Kerajaan Islam Di Pulau Jawa [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH KERAJAAN ISLAM DI PULAU JAWA Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Guru mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) yaitu Bu Nanang Ernawati, S. Ag



Disusun oleh: Kelompok 2 1.



Amaliyah Muthahharah Aminy



2.



Ghina Salsabila



3.



M. Ikhwan Hukma Shabiyya



4.



Muhammad Ra’if Dzakir



5.



Novi Andriani



6.



Noviana Dwi Astuti



7.



Raihana Salma Naziha



Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Kota Bima 2021/2022



KATA PENGANTAR



Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah Swt., karena berkat rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini kami susun untuk menambah wawasan kita mengenai materi kerajaan Islam di pulau jawa, serta untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh Guru Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) kami yaitu Bu Nanang Ernawati, S. Ag. Adapun kendala yang kami alami dalam proses penyusunan makalah ini adalah susahnya mencari artikel-artikel terpercaya yang membahas tentang kerajaan Islam di pulau jawa guna menambah referensi untuk menyusun makalah ini. Kami ucapkan terima kasih kepada teman-teman yang sudah membantu kami untuk menyusun makalah ini dengan baik dan benar. Kami berharap makalah ini dapat memudahkan para pembaca dalam memahami materi kerajaan Islam di pulau jawa. Dan sekiranya dapat menjadikan makalah ini sebagai referensi dalam proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di sekolah. Kota Bima, 12 Oktober 2021 Penyusun Kelompok 2



ii



DAFTAR ISI SAMPUL ..............................................................................................................i KATA PENGANTAR ..........................................................................................ii DAFTAR ISI ........................................................................................................iii BAB I



PENDAHULUAN A. Latar Belakang ..............................................................................1 B. Rumusan Masalah .........................................................................1 C. Tujuan ...........................................................................................1



BAB II



PEMBAHASAN A. Sejarah Kesultanan Demak ...........................................................2 1. Sejarah Berdirinya Kesultanan Demak ....................................2 2. Masa Kejayaan Kesultanan Demak .........................................2 3. Sejarah Runtuhnya Kesultanan Demak ....................................3 4. Peninggalan Kesultanan Demak ..............................................3 5. Nama-nama Penguasa Demak .................................................4 B. Sejarah Kesultanan Banten ...........................................................4 1. Sejarah Berdirinya Kesultanan Banten ....................................5 2. Puncak Kejayaan Kesultanan Banten .......................................6 3. Perang Saudara .........................................................................7 4. Penurunan .................................................................................8 5. Penghapusan/Runtuhnya Kesultanan Banten ...........................9 6. Peninggalan Kesultanan Banten ...............................................10 7. Nama-nama penguasa Banten ..................................................11 C. Sejarah Kesultanan Cirebon ..........................................................11 1. Sejarah Berdirinya Kesultanan Cirebon ...................................12 2. Masa Kejayaan Kesultanan Cirebon ........................................13 3. Sejarah Runtuhnya Kesultanan Cirebon ..................................14 4. Peninggalan Kesultanan Cirebon .............................................15 5. Nama-nama Penguasa Cirebon ................................................15



iii



BAB III



PENUTUP A. Kesimpulan ...................................................................................16 B. Saran .............................................................................................16



DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................17



iv



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebelum berdirinya kerajaan-kerajaan Islam, di Jawa telah berdiri Kerajaankerajaan Hindu-Budha yang cukup kokoh, kuat dan tangguh, bahkan sampai saat ini hasil peradabannya masih dapat disaksikan. Misalnya, candi Borobudur yang merupakan peninggalan Budha Mahayana dan candi Roro Jonggrang di desa Prambanan. Demikian juga halnya dari segi literatur, seperti buku Pararaton dan Negara Kertagama. Wajarlah jika Vlekke menyebut kerajaankerajaan pra-Islam, khususnya Singosari dan Majapahit, sebagai Empire Builders of Java. Setelah agama Islam datang di Jawa dan Kerajaan Majapahit semakin merosot pengaruhnya di Masyarakat, terjadilah pergeseran di bidang politik. Menurut Sartono Kartodirjo, islamisasi menunjukkan suatu proses yang terjadi cepat, terutama sebagai hasil dakwah para wali sebagai perintis dan penyebar agama Islam di Jawa. Di samping kewibawaan rohaniah, para wali juga berpengaruh dalam bidang politik, bahkan ada yang memegang pemerintahan. Otoritas karismatik mereka merupakan ancaman bagi raja-raja Hindu di pedalaman. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana sejarah Kerajaan/Kesultanan Demak? 2. Bagaimana sejarah Kerajaan/Kesultanan Banten? 3. Bagaimana sejarah Kerajaan/Kesultanan Cirebon? C. Tujuan 1. Untuk mengetahui sejarah Kerajaan/Kesultanan Demak. 2. Untuk mengetahui sejarah Kerajaan/Kesultanan Banten. 3. Untuk mengetahui sejarah Kerajaan/Kesultanan Cirebon.



