Ketepatan Dan Kesesuaian Kata [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KATA PENGANTAR Segala puji hanya bagi Allah SWT, atas berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis mampu menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia. Shalawat beserta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Dalam menyusun makalah ini penulis mengalami beberapa tantangan dan hambatan. Namun berkat bantuan dari berbagai pihak yang terkait, semuanya dapat diatasi dengan baik. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Rifa Atiyyah,M.Pd. yang telah membimbing penulis dalam pembelajaran, juga kepada semua pihak yang telah membantu selesainya makalah ini tepat waktu. Kami menerima kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan pada kesempatan berikutnya.



Jakarta, 19 September 2015



Penulis



i



Daftar Isi Kata pengantar ....................................................................................................... i Daftar Isi ................................................................................................................ ii BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang ...................................................................................... 1 2. Rumusan Masalah ................................................................................. 1 3. Tujuan ...................................................................................................



1



BAB II PEMBAHASAN 1. Ketepatan, kesesuaian kata dan perubahan makna A. Ketepatan Kata ...................................................................................



2



B. Kesesuaian Kata .................................................................................. 3 C. Perubahan Makna ................................................................................ 5 BAB III PENUTUP 1. Simpulan ............................................................................................. Daftar Pustaka



ii



9



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini bahasa Indonesia seringkali dijadikan bahasa gaul, bahasa yang seolah – olah mengikuti trend terkini tanpa tahu dampak dari bahasa tersebut. Bahasa Indonesia yang lahir dari bahasa melayu ini menjadi bahasa persatuan sejak di sahkannya ikrar sumpah pemuda. Namun,



tak



jarang



jika



bahasa



Indonesia



sudah



disalahkaprahkan



penggunaannya pada sebagian orang demi mengikuti trend mode masa kini. Boleh saja jika ingin seperti itu tapi jangan sampai membuat bahasa Indonesia menjadi bahasa yang tidak jelas makna atau artinya. Bahasa yang awalnya sebagai alat komunikasi, pemersatu bangsa dan budaya kini justru dipakai sebagai gaya. Seperti yang sering terlihat di televisi atau media sosial lainnya, penggunaan bahasa yang tidak efektif terkadang menimbulkan makna baru dalam penggunaannya. Oleh karena itu dalam makalah ini akan membahas mengenai “Ketepatan, Kesesuaian dan Perubahan Makna”.



B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana menggunakan ketepatatan kata, kesesuaian kata dan perubahan makna?



C. Tujuan 1. Untuk mengetahui penggunaan ketepatan kata, kesesuaian dan perubahan makna



1



BAB II PEMBAHASAN A. Ketepatan Kata Diksi adalah ketetapan pilihan kata. Penggunaan ketepatan pilihan kata ini dipengaruhi oleh kemampuan pengguna bahasa yang terkait dengan kemampuan mengetahui, memahami, menguasai dan menggunakan sejumlah kosa kata secara aktif yang dapat mengungkapkan gagasan secara tepat sehingga mampu mengomunikasikannya secara efektif kapada pembaca dan pendengarnya. Indikator ketepatan kata ini, antara lain: 1.



Mengomunikasikan gagasan berdasarkan pilihan kata yang tepat dan sesuai berdasarkan kaidah bahasa Indonesia.



2.



Menghasilkan komunikasi puncak (yang paling efektif) tanpa salah penafsiran atau salah makna.



3.



Menghasilkan respon pembaca atau pendengar sesuai dengan harapan penulis atau pembicara.



4.



Menghasilkan target komunikasi yang diharapkan. Selain pilihan kata yang tepat, efektivitas komunikasi menurut persyaratan



yang harus dipenuhi oleh pengguna bahasa, yaitu kemampuan memilih kata yang sesuai dengan tuntutan komunikasi. Syarat-syarat ketetapan pilihan kata : 1. Membedakan makna denotasi dan konotasi dengan cermat, denotasi yaitu kata yang bermakna lugas dan tidak bermakna ganda. Sedangkan konotasi dapat menimbulkan makna yang bermcam-macam, lazim digunakan dalam pergaulan, untuk tujuan estetika, dan kesopanan. 2. Membedakan secara cermat makna kata yang hampir bersinonim, misalnya: adalah, ialah, yaitu, merupakan, dalam pemakainnya berbeda-beda. 3. Membedakan makna kata secara cermat, kata yang mirip ejaannya, misalnya: inferensi (kesimpulan) dan interferensi (saling mempengaruhi), sarat (penuh) dan syarat (ketentuan) 4. Tidak menafsirkan makna kata secara subjektif berdasarkan pendapat sendiri, jika pemahaman belum dapat dipastikan, pemakai kata harus



