KIRANTI [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

IDENTIFIKASI DAN ANALISIS KEMASAN PRODUK MINUMAN HERBAL



Oleh : (Kelas D) Lavenia Yuanita



135100100111050



PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2015



BAB I PENDAHULUAN Dewasa ini, para produsen makanan berlomba-lomba membuat inovasi kemasan yang unik dan berbeda dari produsen lainnya. Hal ini disebabkan karena adanya perubahan mindset masyarakat akan ekspektasi mereka terhadap produk melalui kemasan makanan. Dahulu, kemasan hanya digunakan sebagai pelindung isi produk itu sendiri dan dibuat dari bahan seadanya. Namun seiring berjalannya waktu, fungsi kemasan berubah menjadi identitas produk ataupun produsen, selain juga melindungi produk. Selain itu, bentuk dan model kemasan sangat penting peranannya dalam strategi pemasaran. Kemasan yang berbentuk unik, ergonomis, serta mementingkan aspek estetika sangat disukai konsumen. Sekarang, konsumen menjadi lebih selektif dan pintar dalam membeli sebuah produk. Hal ini terjadi karena semakin meningkatnya persaingan antara produsen yang satu dengan yang lain. Beragam produk serupa namun berasal dari produsen yang berbeda sekarang semakin banyak kita jumpai di pasar tanah air (Ulrich dan Eppinger, 2001). Hernawan Kertajaya (2001) mengatakan, “Packaging protects what it sells.” Namun pernyataan tersebut berubah menjadi “Packaging sell what it protects.” Hal ini membuktikan bahwa peranan kemasan sangat penting terhadap kontinuitas penjualan suatu produk terkait dengan kepercayaan dan tingkat kesukaan konsumen pada produk yang dijual melalui kemasan. Konsumen yang telah percaya pada produsen tertentu, cenderung untuk terus membeli produk dari produsen tersebut meskipun banyak produk pesaing dengan jenis yang sama. Produk dari produsen yang sama pun juga turut menjadi sasaran pembelian konsumen tersebut karena sang konsumen telah memberikan kepercayaannya yang penuh terhadap si produsen. Menurut Wells dan Amstrong (2007), packs as the silent salesman. Ya, pernyataan tersebut sangat tepat untuk menggambarkan fungsi kemasan dewasa ini. Kemasan menjadi suatu hal yang penting karena melalui kemasan, komunikasi antara produsen dan konsumen akan terus terjaga. Tentunya produsen tidak selamanya bisa berkomunikasi langsung dengan konsumen karena sangat tidak efektif apabila produsen harus mempromosikan produknya dari pelanggan yang satu dengan yang lain. Nah melalui kemasan inilah produsen dapat mengkomunikasikan maksud dan tujuan mereka, menjawab setiap pertanyaan yang biasa ditanyakan oleh konsumen, memberikan informasi yang jelas tentang produk yang mereka jual, dan juga memberikan kepuasan kepada konsumen secara tidak langsung. Hal inilah yang harus terus dijaga agar hubungan antara konsumen dan produsen tetap terjalin dengan baik sehingga produsen dapat terus mendapatkan kepercayaan konsumen guna menjaga bahkan meningkatkan tingkat keberlanjutan penjualan produk mereka. Tidak terkecuali pada produk satu ini, yaitu Kiranti. Minuman berkhasiat ini sangat digemari oleh para wanita karena efeknya yang sangat baik dan memang dibutuhkan oleh mayoritas wanita. Siapa yang tak tahu produk satu ini? Produk ini muncul sebagai pioneer produk



berbasis jamu herbal yang khusus untuk mengatasi keluhan saat datang bulan. Mari kita bahas lebih lanjut tentang kemasan produk satu ini.



BAB II PEMBAHASAN 2.1. 2.1.1.



1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.