1



BAB II PEMBAHASAN A. Sejarah Kesultanan Demak 1. Sejarah Berdirinya Kesultanan Demak Menjelang akhir abad ke-15, seiring dengan kemuduran Majapahit, secara praktis beberapa wilayah kekuasaannya mulai memisahkan diri. Bahkan wilayah-wilayah yang tersebar atas kadipaten-kadipaten saling serang, saling mengklaim sebagai pewaris tahta Majapahit. Sementara Demak yang berada di wilayah utara pantai Jawa muncul sebagai kawasan yang mandiri. Dalam tradisi Jawa digambarkan bahwa Demak merupakan penganti langsung dari Majapahit, sementara Raja Demak (Raden Patah), yang merupakan pendiri Kerajaan Demak dianggap sebagai putra Majapahit terakhir. Kesultanan Demak atau Kerajaan Demak adalah kerajaan Islam pertama di Jawa. Kerajaan Demak menjadi pusat penyebaran agama Islam di Jawa di bawah kepemimpinan raja pertamanya. Kerajaan Demak berdiri pada awal abad ke-16 Masehi seiring kemunduran Majapahit. Kerajaan Demak menjadi pusat penyebaran agama Islam di bawah kepemimpinan Raden Patah dengan adanya peran sentral Wali Songo. Periode



kepemimpinan



Raden



Patah



adalah



fase



awal



semakin



berkembangnya ajaran Islam di Jawa. 2. Masa Kejayaan Kesultanan Demak Masa kejayaan Kerajaan Demak berlangsung saat dipimpin Sultan Trenggana (1521 - 1546). Sultan Trenggana naik takhta setelah Pati Unus. Letak Kerajaan Demak berada di Demak, Jawa Tengah. Pada periode Sultan Trenggana, wilayah kekuasaan Demak meluas ke Jawa bagian timur dan barat. Pada 1527, pasukan Islam gabungan dari Demak dan Cirebon yang dipimpin Fatahillah atas perintah Sultan Trenggana berhasil mengusir Portugis dari Sunda Kelapa.



2



Nama Sunda Kelapa lalu diganti menjadi Jayakarta yang berarti kemenangan yang sempurna. Jayakarta kelak berganti nama menjadi Batavia, lalu Jakarta, ibu kota Republik Indonesia. 3. Sejarah Runtuhnya Kesultanan Demak Sultan Trenggana wafat pada 1546. Insiden saat menyerang Panarukan, Situbondo, yang saat itu dikuasai Kerajaan Blambangan (Banyuwangi) membuat Sultan Trenggana terbunuh. Wafatnya Sultan Trenggana membuat tampuk kepemimpinan Kerajaan Demak diperebutkan. Pangeran Surowiyoto atau Pangeran Sekar berupaya untuk menduduki kekuasaan mengalahkan Sunan Prawata, putra Sultan Trenggana. Sunan Prawata lalu membunuh Surowiyoto dan menduduki kekuasaan. Kejadian tersebut menyebabkan surutnya dukungan terhadap kekuasaan Sunan Prawata. Ia lalu memindahkan pusat kekuasaan Demak ke wilayahnya di Prawoto, Pati, Jawa Tengah. Suksesi



ke



tangan



Sunan



Prawoto



tidak



berlangsung



mulus.



