Kesalahan Berbahasa Dalam Tataran Sintaksis [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KESALAHAN BERBAHASA DALAM TATARAN SINTAKSIS



Diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Analisis Kesalahan Berbahasa



MAKALAH



Dosen Pengampu: Ahmad Syukron, S.Pd., M.Pd



Disusun Oleh Kelompok 6: Vivi Ayu Anggraini O



180210402057



Ayu Mutmainah



180210402059



Sifatul Nuraini



180210402065



Fitri Arifatul Ilmi



180210402079



Livia Callista Putri



180210402086



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JEMBER 2021



KATA PENGANTAR



Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan. Makalah yang penulis susun ini berjudul “Kesalahan Berbahasa dalam Tataran Sintaksis”. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Analisis Kesalahan Berbahasa yang diampu oleh Bapak Ahmad Syukron, S.Pd., M.Pd. Makalah ini membahas mengenai kesalahan berbahasa dalam tataran sintaksis yang meliputi kesalahan berbahasa pada frasa, klausa dan kalimat. Dari materi ini, diharapkan pembaca bisa mengetahui macam-macam kesalahan pada tataran sintaksis beserta contoh dan pembenarannya. Materi ini disajikan sesuai pengetahuan dan referensi pendukung yang telah dibaca penulis. Penulis menyadari, bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca. Mudah-mudahan makalah ini dapat dipahami oleh semua orang. Apabila ada kekurangan dan kesalahan dalam penulisan dan teori, penulis mohon maaf.



Jember , 2 Maret 2021



Penulis



ii



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii DAFTAR ISI ......................................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1 1.1



Latar Belakang .............................................................................. 1



1.2



Rumusan Masalah ......................................................................... 2



1.3



Tujuan........................................................................................... 2



1.4



Manfaat ......................................................................................... 2



BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 3 2.1. Sintaksis dan Bidang Kajiannya .................................................... 3 2.2. Kesalahan Berbahasa pada Tataran Sintaksis ................................. 4 2.3. Kesalahan Berbahasa pada Frasa ................................................... 5 2.4. Kesalahan Berbahasa pada Klausa ................................................. 7 2.5. Kesalahan Berbahasa pada Kalimat ............................................... 9 2.6. Cara Meminimalisir Kesalahan Berbahasa pada Tataran Sintaksis . 13 BAB III PENUTUP ........................................................................................... 16 3.1



Kesimpulan ................................................................................. 16



3.2



Saran ........................................................................................... 16



DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 18



iii



BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Menurut Suparto, bahasa merupakan rangkaian sistem bunyi atau simbol yang memiliki makna dan secara konvensional digunakan oleh sekelompok manusia untuk berkomunikasi atau sebagai media untuk menyampaikan sesuatu. Dalam berkomunikasi artinya ada penyampaian maksud atau pesan kepada orang lain, begitu juga sebaliknya. Agar penyampaian maksud atau pesan tersebut dapat diterima oleh orang lain, maka diperlukan keterampilan berbahasa yang baik. Secara umum keterampilan berbahasa merupakan kemampuan dan kecakapan manusia dalam menggunakan bahasa yang meliputi menyimak, membaca, menulis, dan berbicara. Keterampilan berbahasa sangat penting dikuasai manusia agar dapat berkomunkasi dengan baik antar sesamanya. Selain itu, keterampilan berbahasa juga bermanfaat dalam pengungkapan pikiran dan perasaan, pelaporan fakta yang telah diamati, serta pemahaman gagasan atau pikiran yang disampaikan orang lain kepada kita. Dengan keterbatasan yang dimiliki manusia, tidak heran apabila masih banyak sekali ditemukan kesalahan berbahasa. Pengertian dari kesalahan berbahasa adalah penyimpangan dalam menggunakan bahasa dari kaidah bahasa yang berlaku. Pada dasarnya penyebab dari kesalahan berbahasa adalah dari diri seseorang yang menggunakan bahasa tersebut bukan pada bahasa yang digunanakannya. Dengan demikian, dalam fenomena penggunaan bahasa banyak ditemukan kesalahan berbahasa berdasarkan perspektif bahasa itu sendiri. Salah satu jenis kesalahan berbahasa adalah kesalahan berbahasa dari segi sintaksis. Menurut Ramlan sintaksis adalah cabang ilmu bahasa yang membicarakan seluk-beluk wacana, kalimat, klausa, dan frasa, berbeda dengan morfologi yang membahas tentang seluk-beluk kata dan morfem. Jadi, analisis kesalahan berbahasa pada tataran sintaksis merupakan sebuah analisis tentang penyimpangan penggunaan bahasa yang terjadi dalam wacana, kalimat, klausa, 1



