Kelompok 6 (Kemiskinan, Ketimpangan Dan Pembangunan Ekonomi) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KEMISKINAN, KETIMPANGAN DAN PEMBANGUNAN EKONOMI



Disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi Pembangunan



Dosen pengampu : Dr. Sukidin M.Pd. Novita Nurul Islami S.Pd., M.Pd.



Disusun oleh kelompok 6 : 1. Anggie Priscelia (180210301096) 2. Rina Fatmawati (180210301121) 3. Rizma Ulfariani Islamiyah (180210301129)



Kelas C



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JEMBER 2019



i



KATA PENGANTAR



Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan serta pengetahuan kepada kita semua sehingga makalah ini dapat selesai pada waktunya. Terima kasih juga kami sampaikan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini dapat kami susun dengan baik dan juga rapi. Kami berharap semoga makalah yang telah kami susun ini dapat menambah pengetahuan kepada para pembacanya. Namun terlepas dari itu, kami sangat memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami dengan sangat terbuka mengharapkan dan siap menerima kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.



Jember, 1 September 2019



Kelompok 6 .



ii



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR .................................................................................................................... ii DAFTAR ISI.................................................................................................................................. iii BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1 1.1 LATAR BELAKANG .............................................................Error! Bookmark not defined. 1.2 RUMUSAN MASALAH .........................................................Error! Bookmark not defined. 1.3 TUJUAN DAN MANFAAT....................................................Error! Bookmark not defined. BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................ 3 2.1 Pengertian Kemiskinan ............................................................................................................. 3 2.3 Ukuran tingkat kemiskinan ....................................................................................................... 4 2.4 Dampak dari kemiskinan .......................................................................................................... 4 2.5 Cara mengukur kemiskinan ...................................................................................................... 5 2.6 Pengertian Ketimpangan ........................................................................................................... 6 2.7 Faktor penyebab ketimpangan .................................................................................................. 7 2.8 Dampak dari ketimpangan ........................................................................................................ 8 2.9 Cara mengukur ketimpangan .................................................................................................... 8 2.10 Pengertian Pembangunan Ekonomi ...................................................................................... 13 BAB III PENUTUP ...................................................................................................................... 15 3.1 Kesimpulan ............................................................................................................................. 15 3.2 Saran ....................................................................................................................................... 15 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 16



iii



iv



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kita menyaksikan bahwa kemiskinan yang mencolok masih banyak di temukan terutama di negara-negara berkembang, meskipun pemerintah telah melakukan perbaikan-perbaikan yang disignifikan selama lebih dari sepuluh abad terakhir. Lebih dari 1,2 miliar orang hidup dengan paritas daya beli kurang dari $1 per hari, dan lebih dari 2,8 miliar atau hampir separuh populasi dunia hanya berpendapatan kurang dari $2 perharinya. Pembangunan nasional Indonesia bertujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur, material, serta spiritual berdasarkan pancasila,di dalam NKRI yang merdeka, berdaulat, dan bersatu, dalam suasana perikehidupan bangsa yang damai, tentram, tertib, dan dinamis serta dalam lingkungan pergaulan hidup dunia yang merdeka, bersahabat, tertib dan juga damai. Kesejahteraan masyarakat merupakan suatu keadaan yang telah lama menjadi cita-cita bangsa di dunia. Sementara, yang menjadi hakikat pembangunan nasuonal Indonesia ialah pembangunan manusia yang seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Pada masa ini, perencanaan pembangunan seolah-olah menjadi kegiatan utama yang sedang digalakkan oleh pemerintah. Dengan tujuan lain yaitu guna mencapai modernisasi. Adanya keinginan untuk membuat negara modern ini kemudian semakin digalakkan dalam kegiatan pembangunan. Ketimpangan ekonomi antar kelompok masyarakat yang berpendapatan tinggi dengan kelompok masyarakat berpendapatan rendah merupakan masalah besar dibanyak negara berkembang, termasuk Indonesia. 1.2 Rumusan Masalah 2. Apa itu pengertian dari kemiskinan? 3. Apa saja faktor penyebab kemiskinan? 4. Bagaimana ukuran tingkatan kemiskinan? 5. Apa saja dampak dari adanya kemiskinan? 6. Bagaimana cara mengukur kemiskinan? 7. Apa pengertian dari ketimpangan? 8. Apa saja yang menjadi faktor penyebab terjadinya ketimpangan? 9. Apa saja dampak dari terjadinya ketimpangan?