2



menemukan makna yang tepat dalam kamus, misalnya: modern sering diartikan secara subjektif, menurut kamus modern berarti terbaru atau mutakhir. Canggih berarti banyak cakap, suka menggangu, banyak mengetahui, bergaya intelektual. 5. Menggunakan imbuhan asing (jika diperlukan) harus mengetahui maknanya secara tepat, misalnya: dilegalisir seharusnya dilegalisasi, koordinir seharusnya koordinasi. 6. Menggunakan kata-kata idiomatik berdasarkan susunan (pasangan) yang benar, misalnya: sesuai bagi seharusnya sesuai dengan. 7. Menggunakan kata umum dan kata khusus, secara cermat



untuk



mendapatkan pemahaman yang spesifik karangan ilmiah sebaiknya menggunakan kata khusus, misalnya: mobil (kata umum) corolla (kata khusus, sedan buatan Tokyo). 8. Menggunakan kata yang berubah makna dengan cermat, misalnya: isu (berasal dari kata inggris issue berarti publikasi, kesudahan, perkara), isu (dalam bahasa Indonesia berarti kabar yang tidak jelas asal-usulnya, kabar angina, desas-desus). 9. Menggunakan dengan cermat kata bersinonim, misalnya: pria dan laki-laki, saya dan aku, serta buku dan kitab. Berhomofoni, misalnya: bang dan bank, ke tahanan dan ketahanan. Dan berhomografi, misalnya: apel buah dan apel upacara, buku ruas dan buku kitab. 10. Menggunakan kata abstrak dan kata konkret secara cermat, kata abstrak konseptual, misalnya: pendidikan, wirausaha, dan pengobatan modern. Kata konkret atau kata khusus, misalnya: mangga, sarapan, dan berenang.



B. Kesesuaian Kata Selain ketepatan pilihan kata itu, pengguna bahasa harus pula memperhatikan kesesuaian kata agar tidak merusak makna, suasana dan situasi yang hendak ditimbulkan, atau suasana yang sedang berlangsung. Syarat kesesuaian kata: 1.



Menggunakan ragam baku dengan cermat dan tidak mencampuradukkan penggunaannya dengan kata tidak baku yang hanya digunakan dalam



3



pergaulan, misalnya: hakikat (baku), hakekat (tidak baku), konduite (baku), kondite (tidak baku). 2.



Menggunakan kata yang berhubungan dengan nilai sosial dengan cermat, misalnya: kencing (kurang sopan), buang air kecil (lebih sopan), pelacur (kasar), tunasusila (lebih halus)



3.



Menggunakan kata berpasangan (idiomatik) dan berlawanan makna dengan cermat, misalnya: bukan hanya…tetapi juga (salah), tidak hanya…tetapi juga (benar).



4.



Menggunakan kata dengan nuansa tertentu, misalnya: berjalan lambat, dan merangkak, merah darah, merah hati.



5.



Menggunakan kata ilmiah untuk penulisan karangan ilmiah, dan komunikasi nonilmiah (surat-menyurat, diskusi umum), menggunakan kata popular, misalnya: argumentasi (ilmiah), pembuktian (popular) Menghindarkan penggunaan ragam lisan (pergaulan) dalam bahasa tulis, misalnya: tulis, baca, kerja (bahasa lisan), menulis, menuliskan, membaca, membacakan, bekerja, mengerjakan, dikerjakan (bahasa tulis). Ketepatan kata terkait degnan konsep, logika, dan gagasan yang hendak



ditulis dalam karangan. Ketepatan itu menghasilkan kepastian makna. Sedangkan kesesuaian kata menyangkut kecocokan antara kata yang dipakai dengan situasi yang hendak diciptakan sehingga tidak mengganggu suasana batin, emosi, atau psikis antara penulis dan pembacanya, pembicara dengan pendengarnya. Misalnya: keformalan, keilmiahan, keprofesionalan, dan situasi tertentu yang hendak diwujudkan oleh penulis. Oleh karena itu, untuk menghasilkan karangan berkualitas, penulis harus memperhatikan ketepatan dan kesesuaian kata. Penggunaan kata dalam surat, proposal, laporan, pidato, diskusi ilmiah, karangan ilmiah, dan lain-lain harus tepat dan sesuai dengan situasi yang hendak diciptakan. Dalam karangan ilmiah, diksi dipakai untuk menyatakan sebuah konsep, pembuktian, hasil pemikiran, atau solusi suatu masalah. Tegasnya, diksi merupakan faktor penting dalam menentukan kualitas sebuah karangan. Pilihan kata yang tidak tepat dapat menurunkan kualitas karangan.