dan frasa. Kesalahan berbahasa dalam tataran wacana dibahas oleh kelompok selanjutnya. Oleh karena itu, pembahasan makalah meliputi kesalahan berbahasa pada frasa, klausa dankalimat. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka fokus masalah yang akan dibahas pada makalah ini antara lain sebagai berikut. 1. Bagaimana hakikat kesalahan berbahasa pada tataran sintaksis? 2. Bagaimana bentuk kesalahan berbahasa pada frasa? 3. Bagaimana bentuk kesalahan berbahasa pada klausa? 4. Bagaimana bentuk kesalahan berbahasa pada kalimat? 5. Bagaimana cara mengurangi kesalahan berbahasa pada tataran sintaksis?



1.3 Tujuan Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penulisan makalah adalah menjelaskan kesalahan berbahasa pada tataran sintaksis yang meliputi kesalahan berbahasa pada frasa, klausa dan kalimat serta menjelaskan cara meminimalisir kesalahan berbahasa pada tataran sintaksis.



1.4 Manfaat Manfaat yang diperoleh yaitu mengetahui dan memahami kesalahan berbahasa dalam tataran sintaksis. Selain itu, makalah ini dapat dijadikan referensi pembuatan makalah, artikel dan penelitian pada bidang yang sama.



2



BAB II PEMBAHASAN 2.1. Sintaksis dan Bidang Kajiannya Sintaksis merupakan salah satu struktur internal kebahasaan dalam ranah objek kajian ilmu linguistik. Sintaksis sebagai suatu studi menjelaskan hubungan kata-kata di dalam suatu wacana. Sintaksis juga menjelaskan tentang bentuk sintagma atau kombinasi dari kata-kata. Sintaksis yang berasal dari bahasa Yunani sun yang memiliki arti “dengan” dan tatein yang memiliki arti “menempatkan‟. Secara etimologi sintaksis memiliki arti menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi suatu kelompok kata atau kalimat (Chaer, 2014:206). Sintaksis merupakan suatu tata bahasa yang didalamnya membahas tentang hubungan antara kata-kata di dalam suatu tuturan (Verhaar, 2001 : 162). Tata bahasa terdiri dari morfologi yang bersangkutan dengan struktur gramatikal di dalam kata dan sintaksis yang juga mempelajari tata bahasa di antara kata-kata di dalam suatu tuturan. Dalam buku yang berjudul Asas-Asas Linguistik Umum, Verhaar (2001 : 11) menjelaskan tentang pengertian sintaksis sebagai cabang ilmu linguistik yang bersangkitan dengan susunan kata-kata dalam suatu kalimat. Sintaksis merupakan ilmu yang mempelajari tentang hubungan antara kata atau frase atau klausa atau kalimat yang satu dengan kata atau frase (klausa atau kalimat yang lain atau tegasnya yang mempelajari seluk-beluk frasa, klausa, kalimat dan wacana (Ramlan, 2001 : 18). Bidang kajian sintaksis yaitu frasa, klausa, kalimat dan wacana. Berikut penjelasan singkat mengenai bidang kajian sintaksis. a.



Frasa Frasa atau yang biasa dikenal dengan sintagma merupakan salah satu satuan



gramatikal yang berupa gabungan dari kata- kata non predikatif (Kridalaksana, 1985 : 115). Non predikatif artinya tidak memiliki predikat. Pembentuk frasa adalah morfem bebas, bukan morfem terikat. 3



b.



Klausa Klausa merupakan satuan gramatikal yang berupa gabungan dari kata yang



sekurang-kurangnya mempunyai fungsi subjek dan predikat yang memiliki potensi menjadi kalimat (Kridalaksana, 1985 : 151). Klausa berpotensi menjadi kalimat tunggal karena di dalam klausa ada fungsi sintaksis wajib. Klausa merupakan kumpulan kata predikatif (Chaer, 2014: 231).



Dalam konstruksi



klausa terdapat komponen frasa yang berfungsi sebagai predikat sedangkan lainnya sebagai subjek, objek dan keterangan. c.



