Kisah Nabi Nuh [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KISAH KEJUJURAN NABI NUH AS Di sebuah lereng bukit yang gersang nampak sosok laki-laki tua yang sibuk membelah batang-batang kayu dengan kampaknya, ratusan papan kayu yang dikumpulkan itu dirakitnya dengan penuh ketekunan dan kesabaran. Semula orang bingung melihatnya, namun pada akhirnya mereka tahu bahwa orang tua itu sedang membuat sebuah perahu besar. Dialah Nuh, seorang utusan Alloh. Dia membuat perahu atas dasar wahyu dari Alloh. Kisah ini berawal dari lima orang sholeh yang hidup di zaman sebelum lahirnya kaum Nabi Nuh. Nama-nama mereka adalah Wadd, Suwa’, Yaghuts, Ya’uq, dan Nasr. Setelah kelimanya meninggal, orang-orang membuat patungpatung mereka dengan tujuan untuk menghormati dan mengenang budi baik mereka. Setelah patung-patung itu diwariskan turun temurun kepada anak cucu mereka hingga sampai pada zaman Nabi Nuh, timbullah berbagai dongeng dan khurofat yang mempengaruhi pemahaman dan keyakinan manusia, mereka menganggap patung-patung itu mempunyai kekuatan gaib. Iblis telah membisiki kaum nabi Nuh bahwa berhala-berhala tersebut adalah tuhan yang dapat mendatangkan manfaat dan menolak bahaya. Patung-patung itupun disembah. Alloh mengutus Nabi Nuh untuk memberantas segala bentuk kemusyrikan di jaman itu. Dengan seluruh kemampuannya ia berusaha menyadarkan kaumnya untuk kembali menyembah kepada Alloh. Ia menyerukan, “Wahai kaumku, Aku adalah pemberi peringatan yang nyata bagi kalian. Janganlah menyembah selain Alloh, takutlah padaNya dan taatlah padaku. Alloh akan mengampuni dosa-dosa kalian. Jika tidak, kalian akan mendapat siksa yang pedih.” Demi mendengar dakwah Nabi Nuh, satu persatu mereka insaf dan menjadi pengikutnya. Namun kebanyakan mereka tergolong dari kaum lemah, fakir dan orang-orang yang menderita. Sedangkan golongan orang-orang kaya, kuat dan para penguasa meragukan dakwanya. Mereka pun tidak segan-segan menantangnya. “Wahai Nuh, Bukankah kau juga manusia biasa seperti kami, dan pengikutpengikutmu adalah orang-orang yang hina, orang-orang bodoh yang lekas percaya saja. Tidak ada kelebihan apa-apa yang kau miliki dibanding kami, mengapa kau mengaku menjadi utusan Alloh?” “Kaumku, aku memanng tidak pernah mengatakan bahwa aku mempunyai kekayaan yang berlimpah, aku tidak pernah pula mengatakan bahwa aku mengetahui hal yang gaib. Aku bukan malaikat melainkan manusia biasa seperti kalian yang diutus oleh Alloh untuk menyadarkan kalian dari kemusyrikan yang telah membelenggu hati kalian. Dan aku tidak akan meminta upah sedikitpun pada kalian bagi seruanku, karena upahku hanyalah dari Alloh. Orang-orang yang kalian pandang dengan sebelah mata, kalian anggap bodoh, hina, lemah, pahala mereka tidak akan hilang karena penghinaan kalian. Alloh lebih tau terhadap apa yang ada dalam hati mereka.” “Nuh! Hentikan ocehanmu! Sekarang tidak perlu banyak bicara, coba datangkan siksa yang kau janjikan itu jika kau memang benar!” Ooh? Hanya Allah yang bisa mendatangkan siksa itu, tetapi ingat, kalau Allah sudah mendatangkan siksanya, tidak ada satupun di antara kalian yang dapat menghindar, kalian semua akan binasa!” Perdebatannya dengan orang kafir semakin panjang, argumen-argumen merekapun bisa dipatahkan. Karena kesalnya, mereka mulai berani mengejek Nabi Allah,”Nuh! Kaulah yang tersesat diantara kami. Kau pendusta! Dan kau telah gila!” “Wahai kaumku, tidak ada padaku kesesatan sedikitpun tetapi aku adalah utusan dari tuhan semesta alam. Aku sampaikan amanat-amanat tuhanku dan aku



