19 0 992 KB
ASUHAN KEPERAWATAN PADA SYOK KARDIOGENIK
TUGAS KEPERAWATAN KRITIS
oleh Kelompok 1 Deka Isnatu Raka J 162310101132 Fidella Ucca Fairuz 162310101167 Fatihul Matlub U
162310101179
Galuh Yulia A.P
162310101226
Dita Ras Pambela P 162310101233 Nailul Muhibbin
162310101235
Dies Rut S
162310101260
Bagus Marta
162310101261
KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER 2019
i
PRAKATA Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmat dan karuniaNya kami dapat menyelesaikan tugas membuat makalah mengenai “Askep Kritis pada Syok” untuk memenuhi Tugas Makalah Keperawatan kritis ini tepat pada waktunya. Dalam pembuatan makalah ini penulis menemukan beberapa kesulitan dan hambatan akan tetapi berkat semangat dan arahan serta bimbingan dari berbagai pihak kami mampu menyelesaikan tugas ini dengan baik, oleh karena itu pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada : 1. Tuhan Yang Maha Esa, Dosen penanggungjawab mata kuliah Keperawatan kritis Ns. Ahmad Rifai, MS. 2. Ayah dan Ibu yang selalu memberikan semangat serta dukungan pada kami dalam menyelesesaikan makalah. 3. Teman-teman Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Jember, khususnya kelas C angkatan 2016 tercinta. Pemakalah mengakui bahwa tugas ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu Pemakalah sangat mengharapkan saran dan kritik dari pembaca, guna untuk kesempurnaan tugas makalah ini agar bermanfaat bagi kami dan pembaca pada umumnya.
Jember, 10 Maret 2019
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Syok kardiogenik adalah kegagalan perfusi yang disebabkan oleh gangguan pada fungsi jantung dan ditandai dengan nadi lemah, penurunan tekanan arteri (18 mmHg) dan penurunan curah jantung(CO 75 tahun angka mortalitas mencapai 55 % sedangkan pada usia 70-100 mmHg tanpa klinis syok), Dobutamin dapat digunakan, namun dalam kondisi hipotensi berat dengan klinis syok yang nyata, pilihan yang terbaik adalah dopamin (TDS 70-100 mmHg dengan klinis syok) dan norepinefrin (TD < 70 mmHg). c. Terapi Farmakologi lain Pemberian terapi antitrombotik yakni aspirin dan heparin harus diberikan sebagaimana yang telah direkomendasikan pada infark miokard. Clopidogrel dapat ditunda setelah tindakan angiografi emergensi sebab, bisa saja setelah dilakukan angiografi, pasien selanjutnya diputuskan akan segera menjalani bedah pintas jantung / CABG (coronary artery bypass grafting). Clopidogrel dianjurkan bagi semua pasien yang menjalani PCI (pada pasien infark miokard yang dalam keadaan syok ataupun tidak). Pemberian inotropik negatif dan vasodilator (termasuk nitrogliserin) harus dihindari. Oksigenasi arteri dan pH darah harus dipertahankan dalam batas normal untuk meminimalisasi iskemia. Pemberian insulin dapat meningkatkan angka keselamatan pada pasien kritis yang mengalami hiperglikemia. Pemberian ventilasi mekanik perlu dipertimbangkan baik melalui sungkup ataupun pipa endotrakeal. Hal ini bermanfaat untuk menurunkan preload dan afterload serta mengurangi kerja pernafasan d. Terapi Mekanikal : IABP (Intra-aortic balloon pump) Intra-aortic ballon pump merupakan terapi mekanik yang sudah sejak lama digunakan pada syok kardiogenik. IABP dapat memperbaiki perfusi koroner dan perifer melalui deflasi balon pada saat sistole dan inflasi balon saat diastol sehingga afterload menjadi sangat berkurang dan aliran ke koroner menjadi semakin baik. Namun tidak semua pasien dapat memberikan respon hemodinamik terhadap pemasangan IABP, hal ini selanjutnya menjadi salah satu faktor
prognostik. IABP semestinya dilakuan secepatnya bahkan jika ada operator yang terlatih dan prosedur memungkinkan untuk dilakukan secepatnya, maka IABP dapat dilakukan sebelum pasien dikirim untuk tidakan revaskularisasi. Komplikasi dari tindakan ini semakin jarang sejalan dengan dengan kemajuan zaman yakni sebesar 7,2% untuk komplikasi secara keseluruhan dan 2,8%. e. Reperfusi Reperfusi koroner dapat dilakukan dengan fibrinolisis, PCI (percutaneous coronary intervention), atai CABG (coronary artery grafting baypass). Semakin cepat reperfusi dilakukan, maka hasil yang didapat semakin baik. Keuntungan tindakan revaskularisasi dini pada syok kardiogenik jelas terlihat pada beberapa studi observasional terutama pada SHOCK trial yakni sebesar peningkatan angka keselamatan pada 1 tahun pertama sebesar 13% pada pasien syok kardiogenik yang menjalani reperfusi dini. ACC/AHA merekomendasikan dalam guideline agar revaskularisasi dilakukan pada pasien syok kardiogenik dengan usia 10 mmH2 O
2. Denyut nadi dan tekanan darah (palpasi) - Sinus takikardi (>100 x/menit) - Adanya sinus bradikardi atau blok jantung sebagai komplikasi dari infark - Nadi teraba lemah dan cepat - Tensi turun 2 mm ST elevasi pada multiple leads atau left bundle branch block biasanya tampak.
