Kelompok 6 - Eksperimen Dan Survei [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH METODE WAWANCARA (INTERVIEW) DAN OBSERVASI



Oleh KELOMPOK 6 Irma Rachmitasari (196020300111029) Kadek Weda Noveadjani Tista (196020300111035)



KELAS EF



PROGRAM PASCASARJANA AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA



BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Riset ekperimen dan survei merupakan dua metode penelitian kuantitatif. Dua metode tersebut pernah mengalami kejayaan di panggung sejarah penelitian utamanya antara 1950-1960 sempat menggeser penelitian kualitatif rintisan Malinowski atau Elton Mayo, tulis Wikipedia. Eksperimen dan survei adalah riset hypothesis testing (uji hipotesis.). William C. Levin (1991; 41-42) membedakan dua bentuk hipotesis; descriptive hiphotesis, lazim dipakai dalam riset survei, sedangkan eksperimen menggunakan causal hiphotesis (John Creswell,1994; 10-11). Survei sering menggunakan sample sebagai representasi dari populasi sementara eksperimen menggunakan variable; dependen, independen dan variable kontrol. Eksperimen dan survei sebagai riset kuantitatif dapat dibaca juga dalam tulisan Earl Babbie, Geoffrey Keppel, Morton Arkava dan Thomas A. Lane. Clifford J. Drew (1984; 33) menyatakan bahwa riset eksperimen punya sejarah yang lama dan kaya karena digunakan oleh berbagai disiplin, obat-obatan, pertanian dan psikologi. adalah Ronald A. Fischer, figur yang disebut sebagai bapak riset eksperimen untuk disiplin ilmu-ilmu social (social scienes) karena karyakaryanya yang muncul pada awal-awal abad 20. Karyanya diterbitkan mulai 1925, 26 dan 35. Figur lain dengan disiplin berbeda adalah Mc Call dengan karya tulisnya dalam disiplin pendidikan. Dalam perkembangannya, beberapa sarjana lain menggunakan karya Mc Call untuk riset biologi, obat-obatan. Namun harus diakui bahwa tidak semua disiplin dikaitkan dengan riset eksperimental. Riset eksperimen adalah sebuah penelitian di mana peneliti sejak awal telah melakukan manipulasi dengan hanya menetapkan satu faktor sebagai variabel, demikian Creswell (1994; 117). Hipotesis dalam riset eksperimen kuantitatif berangkat dari fakta dan secara langsung akan diuji melalui eksperimen. Ini berbeda dari hipotesis dalam riset kualitatif. Dalam riset kualitatif, hipotesis berangkat dari teori yang telah ada sebelumnya. Dengan kata lain, hipotesis dilandaskan pada suatu teori tertentu. Karena



2



itu serimg dalam rancangan riset kualitatif menggunakan istilah landasan teori; artinya teori tertentu yang dijadikan landansan merumuskan hipotesis. Misal, seorang peneliti menguasai teori fungsi manifes dan fungsi laten. Di atas teori ini, peneliti merumuskan satu hipotesis guna membutkikan keabsahan fungsi manefies dan fungsi laten sebagai teori. Secara tipikal, survei digunakan untuk mengumpulkan fakta dan gambaran keadaan mengenai situasi tertentu. Metode ini dinamakan juga dengan penelitian deskriptif yang berupaya mendeskripsikan kondisi-kondisi atau keadaan sesuatu; dan jika dipandang mungkin menarik kesimpulan secara umum dari fakta yang ditemukan. Survei deskriptif umumnya memfokuskan pada mengumpulkan opini serta karakteristik obyek penelitian. Namun Survei yang bersifat deskriptif dapat dijadikan metode evaluasi, misalnya oleh pengusaha yang bertujuan mengevaluasi respons masyarakat terhadap produk tertentu atau oleh pemerintah untuk mengevaluasi kinerja, program atau kebijakan pemerintah melalui uji hipotesis (Morton L, Arkava dan Thomas Lane, 1983; 167) Survei evaluatif sering menggunakan metode praktis, yakni uji hipotesis guna mengukur dan mengetahui secara pasti respons masyarakat terhadap kebijakan dana pendidikan dua puluh persen dari anggaran belanja pemerintah. Mungkin hipotesis yang akan diuji, rendahnya mutu pendidikan dipengaruhi oleh rendahnya anggaran untuknya. Peneliti mengambil sample dari populasi penduduk.



2. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dari makalah ini ialah : a. Apa yang dimaksud dengan eksperimen laboratorium dan eksperimen lapangan? b. Apa yang dimaksud validitas internal dan validitas eksternal dalam desain eksperimen? c. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi validitas? d. Apa saja jenis desain eksperimen? e. Apa saja kemungkinan persoalan etika yang muncul dalam penelitian eksperimental?



3



f. Apa saja metode survei? g. Apa saja kemungkinan kesalahan yang timbul dalam survei? h. Bagaimana memilih metode survei yang optimal?



3. Tujuan Adapun tujuan dari makalah ini ialah Anda diharapkan dapat : a. Membedakan eksperimen laboratorium dan eksperimen lapangan. b. Mengidentivikasi validitas internal dan validitas eksternal dalam desain eksperimen. c. Memahami faktor-faktor yang mempengaruhi validitas. d. Menjelaskan jenis desain eksperimen yang berbeda. e. Memahami persoalan etika dalam penelitian eksperimental. f. Menjelaskan berbagai macam metode survei. g. Mengidentifikasi kesalahan dalam survei. h. Memilih metode survei yang optimal.



4



BAB II PEMBAHASAN 1. EKSPERIMEN Eksperimen (experiment) merupakan studi yang melibatkan intervensi dari peneliti melebihi apa yang dibutuhkan untuk pengukuran. Bentuk umum dari intervensi ini adalah memanipulasi beberapa variabel pada keadaan tertentu dan mengobservasi bagaimana hal tersebut memengaruhi subjek yang diteliti. Desain eksperimen dibuat untuk menguji kemungkinan hubungan sebab dan akibat antarvariabel, sebagai kebalikan dari studi korelasi yang menguji hubungan antarvariabel tanpa perlu berusaha untuk menemukan apakah satu variabel menyebabkan variabel lainnya. Untuk menemukan bahwa perubahan pada variabel terikat menyebabkan perubahan pada variabel bebas, maka : 1. Variabel terikat dan variabel bebas harus saling berhubungan; 2. Variabel bebas harus mendahului variabel terikat; 3. Tidak ada faktor lain yang dapat menyebabkan perubahan dalam variabel terikat; 4. Diperlukan penjelasan logis mengapa variabel terikat memengaruhi variabel bebas. Kondisi ketiga menunjukkan bahwa untuk menemukan hubungan kausal antara dua variabel dalam situasi organiasi, beberapa variabel mungkin saling berhubungan dengan variabel terikat harus dikontrol. Namun demikian, tidak selalu memungkinkan untuk mengontrol semua kovariat (covariate) selama memanipulasi faktor kausal (variabel bebas yang menyebabkan variabel terikat) dalam situasi organisasi, di mana peristiwa mengalir atau terjadi secara alami dan normal. Akan tetapi, memungkinkan untuk pertama-tama mengisolasi pengaruh variabel dalam situasi buatan yang dikontrol dengan ketat tersebut, lihat seberapa dapat digeneralisasikan hubungan tersebut pada situasi lapangan. Desain eksperimen terdiri dari dua kategori : 1. Eksperimen laboratorium (lab experiments) yaitu eksperimen yang dilakukan dalam lingkungan buatan atau diatur.