memberi nasehat kepada kalian. Aku mengetahui dari Allah apa-apa yang tidak kalian ketahui. Selama 950 tahun, Nabi Nuh terus berdakwah. Setiap kali mengajak kaumnya untuk menyembah kepada Alloh, mereka lari, ada pula menutupi telinga begitu mendengar dakwahnya. Jumlah pengikut Nabi Nuh tidak bertambah, sedangkan jumlah orang kafir semakin banyak. Nabi Nuh sangat sedih namun ia tidak putus asa untuk mengajak kaumnya kembali menyembah kepada Allah. Hingga suatu ketika Nabi Nuh mengadukan kesedihannya kepada Allah. Allah mengerti perasaan Nabi Nuh, ia telah berjuang selama 950 tahun untuk berdakwah. Kini, tibalah saatnya Allah mendatangkan perkaranya untuk menolong orangorang yang beriman dan membinasakan orang kafir. Nabi Nuh pun berdoa kepada Allah. “Ya Allah, jangan Engkau biarkan seorangpun diantara orang kafir itu tinggal di atas bumi. Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka tinggal, niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hambaMu. Dan mereka tidak akan melahirkan selain anak yang berbuat maksiat dan kafir.“ Doa Nabi Nuh dikabulkan oleh Allah, diperintahkan kepada Nabi Nuh supaya membuat perahu dengan pengawasan dan wahyu dari Allah. Tanpa mengenal lelah Nabi Nuh bekerja siang malam membangun perahu, sementara cuaca atau udara saat itu sangat kering dan tidak ada sungai atau laut yang dekat, sehingga hal ini membuat setiap orang yang melihat pekerjaan Nabi Nuh terheran-heran. Lebih-lebih kaum kafir beserta pembesar mereka.Tiada kata yang terucap dari mulut mereka selain celaan dan hinaan. Lebih menyedihkan lagi istri Nabi nuh juga termasuk golongan mereka. “Bagaimana perahu ini bisa berlayar, Nuh?” “Apakah dia akan berlayar diatas tanah?” “Hahaha....sungguh Nuh telah gila!” Dengan sabar Nabi Nuh menjawab ejekan mereka, ”Jika kalian mengejek kami, Kami pun akan mengejek kalian sebagaimana kalian telah mengejek kami. Kelak kalian akan mengetahui siapa yang akan ditimpa siksa yang kekal dan menghinakan.” Setelah 40 tahun, selesailah perahu yang dibuat Nabi Nuh. Panjangnya 300 hasta (+600 meter), tinggi 30 hasta (+ 60 meter) dan seluruh bagian perahu tersidi dari 313 lembar papan kayu. Perahu itu mempunyai tiga dek untuk para penumpangnya. Dek paling bawah untuk mengangkut segala jenis binatang, dek tengah untuk orang-orang iman dan dek ketiga untuk mengangkut segala jenis burung. Kini Nabi Nuh tinggal menunggu perintah dari Alloh selanjutnya. Alloh mewahyukan bahwa jika tannur (dapur-dapur untuk manggang roti) sudah memancarkan air, maka itu nerupakan perintah bagi Nabi Nuh untuk segera bertindak. Beberapa hari kemudian tannur itu mulai menunjukkan tanda-tandanya, air terpancar dengan deras. Nabi Nuh segera membuka pintu perahunya dan mengajak orang-orang iman untuk menaikinya. “Naiklah kalian ke dalam perahu dengan menyebut nama Alloh diwaktu berlayar dan berlabuhnya.” Orang-orang iman segera menaiki perahu, tidak ketinggalan pula burungburung dan binatang-binatang berpasangan. Kekuatan Alloh telah menggiring burung-burung dan binatang-binatang berbondong-bondong menuju perahu Nabi Nuh dan menempati tempat mereka masing-masing. Sementara sebagian besar kaum yang kafir termasuk istri Nabi Nuh dengan sombong menolak menaiki perahu tersebut, sehingga kaumnya yang beriman dan ikut serta dalam perahu itu hanya berjumlah delapan puluh orang.



