Kelompok 6 - UPTD Balai Pengembangan Ternak Sapi Perah Dan HMT Cikole [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teknik Pertanian merupakan salah satu program studi yang terdapat pada Fakultas Teknologi Industri Pertanian Universitas Padjadjaran (UNPAD) yang bergerak di bidang mekanisasi pertanian dan industri pertanian. Program Studi Teknik Pertanian Unpad memiliki empat bidang kajian, yaitu: Alat dan Mesin Pertanian (Alsin), Teknik Tanah dan Air (TTA), Pasca Panen dan Teknologi Proses, serta Sistem Manajemen Mekanisasi Pertanian (SMMP). Laboratorium yang telah disebutkan merupakan penunjang dari pengembangan serta pengkajian masalah untuk diciptakannya teknologi tepat guna dari hulu hingga hilir, serta penunjang kegiatan belajar mengajar mahasiswa Fakultas Teknologi Industri Pertanian jurusan Teknik Pertanian. Menghadapi era global ini, setiap perusahaan diwajibkan untuk tidak membuang limbahnya sembarangan demi terciptanya lingkungan yang ramah. Dalam mata kuliah ini, hal tersebut dikenal dengan teknologi produksi bersih. Mata kuliah ini bertujuan untuk lebih memperhatikan lingkungan agar tercapai lingkungan yang bersih dan sehat, dengan cara mengontrol limbah yang dikeluarkan pada suatu instansi atau perusahaan yang memiliki kaitan dengan teknik pertanian. Usaha peternakan akan sukses jika menerapkan manajemen pemeliharaan yang baik, tidak terkecuali usaha peternakan sapi perah. Manajemen pemeliharaan yang baik tentunya dapat meningkatkan produksi dan kualitas susu yang baik sehingga pemilik bisa mendapatkan keuntungan yang optimal dari usaha peternakan tersebut. Selain itu, limbah yang dikeluarkan dari instansi ini juga perlu diperhatikan demi menciptakan AMDAL yang baik. Sebagai mahasiswa program studi teknik pertanian sudah sepantasnya untuk mengetahui kegiatan yang berhubungan dengan pertanian termasuk perternakan yang ada di dalamnya. Seperti kegiatan peternakan yang berada di UPTD Balai Pengembangan Ternak Sapi Perah dan Hijauan Pakan Ternak Cikole Lembang. UPTD Balai Pengembangan Ternak Sapi Perah dan Hijauan Pakan Ternak Cikole Lembang mempunyai tugas pokok menyelenggarakan sebagian tugas teknis operasional bidang pengembangan ternak sapi perah dan hijauan pakan ternak, meliputi pelayanan teknis, distribusi dan informasi. Balai Pengembangan Ternak Sapi Perah dan Hijauan Makanan Ternak (BPT Sapi Perah dan HPT) Cikole, Lembang, Bandung menjadi rujukan usaha peternakan sapi perah tingkat nasional tentang teknik budidaya ternak, penyiap pakan, dan pengolahan susu. UPTD Balai Pengembangan Ternak Sapi Perah dan Hijauan Pakan Ternak Cikole Lembang juga menjual produk susu seperti susu segar dan susu pasteurisasi. Susu segar (raw milk) merupakan cairan hasil dari kelenjar ambing sapi sehat dan bersih yang diperoleh dengan cara pemerahan yang kandungan alaminya tidak dikurangi atau ditambah sesuatu apapun dan belum mendapat perlakuan apapun kecuali



pendinginan. Susu merupakan bahan pangan bernutrisi tinggi yang mengandung air, lemak, gula susu (laktosa), dan protein. Tingginya nutrisi yang terkandung di dalam susu menyebabkan susu memiliki umur simpan yang pendek karena cemaran mikroorganisme. Kualitas susu akan sangat dipengaruhi oleh penanganan pasca panen yang dilakukan. Sebagai usaha menjaga mutu dari produk yang dihasilkan yaitu susu sapi segar dan susu pasteurisasi, pihak UPTD berupaya memenuhi standar dari ISO dan HACCP yang diterapkan melalui pemenuhan kewajiban standar sistem produksi susu dari mulai bagaimana kondisi sapi perah hingga pengemasan produk susu. Adanya kegiatan proses produksi susu ini memberikan pengetahuan secara langsung tentang penanganan limbah hasil produksi susu khususnya di BPT-SP & HPT Cikole Lembang dengan cara mengamati saluran pembuangan limbah susu yang ada di BPT-SP & HPT Cikole Lembang. Dengan hal seperti itu diharapkan akan mengurangi limbah yang berdampak pada lingkungan sekitar karena adanya proses lebih lanjut dalam menangani limbah yang dihasilkan.



