Kelompok 1 - Persalinan Patologi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ASUHAN KEBIDANAN HAMIL PATOLOGI PADA NY. W DENGAN ANEMIA RINGAN DI RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG



Laporan studi kasus disusun untuk memenuhi target pada stase “Asuhan Kebidanan Patologi”



Disusun Oleh: 1. Dinna Auliana 2. Nurul Fadlila 3. Suharyati



PRODI KEBIDANAN SARJANA DAN PENDIDIKAN PROFESI BIDAN Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Alamat: Jl. Raya Kaligawe Km. 4 Semarang 50112 PO Box 1054 Telepon. (024) 6583584 Faksimile: (024) 6581278 Tahun 2020



2



BAB I TINJAUAN TEORI A. PERSALINAN 1. Pengertian Persalinan adalah suatu proses pengeluaran janin yang dapat hidup ke luar dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain (Mohtar, 2011; h.69). Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik ibu maupun janin (Saifuddin, 2009; h.100). Persalinan normal adalah rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan sejati, yang ditandai oleh perubahan progresif pada serviks, dan diakhiri dengan pelahiran plasenta (Varney, 2008; h.672). Tahapan persalinan dibagi menjadi empat tahapan meliputi: Sesuai dengan teori Varney (2007; h. 672) kala satu persalinan didefinisikan sebagai permulaan kontraksi persalinan sejati, yang ditandai oleh perubahan serviks yang progesif dan diakhiri dengan pembukaan lengkap (10cm). Kala dua persalinan dimulai dengan dilatasi lengkap serviks (pembukaan lengkap) dan diakhiri dengan kelahiran bayi. Tahap ini dikenal sebagai kala ekspulsi. Kala tiga sesuai dengan teori Manuaba (2007; h.314) kala tiga persalinan dimulai dari segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Kala empat adalah kala pengawasan 2 jam setelah bayi dan plasenta lahir untuk mengamati keadaan ibu, terutama terhadap bahaya perdarahan postpartum. 2. Perubahan Fisiologis dan Psikologis Persalinan a. Perubahan serviks Mendekati persalinan serviks semakin “matang”. Kalau selama masa hamil serviks dalam menutup, panjang, lunak, sekarang serviks asih lunak dengan konsistensiseperti puding dan mengalami sedikit dilatasi. Perubahan serviks diduga terjadi akibat peningkatan



intensitas



kontraksi



Braxton



Hicks.



Kematangan



serviks



mengidentifikasikan kesiapannya untuk persalinan (Varney, 2008; h.687-688). b. Tekanan darah Meningkat selama kontraksi disertai peningkatan sistolik rata-rata 15 mmHg (10-20 mmHg) dan diastolik ratarata 5-10 mmHg pada waktu-waktu diantara kontraksi tekanan



3



darah kembali meningkat sebelum persalinan. Dengan mengubah posisi tubuh dari terlentang ke posisi miring, perubahan tekanan darah selama kontraksi dapat dihindari. Nyeri, rasa takut dan kekhawatiran dapat semakin meningkatkan tekanan darah (Bobak, 2008; h.287). c. Denyut Jantung Denyut jantung diantara kontraksi sedikit lebih tinggi dibanding selama periode persalinan atau sebelum masuk persalinan. Hal ini mencerminkan kenaikan dalam metabolisme yang terjadi selama persalinan. Denyut jantung yang sedikit naik merupakan keadaan yang normal, meskipun normal perlu dikontrol secara periode untuk mengidentifikasi adanya infeksi (Varney, 2008; h.687) d. Perubahan Hematologi Hemoglobin meningkat rata-rata 1,2gr/100 ml selama persalinan dan kembali ke kadar sebelum persalinan pada hari pertama pasca partum, jika tidak ada kehilangan yang abnormal. Waktu koagulasi darah berkurang dan terdapat peningkatan fibrinogen plasma lebih lanjut selama persalinan. Jumlah sel darah putih secara progresif meningkat selama kala satu persalinan kurang lebih 5000 hingga 15.000 WBC pada saat pembukaan lengkap. Gula darah menurun selama persalinan, menurun drastis pada persalinan yang lama dan kemungkinan besar akibat peningkatan aktivitas otot uterus dan rangka (Mochtar, 2008; h.687). 3. Tanda Persalinan Tanda-Tanda Persalinan sudah dekat menurut Manuaba (2010; h.173) adalah : a. Terjadi His persalinan. His persalinan mempunyai ciri khas pinggang terasa nyeri yang menjalar kedepan, sifatnya teratur interval makin pendek, dan kekuatan makin besar, mempunyai pengaruh terhadap perubahan serviks (pelunakan serviks, pendataran serviks, terjadi pembukaan serviks), makin beraktivitas (jalan) kekuatan makin bertambah. b. Pengeluaran lendir dan darah (pembawa tanda). Dengan his persalinan terjadi perubahan pada serviks yang menimbulkan pendataran dan pembukaan menyebabkan lendir yang terdapat pada kanalis servikalis lepas. Terjadi perdarahan karena robekan kecil pada serviks. c. Pengeluaran cairan pada beberapa kasus terjadi ketuban pecah yang menimbulkan pengeluaran cairan. Sebagian besar ketuban baru pecah menjelang pembukaan lengkap. Dengan pecahnya ketuban diharakan persalinan berkangsung dalam 24 jam. 4. Patofisilogi



4



Menurut Varney (2008) mulainya persalinan disebabkan oleh, sebagai berikut : a. Penurunan kadar progesterone Progesteron menimbulkan relaksasi otot-otot rahim sebaliknya estrogen meninggikan kerentanan otot rahim. Selama kehamilan terdapat keseimbangan antara kadar progesterone dan estrogen di dalam darah, tetapi pada akhir kehamilan kadar progesterone menurun sehingga timbul his. b. Teori oxytocin Pada akhir kehamilan kadar oxytocin bertambah. Oleh karena itu timbul kontraksi otot-otot rahim. c. Keregangan otot-otot Seperti halnya dengan kandung kencing dan lambung bila dindingnya teregang oleh karena isinya bertambah maka timbul kontraksi untuk mengeluarkan isinya. Demikian pula dengan rahim, maka dengan majunya kehamilan makin teregang otot-otot rahim makin rentan.. d. Pengaruh janin Hypofise dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga memegang peranan oleh karena pada anencephalus kehamilan sering lebih lama dari biasa. e. Teori prostaglandin Prostaglandin yang dihasilkan oleh decidua, disangka menjadi salah satu sebab permulaan persalinan. Hasil dari percobaan menunjukkan bahwa prostaglandin F2 atau E2 yang diberikan secara intravena, dan extraamnial menimbulkan kontraksi myometrium pada setiap umur kehamilan. Hal ini juga disokong dengan adanya kadar prostaglandin yang tinggi, baik dalam air ketuban maupun darah perifer pada ibu-ibu hamil sebelum melahirkan atau selama persalinan. Bagaimana terjadinya persalinan masih tetap belum bisa dipastikan, besar kemungkinan semua faktor bekerja bersama,sehingga pemicu persalinan menjadi multi factor. 5. Mekanisme Persalinan Putaran dan penyesuaian lain yang terjadi pada proses kelahiran manusia disebut mekanisme persalinan. Tujuh gerakan kradinal presentasi puncak kepala pada mekanisme persalinan ialah engagement, penurunan, fleksi, putar paksi dalam, ekstensi, putaran paksi luar (restitusi) dan akhirnya kelahiran melaui ekspulasi (Bobak, 2005, hal;246). a. Engagement Engagement Engagement pada primigravida terjadi pada bulan terakhir kehamilan sedangkan pada multigravida dapat terjadi pada awal persalinan. engagement adalah peristiwa ketika diameter biparetal (Jarak antara dua paretal) melewati pintu atas panggul dengan sutura sagitalis melintang atau oblik di dalam jalan lahir dan sedikit fleksi. Masuknya kepala akan mengalami ksulitan bila saat masuk ke dalam panggu dengan sutura sgaitalis dalam antero posterior. Jika kepala masuk kedalam pintu atas panggul dengan sutura sagitalis melintang di jalan lahir, tulang parietal kanan dan kiri



