Kerangka Konsep Penelitian [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Kerangka Konsep Penelitian 1.   Pengertian Konsep adalah definisi yang dipergunakan untuk menggambarkan “secara abstrak suatu fenomena sosial”. Bailey (1982) menyebutkan sebagai persepsi (mental Image). Atau abstraksi yang dibentuk dengan menggeneralisasikan hal-hal khusus. Konsep merupakan suatu kesatuan pengertian tentang sesuatu hal atas persoalan yang perlu dirumuskan. Dalam merumuskannya, peneliti harus dapat menjelaskan sesuai dengan maksud peneliti memakai konsep tersebut. Oleh karena itu, peneliti harus “konsisten” dalam memakainya. Dari uraian pengertian tersebut di atas, maka dapat disimpulkan  dalam suatu penelitian adalah : Kerangka Konsep adalah Suatu hubungan atau kaitan antara konsep – konsep atau variable – variable yang akan diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilaksanakan. Konsep adalah istilah, terdiri dari satu kata atau lebih yang menggambarkan suatu gejala atau menyatakan suatu ide (gagasan) tertentu. Kerangka konsep penelitian adalah kerangka hubungan antara konsep konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan. Konsep dalam hal ini adalah suatu abstraksi atau gambaran yang dibangun dengan menggeneralisasikan suatu pengertian. Agar supaya konsep tersebut dapat diamati dan diukur, maka konsep tersebut harus dijabarkan terlebih dahulu menjadi variabel-variabel. Kerangka pikir memuat penelitian dalil atau konsep-konsep yang akan dijadikan dasar dalam penelitian. Uiraian dalam kerangka pikir ini menjelaskan antar variabel. Selanjutnya menurut Sekaran  (1992:72) kerangka berpikir yang baik adalah memenuhi syarat sebagai berikut : 1. Variabel penelitian diidentifikasikan secara jelas dan diberi nama 2. Uraiannya menyatakan bagaimana dua atau lebih variabel berhubungan satu dengan lainnya 3.  Jika sifat dan arah hubungan dapat diteorikan berdasarkan penemuan dari penelitian sebelumnya, hal ini seharusnya menjadi dasar dalam  uraian kerangka berfikir apakah hubungan itu positif atau negatif



4.  Dinyatakan secara jelas mengapa peneliti berharap bahwa  hubungan antara variabel itu ada. 5.   Digambarkan dalam bentuk diagram skematis, sehingga pembaca dapat jelas melihat hubungan antar variabel 6.    Pada analisis kuantitatif, kerangka pikir ini memuat latar belakang masalah, kemudian masalah yang diteliti, dan dilanjutkan dengan metode serta variabel penelitian.  Terakhir kerangka ini biasanya memuat tujuan penelitian, saran  atau kesimpulan penelitian.     Sebelum ataupun setelah dibuat bagan kerangka pikir penelitian, maka biasanya peneliti  membuat penjelasan runtut dan sistematis terkait dengan bagan yang akan / telah dibuatnya tersebut.



2.   Peranan             Peranan konsep, pada dasarnya untuk menghubungkan antara dunia teori dengan dunia observasi, antara abstraksi dan realitas. Dalam bentuk yang lebih umum ada beberapa konsep yang digunakan untuk menjelaskan realitas sosial politik: Misalnya kita kenal konsep: 1. Karl D. Jackson, yang mencoba menjelaskan birokrasi pada masa orde baru yang ia sebut dengan dengan konsep “bureaucratic polity” yang berakar pada budaya. 2. Konsep Harold Crouch tentang “neo-patrimonialism” untuk menunjukkan bahwa sistem politik pada waktu itu [Orba] lebih menyerupai negara patrimonial daripada suatu polity yang moderen.demikian. 3. Konsep Richard Robinson tentang “bureacratic capitalism”. 4. Konsep Geertz, tentang “religiousness” dan “religious-mindedness” dalam upaya penjelaskan gerakan radikalisasi keagamaan atau terjadinya proses sekularisasi dan juga tentang politik aliran yang kini cair dengan adanya kualisi kebangsaan itu. 5. Konsep Religiusitas Glock dan Stark: a) Keterlibatan ritual [ritual involvement], yaitu tingkatan sejauhmana seseorang mengerjakan kewajiban ritual di dalam agama mereka.