5



2. Eksperimen lapangan (field experiments), yaitu eksperimen yang dilakukan dalam lingkungan alami di mana kegiatan sehari-hari berlangsung seperti biasa. EKSPERIMEN LABORATORIUM Ketika hubungan sebab-akibat antara variabel bebas dan variabel terikat akan ditemukan dengan jelas, maka semua variabel lain yang dapat mencemari atau merancukan hubungan tersebut harus dikontrol dengan ketat. Dengan kata lain, kemungkinan pengaruh variabel lain pada variabel terikat harus diperhitungan pada tingkat tertentu, sehingga pengaruh kasual sebenarnya dari variabel bebas yang diteliti terhadap variabel terikat dapat ditemukan. Selain itu, perlu untuk memanipulasi variabel bebas sehingga tingkat pengaruh kausalnya dapat ditemukan. Kontrol dan manipulasi paling baik dilakukan dalam situasi buatan (laboratorium) dimana pengaruh kasual dapat diuji. Ketika kontrol dan manipulasi dilakukan untuk menemukan hubungan sebab-akibat dalam situasi buatan, kita mempunyai desain eksperimen laboratorium. KONTROL Dimana ketika peneliti merumuskan hubungan sebab-akibat antara dua variabel X dan Y, memungkinkan bahwa beberapa faktor lain, misal A juga memengaruhi variabel terikat Y. Dalam kasus tersebut, tidak memungkinkan untuk menentukan sejauh mana Y terjadi hanya karena X, karena kita tidak mengetahui seberapa banyak total variasi Y yang disebabkan oleh adanya faktor A lain. MANIPULASI Manipulasi (manipulation) secara sederhana berati bahwa kita membuat tingkat variabel bebas yang berbeda untuk menilai dampaknya pada variabel terikat. Manipulasi variabel bebas juga disebut dengan perlakuan (treatment), dan hasil perlakuan tersebut disebut dengan pengaruh perlakuan (treatment effect). MENGONTROL VARIABEL YANG MENYEBABKAN KONTAMINASI Memadankan Kelompok Salah satu cara untuk mengontril variabel “pengganggu” (nuisance) atau yang mencemari adalah dengan memadankan (match) berbagai kelompok dengan memilih karakteristik yang membuat rancu dan dengan sengaja menyebarkannya ke



6



semua kelompok. Karena faktor yang diduga mencemari disebadankan ke semua kelompok, peneliti secara yakin dapat mengatakan bahwa variabel X sendiri menyebabkan variabel Y (jika hal tersebut adalah hasil studi). Randomisasi Dalam randomisasi (randomization), proses di mana individu dipilih (yaitu, setiap orang mempunyai peluang yang sama dan diketahui untuk dipilih) dan penempatan mereka dalam kelompok manapun (setiap individu dapat ditempatkan ke dalam kelompok mana pun), keduanya adalah acak. Dengan menempatkan anggota ke dalam kelompok secara acak, peneliti mendistribusikan variabel perancu di antara kelompok secara sama. Variabel yang dikontrol akan memiliki probabilitas yang sama untuk didistribusikan di antara kelompok. Randomisasi memastikan bahwa jika variabel-variabel tersebut mempunyai pengaruh yang mendukung atau merancukan, peneliti telah mengontrol pengaruh yang merancukan tersebut (serta faktor lain yang tidak diketahui) dengan mendistribusikannya di antara kelompok. Setiap kesalahan atau bias yang disebabkan oleh variabel kontrol kini disebarkan secara sama di antara kelompok. Pengaruh kausal apa pun yang ditemuan akan bebas dari pengaruh variabel yang merancukan. Manfaat Randomisasi. Perbedaan antara pemadanan dan randomisasi adalah bahwa dalam pemadanan, individu secara sengaja dan sadar disesuaikan untuk mengontrol perbedaan antaranggota kelompok, sedangkan dalam randomisasi, peneliti berharap bahwa proses randomisasi akan mendistribusikan ketidaksamaan antarkelompok berdasarkan hukum distribusi normal. Dibandingkan dengan randomiasi, pemadanan mungkin kurang efektif, karena peneliti mungkin tidak mengetahui semua faktor yang dapat mencemari hubungan sebab-akibat dalam situasi yang dihadapi, sehingga gagal memadankan beberapa faktor penting di antara seluruh kelompok ketika mengadakan eksperimen. Namun demikian, randomisasi akan menyelesaikan masalah ini, karena semua faktor pencemar akan disebarkan ke semua kelompok. Selain itu, bahkan jika peneliti mengetahui variabel perancu, peneliti mungkin tidak mampu menemukan kecocokan/padanan untuk semua variabel tersebut. Dengan demikian, desain



7



eksperimen laboratorium melibatkan kontrol terhadap variabel pencemar melalui proses pemadanan atau randomisasi, dan manipulasi perlakuan. VALIDITAS INTERNAL DARI EKSPERIMEN LABORATORIUM Validitas internal (internal validity) mengacu pada keyakinan peneliti terhadap hubungan sebab-akibat. Kidder dan Judd (1986) menyatakan, dalam penelitian dengan valisitas internal tinggi, kita relatif lebih baik untuk membuktikan bahwa hubungan tersebut adalah kausal, sedangkan dalam studi dengan validitas internal rendah, kausalitas sama sekali tidak dapat disimpulkan. Dalam eksperimen laboratorium di mana hubungan sebab-akibat dibuktikan, validitas internal dapat dikatakan tinggi. Berikut adalah bagaimana eksperimen laboratoriun biasanya dilakukan : 1. Subjek dipilih dan ditempatkan dalam keompok yang berbeda melalui pemadanan atau randomisasi; 2. Dipindahkan ke situasi lab; 3. Diberikan penjelasan rinci dan tugas untuk diselesaikan; dan 4. Beberapa kuisioner atau tes lain diberikan sebelum dan sesudah tugas tersebut selesai. EKSPERIMEN LAPANGAN Eksperimen lapangan (field experiment) adalah eksperimen yang dilakukan dalam lingkungan alami di mana pekerjaan dilakukan seperti biasa, namun perlakuan tertentu diberikan kepada satu kelompok atau lebih. Sehingga dalam eksperimen lapangan, meskipun tidak mungkin untuk mengontrol semua variabel pengganggu karena anggota tidak dapat ditempatkan dalam kelompok secara acak, atau disepadankan, perlakuan dapat tetap dimanipulasi. Kelompok kontrol juga dapat dibuat dalam eksperimen lapangan. VALIDITAS EKSTERNAL Validitas eksternal (external validity) mengacu pada tingkat generalisasi dari hasil studi kausal pada situasi, orang, atau peristiwa lain, dan validitas internal (intenal validity) merujuk pada tingkat keyakinan kita dalam pengaruh kausal (yaitu, bahwa variabel X menyebabkan variabel Y). Eksperimen lapangan mempunyai validitas



