalami gangguan. Lingkungan Faktor lingkungan dapat membantu sekaligus menghambat proses tidur. Tidak adanya rangsangan tertentu atau adanya rangsangan yang asing dapat menghambat upaya tidur. Sebagai contoh, temperatur yang tidak nyaman atau ventilasi yang buruk dapat mempengaruhi tidur seseorang. Akan tetapi, seiring waktu individu bisa beradaptasi dan tidak lagi terpengaruh dengan kondisi tersebut. Kelelahan Kondisi tubuh yang lelah dapat mempengaruhi pola tidur seseorang. Semakin lelah kondisi seseorang, akan semakin pendek siklus tidur REM yang dialaminya. Setelah beristirahat biasanya siklus REM akan kembali memanjang. Gaya hidup Individu yang jam kerjanya tidak teratur harus mengatur aktivitasnya agar bisa tidur pada waktu yang tepat.



5.



Stress emosional Ansietas dan depresi sering kali mengganggu tidur seseorang. kondisi ansietas dapat meningkatkan kadar norepinfrin darah melalui stimulasi system saraf simapatis. Kondisi ini menyebabkan berkurangnya siklus tidur NREM tahap IV dan tidur REM serta seringnya terjaga saat tidur.



6.



Stimulant dan alcohol Kafein dalam beberapa minuman bisa menstimulasi SSP sehingga mengganggu pola tidur. Sedangkan mengkonsumsi alkohol berlebihan dapat mengganggu siklus tidur REM. Pada saat pengaruh alkohol telah hilang, individu sering kali mengalami mimpi buruk.



7.



Diet



Berat badan yang menurun sering dikaitkan dengan penurunan waktu tidur dan seringnya terjaga di malam hari. Sedangkan penambahan berat badan dikaitkan dengan meningkatnya total tidur dan sedikitnya periode terjaga di malam hari. 8. Merokok Nikotin yang ada pada rokok memiliki efek stimulasi pada tubuh. Mengakibatkan, perokok sering kesulitan untuk tidur dan mudah terbangun di malam hari. 9. Medikasi Obat-obatan tertentu dapat mempengaruhi kualitas tidur seseorang. Golongan Hipnotik dapat merancu tahap III dan IV tidur NREM, metabloker dapat menyebabkan insomnia dan mimpi buruk, sedangkan narkotik (misalnya; meperidin hidroklorida dan morfin) diketahui dapat menekan tidur REM dan menyebabkan seringnya terjaga di malam hari. 10. Motivasi Hasrat untuk tetap terjaga terkadang mampu menutupi perasaan lelah seseorang. Sedangkan, perasaan bosan atau tidak adanya motivasi untuk terjaga sering kali menyebabzkan kantuk. C. Siklus Sirkadian .1 Definisi Irama Sirkadian Individu mengalami irama siklus sebagai bagian dari kehidupan mereka setiap hari. Irama yang sering diketahui yaitu siklus 24 jam. Siang-malam yang di kenal dengan Irama diurnal atau Sirkadian. (berasal dari bahasa latin ; circa”tentang” dan dies “hari”) Siklus menstruasi wanita adalah sebuah Irama Infradian, siklus terjadi lebih lama dari 24 jam. Siklus biologis berakhir kurang dari 24 jam di sebut irama Ultradian. Irama sikradian mempengaruhi pola fungsi biologi utama dan fungsi prilaku. Fluktasi dan prakiraan suhu tubuh, denyut jantung, tekanan darah, sekresi hormon, kemampuan sensorik dan suasana hati tergantung pada pemeliharaan  siklus sirkadian 24 jam. (Potter & perry, 2011) Hal tersebut juga disebutkan dalam buku Fundamental Keperawatan, “Manusia mengalami irama yang berputar sebagai bagian dari kehidupan seharihari mereka. Irama yang paling dikenal adalah irama 24 jam, irama siang-malam dikenal sebagai diurnal atau irama sirkadian (berasal dari bahasa latin: circa, “sekitar”, dandies, “hari”). Irama sirkadian memengaruhi hampir semua fungsi biologis dari kebiasaan. Perubahan yang dapat diprediksi adalah perubahan suhu tubuh, denyut jantung, tekanan darah, sekresi hormon, ketajaman pancaindra, dan suasana hati tergantung dari pemeliharaan siklus sirkadian 24 jam. (Potter&Perry, 2010: 174)



