Ketidakberdayaan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KEPERAWATAN JIWA KETIDAKBERDAYAAN



Disusun oleh kelompok : V



Fitriyani



(183212829)



Gusti Ayu Made Liska Wardani



(183212830)



I Dewa Ayu Agung Egita Dewayanti



(183212831)



Ida Ayu Nyoman Lita Sawitri



(183212839)



Ni Made Kikky Permatasari



(183212847)



Komang Widi Mestapa Yoga



(183212853)



STIKES WIRA MEDIKA BALI TAHUN AJARAN 1



2019/2020



KATA PENGANTAR



Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa selesai pada waktunya. Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi. Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.



Denpasar, 2 April 2020



Penulis



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketidakberdayaan



adalah



presepsi



seseorang



bahwa



tindakannya



tidak



akan



mempengaruhi hasil secara bermakna; suatu keadaan di mana individu kurang dapat mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan yang baru dirasakan (NANDA,2014). Menurut Townsend (2009), ketidakberdayaan di mana individu dengan kondisi depresi, apatis dan kehilangan kontrol yang diekspresikan oleh individu baik verbal maupun non verba Intervensi yag dapat dilakukan untuk mengatasi ketidakberdayaan adalah mengenali dan mengekspresikan emosi, memodifikasi pola kognitif yang negative (latihan berfikir positif) , berpartisipasi dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan perawatan dan termotivasi untuk aktif mencapai tujuan mencapai tujuan realstis (standar asuhan keperawatan,2011) 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa pengertian ketidakberdayaan? 2. Bagaimana tanda dan gejala ketidakberdayaan? 3. Apa saja faktor predisposisi dan presipitasi pada ketidakberdayaan? 4. Bagaimana mekanisame koping dari ketidakberdayaan? 5. Bagaimana pohon masalah dari ketidakberdayaan? 6. Bagaimana tindakan keperawatan dari ketidakberdayaan? 1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui pengertian ketidakberdayaan 2. Untuk mengetahui tanda dan gejala ketidakberdayaan 3. Untuk mengetahui faktor predisposisi dan presipitasi dari ketidakberdayaan 4. Untuk mengetahui bagaimana mekanisme koping dari ketidakberdayaan 5. Untuk mengetahui pohon masalah dari ketidak berdayaan 6. Untuk mengetahui tindakan keperawatan dari ketidakberdayaan.



BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Ketidakberdayaan Ketidakberdayaan adalah presepsi seseorang bahwa tindakannya tidak akan mempengaruhi hasil secara bermakna; suatu keadaan di mana individu kurang dapat mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan yang baru dirasakan (NANDA,2014). Menurut Townsend (2009), ketidakberdayaan di mana individu dengan kondisi depresi, apatis dan kehilangan kontrol yang diekspresikan oleh individu baik verbal maupun non verbal. Kondisi depresi merupakan salah satu masalah yang berakibat pada konsisi psikososial dengan ketidakberdayaan. Kondisi ketidakberdayaan pada individu terjadi bila individu tidak dapat mengatasi solusi dari masalahnya, sehingga individu percaya hal tersebut diluar kendalinya untuk mencapai solusi tersebut. Dianalisa dari proses terjadinya, ketidakberdayaan bersal dari ketidakmampuan individu dalam mengatasi masalah sehingga menimbulkan stres yang diawali dengan perubahan respon otak dalam menafsirkan perubahan yang terjadi. Stres akan menyebabkan korteks serebri mengirimkan sinyal menuju hipotalamus, kemudian ditangkap oleh sistem limbik dimana salah satu bagian pentingnya adalah amigdala yang akan bertanggung jawab terhadap status emosional individu terhadap akibat dari pengaktifan sistem hipotalamus pitutary adrenal (HPA) dan menyebabkan kerusakan pada hipotalamus membuat seseorang kehilangan mood dan motivasi sehingga kurang aktivitas dan malas melakukan sesuatu, hambatan emosi pada klien dengan ketidakberdayaan, kadang berubah menjadi sedih atau murung, sehingga merasa tidak berguna atau merasa gagal terus menerus. Dampak pada hormon glucocorticoid pada lapisan luar adrenal sehingga berpengaruh pada metabolisme glukosa, selain gangguan pada struktur otak, terdapat ketidakseimbangan neurotransmiter di otak. Neurotransmiter merupakan zat kimiawi otak yang akan ditransmisikan oleh satu neuron ke neuron lain dengan rangsang tersebut (Struart & Laraia,2005). 2.2 Tanda dan gejala Data subyektif :