5



sama tinggi, maka keadaan ini disebut sinklitismus. Kepala pada saat melewati pintu atas panggul dapat juga dalam keadaan dimana sutura sgaitalis lebih dekat ke promontorium atau ke simfisis maka hal ini disebut asinklitismus (Cunningham, 2014). b. Penurunan Kepala Dimulai sebelum persalinan/inpartu. Penurunan kepala terjadi bersamaan dengan mekanisme lainnya. 1) Kekuatan yang mendukung yaitu: - Tekanan cairan amnion - Tekanan langsung fundus ada bokong - Kontraksi otot-otot abdomen - Ekstensi dan pelurusan badan janin atau tulang belakang janin c. Fleksi Gerakan fleksi di sebabkan karena janin terus didorong maju tetapi kepala janin terlambat oleh serviks, dinding panggul atau dasar panggul 1) Kepala janin, dengan adanya fleksi maka diameter oksipito frontalis 12 cm berubah menjadi suboksipito bregmatika 9 cm 2) Posisi dagu bergeser kearah dada janin 3) Pada pemeriksaan dalam ubun-ubun kecil lebih jelas teraba daripada ubunubun besar d. Rotasi Dalam (Putaran Paksi Dalam) Rotasi dalam atau putar paksi dalam adalah pemutaran bagian terendah janin dari posisi sebelumnya kearah depan sampai dibawah simpisis. Bila presentasi belakang kepala dimana bagian terendah janin adalah ubun-ubun kecil maka ubun-ubun kecil memutar ke depan sampai berada di bawah simpisis.Gerakan ini adalah upaya kepala janin untuk menyesuaikan dengan bentuk jalan lahir yaitu bentuk bidang tengah dan pintu bawah panggul. Rotasi dalam terjadi bersamaan dengan majunya kepala. Rotasi ini terjadi setelah kepala melewati Hodge III (setinggi spina) atau setelah didasar panggul. Pada pemeriksaan dalam ubun-ubun kecil mengarah ke jam 12. Sebab-sebab adanya putar paksi dalam yaitu: · Bagian terendah kepala adalah bagian belakang kepala pada letak fleksi. · Bagian belakang kepala mencari tahanan yang paling sedikit yang disebelah depan yaitu hiatus genitalis (Manuaba, 2010). e. Ekstensi Ekstensi Setelah putaran paksi selesai dan kepala sampai di dasar panggul, terjadilah ekstensi atau defleksi dari kepala. Hal ini disebabkan karena sumbu jalan lahir pada



6



pintu bawah panggul mengarah ke depan atas, sehingga kepala harus mengadakan ekstensi untuk melaluinya. Pada kepala bekerja dua kekuatan, yang satu mendesak nya ke bawah dan satunya disebabkan tahanan dasar panggul yang menolaknya ke atas. Setelah suboksiput tertahan pada pinggir bawah symphysis akan maju karena kekuatan tersebut di atas bagian yang berhadapan dengan suboksiput, maka lahirlah berturutturut pada pinggir atas perineum ubun-ubun besar, dahi, hidung, mulut dan akhirnya dagu dengan gerakan ekstensi. Suboksiput yang menjadi pusat pemutaran disebut hypomochlion. f. Rotasi Luar Rotasi luar (putaran paksi luar) Terjadinya gerakan rotasi luar atau putar paksi luar dipengaruhi oleh faktor-faktor panggul, sama seperti pada rotasi dalam. 1) Merupakan gerakan memutar ubun-ubun kecil ke arah punggung janin, bagian belakang kepala berhadapan dengan tuber iskhiadikum kanan atau kiri, sedangkan muka janin menghadap salah satu paha ibu. Bila ubun-ubun kecil pada mulanya disebelah kiri maka ubun-ubun kecil akan berputar kearah kiri, bila pada mulanya ubun-ubun kecil disebelah kanan maka ubun-ubun kecil berputar ke kanan. 2) Gerakan rotasi luar atau putar paksi luar ini menjadikan diameter biakromial janain searah dengan diameter anteroposterior pintu bawah panggul, dimana satu bahu di anterior di belakang simpisis dan bahu yang satunya di bagian posterior dibelakang perineum. 3) Sutura sagitalis kembali melintang. g. Ekspulsi Ekspulsi Setelah terjadinya rotasi luar, bahu depan berfungsi sebagai hypomochlion untuk kelahiran bahu belakang. Kemudian setelah kedua bahu lahir disusul lahirlah trochanter depan dan belakang sampai lahir janin seluruhnya. Gerakan kelahiran bahu depan, bahu belakang dan seluruhnya (Prawirohadjo, 2012). 6. Tahap Persalinan a. Kala I Persalinan normal adalah pengeluaran bayi dengan usia kehamilan cukup bulan, letak memanjang, presentasi belakang kepala, keseimbangan diameter kepala bayi dengan panggul. Persalinan dimulai dari saat persalinan mulai pembukaan serviks kurang dari 4 cm dan kontraksi terjadi teratur minimal 2 kali dalam 10 menit selama 40 detik, kecepatan pembukaan serviks paling sedikit 1 cm per jam selama persalinan, serviks tampak di penuhi bagian terbawah janin ( Prawirohardjo, 2010; h. 69).



