Kelompok 2 Adpen (Prosedur, Fungsi Dan Tujuan) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Makalah Mata Kuliah Administrasi Pendidikan “Prosedur, Fungsi dan Tujuan Administrasi Pendidikan” Dosen pengampu : Dr. H. Marzuki M.Ag.



Disusun oleh : Fikhri Alhafizh Chaeruddin 11180140000084 Afnisa Choiriah 11180140000086 Ainun Sufiah 11180140000097



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2020



A. Latar Belakang Di era informasi saat ini masih banyak manusia yang beranggapan bahwa administrasi hanya digunakan dalam dunia perbankan ataupun perusahaan tertentu. Namun pada kenyataannya administrasi sangat di butuhkan dalam seluruh kegiatan yang berhubungan dengan pengendalian, perencanaan, dan pengorganisasian. Begitupun di dalam dunia pendidikan, administrasi berguna untuk mengelola, mengalokasikan sumber daya yang terdapat di dunia pendidikan. Administrasi pendidikan berfungsi untuk menyelaraskan tujuan pendidikan juga sumber daya yang ada. Dalam dunia pendidikan, administrasi pendidikan memiliki beberapa prosedur administrasi untuk menjalankan fungsi, serta tujuan agar suatu pendidikan dapat berjalan dengan baik sesuai tujuan awal pendidikan itu sendiri. salah satu fungsi penting dari manajemen pendidikan adalah berkaitan dengan proses pembelajaran, hal ini mencakup dari mulai aspek persiapan sampai dengan evaluasi untuk melihat kualitas dari suatu proses tersebut, dalam hubungan ini Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan yang melakukan kegiatan/proses pembelajaran jelas perlu mengelola kegiatan tersebut dengan baik karena proses belajar mengajar ini merupakan kegiatan utama dari suatu sekolah (Hoy dan Miskel 2001). Dalam administrasi pendidikan ada prosedur administrasi pendidikan yang berlandaskan kepada 8 proses yaitu, proses administratif pendidikan yang meliputi, 1) Perencanaan (Planning), 2) Pengorganisasian (Organizing), 3) Pemberian Bimbingan (Counseling),



4)



Pengoordinasian



(Coordinating),



5)



Pengkomunikasian



(Comunication), 6) Pengontrolan (Controlling), 7) Penilaian (Evaluating). Ketujuh proses tersebut di maksudkan agar administrasi pendidikan dapat berjalan sesuai tujuannya, juga proses tersebut sangat membantu dalam pengembangan dunia pendidikan.



B. Prosedur Administrasi Pendidikan Prosedur Administrasi Pendidikan berlandaskan kepada 8 proses, diantaranya: 1. Perencanaan (planning). 2. Pengorganisasian (organizing). 3. Pemberian bimbingan (counseling). 4. Pengoordinasian (coordinating). 5. Pengomunikasian (communication). 6. Pengontrolan (controlling). 7. Penilaian (evaluating). 1. Perencanaan (Planning) Suatu perencanaan yang matang diperlukan dalam setiap kegiatan yang hendak dikerjakan. Tanpa perencanaan yang matang, kita tidak dapat mengharapkan kegiatan yang akan kita laksanakan akan berjalan lancar serta mencapai tujuan. Perencanaan merupakan suatu langkah persiapan dalam pelaksanaan suatu pekerjaan untuk mencapai tujuan tertentu. Proses penyusunan rencana yang harus diperhatikan adalah menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam mencapai tujuan, yaitu dengan mengumpulkan data, mencatat, dan menganalisis data serta merumuskan keputusan. Satu hal yang penting yang menentukan perencanaan adalah pembuatan keputusan yang merupakan proses yang mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam pembuatan perencanaan. Pola pengambilan keputusan yang dapat dilakukan adalah pengumpulan data yang diperoleh dari pencatatan dan penelitian pengembangan data, penganalisisan data,pengambilan Keputusan, pengoperasian data, dan penentuan data operasional. Dalam menentukan penganalisisan dalam perlu di perhatikan: a. Perumusan tujuan kegiatan. Tujuan merupakan bagian dari perencanaan yang mengendalikan kegiatan. Perumusan tujuan ini akan menjadi tepat bila diambil dari hasil analisis yang akurat sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Hal yang perlu diingat dalam merumuskan tujuan adalah mengutamakan sifat praktis, jelas, dan tegas.



b. Penentuan yang lengkap kegiatan untuk mencapai tujuan. Semua aspek yang tercakup dalam ruang lingkup ini harus terarah dan tidak boleh terpisah antara satu aspek dengan aspek lainnya. Masing-masing dari aspek tersebut harus saling menunjang dan saling melengkapi untuk meningkatkan efisiensi pencapaian tujuan. Bila tidak demikian, maka tujuan yang diharapkan tidak akan tercapai. Penentuan jangka waktu yang diperlukan. Jangka waktu yang diperlukan bergantung pada sifat dan jenis tujuan dan ruang lingkup yang ditetapkan. c. Penetapan jangka waktu ini harus memperhitungkan luasnya ruang lingkup kegiatan sehingga dapat mencapai tujuan. Bila jangka waktu yang ditentukan itu terbatas, maka ruang lingkup yang disediakan harus sesuai dengan jangka waktu yang ada. d. Menetapkan metode dan alat yang akan digunakan. Metode yang digunakan harus efektif, mudah, ringan, tidak membutuhkan waktu lama, tidak memboroskan waktu dan dana, serta berisiko ringan. Penetapan metode ini dipengaruhi pula oleh pikiran, tenaga, waktu, ruang, dana yang tersedia, jika semua itu dalam keadaan terbatas sebaiknya menggunakan metode yang mudah, sederhana, ringan, dan tidak mengandung risiko.Adapun yang termasuk alat adalah tenaga dan dana yang tersedia. Dalam hal ini, alat yang digunakan harus sesuai dengan metode yang ditentukan dan memudahkan pencapaian tujuan sehingga mampu memberikan hasil semaksimal mungkin. e. Merumuskan penilaian untuk mencapai tujuan (Evaluasi). Kegiatan ini ditujukan untuk menilai proses kerja secara keseluruhan, yaitu meliputi pengontrolan terhadap keserasian dan ketepatan alat yang dipergunakan serta kemampuan setiap orang yang terlibat dalam mewujudkan kerja. Selain itu, kegiatan ini diperlukan untuk menentukan apakah tujuan yang telah dirumuskan dapat dicapai dengan mempergunakan metode, alat, dan cara yang telah ditetapkan. Organisasi perencanaan berhubungan dengan penetapan tujuan organisasi, penentuan sumber, dan hambatan dalam mencapai tujuan, dan penentuan langkah untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Secara jelas, langkahlangkah untuk menentukan perencanaan adalah:



1) Menentukan tujuan yang akan dicapai. 2) Mengadakan penelitian masalah. 3) Mengumpulkan data. 4) Menentukan langkah yang akan ditempuh dalam usaha pencapaian tujuan. 5) Mencari upaya pemecahan masalah dan penyelesaian pekerjaan.



