Kesuburan Tanah [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM



KESUBURAN TANAH



DISUSUN OLEH : NAMA



: Regiana Dzita N.



NIM



: H718133



CO-ASS : Fathoniyah Purnama Sari



PROGRAM STUDI ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2019



i



HALAMAN PENGESAHAN Laporan praktikum kesuburan tanah ini disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah kesuburan tanah dan telah diterima, disetujui dan disahkan oleh Dosen dan Co-Assiten Mata Kuliah Kesuburan Tanah pada: Hari



:



Tanggal



:



Disusun oleh : Nama



: Regiana Dzita Nurlaela



NIM



: H0718133



Kelompok



: 24



Mengetahui,



Dosen Koordinator Praktikum Kesuburan Tanah



Co-Assisten



Dr. Ir. Jauhari Syamsiyah, M.S.



Fathoniyah Purnama Sari



NIP. 19590607 198303 2 008



NIM. H0717055



ii



KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang tela melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Kesuburan Tanah ini dengan baik. Laporan ini disusun untuk melengkapi nilai mata kuliah Kesuburan Tanah sekaligus diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang Kesuburan Tanah. Sebelum laporan ini disusun, penyusun telah melakukan praktikum di Laboratorium Fakultas Pertanian, Universsitas Sebelas Maret Surakarta. Dalam penyusunan laporan ini penulis dibantu oleh beberapa pihak yang telah membimbing dan memberi masukan guna terselesainya buku laporan ini. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin terselenggaranya praktikum ini. 2. Dosen Pengampu mata kuliah Kesuburan Tanah yang telah membimbing penulis. 3. Co-Assisten Kesuburan Tanah yang telah membimbing dan membantu dalam penyusunan laporan ini. 4. Orang tua penulis dan teman – teman yang telah banyak memberikan bantuan berupa semangat dan do’a. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun guna sempurnanya laporan ini. Akhir kata penulis mengharap laporan ini berguna bagi pembaca pada umumnya dan penulis sendiri pada khususnya.



Surakarta,



Juli 2019



Penulis



iii



DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. ii KATA PENGANTAR ........................................................................................ iii DAFTAR ISI ...................................................................................................... iv DAFTAR TABEL ............................................................................................... v DAFTAR GAMBAR..............................................................................................vi I. PENDAHULUAN ........................................................................................... 1 A. Latar Belakang............................................................................................ 1 B. Tujuan.............................................................................................................1 II. PEMBAHASAN ............................................................................................. 2 A. Pengamatan Kualitatif ................................................................................. 2 B. Pengamatan Kuantitatif ............................................................................... 4 1. Analisi Bahan Organik Tanah ................................................................... 4 2. Analisis N Total Tanah ............................................................................. 5 3. Analisis P Tersedia ................................................................................... 6 4. Analisis K Tersedia Tanah...........................................................................8 5. Analisis N Jaringan Tanaman ................................................................. 10 6. Analasis P Jaringan Tanaman ................................................................. 11 7. Analisis K Jaringan Tanaman ................................................................. 12 III. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................... 14



iv



DAFTAR TABEL Tabel 1 Hasil Pengukuran Tinggi Tanaman Jagung (Zea mays).......................... 2 Tabel 2 Hasil Analisis Bahan Organik ................................................................ 4 Tabel 3 Hasil Analisis N – Total Tanah .............................................................. 6 Tabel 4 Hasil Analisis P Tersedia ....................................................................... 7 Tabel 5 Hasil Penembakan Larutan Standar P-Tersedia ...................................... 7 Tabel 6 Hasil Analisis K-Tersedia ...................................................................... 8 Tabel 7 Hasil penembakan larutan standart K-Tersedia ...................................... 9 Tabel 8 Hasil Analisi N- Jaringan Tanaman ..................................................... 10 Tabel 9 Hasil Analisis P- Jaringan.................................................................... 11 Tabel 10 Hasil Penembakan Larutan Standar P- Jaringan ................................. 11 Tabel 11 Hasil Analisis K Jaringan Tanaman ................................................... 12 Tabel 12 Hasil Penembakan Larutan Standar K- Jaringan ................................ 12