7



b. Kala II Persalinan dimulai dari hasil pemeriksaan dalam dengan pembukaan sudah lengkap (10 cm) atau kepala janin sudah tampak di vulva dengan diameter 5-6 cm dan ibu memiliki keinginan untuk meneran sampai dengan bayi lahir tahap ini disebut sebagai kala ekspusi (Varne, 2007; h.751). Pada kala pengeluaran janin, his terkoordinasi, kuat, cepat, dan lebih lama, kira-kira 2-3 menit sekali. Kepala janin telah turun dan masuk ke ruang panggul sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul yang melalui lengkung reflek menimbulkan rasa mengedan. Karena tekanan paa rektum, pada waktu his, kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka, dan perineum meregang. Dengan his dan mengejan yang terpimpin, akan lahir kepala, diikuti oleh seluruh badan janin. Kala II pada primigravida berlangsung selama 1 jam 30 menit – 2 jam dan pada multigravida 30 menit – 1 jam (Mochtar, 2012; h. 73) c. Kala III Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Setelah placenta lahir dan selaputnya masase fundus agar menimbulkan kontraksi. Hal ini dapat mengurangi pengeluaran darah dan mencegah perdarahan post partum jika uterus tidak berkontraksi kuat selama 10-15 detik, atau jika perdarahan hebat terjadi, mulailah melakukan kompresi bimanul. Jika atonia uteri tidak teratasi dalam waktu 1-2 menit, ikuti protokol untuk perdarahan postpartum (Saifuddin, 2011; h.19-20). d. Kala IV Dimulai dua jam pertama setelah persalinan melakukan pengawasan untuk memastikan bahwa keduanya dalam kondisi yang stabil observasi yang harus dilakukan pada kala IV salah satunya yaitu terjadi perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal jika jumlah tidak melebihi 400 cc sampai 500 cc. Tinggi fundus uteri setelah placenta lahir yaitu 2 jari dibawah pusat (Mochtar, 2011; h. 87-74). 7. Faktor yang Mempengaruhi Persalinan Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi persalinan antara lain: a. Passenger Malpresentasi atau malformasi janin dapat mempengaruhi persalinan normal (Taber, 1994). Pada faktor passenger, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi yakni ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap dan posisi janin. Karena plasenta juga harus melalui jalan lahir, maka ia dianggap sebagai penumpang yang menyertai janin (Cunningham, 2014).



8



b. Passage away Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang yang padat, dasar panggul, vagina, dan introitus (lubang luar vagina). Meskipun jaringan lunak khususnya lapisan-lapisan otot dasar panggul ikut menunjang keluarnya bayi, tetapi panggul ibu jauh lebih berperan dalam proses persalinan. Janin harus berhasil menyesuaikan dirinya terhadap jalan lahir yang relatif kaku (Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2008). c. Power His adalah salah satu kekuatan pada ibu yang menyebabkan serviks membuka dan mendorong janin ke bawah. Pada presentasi kepala, bila his sudah cukup kuat, kepala akan turun dan mulai masuk ke dalam rongga panggul (Wiknjosastro dkk, 2005). Ibu melakukan kontraksi involunter dan volunteer secara bersamaan. d. Position Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi persalinan. Posisi tegak memberi sejumlah keuntungan. Mengubah posisi membuat rasa letih hilang, memberi rasa nyaman, dan memperbaki sirkulasi. Posisi tegak meliputi posisi berdiri, berjalan, duduk dan jongkok (Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2004). e. Psychologic Respons Proses persalinan adalah saat yang menegangkan dan mencemaskan bagi wanita dan keluarganya. Rasa takut, tegang dan cemas mungkin mengakibatkan proses kelahiran berlangsung lambat. Pada kebanyakan wanita, persalinan dimulai saat terjadi kontraksi uterus pertama dan dilanjutkan dengan kerja keras selama jamjam dilatasi dan melahirkan kemudian berakhir ketika wanita dan keluarganya memulai proses ikatan dengan bayi. Perawatan ditujukan untuk mendukung wanita dan keluarganya dalam melalui proses persalinan supaya dicapai hasil yang optimal bagi semua yang terlibat. Wanita yang bersalin biasanya akan mengutarakan berbagai kekhawatiran jika ditanya, tetapi mereka jarang dengan spontan menceritakannya (Prawirohadjo, 2012). 8. Kebutuhan Persalinan a. Dukungan emosional Selama lebih dari 20 tahun riset secara konsisten menunjukkan bahwa dukungan seseorang yang continue terhadap ibu selama persalinan memberikan perasaan aman dan puas dan juga efek yang positif terhadap hasil yang diperoleh (Myles, 2009; h. 447). b. Pemberian cairan dan nutrisi Anjurkan ibu untuk mendapatkan asupan (makanan ringan dan air minum) selama persalinan dan proses kelahiran bayi. Sebagian ibu masih ingin makan selama fase laten persalinan tetapi setelah memasuki fase aktif mereka hanya ingin mengkonsumsi cairan saja. Anjurkan agar anggota keluarga sesering mungkin



9



menawarkan minum dan makanan ringan selama proses persalinan (Depkes RI, 2014; h 54-55). c. Perubahan Posisi Selama Persalinan Membiarkan ibu untuk merubah posisi sesuai kehendaknya memungkinkan distraksi, relaksasi otot, dan munculnya kendali. Hal ini juga mempercepat bayi masuk ke jalan lahir. Gerakan yang demikian terbukti menyebabkan kontraksi uterus yang lebih besar, kenyamanan ibu dan pilihannya tetap merupakan alasan untuk mempertahankan kebebasan ini (Sinclair, 2009; h. 159). d. Kebutuhan eliminasi Anjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya secara rutin selama persalinan, ibu harus berkemih sedikitnya setiap 2 jam atau lebih sering jika ibu merasa ingin berkemih atau jika kandung kemihnya terasa penuh. Periksa kandung kemih sebelum memeriksa denyut jantung janin (amati atau lakukan palpasi tepat diatas symfisis pubis untuk mengetahui apakah kandung kemih penuh). Anjurkan dan antarkan ibu untuk berkemih dikmar mandi. Jika ibu tidak dapat berjalan kekamar mandi, berikan wadah urine ( Depkes RI, 2014; h 54-55). e. Komponen yang harus diobservasi selama bersalin adalah : 1) DJJ (Detak Jantung Janin) setiap 30 menit. 2) Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus setiap 30 menit . 3) Nadi setiap 30 menit. 4) Pembukaan serviks detiap 4 jam. 5) Penurunan kepala setiap 4 jam. 6) Tekanan darah dan temperatur suhu setiap 4 jam. 7) Produksi urin, aseton, dan protein urine setiap 2-4 jam (JNPK, 2016; h. 81).



