Ketika Kau Dan Aku Menjadi Kita [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Wonderfulfamily.id   



KETIKA KAU DAN AKU MENJADI KITA Oleh Ustadzah Ida Nur Laila



Ketika seorang laki-laki sudah berkeluarga, memiliki istri dan anak, dia tidak langsung masuk dalam dunia pribadi kita, begitu juga sebaliknya. Ini terlihat dalam interaksi atau pola komunikasi mereka yang sering kita dengarkan. Misalnya, sebelum menikah lebih banyak dominan ‘aku’, tapi dalam dunia pernikahan semua ‘aku’ itu lebur menjadi kita. Jadi kalau berbicara akan seperti ini, “Kita sudah saatnya makan ya, Bang?”“Kita mau makan apa?” “Kita mau pergi kemana?”“Hari ini acara kita apa?” “Ayo, kita beli di sana!” Bahasa-bahasa seperti ini menjadi lebih enak didengarkan untuk membangun kebersamaan mereka. Misalnya, ketika dia mengatakan: ‘aku jenuh,’‘aku capek,’‘aku bosan,’ ini hal-hal yang harus dikurangi di dalam proses aku dan kau menjadi kita. Bukan hanya pada level pembicaraan atau kalimat-kalimat yang mereka pilih, tapi juga di dalam bagaimana mereka menyikapi hal-hal yang nantinya akan menjadi permasalahan atau muncul peristiwa-peristiwa di antara mereka. Misalnya, kita mau tinggal di mana?Sebenarnya ini adalah hal yang seharusnya dibicarakan sebelum pernikahan terjadi, karena tidak secara otomatis bahwa seorang laki-laki kemudian begitu saja memutuskan “Kamu harus pergi dari rumah ibumu, kita tinggal di rumahku.” Ini tentu saja hal-hal yang bisa menimbulkan konflik di antara mereka berdua, kalau tidak dari awal dibicarakan. Pembicaraan-pembicaraan pranikah yang kemudian dilanjutkan setelah menikah, juga bagian darikita akan tinggal di mana?Kita akan menjadi apa?Kita akan bekerja di mana?Di kota mana?Di rumahnya siapa? Termasuk juga ketika mereka menghadapi pihak-pihak yang lain. Suami-istri ketika menjadi kita, semua pihak yang lain, yang diluar mereka, itu adalah pihak ke tiga.Misalnya, mereka berdua berhadapan dengan keluarga besar. Apakah itu keluarga istri atau keluarga suami?Maka mereka harus pada satu pihak yang sama. Inilah yang kemudian kita sebut sebagai upaya untuk menuju kesejiwaan.



 



Wonderfulfamily.id   



Suami-istri ketika ada pertanyaan dan ada masalah dari keluarga istri misalnya,maka suami tidak bisa mengatakan,“Persoalan kamu dengan orangtua kamu itu.” Ketika seorang istri bermasalah dengan mertuanya atau dari pihak keluarga suami,suamipun juga tidak bisa berpasti dengan mengatakan, itukan persoalan kamu. Tetapi, mereka berdua harus berdiri pada satu titik yang sama sebagai kita.Mereka hadapinya bersama, semua permasalahan-permasalahan, semua tantangan yang akan datang pada keluarga mereka itulah kita. Ketika suami-istri telah menjadi kita, maka secara otomatis mereka sedang menurunkan sebagian dari sisi-sisi kemandirian mereka. Seorang laki-laki yang sudah menikah harus memberikan keperluan intervensi bagi istrinya untuk mengatur sebagian hidupnya menjadi kita. Demikian pula seorang perempuan, dia harus membuka ruang intervensi itu.Sehingga, ada laki-laki yang memimpin dan mengatur di kehidupannya. Kemudian, mereka berdua berproses bersama. Mereka lebih mudah meluluhkan ego untuk menuju menjadi kita. Masih dalam bab penyebutan kita, walaupun secara fikihada hak kepemilikan bagi suami atau bagi istri terkait dengan berbagai macam barang di antara mereka, tetapi secara akhlak suami-istri harus mulai merubah bahwa hal-hal yangmereka miliki adalah milik bersama.Jadi, tidak lagi kemudian mengatakan, “Ini handphone-ku atau ini motorku,” yang bahkan ada istri yang mengatakan,“Ini panciku, karena yang membeli aku.” Sekalipun di dalam Islam ada hak kepemilikan harta dari suami atau istri yang bawaan, misalnya, mahar milik istri, tapi seorang istri tidak kemudian mengulangulang



