Kelompok 2 - Perilaku Individu Dan Pengaruhnya Terhadap Organisasi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PERILAKU INDIVIDU DAN PENGARUHNYA TERHADAP ORGANISASI Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah perilaku organisasi



OLEH : Dhini Safira Putri (04020420025) Maulidiyah Ayu Puspita (04020420032) KELAS D1 DOSEN PENGAMPU : M. Adi Trisna Wahyudi, S.Sos, M.M.



PRODI MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2021



KATA PENGANTAR Puji syukur dipanjatkan kepada Allah SWT, Karena berkat rahmatNya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Tidak terlupakan juga Shalawat serta salam disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, serta para keluarga, sahabat, dan umatnya. Adapun maksud dan tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Perilaku Organisasi yang diampu oleh Bapak M. Adi Trisna Wahyudi, S. Sos., M.M. Selain itu kami juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang Keorganisasian khususnya pada bidang Perilaku Individu dan Pengaruhnya terhadap Organisasi. Dengan selesainya makalah ini, kami menyampaikan banyak ucapan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Makalah ini tidak terlepas dari kekurangan dan kelemahan, meskipun itu diupayakan untuk dikerjakan secara sempurna. Untuk itu, saran dan kritik demi perbaikan makalah ini diharapkan dengan sangat. Semoga makalah ini dapat memberikan energi positif dan kemanfaatan bagi mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi. Amin.



Surabaya, 12 September 2021



Penulis



DAFTAR ISI



Contents



KATA PENGANTAR



2



DAFTAR ISI



3



BAB I



3



A.



Latar Belakang Masalah



3



B.



Rumusan Masalah



3



C.



Tujuan



3



BAB II



4



A.



Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Individu



4



B.



Teori dan Prinsip Motivasi



9



a.



Definisi Motivasi



b.



Teori Motivasi



9 10



C.



Penerapan Motivasi dalam Organisasi



14



D.



Imbalan, Hukuman, dan Disiplin



15



1.



Imbalan



15



2.



Disiplin



15



3.



Hukuman



17



E.



Tekanan (Stress) Individu



18



1.



Pengertian Stress



18



2.



Faktor- Faktor Penyebab Stress



19



3.



Mengatasi Stress



20



PENUTUP



24



A.



Kesimpulan



24



B.



Saran



24



DAFTAR PUSTAKA



25



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perilaku organisasi mengajarkan tiga faktor penentu perilaku dalam organisasi yang meliputi individu, kelompok dan struktur (Kreitner dan Kinicki. 2005). Keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuan sangat bergantung pada perilaku dan sikap organisasi dengan mensinerjikan berbagai sumber daya termasuk sumber daya manusia, sumber daya alam, ilmu pengetahuan dan tehknologi. Dengan kata lain, keberhasilan mencapai tujuan tergantung kehandalan dan kemampuan orang-orang mengoperasikan unit-unit kerja yang terdapat dalam organisasi. Perilaku organisasi pada hakikatnya adalah hasilhasil interaksi antara individu-individu dalam organisasinya. Oleh karena itu untuk memahami perilaku organisasi sebaiknya diketahui terlebih dahulu individu-individu sebagai pendukung organisasi tersebut. Dalam memahami perilaku individu diperlukan pemahaman terhadap karakteristik-karakteristik yang berbeda-beda sehingga mempengaruhi pola dan sistem kerja organisasi seperti Motivasi. Ketika suatu individu dapat mengenali dirinya, ia akan dapat mengetahui bagaimana cara ia bersikap dalam sebuah organisasi. Ketika ia mengerjakan suatu tugas organisasi dengan baik atau buruk, maka ia akan mendapatkan konsekuensi berupa imbalan atau hukuman. Kecenderungan individu yang tidak dapat mengenali dirinya dapat memicu tekanan dalam dirinya. B. Rumusan Masalah 1. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku individu? 2. Apa saja prinsip dan teori motivasi ?



3. Bagaimana penerapan motivasi dalam organisasi ? 4. Apa yang dimaksud dengan imbalan, hukuman dan disiplin ? 5. Apa yang dimaksud dengan tekanan (stress) individu ? C. Tujuan 1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku individu. 2. Untuk mengetahui prinsip dan teori motivasi. 3. Untuk mengetahui penerapan motivasi dalam organisasi. 4. Untuk mengetahui definisi imbalan, hukuman dan disiplin. 5. Untuk mengetahui definisi tekanan (stress) individu.



BAB II PEMBAHASAN A. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Individu Pentingnya memahami perilaku individu dikarenakan setiap individu memiliki karakteristik-karakteristik yang berbeda-beda sehingga mempengaruhi pola dan sistem kerja organisasi. Fred Luthans mengatakan: “Human behavior in organizations is complex and often difficult to understand. Organizations have been described as clockworks in which human behavior is logical and rational, but they often seem like snake pits to those who work in them.” Perilaku individu adalah segala hal yang dilakukan seseorang, baik yang dipengaruhi secara langsung maupun tidak langsung yang dapat mempengaruhi keberadaannya (prestasi) dan lingkungannya ( rekan kerja, pimpinan, dan organisasi). Hal ini berarti bahwa setiap tindakan yang dilakukan oleh seseorang jelas akan memberi dampak pada lingkungan sekitarnya (Arifin, 2003). Perilaku pada dasarnya ditujukan untuk mencapai tujuan. Dengan kata lain, perilaku pada umumnya dimotivasi oleh suatu keinginan untuk mencapai tujuan. Lewis (1989:120) mengatakan “One of the most common views of motivation is that it is a process of satisfying needs as people move toward their primary goal of feeling a sense of well being. If a need is not satisfied, or if a satisfied need is threatened a problem exists that seeks solution.” Tujuan tertentu tidak selalu diketahui secara sadar oleh seorang individu. Perangsang-perangsang yang memotivasi pola-pola perilaku individu tertentu sampai suatu tingkat tertentu adalah di bawah sadar dan karenanya tidak mudah diperiksa dan dinilai (Moekijat, 2002:14). Secara umum, Agarwala (1993:284) mengemukakan bahwa perilaku manusia meliputi tiga elemen yaitu: (1) behaviour is caused by needs; (2) needs create tension and discomfort; and (3) behaviour is goal oriented