2  Jenis-Jenis Irama Sirkadian 2.1      Irama Sirkadian pada Siklus Tidur Rumah sakit maupun fasilitas kesehatan lainnya biasanya tidak menggabungkan perawatan dengan pilihan untuk siklus tidur-bangun klien. Aktifitas rutin tertentu menyebabkan gangguan dalam tidur atau mencegah klien tertidur pada waktu biasanya. Jika pola tidur-bangun seseorang mengalami perubahan bermakna, maka akan menghasilkan kualitas tidur yang buruk. Sebaliknya dalam siklus tidur-bangun seperti tertidur pada siang hari (atau sebaliknya untuk orang yang bekerja pada malam hari) dapat menunjukan penyakit yang serius, kecemasan, kurang istirahat, mudah tersinggung, dan gangguan penilaian adalah gejala umum pada siklus tidur. (Potter & perry, 2011)         Irama biologis tubuh seseorang untuk tidur secara berkelanjutan akan bersinkronasi dengan fungsi tubuh yang lain. Sebagai contoh: perubahan pada suhu tubuh akan berhubungan dengan pola tidur. Pada keadaan normal, suhu tubuh mencapai posisi puncaknya pada sore hari, menurun secara berangsur, dan kemudian menurun secara tajam setelah seseorang tidur. (Potter & Perry, 2010: 175)         Pola tidur berubah seiring dengan berkembangnya usia. Pertambahan umur seseorang dapat menyebabkan total waktu terjaga tetap. Pada orang tua, tidur menurun sedangkan waktu terjaga tetap. Pada orang tua, tidur seringkali terlihat gelisah dan waktu terjaganya menjadi lebih lama. Sedangkan pada orang muda, sekitar 15% waktu tidurnya dihabiskan pada fase keempat. Fase keempat biasanya tidak ditemukan pada orang tua. Hal ini menunjukkan bahwa tidur menjadi lebih singkat sehingga menyebabkan berkurangnya kesegaran sesuai bertambahnya usia (Diunduh pada: 09.52, 8 Maret 2018) (http://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2741/3/T1_462007045_BAB %20II.pdf) 2 .2      Irama Sirkadian pada Suhu Tubuh Suhu tubuh berubah secara normal 0,50 sampai 10 selama periode 24 jam. Bagaimanapun, suhu merupakan irama paling stabil pada manusia. Suhu tubuh paling rendah seringkali terjadi antara pukul 1:00 dan 4:00 dini hari. Dalam satu hari, suhu tubuh mengalami kenaikan, sampai sekitar pukul 18:00 dan kemudian turun seperti pada dini hari. Penting untuk diingat, pola suhu tidak secara otomatis berubah pada orang yang bekerja pada malam hari dan tidur disiang hari. Perlu waktu 1-3 minggu untuk perputaran tersebut berubah. Secara umum, irama suhu sirkadian tidak berubah sesuai usia. Penelitian menunjukkan, puncak suhu tubuh adalah dini hari pada lansia (Lenz,1984) (Potter & Perry, 2011) 2.3      Irama Sirkadian pada Sistem Peredaran Darah