1.2. Maksud Produksi Bersih Produksi bersih merupakan salah satu mata kuliah pada program studi Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Industri Pertanian Universitas Padjadjaran yang menjadi mata kuliah pilihan bagi setiap mahasiswa Jurusan Teknik Pertanian. Sebagai salah satu dari syarat kelulusan, mata kuliah teknologi produksi bersih dilakukan pada industri atau instalasi berbasis pertanian dengan cara mengamati pembuangan limbahnya dibawah bimbingan pihak instalasi yang terkait. Mata kuliah ini dilakukan agar mahasiswa dapat lebih peka dalam penangan limbah yang berdampak buruk pada lingkungan sekitar. Hal ini dicapai melalui kegiatan pengolahan limbah yang ada di lembaga atau perusahaan yang terlibat yaitu penerapan atas teori mengenai industri pertanian pada kehidupan nyata. Mahasiswa diminta untuk mengamati dan menganalisis situasi dan kondisi yang terjadi di BPT-SP dan HPT terkait pengolahan limbah produksi. Hasil pengamatan dikumpulkan dan dikaji sehingga diperoleh hasil analisis yang dapat disimpulkan dengan dibekali studi literatur yang relevan dengan persoalan yang terjadi.



1.3. Tujuan 1.3.1. Tujuan Umum



1.



Mengembangkan wawasan dan pengalaman mahasiswa/mahasiswi dalam melakukan pengolahan limbah;



2.



Mahasiswa dapat mengidentifikasi masalah dan menganalisis untuk mendapatkan solusi;



3.



Mahasiswa dapat melakukan dan membandingkan penerapan teori yang diterima di jenjang akademik dengan praktik yang dilakukan di lapangan;



4.



Mempelajari dan menganalisis teknologi produksi bersih yang dilakukan oleh BPTSP dan HPT Cikole, Lembang.



1.3.2. Tujuan Khusus 1. Mengetahui dan mempelajari pemeliharaan produksi susu sapi perah yang baik di UPTD BPT-SP & HPT Cikole Lembang serta kapasitasnya. 2. Mengetahui dan mempelajari hasil produksi susu.



BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN/INSTANSI 2.1. Sejarah Instansi Tempat PKL dan Kondisi Umum Instansi 2.1.1. Sejarah Instansi Tempat PKL UPTD Balai Pengembangan Ternak Sapi Perah dan HPT Cikole berdiri sejak tahun 1952 dengan nama awal adalah Taman Ternak. Pendirian Taman Ternak tersebut diprakarsai oleh Drh. Soedjono Koesoemohardjo (Kepala Jabatan Kehewanan Priangan Barat) dengan fungsi utamanya budidaya ternak sapi perah serta mngembangkan komoditi ternak lainnya. Pada tahun 1983 seluruh tanggungjawab diserahkan pada Dinas Peternakan Provinsi DT I Jawa Barat. Sampai menjadi BPT-SP & HPT, Taman Ternak telah beberapa kali berganti nama, yaitu: 1.



Tahun 1984 berubah menjadi UPTD dengan namaBalai Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak (BPT-HPT) Cikole Lembang.



2.



Tahun 2009 diganti lagi sesuai dengan Pergub No. 113 Tahun 2009 menjadi Balai Pengembangan Ternak Sapi Perah Dan Hijauan Pakan Ternak (BPT-SP& HPT) Cikole Lembang.



Pada tahun 1997 - 2002, BPT-SP & HPT Cikole Lembang dijadikan main site pada kerja sama Teknis “Peningkatan Teknologi Perah” cq. Direktorat Jenderal Peternakan Departemen dengan Pemerinah Jepang cq. Japan International Cooperation Agency (JICA).



2.1.2. Kodisi Umum Instansi a. Letak Geografis Letak geografis dari BPT-SP & HPT berada di Jl. Raya Tangkuban Parahu KM 22, Desa Cikole, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat. b.