Kalimat Kalimat



merupakan



satuan



bahasa



terkecil



yang



didalamnya



mengungkapkan suatu pemikiran yang utuh, baik dengan cara lisan ataupun tulisan. Kalimat diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan intonasi final. Intonasi kalimat dalam bahasa tulis dilambangkan dengan tanda titik (.), tanda tanya (?), dan tanda seru (!). Kalimat adalah susunan kata-kata yang memiliki pikiran lengkap (Chaer, 2014:240). 2.2. Kesalahan Berbahasa pada Tataran Sintaksis Kesalahan sintaksis merupakan kesalahan atau penyimpangan struktur frasa, klausa, dan kalimat. Kesalahan dalam bidang tata kalimat menyangkut urutan kata, susunan frasa, logika kalimat, dan kepaduan kalimat. Menurut Markhamah (2010:143) menjelaskan dalam berbahasa kita mengucapkan kalimat-kalimat untuk menyampaikan suatu pemikiran, perasaan, atau gagasan kita. Sebab terjadinya kesalahan sintaksis adalah sebagai berikut. 1. Kalimat berstruktur tidak baku. 2. Kalimat ambigu. 3. Kalimat yang tidak jelas. 4. Diksi yang tidak tepat dalam membentuk suatu kalimat. 5. Kontaminasi dalam kalimat.



4



6. Koherensi. 7. Penggunaan kata mubazir. 8. Kata serapan yang tidak tepat dalam membentuk suatu kalimat. 9. Logika kalimat. Menurut Semi (dalam Kusumaninsih, 2013:72-73) menjelaskan tentang suatu tulisan dapat dikembangkan dalam empat bentuk, yaitu (1) narasi, (2) eksposisi, (3) deskripsi, dan (4) argumentasi. Narasi adalah suatu bentuk percakapan atau tulisan yang memiliki tujuan untuk menyampaikan atau menceritakan tentang rangkaian peristiwa atau pengalaman manusia yang berdasarkan perkembangan dari waktu ke waktu. Eksposisi merupakan tulisan yang memiliki tujuan untuk menjelaskan atau memberikan informasi tentang sesuatu. Deskripsi merupakan tulisan yang memiliki tujuan untuk memberikan perincian atau detail tentang objek sehingga dapat memberikan pengaruh pada sensivitasn dan imajinasi pembaca atau mendengar, bagaikan mereka ikut mendengar, melihat, merasakan, atau mengalami langsung objek tersebut. Argumentasi merupakan sebuah tulisan yang memiliki tujuan untuk meyakinkan atau membujuk pembaca tentang suatu kebenaran pendapat atau pernyataan penulis. 2.3. Kesalahan Berbahasa pada Frasa Kesalahan bahasa tingkat frasa biasanya ditemukan dalam bahasa lisan dan bahasa tertulis. Ada beberapa alasan untuk kesalahan bahasa di bidang frasa. Halhal tersebut adalah (a) pengaruh bahasa daerah, (b) penggunaan preposisi yang tidak tepat, (c) kata-kata yang salah, (d) penggunaan unsur yang mubazir atau tidak penting, (e) penggunaan level tertinggi secara berlebihan, (f) penyamakan ganda, (g) menggunakan bentuk timbal balik yang tidak tepat (Setyawati, 2013: 68). Berikut beberapa contoh kesalahan frasa.



5



1.



Kesalahan struktur frasa Kesalahan bahasa tingkat frasa juga bisa disebabkan oleh kesalahan struktur



frasa. Frasa yang harus ada di AB dibalik menjadi BA. Oleh karena itu, frasa tersebut menjadi salah. Berikut ini wujud kesalahan berbahasa tataran frasa yang disebabkan karena kesalahan struktur frasa. (1)



Pak Budi adalah guru bahasa Indonesiaku di SMPN 3 GENTENG. Terdapat kesalahan bahasa pada kalimat (1) karena frase tersebut urutannya



terbalik. Jika kalimat tersebut disusun menjadi kalimat yang benar berikut ini. (1)



Pak Budi adalah guruku bahasa Indonesia di SMPN 3 GENTENG.



2.



Penggunaan teks yang berlebihan Kesalahan bahasa di bidang frasa juga bisa disebabkan oleh penggunaan



teks yang berlebihan. Dalam hal efisiensi bahasa, kesalahan bahasa seperti itu tidak ekonomis dan berlebihan. Hal tersebut terjadi karena penutur bahasa menggunakan dua kata dengan arti yang sama, atau menggunakan struktur frasa pada waktu yang bersamaan. Berikut ini adalah bentuk kesalahan bahasa yang disebabkan oleh tingkat frasa yang tidak penting atau mubazir. (2)



Aku di perintah ibu guru maju ke depan membaca pantun. Terdapat kesalahan bahasa pada kalimat (2) karena penggunaan frasa maju



ke depan yang berlebihan. Kalimat tersebut jika disusun menjadi kalimat yang benar menjadi berikut ini. (2)



Aku di perintah ibu guru maju membaca pantun.



