Kerangka Acuan Kegiatan Mobile VCT [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

UPT PUSKESMAS MANCAK KABUPATEN SERANG 2018



Jl. Raya Mancak, Ds. Labuan Kec. Mancak Kab. Serang Kode Pos : …….., No. TelP : Email :



LEMBAR PENGESAHAN Nomor



:



Tanggal :



Dokter Koordinator Program



Penangggung Jawab Program HIV IMS



HIV - IMS



dr. Frankie Sudiono



Sri Widyoningsih,S.Kep.Ns



Nip. 19721127200502 1 001



Nip. 19790929201101 2 001



Mengetahui Kepala UPT Puskesmas Mancak



Drg. Yatni Suprapti Nafsiah Nip. 19740905200701 2 003



KERANGKA ACUAN KEGIATAN MOBILE VCT



A. PENDAHULUAN



Pada area geografis tertentu patogen IMS ditularkan di antara atau dari individu berisiko tinggi dengan angka infeksi yang tinggi dan kekerapan berganti-ganti pasangan seksual (kelompok inti atau core group).



Dengan perkembangan epidemi, patogen dapat menyebar dari kelompok inti kepada populasi pelanggan (populasi antara, bridging population), yang menjadi perantara penting lintas seksual antara kelompok inti dan populasi umum.



Pada gilirannya populasi antara akan menularkan penyakitnya kepada pasangan seksual lainnya, misalnya suami/isterinya ataupun pasangan seksual tetap di dalam populasi umum Perkembangan epidemi HIV-AIDS dan IMS di dunia telah menyebabkan HIV-AIDS menjadi masalah global dan merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Dalam rangka mempercepat akselerasi upaya penanggulangan HIV dan AIDS di Indonesia, sangatlah penting untuk memadukan upaya pencegahan dengan upaya perawatan, dukungan serta pengobatan dimana keduanya merupakan komponen penting dan saling melengkapi. Berdasarkan laporan UNAIDS 2006 menunjukkan bahwa orang dengan HIV/AIDS yang hidup 39,4 juta orang, dewasa 37,2 juta penderita,anak-anak dibawah usia 15 tahun berjumlah 2,3 juta penderita. Sedangkan di kawasan Asia Pasifik terjadi peningkatan yang cukup tajam, termasuk di Indonesia. (Pedoman pengembangan jejaring layanan dukungan, perawatan dan pengobatan HIV/AIDS Dep-Kes RI Ditjen P2PL 2007)



Berdasarkan laporan situasi perkembangan HIV dan AIDS di Indonesia sampai dengan 30 Juni 2010, secara komulatif jumlah kasus AIDS yang dilaporkan adalah 21.770 kasus yang berasal dari 32 provinsi dan 300 kabupaten/kota. Cara penularan kasus AIDS komulatif dilaporkan melalui hubungan seks heteroseksual (49,3%), Injecting Drug User atau IDU (40,4%), hubungan seks sesama lelaki (3,3%), dan perinatal (2,7%). (Rencana operasional promkes dalam pengendalian HIV-AIDS,Kemenkes RI 2011 ). Kecenderungan menunjukkan bahwa Indonesia dalam waktu dekat akan beresiko mengalami epidemi yang lebih besar. Peningkatan kasus penularan HIV di kalangan kelompok beresiko di beberapa daerah di Indonesia menjadi salah satu indikator potensi kenaikan yang cukup mengkhawatirkan. Dan ditambah ketidaktahuan akan perilaku beresiko tinggi penularan HIV dan IMS serta tidak pedulinya memeriksakan diri karena belum ada keluhan menyebabkan penularan IMS dan HIV akan semakin meningkat dan membongkar kasus-kasus HIV yg ada di bawah akan sulit dilakukan.



B. LATAR BELAKANG



Program penanggulangan IMS dan HIV/AIDS telah berjalan di Indonesia kurang lebih selama 20 tahun sejak ditemukannya kasus AIDS yang pertama pada 1987. Jumlah kasus kumulatif HIV/AIDS di Banten mencapai ,,,,,,,,,,,, kasus, dimana sebagian besar kasus terdapat di ,,,,,,,,,,, sebanyak ,,,,,,,,,,,, kasus. Di Kabupaten serang, jumlah kasus kumulatif HIV/AIDS…………………. Hingga kini program penanggulangan telah berkembang pesat meliputi pencegahan hingga pengobatan, perawatan dan dukungan. Perkembangan program ini menunjukkan pula pemahaman yang lebih baik para penyelenggara dan pelaksana program terhadap persoalan IMS dan HIV/AIDS serta berkembangnya ragam, besaran dan percepatan respon untuk mengatasinya. Akan tetapi penularan virus HIV terus meningkat, estimasi yang dibuat belum bisa tercapai, ini menyatakan bahwa masih ada kasus-kasus yang belum terungkap. Kurangn disadarinya risiko penularan IMS dan HIV/AIDS oleh kelompok beresiko serta rendahnya kesadaran untuk mengetahui status HIVnya yang ditunjukkan dengan masih cukup besarnya kasus AIDS yang ditemukan pada stadium lanjut di Rumah Sakit sehingga menyebabkan tingginya tingkat kematian kasus AIDS merupakan isu strategis yang digunakan sebagai sasaran respon pengendalian epidemi HIV dan AIDS. Meningkatkan kesadaran dan pengetahuan mengenai penyakit menular ini melalui pendidikan dan advokasi masyarakat menjadi hal yang utama. Tujuannya untuk mencegah penyebaran epidemi ini lebih luas lagi. Kalau tidak, maka stigma, diskriminasi dan ketidaktahuan akan tetap menjadi kendala bagi upaya penanggulangan lebih jauh.