4



Memilih kata yang tepat untuk menyampaikan gagasan ilmiah menentukan penguasaan : 1.



Keterampilan yang tinggi terhadap bahasa yang digunakan



2.



Wawasan bidang ilmiah yang ditulis,



3.



Konsistensi penggunaan sudut pandang, istilah, baik dalam makna maupun bentuk agar tidak menimbulkan salah penafsiran



4.



Syarat ketepatan kata



5.



Syarat kesesuaian kata.



Fungsi diksi: 1.



Melambangkan gagasan yang diekspresikan secara verbal.



2.



Membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat (sangat resmi, resmi, tidak resmi) sehingga menyenangkan pendengar atau pembaca.



3.



Menciptakan komunikasi yang baik dan benar.



4.



Menciptakan suasana yang tepat.



5.



Mencegah perbedaan penafsiran.



6.



Mencegah salah pemahaman.



7.



Mengefektifkan pencapaian target komunikasi.



C. Perubahan Makna Bahasa berkembang sesuai dengan tuntutan masyarakat pemakainya. Pengembangan diksi terjadi pada kata. Namun, hal ini berpengaruh pada penyusunan kalimat, paragraph dan wacana. Perkembangan tersebut dilakukan untuk memenuhi kebutuhan komunikasi. Komunikasi kreatif berdampak pada perkembangan diksi berupa penambahan atau pengurangan kuantitas maupun kualitasnya. Selain itu bahasa berkembang sesuai dengan kualitas pemikiran pemakainya. Perkembangan dapat menimbulkan perubahan yang mencakup perluasan, penyempitan, pembatasan, pemahaman, pengaburan dan pergeseran makna.



5



Faktor penyebab perubahan makna : 1. Kebahasaan Perubahan makna yang ditimbulkan oleh factor kebahasaan meliputi perubahan intonasi, bentuk kata, dan bentuk kalimat. a. Perubahan intonasi adalah perubahan makna yang diakibatkan oleh perubahan nada, irama, dan tekanan. Kalimat berita Ia makan. Makna berubah jika intonasi kalimat diubah, misalnya: Ia makan? Ia makan? Ia maakaaan. Perbedaan kalimat berikut ini diakibatkan oleh perubahan intonasi. Paman teman saya belum menikah. Paman, teman saya belum menikah. Paman, teman, saya belum menikah. Paman, teman, saya, belum menikah. b. Perubahan struktur frasa: kaleng susu ( kaleng bekas tempat susu) susu kaleng (susu yang dikemas dalam kaleng), dokter anak (dokter spesialis penyakit anak) anak dokter (anak yang dilahirkan oleh orang tua yang menjadi dokter) c. Perubahan bentuk kata adalah perubahan makna yang ditimbulkan oleh perubahan bentuk. Tua



(tidak muda) jika ditambah awalan ke- menjadi ketua., makna



berubah menjadi pemimpin, sayang ( cinta) berbeda dengan penyayang (orang yang mencintai) memukul (orang yang memukul) berbeda dengan dipukul (orang yang dikenai pukulan). d. Kalimat akan berubah makna jika strukturnya berubah. Perhatikan kalimat berikut ini: 1. Ibu Rina menyerahkan laporan itu lantas dibacanya. 2. Karena sudah diketahui sebelumnya, satpam segera dapat meringkus pencuri itu. Kalimat pertama: salah bentuk kata sehingga menghasilkan makna Ibu ratna dibaca setelah menyerahkan surat. (Aneh bukan?) kesalahan terjadi pada kesejajaran bentuk kata menyerahkan dan



6



diserahkan, seharusnya menyerahkan dibentuk pasif menjadi diserahkan. e. Kesejajaran Kata perempuan pada zaman penjajahan Jepang digunakan untuk menyebut perempuan penghibur. Orang menggantinya dengan kata wanita. Kini setelah orang melupakan peristiwa tersebut menggunakannya kembali, dengan pertimbangan, kata perempuan lebih mulia dibanding kata wanita. Perhatikan penggunaan kata yang bercetak miring pada masa lalu dan bandingkan dengan pemakaian pada masa sekarang. 1. Prestasi orang itu berbobot. (sekarang berkualitas) 2. Prestasi kerjanya mengagumkan. (Sekarang kinerja) f. Kesosialan Masalah



sosial



berpengaruh



terhadapa



perubahan



makna.