Iklim dan Ketinggian Iklim



: Relatif dingin, berkisar antara 13,8 – 24,6 °C



Ketinggian : 1.200 mdpl



c. Kelembaban Kelembaban udara di daerah Cikole yaitu sekitar 80,5% d. Curah Hujan Curah hujan di daerah Cikole yaitu sekitar 2.393 mm/tahun e. Jarak ke Pusat Pemerintahan



f.



a. Ibukota Kabupaten



: 4 km



b. Ibukota Provinsi



: 22 km



c. Ibukota Negara



: 130 km



Luas Lahan a. Luas Lahan



: 9,8 Ha (Lokasi Cikole) 48 Ha (Lokasi Subang, di Kec. Jalancagak dan Kec. Sagalaherang)



b. Luas Kebun Rumput



: 5 Ha (Lokasi Cikole) 48 Ha (Lokasi Subang, di Kec. Jalancagak)



g. Populasi Ternak Sapi Perah a. Kandang Laktasi 1



: 30 ekor



b. Kandang Laktasi 2



: 29 ekor



c. Kandang Laktasi 3



: 25ekor



d. Kandang Dara



: 42 ekor



e. Kandang Melahirkan



: 6 ekor



f.



: 17 ekor



Kandang 17



g. Kandang Pedet Koloni : 21 ekor h. Kandang Pedet A



: 11 ekor



i.



Kandang Pedet B



: 23 ekor



j.



Kandang Exercise



: 28 ekor



k. Jumlah Total



: 232 ekor



h. Produksi Hijauan Makanan Ternak Produksi hijauan di BPT-SP & HPT mencapai 250 ton/Ha/tahun i. Kondisi Pegawai BPT-SP dan HPT Laki-laki



: 58 orang



Perempuan



: 8 orang



Total



: 66 orang



2.2. Kegiatan BPT-S dan HPT UPTD Balai Pengembangan Ternak Sapi Perah dan Hijauan Pakan Ternak Cikole Lembang mempunyai tugas pokok menyelenggarakan sebagian tugas teknis operasional bidang pengembangan ternak sapi perah dan hijauan pakan ternak, meliputi pelayanan teknis, distribusi dan informasi. Balai Pengembangan Ternak Sapi Perah dan Hijauan Pakan Ternak Cikole Lembang mempunyai fungsi: 1. Penyelenggaraan penyusunan bahan kebijakan teknis pengembangan ternak sapi perah danhijauan pakan ternak; 2. Penyelenggaraan pengembangan ternak sapi perah dan hijauan pakan ternak; 3. Penyelenggaraan evaluasi dan pelaporan Balai; dan 4. Penyelenggaraan fungsi lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.



Rincian Tugas Balai, meliputi: 1.



Menyelenggarakan penyusunan program kerja Balai;



2. Menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan teknis kegiatan pengembangan ternak sapi perah dan hijauan pakan ternak serta menyelenggarakan pengembangan ternak sapi perah dan hijauan pakan ternak; 3.



Menyelenggarakan koordinasi, pembinaan, pengendalian dan memimpin pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Balai;



4.



Menyelenggarakan pengkajian bahan petunjuk teknis kegiatan pengembangan ternak sapi perah dan hijauan pakan ternak;



5.



Menyelenggarakan pengkajian bahan petunjuk teknis penyelenggaraan pengembangan ternak sapi perah dan hijauan pakan ternak;



6.



Menyelenggarakan pelayanan teknis budidaya ternak sapi perah, pakan ternak, HPT dan produksi hasil ternak;



7.



Menyelenggarakan distribusi dan informasi data hasil perkembangan ternak sapi perah, pakan ternak, HPT dan produksi hasil ternak;



8.



Menyelenggarakan model teknologi dan percontohan budidaya ternak sapi perah, HPT dan produksi hasil ternak;



9.



Menyelenggarakan ketatausahaan balai;



10. Menyelenggarakan Tindak Lanjut Laporan Hasil Pemeriksaan lingkup Balai; 11. Menyelenggarakan penyusunan bahan verifikasi, kajian teknis dan menyelenggarakan pemantauan terhadap permohonan dan realisasi bantuan keuangan dan hibah bantuan sosial bidang pengembangan ternak sapi perah dan hijauan pakan ternak cikole lembang; 12. Menyelenggarakan penyampaian bahan saran pertimbangan mengenai pengembangan ternak sapi perah dan hijauan pakan ternaksebagai bahan perumusan kebijakan Pemerintah Daerah; 13. Memimpin seluruh pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Balai; 14. Menyelenggarakan evaluasi dan pelaporan Balai;