. Satuan perilaku yang pokok adalah kegiatan. Sesungguhnya semua perilaku merupakan serentetan kegiatan-kegiatan. Untuk meramalkan perilaku, manajer atau pimpinan harus mengetahui motif-motif atau kebutuhankebutuhan orang apakah yang menyebabkan timbulnya suatu kegiatan tertentu pada suatu waktu tertentu (Moekijat, 2002:15). Menurut teori-teori behavioristik yang menekankan studinya tentang perilaku, setiap perilaku dirangsang oleh kebutuhan primer tertentu, dan kalau kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka tidak akan terjadi proses belajar. Dilain pihak, teori kognitif berpendapat bahwa proses belajar dapat terjadi tanpa dipenuhinya kebutuhan tertentu



(Sarlito,



2002:84).



Perilaku



individu



dapat



bersifat



positif



(membangun) dan sebaliknya juga dapat bersifat negatif (merugikan). Beberapa faktor internal yang mempengaruhi perilaku individu dalam organisasi adalah sebagai berikut1: 1. Motivasi Motivasi



adalah



keinginan



untuk



melakukan



sesuatu



dan



menentukan kemampuan bertindak untuk memuaskan kebutuhan individu. Suatu kebutuhan (need), dalam terminologi berarti suatu kekurangan secara fisik atau psikologis yang membuat keluaran tertentu terlihat menarik (Robinns,S, 2002: 55).Motivating adalah keseluruhan proses pemberian motivasi (dorongan) kepada para pegawai agar mereka mau dan suka bekerja sehingga tujuan organisasi dapat tercapai secara efektif dan efisien (Wursanto, 2003: 267). Motivasi memiliki hubungan dengan perilaku dapat terwujud dalam enam variasi berikut (Sutarto, 1984; 275) dimana Sebuah perilaku dapat hanya dilandasi oleh sebuah motivasi, atau bebrapa motivasi atau dapat pula karena



1



Hendry Selainno, FAKTOR INTERNAL YANG MEMPENGARUHI PERILAKU ORGANISASI, Populis, Volume 8 No. 2. Oktober 2014. Hlm. 47-52.



motivasi yang sama atau berbeda, serta dapat dilandasi oleh motivasi yang sama atau berbeda.



2. Persepsi Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan, yaitu suatu stimulus yang diterima oleh individu melalui alat reseptor yaitu indera. Alat indera merupakan penghubung antara individu dengan dunia luarnya.



Persepsi



merupakan



stimulus



yang



diindera



oleh



individu,



diorganisasikan kemudian diinterpretasikan sehingga individu menyadari dan mengerti tentang apa yang diindera. Dengan kata lain persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi kedalam otak manusia. Persepsi merupakan keadaan integrated dari individu terhadap stimulus yang diterimanya. Apa yang ada dalam diri individu, pikiran, perasaan, pengalamanpengalaman individu akan ikut aktif berpengaruh dalam proses persepsi. Menurut Kotler (2000) menjelaskan persepsi sebagai proses bagaimana seseorang menyeleksi, mengatur dan menginterpretasikan masukan-masukan informasi untuk menciptakan gambaran keseluruhan yang berarti memberikan definisi persepsi adalah proses kognitif yang dipergunakan oleh individu untuk menafsirkan dan memahami dunia sekitarnya (terhadap obyek). Persepsi berarti analisis mengenai cara mengintegrasikan penerapan kita terhadap halhal di sekeliling individu dengan kesan-kesan atau konsep yang sudah ada, dan selanjutnya disimpulkan



mengenali bahwa



benda pengertian



tersebutDari persepsi



pendapat



tersebut



dapat



merupakan



suatu



proses



penginderaan, stimulus yang diterima oleh individu melalui alat indera yang kemudian diinterpretasikan sehingga individu dapat memahami dan mengerti tentang stimulus yang diterimanya tersebut. Proses menginterpretasikan



stimulus ini biasanya dipengaruhi pula oleh pengalaman dan proses belajar individu 3. Sikap Sikap adalah pernyataan-pernyataan evaluatif baik yang diinginkan atau tidak diinginkan, mengenai objek orang atau peristiwa yang berhubungan yang dapat diketahui dengan melihat tiga komponen sikap yaitu: komponen kognitif, komponen afektif dan komponen perilaku. Komponen kognitif merupakan pernyataan nilai bahwa nilai demokrasi itu salah, komponen afektif adalah komponen yang merupakan segmen emosional dari sikap, sedangkan komponen perilaku sikap adalah komponen yang berfungsi untuk berperilaku dalam waktu tertentu terhadap seseorang atau sesuatu. .Sikap adalah evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya sendiri,orang lain, obyek atau issu Ada tiga komponen yang secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude) yaitu : a. Kognitif (cognitive) Berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi obyek sikap. Sekali kepercayaan itu telah terbentuk maka ia akan menjadi dasar seseorang mengenai apa yang dapat diharapkan dari obyek tertentu. b. Afektif (affective) Menyangkut masalah emosional subyektif seseorang terhadap suatu obyek sikap. Secara umum komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki obyek tertentu. c.



