Kelompok 5 - Materi Hakikat, Bahan Ajar, Teknik Dan Strategi Menyimak Dan Berbicara Di SD Kelas Rendah [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

HAKIKAT,BAHAN AJAR,TEKNIK DAN STRATEGI PEMBELAJARAN MENYIMAK DAN BERBICARA DI SD KELAS RENDAH Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD Kelas Rendah Dosen Pengampu: Nugraheti Sismulyasih SB,S.Pd.,M.Pd.



Disusun oleh : Kelompok 5 1. Fanny Rachamadani



(1401419003)



2. Mutiaran Indah Kinanti



(1401419015)



3. Kurnia Muthi’ Nuriyah



( 1401419017)



4. Markamah



( 1401419018)



Rombel A



PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2021



A. HAKIKAT MENYIMAK DAN BERBICARA 1. Hakikat Menyimak A. Pengertian Menyimak Menurut Henry Guntur Tarigan,menyimak adalah suatu proses yang mencakup



kegiatanmendengarkan



bunyi



bahasa,



mengidentifikasi,



menginterpretasi, menilai, dan mereaksi atas makna yang terkandung di dalamnya.Menyimak



melibatkan



penglihatan,



penghayatan,



ingatan,



pengertian, bahkan situasi yang menyertai bunyi bahasa yang disimak pun harus diperhitungkan dalam menentukan maknanya. Sedangkan menurut Kamidjan dan Suyono,menyimak adalah suatu proses mendengarkan lambang-lambang bahasa lisan dengan sungguh- sungguh penuh perhatian, pemahaman, apresiatif yang dapat disertai dengan pemahaman makna komunikasi yang disampaikan secara nonverbal. Jadi,dapat disimpulkan menyimak adalah suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan lambang-lambang bahasa lisan dengan sungguhsungguh, penuh perhatian, pemahaman, apresiasi serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang disampaikan secara nonverbal. B. Tujuan Menyimak Belajar berbahasa diawali dengan kegiatan menyimak. Melalui proses menyimak, seseorang dapat menguasai pengucapan fonem, kosakata dan kalimat. Pemahaman terhadap fonem, kosakata dan kalimat ini sangat membantu dalam berbagai kegiatan seperti berbicara, membaca, dan menulis. Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa peranan menyimak menurut Saddhono dan Slamet adalah sebagai berikut: 1) menunjang landasan berbahasa; 2) penunjang keterampilan berbicara, membaca dan menulis; 3) pelancar komunikasi lisan; dan 4) menambah informasi. Menurut Lilian M. Logan menyatak bahwa tujuan menyimak antara lain : 1) Untuk dapat memperoleh pengetahuan dari bahan ujaran pembicara, dengan perkataan lain menyimak untuk belajar; 2



2) Untuk menikmati terhadap sesuatu materi ujaran (pagelaran) terutama dalam bidang seni, dengan perkataan lain mneyimak untuk menikmati keindahan audial; 3) Untuk menilai bahan simakan (baik-buruk, indah-jelek, tepat, asalasalan, logis-tak logis dan sebagainya), dengan perkataan lain menyimak untuk mengevaluasi; 4) Untuk dapat menikmati dan menghargai bahan simakan (menyimak cerita, puisi, musik dan lagu, dialog, diskusi dan sebagainya), dengan perkataan lain menyimak untuk mengevaluasi; 5) Untuk dapat mengomunikasikan gagasan-gagasan, ide-ide, perasaanperasaan kepada orang lain dengan lancar dan tepat; 6) Untuk dapat membedakan bunyi-bunyi dengan tepat, bunyi yang distingtif (membedakan arti) dan bunyi mana yang tidak distingtif. Hal ini biasanya diperoleh dari native speaker (pembicara asli); 7) Untuk dapat memecahkan masalah secara kreatif dan analisis, dengan masukan dari bahan simakan; dan 8) Untuk dapat meyakinkan diri sendiri terhadap suatu masalah atau pendapat yang diragukan, menyimak persuasif C. Jenis-jenis Menyimak Jenis –jenis Menyimak,Henry Guntur Tarigan membagi jenis menyimak dalam dua macam, yaitu menyimak ekstensif dan menyimak intensif. a. Menyimak ekstensif Menyimak ekstensif adalah kegiatan menyimak mengenai hal-hal yang lebih umum dan lebih bebas terhadap suatu ujaran, tidak perlu dibawah bimbingan langsung dari seorang guru.Menyimak ekstensif bisa juga disebut sebagai proses menyimak yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, seperti mendengarkan siaran radio, televisi, percakapan orang di jalan, di pasar, kotbah di masjid dan sebagainya. Beberapa jenis kegiatan menyimak ekstensif antara lain: o Menyimak sosial yaitu kegiatan menyimak yang dilakukan oleh masyarakat dalam kehidupan sosial, di pasar, di jalan, dan sebagainya.



3



o Menyimak sekunder adalah kegiatan menyimak yang dilakukan secara kebetulan. Contoh menyimak sekunder yaitu pada saat kita belajar dan tiba-tiba kita mendengar suara anggota keluarga kita bercanda di ruang tamu, suara radio, televisi, atau suara-suara lain yang ada disekitar tempat tinggal kita. o Menyimak estetik (aesthetic listening) ataupun yang disebut menyimak apresiatif adalah kegiatan menyimak untuk menikmati atau menghayati sesuatu. Misalnya menyimak pembacaan puisi. o Menyimak pasif , kegiatan menyimak suatu bahasan yang dilakukan tanpa sadar b. Menyimak intensif Menyimak intensif adalah menyimak yang dilakukan untuk memahami



makna



yang dikehendaki.menyimak



intensif



pada



dasarnya menyimak pemahaman, menyimak intensif memerlukan tingkat konsentrasi pemikiran dan perasaan yang tinggi, menyimak intensif pada dasarnya memahami bahasa formal dan menyimak intensif memerlukan produksi materi yang disimak.Jenis-jenis yang termasuk dalam menyimak intensif diantaranya adalah: o Menyimak kritis adalah sejenis kegiatan menyimak berupa pencarian kesalahan atau kekeliruan bahkan juga butir-butir yang baik dan benar dari ujaran seorang pembicara dengan alasan-alasan yang kuat yang dapat diterima oleh akal sehat. o Menyimak konsentratif sering juga disebut menyimak sejenis telaah. c. Menyimak kreatif adalah sejenis kegiatan dalam menyimak yang mengakibatkan kesenangan rekonstruksi imajinatif para penyimak terhadap bunyi, penglihatan, gerakan, serta perasaan-perasaan kinestetik yang disarankan atau dirangsang oleh sesuatu yang disimaknya. Dalam kegiatan menyimak kreatif ini tercakup kegiatan-kegiatan: a. menghubungkan



makna-makna



dengan



menyimak;



4



segala



jenis



pengalaman



b. membangun atau merekonstruksikan imaji-imaji visual dengan baik sementara menyimak; c. menyesuaikan atau mengadaptasikan imaji dengan pikiran imajinatif untuk menciptakan karya barudalam tulisan, lukisan, dan pementasan; d. mencapai penyelesaian atau pemecahan masalah-masalah serta sekaligus memeriksa dan menguji hasil-hasil pemecahan atau penyelesaian tersebut. d. Menyimak eksplorasif, adalah sejenis kegiatan menyimak intensif dengan maksud dan tujuan menyelidiki sesuatu lebih terarah dan lebih sempit. Dalam kegiatan menyimak seperti ini sang penyimak menyiagakan perhatiannya untuk menjelajahi serta menemukan hal-hal baru yang menarik perhatian, informasi tambahan mengenai suatu topik dan isu, penggunjingan atau buah mulut yang menarik. e. Menyimak interogatif adalah sejenis kegiatan menyimak intensif yang menuntut lebih banyak konsentrasi dan seleksi, pemusatan perhatian dan pemilihan butir-butir dari ujaran sang pembicara karena penyimak akan mengajukan



banyak



pertanyaan.