1



10. Bagaimana cara mengukur ketimpangan ? 11. Apa pengertian dari pembangunan ekonomi? 1.2 Tujuan dan manfaat penulisan



1. Dapat memahami apa itu kemiskinan 2. Dapat memahami faktor-faktor yang menyebabkan kemiskinan 3. Dapat memahami ukuran tingkat kemiskinan 4. Dapat memahami dampak dari kemiskinan 5. Dapat mengetahui cara mengukur kemiskinan 6. Dapat memahami apa itu ketimpangan 7. Dapat memahami faktor-faktor yang menyebabkan ketimpangan 8. Dapat memahami dampak dari ketimpangan 9. Dapat mengetahui cara mengukur ketimpangan 10. Dapat memahami apa itu pembangunan ekonomi



2



BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Kemiskinan Kemiskinan merupakan suatu keadaan ketika terjadi ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar seperti sandang, pangan, papan, pendidikan dan juga kesehatan. Kemiskinan ini dapat terjadi karena adanya kelangkaan pada alat pemenuh kebutuhan ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Bank dunia mendefinisikan kemiskinan sebagai ketiadaan tempat tinggal, sakit dan tidak mampu berobat ke dokter, tidak mampu menempuh pendidikan di sekolah serta tidak mampu baca tulis. Kemiskinan merupakan keadaan ketika tidak memiliki pekerjaan sehingga muncul rasa takut dalam menatap masa depan, tidak mendapatkan akses sumber air bersih. Bank Dunia (2000) mengartikan bahwa kemiskinan merupakan kekurangan, yang sering diukur dengan tingkat kesejahteraan. Kemiskinan dapat dipahami dalam berbagai cara, yaitu : a. Gambaran kekurangan materi yang biasanya mencakup kebutuhan pangan, sandang, tempat tinggal serta pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dpat diartikan sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar. b. Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan dan ketidakmampuan dalam berpartisipasi didalam masyarakat. Hal ini termasuk dalam pendidikan dan informasi. Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup masalah –masalah politik dan moral, serta tidak dibatasi pada bidang ekonomi. c. Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai. Arti dari kata “memadai” disini sangat berbeda-beda melintasi bagian-bagian politik dan ekonomi diseluruh dunia. 2.2 Faktorpenyebabkemiskinan -



Ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan.



-



Tidak adanya akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya seperti kesehatan, pendidikan, sanitasi, air bersih dan transportasi.



3



-



Tidak adanya jaminan masa depan yang dikarenakan tiadanya investasi untuk pendidikan dan keluarga



-



Kerentanan terhadap goncangan yang bersifat individual maupun massa



-



Rendahnya kualitas SDM serta terbatasanya SDA



-



Kurangnya apresiasi dalam kegiatan sosial masyarakat



-



Tidak adanya akses dalam lapangan kerja dan mata pencaharian yang berkesinambungan



-



Ketidakmampuan untuk berusaha karena cacat fisik maupun mental



-



Ketidakmampuan dan ketidaktergantungan sosial seperti anak-anak terlantar, wanita korban KDRT, janda miskin serta kelompok marginal dan terpencil.



2.3 Ukurantingkatkemiskinan Ukuran kemiskinan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu : 1. Kemiskinan Absolut Konsep kemiskinan absolut pada umumnya selalu dikaitkan dengan pendapatan dan kebutuhan, kebutuhan tersebut hanya terbatas pada kebutuhan pokok atau kebutuhan dasar



2. Kemiskinan Relatif Menurut Kincaid (1975), semakin besar ketimpangan antara tingkat hidup orang kaya dan orang miskin maka semakin besar pula jumlah penduduk yang selalu miskin. Yaitu dengan melihat hubungan antara populasi terhadap distribusi pendapatan 2.4 Dampakdarikemiskinan Kemiskinan dapat terjadi karena disebabkan oleh 2 faktor, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal merupakan faktor yang berkaitan dengan kebijakan pemerintah dan situasi lain yang dapat menyebabkan seseorang menjadi jatuh miskin seperti kekurangan bahan baku, bencana alam, peperangan dan lain sebagainya. Sedangkan untuk faktor internal merupakan faktor penyebab kemiskinan yang potensinya berasal dari diri seseorang atau keluarga serta lingkungan sekitarnya. Berikut ini merupakan dampak dari adanya kemiskinan, antara lain :