Adapun syarat-syarat dalam membuat perencanaan adalah: 1) Memiliki tujuan yang jelas, namun sederhana, dan bersifat praktis. 2) Menghindari sikap untung-untungan dalam menentukan perencanaan dan menghindari adanya penduplikasian perencanaan. 3) Mengoordinasikan kegiatan yang akan dilakukan sehingga dapat mencapai tujuan yang diharapkan. 4) Mengatur pelaksanaan kegiatan berdasarkan urutan kepentingan masingmasing sehingga tidak terjadi tumpang tindih antara satu kegiatan dengan kegiatan yang lainnya. 5) Melakukan penghematan tenaga, biaya, dan waktu dan memanfaatkan sumber daya yang tersedia dengan sebaik-baiknya dan menyesuaikan kegiatan dengan jumlah dana yang tersedia.



2. Pengorganisasian (Organizing) Pada dasarnya, pengorganisasian termasuk dalam kegiatan penyusunan rencana untuk menciptakan hubungan kerja antar personal dalam suatu kegiatan organisasi. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa fungsi pengorganisasian merupakan fungsi perencanaan. Dalam perencanaan dilakukan pengelompokkan bidang-bidang kerja dalam ruang lingkup kegiatan tertentu. Pengelompokan bidang kerja ini harus dapat menciptakan hubungan kerja yang jelas agar antara satu bidang dengan bidang lainnya serta masing-masing bidang tersebut saling melengkapi sehingga tidak terjadi tumpang tindih dan tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Sebelum membahas lebih jauh, berikut ini akan diuraikan definisi dari organisasi: a. Organisasi adalah kegiatan menyusun struktur dan membentuk hubunganhubungan agar diperoleh kesesuaian dalam usaha mencapai tujuan bersama. b. Organisasi adalah sistem kerjasama sekelompok orang untuk mencapai tujuan bersama. c. Organisasi adalah aktivitas menyusun dan membentuk hubungan sehingga terwujudlah kesatuan usaha dalam mencapai maksud dan tujuan pendidikan. d. Organisasi adalah setiap sistem kerja sama yang dijalankan oleh sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu.



Definisi yang disebutkan di atas hanyalah sekadar contoh karena masih banyak definisi lainnya yang tidak dapat disebutkan satu per satu dalam buku ini. Namun, yang perlu diperhatikan bahwa pada dasarnya semua definisi organisasi memiliki pengertian yang sama, yaitu suatu kerjasama yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk mencapai tujuan yang telah disepakati bersama. Kerja sama tersebut hanya dapat terwujud bila orang-orang yang terlibat dalam organisasi saling berkomunikasi antara satu dengan lainnya dalam melaksanakan tugas-tugas mereka. Selain itu, beban tugas, wewenang, dan tanggungjawab yang diberikan kepada mereka sesuai dengan kemampuan, pengetahuan, dan pengalaman mereka. Dengan adanya komunikasi dan keselarasan di antara mereka maka tujuan organisasi dapat tercapai. Suatu organisasi harus memenuhi beberapa prinsip umum, di antaranya: 1) Organisasi harus mempunyai tujuan yang jelas dan kesamaan pandangan seluruh personal yang terlibat dalam organisasi. 2) Organisasi harus memiliki pimpinan yang mampu mengarahkan para anggotanya serta mendelegasikan tugas, wewenang, dan tanggung jawab kepada mereka sesuai dengan bakat, pengetahuan dan kemampuan mereka.



3) Organisasi memiliki struktur organisasi yang disusun sesuai dengan kebutuhan sehingga batasan wewenang pekerjaan interpersonal menjadi jelas. Organisasi memiliki berbagai fungsi diantaranya adalah: Menetapkan bidang-bidang kerja, metode dan alat yang dibutuhkan, serta personal yang dibutuhkan. Membina hubungan antara personal yang terlibat, tanggung jawab, wewenang, hak dan kewajiban mereka sehingga mempercepat tercapainya tujuan organisasi. Adapun asas dalam organisasi, di antaranya adalah: a. Organisasi harus profesional, yaitu dengan pembagian satuan kerja yang sesuai dengan kebutuhan. Dengan demikian, perluasan aktivitas yang mengharuskan penambahan jumlah satuan kerja hanya dilakukan bila tidak dapat ditampung dalam satuan kerja yang ada. b. Pengelompokan



satuan



kerja



harus



menggambarkan



pembagian



kerja.



Pengelompokan beban tugas yang sejenis harus dihubungkan dengan volume kerja. Beban kerja setiap satuan kerja harus memiliki batas-batas yang jelas dan sebanding pada tiap-tiap tingkatnya. c. Organisasi harus mengatur pelimpahan wewenang dan tanggung jawab. Dengan demikian, pimpinan organisasi hanya melakukan tugas yang penting saja. Setiap anggota melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan beban tugas masing-masing. d. Organisasi harus mencerminkan rentangan kontrol. Rentangan kontrol ini dipengaruhi oleh jenis dan sifat pekerjaan, jarak antara unit yang dikontrol, volume tugas dan stabilisasi organisasi. e. Organisasi harus mengandung Kesatuan perintah. Kesatuan perintah ini harus jelas antara pimpinan organisasi dengan anggota organisasi sehingga tidak terjadi tumpang tindih dalam pelaksanaan kerja. f. Organisasi harus fleksibel dan seimbang. Dalam arti bila terjadi perubahan atau penambahan volume kerja maka struktur organisasi harus disesuaikan dengan kebutuhan tersebut.



