Kel 4 Perubahan Psikologis Lansia [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KEPERAWATAN GERONTIK “PERUBAHAN PSIKOLOGIS PADA LANSIA”



DI SUSUN OLEH : KELOMPOK 4 1. DEWI YULIYANTI 2. FIKI ZULFIKAR 3. GATI RETNANING TYAS 4. INDRIA DWI ARIESTYA 5. KETUT SAGITA 6. MEGA RAHMADANI 7. PARAMITHA 8. PUTRI ENDAH 9. TENTY JUNIATI KELAS TRANSFER B PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA 2021



i



KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena berkat taufik dan hidayah Nya. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah untuk junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW. Beserta keluarga dan sahabatnya hingga akhir zaman dengan diiringi upaya meneladani akhlaknya yang mulia. Alhamdulillah



sekali



kami



dapat



menyelesaikan makalah



tentang



“Perubahan Psikologis Pada Lansia” Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas Keperawatan Gerontik. Makalah ini ditulis dari hasil yang diperoleh dari buku dan media masa yang berhubungan dengan judul makalah ini. Dan tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada dosen yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk belajar menulis dalam bentuk makalah ini, tidak lupa pula kepada anggota kelompok yang telah bekerja sama sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Kami sangat menyadari bahwa makalah kami masih terdapat kekurangan, maka kami harapkan kritik dan saran yang membangun untuk kedepannya. Dan mudah-mudahan upaya ini senantiasa mendapat bimbingan dan ridha Allah SWT. Amin yaa Rabbal Alamin.



Maret 2021



Penulis



ii



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...........................................................................................ii DAFTAR ISI.........................................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1 A. Latar Belakang...........................................................................................1 B. Tujuan Penulisan.......................................................................................3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................4 A. B. C. D. E. F.



Definisi Lansia...........................................................................................4 Klasifikasi Lansia......................................................................................4 Karakteristik Lansia...................................................................................4 Perubahan Psikologis Pada Lansia............................................................5 Faktor Yang Mempengaruhi Psikologi Lansia…………………………. 6 Tugas Perkembangan Lansia…………………………………………… 8



BAB III PENUTUP.............................................................................................11 A. Kesimpulan................................................................................................11 B. Saran..........................................................................................................11 DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................12



iii



BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Lanjut usia merupakan sebuah proses alami bagi setiap individu yang tidak dapat dihindari dan merupakan tahapan akhir dalam daur kehidupan manusia. Tahapan tersebut dimulai dari proses kelahiran, tumbuh menjadi dewasa dan berkembang biak sampai tua dan mengalami kematian (Suardiman, 2011). Secara global populasi lansia diprediksi terus mengalami peningkatan dari tahun ketahun, baik di negara maju maupun negara berkembang. Asia dan Indonesia mulai tahun 2015 sudah memasuki era penduduk menua (ageing population) karena jumlah penduduknya yang berusia 60 tahun ke atas (lansia) telah mencapai 9,03% dari keseluruhan penduduk (Kemenkes, 2017). Berdasarkan data proyeksi penduduk dari Pusat Data dan Informasi, diperkirakan jumlah penduduk lansia tahun 2020 (27,08 juta), tahun 2025 (33,69 juta), pada tahun 2030 meningkat menjadi (40,95 juta) dan terus meningkat hingga 48,19 juta pada tahun 2035. Sumatera Barat berada diurutan ke enam dari 33 provinsi provinsi yang memiliki lansia terbanyak dengan jumlah 9,25 % dari total jumlah penduduk (Kemenkes, 2017).Tahap lansia merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan menurunnya kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stressor, kemunduran fisik, psikologis, dan kognisi. Hal ini diakibatkan karena terjadinya proses penuaan pada lansia yang berdampak pada berbagai aspek kehidupan, baik sosial, ekonomi, maupun kesehatan. Semakin bertambahnya usia lansia akan mengalami perubahan fisik seperti, penurunan massa otot dan densitas tulang yang menyebabkan osteoporosis, perubahan keseimbangan, penurunan fungsi sensorik yaitu



