Kelemahan Subyektif [PDF]

  • Author / Uploaded
  • siska
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Kelemahan Subyektif 1. Pemberian skor subyektif 2. Materi tes terbatas 3. Jawab panjang waktu lama 4. Mengoreksinya sukar 5. Kadar validitas dan reliabilitas soal rendah



Cara menangani kelemahan tes subjektif 1. Upaya menangani Pemberian skor subyektif, adalah dengan menyusun sistem pemberian skor yang objektif dan menjelaskannya kepada para sisiwa pesrta tes, juga menjelaskaan kepada mereka seberapa besar nilai setiap pertanyaan. 2. Upaya menangani Materi tes terbatas, hendaknya soal- soal tes dapat meliputi ide- ide pokok yang mewakili materi pembelajaran yang akan di teskan, dan kalau mungkin disusun soal yang sifatnya komperehensif.1[3] 3.



Upaya untuk mengatasi jawaban panjang yaitu dengan menyeimbangkan anatara jumlah pertanyaan esay yang memerlukan jawaban panjang dengan pertanyaan yang memerlukan jawaban pendek. Sedangkan untuk mengatasi waktu lama yaitu dengan memberikan waktu yang cukup kepada siswa. Berikan pilihan pertanyaan kepada para siswa, misalnya siswa menjawab hanya tiga pertanyaan dari lima pertanyaan yang disediakan, sesuai pilihan dan kemampuan mereka.2[4]



4. Mengatasi dalam mengoreksi sukar bisa dengan saat menyusun soal, hendaknya soal- soal itu sudah dilengkapi dengan kuncinjawaban serta pedoman penilaiannya.3[5] Dan hendaknya



ditegaskan model jawaban apa yang dikehendaki oleh penyusun tes. Untuk itu pertanyaan tidak boleh terlalu umum, tetap spesifik.4[6] 5. Upaya mengatasi kadar validitas dan reliabilitas rendah bisa dengan cara, Pada tahap pertama soal yang telah dibuat diberikan kepada ahli evaluasi dan penilaian pembelajaran untuk di review, ditelaah dan dianaliasis. Validator dan Reliabilitator ahli yang baik, tentu akan berusaha mereview secara optimal dan memberi masukan perbaikan. Tahap kedua merevisi soal yang telah di validasi ahli termasuk mengakomodasi masukan atau saran demi perbaikan soal. Tahap ketiga, melakukan uji coba lapangan dalam evaluasi pembelajaran di kelas, perangkat yang telah direvisi digunakan untuk mengevaluasi dan menilai pembelajaran sehingga diketahui nilai dan proses hasil pembelajaran di kelas tempat uji coba. Data nilai (hasil) belajar dianalisis. Tahap keempat mengembangkan soal yang telah di revisi berdasarkan hasil uji coba lapangan sehingga menghasilkan soal final yang bagus dan siap digunakan untuk melakukan tes. Untuk menghaindari kemungkinan ini pengetes harus dapat menyusun tesnya dengan teliti dan baik sehingga tes atau pertanyaan- pertanyaan itu benar- benar dapat merangsang berpikir anak- anak.



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Dalam proses pembelajaran, terdapat berbagai macam tes yang digunakan. Tes diberikan sebagai sarana untuk mengetahui apakah materi-materi yang sudah disampaikan selama proses belajar berlangsung, sudah diterima dan dipahami dengan baik oleh siswa. Terdapat berbagai macam tes yang dapat digunakan, salah satu bentuk tes itu adalah tes bentuk essay (uraian). Dengan digunakannya tes bentuk essay, setidaknya dapat menjadi alat pengukur kemampuan siswa secara objektif. Dalam pelaksanaannya, ternyata tes bentuk essay ditemukan banyak kelemahan. Bentuk essay sering disebut bentuk subjektif karena dalam pelaksanaannya sering dipengaruhi oleh faktor subjektivitas guru. Oleh karena itu, seringkali ditemui permasalahan dalam penilaian jawaban dari peserta didik. Banyak terjadi kesalahan pemberian nilai kepada peserta didik, dikarenakan berbagai faktor baik internal maupun eksternal. Namun demikian, tidak berarti bentuk essay tidak digunakan sebagai alat pengukur kemampuan siswa. Bentuk essay dapat digunakan untuk mengukur kegiatan-kegiatan belajar yang sulit diukur oleh bentuk-bentuk objektif. Dengan tes bentuk essay ini, diharapkan siswa mampu menguraikan, mengorganisasikan, dan menyatakan jawaban dengan kata-katanya sendiri.



B. Rumusan Masalah: 1. Apa yang dimaksud dengan tes bentuk essay? 2. Apa saja kelebihan dan kekurangan dari tes bentuk essay?



3. Bagaimana cara mengatasi kekurangan dari tes bentuk essay?



C. Tujuan: 1. Mengetahui tentang tes bentuk essay. 2. Mengetahui kelebihan dan kekurangan dari tes bentuk essay. 3. Mengetahui cara mengetahui kekurangan dari tes bentuk essay. BAB II PEMBAHASAN A. Tes Bentuk Essay 1. Pengertian Tes bentuk essay adalah butir soal yang mengandung pertanyaan atau tugas yang jawaban atau pengerjaan soal tersebut harus dilakukan dengan cara mengekspresikan pikiran peserta tes (Widoyoko, 2009). Tes essay dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu essay terbatas (restricted respons items) dan essay bebas (extended respons items). Tes essay tersebut dibedakan berdasarkan luas sempitnya materi yang ditanyakan. Pada tes essay bebas (extended respons items) peserta dapat mengemukakan pendapat sesui dengan kemampuan mereka tanpa ada batasanbatasan dari pembuat soal, sehingga jawaban setiap peserta akan berbada satu sama lain. Namun, pembuat soal harus tetap mempunyai acuan pengoreksi jawaban peserta. Contoh: a.



Bagaimana peranan pupuk kompos dalam pertanian?



b. Bagaimana peranan komputer dalam dunia pendidikan? Pada tes essay terbatas (restricted respons) peserta dapat dengan bebas mengemukakan pendapat mereka, namun harus ada pokok penting yang terkandung dalam jawabannya sesuai dengan batas-batas yang telah ditentukan dan dikehendaki dalam soal. Bentuk essay terbaatas ini dapat dipergunakan untuk menguji kemampuan sebab-akibat, menggambarkan prinsip-prinsip, mengajukan argumentasi yang relevan, merumuskan hipotesis yang tepat, merumuskan asumsi yang tepat, menggambarkan keterbatasan data, merumuskan kesimpulan yang tepat, menjelaskan metode dan prosedur, dan hal-hal yang sejenis. Apabila disimpulkan soal essay terbatas dapat menilai kemampuan-kemampuan peserta yang kompleks. Contoh: a.



Jelaskan bagaimana cara mancangkok tanaman!



b. Sebutkan komponen yang terdapat untuk mengoperasikan komputer!



Depdikbud sering menyebutkan bentuk-bentuk tes essay dengan sebutan lain, yaitu :Bentuk Essay Objektif (BOU) dan Bentuk Essay Non Objektif (BUNO). BOU dan BUNO merupakan bagian dari bentuk tes essay terbatas. Penggelompokkan yang dilakukan oleh Depdikbud berdasarakan pada pendekatan atau cara pemberian skor. Pada BOU rumusan jawabannya lebih pasti sehingga dapat dilakukan penskoran secara objektif. Jawaban yang benar dapat diberi skor 1 dan yang salah atau tidak dijawab mendapat skor 0. Pada satu rumusan jawaban terdapat beberapa kata kunci sehingga nilai maksimar skor dapat lebih dari satu. Kata kunci dapat berupa apa saja seperti kalimat, kata, gambar, dan angka. Berikut adalah langkah-langkah pemberian skor soal bentuk essay objektif: a.



Tuliskan kata kunci atau kemungkinana jawaban benar secara jelas untuk setiap soal.



b. Beri skor 1 untuk jawaban yang benar sempurna dan tidak ada pemberian skor setengah untuk jawaban yang kurang sempurna. c.



Apabila pertanyaan terdiri dari beberapa subpertanyaan, perincilah kata kunci dari setiap jawaban soal tersebut menjadi beberapa kata kunci subjawaban dan buatkan skornya.



d. Jumlahkan skor dari semua kata kunci yang telah ditetapkan pada soal tersebut. Hasil penjumlahan skor ini disebut skor maksimum. Contoh: Indikator



: Menuliskan keuntungan adanya pembangunan kenampakan



buatan bagi masyarakat Soal: Sebutkan tujuan dan 4 manfaat adanya pembangunan waduk! Langkah penskoran: 1. Tujuan waduk = menampung air sungai



=1



2. Manfaat



=4



= pengendali banjir



= rigasi lahan pertanian = pembangkit listrik = pahan baku air minum = perikanan 3. Skor maksimum



=5



Bentuk Essay Non Objektif (BUNO) mempunyai struktur perumusan jawaban yang sama dengan essay bebas sehingga memungkinkan terdapat unsur subjektivitas. Bentuk ini dapat menilai hasil belajar siswa yang berupa kemampuan menghasilkan, menyusun dan menyatakan



ide-ide, memadukan berbagai hasil belajar, mendesain sebuah eksperimen, dan menilai arti makna sebuah ide. Pada ,odel ini penskoran dijabarkan dengan menggunakan rentang. Rentangnya skor ditetapkan berdasarkan kompleksitas jawaban. Skor mininal untuk peserta yang tidak menjawab adalah 0, sedangkan skor maksimum ditantukan oleh penyusunan soal dan jawaban yang runtut dalam soal tersebut. Langkah-langkah penskoran sebagai berikut: a.



Menuliskan garis besar jawaban sebagai kriteria jawaban untuk dijadikan pegangan dalam pemberian skor.



b. Menetapkan rentang skor untuk setiap kriteria jawaban. c.



Pemberian skor tergantung pada kualitas jawaban yang diberikan oleh peserta



d. Jumlahkan skor yang diperoleh dari setiap kriteria jawaban. e.



Periksalah soal setiap nomor sebelum beralih kenomor yang lain untuk menghindari pemberian skor berbeda untuk jawaban yang sama.



f.



Setelah semua butir soal mendapatkan skor hitunglah skor yang diperoleh peserta, kemudian hitung nilai dengan rumus: Nilai tiap soal = skor perolehan peserta didik x bobot soal Skor maksimum tiap butir soal



g. Jumlahkan nilai semua soal. Jumlah nilai ini disebut nilai akhir suatu perangkat tes yang diberikan.



Contoh: Indikator: menjelaskan alasan yang membuat kita harus menghormati keragaman diIndonesia Soal: Jelaskan alasan yang membuat kita harus menghormati keragaman di Indonesia!



Krieria: 1. Kebanggaan yang berkaitan dengan keragaman suku bangsa=



0-5



2. Kebanggaan yang berkaitan dengan keragaman suku budaya=



0-5



3. Skor maksimum



10



=



Guna meningkatkan objektivitas dapat digunakan beberapa langkah berikut 1. Harus diingat kembali prinsip-prinsip penyusunan tes dan langkah-langkah pengembangan tes secara umum



2.



Guru harus mempunyai gambaran terhadap kedalaman, lingkup, dan perincian materi yang mungkin diberikan kepada peserta didik agar menghindari kerancuan soal dan dapat mempermudah penskoran.



3.



Setelah membuat soal guru harus segera membuat kunci jawaban dan pedoman penskoran. Pedoman penskoran terdiri dari:



a.



Batasan atau kata kunci



b. Kriteria jawaban 4. Semua identitas peserta didik harus disembunyikan bahkan bila perlu diganti dengan kode yang tidak mencirikan peserta didik tersebut. 5.



Jauhkan hal-hal yang dapat mempengaruhi subjektivitas pemberian skor seperti kerapian, tulisan/huruf, ukuran kerta dan lain-lain. Ditinjau dari tingkah laku siswa dalam mengerjakan tes karangan ini, terdapat ciri-ciri tes karangan: siswa mengorganisasikan jawaban sendiri secara bebas sesuai dengan kemampuannya; mengorganisasikan jawaban sendiri dengan mempergunakan bahasa dan corak mengarangnya sendiri; menjawab sejumlah kecil soal atau pertanyaan; dan siswa memproduksikan jawaban tes karangan secara berbeda-beda atas mutu suatu jawaban yang dituntut. Berikut ini akan dibahas masing-masing dari ciri tes karangan.



1. Siswa mengorganisasikan jawaban sendiri secara bebas sesuai dengan kemampuannya. Dalam mengorganisasikan jawaban tes karangan, siswa diberi kesempatan secara bebas menunjukkan ketepatan jawaban dengan isi pertanyaannya, kelogisan, kejelasan, kelengkapan, keaslian jawaban yang dihasilkannya. Ciri khas jawaban siswa sangat ditentukan oleh kemampuan belajarnya dalam mengorganisasikan jawaban. Hal ini berarti juga bahwa siswa dituntut untuk memberikan jawaban yang tidak hanya sekedar mengenal kembali atau mereproduksikan bahan yang dipelajari, namun memproduksikan bahan tersebut (tidak hanya sekedar melalui ingatan bebas jenis mereproduksikan, tetapi juga kemampuan berfikir). Oleh karena itu bahan yang dipelajari harus benar-benar dikuasai secara penuh dan tuntas yang melibatkan fungsi psikis lainnya seperti kemampuan berfikir, dan dikuasainya cara belajar yang efisien. Kemampuan mengorganisasikan jawaban yang demikian kiranya membutuhkan tidak hanya jenis belajar informasi verbal atau pengetahuan, tetapi jenis-jenis belajar yang lain yang lebih tinggi seperti jenis kemahiran intelektual, jenis belajar pengaturan kegiatan kogitif. Dengan kata lain, kemampuan mengorganisasikan jawaban yang demikian menuntut tingkat kematangan dari suatu



fungsi berfikir. Sejauh mana tingkat kematangan fungsi berfikir siswa akan menentukan pula jenis tes karangan yang akan dipakai dalam suatu pengukuran seperti tes karangan terbatas yang dipakai untuk mengukur hasil belajar pada tingkat pemahaman, aplikasi, analisis, dan tes karangan bebas yang dipakai untuk mengukur hasil belajar pada tingkat aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. 2.



Siswa mengorganisasikan jawaban sendiri dengan mempergunakan bahasa dan corak mengarangnya sendiri Seorang guru akan menghadapi berbagai jawaban yang disebabkan oleh perbedaan kemampuan berbahasa siswa karena siswa menggunakan bahasa dan corak mengarangnya sendiri. Perbedaan ini biasanya timbul karena siswa masih belum mampu berbahasa secara baku. Padahal bahasa merupakan salah satu alat untuk mengungkapkan hasil pemikiran. Kalau kemampuan berbahasa yang dimiliki oleh siswa belum terbina dengan baik, maka pengungkapan isi pikirannya akan menjadi kacau. Penggunaan bahasa Indonesia yang belum baku oleh siswa dalam merumuskan jawaban tes karangan sering dapat mempengaruhi objektivitas guru dalam memeriksa jawaban-jawaban siswa. Perumusan jawaban yang tidak jelas, dan penggunaan “tipex” yang berlebihan dapat mengurangi perolehan skor. Walaupun ini tidak harus terjadi, namun guru adalah seorang manusia biasa yang bisa terpengaruh oleh hal-hal yang tidak semestinya.



3. Siswa menjawab sejumlah kecil soal, pertanyaan atau item Jika siswa harus mengorganisasikan jawaban tes karangan sendiri, maka wajar apabila hanya tersedia sejumlah pertanyaan yang relatif kecil, misalnya enam item. Dengan jumlah pertanyaan yang relatif kecil, keluasan dan kedalaman bahan yang dicakup oleh tes karangan cukup terbatas. Sangat mungkin siswa belajar secara spekulatif. Sering dijumpai siswa yang lebih tertarik belajar menjawab pertanyaan yang diperoleh, dariada mempelajari bahan. Mengingat jumlah pertanyaan yang disajikan tes karangan relatif kecil maka seorang guru perlu melaksanakan salah satu prinsip pelaksanaan pengukuran secara kontinu atau lebih dari satu kali kegiatan pengukuran. Dengan demikian cakupan bahan yang akan diujikan dapat dicakup secara memadai melalui pelaksanaan pengukuran yang berulang kali. 4. Siswa memproduksikan jawaban tes karangan secara berbeda-beda atas mutu suatu jawaban yang dituntut Ada kemungkinan bahwa jawaban yang dihasilkan siswa akan sangat bervariasi sesuai dengan perbedaan-perbedaan kemampuan belajar dan bahasa yang dipakai para siswa. Jawaban yang dihasilkan siswa dapat sungguh-sungguh benar atau salah, agak benar atau agak salah. Oleh karena



itu, jawaban yang dipakai sebagai kunci, haruslah jawaban yang benar, relevan, lengkap, berstruktur dan jelas, sehingga setiap jawaban yang dihasilkan siswa mudah dibandingkan dengan jawaban guru. Dalam hal ini seorang guru membutuhkan banyak waktu dan tenaga dalam memeriksa jawaban-jawaban yang bervariasi dari siswa, dan pemeriksaan ini tidak dapat diwakilkan orang lain. 2. Prinsip-Prinsip Pembuatan Tes Essay Untuk menghasilkan butir soal tes essay yang baik, bagi penyusun tes diharapkan memperhatikan hal-hal berikut : a.



Butir soal hendaknya meliputi ide-ide pokok dari materi yang diujikan, dan jika mungkin disusun soal yang bersifat komprehensif yang mampu mewakili materi pokok dalam mata pelajaran yang diujikan.



b.



Sebaiknya butir soal tidak mengambil kalimat-kalimat yang disalin langsung dari buku atau catatan. Penyusunan butir soal yang menyalin langsung dari buku atau catatan cenderung mendorong siswa hanya menghafalkan materi ujian saja. Apabila hal ini terjadi, butir soal tes essay hanya mengungkap aspek kemampuan kognitif tingkatan yang paling rendah, yaitu ingatan.



c.



Pada waktu menyusun butir soal hendaknya sudah dilengkapi dengan kunci jawaban serta pedoman penskorannya. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan reliabilitas butir soal. Dengan adanya pedoman tersebut diharapkan ketidakkonsistenan penilai (rater unreliability) dapat dikurangi.



d. Hendaknya diusahakan pertanyaannya bervariasi antara “jelaskan”, “mengapa”, “bagaimana”, “uraikan”, “bandingkan”, agar dapat diketahui lebih jauh tingkat penguasaan siswa terhadap bahan ujian. e.



Hendaknya rumusan butir soal disusun sedemikian rupa sehingga mudah dipahami oleh peserta tes. Hindari penggunaan istilah atau kata-kata yang memiliki makna ganda.



3. Penulisan Aitem 1. Soal sesuai dengan indicator. 2. Batasan pertanyaan dan jawaban yang diharapkan sudah sesuai. 3. Materi yang ditanyakan sesuai dengan tujuan pengukuran. 4. Isi materi yang ditanyakan sesuai dengan jenjang jenis pendidikan atau tingkat kelas. 5. Menggunakan kata tanya atau perintah yang menuntut jawaban uraian. 6. Ada petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal.



7.



Ada pedoman penskorannya serta tabel, gambar, grafik, peta, atau yang sejenisnya disajikan dengan jelas dan terbaca.



8. Rumusan kalimat soal komunikatif dan butir soal menggunakan bahasa yang baku 9. Tidak menggunakan kata/ungkapan yang menimbulkan penafsiran ganda atau salah pengertian. 10. Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu 11. Rumusan soal tidak mengandung kata/ungkapan yang dapat menyinggung perasaan peserta didik 4. Penggunaan Tes Essay Tes essay sangat baik digunakan apabila : a.



Jumlah peserta tes relatif sedikit, misalnya kurang dari 100 orang. Bila peserta ujian terlalu banyak, misalnya lebih dari 100 orang, penggunaan tes essay akan menyita waktu guru dalam memeriksa lembar jawaban, sehingga kurang efisien lagi.



b. Waktu yang dimiliki guru untuk mempersiapkan soal sangat terbatas, sedangkan ia mempunyai waktu yang cukup untuk memeriksa hasil ujian. c.



Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai adalah kemampuan mengekspresikan pikiran dalam bentuk tulisan, menguji kemampuan menulis dengan baik atau kemampuan penggunaan bahasa tulis.



d. Ingin memperoleh informasi yang tidak tertulis secara langsung di dalam soal ujian, tetapi dapat disimpulkan dari tulisan peserta tes, seperti sikap, nilai, atau pendapat. e.