v



DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Grafik Tinggi Tanaman ..................................................................... 2 Gambar 2 Analisis Hasil Regresi Bahan Organik ............................................... 4 Gambar 3 Analisis Hasil Regresi P Tersedia ...................................................... 7 Gambar 4 Analisis Hasil Regresi K Tersedia ...................................................... 9 Gambar 5 Analisis Hasil Regresi P Jaringan..................................................... 11 Gambar 6 Analisis Hasil Regresi K Jaringan .................................................... 13



vi



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Sutanto (2011), kesuburan tanah adalah kemampuan tanah untuk memasok hara pada tanaman dalam jumlah yang seimbang. Beberapa faktor yang mempengaruhi kesuburan tanah adalah: cadangan hara, ketersediaan, besarnya pasokan, tidak adanya bahan racun maupun bahan yang menghambat penyerapan hara oleh tanaman. Maka dari itu, kesuburan tanah penting dipelajari agar saat melakukan budidaya tanaman, didapatkan hasil yang optimal. Hal – hal yang dipelajari dalam praktikum kali ini diantaranya sifat kimia tanah dan pengaruh dari tindakan pemupukan terhadap hasil tanaman. Sifat tanah yang dapat diamati diantaranya kadar lengas, bahan organik tanah, ketersediaan serta jaringan N, P, dan K. Menurut Purbajanti (2010), tanah sering dicirikan dengan pH dan kandungan unsur Na yang tinggi dan mengakibatkan pertumbuhan tanaman terganggu. Mahasiswa mempelajari kesuburan tanah agar mereka mengetahui nama dan kelompok hara, tentang dinamika, sumber, dan konsep dalam penyerapan hara. Menurut Rahardi (2013), unsur hara adalah nutrisi atau zat makanan yang bersama – sama dengan air diserap oleh akar tanaman, kemudian dibawa ke daun. Tujuan dari praktikum kesuburan tanah adalah untuk melihat dan membuktikan teori yang dipelajari mahasiswa selama perkuliahan di kelas sehingga bisa bersifat kognitif. Luaran yang diharapkan dalam praktikum ini, mahasiswa sudah dapat gambaran nyata melalui praktikum tentang kesuburan tanah. B. Tujuan Tujuan praktikum kesuburan tanah diantaranya: 1. Mahasiswa mampu melakukan analisis terhadap sifat kimia tanah. 2. Mahasiswa mampu melihat pengaruh dari tindakan pemupukan atau pengelolaan



terhadap



pertumbuhan



1



atau



hasil



tanaman.



BAB II PEMBAHASAN A. Pengamatan Kualitatif 1. Hasil Pengamatan Tinggi Tanaman Tabel 1 Hasil Pengukuran Tinggi Tanaman Jagung (Zea mays) Jenis Tanah



Tinggi Tanaman (cm)



Alfisol Vertisol Entisol Inseptisol



31 54 71 101



Sumber : Data Rekapan Grafik 1 Grafik Tinggi Tanaman Berdasarkan Jenis Tanah



Sumber: Data rekapan Menurut Noor (2010), entisol merupakan tanah yang baru terbentuk, dan dijumpai pada sedimen yang belum terkonsolidasi, seperti pasir, dan beberapa memperhatikan horison diatas lapisan batu dasar. Tanah vertisol cenderung memiliki sifat mudah memuai ketika basa dan mengkerut ketika kering, seringkali menghasilkan rekahan. Inteptisol adalah tanah yang masih muda dan sudah memerhatikan adanya iluviasi dan eluviasi. Alfisol mengandung alumunium dan besi serta mengandung horison dan akumulasi lempung. Menurut Utoyo (2012), tanah alfisol, vertisol, entisol, dan intepsisol termasuk dalam jenis tanah mineral. Tanah mineral yaitu tanah yang kandungan bahan organiknya kurang dari 20%. Tanah ini juga memiliki lapisan bahan organik dengan ketebalan < 30 cm.



