Kelompok 6 - Laporan-Dikonversi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TUGAS BESAR TEKNIK PENYEDIAAN AIR BERSIH (TPAB)



DISUSUN OLEH : 1. DIMAS SYAILENDRA SUMARSONO



(M1D119004)



2. DARA DIETA



(M1D119013)



3. AGUNG ALFARIZKY



(M1D119030)



4. HEVI ROYANA PURBA



(M1D119032)



5. GEBRILLA EKSINEGARA



(M1D119037)



DOSEN PENGAMPU : 1. FREDDY ILFAN, S.T., M.T. 2. WINNY LAURA CHRISTINA HUTAGALUNG, S.T., M.T.



TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JAMBI 2021 1



KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nyalah, penulis dapat menyelesaikan laporan “Tugas Besar Teknik Penyediaan Air Bersih”. Penulis juga tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan dan penyelesaian dari laporan ini. Penyusunan laporan ini ditujukan untuk upaya pemenuhan tugas besar dari mata kuliah teknik penyediaan air bersih. Harapan penulis adalah semoga kerja langsung dan laporan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca serta dapat menjadi acuan dalam perencanaan penyediaan air bersih. Sangat disadari, bahwa dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari kata yang sempurna. Kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan dari para pembaca, guna memperbaiki laporan ini dimasa yang akan datang. Akhir kata penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya jika dalam penulisan ini masih banyak kekurangannya dan semoga paparan dalam laporan ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.



Jambi, 25 September 2021.



Penyusun



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR..........................................................................................ii DAFTAR ISI........................................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG..............................................................................7 1.2 RUMUSAN MASALAH..........................................................................8 1.3 TUJUAN PENULISAN............................................................................8 1.4 MANFAAT PENULISAN.......................................................................8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. UMUM.....................................................................................................9 2.2. SUMBER AIR.......................................................................................12 2.3. METODE PENENTUAN KEBUTUHAN AIR....................................14 2.4. SISTEM TRANSMISI..........................................................................15 2.5. SISTEM DISTRIBUSI..........................................................................16 2.6. PROYEKSI JUMLAH PENDUDUK...................................................16 BAB III KONDISI EKSISTING WILAYAH PERENCANAAN 3.1. GAMBARAN UMUM WILAYAH......................................................17 3.2. KONDISI LINGKUNGAN STRATEGI...............................................18 3.3. ASPEK SOSIAL DAN EKONOMI...................................................... DAFTAR PUSTAKA



BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air bersih adalah bagian penting dalam kehidupan manusia, sehingga ketersediaan air bersih sangat berpengaruh bagi kehidupan manusia. Pengaruh dari ketersediaan air bersih tidak hanya pada kebutuhan rumah tangga, tetapi berpengaruh pada sektor sosial, ekonomi, maupun fasilitas umum, seiring dengan tingkat pertumbuhan penduduk. (Nelwan, dkk. 2013). Dilihat dalam kehidupan manusia di alam semesta ini air bersih merupakan suatu kebutuhan yang utama dan tidak dapat diganti, karena itu ketersediaannya harus tetap terjamin dalam waktu, kuantitas maupun kualitasnya. Kebutuhan akan air bersih menjadi masalah disemua negara terutama di negara-negara dunia ketiga seperti Indonesia. Permasalahan ini muncul karena permintaan (demand) tidak mampu diimbangi oleh persediaan (supply). Permintaan terus bertambah sedangkan persediaan air bersih cenderung berkurang karena berkurangnya debit sumber air baku seperti mata air, sungai, danau dan air tanah sebagai akibat degradasi lingkungan. (Syahril, Nurdin. 2010). Terbatasnya ketersediaan air baku menjadi salah satu masalah yang dihadapi dalam penyediaan layanan air bersih di Indonesia. Air bersih adalah air yang dipergunakan untuk keperluan sehari-hari dan kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan air bersih sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dapat diminum apabila dimasak. Masih banyak penduduk dunia yang kekurangan air bersih. Berdasarkan Global Water Supply and Sanitation Assesment 2000 Report yang dikeluarkan oleh World Health Organization (WHO) dan United Nations Children’s Fund (UNICEF), terdapat sekitar 1,1 milyar penduduk dunia yang masih kekurangan air bersih serta hampir 2,5 milyar penduduk belum memiliki akses terhadap sarana sanitasi. Selain itu, sekitar 10.000 penduduk di negara berkembang meninggal setiap harinya karena penyakit yang disebabkan minimnya air bersih dan sanitasi lingkungan.