2. Radiografi -
Radiografi dada (chest rontgenogram) dapat terlihat normal atau menunjukkan tanda-tanda gagal jantung kongestif akut (acute congestive heart failure), yaitu : a.
Cephalisation karena dilatasi pembuluh darah pulmoner
b.
Saat tekanan diastolik akhir ventrikel kiri meningkat, akulmulasi cairan interstitial ditunjukkan secara radiografis dengan adanya gambaran fluffy margins to vessels, peribronchial cuffing srta garis curley A dan B. Dengan tekanan hidrostatik yang sangat tinngi cairan dilepaskan ke alveoli menyebabkan diffuse fluffy alveolar infiltrates.
-
Gambaran foto/rontgen dada (chest x-ray) lainnya yang tampak pada penderita syok kardiogenik : a. Kardiomegali ringan b. Edema paru (pulmonary edema) c. Efusi pleura d. Pulmonary vascular congestion
3. Bedside ecocardiography Berguna untuk : a. Fungsi ventrikel kiri yang buruk (poor left ventricular function) b. Menilai keutuhan katub (assessing valvular integrity)
c. Menyingkirkan penyebab lain syok seperti cardiac tamponade 4. Laboratorium -
Leukosit meningkat
-
Tidak adanya prior renal insufficiency, fungsi ginjal normal, blood urea nitrogen (BUN) dan creatinin meningkat
-
Hepatic transminases meningkat karena hipoperfusi hati
-
Perfusi jaringan yang buruk dapat menyebabkan anion gap acidosis dan peningkatan kadar asam laktat
-
Gas darah arteri menunjukkan hipoksemia dan metabolik asidosis dimana dapat dikompensasi oleh respiratory alkalosis
2.2 Diagnosa Keperawatan 1.
Penurunan curah jantung b.d perubahan kontraktilitas miokardial
2.
Ketidakefektifan pola nafas b.d gangguan pertukaran gas
3.
Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d gangguan aliran darah sekunder
4.
Hambatan pertukaran gas b.d perubahan membran kapiler
5.
Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan pemenuhan oksigen terhadap kebutuhan tubuh
2.1 Perencanaan Keperawatan N Diagnosa o Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
1 Domain NOC : 4.Aktivitas/Is tirahat. Kelas a. Keefektifan pompa jantung 4.Respons kardiovaskul b. Status sirkulasi c. Tanda-tanda vital er/pulmonal. Kode Kriteria Hasil: diagnosis 00029 1. Tanda Vital dalam rentang normal Penurunan (Tekanan darah, curah jantung Nadi, respirasi) 2. Dapat Definisi : mentoleransi Ketidakadekua aktivitas, tidak ada tan volume kelelahan darah yang dipompa oleh 3. Tidak ada edema paru, perifer, dan jantung untuk tidak ada asites memenuhi 4. Tidak ada kebutuhan penurunan metabolic kesadaran tubuh.