atau semacam mengatakan,“Ini adalah barang-barangku.” Ketika mereka



menikah anggaplah bahwa itu menjadi milik kita, walaupun secara fikih memang ada nilainya, tetapi mereka menyebutnya sebagai barang-barang bersama.Makanan juga makanan bersama, segala macam hal, bahkan juga pakaian kita tidak kemudian,“Ini bajumu, kamu cuci sendiri bajumu ya.”Ini adalah barang-barang yang menjadi milik kita bersama. Misalnya, seorang laki-laki,dia memiliki hobi yang hobinya itu sebelum dia menikah menjadi fokus dari perhatiannya. Pada saat sudah menikah, dia harus memberikan



 



Wonderfulfamily.id   



ruang intervensi kepada istri yang terlibat atau bersama-sama dengan istrinya.Jadi, tidak kemudian,“Ini memang hobiku, terserah kamu suka atau tidak suka, aku akan lanjutkan hobiku.” Misalnya, istri sebelum menikah memiliki kebiasaan-kebiasaan dan kesenangankesenangan. Setelah menikah, ternyata suaminya tidak terlalu menyukainya, maka dia juga harus mulai meluruhkan ruang intervensi. Mungkin suaminya punya pendapat terhadap aktivitas yang selama ini dia lakukan. Ini bagian dari proses menuju kesejiwaan itu. Kebiasaan-kebiasaan bagi seorang laki-laki sebelum menikah, dia punya ritme hidup tertentu sebagai seorang lajang, tetapi setelah dia menikah, perhatiannya sudah menjadi milik pasangannya.Maka, dia harus memperhatikan bahwa ada hak-hak dari pasangannya dalam proses menuju ke kita.Mereka akan menghabiskan waktu-waktu bersama, tidak sepenuhnya itu menjadi hak bagi dia sendiri. Demikian pula seorang perempuan mungkin lebih berat lagi merasakannya, karena biasannya perempuan-perempuan sekarang sejak lajang mereka sudah mandiri. Ketikamereka memutuskan membeli sesuatu, pergi kemana atau menjadi apa itu seolah-olah menjadi keputusan dia sendiri. Tiba-tiba ketika dia sudah menikah, dia harus menyiapkan dirinya untuk menerima intervensi dari suaminya selaku pemimpin dalam keluarganya. Kemudian, bersama-sama merumuskan seperti apa dia akan menjalani hari-harinya. Apakah akan lebih banyak jika dia berkiprah di luar rumah menjadi seorang perempuan karir?Atau kemudian meningkat lagi pendidikannya, misalnya S-2, S-3 di dalam negeri atau diluar negeri?Ataukahdia mau kerja dimana?Ini karena semuanya sudah menjadi kita, tidak kemudian sepenuhnya waktunya adalah milik dia sebagai seorang perempuan yang mandiri.Sekarang ada suami yang membutuhkan atau memiliki hak untuk kemudian mengisi sebagian hariharinya. Ini juga bagian dari proses menuju pada kita itu. Dalam proses menjadi kita ini, sangat bagus jika dibina persahabatan diantara suami istri. Suami atau istri itu ada istilah fikih, tetapi bagaimana kemudian mereka mengisi rumah tangga mereka.Rumah tangga itu akan menjadi manis, indah,dan menyenangkan, jika suami-istri bisa menjadi sahabat satu sama lain. Anda tau apa



 