Terdapat dua jenis pelayanan publik yang dibutuhkan manusia yaitu pelayanan kebutuhan dasar dan pelayanan umum. Pelayanan kebutuhan dasar meliputi kesehatan, pendidikan dan bahan pokok, sementara pelayanan umum meliputi pelayanan administratif, barang dan jasa. Salah satu pelayanan dasar yang penting bagi manusia yaitu pelayanan bahan pokok yang diberikan oleh penyelenggara layanan seperti PDAM. PDAM adalah salah satu unit usaha yang dikendalikan oleh pemerintah yang berkaitan dengan pelayana jasa-jasa pemerintah terhadap publik. Pemerintah dituntut untuk memberikan pelayanan jasa yang berkualitas dan merata bagi warganya sendiri, karena jelas pelayanan jasa termasuk salah satu hak asasi warga Negara Indonesia. Di Kota Jambi sendiri memiliki sebuah Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) yang dinamai PDAM Tirta Mayang. PDAM Tirta Mayang merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa dan penyediaan air bersih Kota Jambi. Salah satu tujuan dibentuknya PDAM Tirta Mayang itu sendiri ialah melaksanakan pembangunan khususnya pembangunan daerah, meningkatan kesejahteraan masyarakat menuju masyarakat adil dan makmur. Suatu sistem penyediaan air mampu menyediakan air yang dapat diminum dalam jumlah yang cukup, ini merupakan hal yang penting bagi suatu pemukiman. Sistem penyediaan air bersih meliputi antara lain : 1. Unit Air Baku Merupakan bangunan untuk mengambil air baku dari sumber air dan dialirakan ke unit produksi melalui pipa transmisi. Bangunan penyadap air baku sedapat mungkin dilakukan secara gravitasi, dilengkapi dengan saringan kasar yang berfungsi untuk menyaring sampah-sampah yang terbawa aliran. Ada beberapa cara sistem pengambilan air antara lain: a. Free intake b. Broncaptering c. Bendung d. Pompa



2. Unit Produksi Merupakan usaha-usaha yang dilakukan untuk mengubah sifat-sifat suatu zat. Hal ini penting bagi air minum karena dengan adanya pengolahan ini maka akan didapatkan suatu air minum yang memenuhi standar air minum yang telah ditentukan. 3. Unit Distribusi Dalam sistem distribusi air bersih terdiri dari reservoar distribusi dan jaringan pipa distribusi. a. Reservoar Distribusi Reservoar distribusi merupakan tempat penampungan air sementara yang menampung air disaat pemakaian lebih sedikit dari suplai dan digunakan untuk menutupi kekurangan disaat pemakaian lebih besar dari



suplai.



Reservoar



distribusi



biasanya



berupa



menara



reservoar/tangki atau ground reservoir. Reservoar distribusi umumnya berbentuk kotak dan bentuk bulat atau kerucut biasanya dibuat untuk menambah nilai artistik sehingga enak dipandang. b. Jaringan Pipa Pemakaian jaringan pipa dalam bidang teknik sipil terdapat pada sistem jaringan distribusi air minum. Sistem jaringan ini merupakan bagian yang paling mahal dari suatu perusahaan air minum. Oleh karena itu harus dibuat perencanaan yang teliti untuk mendapatkan sistem distribusi yang efisien. Jumlah atau debit air yang disediakan tergantung pada jumlah penduduk dan jenis industri yang dilayani. 1.2. Tujuan 1. Mahasiswa memahami langkah-langkah dalam perencanaan teknik penyediaan air bersih untuk periode perencanaan 20 tahun yang akan datang. 2. Mahasiswa mampu merancang sistem penyediaan air bersih yang sesuai dengan SNI dan peraturan yang berlaku.



3. Mahasiswa mampu membuat dan merencanakan jaringan perpipaan untuk keperluan penyediaan air bersih di Kecamatan Jambi Timur. 1.3. Manfaat 1. Dapat memberikan hasil perencanaan penyediaan air bersih di Kecamatan Jambi Timur sesuai ketentuan yang berlaku. 2. Hasil tugas besar dan pelaporan ini dapat dijadikan contoh dalam pembelajaran dan pengembangan untuk mata kuliah teknik penuediaan air bersih. 1.4. Batasan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, adapun beberapa permasalahan dalam pembuatan makalah ini, yaitu diantara sebagai berikut : 1. Perencanaan tugas besar hanya dilakukan di Kecamatan Jambi Timur. 2. Perencanaan tugas besar hanya dilakukan sampai jaringan pipa sekunder. 3. Perencanaan tidak membahas spesik tentang kualitas air. 4. Perencanaan dilakukan menggunakan aplikasi epanet dan dilakukan analisis sesuai ketentuan yang berlaku.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Umum Air merupakan salah satu sumber daya alam yang memiliki fungsi sangat penting bagi kehidupan dan perikehidupan manusia, serta untuk memajukan kesejateraan