Intervensi Perawatan Jantung (4040) 1. Evaluasi adanya nyeri dada (intensitas, lokasi, durasi) 2. Catat adanya disritmia jantung 3. Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac output 4. Monitor status pernafasan yang menandakan gagal jantung 5. Monitor toleransi aktivitas pasien 6. Kolaborasi pemberian oksigen tambahan dengan nasal kanul atau masker dan obat sesuai indikasi Perawatan Sirkulasi: Insufisiensi Arteri (4062) 1. Lakukan pemeriksaan
16
Rasional Perawatan Jantung (4040) 1. Melihat karakteri stik nyeri yang dialami pasien sehingg a akan mempen garuhi tindakan keperaw atan dan diagnos e yang akan ditegakk an. 2. Mengeta hui perubah an frekuens i dan irama jantung 3. Penurun an cardiac output berpeng aruh terhadap sistemik tubuh, mencata t
fisik sistem kardiovaskuler atau penilaian yang komprehensif pada sirkulasi perifer (misalnya memeriksa denyut nadi perifer, edema, waktu pengisian kapiler, warna dan suhu). 2. Evaluasi edema perifer dan nadi 3. Monitor jumlah cairan yang masuk dan yang keluar
17
berguna dalam melakuk an tindakan keperaw atan. 4. Mengeta hui status respirasi , status respirasi yang buruk disebab kan oleh edema paru. 5. Melihat keterbat asan klien yang diakibat kan penyakit yang diderita pasien. 6. Mening katkan sediaan oksigen untuk kebutuh an miokard dalam melawa n efek hipoksia atau iskemia. Perawatan Sirkulasi:
2 Domain.Akti NOC vitas/Istirahat . Kelas a. Status pernafasan: ventilasi 4.Respon kardiovaskul b. Staus pernafasan: kepatenan jalan ker/pulmonal nafas . Kode Diagnosis Kriteria Hasil : 00032 1. Pasien melaporkan Ketidakefektif sesak napas an pola nafas berkurang 2. Takipneu dan Definisi : dispneu tidak ada inspirasi 3. Tanda-tanda vital dan/atau dalam batas normal ekspirasi yang ((TD 120-90/90-60 tidak memberi mmHg, nadi 80ventilasi 100 x/menit, RR : adekuat 18-24 x/menit, suhu 36,5 – 37,5˚ C)
18
NIC Manajemen Jalan Nafas (3140) 1. Posisikan pasien untuk memaksimalka n ventilasi (posisi semifowler) 2. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan 3. Monitor respirasi dan status oksigen
Insufisiens i Arteri (4062) 1. Mengka ji status sirkulasi perifer pasien 2. Memant au perkemb angan kondisi pasien 3. Memant au status cairan pasien Manajeme n Jalan Nafas (3140) 1. Agar oksigen lebih mudah masuk 2. Untuk mengeta hui derajat ganggua n yang terjadi dan menentu kan interven si yang tepat 3. Memant au status pernapas an klien untuk mengeta
3 Domain.Akti NOC : vitas/Istirahat . Kelas a. Status sirkulasi b. Perfusi jaringan: 4.Respon perifer kardiovaskul ker/pulmonal Kriteria Hasil : . Kode Diagnosis 1. Tekanan systole 00204 dandiastole dalam rentang yang Ketidakefektif diharapkan an perfusi 2. Tidak ada tanda jaringan tanda peningkatan perifer tekanan intrakranial Definisi : penurunan sirkulasi darah ke perifer yang dapat mengganggu kesehatan
4 Domain 3.Eliminasi dan pertukaran. Kelas 4.Fungsi respirasi. Kode Diagnosis 00030 Hambatan
hui kondisi dan menentu kan interven si selanjut nya Manajeme NIC : n sensasi Manajemen perifer sensasi perifer (2660) (2660) 1. Menceg 1. Instruksikan ah pasien dan adanya keluarga untuk kerusaka memeriksa n adanya integrita kerusakan s kulit kulit setiap 2. Menghi harinya ndari 2. Instruksikan adanya pasien dan vasodila keluarga untuk tasi dan mengukur vasokon suhu air triksi dengan thermometer
NOC :
NIC :
a. Status pernafasan: pertukaran gas b. Status pernafasan: ventilasi c. Tanda-tanda vital
Manajemen Jalan Nafas (3140)