Jenis Kemasan Gelas Kemasan dari produk Kiranti ini terbuat dari bahan gelas. Gelas adalah benda yang transparan, lumayan kuat, biasanya tidak bereaksi dengan barang kimia, dan tidak aktif secara biologis yang bisa dibentuk dengan permukaan yang sangat halus dan kedap air. Oleh karena sifatnya yang sangat ideal gelas banyak digunakan untuk mengemas makanan atau minuman dengan kandungan nutrisi herbal yang memiliki sifat labil seperti yang dimiliki oleh produk Kiranti ini (Fellows, 2000). Ada beberapa sifat gelas yang bisa dikatakan memiliki kelebihan dibanding dengan material lainnya, antara lain sifat estetika atau keindahan, sifat tembus pandang secara optik (transparan), sifat thermostabil, dan sifat ketahanan terhadap zat/reaksi kimia. Namun kekurangan dari gelas adalah sifat nya yang getas dan mudah pecah. Gelas terdiri dari oksida-oksida logam dan non logam. Bahan baku pembuatan gelas adalah : Pasir silica (SiO2) Soda abu (Na2CO3) yang dengan pembakaran pada suhu tinggi akan terbentuk Na2O sehingga gelas tampak jernih Batu kapur (CaO) yang berfungsi untuk memperkuat gelas Pecahan gelas (kaca) disebut cullet (calcin) untuk memudahkan proses peleburan, ditambahkan antara 15-20% AI2O3 dan boraksida (B2O3), titanium dan zirconium untuk meningkatkan ketahanan dan kekerasan gelas Borax oksida pada gelas boroksilat seperti pyrex berfungsi agar gelas lebih tahan pada suhu tinggi Na2SO4 atau As2O3 untuk menghaluskan dan menjernihkan (Millati, 2010). Untuk membuat agar kemasan gelas bersifat inert dan netral maka gelas dicelupkan dalam larutan asam. Untuk melinungi permukaan gelas maka diberi laminasi silikon polietilen glikol atau polietilen stearat. Sifat gelas yang stabil menyebabkan gelas dapat disimpan dalam jangka waktu panjang tanpa kerusakan. Warna gelas dapat diatur dengan menambahkan sejumlah kecil oksidaoksida logam seperti Cr, Co dan Fe. Wadah gelas kedap terhadap semua gas sehingga menguntungkan bagi minuman berkarbonasi karena keepatan difusinya adalah 0. Wadah gelas barrier terhadap benda padat, cair dan gas sehingga baik sebagi pelindung terhadap kontaminasi bau dan cita rasa. Sifat-sifat ketahanan gelas dapat



diawetkan dengan cara memberi lapisan yang tidak bereaksi dengan gelas, misalnya minyak silikon, oksida logam, lilin, resin, belerang dan polietilen (Millati, 2010). Warna kemasan dari masing-masing produk dibuat berbedabeda sesuai dengan fungsinya. Warna bening produk digunakan untuk yang tidak begitu berpengaruh pada cahaya yang mengenai kemasan produk. Sedangkan warna cokelat digunakan untuk mengemas produk yang tidak tahan cahaya sehingga produk terlindung dari cahaya yang mengenai kemasan. Warna cokelat gelap mampu menahan cahaya yang mengenai produk sehingga produk yang ada dalam kemasan tidak rusak oleh cahaya. Nah, produk Kiranti ini menggunakan kemasan gelas dengan warna coklat karena jika dilihat dari komposisi Kiranti seperti yang dijabarkan di bawah ini melalui tabel 2.1, bahan-bahan tersebut merupakan senyawa aktif yang akan rusak jika terkena cahaya. Bahan



Nama Latin



Mass a



Kunyit



Curcumae domesticae Rhizoma



30g



Tamarindi Pulpa



6g



Kaempferiae Rhizoma Fructose Zingiberis Rhizoma Paulinia Cupana



2g 2.5g 0.8g 0.23g



Cinnamomi Cortex



0.1 g



Asam Jawa Kencur Gula Jawa Jahe Paulinia Kayu Manis



Tabel 2.1 Komposisi Produk Minuman Herbal Kiranti



2.1.2.



Botol Umumnya, pada produk minuman seperti Kiranti ini menggunakan kemasan botol. Bahan dasar botol yang digunakan berbahan dasar gelas seperti yang telah dijelaskan pada uraian sebelumnya. Meskipun bahan yang digunakan untuk mengemas produk dalam bentuk yang sama yaitu botol, namun untuk produk yang berbeda maka teknik pembotolan yang digunakan juga berbeda. Teknik pembotolan juga dipengaruhi oleh bentuk botol yang berbeda pula. Sebagai contoh: teknik pembotolan untuk mengemas produk susu segar akan berbeda dengan teknik pembotolan untuk mengemas produk kopi instan. Dibandingkan dengan pengalengan maka pembotolan (pengemasan dengan botol) di industri besar dalam proses pembotolan memerlukan tenaga kerja yang lebih sedikit. Tahapan pembotolan dalam industri meliputi: memasukkan botol kosong dalam alat (bottle feeding), pembersihan botol (bottle cleaning),