KEPALA BALAI Ir. Mita Rukmitasari



KASUBAG TU Kunkun Kuntara S.Sos. MM



KASI BUDIDAYA



KASI TEKNOLOGI PENGOLAHAN



Yustini Elinda Organisasi S.Pt, MSi 2.3. Struktur BPT-SP dan HPT Cikole Lembang



Kelompok Jabatan Fungsional SATUAN PELAYANAN Koordinator



Amirudin S.Pt



2.4. Tujuan dan Fungsi BPT-SP dan HPT Adapun tujuan dan manfaat dari BPT-SP dan HPT yang terkait dengan bidang kajian pelaksana PKL yaitu: 1. Memberikan ruang bagi para pelajar yang ingin mengembangkan wawasan serta pengalaman dalam proses maupun prosedur menjaga kualitas peternakan yang baik. 2. Memberikan sarana prasarana uji coba peternakan sapi perah dengan mengikut sertakan praktikan agar tahu prosedur yang dijalankan sebagai upaya menjaga kualitas peternakan. 3. Memberikan gambaran dunia kerja dalam lingkup komplek pertanian.



2.5. Sistem Kerja Sistem kerja yang diterapkan pada BPT-SPT dan HPT Cikole Lembang adalah sebagai berikut: 1. Mentaati prosedur kerja yang berlaku sesuai dengan penempatan atau posisi kerja, seperti: a. Mencuci tangan sebelum mulai bekerja. b. Menggunakan sarung tangan.



c. Menyisir rambut hingga rapih. d. Menggunakan hair net. e. Menggunkan pakaian kerja. f.



Mengecek ulang perlengkapan pekerjaan.



2. Melaksanakan prosedur kerja sesuai dengan kebijakan balai beserta tahapan waktu yang telah ditetapkan, yaitu dari mulai memandikan ternak hingga membersihkan peralatan dan tempat. Rincian waktu dan kegiatan terlampir.



BAB III ISI



3.1. Pengertian produksi bersih Produksi bersih adalah strategi pengelolaan lingkungan yang sifatnya mengarah pada pencegahan dan terpadu untuk diterapkan pada seluruh siklus produksi. Produksi bersih merupakan sebuah strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif atau pencegahan dan terpadu yang perlu diterapkan secara terus menerus pada proses produksi dan daur hidup produk dengan tujuan mengurangi risiko terhadap manusia dan lingkungan. Hal tersebut, memiliki tujuan untuk meningkatkan produktivitas



dengan



memberikan



tingkat efisiensi yang



lebih



baik



pada



penggunaan bahan mentah, energi dan air, mendorong performansi lingkungan yang lebih baik, melalui pengurangan sumber-sumber pembangkit limbah dan emisi serta mereduksi dampak produk terhadap lingkungan. Produksi bersih berfokus pada usaha pencegahan terbentuknya limbah, yang merupakan salah satu indikator inefisiensi. Dengan demikian, usaha pencegahan tersebut harus dilakukan sejak awal proses produksi dengan mengurangi terbentuknya limbah serta pemanfaatan limbah yang terbentuk melalui daur ulang. Keberhasilan upaya ini akan menghasilkan penghematan yang besar karena penurunan biaya produksi yang signifikan sehingga pendekatan ini dapat menjadi



sumber pendapatan. Istilah produksi bersih mulai diperkenalkan oleh UNEP (United Nations Environment Program) pada bulan Mei 1989 dan diajukan secara resmi pada bulan September 1989 pada seminar The Promotion of Cleaner Production di Canterbury, Inggris. Indonesia sepakat untuk mengadopsi definisi yang disampaikan oleh UNEP tersebut. Beberapa kata kunci yang perlu dicermati dalam produksi bersih adalah pencegahan, terpadu, terus-menerus dan mengurangi risiko. Dalam strategi pengelolaan lingkungan melalui pendekatan produksi bersih, segela upaya dilakukan untuk mencegah atau menghindari terbentuknya limbah. Keterpaduan dalam konsep produksi bersih dicerminkan dari banyaknya aspek yang terlibat seperti sumber daya manusia, teknik teknologi, finansial, manajerial dan lingkungan. Strategi produksi bersih menekankan adanya upaya pengelolaan lingkungan secara terus-menerus. Suatu keberhasilan atau pencapaian target pengelolaan lingkungan bukan merupakan akhir suatu upaya melainkan menjadi input bagi siklus upaya pengelolaan lingkungan berikutnya. Mengurangi risiko dalam produksi bersih dimaksudkan dalam arti risiko keamanan, kesehatan, manusia dan lingkungan serta hilanganya sumber daya alam dan biaya perbaikan atau pemulihan. Produksi bersih diperlukan sebagai suatu strategi untuk mengharmonisasikan upaya perlindungan lingkungan dengan kegiatan pembangunan atau pertumbuhan ekonomi, mencegah terjadinya pencemaran lingkungan, memelihara dan memperkuat pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang, mencegah atau memperlambat terjadinya proses degradasi lingkungan dan pemanfaatan sumberdaya alam melalui penerapan daur ulang limbah serta memperkuat daya saing produk di pasar internasional.