B. KETUBAN PECAH DINI 1. Pengerian Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda mulai persalinan dan ditunggu satu jam sebelum terjadi in partu. Sebagian besar ketuban pecah dini terjadi pada kehamilan aterm lebih dari 37 minggu, sedangkan kurang dari 36 minggu tidak terlalu banyak (Manuaba, 2010). Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban secara spontan pada saat belum menunjukkan tanda-tanda persalinan atau inpartu, bila diikuti satu jam kemudian tidak timbul tanda-tanda awal persalinan. Bila pecahnya selaput ketuban terjadi sebelum umur kehamilan 37 minggu disebut ketuban pecah dini preterm (Duff, Lockwood, Barss,



10



2016). Pendapat lain menyatakan dalam ukuran pembukaan servik pada kala I, yaitu bila ketuban pecah sebelum pembukaan pada primigravida kurang dari 3 cm dan pada multigravida kurang dari 5 cm (Mochtar, 2007). Dalam keadaan normal selaput ketuban pecah dalam proses persalinan (Prawirohardjo, 2010). 2. Etiologi Penyebab KPD masih belum diketahui dan tidak dapat ditentukan secara pasti. Beberapa laporan menyebutkan faktor-faktor yang berhubungan erat dengan KPD, namun faktorfaktor mana yang lebih berperan sulit diketahui antara lain, yaitu : a. Infeksi Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun asenderen dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya KPD. b. Servik yang inkompetensi, kanalis sevikalis yang selalu terbuka oleh karena kelainan pada serviks uteri (akibat persalinan, curetage). c. Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan (overdistensi uterus) misalnya trauma, hidramnion, gemeli. d. Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam, maupun amniosintesis menyebabkan terjadinya KPD karena biasanya disertai infeksi e. Kelainan letak, misalnya sungsang, sehingga tidak ada bagian terendah yang menutupi pintu atas panggul (PAP) yang di dapat menghalangi tekanan terhadap membran bagian bawah (Prawirohadjo, 2012). Penyebab ketuban pecah dini mempunyai dimensi multifaktoral yang dapat dijabarkan sebagai berikut (Mochtar, 2012; Manuaba, 2010):



a. Adanya hipermotilitas rahim yang sudah lama terjadi sebelum ketuban pecah. Penyakitpenyakit seperti pielonefritis, sistitis, servisitis, dan vaginitis terdapat bersama-sama dengan hipermotilitas rahim ini.



b. Kelainan bawaan dari selaput ketuban (selaput ketuban tipis). c. Infeksi (amnionitis atau korioamnionitis). Infeksi yang menyebabkan terjadi proses biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah.



d. Ketegangan rahim berlebihan (overdistensi rahim) yang terjadi pada kehamilan kembar, hidramnion



e. Kelainan letak janin dalam rahim: letak sungsang, letak lintang. f. Kemungkinan kesempitan panggul: perut gantung, bagian terendah belum masuk PAP, disproporsi sefalopelvik.



11



g. Faktor-faktor lain yang merupakan predisposisi yaitu multipara, grandemultipara, disproporsi, cervix incompeten, dan lain-lain. 3. Patofisiologi Pecahnya selaput ketuban berkaitan dengan perubahan proses biokimia yang terjadi dalam kolagen matriks ekstra selular amnion, korion, dan apoptosis membran janin. Membran janin dan desidua bereaksi terhadap stimuli seperti infeksi dan peregangan selaput ketuban dengan memproduksi mediator seperti prostalglandin, sitokinin, dan protein hormone yang merangsang aktivitas “matrix degrading enzyme” (Varney, 2008).



Persalinan secara umum terjadi ketuban pecah disebabkan oleh kontraksi uterus dan peregangan berulang. Terjadi perubahan biokimia selaput ketuban pecah karena pada daerah tertentu menyebabkan selaput ketuban inferior rapuh, bukan karena seluruh selaput ketuban rapuh. Terdapat keseimbangan antara sintesis dan degradasi matriks ekstraselular. Perubahan struktur, jumlah sel dan katabolisme kolagen menyebabkan aktivitas kolagen berubah. Degradasi kolagen dimediasi oleh matriks metalloproteinase (MMP) yang dihambat oleh inhibitor jaringan spesifik dan inhibitor protease (Saifuddin, 2009). Keseimbangan antara MMP dan tissue inhibitors metalloproteinase-1 (TIMP1) mengarah pada degradasi proteolitik dari matriks ekstraselular dan membran janin. Penyebab kelemahan selaput ketuban diantaranya dapat dipicu oleh paparan terhadap matrix metalloproteinase (MMP), penurunan kadar tissue inhibitors of matrix metalloproteinase (TIMP) serta peningkatan pemecahan poly (ADP-ribose) polymerase (PARP). Progesteron dan estradiol menekan proses remodeling matriks ektraseluler pada jaringan reproduktif. Kedua hormon ini dapat menurunkan konsentrasi



MMP-1 dan MMP-3 serta meningkatkan konsentrasi TIMP pada



fibroblas serviks. Tingginya konsentrasi progesteron menyebabkan penurunan produksi kolagenase. Hormon relaxin diproduksi oleh sel desidua dan plasenta berfungsi mengatur pembentukan jaringan ikat, dan mempunyai aktivitas yang berlawanan dengan efek inhibisi oleh progesteron dan estradiol dengan meningkatkan aktivitas MMP-3 dan MMP-9 pada selaput ketuban (Mercer, 2009). Pada usia kehamilan cukup bulan, perubahan fisiologis dan kekuatan yang dihasilkan oleh kontraksi sering kali menyebabkan ketuban melemah dan kemudian terjadi KPD (Kennedy, 2014). Mendekati waktu persalinan, keseimbangan antara MMP dan TIMP-



12



1 mengarah pada degradasi proteolitik dan matriks intraselular dan membran janin. Aktivitas degradasi proteolitik ini meningkat menjelang persalinan (Winkjosastro, 2009). 4. Tanda dan Gejala Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina. Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak, kemungkinan cairan tersebut masih merembes atau menetes, adapun cirinya seperti pucat dan bergaris warna darah. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai kelahiran. Tetapi jika klien dalam keadaan duduk atau berdiri, maka kepala janin yang sudah terletak dibawah biasanya akaan mengganjal atau menyumbat kebocoran untuk sementara. Sementara itu, demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut. Denyut jantung janin bertambah cepat yang merupakan tanda-tanda infeksi terjadi (Manuaba, 2010). 5. Lama KPD Jarak antara pecahnya ketuban dan permulaan dari persalinan disebut periode laten = LP = lag period. Makin muda umur kehamilan makin memanjang LP-nya. Sedangkan lamanya persalinan lebih pendek dari biasa, yaitu pada primi 10 jam dan multi 6 jam (Mochtar, 2012). Sekitar 80-85% wanita pada semua usia gestasi, yang mengalami ketuban pecah dini, akan mengalami persalinan dalam waktu 24 jam. Sedangkan 10% lainnya mengalai pesalinan dalam waktu 72 jam. Sementara sisanya, yaitu 5% wanita, akan mengalami periode laten yang lebih lama dari 72 jam (Varney, 2008). Ketuban pecah dini menyebabkan hubungan langsung antara dunia luar dan ruangan dalam rahim, sehingga memudahkan terjadinya infeksi asenden. Risiko ibu dan janin meningkat seiring durasi waktu sebelum pelahiran dan frekuensi periksa dalam digital (Kennedy, 2014). Menurut Kosim (2009), kejadian kontaminasi kuman pada bayi yang belum lahir meningkat pada KPD dalam waktu 18-24 jam. Penelitian yang dilakukan oleh Mojaveri (2014) juga menyebutkan bahwa kejadian transmisi vertikal meningkat sebesar 49,2%. Selain itu, Dhara Shah (2014) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa KPD ≥ 18 jam berhubungan signifikan terhadap terjadinya kolonisasi streptococcus group B pada neonatus. 6. Pengaruh KPD