3.



Penggunaan preposisi yang tidak tepat Penggunaan kata depan tertentu dalam frasa berkata depan biasanya



digunakan tidak tepat. Akibatnya adalah frasa berkata depan tidak tepat. Hal ini biasanya terjadi pada frasa kata depan keterangan waktu atau frasa preposisional. Berikut ini adalah bentuk kesalahan berbahasa tataran frasa yang disebabkan oleh tingkat penggunaan frasa berkata depan yang tidak tepat. (3)



Diliburan aku jalan-jalan ke Pulau Merah.



6



Kalimat (3) di atas mengalami kesalahan berbahasa, karena pemakaian frasa berkata depan diliburan yang tidak tepat. Jika disusun menjadi kalimat yang benar menjadi berikut ini. (3)



Ketika liburan aku jalan-jalan ke Pulau Merah.



4.



Salah pengulangan Kesalahan bahasa di bidang frasa juga bisa disebabkan oleh salah



pengulangan. Hal ini terjadi karena kesalahan pengguna bahasa frasa yang berulang. Berikut ini adalah bentuk kesalahan tingkat frasa karena salah pengulangan. (4)



Ayah membaca buku tebal-tebal di teras rumah. Kalimat (4) mengalami kesalahan karena pengulangan frasa buku tebal-



tebal



yang salah. Kalimat tersebut jika disusun menjadi kalimat yang benar



adalah sebagai berikut. (4)



Ayah membaca buku-buku tebal di teras rumah.



2.4. Kesalahan Berbahasa pada Klausa Klausa merupakan suatu konstruksi yang di dalamnya terdapat beberapa kata yang mengandung hubungan fungsional, yang dalam tata bahasa lama dikenal dengan pengertian subjek, predikat, objek, dan keterangan (Keraf, 1984). Kesalahan klausa tersebut dibagi menjadi tiga jenis kesalahan yaitu (a) kesalahan klausa Pø (predikat kosong), (b) kesalahan klausa Sø (subjek kosong), (c) kesalahan klausa verbal monotransitif. Berikut penjelasan lebih lanjut. 1.



Predikat kosong Kesalahan klausa Pø merupakan kesalahan berupa tidak adanya predikat



pada klausa. Berikut contohnya. (1)



Pagi ini saya ikut mas Mitia untuk (P) pernikahan. Kesalahan berbahasa dalam tataran klausa pada data diatas adalah tidak



terdapat predikat yang seharusnya menempati diantara klausa “untuk pernikahan”, sehingga menyebabkan makna dari kalimat tersebut tidak dapat tersampaikan



7



dengan semestinya. Klausa “untuk pernikahan” seharusnya ditambahkan predikat “menghadiri”. Kesalahan tersebut terjadi dikarenakan pengaruh dari ragam lisan yang terbawa ke ragam tulis. Berikut kalimat yang benar. (1) 2.



Pagi ini saya ikut Mas Mitia untuk menghadiri pernikahan. Subjek kosong Kesalahan klausa Sø merupakan kesalahan berupa tidak adanya subjek



pada klausa. Berikut contohnya. (2) Ada banyak kata baru yang saya tidak mengerti, jadi (Sø) ingat lirik sulit. Pada contoh di atas tidak terdapat subjek yang seharusnya menempati diantara klausa “jadi ingat lirik sulit” sehingga menyebabkan makna dari kalimat tersebut tidak dapat tersampaikan dengan semestinya. Sehingga klausa “jadi ingat lirik sulit” seharusnya ditambah subjek “saya”. Dengan demikian penulisan yang benar untuk klausa tersebut adalah sebagai beirkut. (2)



Ada banyak kata baru yang saya tidak mengerti, jadi saya ingat lirik sulit.



3.