Konatif (conative) Komponen konatif atau komponen perilaku dalam struktur sikap menunjukkan



bagaimana



perilaku



atau



kecenderungan



berperilaku dengan yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan obyek sikap yang dihadapi (Notoatmodjo ,1997).



4. Kepribadian Ketika kita berbicara tentang keperibadian, kita tidak berbicara bahwa orang mempunyai pesona pandangan positif terhadap kehidupan. Ketika seorang psikolog berbicara tentang kepribadian mereka menggambarkan hal dinamik yang menggambarkan pertumbuhan dan perkembangan seluruh sistem psikologis seseorang. Gordon Allport mengatakan bahwa keperibadian adalah organisasi dinamik dalam individu dan mempunyai sistem psikologis yang menentukan penyesuaian unik terhadap lingkungan. Keperibadian seseorang dipengaruhi oleh hasil dari keturunan dan lingkungan. Faktor keturunan ditentukan oleh faktor-faktor sejak lahir, misalnya ukuran fisik, daya tarik wajah, jenis kelamin, tempramen, komposisi dan refleksi otot merupakan sebuah ritme yang dianggap dari orang tua yakni susunan biologis, psikologis, fisiologis inheren mereka. Akan tetapi jika keperibadian sepenuhnya ditentukan oleh faktor keturunan, ciriciri tersebut sudah ada sejak dilahirkan dan tidak ada pengalaman yang bisa menggantikannya, yang hal itu sangat tidak mungkin untuk merubah faktor tersebut. Padahal faktor keperibadian tidak sepenuhnya di tentukan oleh faktor keturunan. Di antara faktor yang memberi tekanan pada pembentukan keperibadian adalah kebudayaan dimana kita dibesarkan, pengkondisian awal, keluarga, teman, kelompok sosial dan pengaruh-pengaruh lain yang kita alami. Faktor lingkungan ini mempunyai peranan yang penting dalam membentuk keperibadian kita. Selain itu situasi juga mempengaruhi dampak keturunaan dan lingkungan pada kepribadian individu, walaupun pada umumnya stabil dan konsisten dalam situasi yang berbeda-beda, yang menimbulkan situasi aspek yang berbeda pada seseorang, oleh karena itu sebaiknya dalam melihat pola-pola keperibadian tidak secara terpisah. 5. Pembelajaran



Pembelajaran merupakan suatu peristiwa yang dapat terjadi setiap saat. Oleh karena itu pembelajaran diartikan suatu perubahan perilaku yang relatif permanen yang terjadi setiap saat (Weiss, 1990). Dari definisi tersebut dapat dijelaskan bahwa dalam pembelajaran mengandung makna: Pertama, bahwa pembelajaran melibatkan perubahan, dari sudut pandang organisasi pembelajaran ini bisa mempunyai dampak baik dan ada yang berdampak buruk, karena banyak orang yang belajar perilaku yang tidak baik dan ada pula orang yang belajar perilaku yang baik. Kedua, perubahan ini harus relatif permanen, hal ini dapat menggambarkan bahwa selama ini perubahan hanya sementara



dan



mengesampingkan



relatif



gagal,



perubahan



oleh



karena



merupakan



itu



suatu



pembelajaran kelemahan.



yang Ketiga,



Mendefinisikan pada fokus perilaku, pembelajaran berlangsung ketika terjadi tindakan, perubahan langsung merupakan pembelajaran yang terjadi apabila terdapat perubahan perilaku pada individu. Untuk mengenal pola-pola perilaku dalam pembelajaran maka kita harus mengetahui terlebih dahulu teori-teori perilaku. Robbins (2003) mengenalkan tiga teori pola perilaku yaitu teori pengkondisian klasik (classical conditioning), pengkondisian operant (operant conditioning), dan pembelajaran sosial (sosial learning). Pengkondisian klasik merupakan tipe pengkondisisn yang didalamnya individu dapat menanggapi sebuah rangsangan yang biasa menghasilkan tanggapan. Pengkondisian klasik pada hakikatnya, mempelajari respon terkondisi yang melibatkan pembinaan ikatan antara rangsangan tak tekondisi, dengan menggunakan rangsangan berpasangan yang satu memaksa dan yang lain berpasangan, rangsangan netral menjadi rangsangan terkondisi dan yang lain meneruskan rangsanganrangsangan



tak



terkondisi.



Pengkondisian



operat



merupakan



tipe



pengkondisian perilaku sukarela yang diharapkan untuk mendapatkan hadiah atau mencegah hukuman. Kecenderungan untuk mengurangi perilaku ini dipengaruhi oleh ada tidaknya penguatan yang dihadirkan oleh konsekuensi-



konsekuensi perilaku tersebut. Oleh karena itu penguatan perilaku tertentu akan meningkatkan perilaku itu untuk diulangi. Hadiah akan lebih efektif jika segera diberikan menyusul respon yang diinginkan, disamping itu, perilaku yang tidak diberikan penghargaan akan lebih kecil kemungkinan untuk diulang. Teori pembelajaran sosial, dimana manusia dapat belajar melalui pengamatana dan pengalaman langsung Terdapat empat cara dalam membentuk perilaku yaitu: melalui pengauatan positif, penguatan negatif, hukuman dan pemusnahan. Penguatan positif menyusul sesuatu respon yang sangat menyenangkan sebagai contoh memuji karyawan yang menyelesaikan pekerjaannya yang lebih baik, apabila tanggapan tersebut diikuti oleh penghentian atau penarikan kembali sesuatu yang tidak menyenangkan maka respon tersebut berubah menjadi respon negatif. Sedangkan hukuman merupakan kondisi yang tidak menyenangkan dalam menyingkirkan perilaku yang tidak diinginkan. Belajar menggambarkan perubahan dalam perilaku seseorang individu yang bersumber dari pengalaman. Seringkali perilaku manusia diperoleh dari mempelajari sesuatu. B. Teori dan Prinsip Motivasi a. Definisi Motivasi Motivasi berasal dari kata latin Motive yang berarti dorongan. Motif diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri organisme yang mendorong untuk berbuat (driving force). Motif tidak berdiri sendiri, tetapi saling berkaitan dengan faktor-faktor lain, baik faktor eksternal, maupun faktor internal. Hal-hal yang mempengaruhi motif disebut motivasi.2 b. Teori Motivasi 1. Teori Abraham H. Maslow (Teori Kebutuhan)