umum sehingga menjadi



modal



dasar dan faktor



utama



pembangunan. Air juga merupakan komponen lingkungan hidup yang penting bagi kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya. Itu bisa dilihat dari fakta bahwa 70% permukaan bumi tertutup air dan dua per tiga tubuh manusia terdiri dari air. Kebutuhan yang pertama bagi terselenggaranya kesehatan yang baik adalah tersedianya air yang memadai dari segi kuantitas dan kualitasnya yaitu harus memenuhi syarat kebersihan dan keamanan. (Solihin, dkk. 2020) Persyaratan kualitas menggambarkan mutu dari air baku air bersih. Sesuai dengan ketentuan badan dunia seperti World Health Organization (WHO) maupun badan setempat (Departemen Kesehatan) serta ketentuan atau peraturan lain yang berlaku seperti APHA (American Public Health Association atau Asosiasi Kesehatan Masyarakat AS), layak tidaknya air untuk kehidupan manusia ditentukan berdasarkan persyaratan kualitas secara fisik, secara kimia dan secara biologis. A. Persyaratan Secara Fisik Secara fisik air bersih harus jernih, tidak berbau dan tidak berasa. Selain itu juga suhu air bersih sebaiknya sama dengan suhu udara atau kurang lebih 25℃, dan apabila terjadi perbedaan maka batas yang diperbolehkan adalah 25℃ ± 30℃. Batas maksimum kekeruhan air yaitu 25 NTU dan warna air 50 TCU. 1. Kekeruhan Kekeruhan adalah efek optik yang terjadi jika sinar membentuk material tersuspensi di dalam air. Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan organik dan anorganik seperti lumpur dan buangan,



dari permukaan tertentu yang menyebabkan air sungai menjadi keruh. Kekeruhan walaupun hanya sedikit dapat menyebabkan warna yang lebih tua dari warna



sesungguhnya. Air yang mengandung kekeruhan tinggi akan mengalami kesulitan bila diproses untuk sumber air bersih. Kesulitannya antara lain dalam proses penyaringan. Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah bahwa air dengan kekeruhan tinggi akan sulit untuk didisinfeksi, yaitu proses pembunuhan terhadap kandungan mikroba yang tidak diharapkan. Tingkat kekeruhan dipengaruhi oleh pH air, kekeruhan pada air minum umumnya telah diupayakan sedemikian rupa sehingga air menjadi jernih. 2. Bau Bau pada air dapat disebabkan karena benda asing yang masuk ke dalam air seperti bangkai binatang, bahan buangan, ataupun disebabkan karena proses penguraian senyawa organik oleh bakteri. Pada peristiwa penguraian senyawa organik yang dilakukan oleh bakteri tersebut dihasilkan gas-gas berbau menyengat dan bahkan ada yang beracun. Pada peristiwa penguraian zat organik berakibat meningkatkan penggunaan oksigen terlarut di air (BOD = Biological Oxighen Demand) oleh bakteri dan mengurangi kuantitas oksigen terlarut (DO = Disvolved Oxigen) di dalam air. Bau pada air minum dapat dideteksi dengan menggunakan hidung. Tujuan deteksi bau pada air minum yaitu untuk mengetahui ada bau atau tidaknya bau yang berasal dari air minum yang disebabkan oleh pencemar. Apabila air minum memiliki bau maka dapat dikategorikan sebagai air minum yang tidak memenuhi syarat dan kurang layak untuk di manfatkan sebagai air minum. 3. Rasa Rasa yang terdapat di dalam air baku dapat dihasilkan oleh kehadiran organisme seperti mikroalgae dan bakteri, adanya limbah padat dan limbah cair seperti hasil buangan dari rumah tangga dan kemungkinan adanya sisa – sisa bahan yang digunakan untuk disinfeksi misalnya klor. Timbulnya rasa pada air minum biasanya berkaitan erat dengan bau pada air tersebut. Pada air minum, rasa diupayakan agar menjadi netral dan dapat diterima oleh pengguna air. Rasa pada air minum dapat dideteksi dengan menggunakan