8



eksternal yang lebih tinggi (yaitu, hasilnya lebih dapat digeneralisasi pada situasi organisasi yang hampir sama) namun memiliki validitas internal yang lebih rendah (yaitu, kita tidak dapat yakin terkait sejauh mana variabel X sendiri menyebabkan variabel dalam eksperimen laboratorium, berlaku kebalikannya: validitas internal tinggi, namun validitas eksternal cukup rendah. Dengan kata lain, dalam eksperimen laboratorium peneliti dapat yakin bahwa variabel X menyebabkan variabel Y karena peneliti dapat mengontrol variabel eksogen perancu, namun peneliti mempunyai beberapa variabel yang dikontrol dengan sangat ketat untuk menemukan hubungan sebab-akibat di mana peneliti tidak mengetahui sejauh mana hasil studi dapat digeneralisasi, jika tidak semua, pada situasi lapangan. Denga kata lain, karena situasi lab tidak mencerminkan situasi “dunia nyata”, jika tidak mengetahui sejauh mana temuan laboratorium secara valid mewakili realitas dunia luar. TITIK TENGAH (TRADE-OFF) ANTARA VALIDITAS INTERNAL DAN VALIDITAS EKSTERNAL Terdapat titik tengah (trade-off) antara validitas internal dan eksternal. Jika menginginkan validitas internal yang tinggi, peneliti harus menentukan validitas eksternal yang lebih rendah, dan sebaliknya. Untuk memastikan kedua jenis validitas, peneliti biasanya pertama-tama mencoba menguji hubungan kausal dalam situasi lab atau buatan yang dikontrol secara ketat, dan setelah hubungan ditemukan, mereka mencoba untuk menguji hubungan kausal tersebut dalam eksperimen lapangan. Masalah validitas eksternal ini biasanya membatasi penggunaan eksperimen laboratorium dalam bidang manajemen. Eksperimen lapangan pun jarang dilakukan karena munculnya konsekuensi yang tidak diharapkan. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI VALIDITAS Tujuh ancaman utama bagi validitas internal adalah pengaruh sejarah, maturasi, pengujian (utama), seleksi, mortalitas, regresi statistik, serta instrumentasi. Dua ancaman bagi validitas eksternal adalah pengujian (interaktif) dan seleksi. Pengaruh Sejarah, peristiwa atau faktor tertentu yang memiliki pengaruh pada hubungan variabel bebas dan variabel terikat dapat muncul tanpa diduga selama



9



eksperimen berlangsung, dan sejarah peristiwa tersebut akan merancukan hubungan sebab-akibat antara kedua variabel, sehingga memengaruhi validitas internal. Pengaruh Maturasi, kesimpulan sebab-akibat juga dapat dicemari oleh pengaruh berjalannya waktu – variabel lain yang tidak dapat dikontrol. Pengaruh pencemaran semacam itu disebut pengaruh maturasi (maturation effect). Pengaruh maturasi merupakan sebuah fungsi dari proses –baik biologis dan psikologis- yang terjadi pada responden sebagai hasil dari berjalannya waktu. Pengaruh Pengujian, subjek sering kali diberikan prates untuk menguji pengaruh sebuah perlakuan. Pertama-tama ukuran variabel terikat diambil (prates – pratest), kemudian diberikan perlakuan, dan setelah itu ukuran kedua dari variabel terikat diambil (pascates – posttest). Perbedaan antara skor prates dan pascates kemudian dihubungkan dengan perlakuan. Akan tetapi pengalaman responden akan prates dapat memengaruhi baik validitas internal dan eksternal dari temuan tersebut. Proses yang disebutkan sebelumnya dapat menyebabkan dua jenis pengaruh pengujian. Pengaruh pengujian utama terjadi ketika observasi sebelumnya (prates) memengaruhi observasi selanjutnya (pascates). Pengaruh pengujian utama terjadi karena partisipan ingin menjadi konsisten. Pengaruh pengujian interaktif terjadi ketika prates memengaruhi reaksi partisipan terhadap perlakuan (variabel bebas). Ringkasnya, pengaruh pengujian dapat memengaruhi baik validitas internal dan eksternal dari temuan kita. Pengaruh pengujian utama mengancam validitas internal, sedangkan pengaruh pengujian interaktif mengancam validitas eksternal. Pengaruhi Bias Seleksi, dalam situasi laboratorium, jenis partisipan yang dipilih untuk eksperimen dapat sangat berbeda dengan jenis karyawan yang direkrut oleh organisasi. Para pendatang baru, sukarelawan, dan lainnya yang tidak dapat disepadankan dengan kelompok kontrol akan menjadi ancaman bagi validitas internal dalam jenis ekperimen tertentu. Pengaruh Mortalitas, faktor perancu lain pada hubungan sebab-akibat adalah mortalitas (mortality) atau pengurangan anggota dalam kelompok eksperimen, kelompok kontrol, atau keduanya, saat eksperimen berlangsung. Jika komposisi



10



kelompok berubah sepanjang waktu di setiap kelompok, perbandingan antara kelompok mejadi sulit, karena mereka yang keluar dari eksperimen dapat merancukan hasil. Pengaruh Regresi Statistik, atau statistical regression muncul jika anggota yang dipilih untuk kelompok eksperimen mempunyai skor awal yang ekstrem pada variabel terikat. Hukum probabilitas menyatakan mereka dengan skor yang rendah pada variabel mempunyai probabilitas lebih besar untuk menunjukkkan peningkatan dan mencapai skor yang mendekati rata-rata pada pascates sertelah diberikan perlakuan tersebut. Fenomena pemilik skor rendah yang cenderung mencapai skor yang mendekati mean (rata-rata hitung) dikenal sebagai “regresi menuju mean” (regresi stastistik). Demikian pula, mereka dengan kemampuan sangat tinggi juga akan menunjukkan kecenderungan lebih besar untuk munduk ke arah mean – meraka akan mencapai skor lebih rendah pada pascates dibanding prates. Dengan demikian, mereka yang berada di salah satu ujung kontinum yang berkaitan dengan sebuah variabel tidak akan “benar-benar” mencerminkan hubungan sebab-akibat. Pengaruh Instrumentasi. Atau instrumentation effect dapat muncul karena perubahan dalam instrumentasi pengukuran antara prates dan pascates, dan bukan karena perbedaan dampak perlakuan pada akhirnya (Cook & Campbell, 1979a); JENIS-JENIS DESAIN EKSPERIMEN DAN VALIDITAS 1. Desain Eksperimen Kuasi Sejumlah studi memberikan perlakuan kepada kelompok eksperimen dan mengukur pengaruhnya. Desain eksperimen semacam itu tidak mengukur hubungan sebab-akibat yang sebenarnya. Hal tersebut karena tidak ada perbandingan antarkelompok, atau pun catatan mengenai status variabel terikat sebelum perlakuan eksperimen dan bagaimana hal tersebut berubah setelah perlakuan tersebut. Ketika tidak adanya kontrol seperti itu, studi tidak memiliki nilai ilmiah dalam menentukan hubungan sebab-akibat. Oleh karena itu, desain semacam itu disebut sebagai desain eksperimen kuasi (quasi experimental design). Tiga desain eksperimen kuasi yaitu : a. Desain Kelompok Eksperimen Prates dan Pascates