3. Pemberian Bimbingan (Counselling) Pemberian bimbingan, khususnya dalam organisasi pendidikan di sekolah ditujukan agar setiap personal yang terlibat dalam sekolah dapat menjalankan kewajibannya sesuai dengan beban tugas yang diberikan kepada mereka. Kegiatan bimbingan ini biasanya dilakukan oleh pimpinan organisasi (dalam hal ini kepala sekolah) atau mereka yang sudah memiliki banyak pengalaman dalam berorganisasi, dengan cara memberikan petunjuk kepada para anggotanya sehingga mereka dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang pada akhirnya memberikan manfaat bagi perkembangan sekolah. Langkah awal dalam pemberian bimbingan adalah mencari sumber permasalahan yang utama sehingga permasalahan lain yang berkaitan dengan masalah utama lersebui dapat ikut terpecahkan. Biaya perlu melakukan pengoreksian, maka pengoreksian tersebut harus ditujukan bagi kepentingan organisasi bukan untuk mencari kesalahan seseorang. Dengan demikian kegiatan bimbingan ini memberikan manfaat yang menyeluruh, baik bagi anggota yang melakukan kesalahan, maupun bagi anggota lainnya agar mereka tidak melakukan yang sama pada kemudian hari. Cara pemberian perintah pun harus dilakukan dengan ekstra hati-hati dan menghindarkan adanya unsur paksaan karena segala sesuatu yang dilakukan atas dasar paksaan tidak akan memberikan hasil yang baik. Setelah masalahnya diketahui, langkah selanjutnya adalah memberikan petunjuk praktis tentang cara menyelesaikan suatu permasalahan. Dalam hal ini dapat memberikan kesempatan kepada seluruh anggota untuk memberikan sumbang saran sehingga mendapatkan cara yang tepat, di samping merangsang kreativitas para anggota untuk mengembangkan organisasi. 4. Pengoordinasian (Coordinating) Pengoordinasian dibutuhkan untuk menghindari adanya tumpang tindih dalam pekerjaan, pelimpahan wewenang dan penyelesaian permasalahan yang ada dalam organisasi. Dengan demikian, dapat diciptakan hubungan serasi antara semua orang yang terlibat dalam organisasi.



Dalam program pendidikan di sekolah terdapat berbagai jenis kegiatan yang harus saling menunjang sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Karena itu, diperlukan tindakan pengoordinasian yang efektif agar kegiatan yang ada tidak berdiri sendiri-sendiri. Satu jenis kegiatan tidak boleh lebih diutamakan daripada kegiatan lainnya karena semua kegiatan memberikan kontribusi yang sama besar dalam pencapaian tujuan. Pengoordinasian ini tidak hanya dibutuhkan dalam unit kegiatan yang ada, melainkan juga antar personal yang terlibat di dalam unit kegiatan. Dengan adanya pengoordinasian yang efektif akan timbul kerja sama yang efektif sehingga tujuan yang diharapkan dapat segera tercapai. 5. Pengomunikasian (Communication) Komunikasi memegang peranan penting dalam suatu organisasi, khususnya, organisasi sekolah. Setiap personal yang terlibat harus saling berkomunikasi agar permasalahan yang ada serta sejauh mana perkembangan organisasi dapat diketahui. Dengan demikian, dapat dilakukan langkah lebih lanjut. Selain itu, komunikasi mi juga sangat membantu dalam pembuatan keputusan. Hal ini dapat dilakukan dengan mengumpulkan pendapat-pendapat dari para personil untuk menemukan pendapat yang dapat menyumbangkan solusi yang tepat. Berikut ini merupakan unsur-unsur yang diperlukan dalam komunikasi, diantaranya adalah adanya: a. Pengirim berita (komunikator), b. Berita atau informasi yang akan disampaikan, c. Alat atau sarana untuk menyampaikan berita, misalnya telepon, surat, teleks, radio, televisi, dan lain-lain, d. Respon dari penerima berita (komunikan). Komunikasi dapat dilakukan dalam dua macam hubungan, yaitu: 1) Hubungan tegak (vertikal) iaiah proses penyampaian berita dari pimpinan kepada bawahan (vertikal ke bawah) maupun dari bawahan kepada pihak atasan (vertikal ke atas). 2) Hubungan datar (horizontal) hubungan antara para anggota yang memiliki kedudukan sejajar.



Komunikasi dapat berjalan dilakukan dengan cara vertikal ke bawah, yaitu pimpinan organisasi memberikan pengarahan kepada seluruh personal di bawahnya secara langsung mengenai soal-soal kebijaksanaan prosedur dan pemberian pengarahan yang bersifat umum. Dengan demikian, pihak bawahan dapat memberikan pengarahan tersebut kepada orang-orang yang berada di bawah mereka. Demikian seterusnya hingga tingkat yang paling bawah sehingga setiap personal mengetahui pengarahan tersebut. Komunikasi juga dilakukan dengan cara vertikal ke atas, yaitu dari para personal yang berada pada tingkat bawah hingga pimpinan organisasi. Biasanya dilakukan dalam bentuk tertulis maupun bentuk lisan. Dalam pendidikan di sekolah, misalnya guru memberikan masukan kepada kepala sekolah, dan selanjutnya kepala sekolah menyampaikan masukan tersebut kepada kepala kantor wilayah, kemudian kepala kantor wilayah menyampaikannya kepada menteri pendidikan dan kebudayaan. Komunikasi dengan cara seperti ini pun sangat bermanfaat bagi perkembangan organisasi karena para anggota bawahan lebih mengetahui permasalahan yang ada secara langsung sehingga mereka dapat memberikan jalan pemecahan yang terbaik. Namun, hal ini terkadang tidak dapat berjalan mulus karena ada juga pimpinan yang tidak bersedia menerima masukan dari para anggotanya. Selain penyampaian komunikasi tersebut, ada juga cara penyampaian komunikasi dengan cara horizontal yaitu pengomunikasian yang dilakukan di antara para anggota sendiri. Dalam organisasi sekolah, misalnya, antara guru dengan guru, kepala sekolah dengan kepala sekolah, dan sebagainya. Hal ini biasanya sangat efektif karena tidak ada pihak yang merasa memiliki kekuasaan lebih tinggi dibandingkan dengan yang lainnya. Komunikasi dapat dibedakan menjadi: a. Komunikasi lisan, yaitu komunikasi yang dilakukan secara lisan, baik yang dilakukan dalam vertikal ke atas, vertikal ke bawah ataupun horizontal. b. Komunikasi lisan harus dilakukan dengan hati-hati agar berita atau pesan yang disampaikan benar-benar sesuai dengan tujuan. Cara penyampaiannya pun lebih baik dengan cara yang baik dan tidak mengandung unsur pemaksaan.