Penunjukannya sebagai sunan ditentang oleh adik Trenggana, yaitu Pangeran Sekar Seda Lepen. Dalam penumpasan pemberontakan, Pangeran Sekar Seda Lepen akhirnya terbunuh. Akan tetapi, pada tahun 1561 Sunan Prawoto beserta keluarganya dihabisi oleh suruhan Arya Penangsang, putera Pangeran Sekar Seda Lepen. Arya Penangsang kemudian menjadi penguasa tahta Demak. Suruhan Arya Penangsang juga membunuh Pangeran Hadiri, adipati Jepara, dan hal ini menyebabkan adipati-adipati di bawah Demak memusuhi Arya Penangsang, salah satunya adalah Adipati Pengging. Arya Penangsang akhirnya berhasil dibunuh dalam peperangan oleh Sutawijaya, anak angkat Joko Tingkir. Joko Tingkir memindahkan pusat pemerintahan ke Pajang, dan di sana ia mendirikan Kerajaan Pajang. 4. Peninggalan Kesultanan Demak Salah satu peninggalan bersejarah Kerajaan Demak yang paling terkenal adalah Masjid Agung Demak. Masjid ini diperkirakan didirikan oleh para wali songo pada masa pemerintahan Raden Patah.



3



Masjid Agung Demak



Selain itu, terdapat beberapa peninggalan Kerajaan Demak yang masih tersimpan di Museum Masjid Agung antara lain: Soko Majapahit, Pawestren, Surya Majapahit, Maksurah, Pintu Bledek, Mihrab atau tempat pengimaman, Dampar kencana, Soko Tatal/Soko Guru, Menara dan Situs Kolam Wudhu. 5. Nama-nama Penguasa Demak a. Raden Patah (1500M-1518M) b. Pati Unus (1518M-1521M) c. Sultan Trenggono (1521M-1546M) B. Kesultanan Banten Kesultanan Banten yaitu sebuah kerajaan Islam yang pernah berdiri di Provinsi Banten, Indonesia. Berawal sekitar tahun 1526, ketika Kerajaan Demak memperluas pengaruhnya ke daerah pesisir barat Pulau Jawa, dengan menaklukan sebagian daerah pelabuhan akhir menjadikannya sebagai pangkalan militer serta daerah perdagangan. Maulana Hasanuddin, putera Sunan Gunung Jati berperan dalam penaklukan tersebut. Setelah penaklukan tersebut, Maulana Hasanuddin mendirikan



4



benteng pertahanan yang dinamakan Surosowan, yang akhir hari dibuat sebagai pusat pemerintahan setelah Banten dibuat sebagai kesultanan yang berdiri sendiri.



Keraton Surosowan Banten



Selama hampir 3 masa ratus tahun Kesultanan Banten bisa bertahan bahkan mencapai kejayaan yang luar biasa, yang diwaktu bersamaan penjajah dari Eropa telah berdatangan dan menanamkan pengaruhnya. Perang saudara, dan persaingan dengan kekuatan global memperebutkan sumber daya maupun perdagangan, serta ketergantungan akan persenjataan telah melemahkan hegemoni Kesultanan Banten atas wilayahnya. Kekuatan politik Kesultanan Banten belakang runtuh pada tahun 1813 setelah sebelumnya Istana Surosowan sebagai lambang kekuasaan di Kota Intan dihancurkan, dan pada masa-masa belakang pemerintanannya, para Sultan Banten tidak lebih dari raja bawahan dari pemerintahan kolonial di Hindia Belanda. 1. Sejarah Berdirinya Kesultanan Banten Pada awalnya daerah Banten juga diketahui dengan Banten Girang yaitu aspek dari Kerajaan Sunda. Kedatangan pasukan Kerajaan Demak di bawah pimpinan Maulana Hasanuddin ke daerah tersebut selain untuk perluasan wilayah juga sekaligus penyebaran dakwah Islam. Akhir dipicu oleh beradanya kerjasama Sunda-Portugal dalam segi ekonomi dan politik, hal



