Kel3 Makalah Pewarnaan Sitohistoteknologi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH SITOHISTOTEKNOLOGI “PEWARNAAN SITOHISTOTEKNOLOGI” Dosen Pengampu : Lendawati, SKM., M. Si



Oleh Kelompok 3 : 1. Friska Dinda Belia



2013453005



2. Ghalda Ayu Latifah



2013453006



3. Syifa Yolanda Dzahabiyyah



2013453016



4. Zuli Rofika



2013453020



5. Adzanda Oktavema Zaelani



2013453022



6. Areth Ristantiwi



2013453024



7. Farel Sandria



2013453030



8. Feni Valenciana Utari



2013453032



9. Nesya Liana Sari



2013453040



10. Yunanda Sassy Maulida



2013453048



11. Zaqi Mu’awanah Elmas



2013453049



Jurusan Analis Kesehatan Program Studi Teknologi Laboratorium Medis Program Diploma Tiga Politeknik Kesehatan Tanjung Karang Tahun 2021/2022



KATA PENGANTAR



Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat rahmat-Nya kami telah menyelesaikan makalah ini. Makalah mengenai “Pewarnaan Sitohistoteknologi ” ini diselesaikan oleh anggota kelompok dan dibantu oleh pihak lainnya yang turut berkoordinasi sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Kami ucapkan terima kasih atas segala koordinasi dalam pembuatan makalah ini, baik pikiran,waktu, materi, dan lain-lain. Mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi kehidupan kita semua yang berkoordinasi dalam pembuatan makalah ini. Kami menyadari keterbatasan kami dalam pembuatan makalah ini, baik materi pembahasan dan penguasaan materi sehingga dapat menimbulkan kesalahan ataupun kekurangan dalam makalah ini. Oleh sebab itu, mohon kiranya pembaca dapat memaklumi atau memberi saran dan pembenaran jika terdapat kesalahan atau kekurangan di dalam materi kami ini. Meskipun dengan keterbatasan kami tersebut, kami berharap makalah ini mampu memberikan pengetahuan atau meningkatkan pengetahuan pembaca mengenai pembahasan-pembahasan kami yaitu pengenalan, penanganan, dan konsentrasi larutan kimia. Kami bersyukur makalah ini telah selesai dan dapat dibaca. Besar apresiasi kami terhadap pembaca makalah ini yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membaca makalah ini.