pengisian (filling), penutupan (closing), pelabelan (labeling), penyusunan dan pengemasan untuk tranportasi (Dwiari, dkk., 2008). Adapun tahapan proses pembuatan kemasan botol kaca adalah sebagai berikut : 1. Bahan baku dicampur merata secara otomatis (Silika, Soda Abu Na2O, Potasium Oksida K2O,Batu Kapur (Kalsium Oksida) CaO, Magnesium Oksida,Alumunium Oksida, Besi Oksida, Belerang Tri Oksida). 2. Kemudian dimasukkan ke dalam tanur untuk dilelehkan dengan suhu 1500-1600°C ada yang 1300°C). 3. Tungku pembakaran membara terus menerus dan dikendalikan oleh sistem (panel) pengendali. 4. Sebelum dicetak suhu diturunkan hingga 1000-1200oC dan lelehan gelas didiamkan beberapa saat. 5. Cairan gelas dialirkan ke dalam mesin pembuat botol 6. Lelehan dipotong-potong dengan ukuran yang ditetapkan dalam bentuk gumpalan kasar. 7. Gumpalan meluncur ke pencetakan pertama (cetakan Parison). 8. Hembus Ganda (Blow and Blow) untuk gelas berleher sempit (botol) 9. Tekan dan Hembus (Press and Blow) untuk gelas berleher lebar. 10. Pembentukan dan pencetakan dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu: 11. Dipindahkan ke cetakan akhir atau cetakan wadah yaitu cetakan yang sebenarnya dengan ukuran tertentu. 12. Dibawa ke ruang “leher” pendingin yang bersuhu 450oC. 13. Wadah dipanaskan kembali (proses annealing). 14. Kemudian perlahan-lahan didinginkan dari suhu 575-600 oC menjadi 450oC dengan adanya aliran udara. Proses ini bertujuan untuk membuat wadah gelas menjadi tidak rapuh atau mudah pecah. 15. Dilakukan pengawetan gelas dengan cara pre-cooling yang berfungsi untuk menjaga kompresor agar udara yang terhisap hanya udara yang dalam keadaan bersih dan tidak mengandung air. Di Indonesia teknologi pre-cooling pertama kali ditemukan oleh PT. Iglas. 16. Dilakukan pengawasan mutu ketika botol keluar dari cetakan, yang terdiri dari uji coba (Butler, 2001). Yang perlu diperhatikan dalam memilih botol sebagai kemasan antara lain adalah easy of unpacking dan easy of resealing. Easy of unpacking berarti botol tersebut mudah mengeluarkan isisnya. Sedangkan easy of resealing adalah botol mudah dituup kembali setelah digunakan. Penutup kemasan yang digunakan untuk menutup kemasan harus aman dan tidak bereaksi dengan produk yang dikemas. Penutup kemasan yang terbuat dari logam terdapat karet di balik tutupnya agar produk tidak terkena langsung dengan logam karena produk Kiranti ini terbuat dari senyawa-senyawa yang reaktif terhadap logam. Kemudahan membuka tutup kemasan (easy of unpacking) digolongkan menjadi mudah, sedang dan sulit. Golongan mudah yaitu kemudahan membuka tutup kemasan seperti kemasan Kiranti ini. Membuka tutup kemasan Kiranti yaitu hanya