Verbal monotransitif Verbal monotransitif merupakan kesalahan klausa yang predikatnya



merupakan kata kerja (verbal) dengan kesalahan berupa prefiks atau sufiks. Berikut contoh kesalahan klausa verba monotransitif dengan pola meN-. (3)



Saya harus ingat seluruh lagu dan bernyanyi di depan kelas. Pada contoh di atas terdapat kesalahan pada “ingat”. Kesalahan yang



terdapat dalam klausa tersebut adalah tidak adanya awalan pada klausa tersebut. Seharusnya awalan yang digunakan pada klausa tersebut adalah meN- untuk menyempurnakan klausa tersebut, dengan demikian penulisan yang benar untuk klausa “ingat” adalah “mengingat”. Perbaikannya adalah sebagai berikut. (3)



Saya harus mengingat seluruh lagu dan bernyanyi di depan kelas.



8



2.5. Kesalahan Berbahasa pada Kalimat Kalimat merupakan satuan sintaksis yang disusun dari konstituen dasar, dilengkapi konjungsi jika diperlukan dan diakhiri oleh intonasi final. Intonasi final dapat berupa (.) , (!), (?). Konstituen dasar dapat berupa kata, frasa maupun klausa. Jika kata diberi intonasi final maka kata tersebut menjadi kalimat. Demikian pula pada frasa maupun klausa. Letak perbedaan kalimat dari kata, frasa dan klausa adalah pada status kalimat. Kalimat yang konstituen dasar berupa klausa maka kalimat tersebut menjadi kalimat mayor. Sedangkan konstituen dasar berupa kata dan frasa menjadi kalimat terikat. Kesalahan berbahasa pada kalimat dapat terjadi secara tertulis maupun lisan. Penulis dan pembicara harus memahami bentuk kalimat efektif untuk menghindari kesalahan berbahasa dalam kalimat. Kalimat efektif adalah kalimat yang mampu menyampaikan maksud penulis atau pembicara kepada pembaca atau pendengar seperti apa yang ada dalam pikiran penulis atau pembicara. Kalimat efektif adalah kalimat yang secara tepat mewakili ide pembicara / penulis dan sanggup menimbulkan ide yang sama tepatnya kepada pendengar / pembaca. Kesalahan berbahasa pada kalimat disebabkan oleh kalimat yang tidak efektif. Berikut akan dipaparkan mengenai kesalahan berbahasa pada kalimat. 1.



Kalimat tidak sepadan Kesepadanan adalah keseimbangan antara gagasan dengan struktur kalimat.



Ciri kalimat tidak sepadan adalah memiliki subjek dan predikat yang tidak jelas, terdapat subjek ganda, kata penghubung intrakalimat digunakan pada kalimat tunggal. Berikut contohnya. a.



Subjek dan predikat tidak jelas Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat dapat dilakukan dengan



menghindari pemakaian kata depan seperti di, bagi, untuk, pada, sebagai, tentang, mengenai dan sebagainya. Contoh : (1)



Bagi semua mahasiswa Universitas Jember harap membayar UKT sebelum 20 Januari 2021.



9



Kalimat di atas tidak jelas subjek dan predikatnya karena kata bagi di awal kalimat. Kata bagi di awal kalimat dapat di hapus. Berikut contoh yang benar. (2)



Semua mahasiswa Universitas Jember harap membayar UKT sebelum 20 Januari 2021.



b.



Subjek ganda Subjek ganda pada kalimat membuat kalimat tidak jelas bagian yang



mendapat tekanan. (1)



Novel itu saya sudah membacanya. Kalimat di atas memiliki subjek ganda yaitu novel itu dan saya. Perbaikan kalimat di atas adalah sebagai berikut.



(2)



Saya sudah membaca novel itu.



c.



Kata penghubung intrakalimat yang tidak digunakan pada kalimat tunggal Kata-kata yang tergolong ke dalam ungkapan/kata penghubung itu tidak



pernah/ tidak boleh ditulis dengan huruf kapital. Contoh kata penghubung itu adalah dan, agar, sehingga, bahwa, sedangkan dan sebagainya. (1)



Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama.



(2)



Kakanya membeli sepeda motor Honda. Sedangkan dia membeli sepeda motor Suzuki. Perbaikan kalimat di atas dapat dilakukan dengan mengubah menjadi dua



cara yaitu mengubah kalimat menjadi kalimat majemuk dan mengganti ungkapan penghubung antarkalimat. Perbaikan kalimat diatas adalah sebagai berikut. (1)



Kami datang agak terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat mengikuiti acara pertama.



(2)



Kami datang agak terlambang sehingga tidak dapat mengikuti acara pertama.



10



(3)



Kakaknya membeli sepeda motor Honda, akan tetapi dia membeli sepeda motor Suzuki.



(4)



Kakaknya membeli sepeda motor Honda, sedangkan dia membeli sepeda motor Suzuki.