1



seperti perubahan indera pengelihatan, dan lain sebagainya. Selain perubahan tersebut, lansia juga mengalami perubahan psikologis, seperti short term memory, frustasi, kesepian, takut kehilangan, takut menghadapi kematian, kecemasan dan depresi (Maryam, 2008). Menurut Bastable (2002) perubahan psikososial yang paling umum adalah perubahan gaya hidup dan status sosial. Santrock (1995) orang-orang yang telah memasuki usia dewasa lanjut seringkali memiliki persepsi lebih optimis terhadap perkembangan akhir hidupnya dari pada orang dewasa pada usia muda atau paruh baya. Berbagai persoalan hidup yang dialami lansia sepanjang hidupnya, seperti kemiskinan, kegagalan, stress yang berkepanjangan, konflik dengan anak atau keluarga, pensiun, kehilangan pasangan, hingga pindah kelingkungan yang baru (panti werdha). Hawari (2004) menjelaskan bahwa belakangan ini masyarakat mengalami pergeseran nilai. Masyarakat mulai menganggap keberadaan lansia menjadi beban keluarga dan masyarakat, sehingga struktur keluarga (nuclear family) tidak memberikan tempat bagi para lansia. Munculnya anggapan tersebut mendorong sebagian masyarakat memandang bahwa pantipanti werdha merupakan sebuah alternatif yang terbaik untuk dipilih. Kondisikomdisi seperti itu dapat memicu terjadinya depresi, karena tidak adanya media bagi lansia untuk mencurahkan perasaan yang dialami merupakan kondisi yang akan mempertahankan depresinya. Menurut data Riset Kesehatan Dasar, di Indonesia gangguang emosional (depresi dan kecemasana yang usianya diatas 15 tahun mencakup lansia) mencapai sekitar 11,6% populasi Indonesia (Prasetya, Hamid & Susanti, 2010). Marchira, Wirasto & Sumarni (2007) angka harapan hidup penduduk indonesia bertambah menjadi 63,3 tahun untuk laki-laki dan 67,2 tahun untuk perempuan, dan usia harapan hidup tertinggi berada di daerah D.I Yogyakarta. Faktor psikososial lansia merupakan permasalahan yang sangat berpengaruh terhadap gangguan fisik, sosial, dan mental. Meningkatnya usia harapan hidup tentu mempunyai dampak terhadap terjadinya gangguan



2



penyakit pada lansia, lima gangguan mental yang sering ditemukan pada usia lanjut yaitu depresi, insomnia, anxietas, dan delirium. Sedangkan menurut Ham dan Sioane, adapun prevalensi depresi yang dialami lansia bervariasi tergantung pada situasi, lansia yang tinggal di rumah mencapai sebanyak lebih dari 20%, yang menjalani perawatan di rumah sakit sebanyak 25%, sedangkan lansia yang berada di panti werdha mencapai 40% (Anderson, 2007). Menurut Santoso dan Ismail (2009) prevalensi depresi pada lansia yang menjalani perawatan di rumah sakit dan panti perawatan sebesar 30- 40%, dan sebanyak 5-15% pasien lanjut usia yang mengunjungi klinik diduga menderita depresi. Menurut The National Old People’s Walfare Council di Inggris (Nugroho, 2008) menyatakan bahwa depresi merupakan salah satu penyakit atau gangguan umum pada lansia yang menduduki rangking atas. Perbedaan depresi lansia dengan depresi pada anak-anak atau remaja yaitu bentuk depresi yang dialami oleh anak-anak cenderung lebih agresif dan bahkan destruktif selama episode depresi, sehingga terkadang depresi pada anak-anak salah diagnostik sebagai hiperaktif atau gangguan tingkahlaku, dimana perilaku tersebut lazim ditemui, sedangkan depresi pada lansia lebih mengekspresikan minat yang berkurang terhadap hal-hal disekeliling (Durand & Barlow, 2006). B. TUJUAN PENULISAN 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui tentang perubahan psikologis pada lansia 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui definisi lansia b. Untuk mengetahui klasifikasi lansia c. Untuk mengetahui karakteristik lansia d. Untuk mengetahui perubahan psikologis pada lansia e. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi psikologis pada lansia