dengan memutar tutup kemasan hingga terlepas dari gelang pengikatnya. Sedangkan golongan sedang yaitu tutup kemasan ABC Spesial Grade. Tutup kemasan dibuka dengan menggunakan alat pembuka, sehingga termasuk dalam golongan sedang. Sedangkan tutup kemasan yang termasuk dalam golongan sulit yaitu tutup minyak kayu putih. Tutup minyak kayu putih ada dua bagian, bagian luar cara membukanya mudah namun terdapat penutup bagian dalam yang berfungsi untuk menyumbat tutup botol agar produk di dalamnya tidak merembes keluar. Namun meskipun kemasan botol Kiranti ini termasuk golongan yang mudah untuk dibuka dan ditutup kembali, diharapkan pengonsumsian produk Kiranti ini harus sekali habis untuk menjaga kualitas produk, meski memungkinkan produk ini tidak dikonsumsi sekali habis. Kandungan senyawa reaktifnya dikhawatirkan dapat rusak apabila terlalu lama terpapar udara. Kemudahan membuka penutup botol hanya ditujukan demi kenyamanan konsumen Kiranti yang rata-rata adalah wanita. Selain itu, juga demi kepraktisan konsumsi, kemudahan membuka tutup kemasan tingkat sedang juga dirasa kurang tepat karena harus membuka dengan alat pembuka terlebih dahulu. Padahal, banyak konsumen yang ingin mengonsumsi produk tersebut secara langsung dan cepat ketika tiba-tiba sangat dibutuhkan karena pengonsumsian produk ini termasuk dalam taraf kondisional yang tidak dibutuhkan pada waktu tertentu secara berkala. Mayoritas dari mereka hanya mengonsumsi produk ini hanya ketika mengalami nyeri saat haid dan hanya sedikit yang mengonsumsinya secara berkala untuk menjaga kelancaran haid. Bentuk botol yang berlekuk juga memudahkan konsumen untuk memegang botol. 2.2.



Desain Kemasan Pemasaran



konsumsi saat ini mulai khusus menentukan ceruk pasar yang salah satunya dapat melalui segmentasi berdasarkan gender. Tampilan identitas gender bisa ditemukan pada desain kemasan melalui elemen visual seperti warna, tipografi, bentuk botol, struktur kemasan dan citra (ilustrasi maupun fotografi). Kemasan Kiranti merupakan salah satu produk minuman herbal siap saji bagi perempuan yang senantiasa menampilkan identitas perempuan secara arbitrer, seperti profil foto perempuan yang langsing dan cantik menurut standar media. Produksi teks melalui elemen visual tersebut turut membentuk identitas perempuan dalam masyarakat. 2.2.1.



produk



Tipograf



Logotype merek Kiranti menggunakan tipografi roman yakni huruf dengan kait pada ujungnya. Secara denotatif dibaca Kiranti,



namun konotasinya jenis huruf ini telah lama dilabeli sebagai huruf yang mencerminkan keanggunan, feminin, klasik, dan gemulai. Konsep ini seolah-olah lazim bagi jenis huruf roman untuk menggambarkan femininitas, disebabkan kekerapannya muncul pada produk-produk yang ditujukan bagi perempuan, seperti minyak wangi atau produk kecantikan lainnya. Maka bisa dibilang, sebuah jenis huruf mampu mengatur identitas jenis kelamin tertentu yang tentu saja tak ada kaitannya dengan seksualitas namun lebih bersifat kultural selama ini. Jenis huruf roman acapkali digunakan untuk mencitrakan perempuan sedangkan huruf sans serif yang tak berkait dan minim dekorasi, kerap dipakai untuk menggambarkan konsep lugas, kelakian dan modern. Kedua jenis huruf ini telah menjadi bahasa visual ‘berjenis kelamin’ yang makin mengukuhkan oposisi biner, seperti: laki-laki – perempuan, maskulin – feminin, modern – tradisional, fungsional – dekoratif dsb. 2.2.2.



Fotograf dan Bentuk Botol



Kemasan Kiranti terbangun atas anatomi desain kemasan seperti : struktur botol, warna, tipografi dan gambar yang berupa fotografi. Pada tingkatan denotasi ikon foto perempuan langsing berkulit putih mulus yang mengenakan kaus dan bercelana jins dengan berbagai pose menggambarkan wujud perempuan itu sendiri. Begitu juga dengan bentuk botol yang merujuk pada botol itu sendiri. Selanjutnya denotasi ini menjadi penanda bagi makna konotasi yang melibatkan pengetahuan dan emosi penafsir gambar guna menguak arti tersembunyi dibalik sebuah gambar. Seorang model telah dipilih untuk mewakili sosok perempuan, secara gamblang digambarkan dengan proporsi tubuh langsing berkulit cenderung putih dan mulus nyaris tanpa cacat. Sehingga yang tampak adalah sebuah mitos kecantikan tertentu dalam menampilkan tubuh perempuan secara sepihak oleh pembuat pesan. Sebagai bentuk pesan, mitos adalah sesuatu yang diyakini kebenarannya tanpa dipertanyakan lebih lanjut oleh masyarakat. Menurut Roland Barthes (Chandler, 2007), fungsi mitos adalah menaturalisasikan budaya – dengan kata lain untuk membuat budaya yang dominan dan sejarah, sikap, dan keyakinan supaya tampak alami, wajar, self-evident, tanpa waktu, nyata sebagai anggapan umum – sasaran dan refleksinya adalah ’tampak apa adanya’. Dalam hal ini kemasan Kiranti tampak berusaha membuat ukuran mitos kecantikan perempuan khususnya perempuan Indonesia. Strategi kemasan Kiranti dalam memilih model perempuan telah menyapa konsumennya dan mereka, para perempuan tersebut turut menyetujui bahwa perempuan sudah sepatutnya memiliki tubuh yang ideal dan kulit mulus seperti pada gambar. Perempuan sudah bergumul dengan sesuatu yang dianggap alamiah (terberi) padahal ini adalah sebuah bentuk konstruksi sosial oleh media.