Untuk memperoleh hasil pengalaman belajar siswa, maka tes essay merupakan salah satu bentuk yang paling tepat untuk mengukur pengalaman belajar tersebut.



5. Metode Pengoreksian Soal Essay Terdapat 3 metode yang dapat digunakan oleh guru dalam mengoreksi soal bentuk essay. Metode-metode tersebut antara lain: a.



Metode per nomor ( Whole method) Guru mengoreksi hasil jawaban setiap nomor dari peserta didik, misalnya guru mengoreksi nomor 1 terlebih dahulu dari jawaban seluruh peserta didik, kemudian dilanjutkan ke nomor 2, dan seterusnya.



b. Metode per lembar (Separated method) Guru mengoreksi satu lembar jawaban peserta didik mulai dari nomor 1 hingga nomor terakhir, kemudian setelah selesai mengoreksi satu lembar jawaban dari peserta didik yang satu, guru mengoreksi lembar jawab peserta didik yang lain, begitu seterusnya.



c.



Metode Bersilang (Cross method) Guru mengoreksi jawaban peserta didik dengan cara menukarkan hasil koreksi dari seorang korektor kepada korektor yang lain. Dengan kata lain, lembar jawab yang telah dikoreksi oleh seorang korektor, kemudian dikoreksi kembali oleh korektor lain. Tabel 1.1 Kelebihan dan Kekurangan Metode Pengoreksian Jenis



Kelebihan



Kekurangan



Metode Per nomor Pemberian skor yang berbeda atas dua jawaban yang



Pelaksanaan terlalu berat dan memakan banyak waktu.



kualitasnya hampir sama hampir tidak akan terjadi. Per



Tidak memakan waktu banyak.



lembar



Guru sering memberi skor yang berbeda atas dua jawaban yang sama kualitasnya.



Bersilang



Hasil pengoreksian lebih



Membuang waktu dan tenaga



objektif.



yang banyak.



Di samping metode-metode di atas, ada juga metode lain untuk mengoreksi jawaban soal bentuk essay, yaitu: a.



Metode Analisis (Analytical method) Cara untuk mengoreksi jawaban peserta didik dengan membandingkan jawaban peserta didik dengan model jawaban yang sudah disiapkan dan sudah dianalisis menjadi beberapa langkah dan pada setiap langkah tersebut disediakan skor-skor tertentu.Misalnya: ¼ benar diberikan skor 2,5; ½ benar diberikan skor 5; ¾ benar diberikan skor 7,5; dan benar semuanya diberikan skor 10 untuk setiap item.



b. Metode Penyortiran (Sorting method) Cara menskor dengan terlebih dahulu melakukan sortir terhadap keseluruhan pekerjaan peserta didik. Penyortiran dilakukan dengan mengklasifikasikan jawaban yang ada.Misalnya mengklasifikasikan skor ke dalam beberapa tingkatan seperti jawaban benar (baik), cukup, sedang, kurang, dan kurang sekali.Tiap klasifikasi diberikan skor misalnya 9 – 10; 7 – 8; 5 – 6; 3 – 4; dan 1 – 2 dari yang baik hingga ke yang kurang sekali. c.



Metode Poin (Point method)



Dalam metode ini (yang sering disebut sebagai metode poin jawaban), jawaban ideal atau model jawaban disusun secara mendetail sampai ke poin -poin spesifik setiap jawaban. Nilai yang akan diberikan kepada seorang siswa tergantung dari jumlah poin-poin isi jawaban yang disertakan dalam jawabannya, selain itu komponen –komponen bagian seperti kejelasan ekspresi yang digunakan, cara mengorganisasi pemikiran yang logis, dan bukti pendukung jawaban juga dipertimbangkan dan diberi nilai. Oleh karena itu, sebuah daftar periksa sangat berguna untuk dapat memberikan penilaian yangobjektif. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memberikan poin nilai untuksoal-soal essay tertentu adalah (1) waktu yang diperlukan untuk menjawab soaltersebut, (2) tingkat kerumitan dari soal tersebut, (3) penekanan pada isi yang dibahaspada suatu soal dalam garis-garis besar tes. Jadi, setiap jawaban siswa dibandingkan dengan jawaban ideal yang telah ditetapkan dalam kunci jawaban dan skor yang diberikan akan bergantung pada derajat kepadanannya dengan kunci jawaban. Metode ini cocok untuk bentuk essay terbatas, karena setiap jawaban sudah dibatasi dengan kriteria tertentu. d. Metode Rating Dalam metode penilaian global (j uga disebut sebagai metode holistik atau metode rating), jawaban ideal tidak dibagi -bagi kedadalam poin-poin spesifik dankomponen-komponen tambahan; jawaban ideal hanya berfungsi sebagai standar.Tulisan siswa yang kurang dari standar ideal tersebut dan y ang melenceng dalam halkualitas digolongkan kedalam standar diluar standar ideal atau tolok ukur ideal.Paraguru atau penilai kemudian diinstruksikan untuk memeriksa jawaban dengan cepat danmemberikan pendapat globalnya secara keseluruhan megenai kualitas jawaban.Jadi, jawaban setiap peserta didik ditetapkan dalam salah satu kelompok yang sudah dipilah-pilah berdasarkan kualitasnya selagi jawaban tersebut dibaca. Kelompok-kelompok tersebut menggambarkan kualitas dan dan menentukan berapa skor yang akan diberikan pada setiap jawaban. Misalnya, sebuah soal akan siberi skor maksimal 8, maka soal tersebut akan dapat dibuat menjadi 9 kelompok jawaban, mulai dari 0 sampai 8. Metode ini cocok untuk bentuk essay bebas.



Contoh Soal dari SK dan KD: Standar Kompetensi



: 1.



Menghargai berbagai peninggalan dan tokoh



sejarah yang berskala nasional pada masa Hindu-



Budha dan Islam, keragaman kenampakan alam dan suku bangsa, serta kegiatan ekonomi di Indonesia. Kompetensi Dasar



: 1.4



Menghargai keragaman suku bangsa dan



budaya di Indonesia Contoh soal tipe essay : 1. Jelaskan yang dimaksud dengan keragaman suku bangsa! Berikan 2 contoh! No 1



Kriteria Penilaian Menjelaskan arti keragaman



Kata Kunci Kata



yang



Skor 0-1



menggambarkan arti “jamak”. 2



Menjelaskan arti suku bangsa



kesatuan sosial



0-2 lain



berdasarkan kesadaran akan identitas perbedaan kebudayaan, khususnya bahasa. 3



Memberikan contoh suku-suku 2 suku bangsa



0-2



bangsa Skor maksimal



5



2. Sebutkan pertunjukkan rakyat yang ada di setiap provinsi di pulau Jawa! No 1



Kriteria Penilaian



Kata Kunci



Pertunjukkan rakyat yang ada di Wayang golek



Skor 1



Jawa Barat 2



Pertunjukkan rakyat yang ada di Debus



1



Banten 3



Pertunjukkan rakyat yang ada di Lenong, ondelDKI Jakarta



ondel



1



4



Pertunjukkan rakyat yang ada di Wayang Jawa Tengah



5



kulit,



1



ketoprak



Pertunjukkan rakyat yang ada di Ludruk, reog



1



Jawa Timur Skor maksimal



5



3. Bagaimana cara menghormati keragaman budaya daerah lain? No 1



Kriteria Penilaian



Kata Kunci



Menyebutkan dua budaya daerah Dua yang dibandingkan



daerah



budaya



Skor 0-2



yang



berbeda 2



Menunjukkan cara menghormati Tenggang rasa



0-3



keragaman budaya daerah lain Skor maksimal



5



4. Jelaskan keanekaragaman budaya yang ada di daerah tempat tinggalmu! No 1



Kriteria Penilaian



Menyebutkan budaya yang ada Contoh budaya di daerahnya



2



Kata Kunci



Menjelaskan



Skor 0-2



daerah keanekaragaman Kata



budaya yang ada di daerahnya



yang



0-3



menggambarkan “jamak”



Skor maksimal



5



5. Sebutkan budaya daerah Daerah Istimewa Yogyakarta! No 1



Kriteria Penilaian Menyebutkan pakaian adat



Kata Kunci Kebaya



dan



Skor 1



sorjan 2



Menyebutkan makanan khas



Gudeg



1



3



Menyebutkan lagu daerah



Menyebutkan



1



salah satu lagu 4



Menyebutkan alat musik daerah



Gamelan



1



5



Menyebutkan rumah adat



Joglo



Skor maksimal



1 5



B. Kelebihan dan Kekurangan Tes Essay a.



Dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar yang kompleks, seperti kemampuan mengaplikasikan prinsip, kemampuan menginterpretasikan hubungan, kemampuan merumuskan kesimpulan yang sahih dan sebagainya. Namun demikian, tidak dengan sendirinya tes essay menghasilkan pengukuran hasil belajar yang kompleks. Hal ini tergantung pada kemampuan pembuat tes (guru maupun dosen) untuk menyusun butir soal essay. Bahkan, tidak jarang ditemukan adanya butir soal essay yang menanyakan hal yang sederhana, yang sebenarnya jauh lebih efektif bila dites dengan menggunakan butir soal objektif.



b. Meningkatkan motivasi peserta tes untuk belajar dibandingkan bentuk tes objektif. Sesuai dengan sifatnya yang menuntut kemampuan mengekspresikan dengan kata-kata sendiri, maka bentuk tes essay menuntut penguasaan bahan secara penuh. Penguasaan bahan yang tanggung dapat dideteksi dengan mudah melalui jawaban yang ditulis oleh peserta tes. Oleh karena itu, untuk menjawab tes essay dengan baik peserta tes akan berusaha menguasai bahan yang diperkirakan akan diujikan dalam tes secara tuntas. c.



Mudah disiapkan dan disusun, sehingga tidak membutuhkan waktu yang lama bagi guru untuk mempersiapkannya. Kemudahan ini terutama disebabkan oleh dua hal, pertama jumlah butir soal tidak terlalu banyak, dan kedua guru tidak harus menyediakan jawaban atau kemungkinan jawaban yang benar.



d. Tidak banyak kesempatan untuk berspekulasi atau untung-untungan. Karena tidak ada alternatif jawaban yang disiapkan oleh penyusun tes maka peserta tes dituntut untuk betul-betul memikirkan jawaban yang dibutuhkan. e.



Mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat serta menyusunnya ke dalam bentuk kalimat yang tepat. Dalam menjawab soal ujian tertulis peserta dituntut untuk mampu menyusun kalimat yang mudah dipahami oleh pemeriksa hasil tes. Hal ini akan melatih keberanian dan keterampilan siswa menyampaikan ide maupun gagasan secara tertulis.



f.



Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengutarakan maksudnya dengan gaya bahasa dan caranya sendiri. Kemampuan menjawab soal ujian essay dengan baik akan membantu meningkatkan keterampilan siswa dalam menyatakan pikiran secara tertulis.



Terdapat juga kekurangan yang ada pada tes bentuk essay, yaitu: a.



Reliabilitas tes rendah. Artinya skor yang dicapai oleh peserta tes tidak konsisten bila tes yang sama atau tes paralel diuji beberapa kali. Ada tiga penyebab rendahnya reliabilitas tes essay (Asmawi Zaenul dan Noehi Nasution (2005:41)). Pertama, keterbatasan sampel bahan yang tercakup dalam butir soal tes. Karena sifat jawaban tes essay menuntut waktu yang relatif banyak, maka tidak mungkin soal tes essay terdiri dari beberapa butir soal yang banyak jumlahnya sehingga mewakili seluruh bahan yang diujikan. Hal ini berarti pokok bahasan yang dapat diambil sebagai bahan tes sangat terbatas. Kedua, batas-batas tugas yang harus dikerjakan peserta tes sangat longgar, walaupun telah diusahakan untuk menentukan batasan-batasan yang cukup ketat. Keragaman jawaban antar peserta tetap saja besar. Keragaman tidak hanya antara peserta tes, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh lingkungan, waktu, bahkan suasana tes yang ada. Tes yang sama diuji pada pagi hari, dimana peserta masih segar akan menghasilkan skor yang berbeda bila tes dilaksanakan pada siang hari. Dan ketiga, adanya subjektivitas penskoran yang dilakukan oleh pemeriksa jawaban tes. Berbeda orang yang memeriksa, maka berbeda juga yang diperoleh peserta. Bahkan, orang yang sama memeriksa tes yang sama pada waktu yang berbeda akan menghasilkan skor yang berbeda pula.



b.



Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk memeriksa lembar jawaban dan tidak dapat diwakilkan kepada orang lain. Adanya berbagai macam pertimbangan dalam penilaian hasil tes essay serta adanya jawaban yang cukup panjang menyebabkan pemeriksaan lembar jawaban tes essay membutuhkan waktu yang relatif lebih lama dibandingkan dengan tes objekif. Begitu adanya tuntutan bahwa pihak yang mengadakan penilaian juga harus menguasai materi yang diujikan menyebabkan pemeriksaan terhadap hasil tes essay tidak bisa diwakilkan kepada orang lain yang tidak menguasai materi.



c.



Jawaban peserta tes kadang-kadang disertai dengan bualan. Peserta tes yang kurang menguasai bahan yang akan diujikan acap kali mencoba menjawab dengan menguraikan hal lain yang tidak berhubungan dengan hal yang ditanyakan atau dengan kata lain peserta tes membual. Jawaban yang tidak berharga ini pun harus dibaca oleh guru dengan teliti.



d.



Kemampuan menyatakan pikiran secara tertulis menjadi hal yang paling utama untuk membedakan prestasi belajar antara siswa. Padahal tidak semua hasil belajar bisa dikomunikasikan dalam bentuk tulisan. Sebagian besar hasil belajar lain dinyatakan dalam bentuk tingkah laku atau sikap, bukan dalam bentuk pernyataan tertulis.



C. Mengatasi Permasalahan Tes Essay Untuk mengatasi permasalahan dari penggunaan tes essay, dapat dipertimbangkan beberapa hal, antara lain : a.



Yang bertugas sebagai korektor adalah orang yang membuat soal tes essay. Apabila dalam pengoreksian menggunakan metode silang, kunci jawaban yang digunakan itu sama.



b. Sebaiknya soal yang diberikan ke siswa tidak terlalu banyak namun mencakup keseluruhan materi. c.



Instruksi untuk siswa menjawab pertanyaan sebaiknya diberikan batasan menjadi beberapa kata/kalimat.



d. Untuk menghilangkan subjektivitas pada lembar jawaban siswa sebaiknya diberikan kode yang tidak mencirikan siswa. Kuis 1.



Tes essay menuntut peserta didik untuk menguraikan, mengorganisasikan, dan menyatakan jawaban dengan menggunakan kata-katanya sendiri. (Benar)



2.



Perbedaan pemberian skor atas dua jawaban yang sama kualitasnya adalah kekurangan dari metode bersilang. (Salah)



3. Jawaban yang detail merupakan jawaban yang ideal dan poin tidak mempengaruhi nilai. (Salah) 4. Siswa dituntut untuk memahami materi yang akan diujikan secara mendetail agar dapat menjawab soal essay. (Salah) 5. Pembuatan tes essay sebaiknya lebih sedikit agar tidak membutuhkan waktu yang lama dalam pengoreksian. (Benar)



KESIMPULAN



1. Yang dimaksud dengan tes bentuk essay adalah butir soal yang mengandung pertanyaan atau tugas yang jawaban atau pengerjaan soal tersebut harus dilakukan dengan cara mengekspresikan pikiran peserta tes. 2. Kelebihan dan kekurangan dari tes bentuk essay yaitu mengekspresikan jawaban dari siswa namun akan sering terjadi subjektifitas dari guru ketika pengoreksian. 3. Cara mengatasi kekurangan dari tes bentuk essay yaitu untuk menghilangkan subjektivitas pada lembar jawaban siswa sebaiknya diberikan kode yang tidak mencirikan siswa.



DAFTAR REFERENSI



Arifin, Zainal. (2009). Evaluasi pembelajaran: Prinsip, prosedur. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Beny Kurniawan, Gede. (2011). Mengkonstruksi tes essay. Diakses dari http://benny-metika.blogspot.com/2011/08/mengkonstruksi-tes-essay.html 25 Februari 2015. Jihad, Asep dan Abdul Harir. (2012). Evaluasi pembelajaran. Yogyakarta: Multi Presindo. Masidjo. (1995). Penilaian pencapaian hasil belajar siswa di sekolah. Yogyakarta: Kanisius. Suwarno. (2010). Mengungkap karakteristik tes essay. Diakses dari http://download.portalgaruda.org/article.php?article=268342&val=7107&title=Mengungkap%20 Karakteristik%20Tes%20Essay. 25 Februari 2015. Suryadi. (_____). Teknik menyusun alat evaluasi dan analisis hasil belajar. Diakses dari http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._ADMINISTRASI_PENDIDIKAN/196807291998021SURYADI/pengembangan_soal.pdf. 28 Februari 2015. Widoyoko, Eko Putro. (2009). Evaluasi program pembelajaran: Panduan praktis bagi pendidik dan calon pendidik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.



INSTRUMEN EVALUASI HASIL BELAJAR Filed under: PENDIDIKAN — Tinggalkan komentar November 5, 2011 EVALUASI HASIL BELAJAR A. Pengertian Evaluasi Pembelajaran Davies mengemukakan bahwa evaluasi merupakan proses untuk memberikan atau menetapkan nilai kepada sejumlah tujuan, kegiatan, keputusan, unjuk kerja, proses, orang, maupun objek (Davies, 1981:3). Menurut Wand dan Brown, evaluasi merupakan suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu (dalam Nurkancana, 1986:1). Pengertian evaluasi lebih dipertegas lagi dengan batasan sebagai proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu ( Sudjana, 1990:3). Dengan berdasarkan batasan-batasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa evaluasi secara umum dapat diartikan sebagai proses sistematis untuk menentukan nilai sesuatu (tujuan, kegiatan, keputusan, unjuk kerja, proses, orang, maupun objek) berdasarkan kriteria tertentu. Evaluasi mencakup sejumlah teknik yang tidak bisa diabaikan oleh seorang guru maupun dosen. Evaluasi bukanlah sekumpulan teknik semata-mata, tetapi evaluasi merupakan suatu proses yang berkelanjutan yang mendasari keseluruhan kegiatan pembelajaran yang baik. Evaluasi pembelajaran bertujuan untuk mengetahui sampai sejauh mana efisiensi proses pembelajaran yang dilaksanakan dan efektifitas pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Dalam rangka kegiatan pembelajaran, evaluasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses sistematik dalam menentukan tingkat pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Erman (2003:2) menyatakan bahwa evaluasi pembelajaran juga dapat diartikan sebagai penentuan kesesuaian antara tampilan siswa dengan tujuan pembelajaran. Dalam hal ini yang dievaluasi adalah karakteristik siswa dengan menggunakan suatu tolak ukur tertentu. Karakteristik-karakteristik tersebut dalam ruang lingkup kegiatan belajar-mengajar adalah tampilan siswa dalam bidang kognitif (pengetahuan dan intelektual), afektif (sikap, minat, dan motivasi), dan psikomotor (ketrampilan, gerak, dan tindakan). Tampilan tersebut dapat dievaluasi secara lisan, tertulis, mapupun perbuatan. Dengan demikian mengevaluasi di sini adalah menentukan apakah tampilan siswa telah sesuai dengan tujuan instruksional yang telah