2



Widayat Prihartanta, TEORI-TEORI MOTIVASI . Jurnal Adabiya, Vol. 1 No. 83 Tahun 2015



Teori motivasi ini pada intinya berkisar pada pendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat atau hierarki kebutuhan yaitu : a. Kebutuhan fisiologikal (physiological needs), seperti: lapar, haus, dan istirahat. b. Kebutuhan rasa aman (safety needs), tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual c. Kebutuhan akan kasih sayang (love needs) d. Kebutuhan akan harga diri (esteem needs), pada umumnya tercermin dalam berbagai simbol-simbol status; dan e.



Aktualisasi diri (self actualization), dalam arti tersedianya kesempatan seseorang mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata.



2. Teori Mc Clelland (Teori Kebutuhan Berprestasi) Dari Mc Clelland dikenal tentang teori kebutuhan untuk mencapai prestasi atau Need for Acievement (N.Ach) yang menyatakan bahwa motivasi berbeda-beda, sesuai dengan kekuatan kebutuhan seseorang akan prestasi. Menurut Mc Clelland karakteristik orang yang berprestasi tinggi (high achievers) memiliki tiga ciri umum yaitu : a. Preferensi untuk mengerjakan tugas-tugas dengan derajat kesulitan moderat b. Menyukai situasi-situasi di mana kinerja mereka timbul karena upaya-upaya mereka sendiri, dan bukan karena faktor-faktor lain c. Menginginkan umpan balik tentang keberhasilan dan kegagalan mereka, dibandingkan dengan mereka yang berprestasi rendah. 3. Teori Clyton Alderfer (Teori “ERG”)



Teori Alderfer dikenal dengan akronim “ERG”. Akronim “ERG” dalam teori Alderfer merupakan huruf-huruf pertama dari tiga istilah yaitu : E = Existence (kebutuhan akan eksistensi), R = Relatedness (kebutuhan untuk berhubungan dengan pihak lain, dan G = Growth (kebutuhan akan pertumbuhan). Jika diperhatikan secara saksama, maka teori Alfeder menunjukkan bahwa: a. Makin tidak terpenuhinya suatu kebutuhan tertentu, makin besar pula keinginan untuk memuaskannya; b.



Kuatnya keinginan memuaskan kebutuhan yang “lebih tinggi” semakin besar apabila kebutuhan yang lebih rendah telah dipuaskan;



c. Sebaliknya, semakin sulit memuaskan kebutuhan yang tingkatnya lebih tinggi, semakin besar keinginan untuk memuaskan kebutuhan yang lebih mendasar. d. Pandangan ini didasarkan kepada sifat pragmatisme oleh manusia. Artinya,



karena



menyadari



keterbatasannya,



eseorang



dapat



menyesuaikan diri pada kondisi obyektif yang dihadapinya dengan antara lain memusatkan perhatiannya kepada hal-hal yang mungkin dicapainya. 4. Teori Herzberg (Teori Dua Faktor) Teori ini terbagi menjadi dua, yakni faktor motivasional dan faktor hygiene atau “pemeliharaan” a. Faktor Motivasional Fakor motivasional merujuk pada aspek-aspek intrinsik seseorang yang mendukung pencapaiannya. Contohnya: pekerjaan seseorang, keberhasilan yang diraih, kesempatan bertumbuh, kemajuan dalam karier dan pengakuan orang lain. b. Faktor Hygiene



Faktor hygiene atau pemeliharaan berasal dari luar individu atau bersifat ekstrinsik. Faktor ini mempengaruhi perilaku individu dalam kehidupannya. 5. Teori Keadilan Teori ini pada dasarnya memandang bahwa manusia memiliki dorongan untuk menghapus kesenjangan antara usaha yang dilakukan untuk kepentingan organisasi dengan imbalan yang diterima. Dengan kata lain, jika seorang pegawai berpikir bahwa imbalannya tidak sesuai maka kemungkinan berikut bisa saja terjadi: a.



Seorang akan berusaha memperoleh imbalan yang lebih besar,



atau Mengurangi intensitas usaha yang dibuat dalam melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya. b.