Mitos kecantikan ini diperkuat pula oleh bentuk botol yang secara konotatif bila diperhatikan menyerupai siluet tubuh perempuan yang dipertegas oleh label transparan yang berkurva lenggok menyerupai bagian perut dan pinggul perempuan bila dilihat tampak depan. Proporsi perut ramping dan pinggul bak ’gitar spanyol’ ini turut mengukuhkan citra perempuan langsing berpinggul indah. Inilah cara kerja mitos, membingkai apa yang ingin ditampilkannya, yakni kecantikan dan kelangsingan perempuan yang dipilih sebagai standarisasinya sekaligus mengesampingkan tubuh ’liyan’ seperti kurus maupun tubuh gemuk atau kemajemukan warna kulit dari yang gelap bergradasi ke terang. Seolah-olah kemasan Kiranti mendikte perempuan dengan menetapakan ’mitos kecantikan’ langsing dan bekulit mulus putih. Konsep kecantikan seperti ini memang bukanlah hal baru, telah banyak media lainnya seperti iklan sabun pencerah kulit dan lainnya telah lama merasuki dan mendikte perempuan dalam memelihara tubuhnya. Material gelas sendiri berkonotasi ’premium’ (Marianne Rosner Klimchuck, Sandra A. Krasovec, 2007), turut membentuk subyek konsumen yang berstatus ekonomi sosial atas, disamping harganya yang memang dua kali lipat dari jamu tradisional. Botol siap saji ini mempengaruhi perilaku konsumsi yang memiliki mobilitas tinggi. Mitos lainnya yang berkembang adalah identitas konsumen perempuan aktif (outdoor/publik) bekerja, maupun mahasiswa. Hal yang disejajarkan dengan kemodernan. Sangat berbeda dengan peminum jamu tradisional yang menyeduh sendiri atau menunggu ‘mbok jamu’ yang mengkonotasikan nilai domestik, pasif dan tradisional. Kesan jamu yang berasal dari kata ’jampi’ yang berarti mantra atau doa, yang biasa dipanjatkan para balian (dukun wanita) untuk meminta kesembuhan dan kesehatan (Damanik, 2009), berkesan mistis. Sisi ini dipendam Kiranti karena berasosiasi dengan kesan tradisional dan tidak empirik. Didukung pula dengan tulisan ’obat herbal terstandar’, Kiranti ingin menyampaikan makna baru, yakni: empirik, logis dan modern bagi perempuan modern. Meski nyatanya isi produk masih jamu dan terdapat ciri khas kecantikan perempuan Jawa yang kalem dan lembut. 2.2.3.



Ilustrasi



Apabila ditelusuri keterkaitan gambar daun dan tulisan, makna level denotasi gambar daun tersebut terbantukan dengan tulisan urutan pertama komposisi minuman, yakni “Curcumae Domesticae Rhizoma atau kunyit untuk Kiranti Sehat Datang Bulan”. Tingkatan tanda pertama ini berkembang ke tahap konotasi bahwa produk Kiranti terbuat dari rempah alami seperti kunyit, yang berbeda dengan pereda