2



3



Dari hasil pengamatan, dapat diketahui jika jagung dengan ketinggian paling rendah jika ditanam di tanah alfisol. Diikuti tanah vertisol, entisol, dan yang paling tinggi pada tanah inseptisol. Hal ini dikarenakan kandungan bahan organik yang berbeda – beda. Pada tanah alfisol, ventisol, dan intepsisol yang paling tinggi kandungan hara besi dan mineralnya adalah alfisol. Maka jika tidak diberi kapur untuk menurunkan konsentrasi hara besi dan meningkatkan hara lain seperti nitrogen (N), maka pertumbuhan tinggi tanaman akan terhambat. Pemberian kapur juga berfungsi sebagai penyeimbang hara. Menurut Indrianto (2008) Dinamika tinggi dan dinamika biomassa tanaman tidak hanya dipengaruhi oleh faktor keharaan tanah, tetapi faktor lainnya juga mempengaruhi, seperti jumlah dosis pemberian pupuk pada tanaman, jenis pupuk, aerase drainase tanah, kedalaman lapisan tanah, gulma, kelembaban tanah, hama dan penyakit. Namun ketersediaan hara tanah masih tetap merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan produksi sebab hampir seluruh kebutuhan tanaman diperoleh dari tanah. Menurut Foth (2010), entisol mempunyai kadar lempung dan bahan organik rendah, sehingga daya menahan airnya rendah. Pada tanah entisol tidak terdapat hewan seperti cacing, karena keadaanya yang kurang subur, dan komposisi mineralnya adalah terdapatnya mineral kuarsa dan oksida besi. Menurut Ispandi (2014), tanah alfisol umumnya miskin hara tanaman baik yang makro maupun mikro dan hanya kaya akan hara Ca dan Mg. Produktivitas lahan umumnya relatif rendah. Menurut Utomo (2016), tanah vertisol yang dimanfaatkan sebagai lahan pertanian, faktor pembatas terletak pada ketersediaan air. Berdasarkan



pendapat



ahli



diatas,



faktor



utama



yang



mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah kandungan hara di dalam tanah. Tanah alfisol memiliki kandungan hara makro dan mikro yang rendah. Hal ini sangat berpengaruh terhadap kehidupan tanaman selanjutnya yaitu pertumbuhannya menjadi kerdil. Tanah entisol dan



4



vertisol juga memiliki kandungan hara yang rendah. Diantara keempat tanah tersebut, tanah inseptisol memiliki kandungan hara yang paling tinggi. Sehingga dalam praktikum dapat dibuktikan jika jagung yang ditanam di tanah inseptisol memiliki tinggi yang terbesar. B. Pengamatan Kuantitatif 1) Analisis Tanah a. Bahan Organik Menurut



(Nabilussalam,



2011)



Bahan



organik



adalah



kumpulan beragam senyawa-senyawa organik kompleks yang sedang atau telah mengalami proses dekomposisi, baik berupa humus hasil humifikasi maupun senyawa-senyawa anorganik hasil mineralisasi dan termasuk juga mikrobia heterotrofik dan ototrofik yang terlibat dan berada didalamnya. Menurut Utomo (2016), vertisol berasal dari bahasa latin verto yang artinya terbalik, yang terbalik adalah horisonnya, yaitu epipedon berada di subepipedon. Pada penggunaan lahan pertanian dengan tanaman semusim horison epipedon kaya dengan bahan organik yang terlapuk ataupun yang belum terlapuk pasca panen. Tabel 2. Hasil Analisis BO Jenis Tanah



Bahan Organik (%)



Harkat



Alfisol Vertisol Entisol Inseptisol



1,24 1,38 2,3 1,36



Rendah Rendah Sedang Rendah



Sumber: Data rekapan Grafik 2. Hasil Analisis BO



Sumber: Data rekapan



5



Pada pelaksaan praktikum, kelompok 24 mendapatkan tanah vertisol. Berat tanah yang digunakan yaitu 0,5 gram dan kadar C yang dihasilkan yaitu 0,442 %. Setelah dihitung, hasil analisis bahan organik tanah di Jatikuwung yaitu tanah vertisol memiliki kandungan bahan organik 0,442 % dengan harkat sangat rendah. Kesehatan tanah juga penting untuk menjamin produktivitas pertanian agar tanaman dapat tumbuh dengan subur. Dari data praktikum tersebut, diperoleh kandungan bahan organik pada setiap tanah yang perbedaannya tidak terlalu mencolok. Bahan organik pada tanah alfisol yaitu 1,24 %, tanah vertisol 1,38 %, tanah entisol 2,3 % dan tanah inseptisol 1,36%. Perbedaan itu dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Supriyadi (2009), faktor yang mempengaruhi bahan organik tanah adalah temperatur tanah, reaksi tanah, tekstur tanah, input bahan organik, dan pengolahan tanah. Menurut Sanchez (2016), bahan organik di wilayah tropis seperti di Indonesia berperan menyediakan unsur hara N, P, dan S yang