3.2. Prinsip-prinsip pokok dalam strategi produksi bersih dalam Kebijakan Elimination (pencegahan)



adalah



upaya



untuk



mencegah



timbulan



limbah langsung dari sumbernya, mulai dari bahan baku, proses produksi sampai produk. Nasional Produksi Bersih (KLH, 2003) dituangkan dalam 5R (Re-think, Reuse, Reduction, Recovery and Recycle) sebagai berikut: 1.



Re-think (berpikir ulang), adalah suatu konsep pemikiran



yang harus



dimiliki pada saat awal kegiatan akan beroperasi, dengan implikasi. Perubahan



dalam pola produksi dan konsumsi berlaku baik pada proses, maupun produk yang dihasilkan, sehingga harus dipahami betul analisis daur hidup produk. Upaya produksi bersih tidak dapat berhasil dilaksanakan tanpa adanya perubahan dalam pola pikir, sikap dan tingkah laku dari semua pihak terkait pemerintah, masyarakat maupun kalangan usaha. 2.



Reduce (pengurangan)



adalah



upaya



untuk



menurunkan



atau



mengurangitimbulan limbah pada sumbernya. 3.



Reuse (pakai



ulang/penggunaan



kembali)



adalah



upaya



yang



memungkinkan suatu limbah dapat digunakan kembali tanpa perlakuan fisika, kimia atau biologi. 4.



Recycle (daur



ulang)



adalah



upaya



mendaur



ulang



limbah



untuk



memanfaatkan limbah dengan memrosesnya kembali ke proses semula melalui perlakuakn fisika, kimia dan biologi. 5.



Recovery/ Reclaim (pungut ulang, ambil ulang) adalah upaya mengambil bahanbahan yang masih mempunyai nilai ekonomi tinggi dari suatu limbah, kemudian dikembalikan ke dalam proses produksi dengan atau tanpa perlakuakn fisika, kimia dan biologi. Meskipun prinsip produksi bersih dengan strategi 1E4R atau 5R, namun



perlu ditekankan bahwa strategi utama perlu ditekankan pada Pencegahan dan Pengurangan (1E1R) atau 2R pertama. Bila strategi 1E1R atau 2R pertama masih menimbulkan pencemar atau limbah, baru kemudian melakukan strategi 3R berikutnya (reuse, recycle, dan recovery) sebagai suatu strategi tingkatan pengelolaan limbah. Tingkatan terakhir dalam pengelolaan lingkungan adalah pengolahan dan pembuangan limbah apabila upaya produksi bersih sudah tidak dapat dilakukan : Treatment (pengolahan) dilakukan apabila seluruh tingkatan produksi bersih telah dikerjakan,



sehingga



limbah



yang



masih



ditimbulkan



perlu



untuk



dilakukan pengolahan agar buanagn memenuhi baku mutu lingkungan. Disposal (pembuangan) limbah bagi limbah yang telah diolah. Beberapa limbah yang



termasuk



dalam



ketegori



berbahaya



dan



beracun



perlu



dilakukan penanganan khusus. Tingkatan pengelolaan limbah dapat dilakukan berdasarkan konsep produksi bersih dan pengolahan limbah sampai dengan pembuangan (Weston dan Stuckey, 1994). Penekanan dlakukan pada pencegahan atau minimisasi timbulan limbah, dan pengolahanmaupun penimbunan merupakan upaya terakhir yang dilakukan bila upaya dengan pendekatan produksi bersih tidak mungkin untuk diterapkan.



3.3 Minimisasi limbah Di seluruh dunia, kegiatan usaha dihadapkan kepada tantangan masalah lingkungan



yang



makin



meningkat.