dirumuskan atau belum. Apabila lebih lanjut kita kaji pengertian evaluasi dalam pembelajaran, maka akan diperoleh pengertian yang tidak jauh berbeda dengan pengertian evaluasi secara umum. Pengertian evaluasi pembelajaran adalah proses untuk menentukan nilai pembelajaran yang dilaksanakan, dengan melalui kegiatan pengukuran dan penilaian pembelajaran. Pengukuran yang dimaksud di sini adalah proses membandingkan tingkat keberhasilan pembelajaran dengan ukuran keberhasilan pembelajaran yang telah ditentukan secara kuantitatif, sedangkan penilaian yang dimaksud di sini adalah proses pembuatan keputusan nilai keberhasilan pembelajaran secara kualitatif. Evaluasi hasil belajar antara lain mengunakan tes untuk melakukan pengukuran hasil belajar. Tes dapat didefinisikan sebagai seperangkat pertanyaan dan/atau tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi tentang trait, atribut pendidikan, psikologik atau hasil belajar yang setiap butir pertanyaan atau tugas tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar. Pengukuran diartikan sebagai pemberian angka pada status atribut atau karakteristik tertentu yang dimiliki oleh orang, hal, atau objek tertentu menurut aturan atau formulasi yang jelas. Penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik yang menggunakan instrumen test maupun nontest. Penilaian dimaksudkan untuk memberi nilai tentang kualitas hasil belajar secara klasik tujuan evaluasi hasil belajar adalah untuk membedakan kegagalan dan keberhasilan seorang peserta didik. Namun dalam perkembangannya evaluasi dimaksudkan untuk memberikan umpan balik kepada peserta didik maupun kepada pembelajar sebagai pertimbangan untuk melakukan perbaikan serta jaminan terhadap pengguna lulusan sebagai tanggung jawab institusi yang telah meluluskan. Tes, pengukuran, dan penilaian berguna untuk: seleksi, penempatan, diagnosis dan remedial, umpan balik, memotivasi dan membimbing belajar, perbaikan kurikulum dan program pendidikan serta pengembangan ilmu. 1. Sasaran Evaluasi Sasaran evaluasi hasil belajar siswa adalah penguasaan kompetensi. Dalam hal ini kompetensi diartikan sebagai: 1) Seperangkat tindakan cerdas penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu (SK. Mendiknas No. 045/U/2002). 2) Kemampuan yang dapat dilakukan oleh peserta didik yang mencakup pengetahuan, keterampilan dan perilaku. 3) Integrasi domain kognitif, afektif, dan psikomotorik yang direfleksikan dalam perilaku. Mengacu pengertian kompetensi tersebut, maka hasil belajar siswa mencakup ranah kognitif, psikomotorik dan afektif yang harus dikuasai oleh setiap siswa setelah pembelajaran berlangsung sesuai dengan rencana pembelajaran yang disusun oleh guru. 2. Tahapan Evaluasi Tahapan pelaksanaan evaluasi hasil belajar adalah penentuan tujuan, menentukan desain evaluasi, pengembangan instrumen evaluasi, pengumpulan informasi/data, analisis dan interpretasi serta tindak lanjut. a. Menentukan Tujuan Tujuan evaluasi hasil belajar yaitu untuk mengetahui capaian penguasaan kompetensi oleh setiap siswa sesuai rencana pembelajaran yang disusun oleh guru mata pelajaran. Kompetensi yang



harus dikuasai oleh siswa mencakup koginitif, psikomotorik, dan afektif. b. Menentukan Rencana Evaluasi Rencana evaluasi hasil belajar berwujud kisi-kisi, yaitu matriks yang menggambarkan keterkaitan antara behavioral objectives (kemampuan yang menjadi sasaran pembelajaran yang harus dikuasai siswa) dan course content (materi sajian yang dipelajari siswa untuk mencapai kompetensi) serta teknik evaluasi yang akan digunakan dalam menilai keberhasilan penguasaan kompetensi oleh siswa. c. Penyusunan Instrumen Evaluasi Instrumen evaluasi hasil belajar untuk memperoleh informasi deskriptif dan/atau informasi judgeman dapat berwujud tes maupun non-test. Tes dapat berbentuk objektif atau uraian, sedang non-tes dapat berbentuk lembar pengamatan atau kuisioner. Tes objektif dapat berbentuk jawaban singkat, benar salah, menjodohkan dan pilihan ganda dengan berbagai variasi: bisaa, hubungan antar hal, kompleks, analisis kasus, grafik, dan gambar tabel. Untuk tes uraian yang juga disebut dengan tes subjektif dapat berbentuk tes uraian bebas, bebas terbatas, dan terstruktur. Selanjutnya untuk penyusunan instrumen tes atau non-tes, guru harus mengacu pada pedoman penyusunan masing-masing jenis dan bentuk tes atau non-tes agar instrumen yang disusun memenuhi syarat instrumen yang baik, minimal syarat pokok instrumen yang baik, yaitu valid (sah) dan reliabel (dapat dipercaya). d. Pengumpulan Data atau Informasi Pengumpulan data atau informasi dalam bentuknya adalah pelaksanaan testing/penggunaan instrumen evaluasi harus dilaksanakan secara objektif dan terbuka agar diperoleh informasi yang sahih dan dapat dipercaya sehingga bermanfaat bagi peningkatan mutu pembelajaran. Pengumpulan data atau informasi dilaksanakan pada setiap akhir pelaksanaan pembelajaran untuk materi sajian berkenaan dengan satu kompetensi dasar dengan maksud guru dan siswa memperoleh gambaran menyeluruh dan kebulatan tentang pelaksanaan pembelajaran yang telah dilaksanakan untuk pencapaian penguasaan satu kompetensi dasar. e. Analisis dan Interpretasi Analisis dan interpretasi hendaknya dilaksanakan segera setelah data atau informasi terkumpul. Analisis berwujud deskripsi hasil evalusi berkenaan dengan hasil belajar siswa, yaitu penguasaan kompetensi, sedang interpretasi merupakan penafsiran terhadap deskripsi hasil analisis hasil belajar siswa. Analisis dan interpretasi didahului dengan langkah skoring sebagai tahapan penentuan capaian penguasaan kompetensi oleh setiap siswa. Pemberian skoring terhadap tugas dan/atau pekerjaan siswa harus dilaksanakan segera setelah pelaksanaan pengumpulan data atau informasi serta dilaksanakan secara objektif. Untuk menjamin keobjektifan skoring guru harus mengikuti pedoman skoring sesuai dengan jenis dan bentuk tes/instrumen evaluasi yang digunakan. f. Tindak Lanjut Tindak lanjut merupakan kegiatan menindaklanjuti hasil analisis dan interpretasi. Sebagai rangkaian pelaksanaan evaluasi hasil belajar tindak lanjut pada dasarnya berkenaan dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan selanjutnya berdasarkan hasil evaluasi pembelajaran yang telah dilaksanakan dan berkenaan dengan pelaksanaan evaluasi pemebelajaran itu sendiri. Tindaklanjut pembelajaran yang akan dilaksanakan selanjutnya merupakan pelaksanaan keputusan tentang usaha perbaikan pembelajaran yang akan dilaksanakan sebagai upaya peningkatan mutu pembelajaran. Tindaklanjut berkenaan dengan evaluasi pembelajaran menyangkut pelaksanaan evaluasi dengan instrumen evaluasi yang digunakan meliputi tujuan, proses, dan instrumen evaluasi hasil belajar.



ANALISIS INSTRUMEN Pengertian instrumen dalam lingkup evaluasi didefinisikan sebagai perangkat untuk mengukur hasil belajar siswa yang mencakup hasil belajar dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Bentuk instrumen dapat berupa tes dan non-tes. Instrumen bentuk tes mencakup: tes uraian (uraian objektif dan uraian bebas), tes pilihan ganda, jawaban singkat, menjodohkan, benar salah, unjuk kerja (performance test), dan portofolio. Instrumen bentuk non-tes mencakup: wawancara, angket, dan pengamatan (observasi). Sebelum instrumen digunakan hendaknya dianalisis terlebih dahulu. Dua karakteristik penting dalam menganalisis instrumen adalah validitas dan reliabilitasnya. Instrumen dikatakan valid (tepat, absah) apabila instrumen digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Instrumen untuk mengukur kemampuan matematika siswa sekolah dasar tidak tepat jika digunakan pada siswa Sekolah menengah. Dalam hal ini sasaran kepada siapa instrumen itu ditujukan merupakan salah satu aspek yang harus dipertimbangkan dalam menganalisis validitas suatu instrumen. Aspek lainnya misalnya kesesuaian indikator dengan butir soal, penggunaan bahasa, kesesuaian dengan kurikulum yang berlaku, kaidah-kaidah dalam penulisan butir soal dsb. Sebuah Instrumen Evaluasi Hasil Belajar Hendaknya memenuhi syarat sebelum digunakan untuk mengevaluasi atau mengadakan penilaian agar terhindar dari kesalahan dan hasil yang tidak valid (tidak sesuai kenyataan sebenarnya). Alat evaluasi yang kurang baik dapat mengakibatkan hasil penilaian menjadi bisa atau tidak sesuainya hasil penilaian dengan kenyataan yang sebenarnya, seperti contoh anak yang pintar dinilai tidak mampu atau sebaliknya. Jika terjadi demikian perlu ditanyakan apakah persyaratan instrumen yang digunakan menilai sudah sesuai dengan kaidah-kaidah penyusunan instrumen. Instrumen Evaluasi yang baik memiliki ciri-ciri dan harus memenuhi beberapa kaidah antara lain: • Validitas • Reliabilitas • Objectivitas • Pratikabilitas • Ekomonis • Taraf Kesukaran • Daya Pembeda 1. Validitas Sebuah Instrumen Evaluasi dikatakan baik manakala memiliki validitas yang tinggi. Yang dimaksud validitas disini adalah kemampuan instrumen tersebut mengukur apa yang seharusnya diukur. Ada tiga aspek yang hendak dievaluasi dalam evaluasi hasil belajar yaitu aspek kognitif, psikomotor, dan afektif. Tinggi rendahnya validitas instrumen dapat di hitung dengan uji validitas dan di nyatakan dengan koefisien validitas. 2. Reliabilitas Instrumen dikatakan memiliki reliabilitas yang tinggi manakala instrumen tersebut dapat menghasilkan hasil pengukuran yang Ketetapan. Tinggi rendahnya reliabilitas ini dapat dihitung dengan uji reliabilitias dan dinyatakan dengan koefisien reliabilitas. 3. Objektivitas Instrumen evaluasi hendaknya terhindar dari pengaruh-pengaruh subjektifitas pribadi dari si



evaluator dalam menetapkan hasilnya. Dalam menekan pengaruh subjektifitas yang tidak bisa dihindari hendaknya evaluasi dilakukan mengacu kepada pedoman tertama menyangkut masalah kontinuitas dan komprehensif. Evaluasi harus dilakukan secara kontinu (terus-menerus). Dengan evaluasi yang berkali-kali dilakukan maka evaluator akan memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang keadaan audiens yang dinilai. Evaluasi yang diadakan secara hanya satu atau dua kali, tidak akan dapat memberikan hasil yang objektif tentang keadaan audiens yang dievaluasi. Faktor kebetulan akan sangat mengganggu hasilnya. 4. Praktikabilitas Sebuah intrumen evaluasi dikatakan memiliki praktikabilitas yang tinggi apabila bersifat praktis mudah pengadministrasiannya dan memiliki ciri: mudah dilaksanakan, tidak menuntut peralatan yang banyak dan memberi kebebasan kepada audiens mengerjakan yang dianggap mudah terlebih dahulu. Mudah pemeriksaannya artinya dilengkapi pedoman skoring, kunci jawaban. Dilengkapi petunjuk yang jelas sehingga dapat dilaksanakan oleh orang lain. 5. Ekonomis Pelaksanaan evaluasi menggunakan instrumen tersebut tidak membutuhkan biaya yang mahal tenaga yang banyak dan waktu yang lama. 6. Taraf Kesukaran Instrumen yang baik terdiri dari butir-butir instrumen yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Butir soal yang terlalu mudah tidak mampu merangsang audiens mempertinggi usaha memecahkannya sebaliknya kalau terlalu sukar membuat audiens putus asa dan tidak memiliki semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauannya. Di dalam istilah evaluasi indeks kesukaran ini diberi simbul p yang dinyatakan dengan “proporsi”. 7. Daya Pembeda Daya pembeda sebuah instrumen adalah kemampuan instrumen tersebut membedakan antara audiens yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan audiens yang tidak pandai (berkemampuan rendah). Indek daya pembeda ini disingkat dengan D dan dinyatakan dengan Indeks Diskriminasi. JENIS INSTRUMEN PEMBELAJARAN Dalam pendidikan terdapat bermacam-macam instrumen atau alat evaluasi yang dapat dipergunakan untuk menilai proses dan hasil pendidikan yang telah dilakukan terhadap anak didik. Instumen evaluasi itu dapat digolongkan menjadi dua yakni, tes dengan non-tes yang lebih lanjut akan dipaparkan dibawah ini. A. Tes Sebagai Alat Penilaian Hasil Belajar Tes sebagai alat penilaian adalah pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk tulisan (tes tulisan), dan dalam bentuk perbuatan (tes tindakan). Tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidkan dan pengajaran. Ada 2 jenis tes yakni tes uraian (subjektif) dan tes objektif. Tes uraian terdiri dari uraian bebas, uraian terbatas, dan uraian terstruktur. Sedangkan tes objektif terdiri dari beberapa bentuk, yakni bentuk pilihan benar salah, pilihan ganda dengan banyak variasi, menjodohkan, dan isian pendek atau melengkapi. 1. Tes Uraian (tes subjektif) Tes Uraian, yang dalam uraian disebut juga essay, merupakan alat penilaian yang hasil belajar yang paling tua. Secara umum tes uraian ini adalah pertanyaan yang menuntut siswa menjawab



dalam bentuk menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan, memberikan alasan, dan bentuk lain yang sejenis sesuai dengan tuntutan pertanyaan dengan menggunakan kata-kata dan bahasa sendiri. Dengan demikian, dalam tes ini dituntut kemampuan siswa dalam mengekspresikan gagasannya melalui bahasa tulisan. Sejak tahun 1960-an bentuk tes ini banyak ditinggalkan orang karena munculnya tes objektif. Bahkan sampai saat ini tes objektif sangat populer dan digunakan oleh hampir semua guru mulai dari tingkat SD sampai di perguruan tinggi. Namun ada semacam kecenderungan dikalangan para pendidik dan guru untuk kembali menggunakan tes uraian sebagai alat penilaian hasil belajar, terutama di perguruan tinggi, disebabkan oleh beberapa hal antara lain: • Adanya gejala menurunnya hasil belajar atau kualitas pendidikan di perguruan tinggi yang salahsatu diantaranya berkenaan dengan penggunaan tes objektif. • Lemahnya para mahasiswa dalam menggunakan bahasa tulisan sebagai akibat penggunaan tes objektif yang berlebihan. • Kurangnya daya analisis para mahasiswa karena terbisaa dengan tes objektif yang memungkinkan mereka main tebak jawaban manakalah mereka menghadapi kesulitan dalam menjawabnya. Kondisi seperti ini sangat menunjang penggunaan tes uraian di perguruan tinggi akhi -akhir ini dengan harapan dapat meningkatkan kembali kualitas pendidikan di perguruan tinggi. Harus diakui bahwa tes uraian dalam banyak hal mempunyai kelebihan daripada tes objektif, terutama dalam hal meningkatkan kemampuan belajar dikalangan peserta didik. Hal ini karena melalui tes para peserta didik dapat mengungkapkan aspek kognitif tingkat tinggi seperti analisis -intesisevaluasi, baik secara lisan maupun secara tulisan. Dapat disimpulkan bahwa kelebihan atau keunggulan tes uraian antara lain adalah: a. Dapat mengukur proses mental yang tinggi atau aspek kognitif tingkat tinggi; b. Dapat meningkatkan kemampuan berbahasa, baik lisan maupun tulisan, dengan bail dan benar sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa; c. Dapat melatih kemampuan berfikir teratur atau penalaran, yakni berfikir logis, analitis dan sistematis; d. Mengembangkan keterampilan pemecahan masalah (problem solving); e. Adanya keuntungan teknis seperti mudah membuat soalnya sihingga tanpa memakan waktu yang lama, guru dapat secara langsung melihat proses berfikir siswa. Dipihak lain kelemahan atau kekurangan yang terdapat dalam tes ini antara lain adalah: a. Sampel tes sangat terbatas sebab dengan tes ini tidak mungkin dapat menguji semua bahan yang telah diberikan, tidak seperti pada tes objektif yang dapat menanyakan banyak hal melalui sejumlah pertanyaan. b. Sifatnya sangat subjektif, baik dalam menanyakan, dalam membuat pertanyaan, maupun dalam cara memeriksanya. c. Tes ini bisaanya kurang reliabel, mengungkap aspek yang terbatas, pemeriksaannya memerlukan waktu lama sehingga tidak praktis bagi kelas yang jumlah siswanya relatif besar. Bentuk tes uraian dibedakan menjadi 3 yaitu uraian bebas, uraian terbatas dan uraian berstruktur. 1. Uraian bebas Dalam uraian bebas jawaban siswa tidak dibatasi, bergantung pada pandangan siswa itu sendiri. Hal ini disebabkan oleh isi pertanyaan uraian bebas sifatnya umum. Melihat karakteristiknya, pertanyaan bentuk uraian bebas tepat digunakan apabila bertujuan untuk: a. Mengungkapkan pandangan para siswa terhadap suatu masalah sehingga dapat diketahui luas



dan intensitas. b. Pengupas suatu persoalan yang kemungkinan jawabannya beraneka ragam sehingga tidak satupun jawaban yang pasti. c. Mengembangkan daya analisis siswa dalam melihat suatu persoalan dari berbagai segi atau dimensinya. Kelemahan tes ini ialah sukar menilainya karena jawaban siswa bervariasi, sulit menentukan kriteria penilaian, sangat subjektif karena bergantung pada guru sebagai penilainya. 2. Uraian terbatas Bentuk kedua dari tes uraian adalah tes uraian terbatas. Dalam bentuk ini pertanyaan telah diarahkan kepada hal-hal tertentu atau ada pembatasan tertentu. Pembatasan dilhat dari segi: a. ruang lingkupnya, b. sudut pandang menjawabnya, c. indikator – indikatornya. 3. Uraian berstruktur Soal berstruktur dipandang sebagai bentuk antara soal-soal objektif dan soal-soal esai. Soal berstruktur merupakan serangkaian soal jawaban singkat sekalipun bersifat terbuka dan bebas memberikan jawaban. 2. Tes objektif Soal-soal bentuk objektif dikenal ada beberapa bentuk yakni: a. Bentuk jawaban singkat Bentuk soal jawaban singkat merupakan soal yang menghendaki jawaban dalam bentuk kata, bilangan, kalimat atau simbol. Ada dua bentuk jawaban singkat yaitu bentuk pertanyaan langsung dan bentuk pertanyaan tidak langsung. b. Bentuk soal benar salah Bentuk soal benar-salah addalah bentuk tes yang soal-soalnya berupa pertanyaan dimana sebagian dari pertanyaan yang benar dan pertanyaan yang salah. Pada umumnya bentuk ini dipakai untuk mengukur pengetahuan siswa tentang fakta, definisi, dan prinsip. c. Bentuk soal menjodohkan Bentuk soal menjodohkan terdiri dari dua kelompok pertanyaan yang paralel yang berada dalam satu kesatuan. Kelompok sebelah kiri merupakan bagian yang berupa soal-soal dan sebelah kanan adalah jawaban yang disediakan. Tapi sebaiknya jumlah jawaban yang disediakan lebih banyak dari soal karena hal ini akan mengurangi kemungkinan siswa menjawab yang betul dengan hanya menebak. d. Bentuk soal pilihan ganda Soal pilihan ganda adalah bentuk tes yang mempunyai satu jawaban yang benar atau paling tepat. Dilihat dari strukturnya, bentuk soal pilihan ganda terdiri atas: • Stem : pertanyaan/pernyataan yang berisi masalah yang akan dinyatakan. • Option : sejumlah pilihan atau alternatif jawaban. • Kunci : jawaban yang benar atau paling tepat. • Distractor : jawaban-jawaban lain selain kunci jawaban. NON-TES SEBAGAI ALAT PENILAIAN HASIL DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR Hasil belajar dan proses belajar tidak hanya dinilai oleh tes, tetapi dapat juga dinilai olah alat-alat non-tes atau bukan tes. Berikut ini dijelaskan alat-alat non – tes: 1. Wawancara dan Kuisioner a. Wawancara