5



ini dianggap bisa membahayakan kedudukan Kerajaan Demak selepas kekalahan mereka mengusir Portugal dari Melaka tahun 1513. Atas perintah Trenggana, bersama dengan Fatahillah menerapkan penyerangan dan penaklukkan Pelabuhan Kelapa sekitar tahun 1527, yang waktu itu masih yaitu pelabuhan utama dari Kerajaan Sunda. Selain mulai mendirikan benteng pertahanan di Banten, Maulana Hasanuddin juga melanjutkan perluasan kekuasaan ke daerah penghasil lada di Lampung. Beliau berperan dalam penyebaran Islam di daerah tersebut, selain itu beliau juga telah menerapkan kontak dagang dengan raja Malangkabu (Minangkabau, Kerajaan Inderapura), Sultan Munawar Syah dan dianugerahi keris oleh raja tersebut. Seiring dengan kemunduran Demak terutama setelah meninggalnya Trenggana, Banten yang sebelumnya vazal dari Kerajaan Demak, mulai melepaskan diri dan dibuat sebagai kerajaan yang mandiri. Maulana Yusuf anak dari Maulana Hasanuddin, naik tahta pada tahun 1570 melanjutkan ekspansi Banten ke daerah pedalaman Sunda dengan menaklukkan Pakuan Pajajaran tahun 1579. Akhir beliau digantikan anaknya Maulana Muhammad, yang mencoba menguasai Palembang tahun 1596 sebagai aspek dari usaha Banten dalam mempersempit gerakan Portugal di nusantara, namun gagal sebab beliau meninggal dalam penaklukkan tersebut. Pada masa Pangeran Ratu anak dari Maulana Muhammad, beliau dibuat sebagai raja pertama di Pulau Jawa yang mengambil gelar "Sultan" pada tahun 1638 dengan nama Arab Sisa dari pembakaran al-Mafakhir Mahmud Abdulkadir. Pada masa ini Sultan Banten telah mulai secara intensif menerapkan hubungan diplomasi dengan kekuatan lain yang berada pada waktu itu, noda satu diketahui surat Sultan Banten untuk Raja Inggris, James I tahun 1605 dan tahun 1629 untuk Charles I. 2. Puncak Kejayaan Kesultanan Banten Kesultanan perdagangan



Banten dalam



yaitu



kerajaan



menopang



6



maritim



dan



perekonomiannya.



mengandalkan Monopoli



atas



perdagangan lada di Lampung, menempatkan penguasa Banten sekaligus sebagai pedagang perantara dan Kesultanan Banten dibuat sebagai bertambah sempurna pesat, dibuat sebagai noda satu pusat niaga yang penting pada masa itu.[9] Perdagangan laut dibuat sebagai bertambah sempurna ke seluruh Nusantara, Banten dibuat sebagai daerah multi-etnis. Ditolong orang Inggris, Denmark dan Tionghoa, Banten berdagang dengan Persia, India, Siam, Vietnam, Filipina, Cina dan Jepang. Masa Sultan Ageng Tirtayasa (bertahta 1651-1682) dipandang sebagai masa kejayaan Banten. Di bawah dia, Banten memiliki armada yang mengesankan, didirikan atas contoh Eropa, serta juga telah mengupah orang Eropa bekerja pada Kesultanan Banten. Dalam mengamankan jalur pelayarannya Banten juga mengirimkan armada lautnya ke Sukadana atau Kerajaan Tanjungpura (Kalimantan Barat sekarang) dan menaklukkannya tahun 1661. Pada masa ini Banten juga berusaha keluar dari tekanan yang dilakukan VOC, yang sebelumnya telah menerapkan blokade atas kapalkapal dagang menuju Banten. Beberapa hal yang dilakukannya untuk memajukan Kesultanan Banten di antaranya, sebagai berikut. a. Memajukan wilayah perdagangan Banten hingga ke bagian selatan Pulau Sumatera dan Kalimantan b. Banten dijadikan tempat perdagangan internasional yang memertemukan pedagang lokal dengan pedagang Eropa c. Memajukan pendidikan dan kebudayaan Islam d. Melakukan modernisasi bangunan keraton dengan bantuan arsitektur Lucas Cardeel e. Membangun armada laut untuk melindungi perdagangan dari kerajaan lain dan serangan pasukan Eropa 3. Perang Saudara Sekitar tahun 1680 muncul perselisihan dalam Kesultanan Banten, akibat perebutan kekuasaan dan pertentangan selang Sultan Ageng dengan putranya Sultan Haji. Perpecahan ini dimanfaatkan oleh Vereenigde