dilepaskan



secara



lambat,



meningkatkan



KTK,



dan



menurunkan fiksasi P radikal organik. b. N- Total Tanah Menurut Soewandita (2008), nitrogen tanah merupakan unsur esensial bagi tanaman. Fungsi N adalah memperbaiki pertumbuhan vegetatif tanaman. Tanaman yang tumbuh pada tanah yang cukup N, berwarna lebih hijau. Gejala kekurangan N, tanaman tumbuh kerdil, pertumbuhan akar terbatas dan daun-daun kuning dan gugur. Menurut Hardjowigeno (2013), nitrogen dalam tanah berasal dari bahan organik halus dan bahan organik kasar, pengikatan oleh mikroorganisme dari N udara, pupuk, air hujan. Hilangnya N dari tanah



disebabkan



karena



digunakan



oleh



tanaman



atau



mikroorganisme. Kandungan N total umumnya berkisar antara 2000 – 4000 kg/ha pada lapisan 0 – 20 cm tetapi tersedia bagi tanaman hanya kurang 3 % dari jumlah tersebut.



6



Tabel 3. N- total Tanah Jenis Tanah Alfisol Vertisol Entisol Inseptisol



N-Total Tanah (%) 0,729 0,35 2,062 0,192



Harkat Tinggi Sedang Sangat Tinggi Rendah



Sumber : Data rekapan Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa kandungan Ntotal tanah berkisar dari rendah hingga sangat tinggi. Hasil analisis N-total tanah tertinggi sebesar 2,062 terdapat pada tanah entisol yang diberi ponska dan urea. Sedangkan kandungan N-total tanah terendah berada pada tanah inteptisol yaitu sebesar 0,192. Menurut Darmawijaya (2012) pada tiap horizon tanah terjadi perubahan N total disebabkan oleh kehilagan N total oleh alih rupa, juga dipengaruhi tingkat perombakan bahan organik. Menurut Winarso (2005), beberapa sumber N adalah : perombakan bahan organik: daur N; penyematan biologis: simbiotik dan non simbiotik; deposisi atmosfir: karena muatan listrik dan kegiatan industri; pupuk N dan rabuk, kompos dan biosolid. c. P tersedia dalam Tanah Menurut Sutarno (2008), fosfor (P) termasuk unsur hara makro, yakni unsur yang diperlukan dalam jumlah yang besar oleh tanaman. P tersedia tanah dalam bentuk H2PO4 - dan HPO42-. P tanah dapat dibedakan menjadi tak tersedia , potensial tersedia dan segera tesedia. Bentuk P organik umumnya ditemukan dalam bentuk inositol fosfat terutama hexafosfat (60% dari total P organik). Menurut Lopulisa (2013), unsur P merupakan komponen tiap sel hidup dan cenderung terkonsentrasi dalam biji dan titik tumbuh tanaman. P dalam phospat sangat berguna bagi tumbuhan karena berfungsi untuk merangsang pertumbuhan akar terutama pada awal pertumbuhan, mempercepat pembungaan pemasakan biji dan buah.



7



Tabel 4. . Hasil analisis P-Tersedia Jenis Tanah



X



Y



Kadar P2O5 Tersedia



Harkat



Alfisol Vertisol Entisol Inseptisol



0,245 0,063 0,332 0,29



0,164 0,092 0,198 0,181



26,9 15,1 32,5 29,7



Tinggi Rendah Tinggi Tinggi



Sumber : Data rekapan Berdasarkan data diatas diperoleh hasil penembakan larutan analisis P-Tersedia menunjukkan tanah vertisol di Jatikuwung memiliki 15,1.. Hasil analisis P-Tersedia di tanah vertisol dengan pemupukan ZA, KCl, ponska, dan urea. Kadar P 15,1 diperoleh setelah emasuki 3 bulan masa setelah tanam. Tabel 5. Hasil penembakan larutan standart P-Tersedia Harkat