Wawancara merupakan suatu cara yang digunakan untuk mendapatkan informasi dari siswa dengan melakukan Tanya jawab sepihak. Kelebihan wawancara adalah bisa kontak langsung dengan siswa sehingga dapat mengungkapkan jawaban lebih bebas dan mendalam. Wawancara dapat direkam sehingga jawaban siswa bisa dicatat secara lengkap. Melalui wawancara, data bisa diperoleh dalam bentuk kualitatif dan kuantitatif. Pertanyaan yang tidak jelas dapat diulang dan dijelaskan lagi, begitupun dengan jawaban yang belun jelas. Ada dua jenis wawancara, yakni wawancara terstruktur dan wawanncara bebas. Dalam wawancara berstruktur kemungkinan jawaban telah disiapkan sehingga siswa tinggal mengkategorikannya kepada alternatif jawaban yang telah dibuat. Keuntungannya ialah mudah diolah dan dianalisis untuk dibuat kesimpulan. Sedangkan untuk wawancara bebas, jawaban tidak perlu disiapkan sehingga siswa bebas mengemukakan pendapatnya. Keuntungannya ialah informasi lebih padat dan lengkap sekalipun kita harus bekerjakeras dalam menganalisisnya sebab jawabannya bisa beraneka ragam. Ada tiga aspek yang harus diperhatikan dalam melaksanakan wawancara. a. Tahap awal wawancara di mana bertujuan untuk mengondisikan situasi seperti suasana keakraban. b. Penggunaan pertanyaan dimana pertanyan diajukan secara bertahap dan sistematis berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat sebelumnya. c. Pencataan hasil wawancara di mana dicatat saat itu juga supaya tidak lupa. Sebelum melaksanakan wawancara perlu dirancang pedoman wawancara,dengan langkahlangkah sebagai berikut: 1. Tentukan tujuan yang ingin dicapai dari wawancara. 2. Tentukan aspek-aspek yang akan di ungkap dari wawancara tersebut. 3. Tentukan bentuk pertanyaan yang akan digunakan. b. Kuisioner Kuisioner adalah suatu tekhnik pengumpulan informasi yang memungkinkan analisis mempelajari sikap-sikap, keyakinan, perilaku dan karakteristik dari siswa. Kelebihan kuisioner dari wawancara ialah sifatnya yang praktis, hemat waktu tenaga dan biaya. Kelemahannya ialah jawaban sering tidak objektif, lebih-lebih bila pertanyaannya kurang tajam yang memungkinkan siswa berpura-pura. Cara penyampain kuesiner ada yang langsung di bagikan kepada siswa yang telah diisi lalu di kumpulkan lagi. Alternatif jawaban yang ada dalam kuisiner bisa juga ditransformasikan dalam bentuk simbol kuantitatif agar menghasilkan data interval. Caranya adalah dengan memberi skor terhadap setiap jawaban berdasarkan kriteria tertentu. 2. Skala Skala adalah alat untuk mengukur sikap , nilai, minat dan perhatian, dll, yang disusun dalam bentuk pernyataan untuk dinilai oleh responden dan hasilnya dalam bentuk rentangan nilai sesuatu dengan kriteria yang ditentukan. a. Skala Penilaian Skala penilaian mengukur penampilan atau perilaku orang lain oleh seseorang melalui pernyataan perilaku individu pada suatu titik yang bermakna nilai. Titik atau kategori diberi nilai rentangan mulai dari yang tertinggi sampai yang terendah, bisa dalam bentuk huruf atau angka. Hal yang penting diperhatikan dalam skala penilaian adalah kriteria skala nilai, yakni penjelasan operasional untuk setiap alternatif jawaban. Adanya kriteria yang jelas akan mempermudah pemberian penilaian. Skala penilaian lebih tepat digunakan untuk mengukur suatu proses, misalnya proses mengajar pada guru, siswa, atau hasil belajar dalam bentuk perilaku seperti keterampilan, hubungan sosial siswa, dan cara memecahkan masalah. Skala penilaian dalam pelaksanaannya dapat digunakan oleh dua orang penilai atau lebih dalam menilai subjek yang



sama. Maksudnya agar diperoleh hasil penilaian yang objektif mengenai perilaku subjek yang dinilai. b. Skala sikap Skala sikap digunakan untuk mengukur sikap seseorang terhadap objek tertentu. Hasilnya berupa kategori sikap, yakni mendukung (positif), menolak (negatif), dan netral. Sikap pada hakikatnya dapat diartikan reaksi seseorang terhadap suatu stimulus yang dating kepada dirinya. Ada tiga komponen sikap yakni: 1. Kognitif, berkenaan dengan pengetahuan seseorang tentang objek atau stimulus yang dihadapinya. 2. Afektif, berkenaan dengan perasaan dalam menanggapi objek tersebut. 3. Psikomotor, berkenaan dengan kecenderungan berbuat terhadap objek tersebut. Skala sikap dinyatakan dalam bentuk pernyataan untuk dinilai oleh responden, apakah pernyataan itu didukung atau ditolaknya, melalui rentangan nilai tertentu. Oleh karena itu, pernyataan yang diajukan dibagi ke dalam dua kategori yakni pernyataan positif dan pernyataan negatif. Salah satu skala yang sering digunakan adalah Likert. Dalam skala Likert, pernyataanpernyataan yang diajukan baik pernyataan positif maupun negatif, dinilai oleh subjek dengan sangat setuju, setuju, tidak punya pendapat, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Skor yang diberikan terhadap pilihan tersebut bergantung pada penilai asal penggunaannya konsisten. Yang jelas, skor untuk pernyataan positif atau negatif adalah kebalikannya. 3. Observasi Observasi atau pengamatan sebagai alat penilaian banyak digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan. Ada tiga jenis observasi, yakni: 1. Observasi langsung, adalah pengamatan yang dilakukan terhadap gejala atau proses yang terjadi dalam situasi yang sebenarnya dan langsung diamati oleh pengamat. 2. Observasi tidak langsung, adalah observasi yang dilakasanakan dengan menggunakan alat seperti mikroskop utuk mengamati bakteri, suryakanta untuk melihat pori-pori kulit. 3. Observasi partisipasi, adalah observasi yang dilaksanakan dengan cara pengamat harus melibatkan diri atau ikut serta dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh individu atau kelompok yang diamati, sehingga pengamat bisa lebih menghayati, merasakan dan mengalami sendiri seperti inddividu yang sedang diamatinya. Observasi untuk menulai proses belajar mengajar dapat dilakasanakan oleh guru di kelas pada saat siswa melakukan kegaitan belajar. Untuk itu gurutidak perlu terlalu formal memperhatikan perilaku siswa, tetapi ia mencatat secara teratur gejaka dan perilaku yang ditunjukkan oleh setiap siswa. 4. Studi kasus Studi kasus pada dasarnya mempelajari secara intensif seorang individu yang dipandang mengalami kasus tertentu. Misalnya mempelajari secara khusus anak nakal, anak yang tidak bisa bergaul dengan orang lain, anak yang selalu gagal dalam belajar, dan lain – lain. Kasus tersebut dipelajari secara mendalam dan dalam kurun waktu yang cukup lama. Mendalam artinya mengungkapkan semua variabel yang menyebabkan terjadinya kasus tersebut dari berbagai aspek yang mempengaruhi dirinya. Penekanan yang utama dalam studi kasus adalah mengapa individu melalukan apa yang dilakukannya dan bagaimana tingkah lakunya dalam kondisi dan pengaruhnya terhadap lingkungan. Datanya bisaa diperoleh berbagai sumbar seperti orang tua, teman dekatnya, guru, bahkan juga dari dirinya. Kelebihan studi kasus adalah bahwa subjek



dapat dipelajari secara mendalam dan menyeluruh. Namun, kelemahannya sesuai dengan sifat studi kasus bahwa informasi yang diperoleh sifatnya subjektif, artinya hanya untuk individu yang bersangkutan, dan belum tentu dapat digunakan untuk kasus yang sama pada individu yang lain. KESIMPULAN Evaluasi menjadi hal yang penting dalam proses belajar mengajar, karena tanpa evaluasi akan susah sekali mengukur tingkat keberhasilannya.Evaluasi pendidikan merupakan proses yang sistematis dalam Mengukur tingkat kemajuan yang dicapai siswa, baik ditinjau dari norma tujuan maupun dari norma kelompok serta Menentukan apakah siswa mengalami kemajuan yang memuaskan kearah pencapaian tujuan pengajaran yang diharapkan. Dalam evaluasi pembelajaran terdapat dua bagian penting yaitu sasaran evaluasi dan tahapan evaluasi. Tahapan pelaksanaan evaluasi hasil belajar adalah penentuan tujuan, menentukan desain evaluasi, pengembangan instrumen evaluasi, pengumpulan informasi/data, analisis dan interpretasi serta tindak lanjut. Pengertian instrumen dalam lingkup evaluasi didefinisikan sebagai perangkat untuk mengukur hasil belajar siswa yang mencakup hasil belajar dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Bentuk instrumen dapat berupa tes dan non-tes. Instrumen bentuk tes mencakup: tes uraian (uraian objektif dan uraian bebas), tes pilihan ganda, jawaban singkat, menjodohkan, benar salah, unjuk kerja (performance test), dan portofolio. Instrumen bentuk non-tes mencakup: wawancara, angket, dan pengamatan (observasi). Instrumen Evaluasi yang baik memiliki ciri-ciri dan harus memenuhi beberapa kaidah antara lain:Validitas, Reliabilitas, Objectivitas, Pratikabilitas, Ekomonis, Taraf Kesukaran, dan daya pembeda. Tes sebagai alat penilaian adalah pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk tulisan (tes tulisan), dan dalam bentuk perbuatan (tes tindakan). Tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidkan dan pengajaran. INSTRUMEN OBSERVASI KELAS Nama Guru :………………………………………… . Mata Pelajaran :………………………………………… . Tanggal :………………………………………… . Sekolah :………………………………………… . Alamat :………………………………………… . I. Persiapan ASPEK YANG DIAMATI SKOR KET 01



02 03 04 05 1. Program tahunan. memuat Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan pembagian alokasi waktu selama satu tahun pelajaran sesuai dengan minggu efektif belajar. 2. Program semester. memuat Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, pembagian alokasi waktu, dan rincian penyajian pada minggu-minggu tertentu selama satu semester sesuai dengan minggu efektif belajar. 3. Silabus. memuat Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Materi Pembelajaran, Indikator, Penilaian, Alokasi waktu, dan Sumber belajar. 4. KKM untuk KD yang dibahas. Kriteria Ketuntasan Minimum untuk Kompetensi Dasar yang sedang dibahas > 75 dan sesuai dengan aturan perhitungan criteria tersebut, dan ditulis pada kolom keterangan nilai KKMnya. 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Memuat tujuan dan kegiatan pembelajaran yang sistematis dan logis, serta melibatkan siswa secara aktif untuk mencapai tujuan pembelajaran/indikator/KD,materi pembelajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar. 6. Buku nilai. berisi nilai-nilai siswa untuk semua penilaian yang telah dilaksanakan, baik untuk pengetahuan, praktik, maupun sikap. II. Kegiatan Pembelajaran ASPEK YANG DIAMATI SKOR KET 01 02 03 04 05 A. Pendahuluan 1. Kesiapan alat bantu dan media pembelajaran (Sumber Belajar)



Menyiapkan sumber belajar yang diperlukan secara lengkap 2. Motivasi a. Mengawali pelajaran dengan ceria b. Menunjukkan kegunaan Kompetensi Dasar (KD) yang akan dibahas dalam kehidupan seharihari atau hubungannya dengan mata pelajaran yang lain, c. Memberi permasalahan yang menantang sehingga membangkitkan keinginan siswa untuk memecahkannya 3. Apersepsi. Mengajukan pertanyaan mengenai materi pelajaran yang lalu yang berhubungan dengan materi yang akan dibahas. 4. Kejelasan Kompetensi Dasar/ Indikator. Menyampaikan baik lisan maupun tertulis KD/Indikator yang harus dikuasai siswa setelah selesai pembelajaran. 5. Kesiapan bahan ajar (Sumber Belajar. Menyiapkan bahan ajar, baik berupa buku teks, modul, kaset/cd pembelajaran, dsb. B. Kegiatan Pokok 1. Penguasaan Materi a. Mantap, percaya diri, dan tidak ragu-ragu dalam menyajikan pembelajaran. b. Pertanyaan-pertanyaan siswa dijawab dengan tepat. c. Kebenaran konsep-konsep yang disampaikan. 2. Pengelolaan kelas. a. Terdapat kemudahan bagi siswa untuk berinteraksi dengan guru b. Terdapat kemudahan bagi siswa untuk berinteraksi antar teman c. Terdapat kemudahan bagi siswa bahan ajar, dan alat-alat pembelajaran ( Sumber Belajar) 3. Pengelolaan waktu.



a. Menggunakan waktu sesuai alokasi yang disediakan. b. Waktu yang tersedia lebih banyak digunakan untuk kegiatan siswa dibandingkan dengan kegiatan guru 4. Metode/pendekatan Pembelajaran a. Menggunakan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa b. Langkah-langkah pembelajaran dilakukan secara tertib dan sistematis c. Kegiatan pembelajaran menggunakan metode yang bervariasi. 5. Penggunaan alat bantu/ media pembelajaran Terampil, efektif, dan efisien dalam menggunakan alat bantu/ media pembelajaran (Sumber Belajar) yang telah disiapkan 6. Peran guru sebagai fasilitator a. Memberi kesempatan/ memfasilitasi siswa untuk melakukan berbagai kegiatan dalam upaya pencapaian indikator/kompetensi dasar. b. Selalu siap membantu siswa bila diperlukan. 7. Teknik bertanya. a. Mengajukan pertanyaan kepada semua siswa, b. memberi waktu tunggu bagi siswa untuk berpikir c. Menghindari jawaban serentak dengan menunjuk salah seorang siswa untuk menjawab d. Dalam menanggapi pertanyaan/ jawaban siswa, sikap guru menunjukkan sabar mendengarkan sampai selesai (tidak memotong pertanyaan/ jawaban siswa), e. Tidak mencemooh siswa walaupun pertanyaan/jawaban siswa kurang tepat, dan tidak langsung menyalahkan pendapat siswa f. Memberi penghargaan pada pertanyaan yang berbobot/ jawaban yang tepat 8. Penggunaan papan tulis a. Menuliskan hal-hal yang segera dihapus, dan yang tidak dihapus sampai akhir pembelajaran, b. Menulis pokok-pokok penting saja



c. Teknik menulis tidak membelakangi siswa. 9. Interaksi guru –peserta didik Hubungan guru dan siswa dalam pembelajaran tampak akrab dan saling menghormati 10. Interaksi antar peserta didik Hubungan antar siswa dalam pembelajaran tampak akrab dan saling menghormati 11. Aktivitas peserta didik Seluruh siswa aktif melaksanakan berbagai kegiatan pembelajaran 12. Sikap dan minat peserta didik dalam Pembelajaran a. Jumlah siswa yang hadir > 95 % b. Sebagian besar ( > 75%) siswa membawa buku pelajaran yang relevan. c. Sebagian besar (>75%) siswa tampak mencatat 13. Pencapaian KD/ Indikator Pertanyaan-pertanyaan guru yang berhubungan dengan tujuan pembelajaran/indikator/KD, baik yang disampaikan selama pembelajaran maupun di akhir pembelajaran, sebagian besar ( > 75%) dapat dijawab oleh siswa dengan baik. C. Penutup 1. Rangkuman Siswa membuat rangkuman dibimbing oleh guru Total Malang,………………………… Observer ……………………………….



Jenis dan Bentuk Tes Hasil Belajar Tes merupakan serangkaian soal yang harus dijawab oleh siswa. Dalam hal ini, tes hasil belajar dapat digolongkan kedalam tiga jenis berdasarkan bentuk pelaksanaanya, yaitu (a) tes lisan, (b) tes tulisan, dan (c) tes tindakan atau perbuatan. Tes tertulis dalam pelaksanaannya lebih menekankan pada penggunaan kertas dan pencil sebagai instrumen utamanya, sehingga tes mengerjakan soal atau jawaban ujian pada kertas ujian secara tertulis, baik dengan tulisan tangan maupun menggunakan komputer. Sedangkan, Tes lisan dilakukan dengan pembicaraan atau wawancara tatap muka antara guru dan murid. Sedangkan, Tes perbuatan mengacu pada proses penampilan seseorang dalam melakukan sesuatu unit kerja. Tes perbuatan mengutamakan pelaksanaan perbuatan peserta didik. Dari segi bentuk soal dan kemungkinan jawabannya tes dibagi menjadi 2 bagian yakni : 1. Tes Essay (uraian) Tes Essay adalah tes yang disusun dalam bentuk pertanyaan terstruktur dan siswa menyusun, mengorganisasikan sendiri jawaban tiap pertanyaan itu dengan bahasa sendiri. Tes essay ini sangat bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan dalam menjelaskan atau mengungkapkan suatu pendapat dalam bahasa sendiri. Subino, (1987:2) menyatakan bahwa berdasarkan tingkat kebebasan jawaban yang dimungkinkan dalam tes bentuk uraian, butir-butir soal dalam ini dapat dibedakan atas butir-butir soal yang menuntut jawaban bebas. Butir-butir soal dengan jawaban terikat cenderung akan membatasi, baik isi maupun bentuk jawaban; sedangkan butir soal dengan jawaban bebas cenderung tidak membatasi, baik isi maupun jawaban. Tes uraian merupakan tes yang tertua, namun bentuk ini masih digunakan secara luas di Amerika Serikat hingga kini, bahkan merupakan bentuk soal yang yang juga masih digunakan secara luas di bagian-bagian dunia lainnya (Gronlund, 1977). Tes uraian memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan tes objektif, yaitu 1)



Memungkinkan para testi menjawab soal secara bebas sepenuhnya,



2) Merupakan tes yang terbaik dalam mengukur kemampuan menjelaskan, membandingkan merangkum, membedakan, menggambarkan, dan mengevaluasi ;



3) Merupakan tes yang terbaik untuk mengukur keterampilan mengemukakan pendapat dengan tulisan; 4) Memberikan kesempatan bagi siswa untuk meningkatkan kemampuan menulis, mengorganisasikan ide serta berfikir secara kritis dan kreatif ; 5) Dapat menggalakan siswa mempelajari secara luas tentang sebagian besar konsep dan menggeneralisasikan; 6)



Bila dibandingkan dengan bentuk tes yang lain tes uraian relatif lebih mudah membuatnya;



7)



Secara praktis para siswa tidak mungkin menebak jawaban yang benar; dan



8) Mungkin lebih sesuai untuk mengukur kemampuan kognitif yang relatif lebih tinggi (lihat Balitbang Dikbud, 1984 : 24) Tes bentuk uraian memiliki ciri-ciri tertentu, seperti yang dikemukakan oleh Wirasasmita (1981 : 24) yaitu (a) hendaknya setiap pertanyaan merupakan suatu perumusan yang jelas, definitif, dan pasif, (b) tiap pertanyaan hendaknya disertai petunjuk yang jelas tentang jawaban yang dikehendaki oleh oleh peserta, (c) hendaknya pertanyaan-pertanyaan tersebut mencakup semua bahan yang terpenting serta komprehensif, (d) perbandingan soal sukar, sedang, dan mudah harus seimbang, walaupun belum ada patokan yang pasti. Sebaiknya perbandingannya, sukar = 30% – 25%, sedang = 50%, dan mudah = 20% – 25%, dan setelah soal disusun segera susn kunci jawabannya, dengan memperhatikan berbagai kemungkinan jawaban.



Ada dua jenis tes yakni tes uraian dan tes objektif. Tes uraian terdiri dari uraian bebas, uraian terbatas, dan uraian berstruktur. Sedangkan tes objektif terdiri dari beberapa bentuk, yakni bentuk pilihan benar – salah, pilihan ganda, menjodohkan, isian pendek dan melengkapi. A. Tes Uraian Tes uraian merupakan alat penilaian hasil belajar yang paling tua. Secara umum tes uraian adalah pertanyaan yang menuntut siswa menjawabnya dalam bentuk menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan, memberikan alasan, dan bentuk lain yang sejenis sesuai dengan tuntutan pertanyaan dengan menggunakan kata – kata dan bahasa sendiri. Dengan demikian, dalam tes ini dituntut kemampuan siswa dalam hal mengekspresikan gagasannya melalui bahasa tulisan.



1. Kelebihan dan Kelemahan Tes Uraian.



a.



Kelebihan Adapun kelebihan atau keunggulan tes uraian ini antara lain adalah :



1) Dapat mengukur proses mental yang tinggi atau aspek kognitif tingkat tinggi. 2) Dapat mengembangkan kemampuan berbahasa, baik lisan maupun tulisan, dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah – kaidah bahasa. 3)



Dapat terlatih kemampuan berpikir teratur atau penalaran, yakni berfikir logis, analitis, dan sistematis.



4) Mengembangkan keterampilan pemecahan masalah (problem solving).