indera penyerap. Dimana tujuan dari deteksi rasa pada air minum adalah untuk mengetahui kelainan rasa air dari standar normal yang dimiliki oleh air, yaitu netral. B. Persyaratan kimiawi Air bersih tidak boleh mengandung bahan-bahan kimia dalam jumlah yang melampaui batas. Beberapa persyaratan kimia antara lain adalah: pH yang diperbolehkan berkisar antara 6,5 – 9,0, total solid, zat organik, CO2 agresif, kesadahan, kalsium (Ca), besi (Fe), mangan (Mn), tembaga (Cu), seng (Zn), chloride (Cl), nitrit, flourida (F), serta logam berat. C. Persyaratan Bakteriologis 1. Bakteri Bakteri merupakan kelompok mikroorganisme yang penting pada penanganan air. Bakteri adalah jasad renik yang sederhana, tidak berwarna, satu sel. Bakteri berkembangbiak dengan cara membelah diri, setiap 15 – 30 menit pada lingkungan yang ideal. Bakteri dapat bertahan hidup dan berkembangbiak dengan cara memanfaatkan makanan terlarut dalam air. Bakteri tersebut berperan dalam dekomposisi unsur organik dan akan menstabilkan buangan organik. Bakteri yang mendapatkan perhatian di dalam air minum terutama adalah bakteri Escherichia coli yaitu koliform yang dijadikan indikator dalam penentuan kualitas air minum. 2. Virus Virus adalah berupa makhluk yang bukan organisme sempurna, antara benda hidup dan tidak hidup, berukuran sangat kecil antara 20 – 100 nm atau sebesar 1/50 kali ukuran bakteri. Perhatian utama virus pada air minum adalah terhadap kesehatan masyarakat, karena walaupun hanya 1 virus mampu menginfeksi dan menyebabkan penyakit. Virus berada dalam air bersama tinja yang terinfeksi, sehingga menjadi sumber infeksi (Quddus, Rachmat. 2014)



2.2. Sumber Air Untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, air dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti air hujan (rain water), air permukaan (surface water), air tanah (ground water) dan air laut (seawater). Air tersebut tidak dapat langsung dimanfaatkan, karena tercampur dengan pengotor-pengotor tertentu yang berasal dari bermacam-macam sumber pengotor (industri, rumah tangga, pertanian dan lain-lain). A. Air hujan (rain water) Pemanfaatan sumber air yang berasal dari air hujan biasa dilakukan di daerah-daerah yang tidak mendapatkan air tanah, atau walaupun tersedia air tapi tidak dapat digunakan. Air hujan yang akan dimanfaatkanbiasanya ditampung dari atap rumah, kemudian ditampung dalam tong, bak, atau kolam. Sumber air tersebut mengandung banyak bahan-bahan yang berasal dari udara seperti gas- gas (oksigen, nitrogen, karbon dioksida), asamasam kuat yang berasal dari gas buangan industri tertentu dan partikel-partikel radioaktif. Maka atap penampungan sendiri dicemari oleh partikel-partikel debu, kotoran burung, dan berbagai kotoran lainnya. Sumber air yang berasal dari air hujan ini walaupun tidak murni termasuk dalam kategori air lunak, sehingga apabila akan dimanfaatkan untuk air minum perlu direbus dulu atau disucihamakan. B. Air permukaan (surface water) Semua air yang berada di atas permukaan bumi seperti air parit, selokan, sungai dan danau adalah air permukaan. Pada umumnya air tersebut mengandung kotoran-kotoran berupa benda-benda terapung yang berasal dari lingkungan sekitarnya, bendabenda padat tersuspensi, bakteri, buangan bahan, kimia, dan sebagainya. Kumpulan berbagai kotoran tersebut menimbulkan berbagai bau dan rasa, sehingga bila air tersebut akan digunakan untuk kepentingan hidup manusia perlu tindakan pembersihan lengkap secara bertahap, teknik pembersihannya tergantung dari macam dan jumlah kotoran yang dikandungnya. Air permukaan yang terdapat di daerah pegunungan umumnya relatif tidak begitu kotor dibandingkan dengan air sungai, sehingga