2.



Kalimat tidak parallel Keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam kalimat.



Keparalelan atau kesejajaran adalah terdapatnya unsur-unsur yang sama derajatnya, jenisnya, pola atau susunan kata dan frasa yang digunakan dalam kalimat. Contoh kalimat tidak parallel. (1)



Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok, memasang penerangan, pengujian sistem pembagian air dan pengaturan tata ruang. Kalimat tersebut tidak paralel karena kata yang menduduki predikat tidak



sama bentuknya yaitu kata pengecatan, memasang, pengujian dan pengaturan. Berikut perbaikannya. (1)



Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok, pemasangan penerangan, pengujian sistem pembagian air dan pengaturan tata ruang.



3.



Kalimat tidak hemat Kehematan dalam kalimat adalah hemat menggunakan kata, frasa ataupun



bentuk lain yang dianggap tidak perlu. Penghematan kata dalam penulisan tidak harus menghilangkan kaidah-kaidah dalam struktur kalimat. Berikut contoh kalimat yang tidak hemat. (1)



Ia memakai baju warna biru.



(2)



Adik menangkap burung merpati.



(3)



Maju ke depan.



(4)



Naik ke atas.



(5)



Para dosen-dosen. Berikut perbaikan kalimat di atas.



11



(1)



Ia memakai baju biru.



(2)



Adik menangkap merpati.



(3)



Maju.



(4)



Naik.



(5)



Para dosen.



4.



Kalimat tidak cermat / ambigu Cermat artinya kalimat tidak menimbulkan tafsiran ganda dan tepat dalam



pemilihan kata. Kecermatan bahasa pada dasarnya adalah kehati-hatian dalam menyusun kalimat agar kalimat yang dihasilkan tidak menimbulkan tafsir ganda atau ambigu. (1)



Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah.



(2)



Di sebelah rumahku terdapat warung tembok. Kalimat (1) termasuk kalimat ambigu atau menimbulkan tafsir ganda karena



tidak jelas, terkenal menyaran pada perguruan tinggi atau mahasiswa. Sedangkan kalimat (2) terdapat frasa warung tembok yang bisa saja menyaran pada warung bernama “tembok” atau warung yang berdinding tembok.



5.



Kalimat tidak padu Kepaduan atau koherensi adalah terjadinya hubungan yang padu antara



unsur-unsur pembentuk kalimat. Unsur pembentuk kalimat adalah frasa, klausa, tanda baca dan fungsi sintaksis. Berikut contoh kalimat tidak padu. (1)



Surat itu saya sudah baca.



(2)



Saran yang telah dikemukakan kami akan pertimbangkan. Kalimat padu menggunakan pola aspek + agen + verbal serta tertib dalam



kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona. Kalimat 1 dan 2 tidak menunjukkan kepaduan karena aspek terletak antara agen dan verbal. Berikut perbaikannya. (1)



Surat itu sudah saya baca.



(2)



Saran yang telah dikemukakan akan kami pertimbangkan.



12



6.



Kalimat tidak logis Kelogisan dalam kalimat yaitu ide kalimat tersebut dapat diterima oleh akal



dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku. Kelogisan kalimat adalah kemampuan kalimat untuk menyatakan sesuatu sesuai dengan logika (Arifin, 107). Sedangkan menurut Ramlan (69), sebuah kalimat memiliki kelogisan jika masuk akal. (1)



Waktu dan tempat kami persilahkan.



(2)



Untuk mempersingkat waktu, kita teruskan acara ini. Kalimat (1) tidak logis karena waktu dan tempat tidak bisa dipersilahkan.



Seharusnya yang dipersilahkan adalah seseorang yang bersangkutan. Kalimat (2) tidak logis karena waktu tidak bisa dipersingkat. Berikut perbaikan kedua kalimat di atas. (1)



Bapak Arif kami persilahkan.



(2)



Untuk mengefisienkan waktu, kita lanjutkan acara ini.



2.6. Cara Meminimalisir Kesalahan Berbahasa pada Tataran Sintaksis Dalam



menghasilkan sebuah karya tulis



sudah sepatutnya dapat



menghasilkan karya tulis yang baik dan benar. Kriteria sebuah karya tulis yang baik dan benar adalah yang tidak mengandung kesalahan dalam penulisannya sehingga pesan dan informasi yang ingin disampaikan penulis dapat diterima pembaca. Salah satu kesalahan dalam penulisan adalah kesalahan penggunaan bahasa dalam tataran sintaksis. Untuk menghindari kesalahan penggunaan bahasa dalam tataran sintaksis, maka seorang penulis perlu memerhatikan beberapa hal berikut. 1.