7



Oostindische Compagnie (VOC) yang memberikan dukungan untuk Sultan Haji, sehingga perang saudara tidak bisa dielakkan. Sementara dalam memperkuat posisinya, Sultan Haji atau Sultan Sisa dari pembakaran Nashar Abdul Qahar juga sempat mengirimkan 2 orang utusannya, menemui Raja Inggris di London tahun 1682 untuk memperoleh dukungan serta pertolongan persenjataan. Dalam perang ini Sultan Ageng terpaksa mundur dari istananya dan pindah ke daerah yang dinamakan dengan Tirtayasa, namun pada 28 Desember 1682 daerah ini juga dikuasai oleh Sultan Haji bersama VOC. Sultan Ageng bersama putranya yang lain Pangeran Purbaya dan Syekh Yusuf dari Makasar mundur ke arah selatan pedalaman Sunda. Namun pada 14 Maret 1683 Sultan Ageng tertangkap akhir ditahan di Batavia. Sementara VOC terus mengejar dan mematahkan perlawanan pengikut Sultan Ageng yang masih berada dalam pimpinan Pangeran Purbaya dan Syekh Yusuf. Pada 5 Mei 1683, VOC mengirim Untung Surapati yang berpangkat letnan beserta pasukan Balinya, bergabung dengan pasukan pimpinan Letnan Johannes Maurits van Happel menundukkan daerah Pamotan dan Dayeuh Luhur, di mana pada 14 Desember 1683 mereka sukses menawan Syekh Yusuf. Sementara setelah terdesak belakangnya Pangeran Purbaya menyatakan menyerahkan diri. Akhir Untung Surapati disuruh oleh Kapten Johan Ruisj untuk menjemput Pangeran Purbaya, dan dalam perjalanan membawa Pangeran Purbaya ke Batavia, mereka berjumpa dengan pasukan VOC yang dipimpin oleh Willem Kuffeler, namun terjadi pertikaian di selang mereka, puncaknya pada 28 Januari 1684, pos pasukan Willem Kuffeler dihancurkan, dan berikutnya Untung Surapati beserta pengikutnya dibuat sebagai buronan VOC. Sedangkan Pangeran Purbaya sendiri baru pada 7 Februari 1684 sampai di Batavia 4. Penurunan Pertolongan dan dukungan VOC untuk Sultan Haji mesti dibayar dengan memberikan kompensasi untuk VOC di selangnya pada 12 Maret 1682, wilayah Lampung diserahkan untuk VOC, seperti tertera dalam surat Sultan



8



Haji untuk Mayor Issac de Saint Martin, Admiral kapal VOC di Batavia yang sedang berlabuh di Banten. Surat itu akhir diambil keputusan dengan surat kontrak tanggal 22 Agustus 1682 yang menciptakan VOC mendapat hak monopoli perdagangan lada di Lampung.[16] Selain itu berdasarkan kontrak tanggal 17 April 1684, Sultan Haji juga mesti mengganti kerugian akibat perang tersebut untuk VOC. Setelah



meninggalnya



mencengkramkan



Sultan



pengaruhnya



Haji di



tahun



1687,



Kesultanan



VOC



Banten,



mulai



sehingga



pengangkatan para Sultan Banten mesti mendapat persetujuan dari Gubernur Jendral Hindia-Belanda di Batavia. Sultan Sisa dari pembakaran Fadhl Muhammad Yahya diangkat mengantikan Sultan Haji namun hanya berkuasa sekitar tiga tahun, akhir digantikan oleh saudaranya Pangeran Raja muda dengan gelar Sultan Abul Mahasin Muhammad Zainul Abidin dan akhir diketahui juga dengan gelar Kang Sinuhun ing Nagari Banten. Perang saudara yang berlanjut di Banten meninggalkan ketidakstabilan pemerintahan masa berikutnya. Konfik selang keturunan penguasa Banten maupun gejolak ketidakpuasan masyarakat Banten, atas ikut campurnya VOC dalam urusan Banten. Perlawanan rakyat kembali memuncak pada masa belakang pemerintahan Sultan Abul Fathi Muhammad Syifa Zainul Arifin, di selangnya perlawanan Ratu Bagus Buang dan Kyai Tapa. Akibat konflik yang berkepanjangan Sultan Banten kembali berkeinginan pertolongan VOC dalam meredam sebagian perlawanan rakyatnya sehingga sejak 1752 Banten telah dibuat sebagai vassal dari VOC. 5. Penghapusan/Runtuhnya Kesultanan Banten Pada tahun 1808 Herman Willem Daendels, Gubernur Jenderal Hindia Belanda 1808-1810, memerintahkan pembangunan Perlintasan Raya Pos untuk mempertahankan pulau Jawa dari serangan Inggris. Daendels memerintahkan Sultan Banten untuk memindahkan ibu kotanya ke Anyer dan menyediakan tenaga kerja untuk mendirikan pelabuhan yang direncanakan akan didirikan di Ujung Kulon. Sultan menolak perintah Daendels, sebagai jawabannya Daendels memerintahkan penyerangan atas