5) Adanya keuntungan teknis seperti mudah membuat soalnya sehingga tanpa memakan waktu yang lama, guru dapat secara langsung melihat proses berfikir siswa. b. Kelemahan Dilain pihak kelemahan atau kekurangan yang terdapat dalam tes ini antara lain adalah : 1) Sampel tes sangat terbatas sebab dengan tes ini tidak mungkin dapat menguji semua bahan yang telah diberikan, tidak seperti pada tes objektif yang dapat menanyakan banyak hal melalui sejumlah pertanyaan. 2) Sifatnya sangat subjektif, baik dalam menanyakan, dalam membuat pertanyaan, maupun dalam cara memeriksanya. Guru bisa saja bertanya tentang hal – hal yang menarik baginya, dan jawaban nya juga berdasarkan apa yang dikehendakinya. 3) Tes ini biasanya kurang reliabel mengungkap aspek yang terbatas, pemeriksaannya memerlukan waktu lama sehingga tidak praktis bagi kelas yang jumlah siswanya relatif besar. 22. Jenis – jenis Tes Uraian Bentuk tes uraian dibedakan menjadi uraian bebas (free essay) dan uraian terbatas (berstruktur). a.



Uraian bebas (Free Essay) Dalam uraian bebas jawaban siswa tidak dibatasi, bergantung pada pandangan siswa itu sendiri. Hal ini disebabkan oleh isi pertanyaan uraian bebas sifatnya umum. Melihat karakteristiknya, pertanyaan bentuk uraian bebas ini tepat digunakan apabila bertujuan untuk :



1) Mengungkapkan pandangan para siswa terhadap suatu masalah sehingga dapat diketahui luas dan intensitasnya. 2) Mengupas suatu persoalan yang kemungkinan jawabannya beraneka ragam sehingga tidak ada satupun jawaban yang pasti.



3)



Mengembangkan daya analisis siswa dalam melihat suatu persoalan dari berbagai segi atau dimensinya. Kelemahan tes ini ialah sukar menilainya karena jawaban siswa bisa bervariasi, sulit menentukan kriteria penilaian, sangat subjektif karena bergantung pada guru sebagai penilainya.



b. Uraian terbatas (berstruktur). Bentuk kedua dari tes uraian adalah uraian terbatas. Dalam bentuk ini pertanyaan telah diarahkan kepada hal – hal tertentu atau ada pembatasan tertentu. Pembatasan bisa dari segi : ruang lingkupnya, sudut pandang menjawabnya, dan indikator – indikatornya. Dengan adanya pembatasan tersebut jawaban siswa akan lebih terarah sesuai dengan yang diharapkan. Cara memberikan penilaian juga lebih jelas indikatornya. Kriteria kebenaran jawaban bisa lebih mudah ditentukan. Oleh sebab itu, bentuk soal uraian terbatas terasa lebih terarah dan lebih tepat digunakan dari pada bentuk uraian bebas. Di samping kedua bentuk uraian di atas ada pula bentuk tes uraian yang disebut soal – soal berstruktur. Soal berstruktur dipandang sebagai bentuk antara soal – soal objektif dengan soal – soal esai. Soal berstruktur merupakan serangkaian soal jawaban singkat sekalipun bersifat terbuka dan bebas menjawabnya. Soal yang berstruktur berisi unsur-unsur pengantar soal, seperangkat data, dan serangkaian subsoal.



3. Syarat Menyusun Soal Bentuk Uraian Agar diperoleh soal – soal bentuk uraian yang dikatakan memadai sebagai alat penilaian hasil belajar, hendaknya diperhatikan hal – hal berikut : a.



Dari segi isi yang diukur



Segi yang hendak diukur hendaknya ditentukan secara jelas abilitasnya, misalnya pemahaman konsep, aplikasi suatu konsep, analisis suatu permasalahan, dan aspek kognitif lainnya. Dengan kejelasan apa yang akan diungkapkan maka soal atau pertanyaan yang dibuat hendaknya mengungkapkan kemampuan siswa dalam abilitas tersebut. Setelah abilitas yang hendak diukur cukup jelas, tetapkan materi yang ditanyakan. Dalam memilih materi sesuai dengan kurikulumnya atau silabusnya, pilih materi yang esensial sehingga tidak semua materi perlu ditanyakan. Materi esensial adalah materi yang menjadi inti persoalan dan menjadi dasar untuk penguasaan materi lainnya. Dengan perkataan lain, bila konsep esensial dikuasai, maka secara keseluruhan siswa akan mengetahui aspek – aspek yang berkenaan dengan konsep tersebut. Aturlah penyajian pertanyaan secara berurutan mulai dari yang mudah menuju kepada yang lebih sulit, atau dari yang sederhana menuju kepada yang lebih kompleks. Gunakan bentuk uraian terbatas atau yang berstruktur. b. Dari segi bahasa Gunakan bahasa yang baik dan benar sehingga muda diketahui makna yang terkandung dalam rumusan pertanyaan. Bahasanya sederhana, singkat, tetapi jelas apa yang ditanyakan. c.



Dari segi teknis penyajian soal Hendaknya jangan mengulang – ulang pertanyaan terhadap materi yang sama sekalipun untuk asibilitas yang berbeda sehingga soal atau pertanyaan yang diajukan lebih komprehensif daripada segi lingkup materinya. Perhatikan waktu yang tersedia untuk mengerjakan soal tersebut sehingga soal tidak terlalu banyak atau terlalu sedikit. Bobot penilaian untuk setiap soal hendaknya dibedakan menurut tingkat kesulitan soal. Soal – soal yang tergolong sulit diberi bobot yang lebih besar. Tingkat kesulitan soal dilihat dari sifat materinya dan abilitas yang diukurnya. Abilitas



analisis lebih sulit daripada aplikasi dan pemahaman demikian juga sintesis lebih sulit daripada analisis. Sedangkan dari aspek materi, konsep lebih sulit daripada fakta. d. Dari segi jawaban Setiap pertanyaan yang diajukan sebaiknya telah ditentukan jawaban yang diharapkan, minimal pokok – pokoknya. Tentukan pula besarnya skor maksimal untuk setiap soal yang dijawab benar dan skor minimal bila jawaban dianggap salah atau kurang memadai.



agaimana Kaidah Pedoman atau Ketentuan Penulisan Soal Uraian (Soal Esai)? Penulisan Soal Uraian (Soal Esai) harus mempehatikan tiga aspek yakni materi, konstruksi dan bahasa. a) Aspek materi, melputi: 1. Soal harus sesuai dengan indikator 2. Batasan jawaban yang diharapkan harus jelas 3. Isi materi sesuai dengan pelajaran 4. Isi materi yang ditanyakan sudah sesuai dengan jenjang sekolah/kelas b) Aspek konstruksi, melputi: 5. Rumusan kalimat soal harus menggunakan kata tanya/perintah yang menuntut jawaban terurai 6. Buatkan petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal 7. Buatlah pedoman penskoran segera setelah soal disusun dengan pendekatan skor 1 benar dan salah 0 8. Hal-hal yang menyertai soal: tabel, gambar, grafik, peta, atau yang sejenisnya harus disajikan dengan jelas dan terbaca c) Aspek bahasa, melputi: 9. Butir soal menggunakan kalimat yang sederhana dan komunikatif 10.Butir soal tidak mengandung kata yang dapat menyinggung perasaan siswa 11. Butir soal tidak menggunakan kata yang menimbulkan penafsiran ganda 12.Butir soal menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar 13.Rumusan soal sudah mempertimbangkan segi bahasa dan budaya 14. Jangan menggunakan bahasa yang berlaku setempat



1.2



Rumusan



Masalah



Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut. 1.



Apa



yang



dimaksud



2.



Bagaimanakah



3.



Apa



saja



4.



Bagaimanakah



jenis



5. 6.



Bagaimanakah



kelebihan



aturan



Bagaimanakah



upaya



dengan



dan



kelemahan



jenis-jenis pertanyaan



mengkonstruksi untuk



1.3



tes tes



essay?



tes dalam



pertanyaan



meningkatkan



essay?



objektivitas



essay? tes



dalam



essay? tes



dalam



essay?



tes



Tujuan



essay?



Penulisan



Adapun tujuan yang dicapai dalam penulisan makalah ini yang sejalan dengan rumusan masalah di atas adalah



untuk:



1.



mengetahui



2.



mengetahui



3.



kelebihan



dan



mengetahui



4.



mengetahui



5. 6.



pengertian



mengetahui



aturan upaya



untuk



essay. tes



essay.



tes



pertanyaan



mengkonstruksi



1.4 Adapun



kelemahan



jenis-jenis jenis



mengetahui



tes



dalam pertanyaan



meningkatkan



objektivitas



essay. es



dalam dalam



essay. tes



essay.



tes



Manfaat manfaat



yang



dapat



diperoleh



1.



essay. Penulisan



dari



penulisan



makalah



ini



Bagi



adalah: penulis,



melalui makalah ini penulis berharap mampu memperluas wawasan tentang hakikat dan cara pengkonstruksian 2.



Bagi



tes



essay pembaca



dalam



rangka dan



melakukan



evaluasi



rekan-rekan



di



kelas



mahasiswa,



melalui makalah ini diharapkan mampu memberikan informasi yang jelas tentang karakteristik, pengkonstruksian, dan cara penskoran tes essay dalam rangka meningkatkan profesionalisme sebagai guru.



PEMBAHASAN



2.1



Pengertian



Tes



Essay



Secara ontologis tes essay adalah salah satu bentuk tes tertulis, yang susunannya terdiri atas item-item pertanyaan yang masing-masing mengandung permasalahan dan menuntut jawaban siswa melalui uraian-uraian kata yang merefleksikan kemampuan berpikir siswa (Sukardi, 2008). Menurut Suherman (1993) tes essay adalah tes yang menuntut siswa untuk dapat menyusun dan memadukan gagasangagasan tentang hal-hal yang telah dipelajarinya, dengan cara mengekspresikan atau mengemukakan gagasan



tersebut



secara



tertulis



dengan



kata-kata



sendiri.



Senada dengan itu, menurut Oemar Hamalik (2001) tes essay adalah salah satu bentuk tes yang terdiri dari satu atau beberapa pertanyaan essay, yakni pertanyaan yang menuntut jawaban tertentu oleh siswa secara individu berdasarkan pendapatnya sendiri. Setiap siswa memiliki kesempatan memberikan jawabannya



sendiri



yang



berbeda



dengan



jawaban



siswa



lainnya.



Tes essay juga dapat disebut sebagai tes dengan menggunakan pertanyaan terbuka, dimana dalam tes tersebut siswa diharuskan menjawab sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. Selain itu, menurut Suherman, E (1993) tes essay juga sering disebut sebagai tes uraian karena untuk menjawab soal siswa dituntut untuk menyusun jawaban secara terurai. Jawaban tidak cukup hanya dengan satu atau dua kata saja, tetapi memerlukan uraian yang lengkap dan jelas. Selain harus menguasai materi tes, siswa dituntut untuk



bisa



mengungkapkannya



dalam



bahasa



tulisan



dengan



baik.



Tes essay yang biasa dipakai di sekolah mempunyai arti yang luas, yaitu tidak hanya mengukur kemampuan siswa dalam menyajikan pendapat pribadi, melainkan juga menuntut kemampuan siswa dalam hal menyelesaikan hitungan, menganalisis masalah, dan mengekspresikan pendapat.



2.2



Kelebihan



dan



Kelemahan



Tes



Essay



Dalam pembelajaran di kelas, tes essay masih banyak digunakan oleh para guru, karena tes essay memiliki beberapa kelebihan. Menurut Sukardi, H.M (2009) tes essay dapat digunakan untuk menilai hal-hal berkaitan



erat



dengan



beberapa



butir



berikut.



a. Mengukur proses mental para siswa dalam menuangkan ide ke dalam jawaban item secara tepat.



b. Mengukur kemampuan siswa dalam menjawab melalui kata dan bahasa mereka sendiri. c. Mendorong siswa untuk mempelajari, menyusun, merangkai, dan menyatakan pemikiran siswa secara aktif. d. Mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat serta menyusun dalam bentuk kalimat mereka



sendiri.



e. Mengetahui seberapa jauh siswa telah memahami dan mendalami suatu permasalahan atas dasar pengetahuan



yang



diajarkan



di



dalam



kelas.



Gronlund, N.E (1982) menyatakan bahwa karakteristik yang paling menonjol dari tes essay adalah kebebasan respon yang diberikan oleh para siswa. Karakteristik ini menjadi sebuah kelebihan dari tes essay. Pertanyaan dalam tes essay ini mengharuskan siswa untuk memproduksi jawaban mereka sendiri. Mereka relatif bebas untuk memutuskan bagaimana mendekati masalah, informasi faktual apa yang digunakan, bagaimana mengatur jawaban, dan apa penekanan yang diberikan pada setiap aspek jawabannya. Dengan demikian, tes essay dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk memproduksi, mengintegrasikan, dan mengekspresikan ide-ide. Menurut Azhar, L.M (1991) salah satu kelebihan atau keuntungan tes essay yang lain adalah mencegah siswa menjawab secara menebak serta relatif lebih mudah



dan



lebih



cepat



dibuat



dibandingkan



dengan



tes



objektif.



Di samping beberapa kelebihan seperti yang telah diuraikan di atas, ternyata tes essay juga memiliki beberapa kelemahan yang perlu diperhatikan oleh seorang guru. Menurut Suherman, E (1993) kelemahan tes



essay



di



antaranya



sebagai



berikut.



a. Ruang lingkup yang disajikan dalam bentuk tes essay kurang menyeluruh. Hal ini disebabkan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan setiap butir soal cukup banyak, sehingga jumlah butir soal yang disajikan sedikit. Pada tes essay ini, jika siswa kebetulan mempelajari materi yang secara kebetulan sesuai dengan butir soal yang disajikan, ia dapat dengan mudah menyelesaikannya. Sebaliknya jika siswa tidak mempelajari dengan baik materi yang tersaji dalam soal itu biasanya mendapat hasil yang kurang baik. b. Sesuai dengan namanya, soal tipe subjektif ini dalam pemeriksaan dan pemberian nilai akhir seringkali dipengaruhi faktor subjektivitas dari pemeriksa atau pemberi nilai, sehingga nilai akhir yang diterima siswa ada kemungkinan bias, kurang mencerminkan kemampuan sebenarnya. Faktor subjektivitas itu sebagai akibat



pengaruh



kondisi



pemeriksa,



siswa



dan



lingkungan.



c. Pemeriksaan jawaban pada tes essay ini tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang, tetapi harus diperiksa oleh orang yang benar-benar ahli dalam bidangnya. Bila pemeriksa kurang mengetahui pokok persoalan yang diujikan, akan mengakibatkan hasil pemeriksaan yang dapat merugikan siswa. Demikian pula jika pemeriksa kurang memiliki pengetahuan luas mengenai cara penyelesaian suatu soal, mungkin



langkah-langkah penyelesaian suatu soal tidak sama dengan kunci jawaban akan dianggap salah, padahal pekerjaan



itu



benar.



d. Memeriksa jawaban tes essay cukup rumit sehingga memerlukan waktu yang cukup banyak. Pola jawaban siswa untuk soal bentuk ini bisa beraneka ragam, karena siswa diberi kebebasan untuk mengeluarkan pendapatnya sendiri. Pengetahuan yang telah diperoleh dan dikuasainya akan diutarakan sesuai dengan relevansi pada jawaban persoalan yang ditanyakan. Tiap siswa tentu akan memberikan uraian yang berlainan dan bermacam-macam, apalagi jika persoalannya divergen. Meskipun demikian dalam matematika keanekaragaman ini tidak akan jauh berbeda karena sifatnya eksak, lain halnya dengan ilmu-ilmu sosial lainnya. Karena keanekaragaman itu, baik cara penyelesaian maupun alur pikiran yang terdapat di dalamnya, maka pemeriksaaan akan memerlukan banyak waktu dan melelahkan. Kelemahan-kelemahan menurut Suherman, E (1993) di atas hampir sama dengan apa yang dinyatakan oleh Gronlund, N.E (1982). Selain kelemahan tersebut, Gronlund, N.E (1982) juga menyatakan bahwa kelemahan tes essay ini berkaitan dengan respon siswa. Karena siswa harus menulis jawaban dengan katakata sendiri, maka kemampuan menulis cenderung untuk mempengaruhi skor yang mereka terima. Miskin ekspresi dan kesalahan dalam menggunakan tanda baca, ejaan, dan tata bahasa biasanya mengurangi



skor



yang



didapatkan.



Untuk lebih memahami karakteristik serta kelebihan dan kelemahan dari tes essay, berikut disajikan perbedaan



Tabel



antara



2.1



tes



Perbedaan



Tes



objektif



tes



dan



objektif



Objektif



tes



dan



tes



Tes



essay



essay Essay



Tingkatan kemampuan hasil belajar yang diukur Baik digunakan untuk mengukur kemampuan pada tingkatan pengetahuan, pemahaman, aplikasi dan analisis. Tetapi tidak cocok digunakan untuk mengukur kemapuan



pada



tingkat



sintesis



dan



evaluasi



Tidak efektif digunakan untuk mengukur kemampuan pada tingkatan pengetahuan, pemahaman, aplikasi dan analisis. Tetapi baik jika digunakan untuk mengukur kemapuan pada tingkat sintesis dan evaluasi Ruang lingkup materi yang disajikan Terdiri dari banyak item soal dan mencakup materi yang cukup luas sehingga tes tersebut dapat mewakili isi dari materi yang dipelajari Terdiri dari sedikit item soal dalam jangkauan materi yang terbatas sehingga tes tersebut tidak representatif dalam mewakili isi materi



Penyusunan tes Untuk mempersiapkan tes yang baik, diperlukan waktu yang cukup lama Untuk mempersiapkan tes yang baik, diperlukan waktu yang lebih cepat dan lebih mudah dibandingan dengan



tes



objektif



Penskoran Objektif, sederhana dan dapat diandalkan Subjektif, sulit, dan kurang dapat diandalkan



Faktor-faktor



yang



mempengaruhi



skor



yang



diperoleh



Kemampuan membaca dan menebak-nebak Kemampuan menulis dan memberikan penekanan dan jawaban Kemungkinan efek yang ditimbulkan terhadap cara belajar siswa Mendorong siswa untuk mengingat, menginterpretasikan dan menganalisis ide-ide orang lain. Mendorong siswa untuk mengatur, mengintegrasikan,



dan



2.3



mengekspresikan



ide



Jenis-Jenis



mereka



Tes



sendiri Essay



Menurut Suherman, E (1993), ditinjau dari cara menyajikan soal, tes essay dapat dikelompokkan menjadi dua



macam,



1.



Tes



yaitu:



essay



(uraian)



berstruktur



Tes essay bentuk ini disajikan secara terinci menjadi sub-sub masalah yang sifatnya saling menunjang. Soal, biasanya disusun dari hal yang elementer menuju pada hal yang sifatnya lebih kompleks. Contoh: Diketahui f(x)



fungsi =



f



dengan



2x2



+



rumus 11x



fungsi –



Tentukan a. b. c. d.



: Syarat



agar



Titik



fungsi potong



Syarat



agar



Titik



fungsi



Titik



g.



Gambar



Tes



essay



sumbu sumbu



memotong dengan



Persamaan



f.



memotong dengan



potong



e.



2.



21



sumbu sumbu



X X Y Y



sumbu



simetrinya



balik



fungsi



sketsa



grafiknya



(uraian)



bebas



Tes essay bentuk ini disajikan secara global, tidak terinci. Dalam menjawabnya siswa diperbolehkan mengerjakan bagian jawaban soal itu secara bebas, asal masalah yang ditanyakan dapat dijawab secara benar. Soal yang hanya terdiri dari satu masalah bisa tergolong pada Tes essay bentuk bebas



Contoh: Gambar f(x)



sketsa



grafik



=



fungsi



2x2



f +



dengan



rumus



11x







fungsi 21



Pada soal tersebut, siswa bisa mengerjakannya secara langsung dengan menggunakan percobaan titiktitik



sampel



atau



dengan



cara-cara



yang



lain.