Bandar Lampung, 19 Oktober 2021 Penulis



Kelompok 3



Daftar Isi



Kata Pengantar



ii



Daftar Isi



iii



Bab 1 Pendahuluan



4



1.1 Latar Belakang



4



1.2 Rumusan Masalah



5



1.3 Tujuan Penulisan



5



Bab II Pembahasan 2.1 Pewarnaan Histologi



6 6



2.1.2



Hematoxilin



6



2.1.3



Macam-macam Hematoxilin



6



2.1.4



Diferensiasi



9



2.1.5



Bluning



9



2.1.6



Eosin



10



2.1.7



Prosedur Pewarnaan Hematoxilin Eosin



11



2.2 Pewarnaan Sitologi Bab 3. Penutup



12 19



3.1 Kesimpulan



19



3.2 Saran



19



Daftar Pustaka



20



BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Pewarnaan bertujuan agar dapat mempertajam atau memperjelas berbagai elemen, terutama sel-sel ataupun jaringan sehingga dapat dibedakan dan ditelaah dengan mikroskop. Pewarnaan perlu dilakukan karena objek dengan ketebalan 5 mikrometer akan terlihat transparan meskipun di bawah mikroskop. Pewarna yang biasa digunakan adalah hematoxylin dan eosin. Hematoxylin akan memberi warna biru pada nukelus, sementara eosin memberi warna merah muda pada sitoplasma. Masih terdapat berbagai zat warna lain yang biasa digunakan dalam mikroteknik, tergantung pada jaringan yang ingin diamati. Beberapa zat pengecat : • Hematoksilin : diekstraksi dari sejenis tanaman logwood, jika dioksidasi akan membentuk haematein, senyawa yang berwarna biru keunguan. Digunakan bersama-sama dengan garam Fe(III) atau Al(III) untuk mewarnai inti sel. • Eosin : sering digunakan sebagai zat warna tandingan dari hematoksilin dalam pewarnaan H&E (haematoxylin and eosin) yang populer dalam teknik histologi. Eosin mewarnai sitoplasma sel menjadi merah jambu agak oranye, tergantung pH-nya, eosin juga mewarnai eritrosit menjadi merah sedikit kecoklatan, tergantung pH mediumnya. • Biru metilen : biasa digunakan sebagai pewarna yang umum, hanya untuk membedakan antara sel dan latar belakangnya saja, tanpa bermaksut melakukan kajian differensiasi. Biru metilen memberi warna biru cerah yang bisa bergradasi (biru muda sampai biru agak tua), jika mewarnai sel, bisa memperlihatkan keberadaan morfologi nukleolus dan pola struktur kromatin di dalam nukleolus.



1.2 Rumusan Masalah 



Apa saja macam-macam pewarnaan Sitohistoteknologi?







Apa saja macam-macam pemeriksaan Sitohistoteknologi?



1.3 Tujuan Penulisan



Untuk mengetahui macam-macam pewarnaan sitohistoteknologi dan cara pemeriksaan sitohistoteknologi.



BAB II PEMBAHASAN



2.1 Pewarnaan Histologi 2.1.1 HEMATOXYLIN



a. Prinsip dasar Hematoxylin Hematoxylin diekstrak dari kayu bulat Amerika yaitu Haematoxylon campechianum. Hematoxylin berasal dari bahasa Yunani, yaitu haimatodec (darah) dan xylon (kayu). Hematoxylin akan mengikat inti sel secara lemah, kecuali bila ditambahkan senyawaan lainnya seperti alumunium, besi, krom dan tembaga. Senyawa hematoxylin yang dipakai adalah bentuk oksidasinya yaitu hematin. Proses oksidasi senyawa hematoxylin ini dikenal sebagai Ripening dan dapat dipercepat prosesnya dengan menambahkan senyawaan yang bertindak sebagai oksidator seperti merkuri oksida, hidrogen peroksida, potassium permanganat dan sodium iodat. Hematin akan mengikat molekul yang bermuatan negatit. Material kromatis dalam inti sel bermuatan negatif, sehingga hematin akan berikatan dengan material kromatis di dalam inti sel. Secara sederhana, dapat dijelaskan bahwa kromatin pada inti sel mempunyai sifat asam dan akan menarik zat warna yang bersifat basa. 2.1.2



Macam-Macam Hematoxylin



a. Hematoxylin Erhlich Hematoxylin ini dibuat dengan cara pematangan yang alami yaitu pematangan selama 2 bulan. Waktu pematangan bisa lebih singkat dengan menempatkannya di tempat yang hangat seperti di jendela-jendela. Setelah pematangan berjalan dengan sempurna, maka Hematoxylin Erlich dapat digunakan dan dapat mempertahankan kemampuannya selama beberapa bulan. Hematoxylin Erlich dapat mewarnai mukupolisakarida pada tulang rawan, sehingga pewarnaan ini baik digunakan untuk tulang rawan. Adapun formulanya adalah sebagai berikut: Cara pembuatannya adalah sebagai berikut:



1. Hematoksilin dilarutkan dalam alkohol, tambahkan bahan kimia yang lainnya 2. Gliserin ditambahkan untuk mengurangi oksidasi dan memperpanjang umur simpan 3. Pematangan alami di bawah sinar matahari memakan waktu2 bulan, tapi dalam keadaan darurat bisa dimurnikan secara kimia dengan penambahan natrium iodat sebanyak S0 mg per I gram Hematoxylin, namun masa simpannya akan lebih pendek. 4. Saring sebelum digunakan b. Hematoxylin Mayer Hematoxylin ini matang dengan senyawa kimia yaitu sodium iodat. Hematoxylin mayer paling banyak digunakan dan memberikan hasil pewarnaan yang jelas. Masa simpannya lama. Counterstain dari hematoxylin mayer adalah Eosin 0,5- 1%. Cara pembuatannya adalah sebagai berikut: 1. Hematoxylin, Potassium alum dan natrium lodat dilarutkan ke dalam aquadest dengan pemanasan, aduk kemudian biarkan di suhu kamar semalam 2. Tambahkan asam sitrat dan kloral hidrat, kemudian direbus selama 5 menit, dinginkan dan saring 3. Saring sebelum digunakan c. Hematoxylin Haris Hematoxylin ini matang secara kimiawi dengan oksidas merkuri. Namun oksida merkuri ini sangat beracun, tidak ramah lingkungan dan memiliki efek panjang yang merugikan, dan bersifat korosif, Hematoxylin Harris mewarnai inti dengan baik. Counterstainnya adalah Eosin 0,5-1%. Adapun formulanya adalah sebagai yg formula2nya apus ajaa yaa,ga kuedit lg gasempeeett Cara pembuatannya adalah sebagai berikut: 1. Hematoxylin dilarutkan ke dalam alkohol absolut 2.



Tambahkan ke dalam Potassium alum yang sebelumny telah dilarutkan dalam aquadest hangat dalam labu 2 Titer, campurkan larutan tersebut dan panaskan dengan cepat sambal diaduk.



3. Hentikan pemanasan, tambahkan merkuri oksida dan sodium iodat ditambahkan secara hati-hati. 4. Panaskan sampai wama menjadı purple gelap 5. Hentikan pemanasan dan tempatkan wadah ke dalam air dingin sehinggan larutan Hematoxylin menjadi dingin. 6. Setelah larutan dingin, tambahkan asam asetat glasial. Penambahan asam asetat ini bersifat opsional. Saring sebelum digunakan



d.



Hematoxylin Cole Hematoxylin Cole adalah salah satu pewarnaan alum (tawas), pewarnaan ini matang dengan larutan iodium beralkohol. Formulanya adalah sebagai berikut: Cara pembuatannya adalah sebagai berikut: 1. Hematoxylin dicampurkan dnegan aquadest hangat 2. Campurkan dengan larutan iodine 3. Tambahkan larutan alum, panaskan sambal diaduk 4. Dinginkan segera, kemudian disaring.



e. Hematoxylin Carazzi Carazzi adalah Hematoxylin alum (tawas) yang matang secara kimiawi dengan kalium iodat. Cara pembuatannya adalah sebagai berikut: 1. Hematoxylin dicampurkan dengan gliserol 2. Alum dicampurkan dengan aquadest, biarkan semalam 3. Larutan alum ditambahkan secara perlahan ke dalam larutan hematoxylin, campurkan dengan baik. 4. Kalium iodat dicampurkan dengan Sisa air yang telah dihangatkan 5. Tambahkan larutan tersebut ke dalam campuran hematoxylin-alum-gliserol tadi. 6. Saring sebelum digunakan.



f. Hematoxylin Gill Cara pembuatannya adalah sebagai berikut: 1. Campurkan aquadst dan ethylene gliccol, tambahkan hematoxylin dan campur Sodium 1odat ditambahkan untuk oksidasi 2. Alumunium sulfat ditambahkan dan campurkan 3. Tambahkan asam asetat glasial, aduk selama I jam 4. Saring sebelum digunakan. & Hematoxylin Delafield g. Hematoxylin alum Cara pembuatannya adalah sebagai berikut: 1. Hematoxylin dilarutkan dalam 25 ml alkohol95% 2. Tambahkan ke larutan alum 3. Didiamkan selama 5 hari dalam ruangan yang cukup Cahaya 4. Disaring, tambahkan gliserin dan 100 ml alkohol 95% 5. Dxdiamkan selama 34 bulan di ruangan yang cukup cahaya sampai warnanya menjadi cukup gelap, kemudian saring dan simpan 6. Saring sebelum digunakan.



2.1.3



Diferensiasi



Proses lainnya dalam pewarnaan H&E adalah diferensiasi. Diferensiasi adalah proses penggunaan larutan asam untuk menghilangkan pewarnaan yang berlebihdekolorisasi. Larutan yang biasa digunakan adalah asam alkohl 1%.