11



Suatu kelompok eksperimen (tanpa kelompok kontrol) dapat diberikan prates, perlakuan, kemudian pascates untuk mengukur pengaruh perlakuan tersebut. Namun, yang harus diperhatikan ialah pengaruh pengujian dapat mencemari validitas internal (pengaruh pengujian utama) dan validitas eksternal (pengaruh pengujian interaktif) dari temuan tesebut. Jika eksperimen dilakukan selama suatu periode waktu, pengaruh sejarah dan maturasi juga dapat merancukan hasil. b. Pascates Hanya dengan Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Beberapa desain eksperimen dibuat dengan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, kelompok eksperimen diberikan perlakuan, dan kelompok kontrol tidak. Pengaruh perlakuan dipelajari dengan menilai perbedaan hasil yaitu, skor pascates dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pengaruh pengujian dihindari karena tidak terdapat prates, hanya terdapat pascates. Namun, harus diperhatikan untuk memastikan bahwa kedua kelompok tersebut disepadankan untuk semua kemungkinan faktor “pengganggu” yang mencemarinya. Sebaliknya, pengaruh perlakuan yang sebenarnya tidak dapat ditentukan hanya dengan melihat perbedaan dalam skor pascates dari kedua kelompok. Randomisasi akan mengatasi masalah tersebut. Mortalitas adalah masalah untuk semua desain ekseperimen, termasuk desain ini. Hal tersebut dapat merancukan hasil, sehingga hal tersebut menyebabkan ancaman terhadap validitas internal. c. Desain Rangkaian Waktu Desain rangkaian waktu atau terkadang disebut dengan desain rangkaian waktu terputus – interrupted time series design merupakan desain yang mengumpukan data pada variabel yang sama dengan interval reguler (misalnya minggu, bulan, atau tahun). Sehingga desain rangkaian waktu membuat peneliti dapat menilai pengaruh dari suatu perlakuan dari waktu ke waktu. Rangkaian pengukuran pada variabel terikat diberikan sebelum dan sesudah perlakuan diberikan.



12



Masalah utama dari rangkaian waktu adalah sejarah : peristiwa tertentu atau faktor yang memiliki pengaruh pada hubungan variabel terikatvariabel bebas secara tidak terduga dapat terjadi ketika ekseperimen berlangsung. Masalah lain adalah pengaruh pengujian utama dan interaktif, mortalitas, dan maturasi. 2. Desain Eksperimen Murni Desain ekperimen yang meliputi perlakuan, kelompok kontrol, serta mencatat infomasi sebelum dan sesudah kelompok eksperimen diberikan perlakuan disebut sebagai desain eksperimen ex post facto (ex post facto experimental designs) a. Desain Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Prates dan Pascates Dua kelompok, satu kelompok eksperimen dan satu kelompok kontrol, keduanya diberikan prates dan pascates. Satu-satunya perbedaan antara kedua kelompok tersebut adalah bahwa kelompok eksperimen diberikan perlakuan, sedangkan kelompok kontrol tidak. Mengukur perbedaan antara skor prates dan pascates kedua kelompok akan menunjukkan pengaruh bersih dari perlakuan. Kedua kelompok diberi prates dan pascates, dan kedua kelompok sudah diacak sehingga peneliti dapat berharap bahwa pengaruh sejarah, maturasi, pengujian, dan instrumentasi telah dikontrol. Hal ini berdasarkan fakta bahwa apa pun yang terjadi dengan kelompok eksperimen juga terjadi pada kelompok kontrol dan dalam mengukur pengaruh bersih (perbedaan dalam selisih antara skor prates dan pascates) kita telah mengontrol faktor yang mencemari. Melalui proses randomisasi, peneliti juga mengontrol pengaruh biasa seleksi dan regresi statistik. Mortalitas dan pengaruh pengujian interaktif dapat menyebabkan masalah dalam desain ini. b. Desain Empat Kelompok Solomon Untuk memperoleh keyakinan yang lebih tinggi dalam validitas internal pada desain eksperimen, disarankan untuk membuat dua kelompok eksperimen dan dua kelompok kontrol untuk eksperimen. Satu kelompok eksperimen dan satu kelompok kontrol dapat diberikan prates dan pasacates.



13



Dua kelompok lainnya hanya akan diberikan pascates. Dalam hal ini, pengaruh perlakuan dapat ditentukan dengan beberapa cara uang berbeda. Sejauh bahwa kita memperoleh hasil yang hampir sama dalam setiap penghitungan yang berbeda, peneliti dapat menghubungakan pengaruh tersebut dengan perlakuan. Desain yang dikenal dengan desain empat kelompok Solomon (Solomon fourgroup design) ini mungkin merupakan desain yang paling komprehensif dan desain yang peling sedikit memiliki masalah dengan validitas internal. Desain empat kelompok Solomon, juga disebut dangan desain enam studi empat kelompok, mengontrol semua ancaman untuk validitas internal, selain pengaruh mortalitas dan pengaruh pengujian interaktif. Oleh karena itu desain empat kelompok Solomon sangat efektif ketika pengaruh pengujian intraktif diperlukan. Penting untuk memperhatikan bahwa subjek harus dipilih secara acak dan ditempatkan secara acak ke dalam kelompok. Hal ini menghilangkan bias regresi statistik dan seleksi. Kelompok kontrol yang diberikan baik prates dan pascates, membantu untuk melihat apakah sejarah, maturasi, pengujian (utama), instrumentasi, atau regresi mengancam validitas internal atau tidak. Mortalitas masih menjadi masalah dalam desain ini. Desain ekperimen empat kelompok Solomon menjamin validitas internal dan eksternal yang maksimal dengan mengesampingkan hipotesis tandingan yang lain. Namun demikian, karena jumlah subjek yang perlu direkrut, perhatian untuk studi manakah yang harus didesain, waktu yang perlu digunakan untuk eksperimen, dan alasan lain, biaya untuk melakukan eksperimen semacam itu mahal, sehingga jarang digunakan. c. Studi Double-Blind Ketika perhatian dan ketelitian ekstrem diperlukan dalam desain eksperimen, blind study (studi buta) dilakukan untuk menghindari bias yang mungkin muncul. Karena baik peneliti maupun subjek tidak mengetahui yang sebenarnya (blind), studi ini disebut studi double blind (double blind studies).



14



Karena tidak ada gangguan perlakuan dalam hal apa pun, studi ekseperimen ini merupakan yang paling tidak bias. Manajer jarang melakukan studi hubungan sebab-akibat dalam organisasi dengan menggunakan desain eksperimen karena ketidaknyamanan dan gangguan yang ditimbulkan terhadap sistem. d. Desaian Ex Post Facto Hubungan sebab-akibat terkadang dibuktikan melalu apa yang disebut desain eksperimen ex post facto (ex post facto experimental design). Di sini tidak ada manipulasi variabel bebas dalam situasi lab atau lapangan, namun subjek yang telah diberikan stimulus dan mereka yang tidak diberikan stimulus, dipelajari. SIMULASI Alternatif eksperimentasi laboratorium dan lapangan yang saat ini digunakan dalam penelitian bisnis adalah simulasi. Simulasi yang menggunakan teknik membangun model (model building technique) untuk menentukan pengaruh perubahan, dan simulasi berbasis komputer. Simulasi (simulation) dapat dianggap sebagai eksperimen yang dilakukan dalam situasi yang diciptakan secara khusus yang sangat mewakili lingkungan alami di mana kegiatan biasanya dilakukan. Dalam pengertian tersebut, simulasi berada di antara eksperimen laboratorium dan lapangan, sejauh lingkungan tersebut diciptakan secara artifisial tetapi tidak jauh berbeda dari “realitas”. Data mengenai variabel terikat dapat diperoleh melalui pengamatan, rekaman video, rekaman audio, wawancara atau kuisioner. Hubungan kausal dapat diuji karena baik manipulasi dan kontrol memungkinkan dalam simulasi. Dua jenis simulasi dapat dilakukan: yang satu di mana sifat dan waktu dari peristiwa yang disimulasikan sepenuhnya ditentukan oleh peneliti (disebut simulasi eksperimen), dan lainnya (disebut simulasi bebas) di mana setindaknya sebagian rangkaian aktivitas tersebut dipengaruhi oleh reaksi peserta pada beragam stimulus saat mereka berinteraksi satu sama lain. Hubungan sebab akibat lebih baik ditemukan dalam simulasi eksperimen di mana peneliti memegang kontrol lebih besar. Akan tetapi, dalam simulasi yang