a. Mengungkapkan dengan kata-kata bahwa tidak mempunyai kemampuan mengendalikan atau mempengaruhi situasi. b. Mengungkapkan tidak dapat menghasilkan sesuatu. c. Mengungkapkan ketidakpuasan dan frustasi terhadap ketidakmampuan untuk melakukan tugas atau aktivitas sebelumnya. d. Mengungkapkan keragu-raguan terhadap penampilan peran. e. Mengatakan ketidakmampuan perawatan diri. Data obyektif : a. Ketidakmampuan untuk mencari informasi tentang perawatan. b. Tidak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan saat diberikan kesempatan. c. Enggan mengungkapkan perasaan sebenarnya. d. Ketergantungan terhadap orang lain yang dapat mengakibatkan iritabilitas, ketidaksukaan, marah, dan rasa bersalah. e. Gagal mempertahankan ide/pendapat yang berkaitan dengan orang lain ketika mendapat perlawanan. f. Apatis dan pasif. g. Ekspresi muka murung. h. Bicara dan gerakan lambat. i. Tidak berlebihan. j. Nafsu makan tidak ada atau berlebihan. k. Menghindari orang lain. 2.3 Faktor predisposisi dan presipitasi a. Biologis 1. Adanya perubahan status kesehatan yang mendadak atau kondisi fisik yang menyebabkan ancaman terhadap integritas diri (misalnya: ketidakmampuan fisiologis atau gangguan terhadap kebutuhan dasar). 2.



Mengalami hospitalisasi.



3.



Cidera fisik yang mengharuskan immobilisasi dan menyebabkan intoleransi aktivitas sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari (misalnya : tidak bisa berjalan pergi ke kampus untuk bimbingan skripsi, tidak bisa mengetik dengan maksimal karena tangan kanannya patah).



b. Psikologis 1. Pengalaman traumatis (khususnya dalam enam bulan terakhir) : cidera fisik yang menyebabkan intoleransi aktivitas.



2. Gangguan konsep diri karena menganggap dirinya terancam oleh kegagalan dalam mencapai tujuan sehingga menimbulkan perasaan frustasi. 3. Adanya ancaman terhadap konsep diri (harga diri dan perubahan peran). 4. Mengalami stres psikologis akibat tidak mampu mengontrol stimulus yang ada. 5. Kemampuan melakukan komunikasi verbal, berinteraksi dengan orang lain. 6. Kemampuan mengungkapkan masalah pada orang lain. 7. Tipe kepribadian yang dimiliki. 8. Adanya pengalaman tidak menyenangkan yang menyebabkan trauma 9. Motivasi: kurangnya dukungan dari orang lain. 10. Self kontrol rendah, ketidakmampuan melakukan kontrol diri ketika mengalami kegagalan (terlalu sedih). 11. Kepribadian: menghindar, tergantung dan tertutup/menutup diri dan mudah menyerah/pesimis. 12. Persepsi individu yang buruk tentang dirinya sendiri dan orang lain. 13. Riwayat kesulitan mengambil keputusan, tidak mampu berkonsentrasi. c.Sosial budaya 1. Usia: Pada usia tersebut individu memiliki tingkat produktifitas yang tinggi, namu ketika tekanan dan fungsinya tidak terjalani maka akan memberikan dampak yang besar pada keputusan yang diambilnya. 2. Pembatasan aktifitas oleh tim medis/keluarga akibat penyakit/trauma yang diderita. 3. Kondisi pasien yang belum mampu menyelesaikan skripsinya. 4. Peran sosial: kurang mampu menjalankan perannya untuk berpartisipasi lingkungan tempat tinggal dan kesulitan membina hubungan interpersonal dengan orang lain,(mengungkapkan respon ketidakberdayaan dengan kesulitan dalam hubungan interpersonal yang berakar dari keterbatasan fisiknya). 5. Agama dan keyakinan: kurangnya rasa percaya atas hal positif dari hikmah kejadian yang diberikan Tuhan. 1. Kognitif 1. Lapang pandang menjadi sempit. 2. Kurang mampu menerima rangsang dari luar. 3. aspada dengan gejala fisiologis. 4. Bingung. 5. Takut akan konsekuensi yang abstrak.