Absorbansi



0 0.1 0.2 0.4 0,6 0,8 1 1,2 1,4



0 0,124 0,158 0,234 0,358 0,402 0,458 0,526 0,598



Sumber: Data rekapan Grafik 3. Hasil penembakan larutan standart P-Tersedia



Sumber: Data rekapan Berdasarkan data diatas diperoleh hasil penembakan larutan analisis P-Tersedia menunjukkan hasil paling tinggi berada pada



8



tanah entisol yaitu sebesar 32,5. Kandungan P-Tersedia dalam tanah yang dianalisis berkisar antara 15,1 – 32,5. Hasil analisis P-Tersedia paling tinggi pada perlakuan B yaitu perlakuan pupuk urea dan phonska.Sedangkan terendah diperoleh di tanah vertisol dengan kadar P-tersedia 15,1. Menurut Kaya (2012), kandungan P larutan tanah untuk pertumbuhan tanaman maksimal berkisar 0,2-0,3 mg/L. Kandungan P tanaman terbaik berkisar antara 0,3-0,5% dari total bobot bahan kering. Menurut Soepardi (2008), nilai P di dalam tanah dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain suhu, kelembaban tanah, kandungan bahan organik, mikrobia pengikat unsur tersebut dari udara, pupuk kandang maupun pupuk buatan, hasil fiksasi dan limbah industri. Keberadaan unsur tersebut juga dipengaruhi oleh banyak hal yang membuat unsur tersebut sedikit atau bahkan menjadi tidak tersedia untuk tanaman. d. K Tersedia dalam Tanah Menurut Sutanto (2012), unsur K diserap dalam bentuk kation K+. Jika K+ terlarut sangat tinggi, tanaman akan menyerap lebih banyak K dibanding yang diperlukan, ini menyebabkan kelebihan K yang terangkut oleh panenyakni kekurangan. Menurut Sumarni (2012), K ialah salah satu unsur hara makro yang penting bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Kalium mempunyai peran sebagai aktivator beberapa enzim dalam metabolisme tanaman. Kalium berperan dalam sintesis protein dan karbohidrat. Tabel 6. Hasil analisis K-Tersedia Jenis Tanah



X



Y



Kadar K Tersedia



Harkat



Alfisol



8



24



27



Tinggi



Vertisol



9



27



30,4



Tinggi



Entisol



9



27



30,4



Tinggi



Inseptisol



10



30



33,8



Tinggi



Sumber : Data rekapan



9



Tabel 7. Hasil penembakan larutan standart K-Tersedia Harkat



Absorbansi



0 1 2 3 4



0 3 6 9 12



Sumber : Data rekapan Tabel 4. Hasil penembakan larutan standart K-Tersedia



Sumber: Data rekapan Berdasarkan data yang didapatkan bahwa hasil analisis laboratorium hasil analisis K tersedia tanah vertisol dengan perlakuan ZA, KCl, urea dan ponska. Hasil K tersedia tanah sebesar 30,4. Apabila pemberian pemupukan dengan kadar K yang cukup pada tanaman maka pertumbuhan tanaman optimum karena unsur hara K sudah terpenuhi. Amonium sulfat



sulfat menurut Hakim



(2009), merupakan suatu zat yang dipergunakan dalam mencari kadar K tersedia dalam tanah, lebih tepatnya digunakan di dalam proses perkolasi.Pada tanah yang subur kadar K dalam jaringan hampir sama dengan N. Nilai K tertinggi terdapat pada tanah intepsisol dengan nilai K-tersedia 33,8. Sedangkan yang terendah pada tanah alfisol dengan nilai K-tersedia 27. Pada tanah vertisol dan entisol nilai K-tersedia sama, yaitu 30,4. Hal ini dapat dipengaruhi oleh adanya pupuk. Tanah entepsisol mendapatkan perlakuan pemupukan urea, ponska, tsp, dan tidak menggunakan pupuk kandang. Sedangkan pada tanah alfisol dipupuki ponska, KCl, dan ZA.