Dalam



kegiatan



menyimak



interogatif ini sang penyimak mempersempit serta mengarahkan perhatiannya pada pemerolehan informasi dengan cara menginterogasi atau menanyai sang pembicara. f. Menyimak selektif adalah menyimak secara cerdas dan cermat aneka ragam ciri-ciri bahasa yang berurutan(nada suara, bunyi, bunyi asing, bunyi-bunyi yang bersamaan,kata dan frase, serta bentuk-bentuk ketatabahasaan). Salah satu keuntungan utama menyimak secara selektif pada strukturstruktur ketata bahasaan ialah struktur-struktur yang diserap oleh proses ini cenderung membuat kebiasaan-kebiasaan dalam otak kita. Bahkan setelah kita berhenti menyimak pun, terutama bagi susunan kata-kata



seperti



itu,



otak



kita



terus



5



melanjutkan



proses



pengklasifikasian secara otomatis segala sesuatu yang telah kita dengar. D. Tahap-Tahap Menyimak Berdasarkan pengamatan yang dilakukan terhadap kegiatan menyimak pada siswa sekolah dasar, Strickland dalam Tarigan,menyimpulkan adanya 9 tahapan menyimak.Adapun kesembilan tahapan tersebut adalah sebagai berikut : 1) Menyimak berkala, yang terjadi pada saat sang anak merasakan keterlibatan langsung dalam pembicaraan mengenai dirinya; 2) Menyimak dengan perhatian dangkal, karena sering mendapat gangguan dengan adanya selingan-selingan perhatian kepada hal-hal di luar pembicaraan; 3) Setengah menyimak, karena terganggu oleh kegiatan menunggu kesempatan untuk mengekspresikan isi hati serta mengutarakan apa yang terpendam dalam hati sang anak; 4) Menyimak



serapan,



karena



sang



anak



keasyikan



menyerap



atau



mengabsorpsi hal-hal yang kurang penting, hal ini merupakan penjaringan pasif yang sesungguhnya; 5) Menyimak sekali-kali, menyimpan sebentar-sebentar apa yang disimak; perhatian



secara



seksama



berganti



dengan



keasyikan



lain;



hanya



memperhatikan kata-kata sang pembicara yang menarik hatinya saja; 6) Menyimak sosiatif, hanya mengingat pengalaman-pengalaman pribadi secara konstan yang mengakibatkan sang penyimak benar-benar tidak memberikan reaksi terhadap pesan yang disampaikan sang pembicara; 7) Menyimak dengan reaksi berkala terhadap pembicara dengan membuat komentar ataupun mengajukan pertanyaan; 8) Menyimak secara seksama, dengan sungguh-sungguh mengikuti jalan pikiran sang pembicara; dan 9) Menyimak secara aktif, untuk mendapatkan serta menemukan pikiran, pendapat, dan gagasan sang pembicara. E. Kemampuan Menyimak Siswa SD



6



1) Kelas Satu a. Menyimak untuk menjelaskan atau menjernihkan pikiran atau untuk



mendapatkan



jawaban-jawaban



bagi



pertanyaan-



pertanyaan; b. Dapat mengulangi secara tepat sesuatu yang telah didengarnya; c. Menyimak bunyi-bunyi tertentu pada kata-kata dan lingkungan. 2) Kelas dua a. Menyimak dengan kemampuan memilih yang meningkat; b. Membuat saran-saran, usul-usul, dan mengemukakan pertanyaanpertanyaan untuk mengecek pengertiannya; c. Sadar akan situasi, kapan sebaiknya menyimak, kapan pula sebaiknya tidak usah menyimak. 3) Kelas Tiga a. Sungguh-sungguh sadar akan nilai menyimak sebagai suatu sumber informasi dan sumber kesenangan; b. Menyimak pada laporan orang lain, pita rekaman laporan mereka sendiri, dan siaran-siaran radio dengan maksud tertentu serta dapat menjawab pertanyaa-pertanyaan yang bersangkutan dengan hal itu; c. Memperlihatka keangkuhan dengan kata-kata atau ekspresiekspresi yang tidak mereka pahami maknanya. F. Faktor Pengaruh Menyimak Beberapa faktor yang akan berpengaruh dalam keterampilan menyimak yaitu: 1) Faktor Psikologis Faktor ini melibatkan sikap-sikap dan sifat-sifat pribadi, yaitu faktor-faktor psikologis dalam menyimak. Faktor-faktor ini antara lain mencakup masalah-masalah : a. prasangka dan kurangnya simpati terhadap para pembicara dengan aneka sebab dan alasan; b. keegosentrian dan asyikmya terhadap minat pribadi serta masalah pribadi ;



7



c. kepicikan yang menyebabkan pandangan yang kurang luas; d. kebosanan dan kejenuhan yang menyebabkan tiadanya perhatian sama sekali pada pokok pembicaraan; e. sikap yang tidak layak terhadap sekolah, terhadap guru, terhadap pokok pembicaraan atau terhadap pembicara. 2) Faktor Sikap Pada dasarnya manusia mempunyai dua sikap utama mengenai segala hal, yaitu sikap menerima dan sikap menolak. Orang akan bersikap menerima pada hal-hal yang menarik dan menguntungkan baginya, tetapi bersikap menolak pada hal-hal yang tidak menarik dan tidak menguntungkan baginya. Kedua hal itu memberi dampak pada penyimak, masing-masing dampak positif dan negatif. 3) Faktor Motivasi Motivasi merupakan salah satu butir penentu keberhasilan seseorang. Apabila seseorang memiliki motivasi yang kuat untuk mengerjakan sesuatu, orang itu diharapkan akan berhasil mencapai tujuan. Begitu pula dalam hal menyimak. Menerangkan pelajaran dengan baik dan jelas, mengutarakan apa maksud dan tujuan yang hendak dicapai, dan bagaimana cara mencapai tujuan itu jelas merupakan suatu bimbingan kepada para siswa untuk menanamkan serta memperbesar motivasi mereka untuk menyimak dengan tekun. 4) Faktor Lingkungan Sosial Anak-anak cepat sekali merasakan suatu suasana, mereka didorong untuk mengekspresikan ide-ide mereka, juga mengetahui dengan cepat bahwa sumbangan-sumbangan mereka akan dihargai. Anak yang mempunyai kesempatan untuk didengarkan akan lebih sigap lagi untuk mendengarkan apabila anak mempunyai mempunyai kesempatan berbicara, Pendekatan SAVI melatih siswa untuk terbiasa berpikir kritis dan mengemukakan pendapat dan berani menjelaskan jawabannya. Dan hal itu menuntut kounikasi yang baik antara siswa dengan siswa maupun siswa dengan guru. Hakikat Berbicara



8



A. Pengertian Berbicara Secara umum, berbicara merupakan proses penuangan gagasan dalam bentuk ujaran-ujaran. Ujaran-ujaran yang muncul merupakan perwujudan dari gagasan yang sebelum berada pada tataran ide. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Suhendar, Berbicara adalah proses perubahan wujud pikiran/perasaan menjadi wujud ujaran. Ujaran yang dimaksud adalah bunyibunyi bahasa yang bermakna. Kebermaknaan menjadi suatu keharusan jika bunyi bahasa tersebut ingin dikategorikan sebagai kegiatan berbicara. Adakalanya alat ucap manusia menghasilkan bunyi-bunyi yang tidak mendukung



sebuah



makna,



misalnya



batuk.



Batuk



tidak



dapat



dikategorikansebagai bunyi bahasa, karena tidak mendukung sebuah makna, walaupun secara pragmatis, batukdapat saja diberi makna. Ada beberapa hal yang perlu diungkapkan berkaitan dengan batasan berbicara. Berikut beberapa teori yang dikemukakan para pakar komunikasi : 1. Berbicara Merupakan Ekspresi Diri Kepribadian seseorang dapat dilihat dari pembicaraannya. Ketika seseorang berbicara pada saat itu dia sedang mengekspresikan dirinya. Dari bahasa yang digunakan pembicara, dapat diketahui kondisi mentalnya. Kemarahan, kesedihan, kebahagiaan, bahkan ketidakjujuran seseorang tidak dapat disembunyikan selama dia masih berbicara. Hal ini sejalan dengan pendapat Ton Kartapati yang mengatakan bahwa berbicara merupakan ekspresi diri. Dengan berbicara seseorang dapat menyatakan kepribadian dan pikirannya, berbicara dengan dunia luar, atau hanya sekedar pelampiasan uneg-uneg



2. Berbicara Merupakan Kemampuan Mental Motorik Berbicara tidak hanya melibatkan kerjasama alat-alat ucap secara harmonis untuk menghasilkan bunyi bahasa tetapi, berbicara juga melibatkan aspek mental. Bagaimana bunyi bahasa dikaitkan dengan gagasan yang dimaksud pembicara merupakan suatu keterampilan tersendiri. Kemampuan mengaitkan gagasan dengan bunyi bahasa (dalam



9



hal ini kata) yang tepat merupakan hal yang cukup mendukung keberhasilan berbicara. Dalam hal ini, diperlukan keseimbangan antara tumpukan-tumpukan



gagasan



yang



ada



dalam



pikiran



dengan



kemampuan menentukan kata yang tepat. Ibarat sebuah saluran, gagasangagasan yang ada dalam pikiran pembicara memerlukan saluran yang baik agar gagasan tersebut dapat keluar dengan sempurna. 3. Berbicara Merupakan Proses Simbolik Kata yang menjadi dasar dari sebuah ujaran merupakan simbol bunyi. Sebagai simbol, pemaknaan sebuah kata merupakan kesepakatan antarpemakai bahasa. Antara kata dengan sesuatu yang dirujuknya tidak mempunyai kaitan yang mengikat. Artinya, penamaan sesuatu dengan sebuah kata merupakan kesepakatan. Ketika orang menamakan kursiuntuk sebuah benda yang berfungsi sebagai tempat duduk, bukan berarti benda tersebut harus disebut kursi. Penamaan benda tersebut karena faktor kebetulan dan kesepakatan. Kebetulan benda tersebut dinamakan kursi, dan pemakai bahasa sepakat untuk menamakanbenda itu kursi. Di sinilah proses simbolisasi terjadi. Dalam hal ini Muljana mengatakan, “Lambang atau simbol adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjuk sesuatu berdasarkan kesepakatan sekelompok orang. Lambang meliputi kata-kata, perilaku nonverbal, dan objek yang maknanya disepakati bersama.” . Jika penamaan suatu benda terikat oleh benda yang dirujuknya, mungkin di dunia tidak akan ada perbedaan bahasa. Semua orang di dunia akan menamakan benda dengan bentuk segi empat atau bundar, berwarna putih, dan biasa digunakan untuk menulis dengan satu nama yang sama, misalnya meja. Kenyataan ini menjadi hambatan tersendiri ketika seseorang akan melakukan pembicaraan dengan orang lain yang kebetulan mempunyai bahasa (sistem simbol) yang berbeda. Kini orang ramai-ramai belajar bahasa lain yang tidak dipahaminya agar komunikasi di antara orang-orang yang mempunyai bahasa yang berbeda dapat melakukan komunikasi. Jadi, ketika seorang pembicara mengucapkan kata-kata, pada saat itu dia