c. Komunikasi lisan, yaitu komunikasi yang dilakukan secara tulisan, misalnya dalam bentuk surat. Dalam melakukan komunikasi secara tulisan harus menggunakan bahasa yang baik dan benar. Sebaiknya mengikuti kaidah ejaan yang disempurnakan. d. Komunikasi bebas, yaitu setiap personal bebas berkomunikasi dengan sesama anggota lainnya yang dibatasi oleh kedudukan dan jabatan dalam organisasi. e. Komunikasi terbatas, yaitu komunikasi yang dilakukan hanya dengan orang tertentu saja yang setingkat kedudukannya dalam organisasi. Selain itu, komunikasi juga dapat dibedakan atas: 1) Komunikasi formal, yaitu komunikasi yang dilakukan secara menyeluruh ke semua arah, dari pimpinan hingga kepada personal yang paling rendah kedudukannya dalam organisasi, yang harus diketahui oleh seluruh anggota organisasi. 2) Komunikasi informal, yaitu komunikasi yang hanya dilakukan berdasarkan hubungan pribadi dan sosial para anggota. Komunikasi ini lebih diarahkan pada tujuan-tujuan organisasi. 3) Komunikasi eksternal, yaitu penyampaian informasi ke luar organisasi. Dalam arti komunikasi dilakukan dengan orang atau badan di luar organisasi tersebut. 4) Komunikasi intern, yaitu penyampaian informasi antar sesama anggota organisasi. Mills



dan



Standingford



berpendapat



bahwa



dalam



berkomunikasi



perlu



memperhatikan hal-hal berikut, yaitu: a. Kecepatan, yaitu memperhatikan waktu yang dibutuhkan untuk mengirimkan berita. Hal ini mempengaruhi cara pengiriman berita, yaitu apakah berita akan disampaikan melalui surat, telepon, email, ataupun sarana lainnya. b. Kecermatan, yaitu kecermatan dalam menulis berita sehingga isi berita yang akan disampaikan benar-benar sesuai dengan maksud penyampaian berita. c. Keselamatan, yaitu yang menyangkut keselamatan pengiriman berita agar diterima oleh komunikan dengan tepat. Sehubungan dengan hal ini, perlu diperhatikan cara pengiriman berita yang menjamin agar berita tidak hilang dalam perjalanan.



d. Kerahasiaan, untuk menjamin bahwa orang yang tidak berkepentingan tidak mengetahui isi berita. e. Warkat, apakah berita yang disampaikan akan disampaikan dengan lisan atau tulisan. f. Kesan. Komunikasi disampaikan perlu diupayakan agar me¬ninggalkan kesan yang baik oleh si penerima. g. Biaya. Dalam pengiriman berita harus sesuai dengan biaya yang disediakan. (The Liang Gie, halaman 87-88). Adapun media komunikasi yang dapat digunakan adalah: 1) Media auditif, yaitu informasi yang disalurkan melalui indera pendengaran. Bentuk komunikasinya adalah komunikasi secara lisan dan alat yang digunakan adalah radio, televisi, telepon, dan sebagainya. 2) Media visual, yaitu informasi yang disalurkan melalui indera penglihatan. Bentuk komunikasinya adalah komunikasi tulisan dan alat yang digunakan adalah majalah, surat, brosur, koran, gambar, diagram, dan lain-lain. 3) Media audio visual, yaitu informasi yang disalurkan melalui indera penglihatan dan indera pendengaran. Bentuk komunikasinya adalah komunikasi lisan dan tulisan dan alat yang digunakan adalah slide. televisi, film, dan sebagainya. 6. Pengontrolan (Controlling) Bagaimanapun baiknya kegiatan yang dilakukan dan teraturnya koordinasi yang dilakukan dalam kegiatan organisasi bila tidak dilakukan upaya pengontrolan maka tujuan yang diharapkan tidak akan tercapai dengan sempurna. Kegiatan pengontrolan ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua kegiatan yang dilakukan sesuai dengan perencanaan semula di samping mengetahui hasil-hasil yang telah dicapai dalam jangka waktu tertentu. Selain itu, tindakan pengontrolan juga dapat mengetahui kesalahan atau penyimpangan yang dilakukan oleh anggota organisasi sehingga dapat dicarikan jalan pemecahannya. Fungsi kegiatan pengontrolan yang lainnya adalah menentukan data-data yang menjadi penyebab adanya penyimpangan dalam organisasi, data untuk meningkatkan pengembangan organisasi, dan data mengenai hambatan yang ditemui oleh seluruh anggota organisasi. Selain itu, fungsi kegiatan pengontrolan juga mengetahui sejauh mana tujuan organisasi yang telah tercapai.



Pengontrolan dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Pengontrolan yang dilakukan secara langsung dilakukan melalui kegiatan pengawasan ditempati Adapun pengontrolan yang dilakukan secara tidak langsung adalah pengontrolan yang dilakukan melalui kebijakan-kebijakan, pemberian instruksi melalui surat edaran, dan sebagainya. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan kegiatan pengontrolan adalah mengutamakan sikap objektivitas sehingga tidak ada pihak yang merasa dirugikan, bersifat fleksibel untuk menyesuaikan perubahan situasi yang mungkin terjadi, mencegah agar penyimpangan yang terjadi tidak terulang kembali, dan melibatkan orang-orang yang dinilai sehingga dapat diketahui masalah yang sebenarnya yang memudahkan penemuan cara pemecahannya. Adapun faktor yang menyebabkan diperlukannya kegiatan pengontrolan adalah adanya perbedaan tujuan antara organisasi dengan anggota personal administrasi dan adanya jangka waktu tertentu pada saat tujuan dirumuskan dan pada saat tujuan tercapai. Kegiatan pengontrolan ini semakin efektif bila hal-hal yang Dikontrol mencakup keseluruhan bagian dalam organisasi, juga bila dilakukan secara berkesinambungan dalam jangka waktu tertentu. Pengontrolan yang dilakukan dalam jangka waktu yang lama dan tidak dilakukan secara kontinu tidak akan memberikan hasil sebagaimana yang diharapkan. Tahap-tahap yang perlu diperhatikan dalam kegiatan pengontrolan adalah melakukan pemeriksaan terhadap seluruh kegiatan organisasi terlebih dahulu, kemudian mengecek laporan pertanggungjawaban dari setiap unit kegiatan dan mengumpulkan semua informasi dari keseluruhan unit kegiatan yang dapat dijadikan sebagai bahan untuk menentukan apakah kegiatan tersebut dilakukan sesuai dengan standar pokok yang telah ditentukan. Pengontrolan ini bukan hanya untuk mengecek kelengkapan kegiatan yang dilakukan, melainkan juga mengecek apakah hasil dari kegiatan yang dilakukan oleh keseluruhan kegiatan telah sesuai dengan tujuan. Dalam organisasi pendidikan sekolah, pengontrolan ini ditujukan untuk memberikan bimbingan dan pengarahan., pemeriksaan, dan penilaian. Pengontrolan ini dipegang oleh kepala sekolah. Ia harus memberikan bimbingan dan arahan serta mengontrol