Kekuatan kontraksi jantung biasanya meningkat secara sementara pada peningkatan suhu tubuh yang moderat. Akan tetapi, bila peningkatan suhu tubuh berlangsung dalam jangka waktu yang lama, sistem metabolisme jantung akan menjadi aus (exhausted) sehingga kekuatan kontraksi jantung justru akan melemah. (Prof. Dr. Rahmatina B. Herman, PhD., AIF, 2010: 125)         Peningatan suhu tubuh, misalnya dalam keadaan demam, akan menyebabkan peningkatan frekuensi denyut jantung, kadang-kadang bisa mencapai dua kali lipat frekuensi normal. Sebaliknya, penurunan suhu tubuh juga akan mengurangi frekuensi denyut jantung sampai hanya beberapa kali per menit sehingga menimbulkan kematian. Kematian akibat hipotermia (dari bahasa Latin hypotermia, hypo=rendah; thermia= suhu) dapat terjadi pada suhu tubuh 600f-700F atau 15,50C-21,10C. Mengapa hipotermia dapat menyebabkan penurunan denyut jantung? Pada peningkatan suhu, permeabilitas membran otot terhadap ion-ion akan meningkat sehingga terjadi akselerasi proses eksitasimandiri (self-excitation). Dengan demikian, jika terjadi hal sebaliknya, yaitu suhu tubuh menurun, permeabilitas membran akan berkurang sehingga terjadi penurunan proses eksitasi-mandiri dan frekuensi denyut jantung juga menjadi sangat berkurang. (Prof. Dr. Rahmatina B. Herman, PhD., AIF, 2010: 124)         Sedangkan menurut Potter dan Perry:2011, suhu tubuh pada malam hari lebih rendah dari siang hari. Sehingga frekuensi denyut jantung manusia pada malam hari juga akan berkurang atau lebih rendah dibandingkan siang hari. 2.4      Irama Sirkadian pada Sekresi Hormon Irama sirkadian pada sekresi hormon, pada makalah ini lebih ditekankan dalam sekresi hormon yang berperan dalam siklus tidur. Hormon tersebut adalah melatonin yang disekresi oleh kelenjar pienalis.  Kelenjar pienalis (epifise) ini terdapat didalam ventrikel otak, berbentuk kecil dengan warna merah seperti sebuah cemara. Kelenjarnya muncul dari mesensefalon ke atas dan ke belakang kolikus superior. Fungsinya belum diketahui dengan jelas. Kelenjar ini menghasilkan sekresi interna dalam membantu pankreas dan kelenjar kelamin berperan penting dalam mengatur aktivitas seksual dan reproduksi manusia. (Drs. H. Syaifuddin, AMK, 2014: 273)         Glandula pienalis diatur oleh isyarat saraf yang ditimbulkan oleh cahaya yang terlihat oleh mata, menyekresi melatonin, dan zat lain yang serupa melewati aliran darah atau cairan ventrikel III ke glandula hipofise anterior menghambat sekresi hormon gonadotropin, dan gonad menjadi terhambat lalu berivolusi. (Drs. H. Syaifuddin, AMK, 2014: 273)  Gangguan Tidur Irama Sirkadian 1.      Gangguan Tidur Irama Sirkadian Primer a.      Tipe fase tidur tertunda b.      Tipe fase tidur lanjutan



2.      Gangguan yang Berhubungan dengan Kebiasaan yang Menyebabkan Kurang Tidur a.       Tipe jet lag b.      Tipe pekerjaan shift c.       Tipe fase tidur tertunda d.      Menggunakan obat atau zat 3.      Gangguan Tidur Berkaitan dengan Gerakan a.       Sindrom RLS b.      Gerakan tungkai periodik c.       Tidur yang berhubungan dengan kaki kram d.      Tidur yang berhubungan dengan bruksisme (gigi bergemeretak) 4.      Gejala yang Terisolasi, Varian yang Tampak Normal, dan Isu-isu yang belum Terpecahkan a.       Tidur panjang b.      Tidur pendek c.       Mendengkur d.      Mengigau e.       Tidur mioklonik jinak pada masa bayi. (Potter&Perry, 2010: 180) Adanya penyakit kronis sering menyebabkan gangguan tidur bagi lansia. Sebagai contoh, seorang lansia dengan artritis sering mengalami kesulitan tidur karena nyeri sendi. Perubahan pola tidur sering disebabkan oleh perubahan dalam sistem saraf pusat yang memengaruhi sensitivitas orang tua terhadap waktu untuk mempertahankan irama sirkadian. (Potter&Perry, 2010: 186)