6. Cenderung menyalahkan diri sendiri. 7. Berfokus pada diri sendiri. 8. Kurang konsentrasi. 9. Gangguan perhatian. 10. Mengungkapkan ketidakmampuan karena perubahan dalam fungsi tubuh yang mengalami gangguan. 11. Mengungkapkan keluhan karena perubahan pada kejadian kehidupan. 12. Sulit mengambil keputusan. 13. Mengatakan takut kehilangan kontrol. 2. AfektifGelisah. 1. Sedih yang mendalam hingga mengalami frustasi. 2. Menangis. 3. Mengalami penyesalan. 4. Merasa tidak berdaya. 5. Berfokus pada diri sendiri. 6. Merasa bingung. 7. Ragu dan tidak percaya diri. 8. Merasa khawatir. 9. Cenderung menyalahkan diri sendiri. 10. Apatis. 11. Pesimis. 12. Mudah marah. 3. Fisiologis 1. Tanda-tanda vital : Tekanan Darah, Nadi, Respirasi, suhu badan. 2. Berat badan. 3. Wajah murung dan muka berkerut. 4. Suara bergetar dan kadang melemah / pelan. 5. Gangguan pola tidur (tidur berlebihan). 6. Nafsu makan menurun/ hilang sama sekali. 7. Simpatik: a) Anoreksia. b) Mulut kering. c) Wajah pucat. d) Nadi dan tekanan darah turun.



e) Pupil menyempit. f) Lemah. g) Nafas pelan sesekali nafas dalam. 8. Parasimpatik: a) Nyeri kepala (pusing). b) Penurunan tekanan darah dan frekuensi denyut nadi. c) Letih. d) Tidur berlebihan. e) Lesu. 4. Perilaku 1. Gerakan pelan dan lemas. 2. Penurunan produktivitas. 3. Gelisah dan melihat hanya sepintas. 4. Kontak mata buruk. 5. Apatis. 6. Melamun. 7. Menunduk. 8. Memalingkan wajah. 5. Sosial 1. Bicara pelan dan lirih. 2. Menarik diri dari hubungan interpersonal. 3. Kurang inisiatif. 4. Menghindari kontak sosial dengan orang lain. 5. Menunjukkan sikap apatis. d. Sumber Koping 1. Personal ability a. Pengetahuan klien tentang masalah yang dirasakan (ketidakberdayaan). b. Kemampuan klien mengatasi masalah yang dirasakan (ketidakberdayaan). c. Jenis upaya klien mengatasi masalah yang dirasakan (ketidakberdayaan). d. Kemampuan dalam memecahkan masalah. 2. Sosial support a. Caregiver utama dalam keluarga. b. Kader kesehatan yang ada di lingkungan tempat tinggal. c. Peer group yang ada turut serta dalam memberi dukungan.



3. Material asset a. Keberadaan asset harta benda pendukung pengobatan yang dimiliki (tanah, rumah, tabungan) serta fasilitas yang membantunya selama proses gangguan fisiologis. b.



Mempunyai fasilitas Jamkesmas, SKTM, ASKES.