Salah



satunya



yang terbesar



adalah



ditimbulkannya pencemaran olehkegiatan usaha itu. Dengan naiknya tingkat pencemaran, pemerintah di banyak Negara memberlakukan pengendalian yang ketat terhadap dunia usaha untuk berupaya mengurangi pencemaran lingkungan. Pada masa-masa yang lalu, pengendalian oleh pemerintah ini terutama terdiri dari persyaratan untuk memasang alat pengendali pencemaran, seperti instalasi pengolah air limbah atau penyerap asap pada cerobong, pada ujung pipa. Tujuannya adalah menangani pencemaran setelah pencemaran itu diciptakan oleh kegiatan usaha. Pengendalian yangdemikian sangat mahal dan seringkali mudah gagal. Penanganan itu tidak memberikan laba bagi kegiatan usaha yang bersangkutan. Akan tetapi kini dunia usaha sedang menggunakan siasat baru Minimisasi Limbah, Ini berarti mengurangi penggunaan bahan beracun, memperbaiki proses, dan efisiensi untuk mengurangi pembentukan limbah, menggunakan kembali dan mendaur ulang limbah dan pengubahan limbah menjdai sumber daya melalui pengolahan. Siasat ini dimulai dalam duniausaha, yang menyadari bahwa mereka tidak lagi sanggup melanjutkan penanganan pencemaran pada saat pencemaran itu sudah terjadi. Pada saat ini minimisasi limbah tersebutsedang digalakkan baik oleh dunia usaha maupun oleh pemerintah di seluruh dunia, sebagaisuatu pemecahan yang serba menguntungkan kedua belah pihak, dalam bentuk lindunganlingkungan dan penurunan biaya usaha. Kegiatan usaha yang paling berhasil dalam minimisasi limbah telah menerapkan dua pokok pemikitan :



1.



Limbah adalah suatu kerusakan oleh karena itu, piranti yang telah teruji, seperti digunakan pada manajemen kualitas total dan pembiayaan berdasarkan aktivitas, dapatdigunakan untuk minimisasi kerusakan.



2.



Limbah adalah suatu sumber daya yang tidak berhasil dijual kepada seseorang Oleh karenanya, kreativitas dan kemitraan dapat digunakan untuk mengubah limbah, yang takdapat dihindarkan timbulnya, menjadi sumber daya yang dapat dijual untuk memperoleh laba atau dapat dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat.



Ada pun keuntungan dari minimisasi Limbah dapat : ·



meningkatkan efisiensi produksi



·



memperbaiki kualitas produk dan mengurangi kerusakan



·



mengurangi kebutuhan alat pengendali pencemaran



·



membantu mengurangi kebutuhan pengaturan oleh pemerintah



·



memperbaiki citra masyarakat dan menaikkan penjualan



·



menciptakan peluang usaha baru



·



membantu menciptakan suatu keuntungan strategis melebihi pesaing



3.4 Perangkat Produksi Bersih Perangkat produksi bersih menurut Purwanto, (2006) dan GTZ-Pro LH, (2007) meliputi: 1. Good Housekeeping/ GHK (Tata kelola yang baik) merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan atas kemauannya sendiri dalam memberdayakan sumber daya yang dimiliki untuk mengatur penggunaan bahan baku, air dan energi secara optimal dan bertujuan untuk meningkatkan produktifitas kerja dan upaya pencegahan pencemaran lingkungan (KLH, 2003). Upaya-upaya tersebut berkaitan dengan langkah praktis yang dapat segera dilaksanakan oleh perusahaan. Tiga manfaat Good Housekeeping: Penghematan biaya, kinerja lingkungan hidup lebih baik, penyempurnaan organisasional. 2. Konsep Good Housekeeping:



a. Rasionalisasi pemakaian masukan bahan baku, air dan energi, sehingga mengurangi kerugian masukan bahan berbahaya dan karenanya mengurangi biaya operasional. b. Mengurangi volume dan atau toksisitas limbah, limbah air, dan emisi yang berkaitan dengan produksi. c. Menggunakan limbah dan atau mendaur ulang masukan primer dan bahan kemasan secara maksimal. d. Memperbaiki kondisi kerja dan keselamatan kerja dalam perusahaan. e. Mengadakan perbaikan organisasi. Dengan menerapkan Good Housekeeping maka perusahaan mendapat berbagai keuntungan selain itu juga dapat mengurangi dampak negatif yang dapat ditimbulkan oleh kegiatan perusahaan. Sebagai pedoman untuk mengidentifikasi langkah-langkah apa yang dapat dilaksanakan untuk menerapkan Good Housekeeping dalam perusahaan maka dapat disusun dalam bentuk daftar periksa yang mencakup 6 bidang kegiatan yang berkaitan dengan Good Housekeeping yang meliputi bahan, limbah, penyimpanan dan penanganan bahan, air dan air limbah, energi, proteksi keselamatan dan kesehatan tempat kerja. Masing-masing daftar periksa membuat serangkaian pertanyaan yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi masalah yang mungkin timbul, penyebabnya dan tingkat korektif yang dapat diambil dalam lingkungan perusahaan pada keenam bidang tersebut (Moertinah, 2008). 2. Pengelolaan bahan berbahaya dan beracun, merupakan upaya penanganan bahan yang dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia, serta makhluk hidup lainnya. 3. Penggantian bahan baku, merupakan upaya untuk mengganti dengan bahan yang kurang berbahaya dan kurang beracun, bahan yang tidak mudah rusak, dan bahan yang menimbulkan limbah yang dapat diurai di lingkungan.