Ditinjau dari pola jawaban siswa dan cara pemberian skor untuk setiap langkah jawaban itu, tes essay (uraian) 1.



dapat



dikelompokkan



Bentuk



menjadi Uraian



dua



macam,



Objektif



yaitu: (BUO)



Bentuk uraian objektif adalah tes essay yang memiliki sekumpulan jawaban dengan rumusan yang pasti sehingga dapat dilakukan penskoran secara objektif. Ini berarti walaupun pemeriksanya berlainan dapat menghasilkan skor yang sama. Untuk tes bentuk ini dapat dibuatkan kunci jawaban dan pedoman penskorannya. Dengan kunci dan pedoman ini, jawaban siswa yang bervariasi tetap dapat diperiksa oleh orang yang berbeda tetapi skor yang diperoleh tidak berbeda. Cara pemberian skor untuk soal bentuk BUO ini adalah bersifat dikotomi, yaitu jika jawaban siswa benar diberi skor 1 sedangkan jika salah diberi skor 2.



0. Bentuk



Uraian



Non



Objektif



(BUNO)



Bentuk uraian non objektif adalah tes essay yang menuntut siswa untuk memberikan jawaban berdasarkan pendapat, pikiran, atau pandangan pribadinya. Untuk soal bentuk ini, kunci jawaban bersifat relatif karena kemungkinan jawaban yang diberikan siswa bisa bervariasi, malahan bisa juga muncul jawaban yang tidak diduga sebelumnya oleh pembuat soal (guru). Dalam pemeriksaan dan pemberian skor terhadap jawaban siswa cenderung dipengaruhi oleh pertimbangn, situasi, kondisi, lingkungan dan pengalaman pemeriksa. Dengan demikian unsur subjektivitasnya bisa dominan, sehingga kurang objektif. Untuk soal jenis ini skor dijabarkan dalam skala rentangan. Makin baik jawaban siswa, makin tinggi pula skor yang diperoleh. Sebaliknya, semakin kurang bemutu, makin rendah pula skor yang diberikan. Besarnya rentangan itu ditetapkan oleh guru, misalnya 1 – 5, 1 – 10, 0 – 4. Kualitas jawaban siswa biasanya diperhitungkan dari banyaknya kata kunci yang dijawab dengan benar, sistematika jawaban, dan pengertian



logis



dari



jawaban



itu.



2.4



Jenis-jenis



Pertanyaan



dalam



Tes



Essay



Kebebasan respon yang dihasilkan dari pertanyaan essay adalah bervariasi. Siswa mungkin diminta untuk memberikan respon yang singkat dan tepat, atau mereka mungkin diberikan kebebasan yang lebih luas dalam menentukan bentuk dan ruang lingkup jawaban mereka. Terkait dengan kebebasan respon di atas, menurut Gronlund, N.E (1982) pertanyaan essay dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu 1.



Pertanyaan-pertanyaan



dengan



jawaban



terbatas



(restricted-response



questions)



Pertanyaan dengan jawaban terbatas memiliki kedudukan yang terbatas pada jawaban yang diberikan. Batas-batas subjek yang harus dipertimbangkan biasanya didefinisikan secara sempit dalam masalah dan jawabannya spesifik yang ditunjukkan dengan kata-kata seperti “daftarkan”, “definisikan”, dan “berikan alasan”. Dalam beberapa kasus, lebih lanjut jawaban dibatasi dengan menggunakan kata pengantar atau dengan



menggunakan



arah



khusus:



Contoh: Menjelaskan manfaat relatif dari item tes objektif dan pertanyaan essay untuk mengukur hasil pembelajaran



pada



tingkat



pemahaman.



Batasi



jawaban



Anda



pada



satu



halaman.



Membatasi bentuk dan ruang lingkup dari jawaban-jawaban pertanyaan essay memiliki kelebihan dan kekurangan. Pertanyaan seperti itu dapat dibuat lebih mudah, lebih terkait langsung dengan hasil pembelajaran yang spesifik, dan menskor lebih mudah. Di sisi lain, pertanyaan essay memberikan kesempatan bagi siswa untuk menunjukkan kemampuan mereka dalam mengatur, mengintegrasikan, dan mengembangkan pola-pola jawaban baru. Pembatasan yang ditetapkan dalam membuat item dengan jawaban terbatas sangat berguna untuk mengukur hasil pembelajaran pada tingkat pemahaman, aplikasi, dan analisis dalam pembelajaran. Pertanyaan dengan jawaban terbatas kurang relatif untuk mengukur hasil 2.



pembelajaran Pertanyaan-pertanyaan



pada dengan



tingkat jawaban



sintesis terbuka



dan



(extended-response



evaluasi. questions)



Pertanyaan-pertanyaan dengan jawaban terbuka (extended-response questions) digunakan untuk mengukur hasil pembelajaran pada tingkat sintesis dan evaluasi. Pertanyaan ini memberikan kebebasan kepada siswa yang hampir tak terbatas untuk menentukan bentuk dan ruang lingkup jawaban mereka. Meskipun masih terdapat beberapa batasan-batasan, seperti batasan waktu atau batasan halaman, batasan pada bahan-bahan materi yang termasuk dalam jawaban dan bentuk jawaban dapat diminimumkan. Siswa harus diberikan kebebasan yang cukup untuk menunjukkan kemampuan sintesis dan evaluasi, dan cukup dikontrol untuk memastikan bahwa keahlian dan kemampuan intelektual akan dipanggil keluar oleh pertanyaan itu. Dengan demikian jumlah struktur akan bervariasi dari item ke item,



yang



bergantung



pada



hasil



pembelajaran



yang



diukur.



Pertanyaan dengan jawaban terbuka (exended-response question) menyediakan ide-ide kreatif yang terintegrasi, mengevaluasi secara keseluruhan materials, dan merupakan pendekatan pemecahan masalah (problem solving). Itu semua merupakan hasil belajar yang penting, dan tidak dapat diukur dengan jenis item-item tes lainnya oleh orang lain. Secara umum, tentu saja mengevaluasi jawabanjawaban dengan cukup handal untuk menyediakan manfaat dalam mengukur hasil pembelajaran. Hal ini tentu sangat sulit untuk dilakukan dan merupakan tugas time-consuming, namun pentingnya hasil nampaknya



2.5



memerlukan



Aturan



pembenaran



dari



Mengkonstruksi



additional



Pertanyaan



care



dalam



dan



Tes



effort.



Essay



Menurut Gronlund, N.E (1982), aturan mengkonstruksi pertanyaan dalam tes essay sehingga menghasilkan



soal



1.



pertanyaan



Gunakan



essay



dengan essay



kualitas



sebagai



alat



yang ukur



tinggi hasil



adalah belajar



sebagai yang



berikut. kompleks.



Sebagian besar pemerolehan hasil belajar diukur dengan menggunakan pertanyaan essay. Hasil-hasil tersebut biasanya dapat diukur secara efektif dengan item objektif, yang masalahnya disampling dan diskor melalui pertanyaan essay. Hal itu mungkin terdapat pengecualian, seperti ketika menyediakan jawaban sebagai hasil belajar, namun untuk mengukur prestasi belajar pertanyaan essay hendaknya dapat diukur



kehandalannya



(reliable)



tanpa



adanya



compensating



benefits.



Pada tingkat pemahaman, aplikasi, dan analisis dalam pembelajaran, tes objektif maupun tes essay masih tetap digunakan. Meskipun tes objektif memiliki prioritas, tes essay juga memiliki prioritas dimana menuntut siswa untuk memberikan alasan, menjelaskan hubungan, mendeskripsikan data, merumuskan kesimpulan, atau memberikan langkah-langkah jawaban yang tepat. Dimana memberikan jawaban merupakan hal yang sangat penting, oleh karena itu pertanyaan restricted-response dikonstruksi dengan benar



sehingga



menghasilkan



pertanyaan



yang



tepat.



Pada tingkat sintesis dan evaluasi dalam pembelajaran, tes objektif maupun tes restricted-response memiliki nilai batas. Tes-tes ini dapat digunakan untuk mengukur beberapa aspek tertentu dari proses total dalam pembelajaran, namun menghasilkan karya yang lengkap (seperti rencana dalam operasi) atau evaluasi keseluruhan suatu karya (misalnya, evaluasi dari sebuah novel maupun dari suatu eksperimen) memerlukan



penggunaan



pertanyaan



extended-response.



2. Hubungkan pertanyaan-pertanyaan langsung yang berhubungan dengan hasil belajar yang diukur. Pertanyaan essay tidak dapat mengukur hasil belajar secara kompleks kecuali jika pertanyaan essay telah dikonstruksi secara hati-hati untuk hal itu. Setiap pertanyaan sebaiknya dirancang secara spesifik untuk



mengukur satu atau lebih hasil yang didefinisikan dengan baik (well-difined). Dengan demikian, tempat untuk memulai, sama halnya seperti pada item objektif, yaitu dengan deskripsi yang tepat performance yang diukur. Hal ini sangat berguna untuk membantu menentukan isi maupun bentuk dari item dan membantu



dalam



pembentukan



suku



kata



(phrasing)



dalam



pertanyaan



itu.



Item restricted-response dihubungkan dengan hasil belajar yang spesifik karena hal tersebut terstruktur dengan baik. Tanggapan dari beberapa siswa juga sangat diperlukan guna memungkinkan pengambilan suku kata (phrase) dalam pertanyaan sehingga maksudnya dapat dipahami dengan jelas oleh siswa. Item extended-response, memerlukan kebebasan yang lebih besar dari respon dan biasanya melibatkan sejumlah hasil pembelajaran. Hal ini membuat lebih sulit untuk menghubungkan pertanyaan dengan hasil yang diharapkan dan menyatakan inti dari jawaban yang diinginkan melalui ungkapan pertanyaan. Jika tugas yang sulit diberikan dalam pertanyaan, maka kebebasan siswa untuk memilih, mengatur, dan menjawab pertanyaan cenderung tidak dihiraukan oleh mereka. Salah satu alternatif solusi yang dapat dilakukan adalah dengan menunjukkan kepada siswa kriteria yang akan digunakan dalam mengevaluasi jawabannya. Sebagai contoh, pernyataan seperti: “jawaban Anda akan dievaluasi dalam hal kelengkapan jawabannya, relevansi dari argumennya, kesesuaian dengan contoh, dan keterampilan yang digunakan”. Hal ini menjelaskan tugas yang diberikan kepada siswa tanpa membatasi kebebasan mereka, dan membuat item lebih mudah berhubungan dengan hasil belajar yang didefinisikan secara jelas. 3.



Rumuskan



pertanyaan



yang



menyajikan



tugas



yang



jelas



untuk



dilakukan.



Ungkapan sebuah pertanyaan essay sehingga diperoleh respon yang diinginkan bukanlah hal yang mudah. Memilih kalimat yang tepat dan hati-hati dan mengulang pertanyaan dengan respon yang diinginkan dalam pikiran akan membantu memperjelas tugas siswa. Karena pertanyaan essay ini digunakan untuk mengukur hasil belajar yang kompleks, maka sebaiknya menghindari pertanyaan yang diawali dengan kata-kata seperti: ”siapa”, “apa”, “kapan”, “dimana”, “nama”, dan “daftar”. Istilah-istilah ini cenderung untuk membatasi respon pada hasil pengetahuan. Pertanyaan essay yang digunakan untuk mengukur hasil belajar yang kompleks ditandai dengan penggunaan kata-kata seperti: “mengapa”, “gambarkan”, “jelaskan”, “bandingkan”, “hubungkan”, “bedakan”, tafsirkan”, analisa”, “kritik”, dan “evaluasi”. Istilahistilah khusus yang digunakan tentu saja sebagian besar ditentukan oleh perilaku spesifik yang dijelaskan dalam



hasil



belajar



yang



diukur.



Tidak ada cara yang lebih baik untuk memeriksa ungkapan sebuah pertanyaan essay daripada membuat model jawaban, atau setidaknya merumuskan jawaban dari suatu pertanyaan. Hal ini akan membantu pembuat tes untuk mendeteksi ambiguitas dalam pertanyaan, membantu dalam memperkirakan waktu yang dibutuhkan oleh siswa untuk mengembangkan jawaban yang memuaskan, dan memberikan garis-



garis besar pada proses mental yang diperlukan. Prosedur ini dapat dikerjakan dengan mudah dalam item restricted-response, jawaban yang lebih terbatas dan lebih mudah dipahami. Dengan bentuk extendedresponse memungkinkan memerlukan satu atau lebih rekan untuk membaca bentuk dan ruang lingkup jawaban



dari



pertanyaan



yang



diberikan.



4. Hindari penggunaan pertanyaan pilihan kecuali pertanyaan hasil belajar yang memerlukan itu. Dalam tes prestasi belajar, yang terbaik adalah semua siswa manjawab pertanyaan yang sama. Jika mereka dibolehkan untuk menjawab hanya sebagian dari pertanyaan-pertanyaan itu, hingga tiga perlimanya, maka jawaban mereka tidak dapat dievaluasi secara komparatif. Demikian juga, karena siswa akan cenderung memilih pertanyaan-pertanyaan mereka yang paling siap untuk dijawab, tanggapan mereka atas pertanyaan yang diberikan menunjukkan sampel dari prestasi mereka bahwa kurang representatif terhadap pertanyaan opsional yang diperoleh. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, salah satu keterbatasan dari tes essay adalah menyediakan sampling yang terbatas dan tidak representasional. Memberikan siswa pertanyaan pilihan hanya mempersulit masalah sampling lebih lanjut



dan



menghasilkan



penyimpangan



(distortion)



yang



lebih



besar



dalam



hasil



tes.



Dalam beberapa situasi penggunaan pertanyaan opsional mungkin masih dapat dipertahankan. Sebagai contoh, jika pertanyaan essay digunakan untuk mengukur keterampilan menulis saja, maka beberapa pilihan topik untuk ditulis mungkin diperlukan sekali. Hal ini juga terjadi jika pertanyaan essay digunakan untuk mengukur beberapa aspek dari kreativitas, atau jika siswa telah mempunyai kepentingan individual melalui studi independen. Kemampuan untuk mengatur, mengintegrasikan, dan mengekpresikan ide-ide ditentukan



dengan



melibatkan



kompleksitas



isi.



5. Sediakan waktu yang cukup untuk menjawab dan memberikan batas waktu pada setiap pertanyaan. Karena pertanyaan essay paling sering dirancang untuk mengukur keterampilan dan kemampuan intelektual, maka diperlukan waktu untuk berpikir maupun menulis. Dengan demikian batas waktu yang cukup tentu diperlukan. Sebagai contoh, daripada mengharapkan beberapa orang siswa untuk menjawab pertanyaan essay selama satu periode kelas, lebih baik siswa difokuskan pada satu atau dua pertanyaan saja. Hal itu nampaknya menyebabkan kecenderungan bagi guru untuk memberikan pertanyaanpertanyaan begitu banyak dalam tes essay tunggal bahwa skor tertinggi adalah mengukur dari kecepatan menulis yang menunjukkan prestasi siswa. Ini mungkin merupakan suatu usaha untuk mengatasi masalah pengambilan sampel secara terbatas, namun hal ini cenderung menjadi solusi yang tidak diinginkan. Dalam mengukur prestasi belajar yang kompleks, tampaknya lebih baik untuk menggunakan pertanyaan yang



lebih



sedikit



dan



meningkatkan



sampel



dengan



pengujian



yang



lebih



sering.



Menginformasikan kepada siswa mengenai banyaknya waktu yang diperlukan untuk menjawab setiap



pertanyaan akan membantu mereka dalam menggunakan waktu yang diberikan secara lebih efisien, secara ideal, dan juga akan memberikan sampel yang lebih memadai terhadap prestasi mereka. Jika panjang jawabannya tidak didefinisikan dengan jelas dari pertanyaan yang diberikan, seperti pada pertanyaan extended-response, mungkin diperlukan juga informasi mengenai batas halamannya. Sementara menurut Sukardi, H.M (2009), untuk meningkatkan mutu pertanyaan essay sebagai alat pengukur hasil belajar yang kompleks, memerlukan dua hal penting yang perlu diperhatikan oleh para evaluator. Kedua hal tersebut yaitu (1) bagaimana mengkonstruksi pertanyaan essay yang mengukur perilaku yang direncencanakan, dan (2) bagaimana menskor jawaban yang diperoleh dari siswa. Untuk mengkonstruksi pertanyaan essay dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti berikut. 1. Para guru hendaknya memfokuskan pertanyaan essay pada materi pembelajaran yang tidak dapat diungkap dengan bentuk tes lain misalnya tes objektif. Ada beberapa faktor penting dalam kegiatan pembelajaran yang hanya bisa diungkap oleh tes essay, antara lain: pembelajaran yang kompleks, organisasi materi, integrasi penyusunan jawaban, dan ekspresi penuangan ide dari pemikiran siswa ke dalam bentuk jawaban soal. Hal ini menjadikan tes essay tetap menjadi pilihan para guru atau para evaluator. 2. Para guru hendaknya memformulasikan item pertanyaan yang mengungkap perilaku spesifik yang diperoleh dari pengalaman hasil belajar. Tes yang direncanakan oleh guru, baik tes objektif maupun tes essay perlu tetap mengukur penilaian tujuan instruksional. Pertanyaan yang tidak mengarah pada tujuan instruksional



sebaiknya



dikesampingkan



lebih



dahulu.



3. Item-item pertanyaan tes essay sebaiknya jelas dan tidak menimbulkan kebingungan (tidak mengandung makna ambigu) sehingga para siswa dapat menjawab dengan tidak ragu-ragu. Menggunakan kata-kata yang spesifik, seperti terangkan, bandingkan, buktikan, nyatakan dalam kesimpulan,



gunakan



dan



sebagainya.



4. Sertakan petunjuk waktu pengerjaan untuk setiap pertanyaan, agar para siswa dapat memperhitungkan kecepatan berpikir, menulis dan menuangkan ide sesuai dengan waktu yang disediakan. Pertimbangan waktu



tersebut



hendaknya



didasarkan



pada



tingkat



kesulitan



setiap



pertanyaan.



5. Ketika mengkonstruksi sejumlah pertanyaan essay, para guru hendaknya menghindari menggunakan pertanyaan pilihan. Pertanyaan pilihan biasanya terletak pada kalimat instruksi pengerjaan pada awal tes, misalnya “pilih empat soal dari lima pertanyaan yang tersedia”. Penggunaan pertanyaan pilihan dimungkinkan



2.6



Upaya



mempengaruhi



Meningkatkan



reliabilitas



Objektivitas



tes



essay



Penilaian



yang



dalam



direncanakan.



Tes



Essay



Menurut Gronlund, N. E (1982), terdapat beberapa upaya untuk meminimalkan subjektivitas penilaian dan memberikan keseragaman standar penilaian dari siswa yang satu ke siswa yang lainnya, yaitu sebagai berikut. 1. Evaluasi jawaban-jawaban soal essay dalam hubungannya dengan hasil belajar yang sedang diukur. Tes essay, seperti halnya tes objektif, digunakan untuk memperoleh bukti yang jelas mengenai sejauh mana hasil pembelajaran telah tercapai. Dengan demikian, kinerja siswa yang diinginkan dalam hasil pembelajaran harus sesuai dengan panduan baik dalam mengkontruksi pertanyaan maupun mengevaluasi jawaban. Jika suatu pertanyaan dirancang untuk mengukur “kemampuan untuk menjelaskan hubungan sebab-akibat”, misalnya jawabannya harus dievaluasi dalam hal bagaimana siswa dapat menjelaskan hubungan sebab-akibat tertentu yang disajikan dalam pertanyaan, maka semua faktor-faktor lain, seperti informasi faktual yang menarik tapi asing, gaya menulis, dan kesalahan dalam mengeja dan tata bahasa, harus diabaikan (sejauh mungkin) selama evaluasi. Dalam beberapa kasus, untuk kemampuan mengeja maupun menulis mungkin memberi skor-skor yang terpisah, tetapi hal ini seharusnya tidak diperbolehkan karena dapat mencemarkan (contaminate) skor yang mewakili pencapaian



tingkat



prestasi



dari



hasil



pembelajaran



yang



dimaksudkan.



2. Untuk soal-soal essay dengan jawaban terbatas (restricted-response questions), berilah skor dengan metode point (point method), gunakan suatu model jawaban (pedoman jawaban) sebagai petunjuk. Menskor dengan bantuan kunci jawaban yang sebelumnya disiapkan adalah mungkin dengan item restricted-response karena keterbatasan pada jawabannya. Prosedur ini melibatkan penulisan suatu model jawaban untuk setiap pertanyaan dan menentukan jumlah point-point yang akan diperlukan untuk itu dan untuk bagian-bagian di dalamnya. Distribusi point-point dalam jawaban tentu saja harus mempertimbangkan semua unit scorable yang ditandai dalam hasil pembelajaran yang diukur. Misalnya, point-point dapat diberikan pada relevansi contoh yang digunakan dan struktur jawabannya, serta isi dari jawaban:



jika



hal



ini



merupakan



aspek



yang



sah



dalam



hasil



belajar.