9



Banten dan penghancuran Istana Surosowan. Sultan beserta keluarganya disekap di Puri Intan (Istana Surosowan) dan akhir dipenjarakan di Benteng Speelwijk. Sultan Abul Nashar Muhammad Ishaq Zainulmutaqin akhir diasingkan dan dibuang ke Batavia. Pada 22 November 1808, Daendels mengumumkan dari markasnya di Serang bahwa wilayah Kesultanan Banten telah diserap ke dalam wilayah Hindia Belanda. Kesultanan Banten resmi ditiadakan tahun 1813 oleh pemerintah kolonial Inggris. Pada tahun itu, Sultan Muhammad bin Muhammad Muhyiddin Zainussalihin dilucuti dan dipaksa turun tahta oleh Thomas Stamford Raffles. Peristiwa ini yaitu pukulan pamungkas yang mengakhiri riwayat Kesultanan Banten. 6. Peninggalan Kerajaan Islam Banten



Masjid Agung Banten



Kerajaan Banten memiliki benda peninggalan yang menjadi bukti bahwa kerajaan ini pernah berjaya di masanya. Jejak peninggalan Kerajaan Banten banyak berupa bangunan seperti Masjid Agung Banten, Istana Keraton Kaibon, Keraton Surosowan, Vihara Avalokitesvara, Benteng Speelwijk, dan Meriam Ki Amuk.



10



7. Nama-nama Penguasa Banten a. Maulana Hasanuddin atau Pangeran Sabakingkin 1552 – 1570 b. Maulana Yusuf atau Pangeran Pasareyan 1570 – 1585 c. Maulana Muhammad atau Pangeran Sedangrana 1585 – 1596 d. Sultan Sisa dari pembakaran al-Mafakhir Mahmud Abdulkadir atau Pangeran Ratu 1596 – 1647 e. Sultan Sisa dari pembakaran al-Ma'ali Ahmad 1647 – 1651 f. Sultan Ageng Tirtayasa atau Sultan Sisa dari pembakaran al-Fath Abdul Fattah 1651-1682 g. Sultan Haji atau Sultan Sisa dari pembakaran Nashar Abdul Qahar 1683 1687 h. Sultan Sisa dari pembakaran Fadhl Muhammad Yahya 1687 – 1690 i. Sultan Abul Mahasin Muhammad Zainul Abidin 1690 – 1733 j. Sultan Abul Fathi Muhammad Syifa Zainul Arifin 1733 – 1747 k. Ratu Syarifah Fatimah 1747 – 1750 l. Sultan Arif Zainul Asyiqin al-Qadiri 1753 – 1773 m. Sultan Abul Mafakhir Muhammad Aliuddin 1773 – 1799 n. Sultan Abul Fath Muhammad Muhyiddin Zainussalihin 1799 – 1803 o. Sultan Abul Nashar Muhammad Ishaq Zainulmutaqin 1803 – 1808 p. Sultan Muhammad bin Muhammad Muhyiddin Zainussalihin 1809 1813 C. Sejarah Kesultanan Cirebon