3.5 Kendala Penerapan Produksi Bersih Ada beberapa kendala yang dihadapi dalam penerapan produksi bersih pada suatu industri, antara lain:



1.



Kendala Ekonomi Kendala ekonomi timbul apabila kalangan usaha tidak merasa mendapatkan keuntungan dalam penerapan produksi bersih. Contoh hambatan: Biaya tambahan peralatan Besarnya modal atau investasi dibanding kontrol pencemaran secara konvensional sekaligus penerapan produksi bersih.



2.



Kendala Teknologi Kurangnya sosialisasi atau penyebaran informasi tentang konsep produksi bersih Penerapan sistem baru memiliki kemungkinan tidak sesuai dengan yang diharapkan, bahkan berpotensi menyebabkan gangguan/ masalah baru. Tidak memungkinkan adanya penambahan peralatan, akibat terbatasnya ruang kerja atau produksi.



3.



Kendala Sumberdaya manusia Kurangnya dukungan dari pihak manajemen puncak Keengganan untuk berubah, baik secara individu maupun organisasi Lemahnya komunikasi internal tentang proses produksi yang baik Pelaksanaan manajemen organisasi perusahaan yang kurang fleksibel Birokrasi yang sulit, terutama dalam pengumpulan data primer Kurangnya dokumentasi dan penyebaran informasi



3.6



Penerapan Teknologi Produksi Bersih Pada Industri Susu



3.6.1. Teknologi proses Proses pembuatan susu pada setiap industri sangat bervariasi tergantung dari jenis produk yang dihasilkan. Secara garis besar proses produksi pengolahan susu terdiri dari kegiatan penerimaan dan penyimpanan bahan baku, penyiapan bahan baku, proses produksi, pengemasan dan penyimpanan. Untuk menjamin kualitas produk dari pengaruhzat-zat pengotor, proses pengolahan susu dilakukan dengan sistem tertutup (close system) yang dikontrol/dioperasikan dari ruangan khusus.



Tahapan produksi susu sebagai berikut: pengujian mutu, penyaringan (penjernihan), pasteurisasi, evaporasi, pencampuran, homogenisasi, pengeringan, finishing dan pengemasan. 3.6.2.



limbah cair industri susu



3.6.2.1. Sumber dan karakteristik limbah Cair serta pengaruhnya terhadap lingkungan. Sumber utama air limbah pada proses pembuatan susu sebagian besar berasal dari produk yang hilang yang ikut selama proses pencucian dan dihasilkan dari tumpahan atau kebocoran selama proses produksi. Produk yang hilang selama proses produksi diperkirakan mencapai 0.1%-3%. Kehilangan produk juga disebabkan oleh manajemen house keeping dan sistem operasional yang kurang baik terjadi saat pemindahan pipa saluran produksi, mesin evaporasi, proses pengisian dan sisa bahan baku yang rusak. Pada proses klarifikasi atau penyaringan dihasilkan limbah padatan yang mengandung zat tersuspensi dan bahan organik yang tinggi. Air limbah yang cukup besar juga dihasilkan dari air pendingin dan kondensat. Namun penanganan air buangan pendingin tersebut biasanya dapat diatasi dengan melakukan recycle melalui sistem tertutup sehingga dapat digunakan kembali. Karakteristik limbah cair industri susu tidak jauh berbeda dengan limbah cair industri pangan lainnya. Tetapi limbah cair yang berasal dari industri susu mempunyai karakteristik khas yaitu kerentanannya terhadap bakteri pengurai sehingga mudah terjadi pembusukan Air limbah industri susu mengandung kadar organik yang cukup tinggi tetapi mudah terurai 3.6.2.2. Biologis Kandungan kadar organik seperti vitamin dan mineral yang tinggi. Limbah industri dapat menimbulkan masalah dalam penanganannya karena mengandung sejumlah besar karbohidrat, protein, lemak, garam-garam mineral dan sisa-sisa bahan kimia yang digunakan dalam pengolahan dan pembersihan. Sebagai contohnya, limbah cair susu yang menimbulkan bau tidak diinginkan dan polusi berat pada perairan bila pembuangannya tidak diberi perlakuan yang tepat. Air buangan (effluent) atau limbah buangan dari pengolahan susu dengan Biological Oxygen