Adapun pengaruh KPD terhadap ibu dan janin yaitu: a. Prognosis Ibu



Komplikasi yang dapat disebabkan KPD pada ibu yaitu infeksi intrapartal/ dalam persalinan, infeksi puerperalis/ masa nifas, dry labour/ partus lama, perdarahan



13



post partum, meningkatnya tindakan operatif obstetric (khususnya SC), morbiditas dan mortalitas maternal. b. Prognosis Janin



Komplikasi yang dapat disebabkan KPD pada janin itu yaitu prematuritas (sindrom distes pernapasan, hipotermia, masalah pemberian makanan neonatal), retinopati premturit, perdarahan intraventrikular, enterecolitis necroticing, ganggguan otak dan risiko cerebral palsy, hiperbilirubinemia, anemia, sepsis, prolaps funiculli/ penurunan tali pusat, hipoksia dan asfiksia sekunder pusat, prolaps uteri, persalinan lama, skor APGAR rendah, ensefalopati, cerebral palsy, perdarahan intrakranial, gagal ginjal, distres pernapasan), dan oligohidromnion (sindrom deformitas janin, hipoplasia paru, deformitas ekstremitas dan pertumbuhan janin terhambat), morbiditas dan mortalitas perinatal. 7. Diagnosis Penegakkan diagnosis ketuban pecah dini dapat dilakukan dengan berbagai cara yang meliputi: a. Adanya cairan ketuban di vagina untuk menentukan pecahnya selaput ketuban. Pada ketuban pecah dini preterm terdapat “semburan” cairan bening atau cairan kuning pucat dari vagina, namun ada juga ibu hamil menggambarkan cairan rembesan dalam jumlah kecil (Alexander et al, 2000). b. Memeriksa adanya cairan yang berisi mekonium, vernik kaseosa, rambut lanugo dan kadang-kadang bau kalau ada infeksi (Prawirohardjo, 2010). c. Keluar cairan ketuban dari cairan servikalis pada pemeriksaan inspekulo (Sarwono, 2010). Gejala khas KPD preterm pada pemeriksaan spekulum memperlihatkan cairan ketuban keluar dari ostium serviks atau terkumpul di fornix posterior vagina. Jika cairan ketuban tidak terlihat, ibu dapat diminta untuk menekan fundus, valsalva, atau batuk untuk mendorong cairan ketuban keluar dari ostium serviks (Alexander et al, 2000). d. Test nitrazin/lakmus, bila ketuban sudah pecah perubahan kertas lakmus merah berubah menjadi biru atau basa (Prawirohardjo, 2010). 8. Pemeriksaan Penunjang a. Pemeriksaan laboratorium Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa warna, konsentrasi, bau dan PHnya.



14



1) Tes lakmus (tes nitrazin), cairan ketuban biasanya memiliki kisaran PH 7,0-7,3 jauh lebih basa dibandingkan dengan PH vagina normal sehingga mengubah kertas lakmus merah menjadi biru (Eskicioglu and Bahar Gur, 2015). 2) Uji konfirmasi kedua yaitu terdapat arborisasi (ferning). Cairan dari forniks vagina posterior diusapkan di slide kaca dan dibiarkan mengering 10 menit. Cairan ketuban menghasilkan pola ferning halus, berbeda dengan pola arborisasi yang tebal dan lebar dari lendir serviks kering (Duff, Lockwood, Barss, 2016). 3) Pemeriksaan air ketuban dengan tes leukosit esterase, bila leukosit darah lebih dari 15.000/mm3, kemungkinan adanya infeksi (Manuaba, 2009). b. Pemeriksaan ultrasonografi (USG) Pemeriksan penunjang dengan USG untuk membantu dalam menentukan usia kehamilan, letak janin, berat janin, letak plasenta serta jumlah air ketuban dalam kavum uteri. Pada kasus ketuban pecah dini terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit (Manuaba, 2009). Wanita dengan KPD preterm sekitar 50-70% menunjukan 32 gambaran oligohidroamnion dengan tidak adanya “single pocket” cairan ketuban yang lebih dari 2 cm dan indeks cairan amnion (AFI) ≤ 5 cm (Alexander et al, 2000). 9. Penanganan Winkjosastro (2010) dalam bukunya mengatakan penatalaksanaan ketuban pecah dini tergantung pada umur kehamilan dan tanda infeksi intrauterin. Pasien dengan ketuban pecah dini umumnya lebih baik untuk membawa ke rumah sakit dan melahirkan bayi yang usia gestasinya > 37 minggu dalam 24 jam dari pecahnya ketuban untuk memperkecil resiko infeksi intrauteri. Penatalaksanaan konservatif ketuban pecah dini pada kehamilan preterm antara lain : a. Rawat di rumah sakit, ditidurkan dalam trendelenburg position, tidak perlu dilakukan pemeriksaan dalam mencegah terjadinya infeksi dan kehamilan diusahakan mencapai 37 minggu. b. Berikan antibiotika (ampisilin 4× 500 mg atau eritromisin bila tidak tahan ampisilin) dan metronidazol 2× 500 mg selama 7 hari. c. Jika umur kehamilan < 32-34 minggu dirawat selama air ketuban masih keluar, atau sampai air ketuban tidak keluar lagi. Pemberian Magnesium sulfat sebagai brain protector dengan dosis 4 gram sebagai dosis inisial dalam 20 menit, dilanjutkan dengan 1 gram/jam sampai lahir, maksimum 24 jam. d. Pada usia kehamilan 32-34 minggu berikan steroid, untuk memacu kematangan paru janin, dan kalau memungkinkan periksa kadar lesitin dan spingomielin tiap minggu.