Masjid Agung Cirebon



11



1. Sejarah Berdirinya Kesultanan Cirebon Kesultanan Cirebon adalah kerajaan bercorak Islam pertama di tanah Sunda atau Jawa Barat. Sejarah kerajaan yang wilayahnya pernah menjadi bagian dari Kerajaan Tarumanegara lalu Pajajaran ini didirikan pada abad ke-15 Masehi, tepatnya tahun 1430. Awalnya, Cirebon merupakan daerah bernama Kebon Pesisir atau Tegal Alang-Alang. Kerajaan Cirebon dirintis oleh Raden Walangsungsang (Pangeran Cakrabuana), putra Raja Pajajaran dari Kerajaan Sunda Galuh, yakni Prabu Siliwangi dengan permaisurinya, Nyai Subang Larang. Sulendraningrat dalam Sejarah Cirebon (1978) menyebutkan bahwa pernikahan Prabu Siliwangi dan Nyai Subang Larang yang beragama Islam melahirkan tiga orang anak, yaitu Raden Walangsungsang atau Pangeran Cakrabuana, Nyai Lara Santang, dan Raden Kian Santang atau Pangeran Sengara. Setelah beranjak dewasa, ketiga anak Prabu Siliwangi dari permaisuri Nyai Subang Larang dipersilakan meninggalkan Kerajaan Pajajaran yang menganut ajaran Sunda Wiwitan, Hindu, atau Buddha. Putra sulung Prabu Siliwangi dari permaisuri, Raden Walangsungsang alias Pangeran Cakrabuana, kehilangan haknya untuk bertakhta di Pajaran karena memilih memeluk agama Islam seperti ibunya. Raden Walangsungsang atau Pangeran Cakrabuana memilih untuk memperdalam agama Islam ke Tegal Alang-Alang atau Kebon Pesisir, lalu diikuti oleh adiknya, Nyai Lara Santang. Dalam perjalanan, Raden Walangsungsang menikah dengan Nyai Endang Geulis. Sesampainya di Kebon Pesisir, mereka berguru kepada Syekh Nurul Jati. Di daerah pesisir utara Jawa inilah Raden Walangsungsang mendirikan pedukuhan sebagai cikal-bakal Kerajaan Cirebon. Setelah mendirikan pedukuhan, Raden Walangsungsang dan Lara Santang menunaikan ibadah haji ke tanah suci Mekah. Di perjalanan, Lara Santang menikah dengan Syarif Abdillah bin Nurul Alim.



12



Dari pernikahan ini, Nyai Lara Santang melahirkan dua orang anak lakilaki bernama Syarif Hidayatullah dan Syarif Nurullah. Sepulang dari tanah suci, dikutip dari Susilaningrat dalam Dalem Agung Pakungwati Kraton Kasepuhan Cirebon (2013), Raden Walangsungsang kembali ke pedukuhan dan mendirikan pemerintahan yang kemudian dikenal dengan nama Kerajaan atau Kesultanan Cirebon pada 1430 Masehi. Pendirian Kesultanan Cirebon tidak terlepas dari pengaruh Kesultanan Demak di Jawa Tengah yang merupakan kerajaan bercorak Islam pertama di Jawa sekaligus sebagai kerajaan yang memungkasi riwayat Kerajaan Majapahit. Heru Erwantoro dalam "Sejarah Singkat Kerajaan Cirebon" yang termaktub di jurnal Patanjala (2012) menyebutkan Walangsungsang alias Cakrabuana wafat pada 1479. Tampuk kekuasaan kemudian dilanjutkan oleh Syarif Hidayatullah. Seperti diketahui, Syarif Hidayatullah adalah keponakan Raden Walangsungsang atau putra pertama dari adiknya, Nyai Lara Santang. Syarif Hidayatullah pada akhirnya dikenal sebagai Sunan Gunung Jati (14791568). 2. Masa Kejayaan Kesultanan Cirebon Di bawah kepemimpinan Sunan Gunung Jati, Kesultanan Cirebon mencapai kemajuan pesat, baik di bidang agama, politik, maupun perdagangan. Dalam bidang agama sangat jelas terlihat bahwa Islamisasi berjalan sangat masif. Dakwah agama Islam ke berbagai wilayah terus-menerus dilakukan. Sedangkan di sektor politik, perluasan daerah menjadi salah satu fokus yang dijalankan. Bersama Demak, misalnya, Cirebon mampu merebut pelabuhan Sunda Kelapa pada 1527 untuk membendung pengaruh Portugis. Selain itu, tulis Heru Erwantoro dalam "Sejarah Singkat Kerajaan Cirebon" di jurnal Patanjala (2012), Sunan Gunung Jati menerapkan sistem



13



politik yang didasarkan atas asas desentralisasi yang berpola kerajaan pesisir.