10



sedang melakukan simbolisasi terhadap gagasan-gagasan yang ada dalam benaknya. 4. Berbicara Terjadi dalam Konteks Ruang dan Waktu Berbicara harus memperhatikan ruang dan waktu. Tempat dan waktu terjadinya pembicaraan mempunyai efek makna pembicaraan. Muljana memberikan contoh, betapa tempat pembicaraan dapat menentukan efek makna. Topik-topik yang lazim dipercakapkan di rumah, tempat kerja, atau tempat hiburan akan terasa kurang sopan bila dikemukakan di masjid.. Orang yang mendengar percakapan tersebut akan mempersepsikan kurang baik terhadap orang yang terlibat dalam percakapan tersebut. Begitu pun waktu akan mempengaruhi makna ucapan



seseorang.



Anda



akan



dapat



membedakan



makna



Assalamu’alaikumyang diucapkan oleh orang yang bertamu ke rumah Anda pada siang hari dan malam hari. Pada siang hari, mungkin ucapan itu dimaknai sebagai hal yang wajar. Akan tetapi, jika ucapan itu terjadi pada tengah malam, mungkin Anda akan memaknai ucapan tersebut dengan makna yang kurang wajar. Muncul pikiran-pikiran yang bersifat menduga-duga. Jangan-jangan orang yang sangat memerlukan bantuan Anda, atau pencuri yang pura-pura mempunyai urusan penting dengan Anda. 5. Berbicara Merupakan Keterampilan Berbahasa yang Produktif Produktif di sini bukan berarti menghasilkan suatu produk. Produktivitas dalam hal ini diartikan sebagai keterampilan berbahasa yang paling banyak digunakan untuk berkomunikasi, seiring dengan kemampuan berbahasa lainnya, yaitu menyimak. Kedua kemampuan ini tidak dapat dipisahkan karena kedua keterampilan tersebut mempunyai hubungan resiprokal. Rasanya jarang orang mengungkapkan perasaannya secara spontan melalui kegiatan menulis. Dibandingkan dengan menulis, memang berbicara merupakan kegiatan berbahasa yang cukup efektif, karena tidak memerlukan persiapan dan media yang cukup rumit. Selain itu, berbicara mempunyai kelebihan dari segi koreksi dan ralat.



11



Jika ada ungkapan yang salah, atau perlu diralat, hal itu memungkinkan untuk dilakukan dengan cepat. Selain itu, perlu juga dikemukakan beberapa prinsip umum berbicara menurut Tarigan , yaitu: a. Membutuhkan paling sedikit dua orangBerbicara sebagai bentuk komunikasi tentu saja memerlukan pihak yang berperan sebagai komunikatordan pihak lainnya sebagai komunikan. Adanya dua pihak ini merupakan faktor penting terjaminnya keberlangsungan komunikasi. Keberlangsungan tersebut ditandai oleh adanya pesan yang disampaikan pembicara, lalu pesan tersebut direspons oleh pendengar. b. Mempergunakan studi linguistik yang dipahami bersamaSeperti disebutkan sebelumnya bahwa berbicara merupakan proses simbolik, yaitu penuangan gagasan-gagasan dalam bentuk simbolsimbol kebahasaan yang dapat dimaknai bersama menurut kesepakatan antarpemakai bahasa. Kesepakatan terhadap simbolsimbol inilah yang merupakan kajian-kajian dalam linguistik. Jadi, antara pembicara dan pendengar harus mempunyai kesepakatan dalam memahami lambang bunyi bahasa yang digunakan sebagai simbol untuk mewujudkan gagasan-gagasan menjadi suatu ujaran. c. Merupakan suatu pertukaran peran antara pembicara dan pendengarKetika pembicara menyampaikan gagasan, pendengar berperan sebagai penyimak. Ketika pesan tersebut diresponsoleh pendengarmakatelah terjadi pergantian peran. Ketika penyimak memberikan respons, penyimak yang sebelumnya berperan sebagai pendengar, sudah berubah perannya menjadi pembicara, sedangkan pihak



yang



awal



sebagai



pembicara,



ketika



menerima



responsberubah peran menjadi penyimak. Begitu seterusnya, pergantian peran antara kedua pihak saling bergantianselama kegiatan berbicara itu berlangsung. d. Berhubungan dengan masa kiniWacana pembicaraan hanya berlaku untuk masa kini. Hal ini terjadi sebelum ditemukan pita kaset yang sanggup mendokumentasikan wacana lisan manusia. Berbeda



12



dengan wacana-wacana tulis, peristiwa-peristiwa yang terjadi ribuan tahun yang lalu, masih sanggup terekam dengan baik, karena



tulisan



mampu



mendokumentasikannya.



Dengan



ditemukannya pita kaset rekaman, kiranya wacana lisan pun dapat didokumentasikan agar dapat didengar oleh generasi ribuan tahun yang akan datang. B. Tujuan Berbicara Tujuan utama berbicara adalah untuk menginformasikan gagasangagasan pembicara kepada pendengar. Dalam hal ini, Mulyana mengelompokkan tujuan berbicara ke dalam empat tujuan, yaitu tujuan sosial, ekspresif,ritual, dan instrumental: 1. Tujuan social sebagai makhluk sosial menjadikan kegiatanberbicara sebagai sarana untuk membangun konsep diri, eksistensi diri, kelangsungan hidup, memperoleh kebahagiaan, dan menghindari tekanan serta ketegangan. Dengan bahasa, manusia dapat menunjukkan siapa dirinya. Orang yang tidak



berkomunikasi,



cenderungtidak



memahami



siapa



dirinya



sesungguhnya dan bagaimana peran sebagai makhluk sosial. seorang anak yang kehidupan sehari-harinya berada dalam pingitan orang tua. Pada umumnya, ketika harus terjun ke masyarakat dia mengalami proses adaptasi yang cukup lama. Hal ini terjadi, karena baginya kehidupan sosial yang sesungguhnya baru mereka rasakan. G. Herbert Mead dalam Mulyana mengatakan, setiap manusia mengembangkan konsep dirinya melalui interaksi dengan orang lain dalam masyarakat, dan itu dilakukan lewat komunikasi (2001: 10). Selain itu, dengan bahasa pula seseorang dapat mengetahui kepribadian orang lain. Seorang terpelajar dapat dibedakan dengan orang awam dari bahasa yang digunakannya. Semakin jelaslah bahwa berbicara dapat dijadikan sarana untuk mengembangkan konsep diri. Berbicara dapat digunakan untuk mengembangkan eksistensi diri. 2. Tujuan Ekspresif



13



Bahasa dapat digunakan untuk mengekspresikan perasaan pembicara kepada orang lain. Ekspresi dalam bentuk bahasa juga dapat berwujud sebagai rasa empatikepada objek yang ada di luar diri pembicara. Dengan bahasa yang penuh kasih sayang, seorang mengungkapkan perasaan kepada anaknya dengan di dukung belaian halus dirambutnya. Seorang mahasiswa dapat mengekspresikan rasa cinta kepada seorang mahasiswi dengan bahasa, kadang-kadang didukung oleh simbol-simbol di luar bahasa, misalnya dengan bunga. Rasa empati terhadap penderitaan orang lain pun dapat diungkapkan dengan bahasa. Banyak puisi yang disusun mengisahkan penderitaan seorang anak yatim piatu atau seorang kakek tua renta dengan kehidupan sehari-harinya yang penuh dengan perjuangan untuk mempertahankan hidup. 3. Tujuan Ritual Kegiatan ritual sering menggunakan bahasa sebagai media untuk menyampaikan pesan ritual kepada penganutnya. Dalam perayaan hari besar keagamaan tertentu, banyak simbol keagamaan yang bersifat sakral dituangkan memalui bahasa. Dalam agama Islam, doa merupakan salah satu bentuk kegiatan yang menggunakan bahasa sebagai media penyampaiannya. Ketika umat Islam, berdoa kepada Allah dengan menggunakan bahasa, walaupun mungkin ada di antara bahasa dalam doa tersebut tidak dipahami secara harfiah oleh orang yang berdoa. Mereka meyakini bahwa doa merupakan bentuk komunikasi antara manusia dengan Tuhannya. 4. Tujuan Instrumental Dalam tujuan instrumen ini, kegiatan berbicara digunakan sebagai alat untuk memperoleh sesuatu. Sesuatu di sini dapat berupa pekerjaan, jabatan, atau hal-hal lainnya. Memang kegiatan berbicara merupakan salah satu bentuk komunikasi, tetapi dalam tujuan instrumental kegiatan berbicara tidak tampak kaitan khusus antara pesan yang ada di dalamnya dengan tujuan yang diharapkan dari komunikasi tersebut. Misalnya,