3. Untuk soal-soal essay dengan jawaban terbuka (extended-response questions), skorlah dengan rating method,



gunakan



kriteria



tertentu



sebagai



pedoman



penskoran.



Item-item extended-response menuntut jawaban yang terbuka dan bebas sehingga sering kali tidak mungkin untuk menyiapkan pedoman jawabannya. Oleh karena itu, biasanya guru atau pembuat tes itu menilai tiap jawaban dengan menimbang-nimbang kualitasnya dalam hubungannya dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya, jadi bukan menskor point demi point dengan kunci jawaban. Kriteria untuk menilai kualitas dari suatu jawaban ditentukan oleh sifat pertanyaan dan demikian juga oleh hasil pembelajaran yang diukur. Jika para siswa diminta untuk “menjelaskan rencana lengkap dari tes prestasi



belajar”, misalnya kriteria akan mencakup hal-hal seperti (1) kelengkapan rencana (misalnya, apakah itu termasuk pernyataan objektif, kumpulan dari perencanaan yang terperinci, dan jenis yang sesuai item, (2) kejelasan dan akurasi dengan setiap langkah yang telah dijelaskan, (3) kecukupan pembenaran untuk setiap



langkah,



dan



(4)



tingkat



keterpaduan



dari



bagian-bagian



rencana.



Biasanya kriteria untuk mengevaluasi jawaban digunakan untuk mengklasifikasikan jawaban-jawaban itu ke dalam lima tingkat, yang selanjutnya diberi skor 1, 2, 3, 4, 5 atau A, B, C, D, dan E. Lebih lanjut keseragaman standar dari grading biasanya diperoleh dengan membaca jawaban dua kali untuk setiap pertanyaan. Selama membaca bacaan pertama, tulisan harus disortir secara tentatif menjadi lima tumpukan, mulai dari kualitas yang tinggi ke rendah atau sebaliknya. Pembacaan kedua dapat mencapai tujuan memeriksa keseragaman jawaban di setiap tumpukan dan membuat sebuah perubahan penting



dalam



menilai.



4. Evaluasi semua jawaban-jawaban siswa untuk satu pertanyaan sebelum melanjutkan ke pertanyaan berikutnya. Menskor atau menilai tes essay dengan pertanyaan demi pertanyaan, lebih baik daripada siswa demi siswa, hal ini memungkinkan untuk mempertahankan standar keseragaman dalam menilai jawaban untuk setiap pertanyaan. Prosedur ini juga membantu untuk menghindari halo effect dalam menilai. Manfaatnya adalah agar guru dapat membandingkan jawaban-jawaban siswa dalam tingkat-tingkat yang lebih tepat, dan agar guru hanya berpegang pada satu daftar angka guna menjamin ketepatan dalam menilai. 5.



Evaluasi



jawaban-jawaban



soal



essay



tanpa



mengetahuai



identitas



penulis.



Hal ini merupakan upaya lain untuk mengontrol personal bias selama menskor. Jawaban-jawaban dari soal essay dievaluasi dalam bentuk tertulis, bukan dalam bentuk apa yang diketahui penulis dari kontak langsung dengan siswa. Cara terbaik untuk mencegah pembiasan dalam penilaian adalah mengevaluasi setiap jawaban tanpa mengetahui identitas penulis. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menginformasikan kepada siswa untuk menuliskan namanya dibelakang kertas jawabannya atau dengan menggunakan



kode



nomor



sebagai



pengganti



nama.



6. Bila memungkinkan, mintalah dua atau lebih orang guru lain yang mengetahui masalah itu, untuk menskor



tiap



jawaban.



Hal ini diperlukan untuk mengecek kehandalan scoring terhadap jawaban-jawaban essay itu. Tentu saja hal ini tidak perlu dilakukan pada setiap penskoran, tetapi sewaktu-waktu saja, misalnya jika diperlukan



untuk memilih siswa-siswa yang akan dicalonkan untuk mengikuti latihan tertentu atau untuk memilih juara



sekolah.



Sementara, menurut Azhar, L. M (1991), terdapat beberapa upaya untuk meningkatkan objektivitas penilaian



dalam



tes



essay



yaitu



sebagai



berikut.



1. Baca beberapa lembar jawaban yang diambil secara acak (random) sebagai gambaran umum sebelum mulai



memberikan



penilaian.



2. Usahakan tidak melihat nama testi. Bila perlu digunting dan diberi kode seperti pada saat memeriksa tes



Ebtanas.



3.



Jangan



memberi



4.



Periksalah



nomor



skor



yang



dipengaruhi



sama



untuk



oleh



seluruh



tulisan



testi



baru



ke



yang



baik/buruk.



nomor



berikutnya.



5. Buatlah pedoman penilaian sebelumnya (terlebih-lebih untuk tes essay yang diperiksa lebih dari seorang)



hingga



skor



yang



diberikan



relatif



sama.



6. Buat pula kunci jawaban yang memuat hal-hal pokok yang harus ada dalam masing-masing jawaban. 7. Bila tes essay disatukan dengan tes objektif maka tes essay dapat dikategorikan “sukar” dalam merancang kisi-kisi untuk tingkat kesukaran soal tetapi bila seluruh tes adalah tes essay soal dapat dibagai menjadi 3 atau 5 tingkatan. Dengan demikian untuk yang terbagi menjadi 3 tingkatan akan terdapat soalsoal yang mudah (md), sedang (sd), dan sukar (sk). Demikian juga untuk yang terbagi menjadi 5 tingkatan akan terdapat soal-soal yang lebih mudah (lmd), mudah (md), sedang (sd), sukar (sk) dan lebih sukar (lsk). 8.



Menggunakan



metode



berikut



dalam



menskor



tes



essay,



antara



lain:



a. Metode analisis: yakni menskor dengan menyiapkan model jawaban berdasarkan tahapan tingkat kebenaran suatu jawaban dengan memberikan skor tertentu. Misalnya: ¼ benar diberikan skor 2,5; ½ benar diberikan skor 5; ¾ benar diberikan skor 7,5; dan benar semuanya diberikan skor 10 untuk setiap item. b. Metode sortir: yakni menskor dengan terlebih dahulu melakukan sortir terhadap keseluruhan pekerjaan testi. Penyortiran dilakukan dengan mengklasifikasikan jawaban yang ada. Misalnya jawaban benar (baik), cukup, sedang, kurang, dan kurang sekali. Tiap klasifikasi diberikan skor misalnya 9 – 10; 7 – 8;



5







6;



3







4;



dan



1







2



dari



yang



baik



hingga



ke



yang



kurang



sekali.



c. Metode keseluruhan (whole method): yakni pemeriksaan secara nomor demi nomor bagi seluruh testi hingga diperoleh jawaban dari tingkat yang paling baik hingga ke yang paling buruk lalu dilakukan pemberian skor. Misalnya yang paling baik diberikan skor 10; baik diberikan skor 8; cukup diberikan skor 6;



sedang



diberikan



skor



4;



dan



kurang



diberikan



skor



2



untuk



setiap



item



tes.



d. Metode pembobotan (weight system): yakni dengan memberikan perbandingan bobot skor dari setiap item tes berdasarkan tingkat kesukaran (difficulty index) soal. Misalnya untuk soal mudah dengan bobot 2, sedang 3, sukar 4 dan sebagainya. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh Sa (skor akhir) untuk siswa A dan



siswa



B



yang



mengikuti



tes



essay



dengan



5



item



tes



berikut!



Keterangan: No



:



TK



:



n



tingkat :



W n



nomor



×



soal



setiap



soal



weight/bobot W



Sa



kesukaran



skor :



soal



:



skor



:



skor kali



skor



Rumus



bobot akhir



Sa



=



Dari contoh di atas, ternyata antara siswa A dan B dengan (n) yang sama yakni 35 ternyata (Sa) berbeda setelah dibobotkan yakni siswa A memperoleh skor 7,47 dan siswa B memperoleh skor 6,93.



Sementara, menurut Sukardi, H.M (2009), pemberian skor pada tes essay dapat dikatakan mudah dan juga dapat dikatakan sulit. Dikatakan mudah, karena setiap guru pasti merasa bisa memberikan skor jawaban para siswanya termasuk penggunaan jawaban yang berasal dari tes essay, karena dalam pemberian skor pada tes essay tidak ada eksplanasi penilaian angka secara pasti diberikan. Sebaliknya dikatakan sulit, karena banyak faktor selalu muncul yang dapat mempengaruhi dalam pengambilan keputusan pada penilaian siswa. Faktor-faktor tersebut diantaranya subjektivitas, pertimbangan, dan pengaruh interaksi antara guru dengan para siswa selama dalam proses pembelajaran berlangsung. Untuk mengatasi faktor-faktor di atas, berikut beberapa petunjuk yang dapat digunakan sebagai acuan para guru,



antara



lain:



1. Menyusun jawaban kunci untuk setiap pertanyaan yang mengandung materi penting yang dapat digunakan



sebagai



acuan



dasar



ketika



melakukan



penilaian.



2. Menentukan skor dari setiap pertanyaan berdasarkan bobot permasalahan, kompleksitas jawaban, dan waktu



yang



diperlukan



untuk



menyelesaikan



jawaban.



3. Memutuskan berapa poin pengurangan skor penilaian apabila siswa melakukan kesalahan kecil, misalnya



kesalahan



ejaan,



tanda



baca,



dan



penggunaan



kata.



4. Mengevaluasi satu pertanyaan pada semua lembar jawaban, sebelum lanjut ke pertanyaan berikutnya. 5. Guna mencek kesamaan kualitas jawaban, kelompokkan lembar jawaban siswa ke dalam 3 – 5



tumpukan dengan memperhatikan ranking dari yang tertinggi sampai terendah dan menempatkan lembar jawaban



siswa



ke



dalam



tumpukan



yang



ada



atas



dasar



skor



yang



dicapai.



6. Usahakan dalam proses penilaian jawaban soal tidak melihat nama siswa penjawabnya. 7. Disarankan untuk sering beristirahat untuk mencegah kelelahan dan kejenuhan yang dapat mengakibatkan



pemberian



skor



berubah



secara



signifikan.



PENUTUP



3.1



Simpulan



Berdasarkan



pembahasan



di



atas,



dapat



disimpulkan



beberapa



hal



sebagai



berikut.



1. Tes essay adalah salah satu bentuk tes tertulis, yang susunannya terdiri atas item-item pertanyaan yang masing-masing mengandung permasalahan dan menuntut jawaban siswa melalui uraian-uraian kata yang merefleksikan



kemampuan



berpikir



siswa.



2. Kelebihan tes essay diantaranya : (a) mengukur proses mental para siswa dalam menuangkan ide-ide ke dalam jawaban, (b) mengukur kemampuan siswa dalam menjawab melalui kata dan bahasa mereka sendiri, (c) mendorong siswa untuk mempelajari, menyusun, merangkai, dan menyatakan pemikiran siswa secara aktif, (d) mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat serta menyusun dalam bentuk kalimat mereka sendiri, (e) mengetahui seberapa jauh siswa telah memahami dan mendalami suatu permasalahan atas dasar pengetahuan yang diajarkan di dalam kelas, (f) kebebasan respon yang diberikan oleh para siswa, (g) mencegah siswa menjawab secara menebak serta relatif lebih mudah dan lebih cepat dibuat dibandingkan dengan tes objektif. Sedangkan kelemahannya diantaranya: (a) ruang lingkup yang disajikan dalam bentuk tes essay kurang menyeluruh, (b) dalam pemeriksaan dan pemberian nilai akhir seringkali dipengaruhi faktor subjektivitas, (c) pemeriksaan jawaban pada tes essay ini tidak bisa dilakukan oleh



sembarang



orang,



(d)



memeriksa



jawaban



tes



essay



cukup



rumit.



3. Ditinjau dari cara menyajikan soal, tes essay dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu: Tes essay (uraian) berstruktur dan Tes essay (uraian) bebas. Sedangkan jika ditinjau dari pola jawaban siswa dan cara pemberian skor untuk setiap langkah jawaban itu, tes essay (uraian) dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu: Bentuk Uraian Objektif (BUO) dan Bentuk Uraian Non Objektif (BUNO). 4. Jenis-jenis pertanyaan dalam tes essay meliputi: (a) pertanyaan-pertanyaan dengan jawaban terbatas (retricted-response questions) yang berguna dalam mengukur hasil pembelajaran pada tingkat pemahaman, aplikasi, dan analisis, dan (b) pertanyaan-pertanyaan dengan jawaban terbuka (extended-



renponse questions) yang digunakan untuk mengukur hasil pembelajaran pada tingkat sintesis dan evaluasi. Pertanyaan ini memberikan kebebasan kepada siswa yang hampir tak terbatas untuk menentukan



bentuk



dan



ruang



lingkup



jawaban



mereka.



5. Aturan-aturan mengkonstruksi pertanyaan dalam tes essay yaitu: (a) gunakan pertanyaan essay sebagai alat ukur hasil belajar yang kompleks, (b) hubungkan pertanyaan-pertanyaan langsung yang berhubungan dengan hasil belajar yang diukur, (c) rumuskan pertanyaan yang menyajikan tugas yang jelas untuk dilakukan, (d) hindari penggunaan pertanyaan pilihan kecuali pertanyaan hasil belajar yang memerlukan itu, dan (e) sediakan waktu yang cukup untuk menjawab dan memberikan batas waktu pada setiap pertanyaan. 6. Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan objektivitas penilain dalam tes essay, diantaranya: (a) evaluasi jawaban-jawaban untuk soal essay dalam hubungannya dengan hasil belajar yang sedang diukur, (b) untuk soal-soal essay dengan jawaban terbatas (restricted-response), berilah skor dengan metode point (point method), gunakan suatu model jawaban (pedoman jawaban) sebagai petunjuk, (c) untuk soal-soal essay dengan jawaban terbuka (extended-response answer), skorlah dengan rating method, gunakan kriteria tertentu sebagai pedoman penskoran, (d) evaluasi semua jawabanjawaban siswa untuk satu pertanyaan sebelum melanjutkan ke pertanyaan berikutnya, (e) evaluasi jawaban-jawaban soal essay tanpa mengetahuai identitas penulis, dan (f) bila memungkinkan, mintalah dua atau lebih orang guru lain yang mengetahui masalah itu, untuk menskor tiap jawaban.



3.2



Saran



Guru sebagai tenaga pendidik hendaknya memahami cara-cara dalam mengkonstruksi tes essay dan memperhatikan segala kelemahan-kelemahannya sehingga tes yang dibuat untuk mengukur hasil pembelajaran



berkualitas



tinggi.



DAFTAR



Azhar,



PUSTAKA



L.M.



1991.



Proses



Belajar



Mengajar



Pola



CBSA.



Surabaya:



Usaha



Nasional



Gronlund, N.E. 1982. Constructing Achievement Test. Prentice-Hall, Inc., Englewood Cliffs, N.J.07632



Hamalik, O. 2001. Teknik Pengukuran dan Evaluasi Pendidikan. Bandung: Mandar Maju



Permendiknas. 2007. Permendiknas No. 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan.



Sukardi, H.M. 2009. Evaluasi Pendidikan Prinsip & Operasionalnya. Yogyakarta: Bumi Aksara



Suherman, E. 1993. Evaluasi Proses dan Hasil Belajar Matematika. Jakarta: Universitas Terbuka



Soal Esay atau Esay test adalah test yang sifatnya menjelaskan. Test ini baik untuk mengukur kemampuan mental dan melatih ungkapan pikiran melalui bahasa yang tepat. Jenis soal ini mudah



dibuat,



namun



sukar



untuk



memeriksanya.



Penulisan soal esay membutuhkan beberapa hal yang harus diperhatikan dan juga rancangan. Berikut



1.



ini



akan



dijelaskan



ketentuan-ketentuan



Pedoman



umum



pembuatannya.



penyusunan



Ada beberapa petunjuk yang sifatnya umum dalam penulisan test esay. Petunjuk tersebut antara lain:



a. Buatlah seperangkat pengerjaan soal, dalam petunjuk ini hendaknya dikemukakan.



bentuk jawaban yang diminta, misalnya jawaban harus singkat, padat, tapi tepat, kalau perlu kemukakan kemukakan jelaskan



sangsi bobot waktu



jawaban.



nilai



setiap yang



soal. disediakan.



b. Jumlah soal, kompleksitas jawaban murid, kemampuan siswa dan waktu yang tersedia untuk menjawab soal harus diperhitungkan secara teliti. Test esay bukan hanya menekankan pada kecepatan menjawab tapi mengandung kekuatan atau kedalaman jawaban. Oleh sebab itu, proses yang ditempuh dalam menjawab test esay mengikuti tahapan (a) analisis soal (b) menentukan isi jawaban (c) menentukan cara mengorganisasikan jawaban (d) menuliskan



jawaban.



c. Test esay harus terdiri dari rentangan soal berdasarkan tingkat kesukarannya. Artinya ada soal kategori mudah, sedang dan soal kategori sukar. Komposisi ketiga soal ini harus seimbang, jangan



terlalu



mudah



jangan



terlalu



sukar.



d. Setiap soal yang dibuat berdasarkan tingkat kesukaran hendaknya dinilai berdasarkan sistim bobot. Soal sukar diberi bobot lebih tinggi dari pada soal sedang, dan soal sedang diberi bobot lebih tinggi dari pada soal mudah, Misalnya 5 untuk soal sukar, 4 untuk soal sedang, dan 2 untuk soal



mudah.



Patokan



ini



tergantung



dari



guru



yang



membuat



soal.



e. Gunakan kalimat yang tepat, benar dan jelas. Hindari soal yang bahasanya berbelit-belit sehingga



makna



soal



2.



Persyaratan



tidak



dapat



ditangkap



Ketentuan



khusus



yang



harus



dipenuhi



siswa.



khusus



dalam



membuat



test



esay



adalah:



a. Tetapkan dulu tujuan dan abilitas yang akan diukur apakah pemahaman, aplikasi, analisa, sintesa atau evaluasi. Abilitas ini diformulasikan dalam bentuk Tujuan Intruksional Khusus (TIK).



b. Susun pertanyaan dalam bahasa yang baik dan benar, serta tepat dengan TIK, sehingga setiap pertanyaan



berisi



suatu



perumusan



masalah



yang



jelas.



c. pertanyaan dibuat sedemikianrupa sehingga peserta didik menjawabnya dengan kata-kata sendiri,



bukan



menyalin



dari



buku.



d. mulailah pertanyaan esay dengan kata-kata: Bandingkan................, berilah contoh............., berilah alasan, terangkan bagaimana, jelaskan mengenai................, bagaimana pendapat saudara, apa keuntungan, kerugian.............,, dan seterusnya. Hindarkan penggunaan kata kapan,



dimana,



berapa



dan



siapa.



e. Jangan membuat pertanyaan yang mempunyai arti ganda pada siswa, sehingga mengandung



tafsiran



yang



beranekaragam.



f. sesuaikan kompleksitas jawaban peserta didik dengan tingkat kemampuan dan kematangan.



g. Gunakan variasi jenis soal esay yakni esay yang terbatas dan esay yang bebas (tak terbatas)



h. Jangan membuat pertanyaan yang mempunyai kombinasi jawaban yang beranekaragam, sebab



dengan



test



esay



semua



siswa



Keunggulan



a.



dituntut



mengerjakan



tugas



yang



test



Dapat



mengukur



sama.



esay:



kesanggupan



berfikir



pada



siswa



b. Dapat mengukur kesanggupan siswa dalam menggunakan kalimat yang baik dan benar. c. d.



Melatih



murid



Memerlukan



menuturkan



buah



pikirannya



waktu



yang



singkat



secara



sistematis



dalam



dan



penulisan



logis. soal.



e. Memberi kemungkinan kepada guru untuk langsung memulai proses berfikir siswa.



Kelemahan



a.



Tidak



test



dapat



mencakup



semua



bahan



esay:



pelajaran



b.



Menuntut



banyak



waktu



c.



Penilaian



kurang



subjektif



yang



dalam (bersifat



telah



diberikan



pemerikssaan. subjektif)



d. Tidak semua orang dapat memeriksa soal esay dengan benar sebab perlu penguasaan bahan. e. Sukar menentukan nilai yang jawabannya berfariasi pada setiap siswa.