3.5  Tanda dan Gejala Gannguan Irama Sirkadian Ketika siklus tidur-terjaga seseorang terganggu (misalnya: dengan bekerja dalam shift), fungsi fisiologis lain biasanya juga akan berubah. Sebagai contoh, orang tersebut akan mengalami penurunan selera makan dan turunnya berat badan. Cemas, tidak dapat beristirahat, mudah tersinggung, dan gagal dalam pengambilan keputusan adalah gejala-gejala lain yang umum pada gangguan siklus tidur terjaganya dapat memengaruhi kesehatan klien secara keseluruhan. (Potter&Perry, 2011) Setiap individu mempunyai bioritme (jam biologis) yang berbeda. Pada manusia, bioritme ini dikontrol oleh tubuh dan disesuaikan dengan faktor lingkungan



(misalnya; cahaya, kegelapan, gravitasi dan stimulus elektromagnetik). Adapun jenis bioritme yang paling umum adalah ritme sirkadian yang melengkapi siklus selama 24 jam. Antara lain naik turunnya frekuensi denyut jantung/ nadi, tekanan darah, temperature, sekresi hormone, metabolisme dan penampilan serta perasaan individu bergantung pada ritme sirkadiannya. Tidur merupakan salah satu irama biologis tubuh yang sangat kompleks. Sinkronisasi irama sirkadian dapat terjadi jika individu memiliki pola tidur-bangun yang mengikuti jam biologisnya, individu akan bangun pada saat ritme fisiologis paling tinggi atau paling aktif dan akan tidur pada saat ritme fisiologis paling rendah (Lilis, Taylor, Lemone, 1989). Selama tidur, individu melewati tahap tidur NREM dan REM. Siklus tidur yang komplet normalnya berlangsung selama 1,5 jam, dan setiap orang biasanya melalui emapt hingga lima siklus selama 7-8 jam tidur. Siklus tidur individu dimulai dari tahap NREM yang berlanjut ke tahap REM. Siklus NREM I-III berlangsung selama 30 menit, kemudian diteruskan ke tahap IV selama ± 20 menit. Selanjutnya individu kembali melalui tahap II dan III selama 20 menit. REM Tahap I akan muncul sesudahnya dan berlangsung selama 10 menit. (Nanda,2003). Kebutuhan tidur pada manusia tergantung pada tingkat perkembangan, Kebutuhan Tidur Manusia. Tabel 1. Kebutuhan tidur manusia berdasarkan usia (Putra, 2011)



1.



Umur



Tingkat Perkembangan



Jumlah kebutuhann tidur



0-1 bulan



Bayi baru lahir



14-18 jam/hari



1-18 bulan



Masa bayi



12-14 jam/hari



18 bulan-3 tahun



Masa kanak-kanak



11-12 jam/hari



3-6 tahun



Masa prasekolah



11 jam/hari



6-12 tahun



Masa sekolah



10 jam/hari



12-18 tahun



Masa remaja



8,5 jam/hari



18-40 tahun



Masa muda



dewasa



7-8 jam/hari



40-60 tahun



Masa tengah



dewasa



7-8 jam/hari



>60 tahun



Masa dewasa tua



2. Gangguan tidur yang umum terjadi Insomnia



6 jam/hari



Insomnia adalah kondisi dimana individu mengalami ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan tidur, baik secara kualitas maupun kuantitas. Gangguan tidur ini umumnya ditemui pada individu dewasa. Hal ini bisa dikarenakan gangguan fisik atau karena faktor mental seperti perasaan gundah atau gelisah. Ada tiga jenis insomnia: a). Insomnia inisial. Kesulitan untuk memulai tidur. b). Insomnia intermiten. Kesulitan untuk tetap tertidur karena seringnya terjaga. c). Insomnia terminal. Bangun terlalu dini dan sulit untuk tidur kembali. Adapun hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi insomnia antara lain dengan mengembangkan pola tidur-istirahat yang efektif melalui olahraga rutin, menghindari ransangan tidur di sore hari, melakukan relaksasi sebelum tidur (misalnya; membaca, mendengarkan musik), dan tidur jika benar-benar mengantuk. 2.