14



seorang mahasiswa bertutur lembut kepada seorang mahasiswi adik kelasnya dengan harapan dapat memikat hati mahasiswi tersebut. Kelembutan bahasa yang digunakan tidak secara langsung menunjukkan tujuanyang ingin dicapai dari pembicaraan yang dilakukannya. C. Jenis-Jenis Berbicara Pengelompokan berbicara dapat dilakukan dengan cara yang berbeda, tergantung dasar yang digunakan. Pengelompokanberbicara sedikitnya dapat dilakukan berdasarkan tiga hal, yaitu situasi, keterlibatan pelaku, dan alur pembicaraan. Berdasarkan situasi, berbicara dapat dikelompokkan ke dalam dua jenis, yaitua.berbicara formal, yaitu kegiatan berbicara yang terikat pada aturan-aturan, baik aturan yang berkaitan dengan tatakrama maupun kebahasaan. b.berbicara nonformal, yaitu kegiatan berbicara yang tidak terlalu terikat pada aturan-aturan, kadang-kadang berlangsung secara spontan dan tanpa perencanaan. Berdasarkan keterlibatan pelakunya, berbicara dapat dikelompokkan ke dalam dua jenis, yaitu berbicara individual, yaitu kegiatan berbicara yang dilakukan oleh seorang pelaku pembicara, misalnya pidato.Berbicara kelompok, yaitu kegiatan berbicara yang melibatkan banyak pelaku pembicara, misalnya diskusi dan debat. Berdasarkan alur pembicaraannya, berbicara dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu berbicara monologis, yaitu kegiatan berbicara yang dilakukan searah. Pesan yang disampaikan pembicara tidak memerlukan responsdari pendengar, misalnya pidato dan membaca puisi. Berbicara dialogis, yaitu kegiatan berbicara yang dilakukan secara dua arah. Pesan yang disampaikan pembicara memerlukan responsdari pendengar. D. Hubungan Menyimak dan Berbicara Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa kemampuan berbahasa seseorang diperoleh dengan pola yang teratur dan tetap. Kemampuan berbicara anak dimulai dengan proses menyimak. Kemudian dalam perkembangan selanjutnya, seorang anak akan mulai belajar menulis dan berbicara. Pada umumnya, kemampuan berbahasa seseorang dimulai dengan pola yang teratur



15



seperti itu. Ada beberapa hal yang perlu diungkapkan di sini berkaitan dengan hubungan antara kemampuan berbicara dengan menyimak. a. Seorang anak belajar berbicara dimulai dengan menyimakKemampuan berbicara seseorang dimulai dengan proses menyimak, terutama pada anak-anak yang baru belajar berbicara. Seorang anak akan mendengar kata-kata yang diucapkan oleh orang-orang di sekitarnya. Kecenderungan ini menimbulkan pemahaman baru bahwa untuk mengajar anak berbicara, ajarkanlah kata-kata dengan pelafalan fonem yang tepat. Penyesuaian pelafalan kata dengan kondisi alat ucap anak, seperti yang dilakukan oleh orang-orang terdahulu, dianggap sebagai pengajaran berbicara yang keliru. b. Terjadinya pergantian peran antara penyimak dan pembicaraBerlangsungnya sebuah komunikasi salah satunya ditentukan karena adanya pembicara dan penyimak. Dalam komunikasi, peran keduanya dapat saling mengganti. Ketika pihak I berbicara, pihak II berperan sebagai penyimak. Ketika penyimak memberikan responsterhadap gagasan yang disampaikan pembicara, pada saat itu ada perubahan peran, yaitu pihak II yang semula berperan sebagai penyimak berganti menjadi pembicara. Begitupun dengan pihak I yang semula berperan sebagai pembicara, berganti perannya menjadi penyimak. Keadaan ini oleh Tarigan disebut sebagai komunikasi yang bersifat resiprokal c. Kemampuan berbicara dijadikan tolok ukur kemampuan menyimakDalam melatih keterampilan menyimak, dapat dipadukan dengan kemampuan berbicara. Simakan diungkapkan kembali dalam bentuk keterampilan berbicara oleh penyimak. Dalam hal ini, kualitas berbicara dapat dijadikan tolok ukur kemampuan menyimakseseorang. Oleh karena itu, meningkatnya kemampuan menyimak berarti membantu meningkatkan kualitas berbicara d. Berbicara dapat dijadikan bentuk reproduksi dari proses menyimakKegiatan berbicara tentunya memerlukan persiapan. Persiapanini dapat dilakukan dengan cara menyimak. Menyimak menjadi suatu kegiatan awal. Hasil simakan ini dapat diwujudkan dalam bentuk keterampilan lainnya, di antaranya berbicara. Sebelum ditemukan huruf braile(huruf yang digunakan khusus untuk penderita tunanetra), para penderita tunanetra mengandalkan keterampilan menyimak sebagai upaya memahami fenomena-fenomena yang terjadi di lingkungan



16



sekitarnya. Segala sesuatu yang diucapkan oleh penderita tunanetra, baik dalam pembicaraan formal maupun nonformal, merupakan hasil dari proses menyimak. B.Bahan Ajar Menyimak & Berbicara di SD kelas rendah A. Hubungan Antara Menyimak dan Berbicara Menyimak dan berbicara merupakan keterampilan yang saling melengkapi, keduanya saling bergantung. Tidak ada yang perlu dikatakan jika tidak ada seorang pun yang mendengarkan, dan meskipun mungkin kita dapat menyimak nyanyian atau doa, komunikasi yang diucapkan merupakan hal utama



yang



perlu



disimak.



Menyimak



dan



berbicara,



merupakan



keterampilan berbahasa lisan, keduanya membutuhkan penyandian dan penyandian kembali simbol-simbol lisan. Pada dasarnya bahasa yang digunakan dalam percakapan dipelajari lewat menyimak dan menirukan pembicaraan. Anak-anak tidak hanya menirukan pembicaraan yang mereka pahami, tetapi juga mencoba menirukan hal-hal yang tidak mereka pahami. Kenyataan ini mengharuskan orang tua dan guru menjadi model berbahasa yang baik, supaya anak-anak tidak menirukan pembicaraan yang memalukan atau tidak benar(Ross dan Roe, 1990:11). B. Pentingnya Menyimak dan berbicara di SD kelas rendah Komunikasi yang pertama kali manusia lakukan dalam awal kehidupannya adalah mendengar, mendengarkan, maupun menyimak. Hal tersebut dibuktikan dengan kegiatan yang pertama kali bayi miliki adalah memahami alam sekitarnya, kemudian menirukan apa yang disimak, dan selanjutnya memproduksi sesuai apa yang disimak. Menyimak dapat dikatakan sebagai respon atas sesuatu yang didengar. Jika dilihat dari segi pemaknaan, maka menyimak merupakan keterampilan berbahasa yang lebih tinggi dari kegiatan mendengar maupun mendengarkan. Secara umum, menyimak memiliki tujuan:  untuk memperoleh, menganalisis, dan mengevaluasi fakta,  memperoleh ide baru dan hiburan, serta  memperbaiki kemampuan berbicara  tujuan menyimak adalah untuk menjadikan siswa dapat menghargai satu sama lain, (2) terbiasa disiplin, berpikir kritis, meningkatkan



17



penalaran



berdasarkan



pengetahuan



dan



pengalaman



yang



dimiliki,berbicara dengan lancar Keberhasilan menyimak di sekolah dasar (SD) dapat meningkatkan keterampilan berbahasa lainnya seperti berbicara, membaca, dan menulis. Oleh karenanya, agar siswa SD kelas rendah memiliki keterampilan berbahasa lainnya, maka diperlukan keterampilan menyimak dengan baik apa yang diajarkan oleh guru. Adanya hubungan antar keterampilan berbahasa tersebut juga ditunjukkan pada teori milik Tompkins dan Hoskisson (dikutip dalam Solchan dkk., 2014: 1.34) yang menyatakan bahwa ketidaklancaran dalam menguasai kemampuan berbahasa lisan (menyimak dan berbicara) akan menyebabkan ketidaklancaran dalam menguasai kemampuan berbahasa tulis (membaca dan menulis). Pernyataan tersebut menunjukan bahwa setiap keterampilan berbahasa memiliki fungsi yang saling berkaitan, sehingga apabila terdapat kesulitan pada salah satu keterampilan berbahasa dan kesulitan tersebut dibiarkan, maka akan memberikan dampak negatif pada keterampilan berbahasa lainnya. C. Kesulitan Menyimak di SD kelas rendah kesulitan menyimak yang dihadapi siswa kelas rendah pada pembelajaran Bahasa Indonesia yang meliputi: 1. Kesulitan siswa kelas rendah dalam memusatkan perhatian untuk menyimak pembelajaran yang disampaikan oleh guru, seperti dalam pembelajaran tematik, menyimak dongeng, menulis permulaan, dan menulis tegak bersambung. Ketidakfokusan siswa, ditandai dengan aktivitas siswa yang menggangu pembelajaran, yaitu bermain, bercerita, dan bercanda. 2. Kesulitan siswa kelas rendah dalam memahami dan menjawab pertanyaan tentang isi dongeng yang disimak dengan tepat, serta mengidentifikasi unsur intrinsik dongeng disimak 3. Kesulitan siswa kelas rendah dalam mengingat dan menceritakan kembali secara lisan isi dongeng yang disimak dengan kalimatnya sendiri.