4



1. Pengangguran, Kemiskinan menyebabkan seseorang tidak mampu untuk menimba pengetahuan dikarenakan ketiadaan dana. Sedangkan diera yang modern ini semua pekerjaan membutuhkan keterampilan. Inilah yang menyebabkan seseorang sulit mencari pekerjaan dan menybabkan pengangguran 2. Kriminalitas, Kesulitan dalam mencari nafkah mengakibatkan seseorang menjadi lupa diri sehingga mencari jalan pintas tanpa memedulikan halal atau haramnya uang sebagai alat tukar guna memenuhi kebutuhan hidup mereka. 3. Putusnya sekolah serta kesempatan pendidikan, Mahalnya biaya pendidikan menyebabkan rakyat miskin banyak yang harus putus sekolah karena tak lagi mampu membiayai sekolah. Dengan begitu keadaan ini akan menghambat rakyat miskin dalam memperoleh keterampilan, menjangkau cita-cita dan mimpi mereka. 2.5 Cara mengukurkemiskinan Dalam mengukur angka kemiskinan pemerintah Indonesia memberikan kuasa pada lembaga yang berwenang. Berbagai metode mengukur angka kemiskinan yang telah dilakukan, diantaranya : 



Pendekatan menggunakan pengeluaran untuk kebutuhan dasar



Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar. Melalui pendekatan ini kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar pangan maupun non panganyang diukur dari sisi pengeluaran. 



Model kesejahteraankeluarga



Dalam penentuan kemiskinan BKKBN melihat dari segi kesejahteraan keluarganya. Untuk menghitung tingkat kesejahteraan, BKKBN membuat proker yakni pendataan keluarga yang meliputi empat jenis kelompok data: demografi (jumlah jiwa dalam keluarga menurut jenis kelamin), peserta KB, tahapan keluarga sejahtera, serta data individu (nomor identitas keluarga, nama, sampai alamat).Dari data tersebut, kemudian diambil jenis data tahapan keluarga sejahtera guna menentukan tingkat kemiskinan. Setelah terkumpul dan direkapitulasi, maka muncul 5



tahapan data kemiskinan menurut BKKBN, yaitu: KeluargaPra Sejahtera (sangat miskin), Keluarga Sejahtera I (miskin), Keluarga Sejahtera II, Keluarga Sejahtera III, danKeluarga Sejahtera III plus. 



Model Pembangunan Manusia



pada dasarnya pembangunan manusia memperluas pilihan-pilihan bagi masyarakat seperti kemampuan hidup panjang umur dan sehat, mendapatkan pendidikan, memiliki akses kepada sumber daya untuk mendapatkan standar hidup layak, kebebasan berpolitik, jaminan hak asasi manusia, dan penghormatan secara pribadi. Menurut konsep ini, memuat penjelasan tentang empat indeks: Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index), Indeks Pembangunan Gender (Gender Development Index), LangkahPemberdayaan Gender (Gender Empowerment Measure), danIndeks Kemiskinan Manusia (Human Poverty Index). Berdasarkan data yang dirilis BPS angka kemiskinan padaMaret 2019 menurun dibandingkan pada sepuluh tahun sebelumnya. Hal ini dikarenakan adanya bantuan sosial yang lebih besar dibandingkan tahun tahun sebelumnya.