15



berlangsung beberapa minggu, terdapat kemungkinan adanya tingkat berkurangnya anggota yang tinggi. Baik simulasi eksperimen dan simulasi bebas adalah mahal karena menciptakan kondisi dunia nyata dalam situasi buatan dan mengumpulkan data selama periode waktu yang panjang melibatkan penggunaan banyak jenis sumber daya. Simulasi dapat dilakukan dalam situasi yang diciptakan secara khusus menggunakan subjek, komputer, dan model matematika. PERSOLAN ETIKA DALAM PENELITIAN EKSPERIMENTAL Praktik-praktik berikut ini dianggap tidak etis : 1. Mendesak orang untuk berpartisipasi dalam eksperimen dengan paksaan, atau menggunakan tekanan sosial. 2. Memberikan tugas kasar dan mengajukan pertanyaan yang merendahkan dan mengurangi harga diri partisipan. 3. Menipu subjek dengan secara sengaja menyesatkan mereka terkait dengan tujuan penelitan yang sebenarnya. 4. Menyebabkan stres fisik atau mental bagi peserta. 5. Tidak memperbolehkan subjek untuk mengundurkan diri dari penelitan meskipun mereka inginkan. 6. Tidak menjelaskan prosedur yang berlaku dalam eksperimen. 7. Menempatkan responden dalam situasi berbahaya dan tidak aman. 8. Tidak melakukan tanya-jawab dengan partisipan secara menyeluruh dan akurat setelah eksperimen berakhir. 9. Tidak menjaga privasi dan rahasia informasi yang diberikan oleh partisipan. 10. Tidak memberikan insentif untuk kelompok kontrol. IMPLEMENTASI MANAJERIAL Point keputusan untuk memulai desain eksperimen sebagaimana gambar berikut :



16



2. SURVEI Ketika sponsor atau peneliti telah menentukan bahwa metode survei atau wawancara merupakan pendekatan pengumpulan data yang tepat, berbagai macam metode dapat digunakan untuk mendapatkan informasi dari setiap individu. Peneliti dapat melakukan wawancara semi terstruktur atau survei dengan wawancara secara personal atau melalui telepon atau dapat mendistribusikan kuesioner melalui surat, facsimile, computer, e-mail, Internet, atau kombinasi dari kelimanya.



17



2.1 Survei Self-Administered Kuesioner self-administered sering muncul dalam kehidupan modern. Kita semua pasti pernah memiliki pengalaman evaluasi pelayanan hotel, restoran, penjual mobil, dan penyedia transportasi. Sering kali, kuesioner pendek diletakkan pada tempat yang sangat nyaman untuk dijawab oleh partisipan atau dikemas dengan suatu produk. Registrasi pengguna, permintaan informasi produk dalam majalah, kartu garansi, survei online mengenai motivasi pekerja, hal tersebut merupakan contoh survei self-administered. Survei melalui surat juga dikirim melalui faks dan jasa kurir. Cara pengiriman lainnya meliputi studi yang dikirim melalui computer dan intercept. Tidak ada bidang lain yang merasakan revolusi computer sekuat area survei self-administered. Kuesioner self-administered yang dikirimkan dengan computer (disebut juga computer assisted self-interviews atau CASI) menggunakan intranet organisasi, Internet, atau jasa online melalui tabley dan telepon genggam untuk menghubungi partisipan mereka. Kuesioner dan pengaturan perangkat lunak terletak di dalam computer atau jaringannya, baik secara cloud (terintegrasi) maupun yang dikirimkan kepada partisipan dengan surat (suvei disk by mail). Terdapat kekhawatiran bahwa peneliti yang menggunakan survei online menyadari bahwa meskipun survei online memiliki banyak keuntungan untuk pengambilan sampel dibandingkan survei lain, mungkin hal tersebut tidak dapat menjadi survei yang merepresentasikan penduduk di suatu negara. Survei intercept (langsung di tempat), dapat di pusat perbelanjaan, balai pertemuan, pekan raya suatu daerah, lokasi untuk berlibut, dapat menggunakan kuesioner tertulis tradisional atau survei yang dikirim dengan computer melalui iPad, netbook, atau kios. Para responden berpartisipasi tanpa bantuan pewawancara, biasanya dalam lingkungan yang telah ditentukan sebelumnya, seperti ruang di dalam pusat perbelanjaan.



18



Berikut merupakan evaluasi dari penerapan survei self-administered dilihat dari berbagai aspek: a. Biaya Survei ini merupakan jenis metode yang lebih rendah biayanya dibandingkan survei melalui wawancara personal. Hal ini dibenarkan dengan survei melalui surat yang sama baiknya dengan survei yang dikirim melalui computer dan survei intercept. Biaya surat dan telepon berada dalam kisaran yang sama, walaupun dalam kasus tertentu salah satu diantaranya bisa saja lebih murah. Semakin luas tersebarnya sampel secara geografis, semakin daoat dipastikan bahwa metode survei self-administered melalui computer atau surat menjadi metode dengan biaya rendah. b. Aksesibilitas Sampel Satu keuntungan dalam menggunakan survei self administered melalui surat adalah peneliti dapat menghubungi partisipan yang mungkin saja tidak dapat diakses oleh peneliti lain. Selain itu, survei yang dikirim melalui computer sering kali dapat mengakses sampel yang tidak dapat diidentifikasi kecuali menggunakan computer dan internet. c. Keterbatasan Waktu Walaupun studi intercept secara relative masih memaksa partisipan untuk merespon dengan cepat, dalam survei melalui surat, partisipan memiliki waktu yang lebih lama untuk memperoleh informasi, berdiskusi dengan orang lain, atau mempertimbangkan jawaban dalam jangka waktu yang lebih lama daripada survei yang dilakukan melalui telepon atau wawancara personal. Studi yang dikirimkan melalui computer, khususnya studi melalui e-mail yang memiliki link ke Internet, sering kali memiliki keterbatasan waktu baik dalam mengakses maupun ketika menyelesaikannya. Ketika survei dimulai, studi yang dikirimkan melalui computer biasanya tidak dapat diinterupsi oleh partisipan yang hendak mencari informasi yang tidak ia ketahui.



19



d. Anonimitas Survei melalui surat biasanya dirasa lebih netral yang tidak memihak kepada perseorangan, menyajikan sifat yang lebih anonym daripada model komunikasi yang lain, termasuk metode lain untuk mendistribusikan kuesioner self-administered. Survei yang dikirimkan melalui computer, masih dan dirasakan memiliki anonimitas yang sama, walaupun meningkatnya perhatian mengenai privasi mungkin akan mengikis persepsi tersebut kedepannya. e. Cakupan Topik Keterbatasan utama dari survei self-administered terletak pada tipe dan jumlah informasi yang didapatkan. Para peneliti biasanya tidak memiliki ekspektasi untuk memperoleh informasi dalam jumlah besar dan tidak dapat menggali topik lebih dalam. Partisipan pada umumnya akan menolak untuk bekerja sama dengan surat yang Panjang dan rumit, dikirim melalui computer, atau kuesioner intercept, kecuali jika mereka merasa mendapatkan manfaat untuk diri mereka. Untuk memaksimalkan semua probabilitas respons, perhatian penuh harus diberikan untuk setiap hal dalam proses survei, dimana respons tersebut dapat diuraikan. Contohnya adalah: a. Kesalahan alamat email atau pos, dapat menyebabkan surat survei tidak terkirim atau tidak kembali. b. Kertas amplop atau halaman depan facsimile mungkin terlihat seperti surat “sampah” dan dibuang tanpa dibuka terlebih dahulu, atau subjek email terkesan seperti spam dan tidak menarik untuk dibuka. c. Kurangnya instruksi yang tepat untuk penyelesaian menyebabkan tidak adanya respons d. Orang yang salah mungkin akan membuka amplop atau menerima facsimile maupun email sehingga tidak berhasil menarik perhatian orang yang tepat. e. Partisipan mungkin menemukan penjelasan yang tidak meyakinkan atau kurangnya ajakan untuk melengkapi survei sehingga partisipan akan mengabaikannya.