Memperdalam pengetahuan tentang ilmu Sintaksis Untuk menghindari kesalahan bahasa pada tataran sintaksis yang paling



utama dilakukan adalah memiliki pengetahuan mendasar tentang ilmu Sintaksis. Sebagaimana yang disampaikan Ramlan bahwa ilmu Sintaksis adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari seluk-beluk wacana,



13



kalimat,



klausa,



dan frase.



Apabila seorang penulis sudah memiliki pengetahuan tentang ilmu Sintaksis, maka kemungkinan terjadinya kesalahan penggunaan bahasa pada tataran sintaksis dalam tulisannya sangat kecil. 2.



Perhatikan pemilihan penggunaan kata yang tepat Pemilihan kata yang tepat artinya memenuhi syarat kebakuan, kelazimam,



dan kecermatan. Kebakuan, artinya dalam pemilihan kata seorang penulis harus menghindari penggunaan kata yang belum diakui kebakuannya, misalnya kata kasih duganti dengan kata memberi, kata bikin diganti dengan kata memberi, kata cuma diganti dengan kata hanya, dsb. 3.



Menghindari penggunaan unsur yang berlebihan atau mubazir Penggunaan unsur yang berlebihan dalam kalimat dikategorikan kesalahan



dalam tataran sintaksis karena dianggap mubazir atau tidak hemat. Oleh karena itu, seorang penulis harus menghindari penggunaan dua kata yang sama atau bersinonim dalam sebuah kalimat. 4.



Memperbanyak membaca buku atau referensi lainnya Berdasarkan keterkaitan antara keterampilan membaca dan menulis yaitu



dengan banyak membaca dapat meningkatkan keterampilan menulis,



maka



seorang penulis harus banyak latihan membaca. Tujuannya agar kosakata yang dimiliki beragam sehingga dalam proses menulis dapat mengurangi resiko kesalahan penggunaan bahasa dalam tataran sintaksis. Dengan ragam kosakata yang dimiliki,



maka penulis dapat memilih penggunaan kata yang tepat,



menghindari penggunaan unsur yang sama dalam kalimat,



serta dapat



mengurangi resiko kesalahan penggunaan bahasa lainnya. 5.



Sering latihan menulis yang berpedoman pada kaidah penggunaan bahasa Indonesia yang tepat Tips yang tepat dalam mengurangi kesalahan penggunaan bahasa dalam



tataran sintaksis adalah dengan banyak latihan menulis. Kegiatan menulis yang dilakukan juga harus berpedoman pada kaidah penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Jadi, dengan memperbanyak latihan menulis yang berpedoman pada kaidah penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, seorang penulis dapat mengurangi resiko kesalahan penggunaan bahasa dalam tataran sintaksis.



14



6.



Memeriksa ulang tulisan atau merevisi Memeriksa ulamg tulisan yang dibuat merupakan bagian akhir dari tahap



penulisan.



Tujuannya adalah untuk menemukan kesalahan yang ada selama



proses penulisan, misalnya kesalahan penggunaan bahasa dalam tataran sintaksis.