10



Menurut Novizan (2012), nilai K di dalam tanah dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain suhu, kelembaban tanah, kandungan bahan organik, mikrobia pengikat unsur tersebut dari udara, pupuk kandang maupun pupuk buatan, hasil fiksasi dan limbah industri. Namun, keberadaan unsur tersebut juga dipengaruhi oleh banyak hal yang membuat unsur tersebut sedikit atau bahkan menjadi tidak tersedia untuk tanaman. 2) Analisis Jaringan a. N Jaringan Tanaman Keberadaan



Nitrogen



mutlak



ada



untuk



kelangsungan



pertumbuhan dan perkembangan tanaman, dan dibutuhkan dalam jumlah yang banyak. Menurut Utami (2013), pertumbuhan tanaman yang lambat, lemah dan kerdil bisa disebabkan oleh kekurangan N, tanaman cepat masak bisa disebabkan oleh kekurangan N. Defisiensi N juga dapat meningkatkan kadar air biji dan menurunkan produksi dan kualitas. Menurut Yuwono (2012), bagian tanaman yang berwarna hijau mengandung N protein terbanyak dan meliputi 70% 80% dari N total tanaman. Tabel 8. Hasil analisis N Jaringan Tanaman Jenis Tanah Alfisol Vertisol Entisol Inseptisol



N-Jaringan Tanaman (%) 10,024 34,72 36,388 72,83



Sumber : Data rekapan Berdasarkan data yang didapatkan bahwa hasil analisis laboratorium hasil analisis N jaringan tertinggi pada tanah inseptisol dengan kadar 72,83%. Pada tanah ini diberi perlakuan pupuk urea, ponska, tsp, dan tidak digunakan pupuk kandang. Sedangkan terendah pada tanah alfisol dengan nilai N 10,024 %. Pada tanah alfisol diberi perlakuan pupuk ponska, KCl, dan ZA. Hubungan dari hasil analisis N jaringan tanaman yaitu dengan pemupukan apabila



11



pemberian pupuk N pada tanaman itu tinggi maka hasil analisis N jaringan tanaman akan tinggi pula. b. P Jaringan Tanaman Menurut Sutarno (2012) fosfor diperlukan oleh tanaman untuk pembentukan ADP dan ATP yang merupakan sumber energi untuk proses fotosintesis, respirasi, transfer dan penyimpanan energy, pembelahan dan pembesaran sel, serta proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Fosfor dalam tanaman tetap dalam bentuk oksida yang umumnya cepat teresterisasi melalui gugusan hidroksil berantai C menjadi fosfor berenergi tinggi. Tabel 9. Hasil analisis P Jaringan Jenis Tanah



X



Y



Kadar P2O Tersedia



Alfisol Vertisol Entisol Inseptisol



0,354 0,561 0,022 0,544



0,018 0,029 0,0006 0,028



1,287 x 10-4 2,07 x 10-4 4,29 x 10-6 2 x 10-4



Sumber: Data rekapan Tabel 10. Hasil penembakan larutan standart P Jaringan Harkat



Absorbansi



0 2,5 5 7,5 10 12,5 15



0 0,146 0,265 0,374 0,529 0,665 0,805



Sumber: Data rekapan Grafik 6. Hasil penembakan larutan standart P-Tersedia



Sumber: Data rekapan



12



Fungsi penting fosfor di dalam tanaman yaitu dalam proses fotosintesis, respirasi, transfer dan penyimpanan energi, pembelahan dan pembesaran sel serta proses-proses di dalam tanaman lainnya. Pada umumnya kadar P di dalam tanaman di bawah kadar N dan K yaitu sekitar 0,1 hingga 0,2%. Sejumlah kecil diserap dalam bentuk HPO4-2. Menurut Lengkong et al (2008) P meningkatkan kualitas buah, sayuran sangat penting dalam pembentukan biji. Berdasarkan data yang didapatkan bahwa hasil analisis laboratorium hasil analisis P jaringan tanaman padi tanah vertisol dengan perlakuan pupuk ZA, KCl, ponska, dan urea. Dari perhitungan, diperoleh P jaringan 2,07 x 10-4. Hubungan dari hasil analisis P jaringan tanaman dengan pemupukan yaitu dengan demikian apabila pemberian pupuk P pada tanaman itu tinggi maka hasil analisis P jaringan tanaman akan tinggi pula. c. K Jaringan Tabel 11. Hasil analisis K Jaringan Jenis Tanah



X



Y



Kadar K Tersedia



Alfisol Vertisol Entisol Inseptisol



12 6 12 7



36 18 36 21



0,198 0,099 0,198 0,1155



Sumber : Data rekapan Tabel 11. Hasil penembakan larutan standart K Jaringan Standar K