Parasomnia Parasomnia merupakan perilaku yang dapat mengganggu tidur atau muncul saat seseorang tidur. Gangguan ini umum terjadi pada anak-anak. Beberapa turunan parasomnia antara lain sering terjaga (misalnya; tidur berjalan, night terror), gangguan transisi bangun-tidur (misalnya; mengigau), parasomnia yang terkait dengan tidur REM (misalnya; mimpi buruk), dan lainnya (misalnya; bruksisme).



3. Hipersomnia Hipersomnia adalah kebalikan dari insomnia, yaitu tidur yang berkelebihan terutama pada siang hari. Gangguan ini dapat disebabkan oleh kondisi tertentu, seperti kerusakan system saraf, gangguan pada hati atau ginjal, atau karena gangguan metabolisme (misalnya; hipertiroidisme).Pada kondisi tertentu, hipersomnia dapat digunakan sebagai mekanisme koping untuk menghindari tanggung jawab pada siang hari.



4. Narkolepsi Narkolepsi merupakan gangguan tidur, dimana gelombang kantuk yang tak tertahankan yang muncul secara tiba-tiba pada siang hari. Gangguan tidur ini disebut juga “serangan tidur” atau sleep attack. Penyebab pastinya belum diketahui. Gangguan ini diperkirakan terjadi karena kerusakan genetik system saraf pusat yang menyebabkan tidak terkendali lainnya periode tidur REM. Alternatife pencegahannya adalah dengan obat-obatan, seperti; amfetamin atau metilpenidase, hidroklorida, atau dengan antidepresan seperti imipramin hidroklorida. 5. Apnea saat tidur Abnea saat tidur atau sleep abnea adalah kondisi terhentinya nafas secara periodic pada saat tidur. Kondisi ini diduga terjadi pada orang yang



mengorok dengan keras, sering terjaga di malam hari, insomnia, mengatup berlebihan pada siang hari, sakit kepala disiang hari, iritabilitas, atau mengalami perubahan psikologis seperti hipertensi atau aritmia jantung ASUHAN KEPERAWATAN KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR



A. Pengkajian Pengkajian tentang pola tidur klien meliputi riwayat tidur, catatan tidur, pemeriksaan fisik, dan tinjauan pemeriksaan diagnostik. Kriteria pengkajian focus 1. Data subjektif a). Kaji batasan karakteristik 1). Pola tidur (sekarang,masa lalu)  Rentangkan tidur pada skala 1-10 (10= dapat istirahat, segar kembali)  Waktu tidur dan bangun yang biasanya  Kesulitan untuk tertidur, tetap tertidur, bangun. 2). Kebutuhan tidur Untuk menentukan jumlah tidur yang dibutuhkan individu, biarkan ia tidur sampai pagi hari (tanpa alarm jam). Ini harus dilakukan untuk beberapa hari dan jumlah total jam tidur di kalkulasi-dengan dikurangi 2030 menit yang merupakan waktu yang paling dibutuhkan individu untuk tertidur pada umumnya. 3). Adanya riwayat gejala Keluhan-keluhan  Kurang tidur  Ansietas  Depresi  Peka rangsang takut (mimpi buruk,, situasimaturasional)  Awitan dan durasi  Lokasi  Deskripsi  Dicetuskan oleh ?  Berkurang oleh ?  Diperberat oleh ? b). Kaji faktor-faktor yang berhubungan 1). Interupsi  Kebisingan  Jadwal perjalanan  Kebutuhan untuk berkemih 2). Penggunaaan alat bantu atau ritual tidur



 Mandi air hangat  minum atau makan (susu, anggur)  Bantal  Posisi  Mainan, buku obat-obatan 3). Tidur siang (frekuensi, lamanya) 2. Data objektif Kaji batasan karakteristik Karakteristik fisik



B.



C.