Jika tidak memungkinkan, seseorang bisa saja mundur dari



jabatannya untuk menghapus perasaan kecewa. 6. Teori Penetapan Tujuan (Goal Setting Theory) Dalam teorinya, Edwin Locke menjabarkan empat macam mekanisme motivasional dalam menetapkan suatu tujuan, yaitu: a. Tujuan-tujuan mengarahkan perhatian; b. Tujuan-tujuan mengatur upaya; c. Tujuan-tujuan meningkatkan persistensi; dan d. Tujuan-tujuan menunjang strategi-strategi dan rencana-rencana kegiatan 7. Teori Victor H. Vroom (Teori Harapan ) Victor H. Vroom, melalui bukunya yang berjudul “Work And Motivation”, mengemukakan suatu teori yang disebut “Teori Harapan”. Teori ini menjelaskan motivasi sebagai hasil proses dari target yang ingin dicapai dan perkiraan seseorang bahwa usahanya akan membawa individu tersebut kepada



hasil yang ingin diperolehnya. Dengan kata lain, melalui keinginan yang kuat serta didukung oleh situasi yang memungkinkan, seseorang akan berusaha keras untuk mencapai target tersebut 8. Teori Kaitan Imbalan dengan Prestasi Teori ini menggambarkan bahwa motivasi seseorang dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari dalam (internal) maupun dari luar (eksternal) individu tersebut. Faktor internal meliputi : persepsi seseorang mengenai diri sendiri, harga diri, harapan pribadi, kebutuhan, keinginan, kepuasan kerja, dan prestasi kerja yang dihasilkan. Sementara itu, faktor eksternal mencakup: a. jenis dan sifat pekerjaan b. kelompok kerja dimana seseorang bergabung c. organisasi tempat bekerja d. situasi lingkungan pada umumnya e. sistem imbalan yang berlaku dan cara penerapannya. 3



C. Penerapan Motivasi dalam Organisasi 1. Motivasi Prestasi (Achievement Motivation) adalah dorongan dalam diri individu untuk mengatasi segala tantangan dan hambatan dalam upaya mencapai tujuan. Sejumlah karakteristik menunjukan para pegawai yang berorientasi prestasi. Mereka bekerja keras apabila mereka memandang bahwa mereka akan memperoleh kebanggaan pribadi atas upaya mereka, apabila hanya terdapat sedikit resiko gagal, dan apabila mereka mendapat balikan spesifik tentang prestasi diwaktu lalu. 2. Motivasi



Afiliasi



(Affiliation



Motivation)



adalah



dorongan



untuk



berhubungan dengan orang-orang atas dasar sosial. Perbandingan antara pegawai yang bermotivasi karena berprestasi dengan pegawai yang 3



Syamsu Q. Badu & Novianty Djafri. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi (Gorontalo : Ideas Publishing, September 2017), hlm 83



bermotivasi karena afiliasi menggambarkan bagaimana kedua pola itu mempengaruhi perilaku. Orang-orang yang bermotivasi prestasi bekerja lebih keras apabila mereka menyediakan penilaian rinci tentang perilaku kerja mereka, sedangkan orang-orang yang bermotivasi afiliasi bekerja lebih baik apabila mereka dipuji karena sikap dan kerja sama mereka yang menyenangkan. 3. Motivasi Kompetensi (Competence Motivation) adalah dorongan untuk mencapai keunggulan kerja, meningkatkan keterlampilan pemecahan masalah, dan berusaha keras untuk inovatif. Orang-orang yang bermotivasi kompetensi juga mengharapkan adanya hasil yang berkualitas tinggi dari rekan mereka dan mungkin terasa tidak sabar apabila orang-orang yang bekerja dengan mereka tidak melakukan pekerjaan dengan hasil yang baik. 4. Motivasi



Kekuasaan



(Power



Motivation)



adalah



dorongan



untuk



mempengaruhi orang-orang, mengubah situasi dan cenderung bertingkah laku otoriter. Orang-orang yang bermotivasi kekuasaan merupakan manajer yang istimewa apabila dorongan itu lebih tertuju pada kekuasaan pribadi. Kekuasaan lembaga adalah kebutuhan untuk mempengaruhi perilaku orangorang demi kebaikan organisasi secara keseluruhan.



D. Imbalan, Hukuman, dan Disiplin 1. Imbalan Imbalan ialah setiap akibat yang dinilai positif yang diperoleh seseorang dari suatu hubungan. Imbalan berupa uang, penerimaan sosial atau dukungan terhadap nilai yang dipegangnya. Nilai suatu ganjaran berbeda-beda antara seseorang dengan yang lain, dan berlainan antara waktu yang satu dengan waktu yang lain. Malayu S. P. Hasibuan mengemukakan bahwa, “imbalan atau kompensasi adalah semua pendapatan yang berbentuk uang, barang langsung



atau tidak langsung yang diterima karyawan sebagai imbalan atas jasa yang diberikan kepada perusahaan”. Kompensasi yang baik akan memberikan beberapa efek positif pada perusahaan/ organisasi sebagai berikut: a. Mendapatkan karyawan berkualitas baik b. Memacu pekerja untuk bekerja lebih giat dan meraih prestasi gemilang c. Memikat pelamar kerja berkualitas dan lowongan kerja yang baik · Mudah dalam pelaksanaan dan administrasi maupun aspek hukumnya d. Memiliki keunggulan lebih dari pesaing/competitor4 2. Disiplin Disiplin adalah sikap dari seseorang/kelompok orang yang senantiasa berkehendak



untuk



mengikuti/mematuhi



segala



aturan/keputusan



yang



ditetapkan. (M.Sinungan 1997). Dalam kesempatan yang berbeda, banyak pula ahli yang memberikan pengertian tentang disiplin, walaupun dengan sudut pandang yang berbeda. Salah satu di antara para ahli tersebut adalah Nitisemito (1996) yang menjelaskan bahwa disiplin adalah suatu sikap atau tingkah laku dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan dari instansi perusahaan, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Menurut The Liang Gie (1981) disiplin diartikan sebagai suatu keadaan tertib dimana orang- orang tergabung dalam organisasi tunduk pada peraturan yang



telah



ditetapkan



dengan



senang



hati.



orang/sekelompok



orang.