Hasil Penembakan



0 1 2 3 4



0 3 6 9 12



Sumber: Data rekapan



13



Grafik 7. Hasil penembakan larutan standart K Jaringan



Sumber: Data rekapan Berdasarkan analisis nilai K jaringan tanaman tanaman padi di tanah vertisol diperoleh nilai K jaringan tanaman 0,099. Kandungan K jaringan tergolong tinggi karena tanaman menyerap unsur K dari dalam tanah yang jumlahnya banyak. Unsur K berfungsi dalam proses fotosintesis, peningkatan daya tahan tanaman. Hal ini juga terjadi karena pada saat pemanenan tanaman jagung pada fase vegetatif akhir atau pada awal fase generatif Menurut Nuni (2015) fungsi utama K adalah mengaktifkan ensim-ensim dan menjaga air sel. Menurut unsur K diserap dalam bentuk kation konsumsi berlebihan jika K+ terlarut sangat tinggi, tanaman akan menyerap lebih banyak K dibanding yang diperlukan. Hal ini menyebabkan kelebihan K yang terangkut oleh panen. Menurut Nurkhasanah (2007), Kebanyakan tanaman yang kekurangan kalium memperlihatkan gejala lemahnya batang tanaman sehingga mudah roboh. Turgor tanaman berkurang sel menjadi lemah, daun tanaman menjadi kering, ujung daun berwarna cokelat atau terdapat noda – noda berwarna cokelat (nekrosis). Kekurangan kalium secara terus menerus akan berakibat metinya jaringan tanaman. kekurangan kalium juga menyebabkan produksi merosot walaupun sering tidak menampakkan gejala defisiensi.



BAB III KESIMPULAN A. Kesimpulan Berdasarkan



pelaksanaannn



praktikum,



dapat



ditarik



beberapa



kesimpulan yaitu: 1. Jagung paling tinggi ditanam di tanah inseptisol (101 cm), diikuti dengan tanah entisol (71 cm), vertisol (54 cm), dan paling rendah pada tanah alfisol (31 cm). Tinggi tanaman dipengaruhi oleh kandungan hara dalam tanah. Kandungan hara dalam tanah dapat di modifikasi dengan menggunakan pupuk 2. Hasil analisis bahan organik berkisar antara rendah – sedang. Kandungan bahan organik paling tinggi pada tanah entisol dengan kandungan bahan organik 2,3% (sedang) diikuti tanah vertisol dengan bahan organik 1,38 % (rendah), tanah inseptisol dengan kandungan 1,36% (rendah) dan paling rendah pada tanah alfisol dengan kandungan bahan organik 1,24% (rendah). Bahan organik berperan dalam menyediakan unsur N, P, dan K, serta meningkatkan KTK. 3. Kandungan N total tanah tertinggi berada pada tanah entisol, diikuti tanah alfisol, vertisol, dan terakhir tanah inseptisol. Kandungan P- tersedia paling tinggi berada pada tanah entisol diikuti tanah inseptisol, alfisol, dan terakhir tanah vertisol. K- tersedia paling tinggi berada pada tanah inseptsol diikuti tanah vertisol dan entisol, serta terakhir tanah alfisol. Kandungan N, P, dan K berdampak pada pertumbuhan tanaman. 4. Kandungan N jaringan tertinggi berada pada tanah inseptisol, diikuti tanah entisol, vertisol, dan terakhir tanah alfisol. Kandungan P jaringan paling tinggi berada pada tanah vertisol diikuti tanah inseptisol, alfisol, dan terakhir tanah entisol. K jaringan paling tinggi berada pada tanah alfisol dan entisol, diikuti tanah inseptsol dan serta terakhir tanah vertisol. B. Saran Sebaiknya praktikum dilakukan bertahap setiap acari beda hari sehingga ada waktu untuk mempelajari dan memahami acara sebelumnya. 14