1). Gambaran penampilan (pucat, gelap disekitar lingkaran mata, mata cekung) 2). Menguap 3). Mengantuk sepanjang hari 4). Penurunan lapang perhatian 5). Peka rangsang Riwayat Tidur Pengkajian riwayat tidur secara umum dilakukan segera setelah klien memasuki faislitas perawatan. Ini memungkinkan perawat menggabungkan kebutuhan klien dan hal-hal yang ia sukai ke dalam rencana perawatan. Riwayat tidur ini meliputi: 1. Pola tidur yang biasa. 2. Ritual sebelum tidur. 3. Penggunaan obatbtidur atau obat-obatan lainnya. 4. Lingkungan tidur. 5. Perubahan terkini pada pola tidur. Selain itu, riwayat ini juga harus mencakup berbagai masalah yang ditemui pada pola tidur, penyebabnya, kapan pertama kali masalah tersebut muncul, frekuensinya, pengaruh terahdap keseharian klien,dan bagaimana klien berkoping dengan masalah tersebut. Catatan tidur Catatan tidur sangatlah bermanfaat khusus untuk klien yang memiliki masalah tidur sebab catatan ini berisi berbagai informasi penting terkait pola tidur klien. Catatan tidur dapat mencakup keseluruhan atau sebagian dari informasi berikut: 1. 2. 3. 4.



5.



Jumlah jam tidur total per hari. Aktivitas yang dilakukan 2-3 jam sebelum tidur (jenis, durasi, dan waktu). Ritual sebelum tidur (mis; minum air, obat tidur). Waktu a). pergi tidur, b). mencoba tidur, c). tertidur, d). terjaga di malam hari dan durasinya, serta e). bangun tidur di pagi hari. Adanya masalah yang klien yakini dapat memengaruhi tidurnya.



6.



Factor yang klien yakini member pengaruh positif atau negatif pada tidurnya. Kemudian, perawat dapat mengembangkan data tersebut menjadi bagan atau grafik yang berguna untuk mengidentifikasi masalah tidur yang klien alami. D.



Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik meliputi observasi penampilan, perilaku, dan tingkat energy klien. Penampilan yang menandakan klien mengalami masalah tidur antara lain adanya lingkaran hitam di sekitar mata, konjungtiva kemerahan, kelopak mata bengkak, dll. Sedangkan indikasi perilaku dapat meliputi iritabilitas, gelisah, tidak perhatian, bicara lambat, menguap, dll.Di samping itu, klien yang mengalami masalah tidur juga dapat terlihat lemah, letargi, atau lelah akibat kekurangan energy.



E.



Pemeriksaan diagnostic Tidur dapat diukur secaran objektif dengan menggunakan alat yang disebut polisomnografi. Alat ini dapat merekam elektroensefalogram (EEG), elektromiogram (EMG), dan elektro-okulogram (EOG) sekaligus. Dengan alat ini kita dapat mengkaji aktivitas klien selama tidur. Aktivitas yang klien lakukan tanpa sadar tersebut bisa jadi merupakan penyebab seringnya klien terjaga di malam hari.



F.



Penetapan diagnosis Menurut NANDA (2018-2020), diagnosis keperawatan yang dapat ditegakkan untuk klien dengan masalah tidur adalah gangguan pola tidur, Insomnia, Deprivasi Tidur. Etiologi untuk label diagnosis ini dapat bervariasi dan spesifik untuk masing-masing individu. Hal ini meliputi ketidaknyamanan fisik atau nyeri, ansietas, perubahan waktu tidur yang sering, serta perubahan lingkungan tidur atau ritual sebelum tidur. Selain sebagai label diagnosis, gangguan pola tidur juga bisa menjadi etiologi untuk diagnosis yang lain, seperti Risiko Cedera, kelelahan, Ketidakefektifan Koping, Asietas, Intoleransi Aktivitas,dll.



N DIAGNOSIS KEPERAWATAN O . 1 Gangguan Pola Tidur . Definisi : Interupsi jumlah waktu dan kualitas tidur akibat faktor eksternal.