3



BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DEFINISI LANSIA Menurut Peraturan Pemerintah RI No. 43 Tahun 2004, dijelaskan bahwa yang disebut dengan lansia adalah individu yang telah mencapai usia 60 tahun keatas (Kemenkes, 2017). Lansia adalah seseorang yang telah berusia >60 tahun dan tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari (Ratnawati, 2017). Perubahan-perubahan dalam kehidupan yang harus dihadapi oleh individu usia lanjut khususnya berpotensi menjadi sumber tekanan dalam hidup karena stigma menjadi tua



adalah sesuatu yang berkaitan dengan



kelemahan, ketidakberdayaan, dan munculnya penyakit-penyakit. Masa lansia sering dimaknai sebagai masa kemunduran, terutama pada keberfungsian fungsi-fungsi fisik dan psikologis. Hurlock (2004:307). Memasuki masa lansia yang bahagia identik dengan kesiapan untuk menerima segala perubahan dalam aspek-aspek kehidupan. Aspek kehidupan sosial merupakan salah satu aspek yang mengalami perubahan cukup signifikan pada masa lansia. Perubahan social ini tentu tak lepas dari adanya perubahan fisik-kognitif juga. Perubahan sosial yang dialami individu usia lanjut bisa menjadi sumber stres tersendiri jika tidak disikapi dengan positif. Banyak lansia yang mampu tetap optimal dalam bidang-bidang social dan mencapai kondisi yang dikatakan sejahtera. Bahaya psikologis pada lansia dianggap memiliki dampak lebih besar dibandingkan dengan usia muda, karena penyesuaian pribadi dan sosial pada lansia jauh lebih sulit. Dengan demikian dibutuhkan kondisi hidup yang menunjang agar lansia dapat menjalani masa lansia dengan baik dan memuaskan, kondisi hidup yang menunjang juga dibutuhkan agar lansia tidak tertekan karena memasuki masa



4



lansia. Kondisi hidup ini antara lain adalah social ekonomi, kesehatan, kemandirian, kesehatan mental (Kemensos RI, 2012: 1) B. KLASIFIKASI LANSIA Klasifikasi Lansia Klasifikasi lansia menurut Burnside dalam Nugroho (2012): 1) Young old (usia 60-69 tahun) 2) Middle age old (usia 70-79 tahun) 3) Old-old (usia 80-89 tahun) 4) Very old-old (usia 90 tahun ke atas)



C. KARAKTERISTIK LANSIA Karakteristik Lansia Karakteristik lansia menurut Ratnawati (2017); Darmojo & Martono (2006) yaitu : 1) Usia Menurut UU No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia, lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia diatas 60 tahun (Ratnawati, 2017). 2) Jenis kelamin Data Kemenkes RI (2015), lansia didominasi oleh jenis kelamin perempuan. Artinya, ini menunjukkan bahwa harapan hidup yang paling tinggi adalah perempuan (Ratnawati, 2017). 3) Status pernikahan Berdasarkan Badan Pusat Statistik RI SUPAS 2015, penduduk lansia ditilik dari status perkawinannya sebagian besar berstatus kawin (60 %) dan cerai mati (37 %). Adapun perinciannya yaitu lansia perempuan yang berstatus cerai mati sekitar 56,04 % dari keseluruhan yang cerai mati, dan lansia lakilaki yang berstatus kawin ada 82,84 %. Hal ini disebabkan usia harapan hidup perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan usia harapan hidup laki-laki, sehingga presentase lansia perempuan yang berstatus cerai mati lebih banyak dan lansia laki-laki yang bercerai umumnya kawin lagi (Ratnawati, 2017). 4) Kondisi kesehatan Angka kesakitan, menurut Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI (2016) merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur derajat 5



kesehatan penduduk. Semakin rendah angka kesakitan menunjukkan derajat kesehatan penduduk yang semakin baik.



D. PERUBAHAN PSIKOLOGIS PADA LANSIA Perubahan Mental Dan Psikologis Menurut Maryam, et al (2008) perubahan psikologis pada lansia meliputi short term memory, frustasi, kesepian, takut kehilangan kebebasan, takut menghadapi kematian, perubahan keinginan, depresi dan kecemasan. Dalam psikologi perkembangan, lansia dan perubahan yang di alaminya akibat proses penuaan digambarkan oleh hal-hal berikut : 1. Keadaan fisik lemah tak berdaya, sehingga harus bergantung pada orang lain 2. Status ekonominya sangat terancam, sehingga cukup beralasan untuk melakukan berbagai perubahan besar dalam pola hidupnya 3. Menentukan kondisi hidup yang sesuai dengan perubahan status ekonomi dan kondisi fisik. Menurut Nugroho (2008) terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental antara lain 1. Perubahan fisik, khususnya organ perasa 2. Kesehatan umum 3. Tingkat pendidikan 4. Keturunan 5. Lingkungan 6. Gangguan saraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian 7. Gangguan konsep diri akibat kehilangan jabatan 8. Rangkaian kehilangan yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan keluarga.