18



4. Kesulitan siswa kelas rendah dalam memahami dan menjawab pertanyaan tentang isi cerita yang disimak dengan tepat. C.Pengertian Keterampilan Berbicara Dalam pembelajaran bahasa salah satu keterampilan yang harus dikuasai siswa adalah keterampilan berbicara. Keterampilan berbicara menempati kedudukan yang paling penting karena merupakan ciri kemampuan komunikatif siswa. Salah satu indikator keberhasilan siswa belajar adalah kemampuannya mengungkapkan gagasannya secara lisan di dalam kelas dalam satu lingkup mata pelajaran. Menurut Tarigan ,berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atas kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Sedangkan sebagai bentuk atau wujudnya berbicara disebut sebagai alat untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau penyimak. Sedangkan Mulgrave,mengemukakan pendapat bahwa berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi bahasa atau katakata untuk mengekspresikan pikiran. Selanjutnya dikatakan bahwa berbicara merupakan bentuk prilaku manusia yang memanfaatkan faktor fisik, psikis, neurologis, semantik, dan linguistik secara ekstensif sehingga dapat dianggap sebagai alat yang sangat penting untuk melakukan kontrol sosial.



Jadi pada



hakikatnya, berbicara merupakan ungkapan pikiran dan perasaan seseorang dalam bentu bunyi-bunyi bahasa.3 Sedangkan keterampilan berbicara adalah keterampilan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau mengucapkan katakata untuk menceritakan, mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan kepada orang lain dengan kepercayaan diri untuk berbicara secara wajar, jujur, benar, dan bertanggung jawab, serta dapat menghilangkan masalah psikologis seperti rasa malu, rendah hati, berat lidah, dan lain-lain. D.Tujuan Berbicara Tujuan utama dari berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif, seyogianyalah seorang pembicara



19



memahami makna segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan.Tujuan berbicara merupakan hal yang sangat penting untuk ditentukan sebelum seorang pembicara memaparkan gagasannya. Tujuan berbicara merupakan pedoman



bagi



pembicara



untuk



membangun,



mengemas,



dan



menyampaikan idenya untuk sebuah pembicaraan tertentu. Perbedaan tujuan berpengaruh pada bentuk ide yang dikembangkan, kemasan yang digunakan, dan performa penyampaiannya. Tujuan berbicara yang dimaksud adalah sebagai berikut: a. Informatif Tujuan informatif merupakan tujuan berbicara yang dipilih pembicara ketika ia bermaksud menyampaikan gagasan untuk membangun pengetahuan pendengar. Tujuan ini selanjutnya akan lebih sempurna jika bukan hanya bersifat informatif melainkan komunikatif yakni terjadinya timbal balik atas gagasan yang disampaikan pembicara dengan respons yang dihasilkan pendengar. Tujuan berbicara jenis ini merupakan tujuan yang paling dominan dilakukan dalam kehidupan sehari—hari, seperti menerangkan sesuatu, menjelaskan proses, konsep, dan data, mendeskripsikan benda, dan berbagai kegiatan informasiona lainnya. b. Rekreatif Tujuan rekreatif merupakan tujuan berbicara untuk memberikan kesan menyenangkan bagi diri pembicara dan pendengar. Jenis tujuan ini adalah untuk menghibur pendengar sehingga pendengar menjadi merasa terhibur oleh adanya pembicara. Pembicaraan semacam ini biasanya berbentuk lawakan, guyonan, dan candaan. Namun demikian, bergosip juga merupakan salah satu bentuk pembicaraan yang bertujuan untuk hiburan, dengan syarat tidak dilakukan dengan tendensi penghinaan, penghakiman, dan berbagai bentuk penekanan psikologis serius yang lain. c. Persuasif Tujuan persuasif merupakan tujuan pembicaraan yang menekankan daya bujuk sebagai kekuatannya. Hal ini berarti tujuan pembicaraan ini



20



lebih menekankan pada usaha mempengaruhi orang lain untuk bertindak sesuai dengan apa yang diharapkan pembicara melalui penggunaan bahasa yang halus dan penuh daya pikat. Tujuan berbicara jenis ini banyak digunakan oleh seseorang dalam kegiatan kampanye, propoganda, penjualan, dan lain-lain. d. Argumentatif Tujuan argumentatif merupakan tujuan berbicara untuk meyakinkan pendengar atas gagasan yang disampaikan oleh pembicara. Ciri khas tujuan ini adalah penggunaan alasan-alasan rasional di dalam bahan pembicaraan yang digunakan pembicara. Berbicara jenis ini banyak digunakan dalam kegiatan diskusi ilmiah, keilmuan, dan debat politik. Sedangkan tujuan pembelajaran berbicara di SD dikelompokkan atas: (1) tujuan pembelajaran berbicara di kelas rendah, dan (2) tujuan pembelajaran berbicara di kelas tinggi. Tujuan Pembelajaran Berbicara di Kelas Rendah Tujuan pembelajaran berbicara di kelas rendah, antara lain: 1) Melatih keberanian siswa, 2) Melatih Siswa Menceritakan Pengetahuan dan Pengalamannya 3) Melatih Menyampaikan Pendapat 4) Membiasakan Siswa untuk bertanya E.Prinsip-Prinsip Pembelajaran Berbicara Pelaksanaan pembelajaran berbicara akan mampu berjalan dengan baik jika seorang guru memahami benar prinsip-prinsip pembelajran berbicara. Beberapa prinsip pembelajaran berbicara tersebut adalah sebagai beikut: 1) Pembelajaran berbicara harus ditujukan untuk membentuk kematangan psikologis anak dalam hal berbicara 2) Pembelajaran berbicara harus melibatkan anak secara langsung berbicara dalam 3) Pembelajaran berbicara harus dilakukan melalui pola pembelajaran interaktif. 4) Pembelajaran berbicara harus dilakukan sekaligus dengan membekali strategi berbicara.



21



5) Pembelajaran berbicara harus pula dilakukan seiring dengan pengukuran kemampuan berbicara secara tepat melalui praktik langsung. 6) Kemampuan berbicara anak hendaknya diukur dan dipantau oleh guru secara berkesinambungan. 7) Pembelajaran berbicara harus diorientasikan pada pembentukan kemahiran berbicara atau membentuk siswa menjadi pembicara yang kreatif. F. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemampuan Berbicara Ada beberapa faktor yang memengaruhi kemampuan berbicara seseorang. adalah sebagai berikut: a. Kepekaan Terhadap Fenomena Faktor



ini



berhubungan



dengan



kemampuan



pembicara



untuk



menjadikan sebuah fenomena sebagai sumber ide. Seorang pembicara yang baik akan mampu menjadikan segala sesuatu yang ada disekitarnya walaupun sekecil apa pun sebagai sumber ide. Sebaliknya, seorang yang tidak tanggapterhadap fenomena tidak akan mampu menghasilkan gagasan walaupun sebuah peristiwa besar terjadi pada dirinya. b. Kemampuan Kognisi dan Imajinasi Kemampuan ini berhubungan dengan daya dukung kognisi dan imajinasi pembicara. Pembicara yang baik akan mampu menentukan kapan ia menggunakan kemampuan kognisinya untuk menghasilkan pembicaraan dan kapan ia harus menggunakan imajinasinya. Kemampuan penggunaan kognisi dan atau imajinasi ini sangat berhubungan dengan tujuan pembicaraan yang akan ia lakukan. c. Kemampuan Berbahasa Kemampuan berbahasa merupakan kemampuan pembicara mengemas ide dengan bahasa yang baik dan benar. Dalam kaitannya dengan faktor bahasa, pembicara yang baik hendaknya menguasai benar seluruh tataran linguistik dari fonem hingga semantikpragmatik sehingga ia akan mengemas ide tersebut secara tepat makna dan tepat kondisi.



22



Selain itu, kemampuan ini juga berhubungan dengan organ berbicara seseorang. Seorang pembicara yang mengalami kelainan dengan organ penghasil bunyinya akan mengalami hambatan ketika berbicara. Misalnya seorang yang cadel akan kesulitan melafalkan huruf r, sehingga tuturan yang dihasilkannya menjadi kurang sempurna. d.



Kemampuan Psikologis Kemampuan psikologis berhubungan dengan kejiwaan pembicara misalnya keberanian, ketenangan, dan daya adaptasi psikologis ketika berbicara. Seseorang yang mampu mengemas ide dengan baik bisa saja kurang mampu menyampaikan ide tersebut secara lisan karena terganggu oleh ketenangan ketika berbicara atau bahkan ia tidak menyampaikan idenya karena tidak memiliki keberanian, gugup, dan mendapatkan tekanan ketika berbicara.



e.