Wonderfulfamily.id   



yang dilakukan oleh seorang sahabat kepada sahabat yang lain.Sahabat adalah orang yang kita cari pertama kali saat kita sedih. Sahabat adalah orang yang kita cari pertama kali saat kita gembira. Sahabat adalah orang yang kita kabari pertama kali hal-hal yang penting dalam hidup kita . Suami-istri ketika mereka bisa menjadi sahabat satu sama lain, maka mereka akan bisa mengisi rumah tangga mereka dengan sangat menyenangkan. Ketika Anda menikah, maka yang layak yang lebih berhak untuk mendapatkan curhat Anda adalah pasangan Anda. Jangan Anda curhat kepada yang lain, memang curhat itu boleh kepada Allah, tetapi kita juga butuh curhat kepada manusia. Orang pertama yang layak untuk menerima curhat Anda adalah suami Anda atau istri Anda. Kemudian, sahabat itu adalah orang yang saling percaya, biasanya mereka akan percaya bahkan rahasia yang paling rahasia sekalipun.Dia akan menyampaikan danmempercayakan kepada sahabat. Suami-istri pun demikian, mereka seharusnya membangun sikap saling percaya dan menunjukkan juga bahwa mereka layak dipercaya. Ketika pasangannya menitipkan sebuah rahasia, mengeluhkan sesuatu, maka mereka menjadi tempat yang paling nyaman untuk menyimpan rahasia itu. Kemudian paling nyaman untuk menyampaikan curhat adalah rasa saling percaya, bahkan juga percaya bahwa



sahabatnya



menyengsarakan,tidak



tidak



pernah



menjerumuskan,



tidak



akan



pernah



membiarkan



menderita.Ini



dia



akan



pernah adalah



kepercayaan diantara dua sahabat. Hal ini penting, karena ada keluarga-keluarga atau pasangan suami-istri muda yang mereka belum berhasil menjadi sahabat, bawaanya curiga dengan pasangannya. Kepercayaan diantara mereka harus segera dibangun, bahwa mereka menjadi sahabat yang saling percaya. Kemudian sahabat itu juga saling menjaga, saling menasihati, dia tidak akan merelakan sahabatnya tergelincir atau melakukan hal-hal yang keliru. Misalnya, suami-istri ini memiliki visi kehidupan yaitu masuk surga, maka keduaduanya akan saling menjaga dari api neraka. Mereka pun tidak akan kehabisan bahan pembicaraan untuk membicarakan apa-apa satu sama lain. Mereka senang melewatkan waktu bersama, melakukan berbagai



 



Wonderfulfamily.id   



macam aktivitas bersama. Ketika mereka hanya duduk berdua, nonton tv berdua, membersihkan taman berdua, mereka memasak bersama, membersihkan rumah bersama, mencuci baju bersama atau berjalan bahkan berkendara kemana pun tidak jelas tujuannya, tapi karena bersama dengan sahabat yang ada happy aja.Kalau mereka belum bisa dan masih berbicara hak dan kewajiban tugas suami atau istri,berarti mereka belum berhasil untuk menjadi seorang sahabat satu sama lain. Memang diperlukan proses,kalau tadinya mereka belum saling kenal dan mereka harus memulai kehidupan berumah tangga itu ta’aruf.Dari awal



membina



persahabatan inipun harus dimulai dengan sabar, tapi harus siap buka diri. Menerima pengaruh dari sahabatnya, karena diantara sahabat pastilah akan berpengaruh satu sama lain. Diantara beberapa hal terkait dengan bagaimana suami-istri itu tidak lagi bicara tentang ‘aku’ dan ‘kamu’, tapi menjadi kita dan mereka berdua untuk kemudian berusaha menjadi sahabat satu sama lain dalam suka maupun duka dilalui bersama sama. Selama mereka bisa mensyukuri pasangannya, menikmati kebersamaan di antara mereka,



membuka



diri



memberikan



ruang



intervensi



saling



percaya,



khusnudzandengan pasangannya, dan mensyukuri pasangannya. Semoga kemudian mereka bisa meraih samara di dalam rumah tangganya dari awal sampai akhir dan tidak ada lagi hal-hal dari pihak luar yang bisa memecahkan ikatan di antara mereka . Jika diantara mereka kokoh ikatannya, maka tidak akan ada yang sanggup menembus mereka. Jangan salahkan pihak ke tiga.Jangan salahkan pihak yang lain, jika diantara mereka ada yang memberikan gangguan sepanjang mereka ini kokoh menjadi kita, kokoh menjadi sahabat satu sama lain, maka mereka memiliki imunitas yang tinggi untuk kemudian tidak terganggu oleh pihak-pihak yang lain.