melalui penyimpanan yang lama serta proses klorinasi saja air sudah dapat dimanfaatkan. C. Air tanah (ground water) Air tanah adalah air yang terdapat di dalam tanah, lebih tepatnya di bawah permukaan air tanah. Pada dasarnya air tanah mengandung bahan mineral larut yang terdiri dari kation (Ca, Mg, Mn, dan Fe) dan anion (SO4, CO3, HCO3 dan C1). Kadar ion-ion tersebut bervariasi, tergantung kepada sifat dan kondisi tanah sekitarnya, maka semakin dalam air tanah yang diambil semakin tinggi kadar ion-ion tersebut. Air tanah ini banyak dipakai untuk berbagai keperluan, karena tidak banyak terkontaminasi oleh lingkungan sekitarnya dibandingkan sumbersumber air lainnya, kontaminasi yang terjadi antara lain disebabkan oleh teknik pengambilan yang kurang baik, adanya kebocoran sistim pipa, dan keretakan tanah. Perlakuan pembersihan air tanah yang kadang diperlukan adalah proses pelunakan untuk menghilangkan kesadahan air dan aerasi untuk menghilangkan bau dan rasa yang tidak dikehendaki. D. Air laut Jumlah air yang terdapat di bumi ini cukup banyak, prosentasenya mencapai 71 % dari luas permukaan bumi. Dari sejumlah itu permukaan bumi sebagian besar ditutupi oleh air laut, yaitu sekitar dua-per-tiga (70 %) permukaan bumi. Luas keseluruhan wilayah laut yang menutupi bumi adalah 3,61 x 108 km2, dengan kedalaman rata-rata 3800 m. Jadi air laut merupakan 97 % dari jumlah air yang ada di bumi dan bagian terbesarnya terdapat di belahan bumi Selatan. Pada umumnya air laut relatif murni, sehingga dapat berfungsi sebagai pelarut bagi zat kimia, baik yang berwujud padat, cair maupun gas. Penggunaan air laut sebagai sumber air tawar dilakukan bilamana sumbersumber air tawar seperti air hujan, air permukaan dan air tanah tidak dapat diperoleh lagi. Untuk itu dilakukan proses desalinasi yang dapat dilakukan dengan beberapa cara,



antara lain adalah destilasi, elektro dialisa, osmosis / hiperfiltrasi dan sebagainya. Sesuai dengan fungsinya sebagai pelarut, maka 96,5 % air murni yang terdapat dalam air laut dapat melarutkan 3,5 % zat-zat kimia. Secara kimiawi dalam air laut terdapat sekitar 80 unsur kimia, dengan nilai keasaman (pH) antara 7,5 - 8,5. Membagi komposisi kimia air laut menjadi empat golongan, yaitu senyawa anorganik terlarut, senyawa organik terlarut, gas terlarut dan senyawa partikulat. (Susana, Tjutju. 2003). 2.3. Metode Penentuan Kebutuhan Air Perkiraan Kebutuhan Air Bersih (Water Demand) sangat ditentukan oleh jumlah penduduk suatu kota ataupun desa dengan kesulitan bagi mereka dalam mendapatkan air bersih. Rencana kebutuhan dan pemakaian air dibagi atas beberapa jenis kebutuhan, yang meliputi diantaranya : A. Kebutuhan air domestik Penyediaan air untuk pemakaian domestik dibagi atas 2 jenis sambungan, antara lain : 1. Sambungan langsung ( rumah tangga ) 2. Kran umum / MCK Sambungan langsung adalah pelayanan air bersih langsung ke rumah– rumah tangga yang menjadi pelanggan PDAM. Sambungan kran umum adalah pelayanan air bersih terhadap penduduk dengan cara berkelompok. Kran umum ini dipasang pada daerah yang kekurangan air bersih dan mempunyai sanitasi lingkungan yang buruk, daerah padat penduduk dengan sebagian besar penduduk kurang mampu. B. Kebutuhan air non domestik 



Sosial







Komersial







Industri







Khusus



Kebutuhan air bersih untuk suatu daerah dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah : 1) Luas daerah pelayanan 2) Tata guna tanah 3) Penduduk yang dilayani (Syahril, Nurdin. 2010). 2.4. Sistem Transmisi Sistem transmisi air bersih adalah sistem perpipaan dari bangunan pengambilan air baku ke bangunan pengolahan air bersih. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan sistem transmisi : A. Tipe penggalian jaringan pipa transmisi yang meliputi sistem perpompaan, sistem gravitasi, dan sistem gabungan perpompaan dan gravitasi. Sistem pemompaan diterapkan pada kondisi dimana letak dari bangunan intake lebih rendah dari bangunan pengolahan. Sebaliknya sistem gravitasi diterapkan pada kondisi dimana elevasi letak bangunan penangkap air relatif tinggi atau sama dengan bangunan pengolahan air. Sistem gabungan diterapkan pada kondisi topografi bangunan intake ke bangunan pengolahan yang naik turun.