20



f. Partisipan mungkin mengesampingkan sementara kuesioner tersebut atau hanya menimpannya dalam kotak masuk email dan tidak melengkapinya. g. Alamat yang dituju mungkin hilang sehingga kuesioner tidak dapat dikembalikan. Dengan semikian, upaya yang dilakukan seharusnya ditujukan langsung untuk memaksimalkan semua kemungkinan respons yang akan didapatkan. Suatu pendekatan,



yaitu



Total



Design



Method



(TDM)



menyarankan



untuk



meminimalkan beban atau rasa keberatan partisipan dengan merancang pertanyaan seperti berikut: a. Mudah untuk dibaca b. Menyajikan petunjuk yang jelas c. Mengikutsertakan komunikasi personal d. Menyajikan informasi mengenai survei melalui pemberitahuan sebelumnya. e. Mendorong partisipan untuk memberikan tanggapannya. Kuesioner berbasis web, instrument pengukuran yang dikirim dan dikumplkan melalui internet, memiliki kekuatan system wawancara melalui telepon yang dibantu dengan computer, tetapi tanpa biaya administrator jaringan, software khusus, atau hardware tambahan. Survei web jauh lebih murah daripada penelitian survei yang biasanya dilakukan. Walaupun biaya didasarkan pada angka kelengkapannya, biaya dari 100 sampel mungkin menjadi seperenam dari wawancara telepon biasa. 2.2 Survei Melalui Wawancara Telepon Survei melalui telepon masih sangat kuat digunakan dalam survei penelitian. Dari semua keuntungan yang ditawarkan wawancara melalui telepon, mungkin tidak ada hal yang melebihi keuntungan biaya yang rendah. Sebuah studi melaporkan bahwa biaya pengambilan sampel dan pengumpulan data untuk survei telepon dapat dilakukan 45 persen sampai 64 persen lebih rendah dibadningkan biaya wawancara personal. Banyaknya penghematan berasal dari pemotongan biaya perjalanan dan administrative seperti biaya pelatihan dan pengawasan.



21



Wawancara melalui telepon dapat dikombinasikan dengan langsung memasukkan respons yang ada ke dalam arsip data melalui sambungan, computer pribadi, atau data entry suata. Hal ini dapat menghemat lebih banyak waktu dan uang. Wawancara melalui telepon dengan bantuan computer (computer assisted telephone interview-CATI) digunakan dalam organisasi penelitian di seluruh dunia. Fasilitas CATI terdiri atas ruangan kecil yang kedap suata untuk satu orang yang diatur di sekitar lingkungan dengan pengawasan. Pewawancara telepon dalam setiap ruangan kecil memiliki computer pribadi atau terminal yang dihubungkan dengan system telepon dan unit proses data pusat. Program software yang mengingatkan pewawancara dengan pernyataan perkenalan, pertanyaan pilihan, dan soal kuesioner sebelum kode mengendalikan survei tersebut. Cara lain ialah dnegan computer-administered telephone survey. Tidak seperti CATI, tidak ada pewawancara manusia dalam metode ini. Komputer menghubungi nomor telepon, melakukan wawancara, menempatkan data ke dalam arsip untuk tabulasi selanjutnya, dan mengakhiri wawancata tersebut. Pertanyaan dalam wawancara direkam, kemudian jawaban partisipan dan peghitungan waktu computer akan menentukan keberlangsungan atau pemutusan pembicaraan. CATI sering sekali dibandingkan dengan kuesioner self administered dan menawarkan keuntungan dalam penignkatan privasi partisipan. Sebuah studi menunjukkan bahwa tingkat non kontak pada model survei secara elektronik ini hamper sama dengan wawancara telepon lain saat daftar nomot telepon acak digunakan. Ditemukan juga bahwa penolakan dari model pengumpulan data ini memengaruhi tingkat penolakan karena orang lebih cenderung menutup telepon dari panggilan computer dibandingkan telepon yang dilakukan oleh sesorang. Terdapat kelemahan dalam survei melalui wawancara telepon yang dirangkum sebagai berikut : a. Nomor telepon tidak akurat atau tidak berfungsi Beberapa metode sudah dikembangkan untuk mengatasi defisiensi buku petunjuk telepon, diantaranya adanya teknik untuk memilih nomor



22



telepon dengan menggunakan panggilan secara acak atau kombinasi antara panggilan berdasarkan buku petunjuk telepon dan secara acak. b. Durasi wawancara yang terbatas Tingkat keterbatasan ini tergantung pada ketertarikan partisipan terhadap topik. Durasi waktu sepuluh menit merupakan waktu yang lazim atau ideal, tetapi wawancara selama 20 menit atau lebih merupakan durasi waktu yang biasa digunakan. c. Keterbatasan dalam menggunakan pertanyaan visual atau pertanyaan yang rumit’ Survei melalui telepon membatasi kompleksitas survei dan penggunaan skala atau teknik pengukuran yang rumit yang dapat diterapkan dalam wawancara personal, CASI atau survei web. Misalnya, dalam wawancara personal, terkadang partisipan diminta untuk memisahkan atau memberi peringkat susunan kartu-kartu yang berisi respon yang berbeda terhadap sebuah pertanyaan. d. Mudah untuk menyudahi wawancara Beberapa studi menduga bahwa tingkat respon dalam studi melalui telepon lebih rendah dibandingkan wawancara tatap muka. Salah satu alasannya adalah partisipan mudah untuk menghentikan wawancara melalui telepon. Praktik telemarketing mungkin juga berkontribusi dalam hal ini. Reaksi public terhadap laporan investigasi dari pelanggaran dan perilaku yang tidak etis pada aktiviitas telemarketing merupakan beban tambahan bagi para peneliti, sebagai pihak yang harus mencoba untuk meyakinkan partisipan bahwa wawancara telepon bukan sebuah dalih untuk mengumpulkan kontribusi (diberi label frugging-pengumpulan dana dengan kedok penelitian) atau penjualan produk (diberi label sagging-penjualan dengan kedok penelitian). e. Kurangnya keikutsertaan partisipan Survei melalui telepon dapat menyebabkan kurangnya respon partisipan, dan orang yang diwawancarai melalui telepon merasa kurang



