Kelompok 3 Analisis Pont Dan Howes [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PRA KOAS XI BIDANG ILMU ORTHODONSI METODE ANALISIS PONT DAN HOWES



Koordinator Pendidikan: drg. Dian Noviyanti Agus Imam, M.DSc



Disusun Oleh: Erlin Zuke Rizkia



G4B017002



Hana Belinda Katriani



G4B017002



Renita Uswatun Hasanah



G4B017002



KEMENTERIAN RISET, TEKHNOLOGI, DAN PERGURUAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS KEDOKTERAN JURUSAN KEDOKTERAN GIGI PURWOKERTO



2017



METODE ANALISIS PONT DAN HOWES



Evaluasi pertumbuhan dan perkembangan rahang, hubungan oklusi maksila mandibula, serta pengukuran lengkung gigi penting digunakan dalam penentuan diagnosis dan rencana perawatan dalam ortodontik. Salah satu cara evaluasi yang dapat dilakukan yaitu dengan analisis model studi. Analisis model studi adalah penilaian tiga dimensi terhadap gigi rahang atas maupun rahang bawah serta hubungan oklusalnya dan kedudukan gigi pada rahang maupun hubungannya dengan geligi pada rahang antagonisnya. Terdapat berbagai macam metode analisis yang tergantung pada periode gigi. Metode Pont dan Howes merupakan metode analisis untuk periode gigi permanen yang banyak digunakan dalam perawatan ortodontik (Laviana, 2009: 2-3, 10-11).



A.



METODE PONT 1. Definisi Metode ini diperkenalkan oleh dr. Pont pada 1909, digunakan untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan ke arah lateral (Chairunnisa dkk., 2016: 57). Menurut Phulari (2011: 175) metode Pont bertujuan untuk: a. Menentukan apakah lebar lengkung gigi normal atau kurang b. Menentukan apakah dibutuhkan ekspansi lateral c. Menentukan seberapa besar ekspansi yang mungkin dapat dilakukan pada regio premolar dan molar Dasar metode Pont yaitu adanya hubungan antara jumlah keempat gigi insisivus atas dengan inter premolar pertama (inter P) dan inter molar pertama (inter M). Metode Pont digunakan untuk menentukan lebar lengkung gigi ideal yang selanjutnya dikenal dengan Indeks Pont, berdasarkan pada lebar mesiodistal mahkota keempat gigi insisivus rahang atas. Rasio gabungan insisivus terhadap lengkung gigi diukur pada pusat permukaan oklusal yaitu fosa sentral premolar pertama dan molar pertama rahang atas (Laviana, 2009: 10). Hubungan tersebut dirumuskan:



Indeks premolar = ∑ mesiodistal gigi 12+11+21+22 a.



x 100



Jarak inter P Indeks molar = ∑ mesiodistal gigi 12+11+21+22



b.



x 100



Jarak inter M Pont menyarankan bahwa rasio gabungan insisivus terhadap lebar



lengkung gigi yang ideal yaitu 0,8 pada regio premolar dan 0,64 pada regio molar, selain itu Pont juga menyarankan bahwa lengkung rahang atas dapat diekspansi 1-2 mm lebih besar untuk mengantisipasi terjadinya relaps (Phulari, 2013:123). 2. Prosedur analisis Jarak inter P dan inter M ideal dapat diketahui dengan melihat Tabel Pont sesuai dengan jumlah lebar mesiodistal gigi insisiv rahang atas.



Sumber: Rathi dan Fida, 2014: 257 Menurut Singh (2015) selain menggunakan tabel seperti diatas, Indeks Pont juga dapat diperoleh melalui perhitungan secara individual dengan cara sebagai berikut:



a. Menentukan jumlah lebar mesiodistal dari keempat insisivus rahang atas (Sum of incisors/SI) Sum of incisors (SI)= Lebar mesiodistal (gigi 11+12+21+22) b. Menentukan jarak interpremolar sesungguhnya (Measured premolar value/MPV) yaitu lebar lengkung pada regio premolar (P1-P1) yang diukur dari pit distal pada oklusal P1 ke pit distal pada oklusal P1 regio lawannya



Gambar 1. Cara pengukuran jarak interpremolar Sumber: Phulari, 2011: 175



c. Menentukan pengukuran jarak intermolar sesungguhnya (Measured molar value/MMV) yaitu lebar lengkung regio molar (M1-M1) diukur dari pit mesial pada oklusal M1 ke pit mesial pada oklusal molar pertama M1 regio lawannya



Gambar 2. Cara pengukuran jarak intermolar Sumber: Phulari, 2011: 175



Gambar 3. Jarak inter premolar dan intermolar pada metode Pont Sumber: Premkumar, 2015: 248



d. Menghitung jarak inter premolar ideal (Calculated premolar value/CPV) atau lebar lengkung regio P yang diharapkan menggunakan rumus sebagai berikut. Inter P ideal = ∑ mesiodistal gigi 12+11+21+22



x 100



Indeks premolar Indeks premolar = 80 e. Menghitung jarak inter molar ideal (Calculated molar value/CMV) atau lebar lengkung regio M yang diharapkan menggunakan rumus sebagai berikut. Inter M ideal =