Infeksi Menular Sexual (IMS) merupakan satu diantara penyebab penyakit utama di dunia dan telah memberikan dampak luas pada masalah kesehatan, sosial ekonomi di banyak negara. Pada tahun 1991, WHO telah mempublikasikan suatu rekomendasi penatalaksanaan pasien IMS yang bersifat paripurna, yang secara luas berkaitan dengan; upaya pengnggulangan, pencegahan dan program-program perawatan untuk IMS dan infeksi HIV. Sebagian besar kasus HIV dan AIDS terjadi pada kelompok perilaku beresiko tinggi yang merupakan kelompok yang dimarjinalkan, maka program-program pencegahan dan pengendalian HIV dan AIDS memerlukan pertimbangan keagamaan, adat-istiadat dan norma-norma masyarakat yang berlaku disamping pertimbangan kesehatan. Penularan dan penyebaran HIV dan AIDS sangat berhubungan dengan perilaku beresiko, oleh karena itu pengendalian harus memperhatikan faktor-faktor yang berpengaruh tehadap perilaku tersebut. Pekerja seks baik langsung maupun tak langsung (seperti : kafe,spa,dll) adalah salah satu kelompok resiko tinggi penularan virus HIV. Mengingat waktu kerja mereka lebih banyak di malam hari dan istirahat di siang hari maka jadwal untuk memeriksakan diri mereka sangat jarang dilakukan. Sehubungan dengan hal tersebut, maka sangat diperlukan layanan mobile klinik IMS dan VCT untuk mengakomodir kebutuhan kelompok resiko seperti ini. Sehingga perkembangan HIV/AIDS di Kab. Serang akan bisa ditekan. Pengungkapan kasus sedini mungkin sehingga sesegera mungkin dapat ditanggulangi sekaligus membantu pencegahan penularan kepada masyarakat lain.



C. TUJUAN UMUM DAN TUJUAN KHUSUS



1.



Tujuan Umum a. Memperluas



upaya



pencegahan



dan



penanggulangan



HIV/AIDS



serta



Mempermudah masyarakat untuk mendapatkan akses ke semua layanan baik informasi, edukasi, terapi atau dukungan psikososial b. Menjadi petunjuk dalam melaksanakan kegiatan Mobile VCT di UPT Puskesmas Mancak 2.



Tujuan Khusus a. Meningkatkan penemuan kasus sedini mungkin b. Pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak c. Meningkatkan pengetahuan kelompok resiko tinggi dan kelompok rentan tertular HIV tentang HIV-AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS). d. Meningkatkan pelayanan CVT dan IMS di Puskesmas



D. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN Kegiatan



Rincian Kegiatan



Pokok Perencanaan



Pelaksanaan







Pembentukan TIM







Menentukan konsep pemeriksaan







Menentukan Waktu, tempat dan Sasaran kegiatan



Tim Mobile VCT Melaksanakan kegiatan mobile VCT pada masyarakat dan pasien di wilayah kerja Puskesmas Mancak



Evaluasi



Menentukan keberhasilan pelaksanaan kegiatan mobile VCT yang sudah dilaksanakan



E. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN Secara umum dalam pelaksanaan program HIV adalah melakukan mobile VCT tentang HIV



F. SASARAN Masyarakat dan pasien HIV di lingkungan Puskesmas Mancak



G. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN Mobile VCT dilakukan setiap tiga bulan sekali atau sewaktu waktu bila di perlukan



H. TEMPAT  Tempat tempat kelompok resiko tinggi seperti Kafe, salon/Spa, lokalisasi dll  Di masyarakat umum bila di butuhkan



I. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN Evaluasi pelaksanaan kegiatan program akan dievaluasi setelah pelaksanaan kegiatan yang diadakan tiga bulan sekali untuk melihat kesesuaian antara rencana kegiatan dan realisasinya.



J. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EALUASI KEGIATAN Kegiatan program pada penyelenggaraan akan didokumentasikan pada notulen kegiatan yang dilakukan setiap tiga bulan sekali setelah kegiatan dilaksanakan. Untuk pelaporan diserahkan langsung kepada Kepala Puskesmas Mancak dan selanjutnya diserahkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Serang.