Kata



gerombolan yang pada mulanya bermakna orang berkumpul atau kerumunan. Kemudian kata itu tidak digunakan karena berkonotasi dengan pemberontak,, perampok, dan sebagainya. Perhatikan kata-kata berikut : 1. Petani kaya disebut petani berdasi 2. Militer disebut baju hijau 3. Guru disebut pahlawan tanpa tanda jasa g. Kejiwaan Perubahan



makna



karena



faktor



kejiwaan



ditimbulkan



oleh



pertimbangan: 1.



Rasa takut



2.



Kehalusan ekspresi



3.



Kesopanan



Misalnya pada masa Orde Baru, orang takut (khawatir) banyak utang (komersial) merupakan kinerja buruk bagi pemerintah, kata tersebut diganti dengan bantuan atau pinjaman . Padahal, utang (komersial) dan bantuan berbeda



makna.



Demikian



pula,



menyalahgunakan jabatan. Perhatikan contoh berikut:



7



kata



korupsi



diganti



dengan



a. Tabu: 1.



Pelacur disebut tunasusila atau penjaja seks komersial (PSK)



2.



Germo disebut hidung belang



b. Kehalusan (pleonasme) 1.



Bodoh disebut kurang pandai



2.



Malas disebut kurang rajin



c. Kesopanan 1.



Kekamar mandi disebut ke belakang



2.



Sangat baik disebut tidak buruk



h. Bahasa Asing Perubahan makna karena faktor bahasa asing, misalnya: tempat orang terhormat diganti dengan VIP. Perhatikan cotoh berikut ini: 1.



Jalur kereta khusus disebut busway



2.



Kereta api satu rel disebut monorel



i. Kata Baru Kreativitas



pemakai



bahasa



berkembang



terus



sesuai



dengan



kebutuhannya. Kebutuhan tersebut memerlukan bahasa sebagai



alt



ekspresidan komunikasi. Kebutuhan tersebut mendorong untuk menciptakan istilah baru bagi konsep baru yang ditemukannya, misalnya: chip, server, download, website, dvd dan, sebagainya



D. Efek ketatabahasaan pilihan kata Dengan adanya diksi/pemilihankata bahasa semakin tertata dan mudah diterima oleh pembacanya.



8



BAB III PENUTUP A. Simpulan Dalam kesesuaian kata, ketepatan kata dan perubahan makna berhubungan dengan diksi atau pilihan kata itu sedniri. Salah satu indikator ketepatan kata yaitu Mengomunikasikan gagasan berdasarkan pilihan kata yang tepat dan sesuai berdasarkan kaidah bahasa Indonesia. Ada beberapa syarat ketetapan pilihan kata, satu diantaranya ialah, Membedakan makna denotasi dan konotasi dengan cermat, denotasi yaitu kata yang bermakna lugas dan tidak bermakna ganda. Sedangkan konotasi dapat menimbulkan makna yang bermcam-macam, lazim digunakan dalam pergaulan, untuk tujuan estetika, dan kesopanan. Selain ketepatan pilihan kata itu, pengguna bahasa harus pula memperhatikan kesesuaian kata agar tidak merusak makna, suasana dan situasi yang hendak ditimbulkan, atau suasana yang sedang berlangsung. Syaratnya, Menggunakan ragam baku dengan cermat dan tidak mencampuradukkan penggunaannya dengan kata tidak baku yang hanya digunakan dalam pergaulan, misalnya: hakikat (baku), hakekat (tidak baku), konduite (baku), kondite (tidak baku). Komunikasi kreatif berdampak pada perkembangan diksi berupa penambahan atau pengurangan kuantitas maupun kualitasnya. Selain itu bahasa berkembang sesuai dengan kualitas pemikiran pemakainya. Perkembangan dapat menimbulkan perubahan yang mencakup perluasan, penyempitan, pembatasan, pemahaman, pengaburan dan pergeseran makna. Faktor yang dapat menyebabkan perubahan makna yaitu, kebahasaan, kesosialan, kejiwaan, kesejajaran, bahasa asing dan kata baru.



9



DAFTAR PUSTAKA



http://evimazyulianti.blogspot.co.id/2013/01/makalah-diksi-dan-gayabahasa.html Evimaz Yulianti – Jumat 18/9/2015 – 22.11