Aturan Penulisan Soal Essay Ada aturan-aturan tertentu yang harus dipenuhi dalam menulis soal-soal berbentuk essay. Hal ini penting untuk diketahui agar soal essay yang dibuat oleh guru nantinya jelas, tidak memiliki makna jamak (ganda). Untuk dapat membuat soal essay yang baik guru harus memperhatikan aturan-aturan berikut:



Soal Essay Digunakan untuk Mengukur Tujuan Belajar yang Kompleks Jangan sekali-kali menggunakan soal essay untuk tujuan pembelajaran tingkat pengetahuan (C1), karena tentu akan tidak cocok. Sementara itu untuk tujuan pembelajaran tingkat pemahaman (C2), penerapan/aplikasi (C3), dan analisis (C4), pengukurannya dapat dilakukan baik dengan menggunakan tes obyektif maupun tes essay. Meskipun demikian penggunaan tes obyektif harus lebih diutamakan. Soal essay sebaiknya baru diterapkan apabila siswa dituntut untuk memberikan penjelasan atau alasan, menyatakan jenis hubungan, menguraikan data dan merumuskan kesimpulan. Apabila tujuan pokoknya adalah untuk meminta siswa merumuskan sendiri jawabannya maka sebaiknyalah digunakan soal essay dengan jawaban terbatas. Soal obyektif dan soal essay dengan jawaban terbatas sebenarnya kurang bermanfaat bila digunakan untuk mengukur kemampuan siswa melakukan sintesis (C5) dan mengevaluasi (C6). Untuk mengukur kemampuan berpikir siswa pada tingkatan sintesis dan evaluasi sebaiknya digunakan soal jenis dengan jawaban bebas. (Lihat tulisan sebelumnya tentang 2 macam soal essay).



Hubungan Selangsung antara Pertanyaan dengan Tujuan Pembelajaran yang Diukur Soal esaay tidak akan dapat mengukur tujuan pembelajaran yang kompleks bila soal itu tidak betul-betul dirumuskan untuk kepentingan tersebut. Setiap soal essay yang dibuat guru harus ditujukan untuk mengukur satu tujuan pembelajaran atau lebih. Karena itulah, sama juga dengan bentuk soal yang lain, soal essay dalam pembuatannya harus didahului oleh penentuan tujuan pembelajaran yang berikutnya dijadikan dasar penyusunan soal essay. Umumnya soal essay dengan jawaban bebas (soal essay tipe kedua), digunakan untuk mengukur sejumlah sasaran belajar. Hal ini jugalah yang membuat relatif sulitnya menyusun soal essay tipe ini. Rumusan soal yang terlalu rinci cenderung akan membatasi kebebasan siswa dalam menjawab pertanyaan yang diberikan. Cara yang mungkin dapat digunakan untuk menghindari masalah ini adalah dengan memberikan kriteria yang digunakan dalam mengevaluasi hasil tes. Misalnya, jawaban anda akan dinilai dari sisi kedalamannya, relevansi argumentasi, kesesuaian contoh-contoh yang diberikan, dan kerapian organisasi penulisan jawaban.



Tugas-Tugas Siswa Dirumuskan Secara Jelas dalam Soal Menyusun soal essay yang dapat dipahami siswa dengan baik relatif sukar. Agar tugas-tugas yang diminta kepada siswa menjadi jelas, guru dalam menyusun soal essay harus memperhatikan pemilihan kata, rumusan kalimat dan anak kalimat dengan hati-hati. Jangan menggunakan kata-kata seperti



apakah, siapa, kapan, sebutkan, dan tuliskan. Kata-kata tersebut dapat membuat pembatasan pada jawaban siswa, padahal guru menghendaki jawaban yang bebas. Tujuan pembelajaran yang kompleks (berpikir tingkat tinggi) umumnya dapat dimulai pertanyaannya dengan kata-kata seperti mengapa, jelaskan, uraikan, bandingkan, hubungkan, interpretasikan, nilailah, dan kata-kata lain yang sejenis. Ada suatu cara yang cukup baik digunakan untuk mengecek kejelasan rumusan soal essay dengan jawaban bebas yang dibuat guru, yaitu dengan mencoba untuk menuliskan jawabannya. Melalui cara ini maka guru akan dapat menemukan rumusan yang kurang tepat atau mungkin bermakna jamak (ganda), dapat memperkirakan waktu yang dibutuhkan untuk berpikir dan menulis jawaban. Guru dapat pula meminta bantuan teman guru lainnya untuk mengecek soal essay yang dibuat untuk meningkatkan kualitasnya.



Jangan Menyediakan Pilihan Pertanyaan Seringkali ditemukan di lapangan guru menyediakan pilihan pertanyaan essay yang dapat dijawab. Hal yang benar adalah sebaiknya semua siswa diharuskan menjawab semua soal yang diberikan, sehingga tidak akan meimbulkan kesulitan bagi guru untuk mengevaluasinya. Apabila guru menyediakan pertanyaan-pertanyaan yang dapat dipilih untuk dijawab maka siswa tentu saja akan memilih pertanyaan-pertanyaan yang dapat menjawabnya. Akibatnya hasil tes tidak representatif untuk menggambarkan kemampuan siswa secara lengkap.Walaupun demikian, ada kalanya dapat disediakan pilihan soal, misalnya apabila soal essay hanya digunakan untuk mengukur keterampilan menulis, kreativitas, atau hasil tugas individual. Untuk inipun, pilihan soal tetap harus lebih hati-hati dirumuskan.



Memberi Waktu yang Cukup Untuk menjawab soal-soal essay yang notabene digunakan guru untuk mengukur keterampilan-keterampilan berpikir tingkat tinggi, maka siswa perlu diberikan waktu yang cukup untuk berpikir dan menuliskan jawabannya. Batas waktu mengejakan soal tentu selalu ada. Biasanya ada kecendrungan yang kurang baik di lapangan, yaitu guru memberikan banyak soal essay dengan waktu yang tidak mencukupi. Hal ini tentu tidak baik karena siswa tidak mempunyai cukup waktu untuk berpikir, begitupun waktu untuk menuliskan jawaban mereka. Solusi terbaik untuk membuat cakupan materi pembelajaran yang lebih luas adalah dengan memberikan sedikit soal essay, akan tetapi dilakukan lebih sering (banyak), sehingga tes essay yang dilakukan guru dapat lebih representatif. Siswa dapat diefektifkan dalam memanfaatkan waktu dengan cara diberikan batasan waktu untuk pengerjaan setiap butir soal, atau dapat juga dengan memberikan batasan jumlah halaman jawaban.



Syarat-Syarat Soal Essay yang Baik Tentu saja, sebuah soal essay yang nantinya akan menyusun sebuah tes essay harus memenuhi syaratsyarat tertentu. Ada paling tidak 3 syarat yang harus dipenuhi soal essay yang baik, yaitu: (1) aspek materi soal; (2) aspek konstruksi soal essay; dan (3) aspek bahasa soal. Mari kita bahas satu persatu. 1. Materi Soal Essay Materi soal yang ujikan harus jelas dan telah dipelajari oleh siswa. Dengan demikian, maka pertanyaan yang diberikan dan juga jawaban yang diminta akan jelas bagi siswa. 2. Konstruksi Soal Essay Konstruksi soal essay dibuat dalam bentuk kalimat perintah atau kalimat tanya yang menuntut jawaban atau tanggapan terurai, berupa beberapa kalimat atau paragraf dengan mengandung kata-kata tanya seperti mengapa, deskripsikan, uraikan, dsb. Soal essay yang baik tidak mengandung kata-kata tanya seperti siapa, apa, bilamana, dsb. Soal essay juga harus mengandung petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakannya. Apabila pada soal essay digunakan tambahan penjelasan berupa grafik, gambar, diagram, wacana, dsb, dipastikan harus benar-benar dapat bermakna dan berkaitan dengan permasalahan yang diangkat oleh soal tersebut. 3. Bahasa Soal Essay Bahasa yang digunakan untuk membuat soal essay sebagaimana soal jenis lainnya adalah bahasa yang baku, komunikatif, lugas dan tidak menimbulkan penafsiran ganda atau jamak.



Contoh Soal Essay Berikut ini diberikan contoh soal-soal essay Petunjuk Soal: Jawablah seluruh pertanyaan-pertanyaan berikut pada lembar jawaban yang disediakan! 1. Mengapa lingkungan perlu dijaga kebersihannya? 2. Deskripsikan dengan memberikan contoh-contoh dampak negatif produk ternologi yang menggunakan bahan baku tak terbarukan! 3. Jelaskan upaya-upaya yang menurutmu dapat dilakukan untuk mengatasi masalah berkurangnya cadangan air tanah!



Aturan Penilaian Hasil Tes Essay Untuk melakukan penilaian terhadap jawaban siswa pada hasil tes essay, sebaiknya mengikuti aturanaturan berikut: 1. Penilaian Berdasarkan Tujuan Pembelajaran yang Diukur Sebenarnya aturan ini berlaku untuk penulisan soal bentuk apapun, termasuk soal essay. Bilasebuah soal disusun untuk mengukur kemampuan siswa dalam menjelaskan hubungan sebab akibat, maka tentu saja jawabannya harus dinilai berdasarkan ketajaman uraian siswa mengenai hubungan sebab akibat



seperti yang dikehendaki rumusan soal. Faktor-faktor lain seperti tata bahasa dan tulisan seharusnya diabaikan, bila faktor-faktor memang tidak dimasukkan ke dalam faktor yang ingin dinilai. 2. Gunakan Kunci Jawaban untuk Soal Essay Tipe Jawaban Terbatas Kunci jawaban sebenarnya hanya dapat digunakan untuk soal-soalessay tipe jawaban terbatas. Prosedur yang dapat dilakukan guru untuk ini yaitu pertama-tama menuliskan kunci jawaban masing-masing soal essay dengan jawaban terbatas tersebut, kemudian menentukan nilai atau skor untuk bagian-bagiannya yang ditanyakan dalam soal, misalnya keseuaian contoh, isi, dan pengorganisasian jawaban. 3. Gunakan Metode Peringkat Berkriteria untuk Soal Essay Tipe Jawaban Bebas Untuk soal essay dengan tipe jawaban bebas, melakukan penilaian lebih sulit. Karena kunci jawaban sulit dibuat, maka si pengoreksi dapat membuat peringkat lembar jawaban dengan cara menilainya berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. Kriteria penentuan kualitas jawaban siswa ditentukan oleh sifat pertanyaan dan tujuan pembelajaran yang ingin diukur pencapaiannya oleh siswa. Misalnya, apabila siswa diminta untuk menguraikan rencana lengkap pembuatan tes hasil belajar, maka kriterianya dapat mencakup: (1) kelengkapan rencana, misalnya rumusan tujuan pembelajaran, tabel spesifikasi, dan contoh soal yang sesuai; (2) kejelasan dan ketepatan uraian setiap langkah yang diajukan; serta (3) ketepatan pengintegrasian bagian-bagiannya. Pada umumnya kualitas jawaban siswa dapat dibagi menjadi 5 kategori atau peringkat yang diberi tanda 1 sampai 5, disesuaikan dengan kriteria yang telah ditentukan oleh guru. Dasar penyusunan peringkat kualitas jawaban siswa dapat lebih seragam dengan cara, sebelum menentukan peringkat guru membaca dua kali jawaban siswa. Pada waktu pertama kali menbaca jawaban siswa, guru sudah dapat mengelompokkan peringkat jawaban ke dalam peringkat 1, 2, 3, 4, atau 5. Pada kegiatan membaca yang kedua kali, guru membaca jawaban siswa dalam setiap kelompok peringkat, dan jika diperlukan membetulkan posisi peringkat (kelompok) yang tepat bagi jawaban siswa tersebut. Susah dan melelahkan memang, tetapi sepadan dengan manfaat penggunaan soal essay bentuk jawaban bebas yang sangat bagus untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi yang dimiliki siswa. 4. Periksa Semua Jawaban Soal yang Sama, baru Periksa Nomor Soal Berikutnya Dalam usaha mempertahankan standar penilaian yang seragam, guru harus memeriksa seluruh jawaban terhadap soal yang sama dan bukannya memeriksa semua jawaban yang ditulis oleh seorang siswa dan kemudian berpindah ke lembar jawaban siswa yang lain. Periksalah dahulu jawaban soal nomor 1 dari seluruh lembar jawaban. Setelah selesai baru berpindah ke soal nomor 2, dan seterusnya. Dengan menilai semua jawaban siswa pada soal yang sama terlebih dahulu, maka penilaian guru terhadap setiap soal terpisah dari soal lainnya. 5. Tutupi Identitas Siswa Mengabaikan identitas penulis jawaban (siswa) sangat penting saat melakukan penilaian atau koreksi lembar jawaban soal essay. Penilaian harus didasarkan pada jawaban bukan sang penulis jawaban. Seringkali ditemukan guru terpengaruh oleh nama penulis jawaban. Karena itu, sangat baik, sebelum lembar jawaban dikoreksi, tutuplah dahulu identitas siswa yang tertera pada lembar jawaban agar tidak mempengaruhi hasil penilaian.



6. Bila Mungkin Menggunakan Dua Penilai atau Lebih Cara paling baik untuk menelaah reliabilitas hasil tes ialah dengan cara mempersilakan seorang penilai lainnya untuk kembali melakukan koreksi. Meskipun pada praktiknya cara ini sulit sekali dilakukan, pada saat-saat tertentu ada baiknya dilakukan oleh sesama kolega yang profesional. Praktek semacam ini sangat diperlukan untuk pengambilan keputusan yang penting, misalnya menentukan siapa siswa terbaik, atau pemberian penghargaan sejenis lainnya.



Karakteristik Tes Essay Tes essay merupakan salah satu bentuk tes yang terdiri dari satu atau beberapa pertanyaan (item soal) berbentuk essay, yaitu pertanyaan yang menuntut siswa untuk menjawab secara individual berdasarkan pendapatnya sendiri. Di dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan tes essay siswa dapat saja memiliki jawaban yang berbeda dengan siswa lainnya, dan boleh jadi jawaban mereka yang berbeda itu samasama benar. Dalam memberikan penskoran terhadap jawaban-jawaban yang diberikan siswa, guru melakukannya secara subyektif melalui pertimbangan-pertimbangan. Hal ini tentu berbeda dengan tes obyektif yang membutuhkan jawaban singkat dari siswa. Tes essay sering dianggap kurang reliabel dan valid dibanding tes obyektif. Tetapi banyak pula pakar di bidang pendidikan berpendapat bahwa tes essay sangat bagus dan penting karena lebih memperhatikan kemampuan dan kualitas berpikir siswa.



Persamaan Tes Essay dengan Tes Obyektif Menurut pendapat Ebel dalam Hamalik (2001), selain memiliki beberapa perbedaan dengan tes obyektif, tes essay juga memiliki persamaan, yaitu: 1. Baik tes essay maupun tes obyektif dapat digunakan untuk mengukur hampir semua jenis tujuan pembelajaran yang penting yang dapat diukur oleh paper and pencil test (tes tertulis). 2. Sebenarnya, baik tes essay maupun tes obyektif, sama-sama melibatkan penggunaan pertimbangan subyektif. 3. Kedua jenis tes, obyektif dan esaay, dapat dimanfaatkan oleh guru untuk mendorong siswa agar mempelajari konsep, prinsip dan problem solving (pemecahan masalah). 4. Kedua jenis tes (essay dan obyektif), memberikan skor yang memiliki nilai yang bergantung pada obyektivitas dan reliabelitas.



Kapan Tes Essay Digunakan? Setiap tes mempunyai kondisi tertentu dimana ia dapat digunakan, demikian juga dengan tes essay. Adapun untuk tes essay, dapat digunakan guru pada kondisi-kondisi berikut:



1. Jumlah siswa yang dites sedikit (kelompok kecil), dan tes tersebut tidak akan dipakai lagi pada tes berikutnya. 2. Guru ingin mengerjakan semua yang dapat kerjakannya untuk mendorong dan memberikan ganjaran pada perkembangan keterampilan siswa melalui pertanyaan tertulis. 3. Guru cenderung lebih berminat untuk mengukur sikap siswa daripada prestasinya. 4. Guru lebih yakin terhadap penguasaannya selaku pembaca kritis daripada sebagai penulis imaginatif mengenai bagaimana membuat item-item tes yang baik. 5. Waktu yang dimiliki guru terbatas untuk mempersiapkan tes dibanding waktu yang tersedia untuk membuat tes obyektif.



Tujuan-Tujuan Penggunaan Tes Essay Berikut ini beberapa jenis tujuan penggunaan tes essay (sebenarnya juga berlaku untuk tujuan-tujuan penggunaan tes obyektif): 1. Mengukur prestasi pendidikan yang telah dimilki siswa yang penting dan dapat diukur melalui tes tertulis. 2. Memahami kemampuan siswa dalam menggunakan dan memanfaatkan prinsip-prinsip. 3. Menguji kemampuan siswa dalam berpikir kritis (critical thinking). 4. Menguji kemampuan siswa dalam memecahkan masalah (problem solving). 5. Menguji kemampuan memilah-milah fakta-fakta dan prinsip-prinsip yang sesuai kemudian mengitegrasikannya untuk pemecahan masalah-masalah kompleks. 6. Mendorong siswa untuk mempelajari command of knowledge.



Kelemahan Tes Essay Paling tidak ada 3 kelemahan tes essay, yaitu ditinjau dari faktor: (1) reliabilitas; (2) validitas; (3) daya guna. Berikut penjelasannya masing-masing. Reliabilitas Tes Essay Masalah penting yang dimiliki tes essay adalah kurang konsistennya pertimbangan penskoran oleh penilai. Pertimbangan penskoran jawaban siswa seringkali dipengaruhi oleh siapa yang membaca (melakukan penskoran) dan kapan penskoran dilakukan. Validitas Tes Essay Validitas hasil tes essay menjadi diragukan ketika ada hallo effect. Ada suatu kecendrungan dalam melakukan penilaian karakteristik seseorang, penilai dipengaruhi oleh karakteristik lainnya, atau oleh kesan umum yang dimiliki penilai terhadap siswa yang sedang dinilainya. Keadaan ini dapat cukup mempengaruhi pertimbangannya terhadap kualitas orang yang dinilainya. Daya Guna Tes Essay Penskoran pada item-item soal tes essay dilakukan satu per satu. Hal ini dapat menimbulkan kesan tentang pengetahuan siswa yang dikenal dengan istilah carry over, sehingga penilaiannya terhadap suatu jawaban atas suatu pertanyaan dipengaruhi oleh jawaban yang telah diberikan pada pertanyaan sebelumnya. Pengaruh ini dapat diminimalkan dengan penskoran yang dilakukan per item soal secara bertahap untuk seluruh siswa peserta tes.



Kelebihan Tes Essay Ada beberapa kelebihan tes essay yang sangat patut dijadikan alasan mengapa tes essay baik digunakan di dalam kelas, yaitu: Tes Essay Lebih Mudah Disusun Walaupun validitas dan reliabilitas tes essay lebih rendah dibanding tes obyektif, tes essay memiliki kelebihan lain dalam hal kemudahan dalam penyusunannya. Penyusunan tes essay tidak banyak menyita waktu guru, terlebih mudah diberikan misalnya cukup dengan didiktekan atau ditulis di papan tulis atau ditayangkan melalui in focus. Berbeda dengan tes obyektif yang memerlukan penggandaan sebelum bisa digunakan dengan baik di dalam kelas. Kendala mengenai validitas dan reliabilitas pun sebenarnya dapat diatasi dengan menyusun tes essay dengan fokus yang jelas, lalu diskor oleh dua orang pembaca (pengoreksi-bila diperlukan), selain itu pedoman penskoran yang baik dapat pula dibuat untuk memudahkan pemberi skor. Tes Essay Unggul dalam Menguji Kemampuan Berpikir Divergen Untuk tujuan-tujuan pembelajaran tertentu tes essay memiliki kelebihan dibanding tes obyektif. Misalnya jika tujuan yang diinginkan adalah untuk mengukur kemampuan berpikir divergen, maka tes essay akan mengakomodasinya dengan memberikan siswa kesempatan untuk memberikan jawaban bervariasi dan bebas. Kesempatan memberikan jawaban seperti ini tidak dimiliki oleh tes obyektif seperti tes pilhan ganda.