Kedisiplinan adalah kesadaran dan ketaatan seseorang terhadap peraturan organisasi lembaga dan norma sosial yang berlaku. (Hasibuan, 2001). T. Hani Handoko (2008) menggolongkan jenis-jenis disiplin antara lain:



4



Rahmi Widyanti, Perilaku Organisasi. Universitas Islam Kalimantan MAB Banjarmasin 2019



a. Disiplin Preventif Disiplin preventif merupakan kegiatan yang dilaksanakan dengan maksud untuk mendorong para karyawan agar sadar mentaati berbagai standar dan aturan, sehingga dapat dicegah berbagai penyelewengan atau pelanggaran. Yang utama dalam hal ini adalah ditumbuhkannya “self discipline” pada setiap karyawan tanpa terkecuali. b. Disiplin Korektif Disiplin korektif merupakan kegiatan yang diambil untuk menangani pelanggaran yang terjadi terhadap aturan-aturan, dan mencoba untuk menghindari pelanggaran-pelanggaran lebih lanjut. Kegiatan korektif ini berupa suatu bentuk hukuman atau tindakan pendisiplinan (disciplinary action), yang wujudnya dapat berupa “peringatan” ataupun berupa “schoring”. Semua sasaran pendisiplinan tersebut harus positif, bersifat mendidik dan mengoreksi kekeliruan untuk tidak terulang kembali.5 3. Hukuman Menurut Mangkunegara (2013:130) “Hukuman merupakan ancaman yang bertujuan untuk memperbaiki karyawan pelanggar, memelihara peraturan yang berlaku dan memberikan pelajaran kepada pelanggar”. Menurut Rivai (2013:450) jenis-jenis Hukuman dapat diuraikan sebagai berikut: a. Hukuman ringan : 1) Teguran lisan kepada karyawan yang bersangkutan. 2) Teguran tertulis. 3) Pernyataan tidak puas secara tidak tertulis. b. Hukuman sedang 5



Tito Irwanto Tri & Febrina Melinda. Pengaruh Disiplin Dan Motivasi Dan Kinerja Pegawai Dinas Peternakan Dan Kesehatan Hewan Provinsi Bengkulu. Fakultas Ekonomi Universitas Dehasen Bengkulu



1) Penundaan kenaikan gaji yang sebelumnya telah direncanakan sebagaimana karyawan lainnya. 2) Penurunan gaji yang besarnya disesuaikan dengan peraturan perusahaan. 3) Penundaan kenaikan pangkat atau Promosi c. Hukuman berat : 1) Penurunan pangkat atau demosi. 2) Pembebasan dari jabatan. 3) Pemberhentian kerja atas permintaan karyawan yang bersangkutan. 4) Pemutusan hubungan kerja sebagai karyawan di perusahaan. Syarat-syarat dari Hukuman dibuat agar pihak perusahaan dan karyawan tahu kapan dan bagaimana Hukuman itu harus dilaksanakan. Menurut Suprihanto, Harsiwi, dan Hadi (2003:59) agar Hukuman efektif, maka harus mempertimbangkan kondisi sebagai berikut : a. Penentuan waktu (timing) b. Intensitas (Intensity) c. Penjadwalan (scheduling) d. Kejelasan Alasan (claritying the reason) e. Tidak bersifat pribadi (impersonal)6 E. Tekanan (Stress) Individu 1. Pengertian Stress Kata stres berasal dari bahasa latin “Stringere” yang berarti ketegangan atau tekanan. Munculnya reaksi stres, yang kemunculannya tidak diharapkan orang–orang, biasanya disebabkan oleh tingginya tuntutan dari lingkungan sekitar terhadap seseorang sehingga keseimbangan antara kemampuan dan kekuatan terganggu; hal ini dikenal sebagai distress. Penyebab distress adalah situasi menekan, berasal dari tugas berat atau yang dilakukan dalam situasi yang tidak kondusif, yang terus-menerus 6



Faisal Arif Pratama dkk. PENGARUH IMBALAN DAN HUKUMAN TERHADAP KEPUASAN KERJA DAN KINERJA KARYAWAN Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 22 No. 1 Mei 2015 Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang.



dirasakan seseorang; jenis stres seperti ini juga disebabkan oleh trauma. Sopiah (2008: 85) mengungkapkan bahwa “stres merupakan suatu respons adoptif terhadap suatu situasi yang dirasakan menantang atau mengancam kesehatan seseorang”. Dengan uraian definisi di atas, memahami konsep stres secara keseluruhan cukup sulit karena beragam pemahaman oleh para ahli di atas. Akan tetapi, stress pada hakekatnya adalah tekanan yang disebabkan oleh beban pekerjaan dan berbagai hal lain terhadap seorang individu hingga mereka merasa kesulitan untuk menyelesaikan tugas atau kewajiban yang diembannya.7 2. Faktor- Faktor Penyebab Stress Beberapa hal penyebab stres adalah sebagai berikut: a.



Faktor Lingkungan Ketidakpastian ekonomi, misalnya ketika seorang



individu merasa



cemas



terhadap



kelangsungan



pekerjaan



mereka.



Ketidakpastian  politik, misalkan adanya konflik yang diakibatkan oleh perebutan kekuasaan. Perubahan teknologi, salah satunya ancaman teror bom yang disebarkan melalui media elektronik, serta pembuatan bom dari alat elektronik lainnya. b.



Faktor Organisasional Tuntutan tugas, di antaranya desain pekerjaan



individual, kondisi pekerjaan, dan tata letak fisik  pekerjaan. Tuntutan peran, yaitu beban yang terlalu berlebih yang diemban seorang individu dalam suatu organisasi. Tuntutan antarpersonal, contohnya hubungan relasi yang buruk atau tidak adanya dukungan dari pihak-pihak tertentu. c.