sejauh mana para guru menjalankan tugasnya dalam usaha mengembangkan potensi siswa. Selain itu, ia juga harus mengontrol kegiatan tata usaha sekolah seberapa jauh mereka melakukan fungsi-fungsi administrasi sekolah dan apakah hasilnya telah sesuai dengan yang diharapkan. Bila menemukan penyimpangan-penyimpangan, baik yang dilakukan oleh guru, petugas administrasi, ataupu para siswa, sebaiknya kepala sekolah berusaha mencari cara untuk memecahkannya. Bila permasalahan yang ada sangat kompleks, sebaiknya melibatkan guru, staf tata usaha, ataupun bagian lainnya atau kepada petugas kantor wilayah dan menampung pendapat mereka hingga menemukan pemecahan yang terbaik. Hal yang perlu diperhatikan adalah kegiatan pengontrolan ini dilakukan bukan mencari-cari kesalahan orang lain ataupun memberikan hukuman kepada mereka yang telah melakukan penyimpangan, melainkan untuk mengadakan perbaikan dalam usaha menyelesaikan semua permasalahan yang ada demi kepentingan tujuan organisasi. Selain itu. 7. Penilaian (Evaluating) Proses terakhir dalam proses kegiatan administrasi adalah penilaian Atau evaluasi. Dengan melakukan penilaian, dapat diketahui efektivitas Setiap kegiatan organisasi serta dapat diketahui kelemahan dan kelebihan r lama berlangsungnya proses administrasi. Kelemahan yang ada dapat dicarikan jalan keluarnya dan kelebihannya dapat dipertahankan bahkan ditingkatkan. Selain itu, dapat diketahui apakah seluruh rangkaian kegiatan dalam organisasi sesuai dengan tujuan yang diharapkan, apakah seluruh proses administrasi telah berjalan dengan baik, apakah komunikasi interpersonal telah menciptakan kerjasama yang baik, dan apakah tujuan yang diharapkan telah tercapai. Penilaian sebaiknya dilakukan secara berkala sehingga dapat dijadikan landasan untuk melakukan perbaikan pada semua bidang administrasi. Penilaian ini juga harus didukung oleh fakta-fakta yang dapat membawa ke arah perubahan yang positif serta memberikan cara terbaik untuk membuat keputusan. Unsur objektivitas penilai juga turut berperan dalam memberikan penilaian. Selain itu, penilai harus memiliki pengetahuan tentang teknik-teknik penilaian yang baik, bersedia menerima kritikan konstruktif dari pihak lain.



Beberapa tahap dalam penilaian adalah menentukan aspek-aspek yang akan dinilai, menentukan kriteria penilaian, kemudian mengumpulkan data-data yang berhubungan dengan kriteria tersebut. Semua data yang terkumpul diakumulasikan sehingga diperoleh kesimpulan serta menyeluruh. Dari kesimpulan inilah dapat diketahui bagian mana saja dari kegiatan organisasi yang perlu dihilangkan, ditambah atau ditingkatkan dan bagian manakah yang perlu dipertahankan. Dalam organisasi, pendidikan di sekolah, penilaian ini dilakukan oleh kepala sekolah dengan bantuan guru, petugas tata usaha, atau pihak lainnya yang berkompeten. Semua bagian yang dilibatkan dalam penilaian ini harus memiliki kesamaan pandangan dan bertanggung jawab atas terwujudnya tujuan yang diharapkan oleh sekolah. Setelah melakukan penilaian,masing-masing bagian memberikan hasil penelitiannya kepada kepala sekolah, kemudian secara bersama-sama membahas penilaian tei sebui dan membuat kesimpulan. Penilaian dilakukan secara berkala, serta mencakup semua lingkup yang ada disekolah dan dilakukan secara menyeluruh. Dengan adanya penilaian ini, sekolah akan mampu menyediakan kebutuhan siswa, menentukan program pendidikan yang sesuai dengan para siswanya, dan menghasilkan lulusan-lulusan yang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang baik. Di samping itu, penilaian dalam organisasi pendidikan di sekolah dapat mendeteksi penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh personal di sekolah, sehingga penyimpangan tersebut tidak bertambah luas. Keuntungan lainnya dalam melakukan penilaian ini adalah dapat mengetahui apakah metode yang digunakan sekolah telah dilaksanakan dengan baik dan berhasil guna, apakah kemajuan belajar para siswa terus meningkat, apakah lulusannya memperoleh pengetahuan yang baik, apakah kesukaran dan kelemahan yang ada dalam sekolah dapat teratasi, apakah perlu mengubah metode yang telah digunakan, dan hal lainnya.



C. Fungsi Administrasi Pendidikan Penerapan fungsi-fungsi administrasi di bidang pendidikan di sini dapat dirangkum dari beberapa pendapat para ahli di atas yang meliputi Perencanaan (Planning), Pengorganisasian (Organising), Tindakan/Pelaksanaan Tugas (Actuating), Pengawasan (Controlling), Pengarahan (Directing), Pengkoordinasian (Coordinating), Pelaporan (Reporting), dan Penganggaran (Budgeting) yang dapat dipaparkan sebagai berikut: 1. Fungsi Perencanaan (Planning) Perencanaan adalah dasar bagi tindakan administrasi yang berhasil. Rencana adalah proses yang diikuti oleh seorang pemimpin/manajer dalam memikirkan secara tuntas lebih dahulu apa yang hendak dicapainya dan bagaimana dia mencapainya. Menurut Castetter (1996: 38) perencanaan merupakan cara manusia memprojeksikan niat terhadap apa yang ingin dicapai. Karena perencanaan berkaitan dengan konsep masa depan, masalah-masalah yang membutuhkan imajinasi dan pilihan, pemikiran disengaja dengan melihat masa lampau, dan dicapai melalui rancangan, perencanaan mewakili sebuah upaya yang paling menarik dan menantang yang merupakan antitesis dari keadaan yang telah dianggap layak pada masa sekarang, gaya kepemimpinan laissezfaire, dan kinerja yang tak terarah. Berkaitan dengan perencanaan dan strategi yang dipilih untuk mencapai tujuan organisasi, maka penting untuk diperhatikan bahwa semua orang bertanggung jawab atas perencanaan strategis pada tingkat yang berbedabeda untuk berpartisipasi dan memahami strategi pada tingkat organisasi yang lain untuk membantu memastikan koordinasi, fasilitasi, dan komitmen serta menghindari ketidakkonsistenan, ketidakefisienan, dan salah komunikasi. Dengan kata lain bahwa perencanaan merupakan tindakan memilih dan menetapkan segala program dan sumber daya yang dimiliki oleh suatu organisasi untuk mencapai tujuannya di masa depan secara optimal. Dalam perencanaan meliputi beberapa tahapan yaitu: a. Perumusan tujuan, yang mana perencanaan harus merumuskan tujuan yang ingin di capai. b. Perumusan kebijaksanaan, yaitu perumusan cara dan koordinasi kegiatannya untuk mencapai tujuan secara terarah dan terkontrol.