B. Menentukan tempat bak pelepas tekan Bak pelepas tekan dibuat untuk menghindari tekanan yang tinggi, sehingga tidak akan merusak sistem perpipan yang ada. Bak ini dibuat ditempat dimana tekanan tertinggi mungkin terjadi atau pada sistem penguat (boaster pump) sepanjang jalur pipa transmisi.



C. Menghitung panjang dan diameter pipa Panjang pipa dihitung berdasarkan jarak dari bangunan penangkap air ke bangunan pengolahan, sedangkan diameter sesuai dangan debit hari maksimum. D. Jalur pipa sebaiknya mengikuti jalan raya dan dipilih jalur yang tidak memerlukan banyak perlengkapan Perlengkapan yang ada pada sistem transmisi perpipaan air bersih : 1) Wash out Berfungsi untuk penggelontor sedimen atau endapan yang ada pada pipa 2) Air Valve Berfungsi untuk mengurangi tekanan pada pipa sehingga pipa tidak pecah 3) Blow Off 4) Gate Valve Berfungsi untuk mengatur debit aliran 5) Pompa 2.5. Sistem Distribusi Sistem distribusi air bersih adalah pendistribusian atau pembagian air melalui sistem perpipaan dari bangunan pengolahan (reservoir) ke daerah pelayanan (konsumen) Dalam perencanaan sistem distribusi air bersih, beberapa faktor yang harus diperhatikan antara lain adalah : A. Daerah layanan dan jumlah penduduk yang akan dilayani daerah layanan ini meliputi wilayah IKK (Ibukota Kecamatan) atau wilayah Kabupaten/ kotamadya. Jumlah penduduk yang akan dilayani tergantung pada: 1) Kebutuhan 2) Kemauan/minat 3) Kemampuan atau tingkat sosial ekonomi masyarakat Sehingga dalam satu daerah layanan belum tentu semua penduduk terlayani.



B. Kebutuhan air Kebutuhan air adalah debit air yang harus disediakan untuk distribusi daerah pelayanan C. Letak topografi daerah layanan yang akan menentukan sistem jaringan dan pola aliran yang sesuai. D. Jenis sambungan sistem Jenis sambungan dalam sistem distribusi air bersih dibedakan meliputi: 1. Sambungan halaman : yaitu sambungan pipa distribusi dari pipa induk/ pipa utama ke tiap-tiap rumah atau halaman 2. Sambungan rumah : yaitu sambungan pipa distribusi dari pipa induk/pipa utama ke masing-masing utilitas rumah tangga 3. Hidran umum : merupakan pelayanan air bersih yang digunakan secara komunal pada suatu daerah tertentu untuk melayani 100 orang dalam setiap hidran umum 4. Terminal air: adalah distribusi air melalui pengiriman tangki-tangki air yang diberikan pada daerah-daerah kumuh, daerah terpencil atau daerah yang rawan air bersih. 5. Kran umum : merupakan pelayanan air bersih yang digunakan secara komunal pada kelompok masyarakat tertentu, yang mempunyai minat tetapi kurang mampu dalam membiayai penyambungan pipa ke masingmasing rumah. Biasanya 1 kran umum dipakai untuk melayani kurang lebih 20 orang. 2.6 Proyeksi Jumlah Penduduk Proyeksi jumlah penduduk dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan penduduk pada tiap tahunnya yang bertujuan untuk memperkirakan jumlah air yang dapat dibutuhkan pada masa yang akan dating. Proyeksi jumlah penduduk itu sendiri dapat dilakukan dengan 3 metode yaitu aritmatika, geometric dan eksponsial. ( Badan Pusat Statistik, 2010)