Demand ( BOD). Apabila effluent dibuang langsung ke suatu perairan akibatnya menganggu seluruh keseimbangan ekologik dan bahkan dapat menyebabkan kematian ikan dan biota perairan lainnya. Kandungan bahan organik yang tinggi dalam limbah cair susu dapat bertindak sebagai sumber makanan untuk pertumbuhan mikroba. Dengan pasokan makanan yang berlimpah, mikroorganisme akan berkembangbiak dengan cepat dan mereduksi oksigen terlarut yang terdapat dalam air. Secara normal, air mengandung kira-kira 8 ppm oksigen terlarut. Standar minimum oksigen terlarut untuk kehidupan ikan adalah 5 ppm dan dibawah standar ini akan menyebabkan kematian ikan dan biota perairan lainnya. 3.7 Sertifikat BPT-SPT dan HPT Cikole Lembang UPTD Balai Pengembangan Ternak Sapi Perah dan HMT Cikole sudah mendapatkan sertifikat hahal, BPOM HACCP, dan sertifikat ISO. Gambar-gambar sertifikat dapat dilihat pada gambar 1 sampai gambar 4.



Gambar 1. Sertifikat Halal



Gambar 2. Sertifikat HACCP



Gambar 3. Sertifikat BPOM Susu Botol



Gambar 4. Sertifikat BPOM Susu Cup



BAB IV PENUTUP



4.1 Kesimpulan Adapun kesimpulan yang didapat yaitu: 1. UPTD Balai Pengembangan Ternak Sapi Perah dan Hijauan Pakan Ternak Cikole Lembang mempunyai tugas pokok menyelenggarakan sebagian tugas teknis operasional bidang pengembangan ternak sapi perah dan hijauan pakan ternak, meliputi pelayanan teknis, distribusi dan informasi. 2. Produksi bersih merupakan sebuah strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif atau pencegahan dan terpadu yang perlu diterapkan secara terus menerus pada proses produksi dan daur hidup produk dengan tujuan mengurangi risiko terhadap manusia dan lingkungan. 3. Beberapa kendala yang dihadapi dalam penerapan produksi bersih pada suatu industri, antara lain kendala ekonomi, teknologi, dan kendala sumberdaya manusia. 4. Secara garis besar proses produksi pengolahan susu terdiri dari kegiatan penerimaan dan penyimpanan bahan baku, penyiapan bahan baku, proses produksi, pengemasan dan penyimpanan. 5. Untuk menjamin kualitas produk dari pengaruhzat-zat



pengotor, proses



pengolahan susu dilakukan dengan sistem tertutup (close system) yang dikontrol/dioperasikan dari ruangan khusus. 6. Tahapan produksi susu sebagai berikut: (penjernihan),



pasteurisasi,



evaporasi,



pengujian mutu, penyaringan pencampuran,



homogenisasi,



pengeringan, finishing dan pengemasan. 7. Sumber utama air limbah pada proses pembuatan susu sebagian besar berasal dari produk yang hilang yang ikut selama proses pencucian dan dihasilkan dari tumpahan atau kebocoran selama proses produksi. Produk yang hilang selama proses produksi diperkirakan mencapai 0.1%-3%.



8. limbah cair yang berasal dari industri susu mempunyai karakteristik khas yaitu kerentanannya terhadap bakteri pengurai sehingga mudah terjadi pembusukan Air limbah industri susu mengandung kadar organik yang cukup tinggi tetapi mudah terurai 9. limbah cair susu yang menimbulkan bau tidak diinginkan dan polusi berat pada perairan bila pembuangannya tidak diberi perlakuan yang tepat. 10. BPT-SPT dan HPT Cikole Lembang sudah menerapkan produksi bersih 11. Susu BPT-SPT dan HPT Cikole Lembang tidak menghasilkan limbah 12. Kemasan bekas/yang sudah rusak di BPT-SPT dan HPT Cikole Lembang didaur ulang 13. UPTD Balai Pengembangan Ternak Sapi Perah dan HMT Cikole sudah mendapatkan sertifikat hahal, BPOM HACCP, dan sertifikat ISO 6.1 Saran Saran yang dapat diberikan yaitu BPT-SPT dan HPT Cikole Lembang lebih menerapkan produksi bersih, sehingga limbah dapat diminimisasi.



DAFTAR PUSTAKA



eprints.undip.ac.id/9783/1/1-Produksi_Bersih.ppt http://www.isomwebs.com/2012/makalah-pengolahan-sampah/