∑ mesiodistal gigi 12+11+21+22



x 100



Indeks molar Indeks molar = 64 f. Interpretasi Jarak interpremolar atau intermolar yang kurang dari jarak interpremolar ideal atau intermolar ideal menunjukkan bahwa suatu rahang kontraksi (mendekati bidang midsagital) merupakan indikasi ekspansi rahang. Besarnya ekspansi pada regio premolar yang dibutuhkan dapat dihitung dengan menggunakan rumus: Besarnya ekspansi regio premolar = CPV-MPV keterangan: CPV= Jarak inter P ideal/ yang diharapkan MPV= Jarak inter P sesungguhnya Besarnya ekspansi pada regio molar yang dibutuhkan dapat dihitung dengan menggunakan rumus: Besarnya ekspansi regio molar = CMV-MMV



keterangan: CMV= Jarak inter M ideal/ yang diharapkan MMV= Jarak inter M sesungguhnya Kerugian metode Pont menurut Premkumar (2015: 248) dan Singh (2015: 80): a. Tidak memperhitungkan variasi morfologi seperti peg-shaped insisivus lateral, selain itu gigi insisivus lateral rahang atas merupakan gigi yang paling sering hilang (tidak terdapat benih) b. Tidak memperhitungkan kesejajaran gigi c. Tidak mempertimbangkan adanya malrelasi muskulus d. Penelitian selanjutnya menunjukkan bahwa indeks Pont melebihkan estimasi inter P dan inter M sebesar 2,5-4,7 mm.



B. Metode Howes 1. Definisi Metode Howes dikenalkan oleh Ashley E. Howe pada 1947. Howe menemukan adanya hubungan antara jumlah lebar mesiodistal gigi anterior molar permanen kedua (M1-M1) dengan lebar lengkung gigi pada regio premolar, sehingga dibuat suatu rumusan untuk mengetahui apakah basis apikal cukup untuk memuat gigi geligi . (Singh, 2015: 81). Metode Howes dapat digunakan untuk membantu menentukan rencana perawatan, apakah pasien tersebut membutuhkan perawatan ekstraksi atau ekspansi (Cahirunnisa dkk., 2016:57). Menurut Phulari (2013: 125) analisis Howes berguna dalam penentuan rencana perawatan pada kasus kekurangan basis apikal dengan membagi pilihan perawatan antara lain: a. Pencabutan gigi b. Memperluas lengkung gigi c. Ekspansi palatal 2. Prosedur Menurut Phulari (2013:177), cara pengukuran menggunakan metode howes adalah sebagai berikut:



a. Menentukan panjang lengkung gigi (Tooth Material/TM) dengan menjumlahkan lebar mesiodistal seluruh gigi dari molar pertama permanen kanan sampai molar pertama permanen kiri. b. Menentukan dimensi premolar/ inter P (Premolar Dimension/PMD) dengan mengukur lebar lengkung regio premolar yang diukur dari cusp bukal gigi premolar pertama permanen kanan ke gigi premolar pertama permanen kiri



Gambar 4. Dimensi Premolar (Premolar Dimension/PMD) Sumber: Phulari, 2011: 178 c. Menentukan



lebar



lengkung



basal



(Premolar



Basal



Arch



Width/PMBAW) atau dapat disebut sebagai jarak inter fossa kanina karena diukur dari fosa canina kiri ke fosa kanina kanan atau diameter basis apikal dari model gigi pada apeks gigi premolar pertama, yang diukur menggunakan jangka sorong



Gambar 5. Lebar Lengkung Basal (Premolar Basal Arch Width/PMBAW) Sumber: Phulari, 2011: 178



Menurut Howe (dalam Singh, 2015: 83) untuk menentukan apakah dasar apikal pasien cukup untuk memuat gigi geligi pasien, pengukuran berikut harus diperoleh : a. Persentase diameter premolar terhadap bahan gigi diperoleh dengan membagi PMD dengan panjang lengkung gigi (TM) dikali 100%



PMD % = PMD x 100% TM PMD



:



Premolar



dimension/



Dimensi



Premolar/



Lebar



interpremolar TM



: Tooth Material/Panjang lengkung gigi



Sumber : Premkumar, 2015: 247 b. Persentase lebar lengkung basal premolar terhadap panjang lengkung gigi diperoleh dengan membagi PMBAW dengan panjang lengkung gigi (TM) dikalikan 100%. Perbandingan antara PMBAW dan PMD memberi gambaran tentang kebutuhan dan jumlah perluasan yang dibutuhkan dan PMBAW% memberikan dan indikasi terhadap rencana pengolahan ekstraksi atau non ekstraksi. Rasio diperoleh dari membagi PMBAW dengan TM dikalikan 100, dengan rumus sebagai berikut. PMBAW % = PMBAW x 100% TM Keterangan: PMBAW : Premolar Basal Arch Width/ Lebar lengkung basal/ Lebar inter fossa kanina TM



: Tooth Material/Panjang lengkung gigi



d. Interpretasi Menurut metode Howes, untuk mencapai oklusi normal dengan gigi lengkap maka persentasi lebar inter fosa kanina terhadap lebar lengkung gigi harus 44%. Bila rasio ini antara 37% dan 44% ekstraksi premolar pertama diragukan dan kasusnya dianggap dalam kategori borderline, sedangkan apabila kurang dari 37% merupakan indikasi ekstraksi



premolar pertama karena ini adalah kasus kekurangan lebar lengkung basal. Setiap nilai 44% atau lebih menunjukkan kasus non ekstraksi. Oleh karena itu analisis ini berguna membantu menentukan perencanaan perawatan, apakah akan dilakukan ekstraksi atau ekspansi (Singh, 2015: 83). Hal-hal yang menjadi pertimbangan dalam metode Howes menurut Chairunnisa dkk. (2016:61) yaitu: 1) Jika PMBAW>PMD maka ini menunjukkan bahwa pasien rahang mengalami kontraksi merupakan indikasi untuk melakukan ekspansi pada regio premolar 2) Jika suatu keadaan PMBAW