6



E. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PSIKOLOGI LANSIA Ada beberapa faktor yang mempengaruhi psikologis pada lansia yang harus disikapi dengan bijak agar mereka merasakan kebahagiaan dihari tuanya. Faktor-faktor tersebut antara lain : 1. Penurunan Kondisi Fisik Semakin tua seseorang maka semakin jelas pula perubahan fisik yang terlihat, misalnya energi yang berkurang, kulit semakin keriput, gigi yang yang mulai rontok ataupun tulang yang semakin rapuh. Penurunan kualitas fisik secara drastis akan terjadi ketika sesorang memasuki masa lansia. Hal ini dapat berpengaruh terhadap kondisi psikologik maupun sosial dan menyebabkan kebiasaan ketergantungan pada orang lain. 2. Penurunan Fungsi Seksualitas Penurunan fungsi sekualitas berhubungan dengan gangguan fisik seperti gangguan jantung, gangguan metabolisme, seperti diabetes, militus, vaginitis, kekurangan gizi yang dikarenakan permasalahan pencernaan yang menyebabkan menurunnya nafsu makan. Erikson (2002) mengungkapkan bahwa permasalahan psikologi pada orang yang mencapai tahapan lanjut usia akan terlihat dari gejala penurunan fisik yang sejalan dengan aspek psikologisnya. Bagi pria fase lanjut usia ditandai dengan memasuki fase andropause, sedangkan wanita ditandai dengan fase menopause yang berdampak pada ketidakseimbangan fisiologis yang mengakibatkan terganggunya keseimbangan emosi, seperti stres dan depresi. Andropause adalah berhentinya fungsi fisiologis pada pria. Pada pria penurunan produksi spermatozoa, hormon testosteron dan hormon–hormon lainnya sedemikian perlahan berbeda dengan wanita yang mengalami menopause, dimana produksi ovum, produksi hormon estrogen dan siklus haid yang akan berhenti dengan cara yang relatif mendadak,sedangkan menopause adalah haid terakhir yang dialami oleh wanita yang masih dipengaruhi oleh hormon reproduksi yang terjadi pada usia menjelang atau



7



pada usia lima puluhan. Seorang wanita dikatakan telah menopause bila tidak mendapat haid lagi sejak satu tahun terakhir. Beberapa gejala psikologis yang menonjol ketika menopause adalah mudah tersinggung, sukar tidur,tertekan, gugup, kesepian, tidak sabar, tegang (tension), cemas dan depresi. Ada juga lansia yang kehilangan harga diri karena menurunnya daya tarik fisik dan seksual, mereka merasa tidak dibutuhkan oleh suami dan anak-anak mereka,serta merasa kehilangan femininitas karena fungsi reproduksi yang hilang Faktor penurunan fungsi seksualitas orang tua antara lain : a. Rasa malu jika mempertahankan kehidupan seksual pada masa senja. b. Kelelahan atau rasa bosan dikarenakan kurangnya variasi dalam kehidupannya. c. Pasangan hidup telah meninggal. d. Disfungsi seksual karena perubahan hormon atau masalah kesehatan jiwa seperti setres atau pikun. 3. Perubahan Aspek Psikososial. Pemicu perubahan aspek psikososial pada lansia adalah menurunya fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif yang merupakan proses belajar, pemahaman ataupun perhatian sehingga menyebabkan reaksi dan prilaku lansia melambat. Sedangkan psikomotorik adalah dorongan kehendak meliputi, gerakan, tindakan, dan koordinasi yang berakibat lansia menjadi kurang cekatan. Dengan berubahnya kedua aspek tersebut akan berdampak pada perubahan aspek psikososial yang berkaitan dengan kepribadian lansia. 4. Perubahan Peran Sosial di Masyarakat. Dengan semakin lanjut usia, biasanya lansia akan melepaskan diri dari kehidupan sosialnya dikarenakan segala keterbatasan yang ia miliki. Keadaan ini berdampak pada menurunnya interaksi sosial para lansia, baik secara kualitas maupun kuantitas. Hal tersebut mengakibatkan hilangnya peran ditengah masyarakat dikarenakan kualitas fisik yang menurun sehingga para lansia merasa tidak dibutuhkan lagi karena energi nya sudah