Larutan ini akan



meningkatkan konsentrasi dari H+. Pada proses diferensiasi akan dilepas ikatan antara Al3+ dengan jaringan dan ikatan antara Al3+ dengan hematin. 2.1.4



Bluing



Bluing diperlukan untuk mengubah pewarnaan inti dari ungu kemerahan menjadi biru/ungu jernih. Agen bluing bersifat basa dengan kisaran pH optimal 7,5-9,0. Agen bluing diantaranya adalah Scot 's Tap Water, Ammonia Water, dan Lithium Carbonate. Cara kerja bluing adalah dengan meningkatkan pH, mengurangi H+ pada larutan yang berefek pada struktur hematoxylin, dan menghilangkan H+ dari struktur ring.



2.1.5



Eosin



Eosin adalah pewana sintetis yang termasuk golongan xanthene. Eosin bersifat asam dan akan mengikat molekul protein yang bermuatan positif di sitoplasma dan jaringan ikat. Eosin adalah counterstain yang dapat mewarnai sitoplasma dan jaringan ikat menjadi bernuansa merah dan oranye. Eosin juga mewarnai inti sel yang telah terwarnai hematoxylin dari biru menjadi berwarna ungu. Eosin yang tersedia dalam bentuk komersial diantaranya adalah Eosin Y (EOSin berwama kekuningan dan larut di dalam air) C.I. No. 45380, Etil Eosin (Eosin S, larut dalam alkohol) C.I. No. 45386 dan Eosin B (EoSin kebiruan, eritrosin B) C.I. No. 45400. Namun yang paling banyak digunakan dan digabungkan dengan Hematoxylin adalah Eosin Y. Eosin adalah zat warma Xanthene. Eosin paling cocok dikombınasikan dengan pewana haematoxylin. Eosin memiliki nilai kemampuan differensiasi sendiri untuk membedakan antara sitoplasma darı tiap sel dan serabut jariıngan ikat yang berbeda. Jenis cosin 



Eosin Y (yellowish), water soluble







Eosin B (Bluish)







Ethyl Eosin (eosin S, eosin alkohol absolut)



Eosin Y(yellowish) paling banyak digunakan, karena termasuk zat warna asam Sehingga dapat berikatan dengan protein (basa) dan dapat berpenetrasi pada struktur padat dan bersifat metakromatik. Terdapat dalam 2 bentuk ,yaitu monomer (merah) dan dimer (orange merah). Hasil pewarnaannya yaitu: sitoplasma akan berwarna merah, eritrosit akan berwarna orange merah, nukleus piknotik akan berwarna ungu, dan nukleolus akan berwarna merah. sebagai pewana sitoplasma, Eosin b1asanya digunakan dalam konsentrast O,5-1% di dalam aquadest. Kristal thymol ditambahkan untuk mencegah pertumbuhan jamur. Kemudian ditambahkan sedikit asam asetat (0,5 ml dalam 1000 ml zat warna) untuk mempertajam pewarnaan. diferensiasi terjadi ketika pencucian dengan air keran, dan ketika dilakukan dehidrasi dengan alkohol. Intensitas perpaduan warna H&E ditentukan oleh kita sebagai pengamat,



keseimbangan warna harus bisa dilihat ketika preparat tersebut diperiksa di bawah mikroskop.