Kriteria Hasil : 1. Mendemonstrasika n peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang 19
1. Posisikan pasien untuk memaksimalk an ventilasi 2. Auskultasi suara nafas, catat adanya
Manajeme n Jalan Nafas (3140) 1. Agar oksigen lebih mudah masuk 2. Mengeta hui derajat ganggua
pertukaran gas Definisi : kelebihan atau deficit oksigenasi dan/atau eliminasi karbondioksid a pada membrane alveolar kapiler
adekuat 2. Memelihara kebersihan paru paru dan bebas dari tanda tanda distress pernafasan 3. Mendemonstrasika n batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu 4. Tanda tanda vital dalam rentang normal
20
suara tambahan 3. Monitor respirasi dan status O2 Monitor Pernafasan (3350)
n yang terjadi dan menentu kan interven si yang tepat 3. Memant au status pernapas an klien untuk mengeta hui kondisi dan menentu kan interven si selanjut nya
1. Monitor ratarata, kedalaman, irama dan usaha respirasi 2. Auskultasi suara nafas, catat area penurunan / tidak adanya ventilasi dan suara tambahan 3. Berikan bantuan terapi Monitor napas jika Pernafasan diperlukan (3350) (misalnya nebulizer) 1. Mengeta hui pola napas dari pasien 2. Untuk mengeta hui derajat ganggua n yang terjadi dan menentu kan interven si yang tepat
3. Memper baiki atau mencega h terjadin ya hipoksia
21
BAB III. ASUHAN KEPERAWATAN KASUS SYOK KARDIOGENIK Seorang laki-laki, Tn. H, usia 66 tahun, suku Madura, datang pada tanggal 23 Februari 2017 ke instalasi rawat darurat Rumah Sakit (RS) Dokter Soetomo dengan keluhan utama sesak napas. Sesak napas telah dirasakannya sejak empat hari sebelumnya dan bertambah berat satu hari sebelum masuk RS. Sesak tidak berkurang dengan istirahat. Tidak ada keluhan nyeri dada dan keringat dingin. Pasien pernah dirawat dengan keluhan yang sama sebanyak tiga kali. Pasien tidak pernah melakukan kontrol rutin. Riwayat hipertensi, diabetes melitus, dan stroke disangkal. Pasien memiliki riwayat merokok sebanyak satu bungkus per hari. Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum yang lemah, Glasgow coma scale (GCS) 456, tekanan darah 80/50 mmHg, nadi 90x/menit reguler, pernapasan 28x/menit, suhu 35,6o C, dan saturasi oksigen 77% dengan oksigen bebas. Pemeriksaan kepala leher tidak menunjukkan adanya kelainan. Dari pemeriksaan jantung didapatkan ictus cordis di sela iga V 2 cm lateral mid clavicula line sinistra, bunyi jantung pertama dan kedua reguler, didapatkan murmur sistolik di apeks jantung grade III/VI menjalar ke axilla, tidak didapatkan ekstrasistol dan gallop. Dari pemeriksaan paru didapatkan suara napas vesikuler, didapatkan ronchi basah halus minimal di lapangan paru kanan kiri, tidak didapatkan wheezing. Pada pemeriksaan abdomen tidak didapatkan kelainan. Dari pemeriksaan ekstremitas didapatkan akral dingin dan basah dan tidak didapatkan edema. 3.1 Analisa Data 1. IDENTITAS PASIEN a. Nama
: Tn. H
b. Usia
: 66 tahun
c. Jenis kelamin
: Laki-laki
d. Nomor RM
:-
e. Diagnosa Medis
: syok kardiogenik 22
f. Tanggal Masuk RS
: tanggal 23 Februari 2017
g. Tanggal Pengkajian
: tanggal 23 Februari 2017
2. RIWAYAT KESEHATAN a. Keluhan Utama: Sesak Nafas b. Riwayat Kesehatan Sekarang: Sesak napas telah dirasakan- nya sejak empat hari sebelumnya dan bertambah berat c. Riwayat Kesehatan Sebelumnya: -
Pasien pernah dirawat dengan keluhan yang sama sebanyak tiga kali. Pasien tidak pernah melakukan kontrol rutin. Pasien memiliki Riwayat hipertensi, diabetes melitus, dan stroke disangkal. Pasien memiliki riwayat merokok sebanyak satu bungkus per hari.