23



dihargai dibandingkan wawancara personal. Partisipan menyampaikan pendapat lebih sedikit kepada pewawancara melalui telepon dibandingkan pewawancara personal. Dengan biaya dan kesulitan yang semakin meningkat dalam wawancara personal, kemungkinan besar penggunaan survei mellaui telepon ke depannya akan lebih tinggi. Pada akhirnya, hal ini memaksa para peneliti yang menggunakan survei melalui telepon untuk berusaha meningkatkan wawancara telepon menjadi hal yang menyenangkan. f. Perubahan dalam lingkungan fisik Penggantian telepon rumah atau kantor dengan menggunakan telepon seluler atau telepon genggam juga meningkatkan masalah dalam wawancara melalui telepon. Para peneliti berfokus mengenai perubahan lingkungan dimana survei semacam itu akan dilakukan, hasil kualitas data yang dikumpulkan dari lingkungan yang mengganggu. 2.3 Survei Melalui Wawancara Personal Survei melalui wawancara personal adalah percakapan dua arah antara seornag pewawancara terlatih dan seornag partisipan. Terdapat banyak keuntungan nyata seperti halnya keterbatasan yang jelas dalam survei yang dilakukan melalui wawancara personal. Nilai terbesar terletak pada kedalaman dan perincian informasi yang dapat diperoleh. Hal tersebut jauh melampaui informasi yang diperoleh dari telepon dan studi self-administered melalui surat atau computer. Pewawancara juga dapat melakukan lebih banyaj hal untuk meningkatkan kualitas informasi yang didapatkan dibandingkan dengan metode lain. Pewawancara dapat mencatat kondisi wawancara yang dilakukan, menyelidiki dengan pertanyaan tambahan, dan mengumpulkan informasi tambahan melalui observasi. Pewawancara personal juga memiliki pengawasan yang lebih besar dibandingkan studi komunikasi yang lain. Mereka dapat melakukan pemeriksaan terlebih dahulu untuk memastikan bahwa partisipan yang tepat memberikan jawaban dan mereka dapat mengatur serta mengawasi kondisi wawancara. Mereka dapat menggunakan alat penghitung khusus, dan materi



24



visual. Pewawancara juga dapat menyesuaikan bahasa dalam wawancara ketika mereka melakukan observasi masalah dan pengaruh wawancara yang sedang dilakukan terhadap partisipan. Sebuah survei dengan wawancara personal mungkin akan menghabiskan biaya dan membutuhkan waktu yang cukup panjang khususnya jika penelitian yang dilakukan mencakup area geografis yang luas atau keperluan pengambilan sampel yang cukup sulit. Sebuah pengecualian untuk hal tersebut ialah survei melalui wawancara intercept yang mengincar partisipan dalam lokasi terpusat seperti di dalam pusat perbelanjaan. Wawasan intercept mengurangi biaya yang terkait dengan kebutuhan beberapa pewawancara, pelatihan, dan perjalanan. Peragaan produk dan layanan juga dapat dikoordinasikan yang kemudian dapat menurunkan biaya. Keefektifan biaya wawancara intercept akan seimbang saat pengambilan sampel yang representative dinilai penting untuk hasil studi. Kebutuhan biaya terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir untuk kebanyakan metode komunikasi yang disebabkan oleh perubahan iklim sosial yang membuat wawancara personal lebih sulit untuk dilakukan. Saat ini, banyak orang enggan untuk berbicara dengan orang yang tidak dikenal untuk mengizinkan orang lain mengunjungi rumah mereka. Pewawancara enggan mengunjungi lingkungan yang tidak dikenal sendirian. Pada akhirnya, hasil survei wawancara personal dapat terpengaruh negative oleh pewawancara yang mengubah pertanyaan yang ditanyakan atau cara lain yang dapat menimbulkan bias pada hasil wawancara. 2.3 Kesalahan dalam Penelitian Komunikasi Terdapat tiga sumber utama kesalahan dalam penelitian survei: pertanyaan pengukutan dan instrument survei, pewawancara, dan partisipan. Peneliti tidak dapat membantu pembuat keputusan bisnis dalam menjawab pertanyaan penelitian apabila peneliti: 1) memilih atau membuat pertanyaan yang tidak tepat; 2) memberikan pertanyaan kepada partisipan dengan urutan yang tidak tepat; 3) menggunakan transisi dan instrukti yang tidak tepat untuk memperoleh informasi.



25



2.3.1 Kesalahan pada Pewawancara Kesalahan pada pewawancara yang merupakan sumber utama terjadinya kesalahan pengambilan sampel dan bias respon disebabkan oleh berbagai tindakan, yaitu: a. Gagal untuk menjaga kerja sama seluruh partisipan (kesalahan dalam pengambilan



sampel).



Sampel



cenderung



menjadi



bias



jika



pewawancara tidak melaksanakan tugas dengan baik untuk mendapatkan kerja sama partisipan. b. Gagal untuk mencatat jawaban secara akurat dan lengkap. Kesalahan dapat terjadi karena prosedur pencatatan wawancara yang memaksa pewawancara



untuk



meringkas



atau



menginterpretasi



jawaban



partisipan, atau karena tidak memberikan cukup ruang untuk mencatat seluruh jawaban yang diberikan oleh partisipan. c. Gagal untuk secara konsisten melaksanakan prosedur wawancara. Ketepatan estimasi survei akan berkurang dan muncul lebih banyak kesalahan terkait estimasi hingga pada tingkat dimana pewawancara menjadi tidak konsisten dan memengaruhi data. d. Gagal untuk membangun lingkungan wawancara yang tepat. Secara sistematis, jawaban-jawaban yang diberikan oleh partisipan bisa saja tidak akurat atau bias ketika pewawancara gagal untuk mengarahkan dan memotivasi para partisipan dengan tepat atau gagal membangun kondisi interpersonal yang sesuai. e. Pemalsuan jawaban individual atau seluruh jawaban. Dapat dikatakan bahwa bentuk kesalahan pewawancara yang paling buruk adalah penipuan. Melakukan survei adalah pekerjaan yang sulit, sering kali dilakukan oleh pegawai paruh waktu yang biasanya memiliki keahlian terbatas dan di bawah pengawasan yang rendah. f. Perilaku berpengaruh yang tidak tepat. Jelas bahwa seorang pewawancara dapat mengubah hasil survei dengan saran, arahan, atau pemeriksaan yang tidak tepat; dengan penekanan kata dan mengubah tata



26



bahasa pertanyaan; dengan nada bicara atau bahasa tubbuh, maupun sinyal non verbal lainnya. 2.3.2 Kesalahan pada Partisipan Tiga kondisi yang harus dipenuhi oleh partisipan agar survei berjalan dengan sukses adalah: 1. Partisipan harus memiliki informasi yang menjadi tujuan dari pertanyaan investigative. 2. Partisipan harus memahami perannya dalam wawancara, yaitu sebagai penyedia informasi yang akurat. 3. Partisipan harus memiliki cukup motivasi untuk bekerja sama. Namun, partisipan dapat membuat kesalahan dalam dua kondisi yaitu: 1) apakah partisipan merespon ? dan 2) bagaimana mereka merespon?. a. Kesalahan Berdasarkan Partisipan Tiga factor yang memengaruhi partisipasi yaitu: 1. Partisipan harus yakin bahwa pengalaman tersebut akan menjadi hal yang menyenangkan dan memuaskan. 2. Partisipan harus yakin bahwa menjawab survei merupakan hal penting dan bermanfaat untuk mereka lakukan. 3. Partisipan harus menghilangkan keraguan apapun yang mungkin mereka miliki terkait partisipasi. Apakah pengalaman akan menjadi hal yang menyenangkan atau memuaskan bergantung pada pewawancara dalam survei personal maupun melalui telepon. Biasanya, partisipan akan kooperatif dengan pewawancara yang menunjukkan kepercayaan diri dan memiliki daya Tarik untuk memkat orang lain secara personal. Pewawancara yang efektif dibedakan bukan berdasarkan karakteristik demografis tapi dengan keahlian interpersonal mereka. Percaya diri adalah kebanyakan partisipan dengan segera merasa yakin untuk turut berpartisipasi dalam penelitian dan bekerja sama secara sungguh-sungguh dengan pewawancara. Gaya memikat secara personal merupakan salah satu