2.6 PengertianKetimpangan



Ketimpangan ekonomi merupakan perbedaan pembangunan ekonomi pada suatu wilayah dengan wilayah lainnya secara vertikal dan horizontal yang mengakibatkan disparitas atau



6



ketidak pemerataan pembangunan. Salah satu tujuan pembangunan ekonomi daerah adalah untuk mengurangi ketimpangan. Ketimpangan timbul karena tidak adanya pemerataan didalam pembangunan ekonomi. Ketidakmerataan ini juga terjadi karena adanya perbedaan antara wilayah satu dengan wilayah lainnya. Hal ini tentu saja terlihat dengan adanya wilayah yang maju dengan wilayah terbelakang atau yang kurang maju. Ketimpangan ekonomi memiliki dampak positif dan juga dampak negatif. Dampak positif yang timbul karena adanya ketimpangan ekonomi yaitu dapat mendorong wilayah yang kurang maju untuk dapat bersaing serta meningkatkan pertumbuhannya guna meningkatkan kesejahteraannya. Sedangkan untuk dampak negatif dari adanya ketimpangan ekonomi yaitu inefisiensi ekonomi, melemahkan stabilitas sosial dan solidaritas, serta ketimpangan yang tinggi umumnya dipandang tidak adil (Todaro, 2011). 2.7 Faktorpenyebabketimpangan a. Perbedaan kandungan SDA Perbedaan SDA ini akan sangat mempengaruhi kegiatan produksi pada daerah yang bersangkutan. Daerah dengan kandungan SDA yang cukup tinggi akan dapat memproduksi barang-barang dengan biaya yang relatif murah sehingga mampu mendorong pertumbuhan ekonomi daerah yang bersangkutan menjadi lebih cepat dibandingkan dengan daerah lain yang memiliki kandungan SDA lebih rendah. b. Perbedaan kondisi demografis Kondisi demografis akan sangat mempengaruhi produktivitas kerja masyarakat setempat. Daerah dengan kondisi demografis yang baik akan lebih cenderung memiliki produktivitas kerja yang jauh lebih tinggi sehingga akan mendorong peningkatan investasi yang selanjutnya akan meningkatkan penyediaan lapangan pekerjaan dan pertuumbuhan ekonomi pada daerah tersebut. c. Konsentrasi kegiatan ekonomi wilayah Pertumbuhan ekonomi cenderung akan lebih cepat pada suatu daerah dimana konsentrasi kegiatan ekonominya cukup besar. Kondisi inilah yang dapat mendorong proses pembangunan daerah melalui peningkatan penyediaan lapangan kerja dan tingkat pendapatan masyarakat. 7



2.8 Dampakdariketimpangan Dampak yang ditimbulkan dari adanya ketimpangan ekonomi yaitu dapat mempengaruhi perekonomian, terutama perubahan ekonomi seperti perubahan pola permintaan dan perubahan ukuran pasar domestik. Selain itu, ketimpangan ekonomi yang tidak segera di selesaikan atau diatasi akan dapat menumbuhkan kelompok miskin kronis sehingga justru akan memperlebar ketimpangan dan melemahkan pertumbuhan ekonomi. 2.9 Cara mengukurketimpangan Para ekonom pada umumnya membedakan dua ukuran pokok distribusi pendapatan yang keduanya digunakan untuk tujuan analitis dan kuantitatif; distribusi pendapatan perseorangan atau distribusi ukuran pendapatan dan distribusi pendapatan “fungsional” atau pangsa ditribusi pendapatan per faktor produksi. 1. Distribusi



ukuran



Distribusi



pendapatan



perseorangan



(personaldistribution



of



income)atau distribusi ukuran pendapatan (size distribution of income) merupakan ukuran uyang paling sering digunakan oleh para ekonom. Ukuran ini secara langsung menghitung jumlah penghasilan yang diterima oleh setiap individu atau rumah tangga.



Individu



Pendapatan/orang



Pangsa (%)



Pangsa (%)



(unit uang)



Kuintil



Desil



1



0,8



5



1,8



2



1,0



9



3,2



3



1,4



13



3,9



4



1,8



22



5,1



5



1,9



51



5,8



6



2,0



7,2



7



2,4



9,0



8



8



2,7



13,0



9



2,8



22,5



10



3,0



28,5



11



3,4



12



3,8



13



4,2



14



4,8



15



5,9



16



7,1



17



10,5



18



12,0



19



13,5



20



15,0



Total (pendapatan nasional) 100



100



100



Catatan: Ukuran ketimpangan = rasio 20 persen terkaya dibagi dengan 40 persen termiskin + 51/14 = 3,64