-
Pasien dirawat di ruang Intensive Cardiac Care Unit ( ICCU) dengan diagnosis Kardiomiopati non-iskemik + acute decompensated heart failure + syok kardiogenik + asidosis metabolik terkompensasi. Pasien mengalami syok kardiogenik yang kemungkinan disebabkan kegagalan fungsi ventrikel kiri akibat kardiomiopati lanjut.
d. Pengkajian Fisik Head to Toe (DATA FOKUS) Keadaan umum: Sesak napas telah dirasakan- nya sejak empat hari sebelumnya dan bertambah berat Tanda vital: -
Tekanan Darah
: 80/50 mmHg
-
Nadi
: 90x/menit
-
RR
: 28x/menit, 23
-
Suhu
: suhu 35,6o C,
-
Saturasi
: 77%
Pengkajian Fisik Head to toe a. Jantung pemeriksaan jantung didapatkan ictus cordis di sela iga V 2 cm lateral mid clavicula line sinistra, bunyi jantung pertama dan kedua reguler, didapatkan murmur sistolik di apeks jantung grade III/VI menjalar ke axilla, tidak didapatkan ekstrasistol dan gallop. b. Paru-paru pemeriksaan paru didapatkan suara napas vesikuler, didapatkan ronchi basah halus minimal di lapangan paru kanan kiri, tidak didapatkan wheezing. Pada pemeriksaan abdomen tidak didapatkan kelainan. Dari pemeriksaan ekstremitas didapatkan akral dingin dan basah dan tidak didapatkan edema. e. Pemeriksaan Diagnostik/Pemeriksaan Penunjang a. Pemeriksaan laboratorium pada tanggal 23 Februari 2017 menunjukkan hemoglobin (Hb) 13,5 g/dl, lekosit 11,960 /uL, trombosit
119,000/uL,
serum
glutamic
oxaloacetic
transaminase (SGOT) 178 U/L, serum glutamic pyruvic transaminase (SGPT) 89 U/L, albumin 3,13 g/dL, blood urea nitrogen (BUN) 56 mg/dl. Serum kreatinin (SK) 1,95 mg/dL, Na 132 mmol/L, kalium 4,9 mmol/L, klorida 101 mmol/L. Gula darah acak 163, dan dalam hasil analisis gas darah didapatkan asidosis metabolik terkompensasi. b. Dari pemeriksaan foto toraks didapatkan kesim- pulan kardiomegali, cardio thorax ratio (CTR) 56% dengan kongestif
pulmonum.
Pemeriksaan
elektrokardiografi
menunjukkan irama sinus takikardia 107x/menit, left axis deviation, counter clockwise rotation, left atrial abnormality, 24
old myocardial infarction (OMI) anterior dan inferior. Pemeriksaan tampak
ekokardiografi
dilatasi
annulus
menunjukkan
katup
mitral
katup-katup
dengan
mitral
regurgitasi (MR) sedang, aorta regurgitasi (AR) ringan, trikuspid regurgitasi (TR) ringan, dimensi ruang jantung: dilatasi atrium dan ventrikel kiri. Fungsi sistolik ventrikel kiri menurun (EF by biplane 29%), Fungsi diastolik ventrikel kiri pseudonormal dan fungsi sistolik ventrikel kanan menurun. Analisis segmental ventrikel kiri: akinetik di anterior, inferior, anteroseptal, inferoseptal, septal, lateral segmen lain hipokinetik. Parameter hemodinamik pulmonary capillary wedge pressure (PCWP): 18,33 mmHg, systemic vascular resistance (SVR) 1864,8 dynes.sec/cm5, cardiac output (CO) 2,86 l/min, cardiac index (CI) 1,57 l/min.m2, Estimasi right atrial pressure (RAP) 10 mmHg
25
CATATAN PERAWATAN DAN PERKEMBANGAN KLIEN “HERE AND NOW”
Subjektif (S) Sesak napas telah dirasakan- nya sejak empat hari sebelumnya dan bertambah berat
Objektif (O) Tanda vital: - Tekanan : mmHg
Diagnosis Kep (A)
Perencanaan (P)
Penurunan
curah 1. Evaluasi nyeri dada (ex : jantung b.d. perubahan intensitas, lokasi, Darah kontraktilitas penjalaran, durasi, dan 80/50 miokardial faktor penyebab dan faktor yang mengurangi nyeri
- Nadi : 90x/menit
2. Melakukan penilaian yang komprehensive
- RR
sirkulasi : 28x/menit,
- Suhu
suhu 35,6o C,
periferal
(ex:
periksa tekanan periferal, edema,
:
terhadap
warna,
kapiler dan
ekstremitas) 1
refill,