Faktor Personal Persoalan keluarga, yaitu masalah finansial yang



disebabkan karena tidak memiliki pekerjaan sehingga merusak hubungan keluarga. Persoalan ekonomi, yaitu adanya ketidaksesuaian antara ekspektasi dan realita. 7



Syamsu Q. Badu & Novianty Djafri. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi (Gorontalo : Ideas Publishing, September 2017), hlm 92-98.



d.



Berasal dari kepribadiannya sendiri



Berbagai masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, baik dari masalah personal, organisasi, dan lingkungan, keseluruh persoalan ini sangat tidak diharapkan oleh setiap orang dalam situasi apapun, utamanya dalam konteks pekerjaan. Di samping itu, organisasi juga tidak mengharapkan setiap anggotanya mengalami problematika yang demikian. Karenanya, seorang pemimpin atau manajer memiliki andil dalam menyelesaikan masalah-masalah yang dialami para anak buahnya sehingga tidak mengganggu kinerja mereka dan organisasi. 3. Mengatasi Stress Uraian di bawah ini merupakan beberapa cara dalam mengatasi stress : a. Menghindari mekanisme pertahanan diri yang kaku Mekanisme ini muncul dan menetap saat seseorang terlalu menghayati perasaan cemas dan tidak aman sehingga melahirkan perasaan bersalah dan/atau mengganggu “ego”. Guna menghilangkan perasaan tersebut, seorang individu secara tanpa sadar mengembangkan lapisan-lapisan sebagai mekanisme pertahanan; hal ini lumrah terjadi dalam setiap diri manusia.



Sebagai



contoh,



saat



seseorang



harus



berkonsentrasi



menghadapi ujian dan di saat yang sama sedang bermasalah dengan kekasihnya. Dalam situasi tersebut, orang tersebut akan mementingkan ujiannya ketimbang sang kekasih. Sama halnya dengan kasus seorang ibu yang dirundung duka akibat kematian anaknya karena kecelakaan. Si ibu mungkin dalam kurun waktu tertentu merasa tidak percaya akan kepergian anaknya. Mekanisme pertahanan diri yang terlalu berlebihan malah akan mengganggu diri sendiri, dan tidak menutup kemungkinan, orang lain di sekitarnya. b. Menghindari (avoidance)



Inti dari mekanisme ini adalah menghindari segala sesuatu penyebab stres untuk menghindari hal-hal penyebab stres. Tetapi, jika stres tidak dapat terhindarkan setidaknya seseorang menjadi lebih siap dalam menghadapinya karena telah terlebih dahulu mengindentifikasi dampak yang ditimbulkan dari stres yang dialaminya sehingga orang tersebut mampu bersikap bijak dan lebih santai dalam menghadapi stres. Contohnya, saat mengemudi seseorang menghindari jalanan macet dan mencari alternatif lain yang lebih lancar meskipun bisa saja ia malah memutar lebih jauh. Mekanisme menarik diri atau menghindar terkadang efektif guna menekan situasi yang tidak dapat diatasi. Selalu menghindar dari masalah malah justru mempersulit seseorang mengembangkan dirinya. Di samping itu, sikap yang demikian hanya menimbulkan kesan bahwa seseorang tidak mampu untuk bersikap asertif. Dengan kata lain, mekanisme ini sebaiknya dilakukan pada kasus tertentu saja dan tidak diterapkan secara kontinyu. c. Melatih asertivitas Tidak jarang kita temui seseorang yang suka bersikap semaunya atau sedapat



mungkin



memanfaatkan



kelemahan



orang



lain.



Dalam



menghadapi orang yang demikian sangatlah penting untuk melatih asertivitas. Sederhananya, seorang individu dapat dikategorikan telah bersikap asertif jika ia mampu membina hubungan sosial dengan orang lain dengan jujur, mengemukakan pandangan dan memiliki sikap yang mungkin saja berbeda secara terbuka dan tegas namun tetap menghargai lawan bicaranya. Bersikap diam, pasif, dan memendam perasaan jengkel bukan merupakan ciri sikap asertif. Sementara itu, meluapkan emosi dengan memaki atau melakukan kekerasan fisik juga bukan sifat asertif melainkan agresif.



d. Mengalihkan stressor menjadi hal positif Mekanisme ini adalah dengan tidak membiarkan stessor mengambil kendali penuh terhadap diri seseorang sehingga terhindar dari stres. contoh dari mekanisme ini adalah saat merasa bosan menunggu seseorang atau dalam perjalanan jauh, kita dapat mengalihkan perasaan jemu dengan membaca atau mendengarkan musik. e. Berkompromi Kompromi



dapat



diwujudkan



secara



pasif,



yaitu



mencoba



menyesuaikan diri dengan tuntutan tanpa mengubah sesuatu yang telah ada. Mekanisme ini umum dijumpai pada individu yang selalu mengikuti apapun tuntutan yang diberikan guna menghindari konflik walaupun sebenarnya tuntutan tersebut kurang adil baginya. Upaya yang demikian ini disebut konformitas. Bentuk lain dari kompromi adalah usaha yang dilakukan oleh dua pihak untuk saling beradaptasi satu sama lain; hal ini juga dikenal dengan istilah negosiasi. Hal ini dikarenakan tidak adanya paksaan yang mementingkan satu pihak saja sehingga masalah mampu diselesaikan secara lebih baik. Cara lain, namun jarang digunakan, adalah substitusi. Jika seorang individu mengalami hambatan saat akan melakukan sesuatu, maka ia akan mengganti tujuan tersebut yang masih relevan dengan kegiatan sebelumnya. Contoh dari kasus ini adalah seorang mahasiswa farmasi yang sebelumnya ingin mendaftar ke sekolah kedokteran. Karena alasan finansial, mahasiswa ini mengurungkan niatnya dan akhirnya memilih bidang lain yang menyediakan bantuan dana padanya. f. Mitigasi (mitigation)