BAB III KONDISI EKSISTING WILAYAH PERENCANAAN 3.1 Aspek Geografi dan Demografi 1. Kondisi Geografi Kota Jambi merupakan ibukota Provinsi Jambi yang lebih dikenal dengan sebutan Jambi Kota Beradat. Wilayah Kota Jambi dikelilingi oleh wilayah Kabupaten Muaro Jambi baik dari arah Utara, Selatan, Barat maupun di sebelah Timur. Secara geografi wilayah Kota Jambi terletak di antara : 103° 30'1,67'' Bujur Timur sampai 103°40'0,22'' Bujur Timur 01'30'2,98" Lintang Selatan sampai 01°40'1,07" Lintang Selatan dengan luas wilayah 205,38 Km 2 atau sekitar 0,38 persen dari luas Provinsi Jambi. Wilayah Kota Jambi secara keseluruhan terdiri atas daratan dengan luas 20.538 ha atau seluas 205,38 Km2. Topografi wilayah Kota Jambi terdiri atas wilayah datar dengan kemiringan 0 hingga 2 %, bergelombang dengan kemiringan 2 hingga 15 % dan curam dengan kemiringan 15 hingga 40 % dengan luas lahan berdasarkan topografi adalah sebagai berikut : a. Datar (1-2%) = 11.326 ha (55 %) b. Bergelombang (2-15%) = 8.081 ha (3,1%) c. Curam (15 – 40%) = 41 ha (0,002%) Wilayah Kota Jambi memiliki ketinggian dengan kisaran 10 – 60 m dari permukaan laut. Berdasarkan kecamatan, sebagian besar wilayah Kecamatan Pasar Jambi, Pelayangan, dan Danau Teluk berada pada ketinggian 0 – 10 meter dari permukaan laut, sedangkan wilayah Kecamatan Telanaipura, Jambi Selatan, Jambi Timur dan Kotabaru sebagian besar berada pada ketinggian 10 – 40 meter dari permukaan laut. 2. Kondisi Demografi Demografi adalah data statistik yang menyangkut populasi penduduk yang didasarkan atas berbagai klarifikasi seperti usia, ras, jenis kelamin, agama, pekerjaan dan pendidikan.



Penduduk kota Jambi memiliki keberagaman khususnya suku dan agama. Suku Jambi adalah penduduk asli dan mayoritas di Jambi dan tersebar di semua wilayah kecamatan. Komunitas etnis Tionghoa cukup banyak di kecamatan ini. Ada juga suku lainnya seperti suku Jawa, Minangkabau, Batak, Bugis, Banjar, dan lainnya. Sementara dalam keagamaan, mayoritas di kecamatan ini



memeluk



agama Islam. Adapun persentasi penduduk menurut agama yang dianut di kecamatan ini adalah Islam sebanyak 79,81%, kemudian Buddha yakni 13,32% Kristenan sebanyak 6,61% dengan rincian Protestan 4,36% dan Katolik 2,25% sebagian lagi beragama Konghucu 0,25% dan Hindu sebanyak 0,01%. 3. Kondisi Hidrologi Kota Jambi yang dibagi menjadi dua bagian oleh sungai Batanghari merupakan sungai terpanjang membelah dari Barat hingga Timur Provinsi Jambi. Sungai Batanghari menjadi salah satu sarana dan prassarana transportasi untuk mendukung kegiatan perekonomian masyarakat Kota Jambi dan menjadi sumber air yang digunakan Perusahaan Daerah Air Minum Kota Jambi. Sungai 4 Batanghari terbagi dalam sungai-sungai kecil yang mengalir dan bermuara ke Sungai Batanghari seperti Sungai Kenali Besar, Sungai Kambang, Sungai Asam, Sungai Tembuku, Sungai Selincah. Sungai-sungai kecil tersebut berfungsi mengalirkan air permukaan ke Sungai Batanghari.



3.2 Kondisi Lingkungan Strategis



a. Topografi Letak wilayah strategis topografiSecara umum berdasarkan bentang alamnya, Kota Jambi berada pada ketinggian antara 10 sampai dengan 60 meter dari permukaan laut (mdpl) dan sebagian besar wilayah Kecamatan seperti: Pasar Jambi, Pelayangan, dan Danau Teluk berada pada ketinggian 0 – 10 meter dari permukaan laut, sedangkan wilayah Kecamatan Telanaipura, Jambi Selatan, Jambi Timur dan Kota Baru sebagian besar berada pada ketinggian 10 – 40 meter dari permukaan



laut.