2.1.6



PROSEDUR PEWARNAAN HEMATOXYLIN EOSIN



Prosedur pewarnaan menggunakan hematoxylin eosin pada dasarnya tidak terpaut pada waktu yang ditentukan. Penentuan waktu tergantung dari larutan yang digunakan, apakah masih baru dibuat atau sudah digunakan sebelumnya. 1. Prosedur 1) Deparafinasi, suatu proses menghilangkan parafin dengan larutan xylol. Dapat digunakan xylol I dan xylol II masing masing selama 2 menit 2) Menghilangkan xylol dengan alkohol melalui proses rehidrasi, yaitu dengan menggunakan larutan alkohol bertingkat dari konsetrasi tinggi ke konsentrasi rendah ( alkohol 96%, 90%, 80%, 70%, dan 50% masing masing selama 2 menit) 3) Kemudian dilakukan pencucian dengan aquades selama 1 menit 4) Dilakukan pewarnaan dengan Hematoxyline selama 3-5 menit 5) Pencucian dengan air selama I menit. 6) Kemudian dilakukan deferensiasi, yaitu pengurangan warna pada inti dan penghilangan warna pada sitoplasma dengan menggunakan larutan HCI 0,5% 1-2celup. 7) Selanjutnya dilakukan proses Blueing dengan menggunakan larutan Lithium Carbonat 0,5% selama 1-2 menit yang berfungsi menguatkan wana biru pada inti sel. 8) PencucCian dengan air selama I menit. 9) Pewarnaan dengan Eosin untuk mewarnai Sitoplasma selama 1-3 menit. 10) Pencucian dengan Alkohol 90% 1-2 celup 11) Dilakukan dehidrası dengan alkohol bertingkat dengan konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi masing-masing 2 menit. 12) Tahap clearing dengan menggunakan larutan xylol selama 2 menit



13) Kemudian memasuki tahapan mounting dengan meneteskan larutan entelan 12 tetes pada preparat jaringan yang berfungsi mengawetkan jaringan 14) Kemudian tutup preparat dengan cover glass 15) Jangan lupa untuk memberi label pada preparat 16) Kemudian dapat dilakukan pengamatan di bawah mikroskop dengan perbearan 400x Hasil Nukleus berwarna biru hitam, sitoplasma berwarna nuansa pink, serat otot berwarna pink lebih gelap, sel darah merah berwarna oranye/merah, fibrin berwarna pnk gelap. Struktur dan substansi selain nukleus mungkin akan terwarnai oleh Hematoxyılin, seperti hifa jamur, dan endapan kalsium yang sering kali berwarna hitam/biru.



2.2 Pewarnaan Sitologi Macam-macam pewarnaan Sitologi yaitu 1. Diff quik Diff-Quik adalah varian pewarna Romanowsky komersial, umumnya digunakan dalam pewarnaan sitologi untuk dengan cepat mewarnai dan membedakan berbagai noda, biasanya apusan darah dan non-ginekologi, termasuk aspirasi jarum halus. Hal ini didasarkan pada modifikasi dari pewarnaan Wright Giemsa yang dipelopori oleh Bemard Witlin pada tahun 1970. Ini memiliki kelebihan dibandingkan teknik pewarnaan Wright Giemsa yang lebih tua, karena mengurangi proses 4 menit menjadi operasi 15 detik yang disederhanakan, dan memungkinkan untuk peningkatan selektif.



pewarnaan cosinofilik atau basofilik tergantung pada waktu smear yang tersisa dalam larutan pewarna. Diff-Quik digunakan pada material yang dikeringkan sebelum fiksasi alkohol (daripada langsung dicelupkan sebagai "wet-fixed"). Penggunaan utama noda tipe



Romanowsky



adalah



untuk



detail



sitoplasma,



seperti



mucins



intracytoplasmic, tetesan lemak dan butiran neurosekresi. Zat ekstraseluler, seperti lendir bebas, koloid, substansi tanah, dl, juga mudah diwamai, dan muncul metakromatik. Agen mikrobiologi, seperti bakteri dan jamur, juga muncul lebih mudah di Diff-Quik. Cat Diff-Quik terdiri dari 3 larutan 1. Reaksi fiksatif diff-Quik 



Pewarna triarylmethane







Metanol



2. Larutan Diff-Quik I (eosinophilic) 



Pewarna Xanthen







Buffer pH







Sodium azide



3. Diff-Quik larutan II (basofilik) 



Pewarna tiazin







Buffer pH



Prinsip: Pencelupan Diff Quick adalah merupakan salah satu teknik pencelupan rapid untuk smear sitologi yang dikeringkan di udara (Air Dried). Teknik pencelupan ini digunakan untuk melihat tahap cellularity dan juga untuk mendiagnosis sampel sel daripada Fine Needle Aspirates (FNA). Alat dan bahan : 