c. Perumusan prosedur, yakni menentukan peraturan atau batasanbatasan dalam memanfaatkan sumber daya yang dimiliki. d. Perencanaan skala kemajuan, merumuskan standar hasil yang akan dicapai pada rentang waktu tertentu. e. Perencanaan bersifat totalitas dengan melibatkan seluruh komponen internal organisasi dan lingkungan eksternalnya. 2. Fungsi Pengorganisasian (Organising) Kelestarian suatu organisasi akan lebih terjamin apabila kerjasama yang terdapat di dalam pelaksanaan fungsi pengorganisasian (organising) pada organisasi tersebut berjalan secara efektif dan efisien. Pengalaman berbagai organisasi menunjukkan bahwa semakin lama suatu organisasi mampu bertahan, maka biasanya tingkat efektivitas dan efisiensi kerelaan para anggotanya untuk memberikan sumbangsih masing-masing kepada usaha bersama yang dilakukan juga semakin meningkat. Hal tersebut akan memantapkan pelaksanaan fungsi pengorganisasian pada organisasi tersebut karena didukung oleh semangat kerja dan keyakinan yang semakin mantap dalam diri mereka bahwa mereka mampu mencapai tujuan bersama yang diharapkan. Pengorganisasian menurut Gibson, et. al. (1982) sebagaimana yang dikutip Sagala (2005: 50) meliputi semua kegiatan manajerial yang dilakukan untuk mewujudkan kegiatan yang direncanakan menjadi suatu struktur tugas, wewenang, dan menentukan siapa yang akan melaksanakan tugas tertentu untuk mencapai tujuan yang diinginkan suatu organisasi. Dalam pengorganisasian bukan hanya mengidentifikasikan jabatan dan menentukan hubungan antar komponen organi-sasi tersebut, namun yang paling penting



adalah



mempertimbangkan



orang-orangnya



dengan



memperhatikan



kebutuhannya agar berfungsi dengan baik. Di samping itu, pengoganisasian dapat diartikan sebagai kegiatan pembagi tugas-tugas pada orang yang terlibat dalam kerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Pengorganisasian berhubungan dengan proses memilih orang-orang serta penyediaan fasilitas penunjangnya baik yang berupa sarana maupun prasarana serta mengatur mekanisme kerjanya dalam rangka pencapaian tujuan.



Organisasi dalam arti statis yaitu organisasi sebagai wadah manajemen, sehingga memberikan bentuk bagi manajemen yang memungkinkannya dapat bergerak. Bentuk manajemen tergantung dari organisasi yang menjadi wadahnya. Pada bagian ini, pembahasan mengenai organisasi difokuskan pada pengertian organisasi sebagai fungsi pengorganisasian (organising) yang bersifat dinamis. Organisasi dalam arti dinamis berarti dalam pelaksanaan fungsi pengorganisasian dilakukan pembagian pekerjaan, pengaturan, dan penempatan orang-orang yang akan menjalankan tugas-tugas yang telah ditetapkan, pengaturan alat-alat, sarana, prasarana, dan sebagainya. Di samping berkaitan dengan hal-hal tersebut, pengorganisasian juga meliputi pengaturan ruangan pimpinan misalnya. Di mana pengaturan ruangan pimpinan juga harus mempertimbangkan fungsi pimpinan sebagai yang bertugas dan bertanggung jawab memimpin suatu organisasi atau sekolah, sehingga ruang pimpinan harus ditempatkan di bagian yang strategis karena sering menerima tamu-tamu. Demikian juga mengenai penempatan barang-barang harus pada tempat yang dipandang aman. Organisasi mengarahkan para manajer untuk mengalokasikan personil, peralatan dan sumber yang dibutuhkan untuk menyelesaikan misi organisasi dan mencapai tujuannya yang telah diidentifikasi dalam perencanaan. 3. Fungsi Penggerakkan (Actuating) Pemimpin/manajer sesuai dengan kemampuannya menggerakkan baik tenaga pendidik, kependidikan, maupun penunjang dalam organisasi yang menangani pendidikan. Para Manajer melalui perintah yang mereka berikan mengarahkan aktivitas anggota organisasi dari berbagai bagian yang berbeda untuk mencapai tujuan organisasi. Pembagian pekerjaan sesuai bidang-bidang yang ada mengarahkan pengembangan kemampuan kerja khusus dari para anggota organisasi sehingga mereka dapat memusatkan fikiran pada tugas-tugas tertentu yang betujuan untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi. Disiplin mengarahkan semua anggota organisasi untuk mematuhi prosedur operasional baku, kaidah yang berlaku dalam organisasi, dan penjatuhan sanksi sebagai konsekuensi bagi anggota organisasi yang tidak dapat melaksanakan tugas sesuai standar yang telah ditetapkan organisasi.