Pada tabel diatas memperlihatkan distribusi pendapatan yang walaupun datanya bersifat hipotesis, namun bisa ditemui disuatu negara berkembang. Dalam tabel tersebut, segenab penduduk negara tersebut diwakili oleh 20 individu(atau lebih tepatnya rumah tangga). Kedua puluh rumah tangga itukemudian diurutkan berdasarkanjumlah pendapatannya pertahun, dari yang terendah (0,8 unit) hingga yang tertinggi (15 unit). Adapun [endapatan total atau pendapatan nasional yang merupakan penjumlahan dari pendapatan semua individu adalah 100 unit, seperti tampak pada kolom 2 dalam tabel tersebut. Dalam kolom 3, segenap rumah tangga 9



digolongkan menjadi 5 kelompok yang masing-masingterdiri dari 4 individu. Atau rumah tangga. Kuintil pertama menunjukkan 20 persen populasi terbawah pada skala pendapatan. Kelompok ini hanya menerima 5 persen (dalam hal ini adalah 5 unit uang) dari pendapatan nasional total. Kelompok kedua (individu 5-8) menerima 9 persen dari pendapatan total. Dengan kata lain, 40 persen populasi terndah (kuintil 1 dan 2) hanya menerima 14 persendari pendapatan, swdangkan 20 persen teratas(kuintil lima)dari populasi menerima 51 persen dari pendapatan total. Ukuran umum yang memperlihatkan tingkat ketimpangan pendapatan dapat ditemukan dalam kolom 3, yaitu perbandingan antara pendapatan yang diterima oleh 20 persen anggota kelompok teratas dan 40 persen anggota kelompok terbawah.Rasio yang sering disebut sebagai rasio Kuznets inilah (dinamai berdasarkan nama pemenang Nobel Simon Kuznets), yang sering dipakai sebagai ukuran tingkat ketimpangan antara dua kelompok ekstrem, yaitu kelompok yang sangat miskin dan kelompok yang sangat kaya di satu negara. Rasio ketimpangan dalam contoh ini adalah 51 dibagi dengan 14 atau sekitar 3,64.



Kurva Lorenz Metode lainnya yang lazim dipakai untuk menganalisis statistik pendapatan perorangan adalah dengan menggunakan kurva Lorenz.Kurva Lorenz memperlihatkan hubungan kuantitaif aktual antara persentase penerima pendapatan dengan persentase pendapatan total yang benarbenar mereka terima.Semakin jauh jarak kurva Lorenz dari garis diagonal (yang merupakan garis pemerataan sempurna), semakin timpang atau tidak merata distribusi pendapatannya. Semakin parah tingkat ketidakmerataan atau ketimpangan distribusi pendapatan di suatu negara, maka bentuk kurva lorenznya pun akan semakin melengkung mendekati sumbu horizontal bagian bawah.



10



Ket. Kurva: a. Sumbu Horizontal menunjukkan jumlah penerima/ pendapatan dalam presentase kumulatif b. Sumbu Vertikal menunjukkan pangsa pendapatan yang diterima oleh masing masing presentase jumlah penduduk



2. Koefisien Gini dan Ukuran Ketimpangan Agregat Merupakan perangkat yang terakhir dan sangat mudah digunakan untuk mengukur derajat ketimpangan pendapatan relatif di suatu negara, adalah dengan menghitung rasio bidang yang terletak antara garis diagonal kurva dan kurva lorenz. Koefisien Gini adalah ukuran ketimpangan agregat yang angkanya berkisar antara nol (pemerataan sempurna) hingga satu (ketimpangan sempurna). Koefisien Gini untuk negaranegara yang derajat ketimpangannya tinggi berkisar antara 0,50 hingga 0,70, sedangkan untuk negara-negara yang distribusi pendapatannya relatif merata, angkanya berkisar antara 0,20 hingga 0,35. Selain itu Koefisien Gini juga bisa dihitung dengan menggunakan rumus:



11



Dari hasil perhitungan koefisien Gini tersebut maka disesuaikan dengan kriteria sebagai berikut: 1.



GR < 0.3 artinya distribusi merata bagus



2.



0.3 ≤ GR ≤ 0.5 artinya distribusi pendapatan sedang



3.