TUJUAN DAN KRITERIA HASIL



NOC : Peningkatan Kuantitas dan Kualitas Tidur Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 1-3 hari dapat Batasan karakteristik : teridentifikasi peningkatan tidur,           -Kesulitan memulai tidur dengan kriteria hasil : -Kesulitan mempertahankan tidur  Jam tidur tercukupi sesuai -Ketidakpuasan tidur kebutuhan/usia, -Tidak merasa cukup istirahat Pola tidur, Kualitas tidur, efisiensi -Terjaga tanpa jelas penyebabnya tidur, tidak terganggu, -Kesulitan berfungsi sehari-hari. Tidur rutin, Perasaan segar setelah tidur, Faktor Yang Berhubungan: Tidur dari awal sampai habis secara  Gangguan karena cara tidur konsisten, Mudah bangun pada saat yang tepat, Hasil EEG, EMG, EOG pasangan tidur tidak terganggu,  Kendala Lingkungan Mimpi buruk, mengorok, BAK  Kurang Privasi  Pola tidur tidak menyehatkan dimalam hari kesulitan memulai tidur, tidur yang terputus, ketergantungan pada bantuan tidur sudah tidak ada.



2



INTERVENSI



NIC : Peningkatan Tidur -Tentukan pola tidur pasien -Monitor pola tidur dan jam tidur pasien -jelaskan pentingnya tidur -Sesuaikan lingkungan (cahaya,bising, suhu, Kasur dan tempat tidur) -Fasilitasiuntuk mempertahankan rutinitas waktu pasien yang biasa tanda-tanda sebelum tidur/alat peraga (selimut favorit,ayunan,dot,donge ng,buku bacaan) -Bantu untuk menghilangkan situasi stress sebelum tidur, Anjurkan pasien untuk menghindari makanan sebelum tidur dan minuman yang mengganggu tidur Bantu pasien untuk batasi tidur siang Bantu meningkatkan jumlah jam tidur Ajarkan pasien melakukan relaksasi otot autogenic atau bentuk non farmamakologi lainnya, yang memancing tidur Sesuaikan jadwal pemberian obat untuk mendukung tidur/bangun pasien Dorong penggunaan obat tidur



yang tidak mengandung penekan tidur REM. Insomnia Definisi : Gangguan pada kuantitas dan kualitas tidur yang menghambat fungsi.



NOC: Peningkatan Kuantitas dan NIC : Kualitas Tidur          Manajemen Alam Setelah dilakukan tindakan Perasaan perawatan selama 1-3 hari dapat Evaluasi alam perasaan, teridentifikasi peningkatan tidur, Atur /hentikan obat yang Batasan karakteristik : dengan kriteria hasil : berkontribusi terhadap Perubahan Afek, konsentrasi, mood, Jam tidur tercukupi sesuai gangguan alam perasaan’ 3 pola tidur. kebutuhan/usia, Bantu pasien melakukan Gangguan status kesehatan Pola tidur, Kualitas tidur, efisiensi perawatan diri sesuai Penurunan kualitas tidur, Kesulitan tidur, tidak terganggu, kebutuhan, memulai tidur Tidur rutin, Bantu pasien untuk bias Kesulitan mempertahankan tidur Perasaan segar setelah tidur, mengatur siklus tidur/bangun nyenyak, Tidur dari awal sampai habis secara yang normal, Tidur tidak memuaskan konsisten, Mudah bangun pada saat Bantu pasien mengidentifikasi Bangun terlalu dini, Sering yang tepat, Hasil EEG, EMG, EOG pikiran dan perasaan yang membolos, Peningkatan terjadi tidak terganggu, disfungsional’ kecelakaan, Kekurangan energi Mimpi buruk, mengorok, BAK Ajarkan koping baru dan Pola tidur tidak menyehatkan dimalam hari kesulitan memulai keterampilan Gangguan tidur berdampak esok tidur, tidur yang terputus, Berikan pengobatan stabilisasi hari. ketergantungan pada bantuan tidur alam perasaan. sudah tidak ada. Faktor Yang Berhubungan: Konsumsi Alkohol, Ansietas,     Depresi, Kendala Lingkungan, Ketakutan, Sering mengantuk, Berduka, Higiene tidur tidak adekuar, Ketidaknyamanan fisik, Stressor. Kondisi Terkait: Perubahan Hormonal, Agens Farmaseutika. NOC : Peningkatan Kuantitas dan           Kualitas Tidur  Setelah dilakukan tindakan Deprivasi Tidur perawatan selama 1-3 hari dapat Batsan karakteristik: teridentifikasi peningkatan tidur, NIC : Agitasi, Perubahan konsentrasi, dengan kriteria hasil : Peningkatan Tidur Ansietas, Apatis, Memberontak, Jam tidur tercukupi sesuai           Konfusi, Penurunan kemampuan kebutuhan/usia, berfungsi, Waktu bereaksi Pola tidur, Kualitas tidur, efisiensi