Setiap anggota organisasi menerima arahan hanya dari satu atasan dan bertanggung jawab kepadanya sebagai wujud dari kesatuan perintah. Prinsip ini berfungsi untuk kejelasan dalam penelusuran terhadap peran seseorang dan siapa yang bertanggung jawab terhadap apa dan siapa yang berwenang terhadap siapa dalam segenap kegiatan organisasi. Setiap anggota organisasi harus membuat laporan pelaksanaan tugas kepada atasan langsung mereka dan mengawasi bawahannya. Hal ini akan membentuk rantai komando menurut hirarki organisasi antara atasan dan bawahan di sepanjang jalur interaksi vertikal yang dilengkapi dengan jalur komunikasi yang mampu menghasilkan hubungan timbal balik yang saling menunjang dan rumit di antara anggota organisasi yang berada dalam posisi rantai komando yang setingkat dalam interaksi horizontalnya. Di sini terjadi pengkoordinasian dan sinkronisasi dari berbagai kegiatan yang dilaksanakan oleh berbagai bidang atau bagian yang berbeda dalam organisasi untuk mencapai tujuannya. Prinsip pengkoordinasian dan sinkronisasi tersebut mengatasi masalah komunikasi horisontal di antara anggota organisasi dengan tingkat hirarki yang sama yang mana pengaruhnya sepintas akan terlihat seperti memutus rantai skalar (rantai komando vertikal). Prinsip ini kemudian lebih dikenal dengan “jembatan Fayol” sesuai dengan nama ahli yang memperkenalkan mekanisme dasar namun juga tergolong vital tersebut. Kesatuan arah menyatakan bahwa anggota organisasi harus satu pikiran, bekerja sama untuk menyelesaikan tujuan organisasi. Individu bagi organisasi sebagai kelompok yang lebih besar diarahkan untuk bertindak sesuai kepentingan organisasi. Namun jangan dilupakan bahwa tujuan organisasi dapat dicapai dengan baik ketika mayoritas anggotanya merasa bahwa organisasi ini juga memberikan manfaat bagi tujuan pribadi mereka, artinya antara individu dengan organisasi saling membutuhkan dan memberi, bukan berdasarkan prinsip ekploitasi. Realitas pe1aksanan pendidikan di lapangan akan banyak ditentukan oleh petugas yang berada di barisan paling depan, yaitu guru, kepala sekolah dan tenaga-tenaga kependidikan lainnya. Pengembangan wawasan dapat dilakukan melalui forum pertemuan teman sejawat, pelatihan ataupun upaya pengembangan dan belajar secara individual.



4. Pengawasan (Controlling) Pengawasan menuntut kepada para manajer untuk menggunakan kewenangan mereka dalam rangka menjamin bahwa tindakan pekerja sesuai dengan tujuan dan aturan organisasi. Otoritas tersebut memberdayakan para manajer untuk menggunakan kekuasaan dan kontrol terhadap bawahan guna mengarahkan aktivitas mereka demi kemajuan organisasi. Posisi bawahan dituntut untuk senantiasa dapat melaksanakan tugas dan fungsinya dengan berhasil oleh atasannya sesuai kewenangan atasan yang ada dalam organisasi. Proses pengawasan mencatat segala kejadian yang berkembang dalam organisasi untuk memastikan bahwa organisasi berjalan sesuai dengan arah yang benar agar dapat sampai



pada



tujuannya



dan



memungkinkan



manajer



mendeteksi



terjadinya



penyimpangan-penyimpangan dari perencanaan yang telah dibuat dan mengambil tindakan korektif pada waktu yang tepat. Melalui pengawasan yang efektif, roda organisasi, implementasi rencana, kebijakan, dan upaya pengendalian mutu dapat dilaksanakan dengan lebih baik. Oteng Sutisna (1983 : 203) menegaskan bahwa tindakan pengawasan terdiri dari tiga langkah universal, yaitu: (1) mengukur kinerja personil (2) membandingkan kinerja personil dengan standar yang ditetapkan (3) memperbaiki penyimpangan yang ditemukan dengan tindakan korektif. Pengawasan manajemen sekolah adalah usaha sistematis menetapkan standar kinerja (performance standard) dengan perencanaan sasarannya yang dengan sendirinya pengawasan tersebut akan membangun sistem informasi umpan balik. Membandingkan prestasi kerja dengan standar yang telah ditetapkan lebih dahulu sangat diperlukan untuk menentukan apakah ada penyimpangan (deviation) dan mencatat besar kecilnya penyimpangan, kemudian mengambil tindakan yang diperlukan untuk memastikan bahwa semua sumber sekolah dimanfaatkan secara efektif dan efisien.



Di bidang pendidikan, pengawas merupakan individu atau personil pendidikan yang bertugas untuk menguji, memeriksa, memverifikasi, dan memeriksa ulang segala aktivitas kependidikan dengan segala fasilitas penunjangnya. Secara terintegrasi pengawas akademik dapat bertindak sebagai supervisor yang harus membina personil pendidikan lain di sekolah yang berhubungan dengan faktor akademik, antara lain guru, kepala sekolah, pustakawan sekolah, dan teknisi sumber belajar/media pembelajaran di sekolah. 5. Penyusunan Pegawai (Staffing) Seperti fungsi-fungsi administrasi lainnya, staffing juga merupakan fungsi yang tidak kalah pentingnya. Tetapi agak berbeda dengan fungsi lainnya, penekanan dari fungsi ini lebih difokuskan pada sumber daya yang akan melakukan kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan dan diorganisasikan secara jelas pada fungsi perencanaan dan pengorganisasian. Aktifitas yang dilakukan dalam fungsi ini, antara lain menentukan, memilih, mengangkat, membina, membimbing sumber daya manusia dengan menggunakan berbagai pendekatan dan atau seni pembinaan sumber daya manusia. 6. Fungsi Pengarahan (Directing) Pengarahan adalah penjelasan, petunjuk, bimbingan serta pertimbangan terhadap para personil pendidikan yang terlibat, baik yang berada dalam jabatan struktural ataupun fungsional agar pelaksanaan tugas di bidangnya masing-masing dapat berjalan dengan lancar dan tidak menyimpang dari garis program yang telah ditetapkan. Pejabat struktural di lingkungan Kantor Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kepala Dinas Pendidikan Provinsi/Kabupaten/Kota, dan pejabat fungsional seperti pengawas dan kepala sekolah/madrasah sesuai dengan kemampuannya mengarahkan baik tenaga kependidikan maupun tenaga penunjang di lingkungan kerjanya masing-masing. Dalam pelaksanaannya pengarahan ini dapat dilaksanakan bersamaan dengan pengawasan. Di sini manajer memiliki banyak kesempatan untuk memberi petunjuk atau bimbingan bagaimana seharusnya pekerjaan diselesaikan. Jika pengarahan yang disampaikan manajer sesuai dengan kemauan dan kemampuan dari staf, maka staf pun akan termotivasi untuk memberdayakan potensinya dalam melaksanakan pekerjaannya.



7. Fungsi Pengkoordinasian (Coordinating) Pengkoordinasian adalah segenap kegiatan yang ditujukan untuk meng-hubungkan berbagai bagian-bagian pekerjaan dalam suatu organisasi. Mengenai koordinasi terdapat perbedaan pandangan di antara para ahli. Di satu pihak ada yang memandangnya



sebagai



fungsi



administrasi.