GR > 0.5 distribusi pendapatan buruk



Selain itu juga dapat menggunakan ukuran agregat seperti koefisien gini untukmengukur tingkat pemerataan hal hal lain diluar pendapatan. Telah diketahui bahwa koefisien gini merupakan salah satu ukuran yang memenuhi empat kriteria yang sangat dicari, yaitu prinsip anonimitas, independensi skala, independensi populasidan transfer. Prinsip anonimitas mengatakan bahwa ukuran ketimpangan seharusnya tidak tergantung pada siapa yang mendapatkan pendapatan yang lebih tinggi, dengan kata lain ukuran tersebut tidak tergantung pada apa yang kita yakini sebagai manusia yang lebih baik, apakah ituorang kaya atau orang miskin. Prinsip independensi skala berarti bahwa ukuran ketimpangan kita seharusnya tidak tergantung pada ukuran suatu perekonomian atau negara, atau cara kita mengukur pendapatannya dengan kata lain ukuran ketimpangan tersebut tidak tergantung apakah kita mengukur pendapatan dalam dollar atau dalam sen, dalam rupe ataupun dalam rupiah, atau apakah perekonomian negara itu secara rata-rata kaya atau miskin, karena jika kita ingin mengukur ketimpangan kita ingin ukuran sebaran pendapatan, bukan besarnya (meskipun perlu diingat juga bahwa besarnya pendapatan juga sangat penting dalam pengukuran kemiskinan). Prinsip independensi populasi juga agak mirip dengan prinsip sebelumnya, prinsip ini menyatakan bahwa pengukuran ketimpangan seharusnya tidak didasarkan pada jumlah penerima pendapatan (jumlah penduduk).dan yang terakhir adalah prinsip transfer, prinsip ini juga sering disebut dengan prinsip Pigou-Dalton yang diambil dari nama penemunya, yang menyatakan bahwa dengan mengansumsikan semua pendapatan yang lain konstan, jika kita mentransfer sejumlah pendapatan dari orang kaya ke orang miskin (namun tidak sangat banyak hingga mengakibatkan orang miskin itu sekarang justru lebih kaya daripada orang yang awalnya kaya tadi), maka akan dihasilkan distribusi pendapatn baru yang lebih merata. 4. distribusi pendapatan fungsional ini pada dasarnya mempersoalkan persentase pendapatan tenaga kerja secara keseluruhan, bukan sebagai unit-unit usaha atau faktor produksi yang terpisah secara individual, dan membandingkannya dengan persentase pendapatan total yang dibagikan dalam bentuk sewa, bunga, dan laba (masing-masing merupakan perolehan dari tanah, modal uang, dan modal fisik). 12



Berikut adalah kurva distribusi pendapatan fungsional.



Berdasarkan kurva diatas, kita dapat mengasumsikan bahwa hanya terdapat 2 faktor produksi saja, yaitu modal, yang persediannya dianggap tetap atau beku, dan tenaga kerja yang merupakan satu-satunya faktor produksi variabel (kuatitasnya bisa mengalami perubahan setiap saat). Berdasarkan asumsi pasar yang kompetitif, permintaan terhadap tenaga kerja akan ditentukan oleh produksi marginal tenaga kerja yang bersangkutan (yang artinya tambahan tenaga kerja akan terus direkrut sampai ke suatu titik dimana nilai produk marjinalnya sama dengan upah rill mereka). Namun, seuai dengan prinsip produk marjinal yang semakin menurun , permintaan terhadap tenaga kerja merupakan suatu fungsi yang yang negatif terhadap jumlah tenaga kerja yang diminta akan semakin sedikit. 2.10 Pengertian Pembangunan Ekonomi Pembangunan ekonomi merupakan usaha-usaha guna meningkatkan taraf hiduo suatu bangsa yang sering kali diukur dengan tinggi rendahnya pendapatan perkapita. Pembangunan ekonomi juga diartikan sebagai suatu proses yang mencakup perubahan struktur, sikap hidup, kelembagaan, selain mencakup peningkatan pertumbuhan ekonomi, pengurangan ketidakmerataan distribusi pendapatan dan pemberantasan kemiskinan. Akibat dari adanya perbedaan dan keberagaman potensi SDA, letak geografis, serta kualitas SDM diberbagai wilayah Indonesia yang diikuti dengan perbedaan kinerja setiap daerah telah mengakibatkan terjadinya ketimpangan pembangunan antar wilayah (Todaro, 2011)