Objek glass







Deck glass







Methanol







Eosin







Metylen blue







Entelan



Prosedur 1. Sediaan difiksasi dengan methanol 1 menit 2. Pewarnaan sitoplasma dengan eosin I menit 3. Pewarnaan inti dengan methylene blue I meit 4. Setelah ditiriskan dan dikeringkan sediaan ditetesi dengan entelan I tetes kemudian ditutup dengan deck glass 5. Sediaan siap dibaca



2. Papanicolaou Pencelupan Papanicoloau (PAP) ditemukan oleh seorang saintis bernama Dr. George papanicoloau (1832-1962). Dilahirkan di Greece, beliau menerima ijazah dari Universiti Athens pada 1904 dan PhD dalam bidang zoology dari Universiti Munich pada 1910. Dr. George Papanicoloau mula memerikasa perubahan apusan vagina wanita pada 1923. Beliau menjumpai sel yang abnormal, besar, nucleus berubah bentuk dan hiperkromatik pada wanita yang menghidap kanser uterin. Penemuan ini dianggap sebagai satu titik permulaan untuk perkembangan bidang sitolog. Pewanaan papanicolaou digunakan untuk pemeriksaan sel dalam sekret, eksdudat, transudat atau biopsi berbagai jenis organ dalam dan jari ngan. Pap pewarnaan digunakan untuk membedakan sel dalam preparat apusan berbagai sekresi tubuh; spesimen dapat berupa apusan ginekologi (Pap smear), sputum, Sikat, pencucian, urin, cairan serebrospinal, cairan perut, cairan pleura, cairan Sinovial, cairan mani, bahan aspirasi jarum halus, sampel sentuhan tumor, atau bahan lain yang mengandung sel. Pap pewarnaan adalah teknik yang sangat andal. Dengan demikian, digunakan untuk skrining kanker serviks di ginekologi. Seluruh prosedur dikenal sebagai Pap smear. Pada spesimen yang disiapkan dengan baik, inti sel berwarna biru pekat sampai hitam. Sel dengan kandungan keratin yang tinggi berwarna kuning, gikogen juga berwarna kuning. Sel-sel superfisial berwarna oranye sampai merah muda, dan sel-sel menengah dan parabasal berwarna hijau pirus ke biru. Sel metaplastik sering menodai hijau dan merah jambu sekaligus.Cat EA mengandung dua bahan kimia yang saling tidak kompatibel, Bismarck brown dan asam fostotungstat, yang saling mencetuskan, merusak masa mantaat campuran dan mengorbankan pewarnaan diferensial eosin dan hijau muda. Deskripsi komposisi larutan pewama bervariasi berdasarkan sumber dan berbeda bahkan dalam publikasi Papanicolaou sendiri. Campuran dari nama yang sama dari vendor yang berbeda dapat berbeda dalam komposisi, kadangkadang menghasilkan hasil yang berbeda atau buruk. Metode ini umumya digunakan untuk pewarnaan Papsmear (tapi terkadang ada juga selain papsmear diwarnai dengan metode ini).



Adapun proses pewamaan Papanicolaou yaitu: Prinsip : a. Spesimen pada kaca slide b. Difiksasi alkohol 96 % (spray/ rendam minimal 30 menit) c. Dipulas Haematoxylin (inti), lalu OG-6, dan EA 50 atau 65 d. Fiksasi sediaan: 



Rendam dengan alkohol absolut/ 96 %, segera 10- 15 detik segera rendam angkat sediaan minimal 30 menit kirim ke lab







Spray dengan alkohol absolut/ 96osemprot pada jarak 15-20 cm



e. Bila sediaan kering :| Rehidrasi: rendam aquadest :gliserin (aa) selama 3-5 menit, fiksasi alkohol 96% 30 menit, lalu bilas dengan air mengalir 3-5 menit, fiksasi alkohol 96% lalu bilas. Alat dan bahan: 