c. arak/ akses pelayanan kesehatan yang dikunjungi 4. Positive belief a. Keyakinan dan nilai positif tentang ketidakberdayaan yang dirasakan: tidak ada. b. Keyakinan dan nilai positif tentang pelayanan kesehatan yang ada. e. Mekanisme Koping a. Konstruktif 1) Menilai pencapaian hidup yang realistis. 2) Kreatif dalam mencari informasi terkait perubahan status kesehatannya sehingga dapat beradaptasi secara normal. 3) Mampu mengembangkan minat dan hobi baru sesuai dengan perubahan status kesehatan dan peran yang telah dialami. 4) Peduli terhadap orang lain disekitarnya walaupun mengalami perubahan kondisi kesehatan. b. Destruktif 1) Mengungkapkan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah atau meminta bantuan. 2) Menggunakan mekanisme pertahanan yang tidak sesuai. 3) Ketidakmampuan memenuhi peran yang diharapkan (mengalami ketegangan peran, konflik peran). 4) Mengungkapkan kesulitan dalam berkeinginan mencapai tujuan. 5) Tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar seperti makan minum, kebersihan diri, istirahat dan tidur dan berdandan 6) Perubahan dalam interaksi sosial (menarik diri, bergantung pada orang lain). 7) Enggan mengungkapkan perasaan yang sebenarnya. f. Pohon Diagnosa Koping individu tidak efektif



ketidakberdayaan



Kurang pengetahuan



Diagnosa Kurang pengetahuan



Data yang telah ditemukan Klien tidak menemukan cara alternatif untuk menangani



masalahnya,



klien



mengatakan



bingung. Ketidakberdayaan



Klien mengatakan sepertinya tidak mampu menyelesaikan skripsinya karena tidak bisa pergi bimbingan skripsi.



Koping individu tidak efektif



Klien menyalahkan dirinya sendiri dan enggan bertemu dengan orang yang akan menjenguknya (membatasi hubungan interpersonal).



2.6 Tindakan keperawatan Klien dengan ketidakberdayaan dilakukan tindakan sesuai asuhan keperawatan sesuai dengan standar asuhan keperawatan psikososial yang dikembangkan generalis keperawatan jiwa terdiri dari dua strategi pelaksanaan: 1. Tindakan keperawatan untuk klien dengan ketidakberdayaan yaitu dengan latihan berpikir positif 2. Evaluasi ketidakberdayaan, berusaha mengembangkan harapan positif dan latihan mengontrol perasaan ketidakberdayaan. Sesuai dengan standar asuhan keperawatan intervensi pertama pada ketidakberdayaan adalah melakukan pendekatan untuk mengkaji masalah ketidakberdayaan. Dalam melakukan pendekatan perawat menggunakan:



a. Lakukan pendekatan yang hangat, bersifat empati, tunjukkan respon emosional dan menerima pasien apa adanya. b. Mawas diri dan cepat mengendalikan perasaan dan reaksi diri perawat sendiri (misalnya ; rasa marah, frustasi dan simpati). c. Sediakan waktu untuk berdiskusi dan bina hubungan yang sifatnya supportif, beri waktu klien untuk berespon. d. Gunakan teknik komunikasi terapeutik terbuka, eksplorasi dan klarifikasi. e. Bantu klien untuk mengekspresikan perasaannya dan identifikasi area-area situasi kehidupannya yang tidak berada dalam kemampuannya untuk mengontrol. f. Bantu klien untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat berpengaruh terhadap ketidakberdayaan. g. Diskusi tentang masalah yang dihadapi klien tanpa memintanya untuk menyimpulkan. h. Identifikasi pemikiran yang negatif dan bantu untuk menurunkan melalui interupsi atau substitusi. i. Bantu pasien untuk meningkatkan pemikiran positif. j. Evaluasi ketetapan presepsi, logika, dan kesimpulan yang dibuat klien. k. Identifikasi presepsi klien yang tidak tepat, penyimpangan dan pendapatnya yang tidak rasional. l. Kurangi penilaian pasien yang negatif terhadap dirinya. m. Bantu untuk menyadari nilai yang dimilikinya atau perilakunya dan perubahannya yang terjadi. n. Libatkan klien dalam menetapkan tujuan-tujuan perawatan yang ingin dicapai. Motivasi klien untuk membuat jadwal aktivitas perawatan dirinya. o. Berikan klien privasi sesuai kebutuhan yang ditentukan. p. Berikan reinforcement positif untuk keputusan yang dibuat dan jika klien berhasil melakukan kegiatan atau penampilan yang bagus. Motivasi untuk mempertahankan penampilan / kegiatan tersebut. q. Diskusikan dengan klien pilihan yang realistis dalam perawatan, berikan penjelasan untuk pilihan ini. Bantu klien untuk mendapatkan tujuan yang realistis. Fokuskan kegiatan pada saat ini bukan pada kegiatan masa lalu.