Keraton Kasepuhan Cirebon



Strategi politik desentralisasi itu dilakukan dengan menerapkan program pemerintahan yang bertumpu pada intensitas pengembangan dakwah Islam ke seluruh wilayah bawahannya di tanah Sunda. Usaha



ini



didukung



oleh



perekonomian



yang



kuat



dengan



menitikberatkan pada perdagangan dengan berbagai bangsa seperti Campa, Malaka, India, Cina, hingga Arab. 3. Sejarah Runtuhnya Kesultanan Cirebon Sepeninggal Sunan Gunung Jati yang wafat pada 1568, Kesultanan Cirebon mulai diincar bangsa-bangsa asing, terutama Belanda alias VOC. Setelah terlibat polemik selama bertahun-tahun, akhirnya Cirebon menyerah. Dikutip dari buku Sejarah Daerah Jawa Barat (1982) terbitan Tim Direktorat Jenderal Kebudayaan RI, pada 1681 ditandatangani perjanjian antara para pemegang otoritas Cirebon dengan Belanda. Perjanjian tersebut membuat VOC berhak memonopoli perdagangan di wilayah Cirebon. Selain itu, wilayah Kesultanan Cirebon menjadi protektorat yang berada wilayah di bawah naungan Belanda. Antara tahun 1906 hingga 1926, Belanda secara resmi menghapus kekuasaan pemerintahan Kesultanan Cirebon. Cirebon terbebas dari



14



cengkeraman Belanda pada 1942 dan akhirnya menjadi bagian dari Republik Indonesia sejak 1945. 4. Peninggalan Kesultanan Cirebon a. Keraton Kasepuhan b. Keraton Kanoman c. Keraton Kacirebon d. Masjid Agung Cirebon e. Makam Sunan Gunung Jati 5. Nama-nama Penguasa Cirebon a. Pangeran Cakrabuana (1430M-1479M) b. Sunan Gunung Jati (1479M-1568M) c. Fatahillah (1568M-1570M) d. Panembahan Ratu I (1570M-1649M) e. Panembahan Ratu II (1649M-1677M)



15



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Jawa adalah wilayah yang dahulunya banyak terdapat kerajaan-kerajaan. Kehadiran Islam di pesisir utara pulau Jawa dapat dibuktikan berdasarkan arkeologi, hikayat, legenda, serta berita-berita asing. Islamisasi yang terjadi di daerah pesisir utara Jawa dari bagian timur-barat lambat laun menghasilkan munculnya kerajaan Islam, mulai dari kerajaan Demak ke barat Cirebon dan Banten. B. Saran Setelah beberapa paparan dan kesimpulan yang dijabarkan, saran yang dapat penulis sampaikan yaitu semoga dengan mengetahui sejarah perkembangan Islam di Jawa kita dapat menghormati dan menghargai hasil jerih payah mereka dalam menegakkan Islam di daerah Jawa.



16



DAFTAR PUSTAKA Trisna Wulandari. Sejarah Kerajaan Demak: Pendirian, Masa Kejayaan, dan Runtuhnya



Kerajaan.



2021.



https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-



5681731/sejarah-kerajaan-demak-pendirian-masa-kejayaan-dan-runtuhnyakerajaan (diakses pada tanggal 12 Oktober 2021) Yuda Prinada. Sejarah Keruntuhan Kerajaan Demak: Penyebab dan Latar Belakang. 2021. https://doc.lalacomputer.com/makalah-kerajaan-kerajaanislam-di-pulau-jawa/ (diakses pada tanggal 12 Oktober 2021) Gama



Prabowo.



Keruntuhan



Kerajaan



Demak.



2020.



https://www.kompas.com/skola/read/2020/12/31/120004669/keruntuhankerajaan-demak (diakses pada tanggal 12 Oktober 2021) Alhidayath Parinduri. Sejarah Singkat Kesultanan Cirebon: Kerajaan Islam Sunda



Pertama.2021.



https://tirto.id/sejarah-singkat-kesultanan-cirebon-



kerajaan-islam-sunda-pertama-ga1T (diakses pada tanggal 12 Oktober 2021) Kesultanan



Banten.



https://wiki.edunitas.com/ind/114-10/Kesultanan-



Banten_41793__eduNitas.html (diakses pada tanggal 12 Oktober 2021) Kesultanan



Demak.



https://wiki.edunitas.com/ind/114-



10/Www_33872__eduNitas.html (diakses pada tanggal 12 Oktober 2021) Kesultanan



Cirebon.



https://wiki.edunitas.com/ind/114-10/Kesultanan-



Cirebon_41799__eduNitas.html (diakses pada tanggal 12 Oktober 2021)



17