nyeri menstruasi sejenis obat. Di sini terdapat kode estetika komputerisasi dalam upaya membangun derajat ikonitas untuk mencapai kemiripan fotografi kunyit. Pemanfaatan perangkat grafis ini merupakan cara untuk memitoskan ‘sesuatu yang diambil dari alam’. Helai-helai daun yang digambarkan tampak segar dan hijau terang menyiratkan ide segar dari perkebunan, tanaman toga misalnya. Seperti yang dilontarkan Barthes (2010), ribuan gambar bisa menunjukkan konsep tunggal. Konsep bisa jadi tetap, namun bentuk bisa beraneka ragam. Bermacam penggayaan untuk gambar daun kunyit, Kiranti memilih gambar paling kanan dalam menyampaikan konsep ’naturally’. Begitu juga dengan ilustrasi berupa stilasi komposisi buah asam, daun sinom, kunyit dan buah jeruk. Bahan-bahan herbal tersebut yang tadinya mentah dari alam, sebenarnya telah mengalami pengolahan dari pabrik berteknologi tinggi. Konsep natural ini terkukuhkan bila dikaitkan dengan riasan natural (tipis) oleh model yang ditampilkan. Kualitas-kualitas alam dipinjam untuk ditranfer ke dalam kemasan Kiranti. Keutuhan pesan yang berseru pada pembaca teksnya adalah “Kiranti berbahan alami, sealamiah kecantikanmu” (lewat riasan natural) adalah wujud ideologi dari yang natural (Williamson, 2007). Williamson menyatakan, sistem alam ditarik sebagai referen untuk menyimbolkan komoditi atau iklan (budaya) lewat imaji dan teks verbal meskipun pada kenyataannya sesuatu yang mentah telah dimasak oleh pabrik justru disejajarkan tersedia oleh alam. Terdapat hasrat untuk kembali ke alam dan keinginan penampilan yang alami, seperti yang diidamkan oleh pembaca teks.



2.3.



Labelling Kemasan



Label makanan adalah informasi identitas atau “jati diri” dari produk yang menjadi hak milik perusahaan sebagai alat komunikasi tertulis pihak produsen dengan pihak konsumen dalam melakukan pelayanan jaminan persyaratan mutu produk dan kesehatan. Banyak rambu-rambu yang mengatur dalam pelabelan makanan beserta sanksinya. Oleh karena itu diharapkan bahwa pelabelan dapat menjadi perangkat efektif pengendali mutu dan sekaligus dapat mempertinggi “alarm” keamanan pangan. Setidaknya konsumen bisa waspada untuk tidak lagi membeli produk dengan label yang sama setelah dikecewakan. Konsumen dapat meminta pertanggungjawaban produsen, karena tahu kepada siapa mereka harus meminta tanggung jawab. Mereka akan menjadi pelanggan lestari apabila sudah percaya terhadap mutu produk dengan label yang telah dipercayainya. Dengan demikian produsen memperoleh “hadiah” atas mutu yang mereka berikan kepada konsumennya.



  



      



Dengan pelabelan, baik produsen maupun konsumen dilatih untuk masuk dalam sistem yang secara langsung atau tidak langsung akan melibatkan adanya pengendalian mutu sekaligus penjagaan terhadap keamanan pangan. Berdasarkan UU No. 7 tahun 1996 pada label mengandung informasi tentang : Logo perusahaan Nama Produk Daftar nama bahan yang digunakan dalam produk secara terbuka dicantumkan kecuali istilah khusus yang digunakan untuk bahan pangan tertentu yang unik diberi penjelasan dimana konsumen umum dapat mengerti. Komposisi jumlah bahan yang menjadi rahasia perusahaan juga bisa tidak dicantumkan. Nilai Gizi Netto (berat) produk yang ada di dalam kemasan Nomor daftar di Departemen terkait, misalnya no. sertifikat halal Tanggal kadaluarsa Petunjuk penggunaan dan kegunaan produk Cara penyimpanan Alamat layanan konsumen dan alamat perusahaan dicantumkan dengan jelas dan benar



Pada produk Kiranti ini dirasa sudah sangat memenuhi standar yang telah ditetapkan. Semua komponen yang diwajibkan telah dicantumkan pada kemasan. Jelas saja, melihat juga bahwa produk ini telah mendapatkan predikat dari BPOM RI sebagai salah satu obat herbal terstandar dan telah mendapatkan sertifikasi CPOTB (Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik), serta jaminan keamanan pangan ISO 22000:2005. Selain itu, Kiranti juga telah mendapatkan



sertifikat halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI). Tidak perlu diragukan lagi masalah pelabelan pada Kiranti.