r. Bantu klien mengidentifikasi area-area situasi kehidupan yang dapat dikontrolnya. Dukung kekuatan-kekuatan diri yang dapat diidentifikasi oleh klien. s. Identifikasi cara-cara yang dapat dicapai oleh klien. Dorong untuk berpartisipasi dalam aktivitas-aktivitas tersebut dan berikan penguatan positif untk partisipasi dalam pencapaian. t. Motivasi keluarga untuk berperan aktif dalam membantu klien menurunkan perasaan ketidakberdayaan. u. Dorong kemandirian, tetapi bantu klien jika tidak melakukan. v. Libatkan klien dalam pembuatan keputusan tentang rutinitas keperawatan. Jelaskan alasan setiap perubahan perencanaan perawatan kepada klien. w. Adakan



suatu



konferensi



multidisiplin



untuk



mendiskusikan



dan



mengembangkan perawatan rutin klien. Tindakan keperawatan untuk keluarga yaitu penjelasan kondisi pasien dan cara merawat serta evaluasi peran keluarga merawat pasien, dengan cara latihan mengontrol perasaan ketidakberdayaan (FIK UI-RSMM, 2012). Antara lain : a. Membina hubungan saling percaya b. Mengenali dan mengekspresikan emosinya c. Memodivikasi pola kognitif yang negative d. Berpartisispasi



dalam



mengambil



keputusan



yang



perawatannya sendiri e. Termotivasi untuk aktif mencapai tujuan yang realistis



berkenan



dengan



BAB III PENUTUP 3.1 Simpulan Ketidakberdayaan adalah presepsi seseorang bahwa tindakannya tidak akan mempengaruhi hasil secara bermakna; suatu keadaan di mana individu kurang dapat mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan yang baru dirasakan (NANDA,2014). Menurut Townsend (2009), ketidakberdayaan di mana individu dengan kondisi depresi, apatis dan kehilangan kontrol yang diekspresikan oleh individu baik verbal maupun non verbal. Klien dengan ketidakberdayaan dilakukan tindakan sesuai asuhan keperawatan sesuai dengan standar asuhan keperawatan psikososial yang dikembangkan generalis keperawatan jiwa terdiri dari dua strategi pelaksanaan: 1. Tindakan keperawatan untuk klien dengan ketidakberdayaan yaitu dengan latihan berpikir positif.Evaluasi ketidakberdayaan, berusaha mengembangkan harapan positif dan latihan mengontrol perasaan ketidakberdayaan. 2. Sesuai dengan standar asuhan keperawatan intervensi pertama pada ketidakberdayaan adalah melakukan pendekatan untuk mengkaji masalah ketidakberdayaan. 3.2 Saran Dengan diberikannya tugas ini mahasiswa dapat lebih memahami dan mengerti tentang bagaimana asuhan keperawatan pada pasien pemasangan Ring Jnatung dan dapat melakukan perawatan yang baik dan tepat serta menegakkan asuhan keperawatan yang baik.



Dengan adanya hasil tugas ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bacaan untuk menambah wawasan dari ilmu yang telah didapatkan dan lebih baik lagi dari sebelumnya.



DAFTAR PUSTAKA NANDA International. (2012). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Cetakan I. Jakarta: Penebit Buku Kedokteran EGC Townsend, M.C (2010). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Psikiatri rencana Asuhan & Medikasi Psikotropik. Edisi 5. Jakarta: Penebit Buku Kedokteran EGC Mamnu’ah. 2017. Panduan Praktikum Keperawatan Jiwa II. Yogyakarta: UNISA Carpenito, L.J. 2009. Diagnosis Keperawatan: Aplikasi Pada Praktik Klinis. Ed.9. Jakarta: EGC. http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390998-PR-Asep%20Hidayat.pdf Stuart & Laraia. 2005. Buku Saku Keperawatan Jiwa (terjemahan). Jakarta: EGC.