temperatur
Implementasi (I)
Evaluasi (E) (SOAP)
1. mengevaluasi
S : Pada hari kedua,
nyeri dada (ex :
pasien tidak memiliki
intensitas, lokasi,
keluhan
penjalaran,
O : kondisi tekanan
durasi, dan faktor
darah 90/60 mmHg,
penyebab
dan
nadi 85x/menit,
yang
frekuensi napas
mengurangi nyeri
16x/menit, suhu
faktor
36,5OC, dan saturasi 2. Melakukan penilaian
oksigen 97%. yang
komprehensive t erhadap sirkulasi
A : intervensi teratasi sebagian dilanjutkan
- Saturasi
3. Dokumentasikan
: 77%
adanya
periksa
kardiak distrimia
pemeriksaan
4. Catat tanda dan gejala
jantung didapatkan ictus cordis di sela iga V 2 cm lateral
penurunan curah jantung 5. Monitor frekuensi tanda vital
mid clavicula line sinistra,
bunyi
jantung pertama dan
6. Monitor
status
kardiovaskuler
reguler,
7. Monitor distrimia kardiak,
didapatkan murmur
termasuk gangguan kedua
sistolik
irama dan konduksi
kedua
di
apeks
jantung grade III/VI menjalar ke axilla, tidak
gallop
8. Monitor status respirasi untuk gejala gagal jantung
didapatkan
ekstrasistol
dan
periferal
9. Monitor abdomen untuk
(ex:
dengan intervensi Input
tekanan
850 cc dan output 1125
periferal, edema,
cc, defisit 275 cc per
kapiler
refill,
24 jam. NE dan
warna,
dan
dobutamin mulai
temperatur
tappering down.
ekstremitas)
P : Diberikan tambahan
3. mendokumentasi
terapi lisinopril 1x 2,5
kan
adanya
kardiak distrimia
mg dan warfarin 1x 4 mg. S : Pada hari ketiga,
4. mencatat dan
tanda gejala
penurunan curah jantung
frekuensi
perfusi
vital
pasien. O : Tekanan darahnya 90/70 mmHg, N
5. memonitor
adanya indikasi penurunan
tidak ada keluhan dari
80x/menit RR tanda
16x/menit. A : intervensi teratasi sebagian lanjutkan
2
10. Monitor
keseimbangan
cairan (ex: intake/output dan berat badan setiap hari)
kardiovaskuler
berfungsi, jika diperlukan 12. Mengenali
adanya
perubahan tekanan darah 13. Mengenali efek psikologis yang menekankan kondisi respon
pasien
termasuk
antiaritmia
berdasarkan
unit kebijaksanaan (obat antiaritmia, kardioversion/defibrilasi), 3
ditambah bisoprolol. S : Di hari kelima,
gangguan kedua irama
dan
konduksi
kondisi hemodinamik pasien stabil O : pasien dipindahkan
8. memonitor status
ke ruang perawatan.
respirasi
untuk
A: intervesnsi teratasi
gejala
gagal
P : lanjutkan intervesi
jantung
sesuai keluhan pasien di rawat inap
9. memonitor terapi
P : Obat vasoaktif
lain diteruskan dengan
pada ektopi atau distrimia 15. Menyediakan
intervensi
dihentikan dan terapi 7. memonitor distrimia kardiak,
11. Monitor pacemaker yang
14. Evaluasi
6. memonitor status
abdomen adanya
untuk indikasi
penurunan perfusi
jika diperlukan 16. Monitor terhadap
10. memonitor
respon
pasien
pengobatan
antiaritmia
keluarga pada pembatasan aktivitas dan progresi
(ex:
berat badan setiap hari) 11. memonitor
18. Atur periode latihan dan untuk
menghindari kelelahan 19. Monitor toleransi aktivitas klien
cairan
intake/output dan
17. Instruksikan pasien dan
istirahat
keseimbangan
pacemaker yang berfungsi,
jika
diperlukan 12. Mengenali adanya perubahan tekanan darah 13. Mengenali
efek
psikologis
yang
menekankan 4
kondisi 14. mengevaluasi respon
pasien
pada ektopi atau distrimia 15. Menyediakan terapi antiaritmia berdasarkan unit kebijaksanaan (obat antiaritmia, kardioversion/def ibrilasi),
jika
diperlukan 16. memonitor respon terhadap pengobatan antiaritmia 5
pasien
17. menginstruksikan pasien
dan
keluarga
pada
pembatasan aktivitas
dan
progresi 18. mengatur periode latihan
dan
istirahat
untuk
menghindari kele lahan 19. memonitor toleransi aktivitas klien