15



Sedian terdiri atas betametason 12 mg sehari dosis tunggal selama 2 hari atau deksametason IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali. e. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, belum partu, tidak ada infeksi, tes busa negatif beri deksametason, observasi tanda-tanda infeksi, dan kesejahteraan janin. Terminasi pada kehamilan 37 minggu. f. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi, berikan tokolitik (salbutamol), deksametason dan induksi sesudah 24 jam. g. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dengan rejimen ampisilin 2 g intravena setiap 6 jam selama 48 jam, diikuti oleh amoksisilin (500 mg per oral tiga kali sehari atau 875 mg secara oral dua kali sehari) selama lima hari dan lakukan induksi. h. Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intrauterin). Sedangkan ketuban pecah dini pada kehamilan aterm penatalaksanaan berupa penanganan aktif, antara lain: a. Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio sesaria. Dapat pula diberikan misoprostol 50 µg intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali. b. Bila ada tanda-tanda infeksi, berikan antibiotika dosis tinggi, dan persalinan di akhiri: -



Bila skor pelvik < 5 lakukan pematangan serviks kemudian induksi.



-



Jika tidak berhasil akhiri persalinan dengan seksio sesaria.



-



Bila skor pelvik > 5 induksi persalinan, partus pervaginam.



16



Gambar1. Penatalaksanaan KPD Berdasarkan Umur Kehamilan Dikutip dari: Algorithm for evaluation and management of preterm premature rupture of the membranes (pPROM).(Mercer BM: Premature rupture of the membranes. Obstet Gynecol 101:178– 193, 2003). 10. Kajian Jurnal a. Data subjektif



Menurut penelitian Susilowati dan Astuti bahwa sebagian besar ibu bersalin dengan KPD yaitu antara umur kehamilan 37-42 minggu. Saat mendekati persalinan terjadi peningkatan matrix metalloproteinase yang



17



cenderung menyebabkan KPD dan pada trimester akhir akan menyebabkan selaput ketuban mudah pecah dikarenakan pembesaran uterus, kontraksi rahim, dan gerakan janin. Hal ini juga menunjukkan bahwa semakin tua umur kehamilan akan mengakibatkan pembukaan serviks dan peregangan selaput ketuban yang berpengaruh terhadap selaput ketuban sehingga semakin melemah dan mudah pecah. Menurut kasus usia kehamilan ibu 38 minggu 5 hari. b. Data objektif Pada penelitian amab (2018) kpd bisa lahir normal pervaginam Berdasarkan kasus: Pemeriksaan umum 1. Keadaan umum : Tampak cemas 2. Kesadaran : Composmentis 3. Tanda – tanda vital Tekanan Darah : 110/80 mmHg Nadi : 88x/menit Pernafasan : 24x/menit Suhu : 36,70C 4. Tinggi badan : 147 cm 5. Berat badan : 54 kg 6. LiLA : 24 cm Status Obstetri



1. Perut Leopold I : TFU 3 jari dibawah PX (30 cm), teraba 1 bagian bulat, lunak, tidak melenting yaitu bokong janin Leopold II : Kanan : Teraba keras, ada tahanan keras, memanjang yaitu punggung janin. Kiri : Teraba bagian kecil-kecil dan bergerak yaitu ekstremitas janin. Leopold III :Teraba 1 bagian bulat, keras, melenting, tidak dapat di goyangkan yaitu kepala janin sudah masuk PAP. Leopold IV :Divergen (sudah masuk PAP)Auskultasi : frekuensi 11-12-12, reguler, irama teratur, jumlah 140x/menit, puntum maximum dibawah pusat kiri ibu HIS : Tidak ada. 2. Genitalia : Bersih, tidak ada penyakit menular seksual seperti gonorhea dan kondiloma, keluar air ketuban berwarna jernih, keluar lendir darah 3. Pemeriksaan Dalam a. Keadaan jalan lahir



18



Vulva



: bersih tidak ada odem, tidak ada varices



OUE



: tidak membuka



Vagina



: tidak ada odem, tidak ada peradangan/infeksi



PPV



: air ketuban



Keadaan porsio -



Effacement



: 10%



-



Pembukaan



: 1 cm



Kulit ketuban



: (-) Negatif



Presentasi



: Kepala



POD dan posisi POD



: UUK dan posisi UUK belum bisa ditentukan



Penurunan BBJ



: Penurunan H II



Tanda – tanda moulage



: Tidak ada



Bagian terkemuka



: TIdak ada



c. Assessment Pada penelitian amab (2018) untuk assesmen atau menentukan diagnose KPD dengan anamnesis, pemeriksaan klinis dan investigasi Pada kasus anamnesis sudah dilakukan dan pemeriksaan klinis seperti pemeriksaan kertas lakmus sudah dilakukan sehingga didapatkan hasil: G1P0A0 umur 28 tahun hamil 38 minggu 5 hari janin tunggal, hidup intra uteri, letak membujur, PUKA, presentasi kepala, sudah masuk panggul, inpartu kala I fase laten dengan KPD.



d. Planning Pada penelitian amab (2018) menjelaskan bahwa untuk penanganan kasus KPD bisa dengan diinduksi persalinan dengan oksitosin jika kondisi ibu dan janin baik. Namun, jika kondisi ibu dan jani tidak memungkinkan bisa dilakukan tindakan seksio sesaria. Pada kasus penanganan kasus KPD yaitu dengan induksi persalinan dengan oksitosin dan hasilnya ibu dapat melahirkan pervaginam. C.



19



BAB II TINJAUAN KASUS Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin Patologi Pada Ny. W dengan Ketuban Pecah Dini di RSI Sultan Agung Semarang



Pengkajian Tanggal



: 31 Agustus 2020



Pukul



: 06.00 WIB



Ruang



: Ruang Bersalin RSI Sultan Agung Semarang



A. DATA SUBJEKTIF 1. Biodata Nama



: Ny.W



Nama Suami



: Tn.R



Umur



: 28 tahun



Umur



: 30 tahun



Agama



: Islam



Agama



: Islam



Suku / Bangsa



: Iindonesia



Suku / Bangsa



: Indonesia



Pendidikan



: SMA



Pendidikan



: S1



Pekerjaan



: IRT



Pekerjaan



: PNS



No. Register



: 0009



Alamat



: Semarang



Alamat



: Semarang



2. Alasan datang



: Rujukan dari bidan D, Ibu datang untuk melahirkan



Ibu datang ke PMB bidan D pada pukul 04.45 WIB dengan keluhan sudah mengeluarkan cairan bening darijalan laihir yang berbau khas. Hasil pemeriksaan bidan D Ø 1 cm (1jari sempit), His tidak ada, lendir darah tidak ada. 3. Keluhan utama



: Ibu mengatakan telah mengeluarkan cairan bening berbau khas dari



jalan lahir pada pukul 03.00 WIB, dan belum merasakan perut mulas2, dan belummengeluarkan lendir darah. Ibu mengatakan datang ke RSI Sultan Agung Semarang pada pukul 05.00 WIB dan di bawa ke ruang bersalin pada pukul 06.00 WIB. 4. Riwayat kesehatan yang lalu : a. Ibu tidak pernah menderita penyakit keturunan seperti : sesak nafas (asma), gula (Diabetes Melitus), tekanan darah tinggi (Hipertensi)