b) Keterlibatan ideologis [ideological involvement], yaitu tingkatan sejauhmana seseorang menerima hal-hal yang bersifat ”dogmatik terhadap agamanya”. c) Keterlibatan intelektual [intelectual involvement], yang menggambarkan seberapa jauh seseorang mengetahui tentang ajaran agamanya. d) Keterlibatan pengalaman [experiential involvement], yang menunjukkan apakah seseorang pernah mengalami pengalaman spektakular yang merupakan keajaiban yang datangnya dari Tuhan. e) Keterlibatan secara konsekuen [consequential involvement], yaitu tingkatan sejauhmana perilaku seseorang konsekuen dengan ajaran agamanya. 3.   Cara mengembangkan kerangka Konsep             Cara yang terbaik untuk mengembangkan kerangka konsep  tentu saja harus memperkaya asumsi-asumsi dasar yang berasal dari bahan-bahan referensi yang digunakan. Pola berpikir deduksi adalah proses logika yang berdasar dari kebenaran umum mengenai suatu fenomena (teori) dan menggeneralisasikan kebenaran tersebut pada suatu peristiwa atau data tertentu yang berciri sama dengan fenomena yang bersangkutan.             Pola pikir induksi adalah proses logika yang berangkat dari data empirik lewat observasi menuju kepada suatu teori. Dengan kata lain induksi adalah proses mengorganisasikan fakta-fakta atau hasil-hasil pengamatan yang terpisah menjadi suatu rangkuman hubungan atau suatu generalisasi.  Cara-cara yang akan dilakukan dalam melakukan pengembangan, tergantung pada referensi yang digunakan. Namun secara garis besar, pada tahapan ini dibagi ke dalam 3 tahapan, yaitu : 1. Tahap I : Studi Pendahuluan, 2. Tahap II : Tahap Pengembangan Model 3. Tahap III : Tahap Evaluasi/Pengujian Model.             Kedudukan asumsi dalam penelitian terutama dalam mengembangkan teori  dan menafsirkan hasil penelitian. Pengertian asumsi adalah kenyataan penting yang dianggap benar tetapi belum terbukti kebenarannya. Asumsi inilah yang kemudian menjadi dasar dari suatu penelitian. Sebab sebuah penelitian berangkat dari asumsi. Dari asumsi ini, kemudian



dibangun teori-teori penelitian. Dengan kata lain, asumsi dapat kita gunakan untuk untuk membangun suatu konstruksi bangunan penelitian. Asumsi juga dapat digunakan sebagai alat untuk menafsirkan kesimpulan setelah diperoleh sebuah hasil temuan dari penelitian yang telah dilakukan tersebut.             Kaitan antara mengembangkan teori penelitian dan teori pengukuran dalam penelitian kuantitatif sebagai berikut: Teori yang dibangun akan menjadi alat untuk pengukuran. pengukuran dalam penelitian kuantitatif dimaksud untuk menentukan data apa yang ingin diperoleh dari indikator variabel yang telah ditentukan. Dapat juga pengukuran berarti bagaimana peneliti mengukur indikator variabel. Ada beberapa bentuk pengukuran yang bisa digunakan dalam penelitian kuantitatif, yaitu pengukuran nominal, ordinal, rasio, dan interval. Masing-masing pengukuran dikonsumsikan bagi bentuk penelitian yang di kehendaki peneliti.



DAFTAR PUSTAKA Novita, Jumat, 21 Januari 2011. Pengertian Kerangka Teori Dan Konsep Menurut Beberapa Ahli. . 3 Mei 2013 Safa, Rabu, 25 Mei 2011. Kerangka Teoritis..3 Mei 2013



Dr. Suparyanto, M.Kes, Jumat, 27 November 2009. Tujuan, Kerangka Teori, Kerangka Konseptual Dan Kerangka Operasional Penelitian (Objectives, Framework Theory, Framework And Conceptual Framework Of Operational Research)..3 Mei 2013