Proses mengelola stres juga dapat dilakukan jika seseorang rajin memelihara kondisi tubuh dengan berolah raga. Manfaat olahraga tidak hanya membantu memelihara kondisi tubuh tetapi juga jiwa seseorang. Cara-cara yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut: a) Olahraga. Olahraga secara teratur mampu meningkatkan kualitas tidur di samping membuat tubuh semakin sehat. Hal ini disebabkan karena olahraga membuat otot dan saraf dapat beristirahat dengan baik. Selain itu, olahraga juga berfungsi sebagai psychological relaxer yang mampu mengalihkan hal-hal pemicu stres. b) Rekreasi. Menjauhkan segala pikiran negatif dan emosi yang dapat memicu stres juga dapat dilakukan dengan rekreasi. Jika dilakukan dengan gembira, rekreasi sekaligus istirahat singkat mampu menyegarkan kembali pikiran dan semangat. c) Rileks. Relaksasi terbukti mampu mencegah dampak negatif stres dengan menurunkan denyut jantung dan tekanan darah, dan menciptakan perasaan tenang. Berbagai cara yang dapat dilakukan dalam relaksasi di antaranya adalah meditasi, latihan pernapasan dalam, tai chi, pemijatan, berdoa (zikir). Cara termudah adalah bernapas dengan tenang dan teratur sambil hal-hal yang menyenangkan.



PENUTUP



A. Kesimpulan “Perilaku adalah suatu fungsi dari integrasi antara seorang individu dengan lingkungannya.” Dengan kata lain bahwa ketika seseorang individu berinteraksi dengan lingkungannya, maka disitulah awal terbentuknya perilaku secara langsung. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku individu dapat dianalisa melalui sifat-sifat manusia berdasarkan prinsip hidupnya. Motivasi berasal dari kata latin Motive yang berarti dorongan. Hal-hal yang mempengaruhi motif disebut motivasi. Fakor motivasional merujuk pada aspek-aspek intrinsik seseorang yang mendukung pencapaiannya. Imbalan ialah setiap akibat yang dinilai positif yang diperoleh seseorang dari suatu hubungan. Disiplin adalah sikap dari seseorang/kelompok orang yang senantiasa berkehendak untuk mengikuti/mematuhi segala aturan/keputusan yang ditetapkan. Kedisiplinan adalah kesadaran dan ketaatan seseorang terhadap peraturan organisasi lembaga dan norma sosial yang berlaku. Menurut Mangkunegara (2013:130) “Hukuman merupakan ancaman yang bertujuan untuk memperbaiki karyawan pelanggar, memelihara peraturan yang berlaku dan memberikan pelajaran kepada pelanggar”. Menurut Rivai (2013:450) Munculnya reaksi stres, yang kemunculannya tidak diharapkan orang– orang, biasanya disebabkan oleh tingginya tuntutan dari lingkungan sekitar terhadap seseorang sehingga keseimbangan antara kemampuan dan kekuatan terganggu; hal ini dikenal sebagai distress. Penyebab distress adalah situasi menekan, berasal dari tugas berat atau yang dilakukan dalam situasi yang tidak kondusif, yang terus-menerus dirasakan seseorang; jenis stres seperti ini juga disebabkan oleh trauma.



Beberapa masalah yang kerap timbul karena stres di antaranya kepala pusing, kecemasan, depresi hingga menurunnya tingkat produktivitas seseorang. Akan tetapi, stres tidak selamanya berdampak negatif. Seseorang, dalam kondisi stres, dapat dipacu untukberpikir lebih kreatif dari sebelumnya. Berbagai cara yang dapat diterapkan untuk mengatasi stres di antaranya dengan meditasi, pengenduran, berolahraga, memperluas jaringan sosial, atau bahkan berkonsultasi kepada psikolog.



B. Saran Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna, meskipun dalam penyelesaiannya sudah diupayakan secara optimal. Kedepannya kami akan lebih baik lagi dalam menjelaskan tentang makalah tersebut dengan sumbersumber yang lebih luas dan dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, kami juga mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak.



DAFTAR PUSTAKA Arifin Tahir, Buku Ajar Perilaku Organisasi. Ed.1, Cet. 1 (Yogyakarta: Deepublish), Agustus 2014, hlm. 34-39. Endang Pitaloka, MODUL PERILAKU ORGANISASI. UPJ. Hlm. 3 Faisal Arif Pratama dkk. PENGARUH IMBALAN DAN HUKUMAN TERHADAP KEPUASAN KERJA DAN KINERJA KARYAWAN Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 22 No. 1 Mei 2015 Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang Rahmi Widyanti, Perilaku Organisasi. Universitas Islam Kalimantan MAB Banjarmasin 2019 Syamsu Q. Badu & Novianty Djafri. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi (Gorontalo : Ideas Publishing, September 2017), hlm 83 Syamsu Q. Badu & Novianty Djafri. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi (Gorontalo : Ideas Publishing, September 2017), hlm 92-98. Tito Irwanto Tri & Febrina Melinda. Pengaruh Disiplin Dan Motivasi Dan Kinerja Pegawai Dinas Peternakan Dan Kesehatan Hewan Provinsi Bengkulu. Fakultas Ekonomi Universitas Dehasen Bengkulu Widayat Prihartanta, TEORI-TEORI MOTIVASI, Jurnal Adabiya, Vol. 1 No. 83 Tahun 2015. Hendry Selainno, FAKTOR INTERNAL YANG MEMPENGARUHI PERILAKU ORGANISASI, Populis, Volume 8 No. 2. Oktober 2014.