27



kredibilitas yang secara instan dibangun oleh pewawancara dengan memahami kebutuhan individual partisipan. Untuk survei yang tidak melibatkan pengaruh interpersonal manusia, meyakinkan partisipan bahwa penelitian ini akan menyenangkan merupakan tugas awal yang harus dilakukan atau berada dalam pendahuluan penelitian. Untuk membuat partisipan berpikir bahwa menjawab survei merupakan hal yang penting dan bermanfaat, diperlukan penjelasan terkait tujuan penelitian, walaupun jumlah yang diungkapkan akan berbeda-beda berdasarkan tujuan. Dalam survei secara personal atau melalui



telepon,



peneliti



akan



memberikan



instruksi



kepada



pewawancara untuk dapat menemukan penjelasan apa yang diperlukan dan yang menunjang. Biasanya, pewawancara akan menyatakan tujuan penelitian, memberitahukan bagaimana informasi akan digunakan dan mengatakan tujuan penelitian, memberitahukan bagaimana informasi akan digunakan dan mengatakan apa yang diharapkan dari partisipan. Partisipan seharusnya akan merasa bahwa kerja sama mereka akan sangat berarti bagi diri mereka sendiri dan hasil survei. Ketika hal ini dapat dicapai, akan banyak partisipan yang bersedia mengutarakan pandangan mereka. b. Kesalahan Berdasarkan Respon Kesalahan respon disebabkan dua hal yaitu: ketika partisipan gagal untuk memberikan jawaban yang benar atau gagal untuk memberikan jawaban yang lengkap. Pewawancara dapat menghadapinya pada tingkat informasi partisipan. Pertanyaan penyaringan dapat membatasi partsipan ketika terdapat keraguan mengenai kemampuan mereka untuk menjawab. Aplikasi yang paling tepat untuk informasi yang dibutuhkan. Pertanyaan dapat digunakan untuk mennayakan karakteristik partisipan, seperti pendapatan, usia, jenis kelamin, etnis, atau tingkat siklus hidup keluarga mereka. Pertanyaan yang dapat mengungkapkan informasi internal partisipan secara ekslusif juga dapat



28



ditanyakan. Kita memasukkan hal-hal, seperti siklus hidup partisipan, sikap, opini, ekspektasi, pengetahuan, motivasi, dan tujuan. Jika kita meminta partisipan untuk mendeskripsikan kejadian yang tidak pernah dialami secara personal, kita harus menilai jawabannya secara hati-hati. Jika tujuan kita adalah untuk mempelajari apa yang partisipan pahami terkait kasus, diperbolehkan untuk menerima jawaban yang diberikan. Namun, jika tujuan kita adalah untuk mengetahui peristiwa atau situasi apa yang sebenarnya terkadi, kita harus mernyadari bahwa partisipan mengatakan data yang tidak asli dan akurasi informasi yang diberikan rendah. Partisipan juga dapat membuat kesalahan dengan memberikan respon yang tanpa disadari atau tidak, salah merepresentasikan perilaku, sikap, pilihan, motivasi, atau maksud partisipan yang sebenarnya (bias respon). Partisipan membuat bias respon ketika mereka mengubah respon agar dapat diterima oleh masyarakat atau untuk menyelamatkan diri atau reputasi mereka di hadapan para pewawancara dan bahkan terkadang mereka berusaha untuk terlihat rasional dan logis. Penyebab utama bias respon adalah setuju secara diam-diam, ekcenderungan untuk selalu setuju yang mungkin terjadi akibat rendahnya keahlian kognitif atau pengetahuan yang berhubungan dengan konsep atau konstruk, kesulitan bahasa, atau tingkat anonimitas. Terkadang partisipan tidak memiliki pengetahuan mengenai topik yang dibahas. Pada keadaan seperti ini, respon yang tepat seharusnya “tidak tahu” atau “tidak memiliki opini” yang kebanyakan dari mereka juga karena ingin mempersingkat waktu partisipasi mereka. Apapun alasannya, setiap kesalahan yang bersumber dari partisipan akan mengurangi nilai dari data yang terkumpul. Sangat sulit bagi peneliti untuk mengidentifikasi masalah seperti itu. Oleh karena itu, respon yang dinyatakan harus diterima apa adanya, pernyataan dari individu yang merefleksikan berbagai tingkat kebenaran dan keakuratan.



29



2.4 Memilih Metode Survei yang Optimal Pilihan metode komunikasi tidak serumit yang mungkin muncul di awal. Dengan membandingkan tujuan penelitian dengan kekuatan dan kelemahan setiap metode yang ada, akan dapat memilih satu metode yang sesuai dengan kebutuhan penelitian. Saat pertanyaan penyelidikan membutuhkan informasi dari seseorang yang sulit untuk ditemui atau partisipan yang sulit diakses, wawancara melalui telepon, servei melalui surat, atau survei yang dikirimkan melalui computer harus dipertimbangkan. Jika data harus dikumpulkan dengan cepat, survei melalui surat dapat dikesampingkan karena factor kurangnya pengawasan untuk pengembalian surat. Alternatif lainnya, anda dapat memutuskan tujuan anda memerlukan pengajuan pertanyaan dan penyelidikan yang lebih luas sehingga survei melalui wawancara personal harus dipertimbangkan. Jika tidak ada pilihan yang menghasilkan hasil yang baik, anda dapat mengombinasikan karakteristik yang paling baik dari dua alternatif atau lebih ke dalam sebuah survei gabungan. Walaupun keputusan ini akan menyebabkan biaya dari metode yang dikombinasikan, fleksibilitas dari penggabungan metode untuk kebutuhan khusus anda, sering kali menjadi hal yang dapat diterima. Berikut merupakan table kelebihan dan kekurangan dari masing-masing metode survei :



30



31



BAB III KESIMPULAN Eksperimen (experiment) merupakan studi yang melibatkan intervensi dari peneliti melebihi apa yang dibutuhkan untuk pengukuran. Bentuk umum dari intervensi ini adalah memanipulasi beberapa variabel pada keadaan tertentu dan mengobservasi bagaimana hal tersebut memengaruhi subjek yang diteliti. Desain eksperimen dibuat untuk menguji kemungkinan hubungan sebab dan akibat antarvariabel, sebagai kebalikan dari studi korelasi yang menguji hubungan antarvariabel tanpa perlu berusaha untuk menemukan apakah satu variabel menyebabkan variabel lainnya. Ketika sponsor atau peneliti telah menentukan bahwa metode survei atau wawancara merupakan pendekatan pengumpulan data yang tepat, berbagai macam metode dapat digunakan untuk mendapatkan informasi dari setiap individu. Peneliti dapat melakukan wawancara semi terstruktur atau survei dengan wawancara secara personal atau melalui telepon atau dapat mendistribusikan kuesioner melalui surat, facsimile, computer, e-mail, Internet, atau kombinasi dari kelimanya



32



DAFTAR PUSTAKA



Cooper and Schindler (2011). Business Research Methods. 12th edition. McGrawHill, International edition. Sekaran and Bougie. 2017. Metode Penelitian untuk Bisnis. Edisi 6. Penerbit Salemba Empat.



33