b. Hidrologi Letak wilayah strategis hidrologi, Kota Jambi dibelah oleh Sungai Batanghari sehingga membentuk morfologi kota terbelah dengan 2 (dua) bagian besar yaitu bagian Selatan dan bagian Utara. Bagian selatan merupakan bagian terbesar wilayah Kota Jambi. Pada wilayah ini sedikitnya terdapat 5 (lima) buah anak Sungai Batanghari, yaitu: a. Sungai Kenali Besar Sungai ini melewati Kecamatan Kotabaru dan Kecamatan Telanaipura, kemudian masuk kedalam Danau Kenali terus ke Danau Sipin dan akhirnya bermuara ke Sungai Batanghari. b. Sungai Kambang Daerah pengaliran Sungai Kambang meliputi sebagian Kelurahan Simpang III Sipin di Kecamatan Kota Baru dan Kelurahan Simpang IV Sipin. c. Sungai Asam Daerah pengaliran Sungai Asam meliputi Kecamatan Kota Baru (yaitu meliputi sebagian Kelurahan Kenali Asam Bawah, sebagian Kelurahan Kenali Asam Atas, Kelurahan Sukakarya, Kelurahan Simpang III Sipin dan Kelurahan Paal Lima), Kecamatan Jelutung (yaitu meliputi Kelurahan Jelutung, Kelurahan Lebak Bandung dan Kelurahan Cempaka Putih), Kecamatan Pasar Jambi (meliputi Kelurahan Beringin dan Kelurahan Orang Kayo Hitam). d. Sungai Tembuku Daerah pengaliran Sungai Tembuku meliputi sebagian Kecamatan Thehok, Kelurahan Tambak Sari, sebagian Kelurahan Kebon Handil, Kelurahan Jelutung, sebagian Kelurahan Cempaka Putih, Kelurahan Talang Jauh, sebagian Kelurahan Sulanjana, Kelurahan Rajawali dan Kelurahan Kasang. e. Sungai Selincah Daerah pengaliran Sungai Selincah meliputi Kelurahan Talang Bakung dan Kelurahan Sijenjang. Sungai Batanghari selain berfungsi hidrologis juga berfungsi sebagai prasarana transportasi dan penunjang kegiatan ekonomi masyarakat serta sebagai sumber air baku untuk air minum. Sedangkan danau yang ada di Kota Jambi antara lain adalah Danau Sipin, Danau Teluk, Danau Penyengat dan Danau Kambang.



c. Geologi Letak wilayah strategis hidrologi, Dilihat dari struktur batuan, pada umumnya wilayah Kota Jambi terbentuk dari struktur batuan endapan permukaan, batuan sedimen umur miosen dan batuan sedimen umur pliosen. Struktur batuan endapan



permukaan pada umumnya tersebar di sebelah utara Sungai Batanghari, meliputi Kecamatan Danau Teluk dan Kecamatan Pelayangan. Sedangkan batuan sedimen umur miosen tersebar di sebelah barat wilayah Kota Jambi meliputi Kecamatan Kota Baru. Berdasarkan luasannya, jenis batuan endapan permukaan menempati areal seluas 10.454 hektar mencapai 50,90% dari total wilayah Kota Jambi, batuan sedimen umur miosen seluas 8.375 hektar (40,78%) dan batuan sedimen umur pliosen seluas 1.709 hektar (8,32%).



DAFTAR PUSTAKA Nelwan, Fenny, E. M. Wuisan dan L. Tanudjaja. 2013. Perencanaan Jaringan Air Bersih Desa Kima Bajo Kecamatan Wori. Jurnal Sipil Statik, 1(10), 678 – 684. Parera, Melati J dan Jimmy F. Rumampuk. 2013. Analisis Perbedaan pada Uji Kualitas Air Sumur di Kelurahan Madinir Ure Kota Bitung Berdasarkan Parameter Fisika. Jurnal e-Biomedik (eBM), 1(1), 466 – 472. Solihin, Dede dkk. 2020. Pemanfaatan Botol Bekas Sebagai Penyaring Air Bersih Sederhana Bagi Warga Desa Cicalengka Kecamatan Pagedangan Kabupaten Tangerang. Dedikasi PKM UNPAM, 1(3), 98 – 102. Susana, Tjutsana. 2003. Air Sebagai Sumber Kehidupan. Oseana, 28(3), 17 – 25. Syahril, Nurdin. 2010. Kajian Manajemen Proyek Penyediaan Air Bersih Perkotaan Daerah Berbukit dengan Sumber Air Sungai. Jurnal Rekayasa Sriwijaya, 19(3), 5 – 12. Quddus, Rahmat. 2014. Teknik Pengolahan Air Bersih dengan Sistem Saringan Pasir Lambat (Downflow) yang Bersumber dari Sungai Musi. Jurnal Teknik Sipil dan Lingkungan, 2 (4), 669 – 675.