Kemampuan Performa Kemampuan



performa



lebih



berhubungan



dengan



praktik



berbicara. Seorang pembicara yang baik akan menggunakan berbagai gaya yang sesuai dengan situasi, kondisi, dan tujuan pembicaraannya. Gaya juga berhubungan dengan perilaku ketika seseorang melakukan pembicaraan seperti ekspresi, kesanggupannya membangun komunikasi interaktif, dan bahkan berhubungan penampilan berpakaian pembicara G. Indikator Ketercapaian Tujuan Berbicara Indikator ketercapaian tujuan berbicara adalah sebagai berikut:  Pemahaman Pendengaran Tujuan berbicara dapat dikatakan tercapai jika pembicara mampu meningkatkan pengertian dan pemahaman pendengar. Pengertian dan pemahaman di sini artinya adalah pendengar mampu menerima dan memahami secara cermat gagasan yang disampaikan oleh pembicara sehingga terdapat kesamaan antara maksud pembicara dengan persepsi pendengar. Dalam hal ini jika tidak terdapat kesamaan maksud dan persepsi, timbullah kondisi yang kita kenal dengan istilah miss komunikasi.  Perhatian Pendengar



23



Tujuan berbicara dapat dikatakan tercapai jika pembicara mampu menumbuhkan perhatian pendengar untuk menyimak secara sungguhsunguh segala sesuatu yang disampaikan pembicara. Perhatian juga dapat diartikan kesenangan pada diri pendengar. Jadi, jika pendengar sudah senang dan penuh perhatian menyimak pembicaraan pembicara, pembicaraan yang dilakukan telah berhasil.  Cara Pandang Pendengar Tujuan ini dapat dikatakan tercapai jika pembicara mampu memengaruhi cara pandang pendengar agar sesuai dengan cara pandang dirinya. Cara pandang dimaksud adalah sikap dan keyakinan pendengar terhadap suatu objek tertentu. Misalnya, jika seorang pembicara tidak suka terhadap supir angkutan kota dan kemudian pendengar yang pada awalnya menyukai supir angkutankota menjadi tidak menyukai supir angkutan kota tersebut, kondisi seperti ini menunjukkan bahwa pembicaraan yang dilakukan telah berhasil mengubah cara pandang pendengar.  Perilaku Pendengar Indikator terakhir adalah berubahnya perilaku pendengar setelah menyimak pemaparan gagasan yang dilakukan pembicara. Sebagi contoh, seorang pembicara melakukan pemaparan gagasannya tentang pentingnya membuang sampah pada tempat sampah di hadapan para pendengar yang suka membuang sampah sembarang dan kemudian pendengar berubah kebiasaanya menjadi membuang sampah pada tempat sampah, tujuan pembicaraan mengubah perilaku ini telah tercapai C.Teknik dan Strategi Pembelajaran Menyimak dan Berbicara di SD Kelas Rendah 3.1 Teknik Pembelajaran Menyimak di SD Kelas Rendah Guru dapat menggunakan teknik



untuk meningkatkan keterampilan



menyimak siswa.Teknik yang dipilih sangat tergantung kepada guru dalam mempertimbangkan tujuan, bahan, dan keterampilan proses yang ingin



24



dikembangkan. Pengajaran menyimak yang bervariasi sangat menunjang minat dan gairah belajar siswa. Proses belajar yang dilandasi oleh minat dan gairah belajar siswa dapat diharapkan akan lebih berhasil. Beberapa teknik yang digunakan pada pembelajaran menyimak di SD kelas rendah adalah sebagai berikut: 1) Teknik Simak Ulang-Ucap Teknik Simak ulang-ucap bertujuan untuk memperkenalkan bunyi bahasa, cara mengucapkan/melafalkan



bunyi,



membaca



teknik,



dan



meningkatkan



keterampilan menyimak serta berbicara. Teknik simak ulang ucap,



digunakan pada saat guru mengenalkan nama-nama tokoh dalam cerita pendek dan siswa di minta mengulangnya kembali apa saja yang baru gurunya sampaikan dengan cara menguraikan dengan bahasa sendiri dari tempat duduk masing-masing. (Rahmawati dkk.2019:96-100) Misalnya: Guru : selamat pagi Siswa: (mengulang ucapan guru) Guru :m,a,k,a,n,p,a,g,i Siswa:m,a,k,a,n,p,a,g,i 2) Teknik simak kerjakan digunakan pada saat guru membaca soal evaluasi kepada siswanya kemudian siswa diminta langsung mengerjakan soal tersebut sebelum berpindah ke soal yang lainnya.Teknik ini diawali dengan guru memberikan sebuah perintah yang harus disimak oleh siswa dengan sebaik-baiknya.setelah guru selesai memberi perintah,siswa selanjutnya mengerjakan perintah yang diberikan oleh guru. Misalnya: Guru: Ajaklah teman sebangkumu menyanyikan “Balonku” Siswa: (menyanyikan lagu “Balonku” bersama teman sebangku.) 3) Teknik simak terka digunakan pada saat materi pembelajaran mengenai syair atau pantun teka-teki kemudian siswa diminta menerka jawaban dari teka-teki



25



tersebut.Contoh: Guru mempersiapkan deskripsi sesuatu benda tanpa menyebut nama bendanya. Deskripsi itu disampaikan secara lisan kepada siswa. Kemudian siswa diminta menerka nama benda itu. Misalnya: Guru : Aku biasa ada di sebuah tempat berbentuk kotak,berbentuk kenyal,berwarna,lucu,dan kadang-kadang wangi.Aku biasanya bertugas menghapus tulisan yang salah.Siapakah aku? Siswa :Penghapus 4) teknik simak tulis digunakan pada saat guru meminta siswa mencatat huruf vokal dan konsonan yang telah diucapkan oleh gurunya, hal ini diterapkan oleh guru kelas 1 SD, sedangkan di kelas SD digunakan guru pada saat mendikte kalimat-kalimat pendek. Misalnya: Guru : Pada bagian tengah kertas,tulislah kalimat “Aku bisa” Siswa : (Menyimak kemudian Menulis,”Aku bisa” 5) Dikte Dikte atau mendikte merupakan metode yang sudah berkembang sejak lama. Meskipun bukan suatu metode pembelajaran yang inovatif akan tetapi mendikte dapat digunakan untuk melatih daya simak siswa. Mendikte bertujuan untuk membedakan bunyi bahasa, memperluas kosa kata. 6) Teknik Memperluas Kalimat Memperluas kalimat bertujuan untuk meningkatkan intensitas simakan, dan mengembangkan daya simak dengan cara siswa melengkapi kalimat yang



guru



sebutkan



dengan



menggabungkan



beberapa



kalimat,



menambahkan keterangan, dan mengubah bentuk kalimat. Teknik memperluas kalimat hanya digunakan oleh guru kelas 2, yaitu siswa diminta menyimak kalimat pendek yang dibuat oleh gurunya setelah itu siswa diminta memberi gambaran mengenai kelanjutan kalimat tersebut. Misalnya: Guru : Liburanku di rumah nenek.



26



Siswa: Menirukan “liburanku di rumah nenek” Guru :sungguh asyik dan menyenangkan Siswa: “Liburanku di rumah nenek” “sungguh asyik dan menyenangkan” 7) Merespons Simakan Merespons simakan bertujuan untuk meningkatkan kepekaan menyimak, merespons simakan, atau mengidentifikasi kata penting dalam materi simak. 8) Permainan Bahasa Permainan bahasa bertujuan untuk meningkatkan kepekaan menyimak, membuat simpulan, dan mengambil keputusan 9) Teknik Bisik Berantai Bisik berantai bertujuan untuk meningkatkan daya ingat dari apa yang didengar, menyampaikan pesan sesuai dengan apa yang didengar, melatih keterampilan berbicara, dan menanamkan rasa percaya diri serta kerja sama. Teknik bisik berantai, yaitu digunakan guru untuk menyampaikan kalimat pendek kepada salah satu siswa kemudian siswa tersebut diminta untuk melanjutkan kalimat yang disampaikan gurunya kepada siswa lain. Misalnya: Guru : Aku memiliki coklat yang kubeli dari toko bercat cokelat. Siswa 1: Aku memiliki cokelat yang kubeli dari toko bercat cokelat. Siswa 2:Aku memiliki cokelat dari toko bercat cokelat. Siswa 3:................................................................ Siswa 4:................................................................ Siswa terakhir: Aku memiliki Cokelat Guru : Mengecek ucapan kalimat akhir 10) Teknik menjawab pertanyaan, yaitu guru memberikan pertanyaan dan siswa diminta menjawab. 11) Teknik identifikasi tema/kalimat topik/kata kunci, Caranya guru membacakan sebuah paragraf kemudian siswa harus menerka apa tema nya? Mana kalaimat topiknya? Dan apa saja kata kunci dari paragraf tersebut? Contoh menentukan kalimat topik:



27



Guru : (membacakan paragraf) Salah satu kekayaan bangsa Indonesia yang harus dibanggakan dan dilestarikan ialah karya sastra.Saat ini banyak karya sastra Indonesia yang terlupakan dan hampir punah.Karya sastra Indonesia juga banyak diakui oleh negara lain sebagai bagian dari produk negaranya. Siswa: (mengidentifikasi topik) Karya sastra adalah kekayaan bangsa Indonesia yang harus dibanggakan dan dilestarikan. 12) Teknik menyelesaikan cerita Teknik ini dilakukan dengan guru menceritakan sebuah cerita kemudian siswa menyimak cerita tersebut.Setelah cukup memberikan awalan sebuah cerita,guru menghentikan cerita dan meminta 1 siswa melanjutkan cerita dari guru.Siswa 1 yang melanjutkan cerita pada satu waktu juga akan menghentikan kegiatan cerita kemudian beralih ke siswa 2 untuk melanjutkan ceritanya.Demikian seterusnya hingga tercipta sebuah cerita yang memiliki unsur-unsur cerita yang lengkap. Misalnya: Guru : ( mengawali cerita) Suatu pagi yang cerah,Putru Helena pergi ke taman Bunga untuk melihat kondisi tamannya setelah semalaman diguyur hujan.Putri Helena terkejut karena taman bunga tersebut telah porak poranda tak bersissa satu bunga disana.Putri Helena menangis sedih melihat kondisi tamannya. Siswa 1: ( melanjutkan cerita guru) Tiba-tiba ada seorang pemuda yang menyapa putri Helena ,”Hai Putri,Apakah ini taman bunga milikmu?”Putri Helena pun terkejut dan menjawab dengan terbata-bata antara takut dan sedih, “Iya” 13) Mendengarkan Cerita



28



Mendengarkan cerita bertujuan untuk untuk mencatat pokokpokok pikiran cerita, menentukan tema cerita, menjelaskan tokohtokoh cerita, dan menceritakan kembali cerita yang didengar. 14) Merangkum Pembicaraan 15) Merangkum pembicaraan adalah aktivitas meringkas cerita atau pembicaraan yang disimak. Ringkasan cerita tersebut diceritakan kembali, baik dengan cara ditulis maupun dilisankan dengan kata-kata siswa sendiri. Tujuannya yaitu untuk mencatat isi pokok pembicaraan, menyampaikan isi pokok pembicaraan, dan menjelaskan informasi yang diperoleh dari percakapan. Teknik merangkum telah digunakan pengajar kelas 2 SD untuk merangkum isi cerita pendek yang sudah dibacakan sebelumnya hal ini dilakukan guru guna mengukur kemampuan siswa dalam menyimak. 16) Teknik bercerita / rekaman Pembelajaran menyimak dapat dilakukan oleh guru dengan memperdengarkan suatu cerita. Guru dapat langsung bercerita di depan kelas. Guru pun bisa saja merekam ceritanya dan memperdengarkan rekaman itu kepada siswa. Menurut Iswara,Salah satu kekurangan dengan teknik rekaman adalah cerita tidak bisa diulang seandainya siswa tidak memperhatikan. Pengulangan itu bisa dilakukan namun akan merepotkan. Guru dapat memutar rekaman dua kali bahkan tiga kali. Selanjutnya siswa diminta untuk mampu mengomentari tokoh cerita. Guru menyiapkan cerita dan diperdengarkan menggunakan media audio, misalnya hp atau laptop. Guru harus yakin bahwa siswa dapat mendengarkan media audio yang dibuatnya. Suara audio yang nyaring sangat penting dalam pembelajaran. Tanpa audio yang nyaring,siswa tidak akan bisa mendengarkan cerita dengan baik. (Sufriadi. https://ppjp.ulm.ac.id ) 3.2 Teknik Pembelajaran Berbicara di SD Kelas Rendah Berikut teknik pembelajaran Berbicara di SD kelas rendah: 1.



Teknik ulang-ucap Teknik ini melibatkan aspek menyimak dan berbicara.Penggunaan suara atau rekaman guru sebagai dasar ntuk menggunakan teknik ini.Guru



29



memberikan bahan simakan kepada siswa kemudian siswa mengulang dan mengucapakannya secara benar baiklafal,intonasi,mimik adan artikulasi. 2.



Teknik lihat-ucap digunakan pada saat guru menerangkan mengenai manfaat media yang ada di dalam kelas dengan cara meminta siswa untuk menyebutkan nama-nama media pembelajaran di dalam kelasnya. Selain itu, guru juga menuliskan beberapa kosakata dan huruf vokal konsonan di papan tulis kemudian



siswa



diminta



menyebutkan



kembali



setelah



guru



mencontohkan cara pengucapan yang benar dalam huruf vokal dan konsunan tersebut. 3.



teknik menjawab pertanyaan digunakan pada saat guru memberikan pertanyaan kepada siswa mengenaikan biodata siswa kemudian siswa diminta langsung menjawab pertanyaan tersebut;



4.



teknik melanjutkan digunakan pada saat guru menyebutkan mengenai kegiatan siswa setiap pagi dengan cara menggunakan lagu “bagun tidur” tapi hanya diucapkan bukan dinyanyikan, seperti guru bertanya dengan pertanyaan, “setiap bagun tidur kita ....” kemudian siswa diminta melanjutkan kalimat gurunya;



5.



teknik menceritakan kembali digunakan pada saat guru membacakan cerita anak kepada siswa kemudian siswa diminta menceritakan kembali di depan kelas dengan bahasa sendiri;



6.



teknik reka cerita gambar digunakan pada saat guru meminta siswa memperhatikan gambar dalam buku teksnya kemudian siswa diminta menerka cerita pada gambar yang ada dibuku teksnya.Penggunaan media gambar merupakan cara ampuh untuk memancung perhatian siswa.Guru memberikan potongan gambar secara acak kemudian siswa merangkai gambar menjadi sebuah



30



gambar yang runtut dan disampaikan secara lisan.( Rahmawati dkk.2019:100-102) teknik bercerita



7.



digunakan pada saat guru meminta siswa menceritakan mengenai kegiatannya sehari-hari; teknik wawancara /pertanyaan investigasi.



8.



digunakan guru pada saat menanyakan biodata siswa.teknik ini digunakan guru untuk menciptakan suasana berbicara di kelas.Guru melempar topik kepada siswa dengan memberikan pancingan pertanyaan menggali.Kemudian siswa berdiskusi untuk menentukan jawaban apa yang mungkin terhadap pertanyaan.Teknik ini berguna untuk menciptakan kegiatan berbicara secara mendalam dan menilai pemahaman siswa terhadap materi. Memperlihatkan dan bercerita ( Show and tell)



9.



Siswa disuruh membawa benda-benda yang telah diberi topik sebelumnya.Setelah itu,siswa mempresentasikan benda yang dbawa dengan menggunakan 5 W + 1 H.Melalui teknik ini,guru dapat menilai kemampuan berbicara siswa dalam mempresentasikan benda yang telah dibawa. Sufriadi. https://ppjp.ulm.ac.id ) 3.3 Strategi Pembelajaran Menyimak dan Berbicara di SD Kelas Rendah Berdasarkan Hasil penelitian menunjukkan bahwa problematika yang dihadapi guru adalah peserta didik kelas rendah masih kesulitan dalam menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Guru memiliki beberapa strategi dalam



pembelajaran



bahasa



Indonesia



pada



keterampilan



berbahasa



(menyimak, berbicara). Guru melakukan pendekatan langsung kepada peserta didik yang mengalami kesulitan dalam menyimak dan berbicara.dengan cara Peserta didik yang kesulitan menyimak atau kurang memperhatikan akan langsung dipanggil oleh guru untuk maju ke depan. Peserta didik yang kesulitan berbicara bahasa Indonesia yang baik dan benar akan dibiasakan untuk berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.



31



(Hawanti



dkk.2020:



http://jurnalnasional.ump.ac.id/index.php/jrpd/article/view/7933 ) Guru yang berpengalaman dan kreatif , tidak akan mengalami kesulitan dalam memilih strategi yang tepat untuk melaksanakan tugas itu. Agar strategi yang dipilih dan diterapkan dapat mencapai sasarannya perlu diperhatikan beberapa prinsip yang melandasi pembelajaran berbahasa lisan seperti berikut. a. Pengajaran keterampilan berbahasa lisan harus mempunyai tujuan yang jelas yang diketahui oleh guru dan siswa. b. Pengajaran keterampilan berbahasa lisan disusun dari yang sederhana ke yang lebih kompleks, sesuai dengan tingkat perkembangan bahasa siswa. c.