,
lokasi,
penjalaran, durasi, dan faktor penyebab faktor 6
dan yang
mengurangi nyeri 20. Melakukan penilaian
yang
komprehensive t erhadap sirkulasi periferal periksa
(ex: tekanan
periferal, edema, kapiler
refill,
warna,
dan
temperatur ekstremitas) 21. Dokumentasikan adanya
kardiak
distrimia 22. Catat tanda dan gejala penurunan curah jantung 7
23. Monitor frekuensi
tanda
vital 24. Monitor
status
kardiovaskuler 25. Monitor distrimia kardiak, termasuk gangguan kedua irama
dan
konduksi 26. Monitor
status
respirasi
untuk
gejala
gagal
jantung 27. Monitor abdomen untuk indikasi 8
adanya
penurunan perfusi 28. Monitor keseimbangan cairan
(ex:
intake/output dan berat badan setiap hari) 29. Monitor pacemaker yang berfungsi,
jika
diperlukan 30. Mengenali adanya perubahan tekanan darah 31. Mengenali 9
efek
psikologis
yang
menekankan kondisi 32. Evaluasi
respon
pasien
pada
ektopi
atau
distrimia 33. Menyediakan terapi antiaritmia berdasarkan unit kebijaksanaan (obat antiaritmia, kardioversion/def ibrilasi),
jika
diperlukan 34. Monitor pasien
respon terhadap
pengobatan 10
antiaritmia 35. Instruksikan pasien
dan
keluarga
pada
pembatasan aktivitas
dan
progresi 36. Atur
periode
latihan
dan
istirahat
untuk
menghindari kele lahan 37. Melakukan penilaian
yang
komprehensive t erhadap sirkulasi periferal periksa 11
(ex: tekanan
periferal, edema, kapiler
refill,
warna,
dan
temperatur ekstremitas) 38. Dokumentasikan adanya
kardiak
distrimia 39. Catat tanda dan gejala penurunan curah jantung 40. Monitor frekuensi
tanda
vital 41. Monitor
status
kardiovaskuler 42. Monitor distrimia 12
kardiak, termasuk gangguan kedua irama
dan
konduksi 43. Monitor
status
respirasi
untuk
gejala
gagal
jantung 44. Monitor abdomen untuk
adanya
indikasi penurunan perfusi 45. Monitor keseimbangan cairan
(ex:
intake/output dan berat badan setiap 13
hari) 46. Monitor pacemaker yang berfungsi,
jika
diperlukan 47. Mengenali adanya perubahan tekanan darah 48. Mengenali
efek
psikologis
yang
menekankan kondisi 49. Evaluasi pasien
pada
ektopi
atau
distrimia 14
respon
50. Menyediakan terapi antiaritmia berdasarkan unit kebijaksanaan (obat antiaritmia, kardioversion/def ibrilasi),
jika
diperlukan 51. Monitor pasien
respon terhadap
pengobatan antiaritmia 52. Instruksikan pasien keluarga
dan pada
pembatasan aktivitas progresi 15
dan
53. Atur
periode
latihan istirahat
dan untuk
menghindari kele lahan 54. Monitor toleransi aktivitas klien
16
DAFTAR PUSTAKA Tasia,
Y.
2018.
Epidemiologi
Syok
Kardiogenik.
Alomedika.
https://www.alomedika.com/penyakit/icu/syok-
kardiogenik/epidemiologi [diakses pada 8 Maret 2019] Alsagaff, M. 2017. Pemberian Agen Vasoaktif Berdasarkan Hemodinamik pada Syok Kardiogenik.Journal of Cardiology. Vol 38(2):89-98 Firdaus, I. 2016. Panduan Praktik Klinis (PPK) dan Clinical Pathway (CP) Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah. Jakarta: Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia Arief,S. 2015. Laporan Pendahuluan Syok Kardiogenik. https://www.academia.edu/33907019/LP_SYOK_KARDIOGENIK.doc Sutjahjo,Ari. 2016 . Dasar – Dasar Ilmu Penyakit Dalam. Penerbit : Airlangga University Press. Surabaya. Sulistia Rini, 2016. Syok Kardiogenik . Slideshare. https://www.slideshare.net/chuliecsztstefanerszt/syok-kardiogenik-60782655 [diakses pada 9 Maret 2019] Harahap , S., N. Dalimunthe, R. Isnanta, Z. Safri, R. Hasan, G. Gintir. 2013. Syok Kardiogenik. Disivi Kardiologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran USU.
17