Daftar Pustaka Damanik, M. M. B., B. Effendi, Fauzi, Sarifuddin, H. Hanum. 2010. Kesuburan Tanah dan Pemupukan.Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara Press. Medan Darmawijaya, M Isa 2012. Klasifikasi Tanah, Dasar Teori Bagi Peneliti Tanah danPelaksanaan Pertanian di Indonesia. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Foth, H.D. 2010 .Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Penerbit Airlangga : Jakarta. Hakim. 2009. Dasar-dasar Kimia Tanah. Yogyakarta: Universitas Gadjah mada Hardjowigeno 2013. Klasifikasi Tanah Dan Pedogenesis. Jakarta : Akapr Ispandi. 2014. Efektivitas Pupuk Pk Dan Frekuensi Pemberian Pupuk K Dalam Meningkatkan Serapan Hara Dan Produksi Kacangtanah di Lahan Kering Alfisol. Jurnal Ilmu Pertanian. Vol 11 No. 2 Hal 11-14. Kaya. 2012. Budidaya Jagung Hibrida. Yogyakarta : Kanisius Lengkong, J.E., dan Kawulusan R.I. 2008. Pengelolaan Bahan Organik Untuk Memelihara Kesuburan Tanah. Soil Environment, Vol. 6, No. 2, Hal : 91- 97 Lopulisa. 2013. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jakarta: PT Grafindo Persada. Noor, Djauhari. 2014. Geomorfologi. Deepublish : Yogyakarta. Novizan 2012.Petunjuk Pemupukan Yang Efektif.Agro Media Pustaka, Jakarta Nuni. 2015. Teknologi Pupuk dan Pemupukan di Lahan Suboptimal. Jakarta Nurkhasanah, Syakur, Surfadi. 2012. Kesuburan Tanah Pada Sistem Budidaya Konvensional Dan Sri Di Kabupaten Aceh Besar. Jurnal Manajemen Sumberdaya Lahan. Vol.1 (2) : 151-158 Purbajanti, Y. 2010. Reaksi Tanah (pH). Jurnal Ilmu Tanah. Vol 1 : 21. Rahardi, F. 2013. Cerdas Beragrobisnis: Mengubah Rintangan Menjadi Peluang Investasi. PT. Agromedia Pustaka: Depok Sanchez, P.A. Properties and Management of Soils in The Tropics. A WileyInterscience Publication : New York. Soepardi G dan M Ismunadji. 2008. Harkat Kalium Tanah. Bogor : ITB Press. Sumarni; Rosliani; Basuki, Hilman. 2012. Pengaruh Varietas, Status KTanah, dan Dosis Pupuk Kalium terhadap Pertumbuhan, Hasil Umbi, dan Serapan Hara K Tanaman Bawang Merah. Jurnal Holtikultura. Vol. 22 (3) 78-80 Supriyadi, Slamet. 2009. Kandungan Bahan Organik Sebagai Dasar Pengelolaan Tanah di Lahan Kering Madura. Jurnal Embryo. Vol 5 No 2. Sutanto, R. 2012. Pertanian Organik. Penerbit Kanisius: Yogyakarta. Sutanto, Rachman. 2011. Pengaruh Pertanian Organik. Kanisius : Yogyakarta



Sutarno. 2008. Efisiensi serapan P serta hasil tanaman padi (Oryza sativa L.) pada berbagai imbangan pupuk anorganik dan pupuk kandang sapi dengan biodekomposer yang berbeda di lahan sawah Palur Sukoharjo. Fakultas Pertanian UNS. Surakarta Sutarno. 2012. Efisiensi serapan P serta hasil tanaman padi (Oryza sativa L.) pada berbagai imbangan pupuk anorganik dan pupuk kandang sapi dengan biodekomposer yang berbeda di lahan sawah Palur Sukoharjo. Fakultas Pertanian UNS. Surakarta Utami, S.N. dan Handayani, S. 2003. Sifat Kimia Entisol pada Sistem Pertanian Organik.Ilmu Pertanian Vol. 10 No. 2003: 63-69. Utomo, Dwiyono Hari. 2016. Morfologi Profil Tanah Vertisol Di Kecamatan Kraton, Kabupaten Pasuruan. Jurnal Pendidikan Geografi. Vol 21 : 2. Utoyo, Bambang. 2012. Geografi: Membuka Cakrawala Dunia. PT. Setia Pruna Inves : Bandung. Winarso. 2005. Pengertian dan Sifat Kimia Tanah..Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Yuwono.



2012.



Ilmu



Kesuburan



Tanah.



Yogyakarta



:



Kanisius