8



melemah. Penyesuaian diri yang buruk akan timbul karena adanya konsep diri yang negatif yang disebabkan oleh sikap sosial yang negatif berdampak pada kesehatan psikologis para lansia. Setelah orang memasuki masa usia tua umumnya mulai dihinggapi adanya kondisi fisik yang bersifat patologis berganda (multiple pathology), misalnya tenaga berkurang, energi menurun, kulit makin keriput, gigi makin rontok, tulang makin rapuh. Secara umum kondisi fisik seseorang yang sudah memasuki masa lansia mengalami penurunan secara berlipat ganda. Hal ini semua dapat menimbulkan gangguan atau kelainan fungsi fisik, psikologik maupun sosial, yang selanjutnya dapat menyebabkan suatu keadaan ketergantungan kepada orang lain. Dalam kehidupan lansia agar dapat tetap menjaga kondisi fisik yang sehat, maka perlu menyelaraskan kebutuhankebutuhan fisik dengan kondisi psikologik maupun sosial, sehingga mau tidak mau harus ada usaha untuk mengurangi kegiatan yang bersifat memforsir fisiknya. Seorang lansia harus mampu mengatur cara hidupnya dengan baik, misalnya makan, tidur, istirahat dan bekerja secara seimbang. Faktor psikologis yang menyertai usia tua antara lain : a. Rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual pada lansia. b. Sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta diperkuat oleh tradisi dan budaya. c. Kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam kehidupannya d. Pasangan hidup telah meninggal. Disfungsi seksual karena perubahan hormonal atau masalah kesehatan jiwa lainnya misalnya cemas, depresi, pikun. Pada umumnya setelah orang memasuki lansia maka ia mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi makin lambat. Sementara fungsi psikomotorik (konatif) meliputi halhal yang berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan,



9



tindakan, koordinasi, yang berakibat bahwa lansia menjadi kurang cekatan. Dengan adanya penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga mengalami perubahan aspek psikososial yang berkaitan dengan keadaan kepribadian lansia. F. TUGAS PERKEMBANGAN LANSIA Menurut Potter & Perry (2005) tugas perkembangan muncul dari banyak sumber. Tugas-tugas tersebut muncul dari kematangan fisik, tekanan budaya dari masyarakat, dan nilai serta aspirasi pribadi. Tugas perkembangan utama pada lansia adalah mengklarifikasi, memperdalam, dan menemukan fungsi seseorang yang sudah diperoleh dari proses belajar dan beradaptasi seumur hidup. Ahli teori perkembangan menyakini bahwa sangatlah penting bagi lansia untuk terus tumbuh, berkembang, dan mengubah diri mereka jika ingin mempertahankan dan ingin meningkatkan kesehatan. 1. Menurut Erickson dalam Potter & Perry (2005) Menurut Erickson, kesiapan lansia untuk beradaptasi atau menyesuaikan diri terhadap tugas perkembangan usia lanjut dipengaruhi oleh proses tumbuh kembang pada tahap sebelumnya. Apabila seseorang pada tahap tumbuh kembang sebelumnya melakukan kegiatan sehari-hari dengan teratur dan baik serta membina hubungan yang serasi dengan orang-orang disekitarnya, maka pada usia lanjut ia akan tetap melakukan kegiatan yang biasa ia lakukan pada tahap perkembangan sebelumnya seperti olahraga, mengembangkan hobi bercocok tanam dan lain-lain. Adapun tugas perkembangan lansia adalah sebagai berikut : a. Mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun. b. Mempersiapkan diri untuk pensiun. c. Membentuk hubungan baik dengan orang seusianya. d. Mempersiapkan kehidupan baru. e. Melakukan penyesuaian terhadap kehidupan social atau masyarakat secara santai. f. Mempersiapkan diri untuk kematiannya dan kematian pasangan.