memanjang, Mengantuk, Keletihan, Fleeting nystagmus, Halusinasi, Tremor tangan, Iritabilitas, Letargi, Malaise, Gelisah, Paranoia sementara. Faktor Yang Berhubungan: Pergeseran tahap tidur terkait penuaan, Rata rata aktivitas fisik harian kurang dari yang dianjurkan menurut gender dan usia, Kendala lingkungan, Konfuse sore hari, Pola tidur tidak menyehatkan, Ketidaknyamanan yanglama Teror tidur, Tidur berjalan, Ketidakseimbangan irama sirkadian yang terus menerus. Kondisi Terkait: Gangguan pergerakan ekstremitas periodic,Demensia, Hipersomnolen system saraf pusat idiopatik, Mimpi buruk, Apneu tidur, Enuresis terkait tidur, Ereksi nyeri terkait tidur, Program pengobatan.



tidur, tidak terganggu, Tidur rutin, Perasaan segar setelah tidur, Tidur dari awal sampai habis secara konsisten, Mudah bangun pada saat yang tepat, Hasil EEG, EMG, EOG tidak terganggu, Mimpi buruk, mengorok, BAK dimalam hari kesulitan memulai tidur, tidur yang terputus, ketergantungan pada bantuan tidur sudah tidak ada.



BAB III PENUTUP



A. KESIMPULAN Istirahat merupakan suatu keadaan yang mana kegiatan jasmaniah menurun berakibat badan menjadi segar, atau suatu keadaan yang mana seseorang merasa relaks mental bebas dari kecemasan dan tenang secara fisik, sedangkan tidur merupakan suatu keadaan relative tanpa sadar penuh ketenangan tanpa kegiatan merupakan urutan siklus yang berulang masing-masing menyatakan fase kegiatan otak dan badaniah yang berbeda, atau juga tidur merupakan suatu keadaan yang berulangulang perubahan status kesadaran yang terjadi selama periode tertentu (potter dan perry, 2011 : 147). Pengidentifikasian dan penanganan gangguan pola tidur klien adalah tujuan penting bagi seorang perawat. Untuk membantu klien mendapatkan kebutuhan istirahat dan tidur, maka perawat harus memahami sifat alamiah dari tidur, faktor yang mempengaruhi, dan kebiasaan tidur klien. B. SARAN Semoga mahasiswa yang berprofesi sebagai perawat dapat mengaplikasikan kebutuhan istirahat dan tidur pada klien.



DAFTAR PUSTAKA



Bulechek, Gloria M dll .(2016). Nursing Interventions Classification (NIC). (ed. 6). Jakarta : MocoMedia Herdman T. H. & Shigemi K .(2018-2020). Nanda : Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi (ed. 10). Jakarta : EGC Kasiati & Ni Wayan Dwi R .(2016). Kebutuhan Dasar Manusia I. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta Moorhead, Sue dll. (2016). Nursing outcomes Classification (NOC). (ed. 6). Jakarta : MocoMedia Mubarak, Wahit Iqbal & Nurul Chayatin .(2007). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia : Teori & Aplikasi dalam Praktik. Jakarta : EGC Nurjannah, Intansari .(2016). ISDA Intan’s Screening Diagnoses Assesment. Jakarta : Mocomedia Potter, Perry. (2011). Fundamental of Nursing : Concept, process, and practice. (ed. 7). Jakarta : EGC http://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2741/3/T1_462007045_BAB%20II.pdf