Pengajaran keterampilan berbahasa lisan harus mampu menumbuhkan partisipasi aktif terbuka pada diri siswa.



d. Pengajaran keterampilan berbahasa lisan harus benar-benar mengajar bukan menguji. Artinya, skor yang diperoleh siswa harus dipandang sebagai balikan bagi guru. Agar pembelajaran berbahasa lisan memperoleh hasil yang baik, strategi pembelajaran yang digunakan guru harus memenuhi kriteria berikut. 1. Relevan dengan tujuan pembelajaran. 2. Menantang dan merangsang siswa untuk belajar. 3. Mengembangkan kreativitas siswa secara individual ataupun kelompok. 4. Memudahkan siswa memahami materi pelajaran 5. Mengarahkan aktivitas belajar siswa kepada tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. 6. Mudah diterapkan dan tidak menuntut disediakannya peralatan yang rumit. 7. Menciptakan suasana belajar-mengajar yang menyenangkan Berikut strategi pembelajaran menyimak dan berbicara di SD kelas rendah: 1. Menjawab Pertanyaan Latihan menjawab pertanyaan secara lisan berdasarkan bahan simakan sangat menunjang pengembangan keterampilan berbahasa lisan



32



siswa. Ada lima pertanyaan yang perlu disajikan guru, yaitu (a) siapa yang berbicara, (b) apa yang dibicarakan, (c) mengapa hal itu dibicarakan, (d) di mana hal itu dibicarakan, dan (e) bila hal itu dibicarakan. Dengan demikian, guru harus pandai memilih bahan simakan yang sesuai



misalnya, dongeng atau cerita anak, sehingga



kelima pertanyaan itu dapat diajukan. 2. Bermain Tebak-tebakan Bermain tebak-tebakan dapat kita laksanakan dengan berbagai cara. Cara yang sederhana, guru mendeskripsikan secara lisan suatu benda tanpa menyebutkan nama bendanya. Tugas siswa menerka nama benda itu. Banyak modifikasi yang dapat dilakukan guru untuk permainan tebak-tebakan ini. Misalnya, untuk menebak benda atau sesuatu yang ditulis guru di belakang papan tulis, secara bergantian siswa mengajukan pertanyaan yang hanya dapat dijawab dengan ”ya” atau ”tidak” oleh guru . Sebaiknya jumlah pertanyaan yang diajukan siswa tidak boleh lebih dari dua puluh buah. Setelah itu, siswa diminta untuk menebak benda yang dimaksudkan guru dengan cara merangkum jawaban pertanyaan yang telah diajukan. Agar permainan lebih menarik, bagilah kelas ke dalam beberapa kelompok. Contoh Guru : ”Saya telah menuliskan nama benda di belakang papan tulis. Ajukan paling banyak dua puluh pertanyaan yang akan Bu Guru jawab dengan ya atau tidak/bukan. Silakan Regu 1 bertanya Regu 1 : ”Benda mati?” Guru : ”Bukan .Regu 2 Regu 2 : ”Nama Binatang ?” Guru : ”Ya!” Regu 1 : ”Binatang itu berkaki empat” Guru : ”Tidak” Regu 2 : ”Berkaki dua?” Guru : ”Ya!”



33



Regu 1 : ” Binatang itu bersayap?” Guru : ”Ya”. Setelah dua puluh pertanyaan diajukan oleh regu 1 dan regu 2, guru menyiapkan setiap regu menebak nama binatang itu, misalnya: Regu 1 :”Dari jawaban yang kami peroleh, benda itu termasuk binatang berkaki dua, bersayap, berparuh, dagingnya biasa dimakan orang, maka binatang itu adalah itik” Regu 2 : ’Jawaban yang kami peroleh menyatakan bahwa benda yang dimaksud ada mahluk hidup, sejenis binatang, bersayap, berparuh, tidak dapat terbang jauh, dagingnya biasa dimakan orang. Kami berkesimpulan binatang itu adalah ayam”. Regu 3 : ’Jawaban yang kami peroleh menyatakan bahwa benda yang dimaksud adalah mahluk hidup, sejenis binatang, bersayap, berparuh, tidak dapat terbang Jauh, dagingnya biasa dimakan orang. Kami berkesimpulan binatang itu adalah ayam”. Guru (membalikkan papan tulis): ”Baik, mari kita lihat, siapa pemenangnya!” 3. Memberi Petunjuk Memberi petunjuk, seperti petunjuk mengerjakan sesuatu, petunjuk mengenai arah atau letak suatu tempat, memerlukan sejumlah persyaratan. Petunjuk harus jelas, singkat, dan tepat. Siswa yang sering berlatih akan mendapat kesempatan yang luas untuk berlatih memberi petunjuk. Contoh: Guru : “Anak-anak, coba jelaskan bagaimana cara menuju ke rumahmu masing-masing dari sekolah!” Siswa : “Ikuti jalan Merdeka ke arah selatan. Sampai pertigaan jalan Merdeka dan jalan Sudirman, belok ke kanan, terus hingga perempatan jalan, kemudian belok ke kiri. Ikuti jalan A.Yani sampaike alun-alun. Di sebelah



barat alun-alun ada masjid.



Rumah saya nomor dua sebelah utara masjid itu!” Guru : “Bagus, Dewi. Sekarang kamu , Dirto!



34



Dirto : “Rumah saya dekat dari sekolah. Ikuti jalan Merdeka ke utara. Sampai di



pertigaan belok ke barat. Ikuti jalan Dr. Supeno



sampai ke rumah sakit. Di seberang rumah sakit itu rumah saya!” Guru : “Baik sekali, Dirto.” 4. Identifikasi Kalimat Topik Guru membacakan sebuah paragraf siswa menuliskan kalimat topiknya Guru :



“Simak baik-baik paragraf berikut. Yang manakah kalimat



topiknya?”



Ruang



kelas



kami



luas



dan



menyenangkan.



Ukurannya 8x10 m. Jendelanya besar dan menghadap ke taman. Penerangan listrik cukup sehingga kelas dapat digunakan di saat langit mendung. Lantainya ubin berwarna abu-abu. Dinding kelas berwarna putih bersih. Meja, kursi, dan papan tulis masih baru. Siswa : (Menyimak dan mencari kalimat topik). Guru : “Apa kalimat topik paragraf tadi? Coba sebutkan kamu, Ari.” Siswa : “Ruang kelas kami luas dan menyenangkan.” Guru : “Tepat, tepat sekali! Bagus, Ari, bagus. 5. Main Peran Main peran adalah simulasi tingkah laku dari orang yang diperankan. Tujuannya adalah (a) melatih siswa untuk menghadapi situasi yang sebenarnya, (b) melatih praktik berbahasa lisan secara intensif, dan (c) memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuannya berkomunikasi. Dalam bermain peran, siswa



bertindak,



berlaku,



dan



berbahasa



seperti



orang



yang



diperankannya. Dari segi bahasa berarti siswa harus mengenal dan dapat menggunakan ragam-ragam bahasa yang sesuai 6. Bercerita Bercerita menuntun siswa menjadi pembicara yang baik dan kreatif. Dengan bercerita siswa dilatih untuk berbicara jelas dengan intonasi yang tepat, menguasai pendengar , dan untuk berperilaku menarik. Kegiatan bercerita harus dirancang dengan baik. Sebelum kegiatan ini dilaksanakan, jauh sebelumnya guru sudah meminta siswa untuk memilih cerita yang menarik. Setelah itu siswa diminta



35



menghafalkan jalan cerita agar nanti pada pelaksanaannya, yaitu bercerita di depan pendengarnya, tidak mengalami kesulitan. 7. Dramatisasi Dramatisasi atau bermain drama adalah kegiatan mementaskan lakon atau cerita. Biasanya cerita yang dilakonkan sudah dalam bentuk drama. Guru dan siswa terlebih dahulu harus mempersiapkan naskah atau skenario, perilaku, dan perlengkapan. Bermain drama lebih kompleks daripada bermain peran. Melalui dramatisasi, siswa dilatih untuk mengekspresikan perasaan dan pikirannya dalam bentuk bahasa lisan (Puspita.http://staffnew.uny.ac.id/upload/132313273/pengabdian/strategipembelajaran-bahasa-indonesia-sd.pdf ) DAFTAR PUSTAKA Rahmawati,Puji



dkk.2019.Pembelajaran



Bahasa



Indonesia



Sekolah



Dasar.Surakarta:Muhammadiyah University Press Puspita,Linda.2017.Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia SD Rendah.Diambil



dari



sumber



internet



Kelas melalui



http://staffnew.uny.ac.id/upload/132313273/pengabdian/strategipembelajaran-bahasa-indonesia-sd.pdf (diakses tanggal 15 Maret 2021 jam 07.10 WIB) Rahman,dkk.2019.Menyimak



dan



Berbicara.E-Book.Diambil



dari



http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_DAERAH/1 95704011984121 (diakses tanggal 15 Maret 2021 jam 08.15 WIB) Kurniawan,Satria dkk.2020.Problematika dan Strategi dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas Rendah Sekolah dasar.Diambil dari http://jurnalnasional.ump.ac.id/index.php/jrpd/article/view/7933 (diakses tanggal 15 maret 2021 jam 09.28 WIB) Sufriadi.2018.Pembelajaran Bahasa Indonesia SD di kelas Rendah. Diambil dari https://ppjp.ulm.ac.id (diakses tanggal 15 Maret 2021 jam 10.31 WIB)



36



http://eprints.umm.ac.id/37222/3/jiptummpp-gdl-abdillahdw-53097-3babii.pdf https://eprints.uny.ac.id/13992/2/Bab%20II.pdf http://repository.ut.ac.id/4818/1/PBIN4330-M1.pdf BA_18P01593_603756159963b.pdf http://eprints.ums.ac.id/86352/1/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf http://digilib.uinsby.ac.id/16726/5/Bab%202.pdf



37