20



b. Ibu tidak pernah menderita penyakit menular seperti : batuk berdarah (TBC) , penyakit kuning (Hepatitis), kencing nanah (PMS) c. Ibu tidak pernah menderita penyakit kronis penyakit jantung, ginjal, paru-paru d. Ibu tidak pernah menjalani operasi apapun e. Ibu tidak ada alergi makanan dan obat-obatan tertentu 5. Riwayat kesehatan sekarang: a. Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit kronis seperti Jantung, Ginjal dan Paruparu. b. Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit menular seperti batuk berdarah (TBC), kencing nanah (PMS), & penyakit kuning (Hepatitis). c. Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit menurun seperti sesak nafas (Asma), gula (Diabetes Melitus), dan tekanan darah tinggi (Hipertensi). d. Ibu mengatakan tidak sedang alergi terhadap makanan dan obat-obatan tertentu. 6. Riwayat kesehatan keluarga : a. Ibu mengatakan di dalam keluarga ibu dan suami tidak ada yang pernah hamil kembar ataupun memiliki anak cacat. b. Ibu mengatakan di dalam keluarga ibu dan suami tidak ada yang memiliki keturunan dengan kelainan kongenital seperti bibir sumbing dan atresia ani. c. Ibu mengatakan di dalam keluarga ibu dan suami tidak ada yang menderita penyakit menurun seperti Hipertensi, diabetes melitus dan asma. d. Ibu mengatakan di dalam keluarga ibu dan suami tidak ada yang menderita penyakit menurun seperti penyakit kuning (hepatitis), kencing nanah (PMS), dan batuk berdarah (TBC). 7. Riwayat pernikahan: Menikah 1 kali, umur 27 tahun, lama pernikahan 1 tahun, status pernikahan sah menurut Hukum. 8. Riwayat obstetri a. Riwayat haid a) Menarche



: ± 13 tahun



b) Lama



: ± 6-7 hari



c) Siklus



: ± 28 hari/ teratur



d) Jumlah



: 2-3x ganti pembalut



e) Dismenorhea



: Ya, nyeri punggung sampai perut bagian bawah



f) Flour albus



: Ya, menjelang menstruasi dan sesudah menstruasi



21



g) HPHT



: 05 Desember 2019



b. Riwayat Kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu Ibu mengatakan bahwa ini merupakan kehamilan yang pertama, belum pernah melahirkan, dan belum pernah keguguran c. Riwayat kehamilan sekarang 1) GPA



: G1P0A0



2) Umur kehamilan : ibu mengatakan usia kehamilannya 9 bulan / 38 minggu 5 hari 3) HPL



: 10 September 2020



4) ANC



: 7 x di bidan



TM I



: 2x pada usia kehamilan 4minggu, 8 minggu



TM II



: 2x pada usia kehamilan 12 dan 25 minggu



TM III



: 3x pada usia kehamilan 30, 35, dan 38 minggu



5) Tempat ANC



: di Bidan D



6) Imunisasi TT



: ibu mengatakan 2x imunisasi Tabel 4.1. Pemberian Imunisasi TT



Pemberian TT1



Waktu Bulan februari 2019 pada saat



Tempat Di Puskesmas



Awal



TT 2



mendaftar capeng Dilakukan pada saat usia kehamilan



sayung I Di BPM D



4 minggu setelah



2 bulan



Interval



TT1



7) Keluhan hamil muda



: Mual dan muntah



8) Keluhan hamil tua



: Nyeri Punggung



9) Mulai merasakan gerakan janin



: 4-5 bulan



10) Jumlah gerakan janin dalam 2-3 jam



: 2-3 kali



11) BB sebelum hamil



: 40 kg



12) Terapi/obat/jamu yang di konsumsi



: Ibu mengatakan hanya mengkonsumsi obat



yang diberikan bidan (vitamin dan tablet tambah darah), serta tidak mengkonsumsi jamu. 13) Pengambilan keputusan



: Suami



14) Kekhawatiran khusus



: Tidak ada



15) Pesan khusus (jika ada)



: Tidak ada



9. Riwayat KB



22



Jenis Kontrasepsi



Waktu Pemakaian



Lama Pemakaian



Keluhan



Alasan Drop Out



Rencana Yang Akan Datang



Ket



Belum KB apapun



-



-



-



-



AKDR



-



10. Pola Kehidupan Sehari – hari a. Pola Nutrisi Selama hamil 3x/ hari 1 piring Nasi, lauk pauk, sayur dan buah Nasi. Tempe tahu, sayur bayam, dan buah Tidak ada 8 gelas/hari Air putih dan teh Tidak ada



Makan Porsi Jenis Macam Keluhan Minum Jenis Keluhan



Menjelang Persalinan Terakhir makan pukul 05.00 WIB ½ piring Nasi, lauk pauk, sayur dan buah Nasi, ayam, tempe, sayur bayam dan buah Tidak ada Terakhir minum pukul 06.00 Teh manis Tidak ada



b. Pola Eliminasi BAB



Selama hamil 2x/sehari



Konsistensi Warna Bau Keluhan BAK Warna Jumlah Bau Keluhan



Lembek Kuning Khas feses Tidak ada 4-5x/hari Kuning jernih ±500 cc Khas urine Tidak ada



Menjelang Persalinan Terakhir BAB tanggal 31 Agustus Pukul 04.00 WIB Lembek Kuning-Kecoklatan Khas Feses Tidak Ada Terakhir pada pukul 04.00 wib Kuning jernih ±200cc Khas urine Tidak ada



c. Pola personal Hygiene Selama hamil 2x sehari 2 hari sekali 2x sehari 2x sehari 3x sehari 2-3 x sehari Dari depan ke belakang



Mandi Keramas Gosok gigi Ganti pakaian Ganti celdam Ganti pembalut Cara cebok



Menjelang Persalinan Terakhir mandi pukul 04.30 WIB Belum keramas Terakhir sikat gigi pukul 04.30 WIB Terakhir ganti pakaian pukul 05.00 WIB Terakhir ganti celana dalam pukul 05.00 Terakhir ganti pada pukul 06.00 WIB Dari depan ke belakang



d. Pola istirahat Tidur malam Tidur siang



: :



Selama hamil 8 jam/ hari 2 jam/hari



Menjelang Persalinan 4 jam Tidak tidur siang



23



Gangguan e. Pola aktivitas



:



Tidak ada



Tidak ada



:



Selama kehamilan : Ibu mengatakan selama hamil ibu melakukan aktivitas rumah tangga seperti biasanya. Menjelang persalinan : Ibu mengatakan menjelang persalinan ibu hanya bisa tidur di atas kasur miring kanan dan kiri dan tidak duduk karena takut air ketubannya keluar. f. Pola hubungan seksual Selama hamil : Ibu mengatakan selama hamil ia melakukan hubungan seksual 1x dalam 1 minggu sampai usia kehamilan 6 bulan Menjelang persalinan : Ibu mengatakan menjelang persalinan melakukan hubungan seksual. Keluhan : Ibu mengatakan tidak ada keluhan selama berhubungan seksual 11. Data Psikologis



: Ibu mengatakan cemas dengan proses persalinan ini karena air



kawahnya sudah merembes. 12. Data sosial budaya : Ibu mengatakan di lingkungan sosial ibu berbaur dengan baik di masyarakat, dan ibu mengatakan bahwa menjelang persalinan tidak ada pantangan yang dapat mengganggu proses persalinan. 13. Data ekonomi : ibu mengatakan gaji dari pekerjaan ia dan suami sudah mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari dan biaya proses persalinan, dalam proses ini ibu menggunakan asuransi dari pemerintah yaitu BPJS. 14. Data pengetahuan : ibu mengatakan belum mengetahui tentang tanda-tanda KPD, cara menangani KPD, cara meneran yang benar, posisi dalam melahirkan dan IMD (Inisiasi Menyusu Dini).



B. DATA OBJEKTIF 1. Pemeriksaan umum a. Keadaan umum



: Tampak Cemas



b. Kesadaran



: Composmentis



c. Tanda – tanda vital Tekanan Darah



: 110/80 mmHg



Nadi



: 88x/menit



Pernafasan



: 24x/menit



24



Suhu



: 36,70C



d. Tinggi badan



: 147 cm



e. Berat badan



: 54 kg



f. LiLA



: 24 cm



2. Status present a. Kepala



: Mesochepal, kulit kepala bersih, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan,



tidak ada luka. b. Rambut : Warna rambut hitam, rambut lurus, bersih, tidak rontok dan tidak ada ketombe. c. Muka



: Bentuk oval, tidak pucat, tidak ikterik, tidak ada luka, tidak ada cloasma



gravidarum, tidak ada pembengkakan (odem). d. Mata



: Simetris, conjungtiva merah muda (tidak anemis), sklera berwarna putih



(tidak ikterik), reflek pupil +/+. e. Hidung



: Bersih, tidak ada nyeri tekan, tidak ada sekret, tidak ada polip



f. Mulut



: Bersih, bibir kering, tidak pecah-pecah, tidak ada sariawan, lidah bersih,



warna merah, gusi tidak ada pembengkakan, tidak ada caries gigi, tidak ada pembengkakan pada tonsil. g. Telinga



: Bersih, tidak ada nyeri tekan, tidak ada serumen



h. Leher



: Tidak ada nyeri tekan pada leher, tidak ada bekas operasi, tidak ada



pembengkakan pada kelenjar tiroid, parotis, vena jugularis dan kelenjar limfe i. Dada



: Tidak ada bekas operasi, tidak ada retraksi dinding dada, payudara



membesar, puting menonjol, areola menghitam, tidak ada nyeri tekan pada payudara kanan maupun kiri, kolostrum sudah keluar. j. Perut 1) Inspeksi :



Perut membesar, umbilikal menonjol, terdapat striae gravidarum,



terdapat linea nigra, tidak ada luka bekas operasi 2) Palpasi : Leopold I



Tidak ada nyeri tekan dan tidak kembung : TFU: 3 jari dibawah PX (30 cm), teraba 1 bagian bulat, lunak, tidak



melenting yaitu bokong janin. Leopold II



:



Kanan



: Teraba keras, ada tahanan keras, memanjang yaitu punggung janin.



Kiri



: Teraba bagian kecil-kecil dan bergerak yaitu ekstremitas janin.



Leopold III : Teraba 1 bagian bulat, keras, melenting, tidak dapat di goyangkan yaitu kepala janin sudah masuk PAP.



25



Leopold IV : Divergen (sudah masuk PAP) Penurunan bagian bawah ianin 3) DJJ



: 2/5 bagian.



: Frekuensi 11-12-12, reguler, irama teratur, jumlah 140x/menit, puntum



maximum dibawah pusat kanan ibu. 4) HIS



: Tidak ada.



5) TBJ



: (30-11)x 155 = 2945 gram.



k. Punggung



: Tidak ada kelainan pada tulang punggung.



l. Genitalia



: Bersih, tidak ada penyakit menular seksual seperti gonorhea dan



kondiloma, keluar air ketuban berwarna jernih. Pemeriksaan Dalam 1) Keadaan jalan lahir : Vulva



: Bersih tidak ada odem, tidak ada varices, terdapat cairan airketuban yang



keluar. OUE



: Tidak membuka



Vagina : Tidak ada odem, tidak ada peradangan/infeksi PPV



: Air ketuban



2) Keadaan porsio -



Effacement



: 10%



-



Pembukaan



: 1 cm



3) Kulit ketuban



: Kulit ketuban pecah (-)



4) Presentasi



: Kepala



5) POD dan posisi POD



: UUK dan posisi UUK belum bisa ditentukan



6) Penurunan BBJ



: Penurunan H II



7) Tanda-tanda moulage



: Tidak ada tanda-tanda moulage (-).



8) Bagian menumbung



: Tidak ada



m. Anus



: Tidak ada hemoroid



n. Ekstremitas : Atas



: Tidak ada oedem, turgor baik, warna kulit tidak ikterik, tangan kiri



terpasang infus RL 20 tpm. Bawah



: Tidak ada odem, turgor baik, warna kulit tidak ikterik, reflek patella (+/+).



3. Pemeriksaan penunjang Kertas lakmus : warna merah berubah menjadi biru a. Pemeriksaan laboratorium Tanggal pemeriksaan : 31/12/2020 jam 07.00 wib



26



Pemeriksaan HEMATOLOGI Darah Rutin 1 Hemoglobin Hematokrit Leukosit Trombosit Golongan darah/Rh APTT Control Waktu protombin Control KIMIA Gula Darah Sewaktu URINE Urine lengkap Warna Kejernihan Protein



Hasil



Satuan



Nilai Rujukan



12.1 36.9 9.8 227 O/positif 26.3 26.6 8.1 11.2



g/dl % Ribu/uL Ribu/uL



11.7 – 15.5 33-45 3.6-11.0 150-440



Detik



25-35 21.3-26.4 9.9-11.6 9.0-12.2



L



Detik



104



Mg/dl



75-110



Kuning Jernih Neg



Mg/dl



Reduksi



Neg



Mg/dl



Bilirubin IMUNOSEROLOGI HBsAg Kualitatif



Neg



Mg/dL