10



2. Menurut Peck dalam Potter & Perry (2005) a. Perbedaan ego versus preokupasi peran kerja Tugas ini membutuhkan pergeseran sistem nilai seseorang yang memungkinkan lansia untuk mengevaluasi ulang dan mendefinisikan kembali pekerjaan mereka. Penilaian ulang ini mengarahkan lansia untuk mengganti peran yang sudah hilang dan aktivitas baru. Selanjutnya, lansia mampu menemukan cara-cara baru memandang diri mereka sendiri sebagai orang yang berguna selain peran orang tua dan okupasi. b. Body Transendens versus preokupasi tubuh Sebagaian besar lansia mengalami beberapa penurunan fisik. Untuk beberapa orang, kesenangan dan kenyamanan berarti kesejahteraan fisik. Orang-orang tersebut mungkin mengalami kesulitan terbesar dan mengabaikan status fisik mereka. Peck mengemukakan bahwa dalam sistem nilai mereka, sumber-sumber kesenangan sosial, mental dan rasa menghormati diri sendiri dapat mengabaikan kenyamanan fisik semata. c. Transendensi ego versus preokupasi ego Peck mengemukakan bahwa cara paling konstruktif untuk hidup ditahun-tahun terakhir dapat didefinisikan : hidup secara dermawan dan tidak egois yang merupakan prospek dari kematian personal (The Right Of The Ego). Yang bisa disebut paras dan perasaan kurang penting dibandingkan pengetahuan yang telah diperoleh seseorang untuk masa depan yang lebih luas dan lebih panjang daripada yang dapat dicakup dari ego seseorang. Manusia menyelesaikan hal melalui warisan mereka, anak-anak mereka, kontribusi mereka pada masyarakat dan persahabatan mereka. Kemudian, untuk mencapai integritas, seseorang harus mengembangkan kemampuan untuk mendefinisikan diri kembali, untuk melepas identitas okupasi, untuk bangkit dari ketidaknyamanan fisik, dan untuk membentuk makna pribadi yang melampaui jangkauan pemusatan diri.



11



BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Lanjut usia merupakan sebuah proses alami bagi setiap individu yang tidak dapat dihindari dan merupakan tahapan akhir dalam daur kehidupan manusia. Tahapan tersebut dimulai dari proses kelahiran, tumbuh menjadi dewasa dan berkembang biak sampai tua dan mengalami kematian (Suardiman, 2011). Secara global populasi lansia diprediksi terus mengalami peningkatan dari tahun ketahun, baik di negara maju maupun negara berkembang. Asia dan Indonesia mulai tahun 2015 sudah memasuki era penduduk menua (ageing population) karena jumlah penduduknya yang berusia 60 tahun ke atas (lansia) telah mencapai 9,03% dari keseluruhan penduduk (Kemenkes, 2017). Erikson (2002) mengungkapkan bahwa permasalahan psikologi pada orang yang mencapai tahapan lanjut usia akan terlihat dari gejala penurunan fisik yang sejalan dengan aspek psikologisnya. Bagi pria fase lanjut usia ditandai dengan memasuki fase klimakterium, sedangkan wanita ditandai dengan fase menopause yang berdampak pada ketidakseimbangan fisiologis yang mengakibatkan terganggunya keseimbangan emosi, seperti stres dan depresi.



B. SARAN Penulis tentunya masih meyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada sumber serta kritik yang membangun dari para pembaca.



12



DAFTAR PUSTAKA Anderson, T.E., McFarlane,J. (2007). Buku ajar keperawatan komunitas teori dan praktik: Edisi 3. Jakarta: EGC. Bastable, Susan, B. (2002). Perawat Sebagai Pendidik: Prinsip Pengajaran. Jakarta: EGC. Carla, R, Ronny,T, Wirasto, Sumarni, D. (2007). Pengaruh Faktor-Faktor Psikososial terhadap Depresi pada Lansia di Kota Yogyakarta. Berita Kedokteran Masyarakat, Vol 23, No 1, Maret 2007 Maryam, Siti. (2008). “Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya”. Jakarta: Salemba Medika Potter, P.A, Perry, A.G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi 4. Volume 2. Alih Bahasa : Renata Komalasari,dkk. Jakarta:EGC. Prasetya, Anton Surya., Hamid, Achir Yani S., Susanti, Herni. (2010). Penurunan Tingkat Depresi Klien Lansia Dengan Terapi Senam Latih Otak di Panti Wreda. http://journal.ui.ac.id/index.php/jkepi/article/viewFile/2357/1805 Di unduh 6 April 2014. Ratnawati, Emmelia. (2017). Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta : Penerbit Pustaka Baru Press. Suardiman, S. 2011. Psikologi Usia Lanjut. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Santoso, H. dan Ismail, A. (2009). Memahami krisis lanjut usia. Jakarta: Gunung Mulia.



13