13



Wacana tentang ketimpangan dan kemiskinan sering kali dicampuradukkan meskipun sebenarnya kedua istilah ini bukanlah sesuatu yang sama. Kemiskinan pada umumnya menunjukkan tentang tingkat pendapatan dibawah garis kemiskinan tertentu. Penduduk akan disebut miskin ketika memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan dibawah garus kemiskinan. Sedangkan ketimpangan mendefinisikan tentang jurang antara mereka yang kaya (pendapatan tinggu) dan mereka yang miskin (pendapatan rendah) (Taylor, 2012). Bisa jadi kemiskinan akan turun namun tingkat ketimpangan dalam suatu masyarakat justru meningkat. Ini akan terjadi ketika suatu perekonomian membaik sehingga membantu si miskin untuk sedikit lebih kaya namun membuat si kaya semakin kaya. Sebaliknya ketika perekonomian menurun, ketika pasar modal turun drastis, bisa saja si miskin membaik tingkat pendapatannya namun banyak pemodal kaya yang mengalami kerugian dari transaksi di pasar modal sehingga ketimpangan justru membaik. Kemiskinan dan ketimpangan merupakan salah satu masalah serius didalam proses pembangunan di Indonesia. Masalah ini seolah-olah tidak dapat dituntaskan secara serius. Dalam strattegi pembangunan, diperlukan strategi pertumbuhan yang inklusif. Inklusif mempunyai arti bahwa “trickle down effect” dari pertumbuhan juga harus dapat dinikmati oleh mereka yang berada dalam golongan income rendah. Dengan strategi ini diharapkan kemiskinan dan ketimpangan dapat dihilangkan.



14



BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Masalah kemiskinan serta ketimpangan sosial merupakan masalah yang sangat penting untuk dicermati dalam tatanan masyarakat yang beradab. Untuk dapat menghapus kemiskinan dan ketimpangan diperlukan sebuah perencanaan pembangunan ekonomi. Sebelum mengambil sebuah kebijakan, sebaiknya terlebih dahulu pengambil kebijakan harus dapat mengetahui dan memahami bagaimana kondisi kemiskinan dan ketimpangan yang sedang terjadi didalam wilayahnya tersebut. Salah satu caranya yaitu dengan mengidentifikasi kedua hal tersebut dengan metode statistik pengukur ketimpangan, yakni menggunakan metode statistik kuantil, desil, kurva lorenz, gini dan lainnya. Selain itu juga didalam mengukur kemiskinan terdapat berbagai metode seperti perhitungan pendapatan, kemiskinan absolut dan lainnya. Dalam strategi pembangunan, diperlukan strategi pertumbuhan yang inklusif. Inklusif ini mempunyai makna yakni “trickle down effect” dari pertumbuhan juga harus dapat dinikmati oleh mereka yang juga berada didalam golongan income rendah. Dengan strategi inilah diharapkan kemiskinan dan juga ketimpangan dapat dihapuskan. 3.2 Saran Dengan adanya makalah ini, mungkininilah yang dapat kami sampaikan meskipun penulisan makalah ini jauh dari kata sempurna. Minimal kita mengimplementasikan makalah ini masih banyak kesalahan dari penulisan makalah kelompok kami dan kami juga butuh saran atau kritikan agar bisa menjadi motivasi untuk masa depan yang lebih baik dari masa sebelumnya.



15



DAFTAR PUSTAKA



1. Todaro.P Michael.2006.Economic Development Edisike Sembilan Jilid 1 Jakarta : Erlangga 2. Yani.Ahmad.2018.Makalah Perekonomian Indonesia Kemiskinan dan Kesenjangan (online) : http://yanmoeris.blogspot.com/2018/03/makalah-kemiskinan-dankesenjangan.html 3. Syahputi.R Aulia.2013.Analisis KetimpanganEkonomidanPengaruhnyaterhadapKriminalitas (online) : https://media.neliti.com/media/publications/77358-ID-analisisketimpangan-ekonomi-dan-pengaru.pdf



16