Objek glass







Deck glass







Alkohol 96%,70%,50%







Haris hematoksilin







Eosin alkohol 50%







Orange Green (OG)6







Xylol







Entelan



Prosedur pewarmaan: 1. Rehidrasi sediaan kedalam alkohol 70%, alkohol 50%, aquades masingmasing 7 celup 2. Pewarnaan inti dengan haris hematoxylin (untuk histopatologi 45 menit, untuk sitopatologi 5 menit.) lalu bilas dengan air yang mengalir 3. Dehidrasi dengan air alkohol 50%, alkohol 70%, alkohol 90% masingmasing 7 celup 4. Mewamai sitoplasma dengan OG 6 selama 3 menit 5. Dehidrasi dengan alkohol 70% dan 96%% 7 celup 6. Mewarnai sitoplasma dengan eosin alkohol selama 3 menit 7. Dehidrasi dengan alkohol 70% dan 96% 7 celup 8. Tiriskan dan keringkan lalu jernihkan dengan larutan xylol I menit atau lebih, lalu keringkan di udara 9. Teteskan entelan I tetes pada sediaan lalu tutup dengan deck glass jangan sampai ada gelembung. 10. Sediaan siap dibaca 3. Giemsa Pewarnaan Giemsa (Giemsa Stain) adalah teknik pewarnaan untuk pemeriksaan mikroskopiS yang namanya diambil dari seorang peneliti malaria yatu Gustav Giemsa. Pewarnaan ini digunakan untuk pemeriksaan sitogenetik dan untuk diagnosis histopatologis parasit malaria dan parasit lainnya. Prinsip dari pewarnaan giemsa adalah presipitasi hitam yang terbentuk dari penambahan larutan metilen biru dan eosin yang dilarutkan di dalam metanol. Pewarnaan giemsa digunakan untuk membedakan inti sel dan morfologi sitoplasma dari sel darah merah, sel darah putih, trombosit dan parasit yang ada di dalam darah. Pewarnaan giemsa adalah teknik pewarnaan yang paling bagus digunakan untuk identifikasi parasit yang ada di dalam darah (bloodborne parasite Adapun proses dari pewarnaan Giemsa meliputi



Tujuan :Terutama yang diperiksa adalah detail dari morfologi untuk memeriksa intisel, untuk melihat apakah sel tersebut sel normal, sel noeplasma Jinak atau ganas. Sampel: Aspirasi Jarum Halus (AJH), Endapan cairan yang telah disentrifuge Bahan: 



Larutan pewarna giemza







Larutan Phostat butfer (ph 6,8)







Methanol



Prosedur kerja : 1. Sediaan apus telah benar-benar kering di udara 2. Fiksasi dengan methanol minimal 5 menit 3.



Cuci dengan aquadest, biarkan kering di udara



4. Tetesi dengan pewarna Giemsa dengan perbandingan (GZ: Buter phosfat= 1:4) 5. Cuci dengan aquadest, kering diudara 6. Tutup EZ Mount



BAB lll PENUTUP



3.1 Kesimpulan 1.



Pewarnaan bertujuan agar dapat mempertajam atau memperjelas berbagai elemen, terutama sel-sel ataupun jaringan sehingga dapat dibedakan dan ditelaah dengan mikroskop.Pewarnaan dapat dibagi menjadi 2 yaitu yaitu pewarnaan histologi yang terdiri dari pewarnaan HE dan pewarnaan sitologi yang terdiri dari Giemsa, Diff quik, dan Papanicolaou



2.



Ada 3 pemeriksaan Sitohistoteknologi, yaitu : 1) Sitopatologi : Pap Smear, FNA-B, Core Biopsi 2) Histopatologi : jaringan dengan pengawet dan jaringan dengan tanpa pengawet atau segar (PC) 3) Imunohistokimia



3.2 Saran Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat kami harapkan agar penulisan makalah selanjutnya bisa lebih baik lagi dengan bimbingan ibu.



Daftar Pustaka https://id.scribd.com/document/425537071/MAKALAH-SITOHISTOTEKNOLOGI