15



BAB III PENUTUP



3.1 Kesimpulan Berdasarkan pemaparan di atas dapat diketahui bahwa keterampilan berbahasa merupakan kemampuan dan kecakapan manusia dalam menggunakan bahasa yang meliputi menyimak, membaca, menulis, dan berbicara. Keterampilan berbahasa sangat penting dikuasai manusia agar dapat berkomunikasi dengan baik antar sesamanya. Berdasarkan kajiannya sintaksis yaitu suatu studi menjelaskan hubungan kata-kata di dalam suatu wacana. Sintaksis juga menjelaskan tentang bentuk sintagma atau kombinasi dari kata-kata yang meliputi bidang kajian sintaksis yaitu frasa, klausa, kalimat dan wacana. Namun tak jarang dalam penggunaan bahasa juga mengalami kesalahan sintaksis. Kesalahan sintaksis merupakan kesalahan atau penyimpangan struktur frasa, klausa, dan kalimat. Kesalahan dalam bidang tata kalimat menyangkut urutan kata, susunan frasa, logika kalimat, dan kepaduan kalimat. Sebab terjadinya kesalahan sintaksis diantaranya yaitu kalimat berstruktur tidak baku, Kalimat ambigu, Kalimat yang tidak jelas, Diksi yang tidak tepat dalam membentuk suatu kalimat sedangkan Kesalahan bahasa tingkat frasa biasanya ditemukan dalam bahasa lisan dan bahasa tertulis. Ada beberapa alasan untuk kesalahan bahasa di bidang frasa. Hal-hal tersebut adalah (a) pengaruh bahasa daerah, (b) penggunaan preposisi yang tidak tepat, (c) kata-kata yang salah. Sedangkan kesalahan klausa tersebut dibagi menjadi tiga jenis kesalahan yaitu (a) kesalahan klausa Pø (predikat kosong), (b) kesalahan klausa Sø (subjek kosong), (c) kesalahan klausa verbal monotransitif dan kesalahan berbahasa pada kalimat disebabkan oleh kalimat yang tidak efektif, Kalimat tidak sepadan, Kalimaat tidak logis. 3.2 Saran Terkait pemaparan makalah di atas saran yang perlu diperhatikan dalam meminimalisir kesalahan berbahasa pada tataran sintaksis maka seorang penulis perlu memerhatikan beberapa hal diantaranya yaitu memperdalam pengetahuan 16



tentang ilmu Sintaksis, memperhatikan pemilihan penggunaan kata yang tepat. Pemilihan kata yang tepat artinya memenuhi syarat kebakuan, kelazimam, dan kecermatan selanjutnya yaitu menghindari penggunaan unsur yang berlebihan atau mubazir, memperbanyak membaca buku atau referensi lainnya, sering latihan menulis yang berpedoman pada kaidah penggunaan bahasa Indonesia yang tepat, memeriksa ulang tulisan atau merevisi tujuannya adalah untuk menemukan kesalahan yang ada selama proses penulisan, misalnya kesalahan penggunaan bahasa dalam tataran sintaksis.



17



DAFTAR PUSTAKA



Badan



Bahasa.



Ungkapan



/



kata



Penghubung



Intrakalimat.



http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/petunjuk_praktis/598. Diakses pada 4 Maret 2021.



Chaer, Abdul. (2014). Linguistik Umum. Jakarta : Rineka Cipta.



Keraf, Gorys. (1984). Tata Bahasa Indonesia. Flores: Nusa Indah.



Indihadi,



Dian.



(2007).



Analisis



Kesalahan



Berbahasa.



https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://file.upi.ed u/Direktori/DUALMODES/PEMBINAAN_BAHASA_INDONESIA_SEBAGAI_BAHASA_ KEDUA/10_BBM_8.pdf&ved=2ahUKEwjSgrKjt5_vAhX18XMBHdbzC7 QQFjAAegQIARAC&usg=AOvVaw0kEmsrD9ZV-ahpdTEfnZ_U. Diakses pada 3 Maret 2021.



Kridalaksana, Harimurti. (1985). Tata Bahasa Deskripsi Bahasa Indonesia : Sintaksis. Jakarta : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.



Kusumaningsih, Dewi, Dkk. (2013). Terampil Berbahasa Indonesia. Yogyakarta: Penerbit Andi. Markhamah dan Atiqa Sabardila. (2011). Analisis Kesalahan & Karakteristik Bentuk Pasif. Jagat Abjad: Kadipiro Solo. Markhamah. (2013). Ragam Dan Analisis Kalimat Bahasa Indonesia. Muhammadiyah University Press: Surakarta. Natalia, E. (2017). Analisis Kesalahan Berbahasa Tataran Sintaksis pada Penulisan Teks Eksposisi Siswa Kelas X SMA Negeri 7 Medan Tahun Pembelajaran 2016/2017 (Doctoral dissertation, UNIMED).



18



Nisa, K. (2018). Analisis Kesalahan Berbahasa Pada Berita Dalam Media Surat Kabar Sinar Indonesia Baru. Jurnal Bindo Sastra, 2(2), 218-224.



Nurwicaksono, B. D., & Amelia, D. (2018). Analisis kesalahan berbahasa Indonesia pada teks ilmiah mahasiswa. AKSIS: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 2(2), 138-153. Ramlan. (2000). Sintaksis. Yogyakarta : CV Caryono. Setyawati, Nanik. (2013). Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia Teori dan Praktik. Surakarta: Yuma Pustaka. Verhaar. (2001). Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada. Universitas Sumatera Utara. LINK VIDEO PRESENTASI : https://youtu.be/KwDUPDNlUzE



19