Sementara



pihak



yang



lain



menganggapnya sebagai tujuan administrasi. Dalam pandangan yang kedua, keberhasilan koordinasi sepenuhnya tergantung pada keberhasilan atau efektivitas dari fungsi-fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan. Pengkoordinasian merupakan suatu aktivitas manajer untuk membawa orang-orang yang terlibat organisasi ke dalam suasana kerjasama yang harmonis. Dengan adanya pengkoordinasian dapat dihindari kemungkinan terjadinya kesalahan komunikasi, persaingan



yang



tidak



sehat,



dan



kesimpangsiuran



informasi



yang



dapat



membingungkan para pegawai yang terlibat dalam upaya untuk mencapai tujuan organisasi dalam mengambil tindakan yang semestinya dilakukan sesuai prosedur yang berlaku. Di samping itu, dengan koordinasi dapat menyelaraskan semua kebutuhan terhadap sumber daya yang tersedia dalam rangka kerja sama menuju ke satu arah yang telah ditentukan. Koordinasi diperlukan untuk mengatasi kemungkinan terjadinya tumpang tindih dalam tugas, perebutan hak dan wewenang, atau saling merasa lebih penting di antara bagian yang satu dengan bagian lain yang ada dalam organisasi. Pengkoordinasian dalam suatu organisasi, termasuk dalam organisasi pendidikan, dapat dilakukan melalui berbagai cara di antaranya seperti : 1) Melaksanakan penjelasan singkat (briefing) 2) Mengadapan rapat kerja dan koordinasi 3) Memberikan umpan balik terhadap hasil dari suatu kegiatan.



8. Fungsi Pelaporan (Reporting) Segala kegiatan organisasi pendidikan mulai dari perencanaan hingga pengawasan, bahkan pemberian umpan balik tidak memiliki arti jika tidak dicatat secara baik. Kemudian semua proses dan atau kegiatan yang direncanakan dan dilaksanakan dalam organisasi formal, seperti lembaga pendidikan, biasanya selalu dipertanggungjawabkan.



Pertanggungjawaban ini tidak dapat dilakukan jika tidak didukung dengan data-data tentang apa yang telah, sedang, dan akan dilakukan dalam organisasi tersebut, data-data tersebut dapat diperoleh bila dilakukan pencatatan/pendokumentasian (recording) yang baik. Fungsi pelaporan biasanya lebih banyak ditangani oleh bagian ketatusahaan. Hasil catatan tersebut akan digunakan manajer untuk membuat laporan tentang apa yang telah, sedang, dan akan dilakukan dalam upaya pencapaian tujuan pendidikan. Fungsi Pelaporan (Reporting) yang biasanya disertai oleh fungsi Pencatatan (Recording) ini, akan berhasil jika tata kearsipan dapat dikelola secara efektif dan efesien. Dengan pelaporan dimaksudkan sebagai fungsi yang berkaitan dengan pemberian informasi kepada manajer, sehingga yang bersangkutan dapat mengikuti perkembangan dan kemajuan kerja. Jalur pelaporan dapat bersifat vertikal, tetapi dapat juga bersifat horizontal. Pentingnya pelaporan terlihat dalam kaitannya dengan konsep sistem informasi manajemen, yang merupakan hal



penting



dalam



pembuatan



keputusan



oleh



manajer.



Manajer



dapat



menyelenggarakan rapat bulanan yang dihadiri semua staf untuk melaporkan bagaimana organisasi bekerja, hasil yang telah dicapai, pemberian pengumuman, dan seterusnya.



9. Fungsi Pendanaan/Anggaran (Budgeting) Pelaksanaan setiap kegiatan dalam program-program yang telah dibuat dalam suatu organisasi diperlukan pendanaan. Oleh karena itu, pada fungsi ini, organisasi sudah harus menetapkan dari mana sumber keuangannya, akan dipergunakan untuk kegiatan apa saja, bagaimana pengalokasian dan perhitungannya. Penghitungan terhadap berbagai biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan roda organisasi ini dilakukan agar segala pengeluaran tersebut dapat dipertanggungjawabkan oleh para pengelola organisasi tersebut.



D. TUJUAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Tujuan Administrasi Pendidikan Tujuan administrasi pendidikan pada umumnya adalah agar semua kegiatan mendukung tercapainya tujuan pendidikan atau dengan kata lain administrasi yang digunakakn dalam dunia pendidikan diusahakan untuk mencapai tujuan pendidikan. Administrasi pendidikan semakin rumit karena menyangkut masyarakat atau orang tua murid, yang terlibat langsung dalam pendidikan itu. Oleh karena itu, semakin baik administrasi pendidikan ini, semakin yakin pula bahwa tujuan pendidikan itu akan tercapai dengan baik. Sergiovanni dan Carver (1975) menyebutkan empat tujuan administrasi yaitu : a. Efektifitas Produksi b. Efisiensi c. Kemampuan Menyesuaikan Diri (Adaptivenes) d. Kepuasan Kerja Keempat tujuan tersebut dapat digunakan sebagai kriteria untuk menentukan keberhasilan dalam penyelenggaraan sekolah. Sebagai contoh: sekolah memiliki fungsi untuk mencapai efektifitas produksi, yaitu menghasilkan lulusan yang sesuai dengan tuntutan kurikulum. Dalam pencapaian tujuan tersebut harus dilakukan usaha seefisien mungkin, yaitu dengan menggunakan kemampuan dana, dan tenaga semaksimal mungkin, tetapi memberi hasil sebaik mungkin, sehingga lulusan tersebut dapat melanjutkan ke tingkat berikutnya dan dapat menyesuaikan dirinya (adaptivenes) dengan lingkungan sekolahnya yang baru. Selanjutnya lulusan ini akan mencari kerja pada perusahaan yang memberi kepuasan kerja kepada mereka.



The Liang Gie. 1992. Administrasi Perkantoran Modern. Yogyakarta : Liberty. hlm. 56 Oteng Sutisna. 1985. Administrasi Pendidikan Dasar Teoritis untuk Praktek Profesional. Bandung : Angkasa. hlm.174 Ngalim Purwanto. 2019. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung : Rosdakarya. hlm. 16 Yusuf Hadijaya. 2012. Administrasi Pendidikan. Medan : Perdana Publishing. 2012. Proses Administrasi Pendidikan, https://www.blog-guru.web.id/2012/12/prosesadministrasi-pendidikan.html?m=1, diakses pada 22 Maret 2021 pukul 10.17. 2012. Dasar-Dasar Administrasi Pendidikan, http://007indien.blogspot.com/2012/10/dasardasar-administrasi-pendidikan.html#:~:text=Tujuan%20administrasi%20pendidikan%20pada %20umumnya,diusahakan%20untuk%20mencapai%20tujuan%20pendidikan, diakses pada 21 Maret 2021 pukul 17.55.