Air mulai keluar dengan deras dari celah-celah bumi. Mula-mula hanya sebatas telapak kaki. Keadaan ini tidak menyadarkan kaum kafir, mereka malah sibuk menyelamatkan hartanya masing-masing. Nabi Nuh menutup perahunya. Sementara dari langit turun hujan yang sangat deras yang belum pernah terjadi sebelumnya di muka bumi ini. Nabi Nuh bersama orang-orang iman didalam perahu hanya bisa pasrah kepada Alloh menunggu detik-detik tenggelamnya bumi. Orang-orang kafir mulai kelabakan mencari tempat perlindungan dari air bah, sebagian tewas terseret arus. Atap-atap rumah tidak dapat lagi dijadikan tempat berlindung karena permukaan air semakin tinggi, bahkan pucuk-pucuk daun di pohon yang tinggi mulai terjilat air. Saat perahu mulai berlayar, nampak Kan’an, anak Nabi Nuh, berenang menuju puncak sebuah gunung yang belum terjamah air. Naluri kasih sayang seorang ayah membuat Nabi Nuh berusaha keras membujuk dan merayu anaknya agar mau naik perahu bersamanya. “Kan’an anakku! Naiklah ke perahu bersama kami! Janganlah kau mati bersama-sama orang yang kafir!” “Tidak Ayah! Aku akan selamat berada di puncak gunung itu” “Kan’aaan....dengarkan Ayah! Tak ada satu pun yang dapat melindungimu dari keadaan ini selain Alloh” Belum selesai pembicaraan antara ayah dan anaknya, tiba-tiba datang gelombang besar yang menjadi penghalang antara keduanya. Kan’an hilang dari pandangan Nabi Nuh. Nabi Nuh berusaha mencari namun ia tidak menemukan selain ombak yang semakin tinggi. Nabi Nuh sedih, ia telah kehilangan anak yang dicintainya. Seluruh permukaan bumi telah tenggelam. Peristiwa itu terjadi pada tanggal 10 Rajab. Perahu mengapung diatas permukaan air yang tak kunjung surut. Hingga akhirnya pada tanggal 10 Muharrom datanglah perintah Alloh. “Hai, bumi telanlah airmu dan hai hujan dari langit berhentilah...” Perintah Alloh ittelah mengakhiri petualangan Nabi Nuh bersama pengikutnya yang telah terapung-apung di dalam perahu selama enam bulan. Lenyaplah peristiwa yang mengerikan itu seiring dengan menyurutnya air ke celah-celah bumi. Hati Nabi Nuh masih gulau akan kematian anaknya, Kan’an, ia bertanyatanya kenapa Alloh tidak menyelamatkan anaknya. Ia tidak tahu bahwa Kan’an menyembunyikan kekafirannya di hadapan Nabi Nuh. Hingga terucap, “Ya Tuhanku, sesungguhnya anakku termasuk keluargaku dan sesungguhnya janji Engkau itulah yang benar. Dan Engkau adalah Hakim yang seadil-adilnya.” Alloh pun menjelaskan kepada Nabi Nuh, “Hai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk kelauargamu yang dijanjikan akan diselamatkan. Sesungguhnya perbuatannya tidak baik. Sebab itu, janganlah kamu memohon kepadaKu sesuatu yang kamu tidak mengetahui hakekatnya. Aku peringatkan kepadamu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan.” Nabi Nuh tersadar dan memohon ampun kepada Alloh atas kekhilafannya. Sementara perahu terdampar di daratan Armenia, seluruh penumpang turun dan memanjatkan sukur kepada Alloh yang telah menyelamatkan jiwa dan keimanan mereka.*



-DALIL DALIL TENTANG KEJUJURAN Firman Allah SWT :



‫ص ِل ْح لَ ُك ْم ا َ ْع َمالَ ُك ْم َو يَ ْغ ِف ْرلَ ُك ْم‬ ْ ُ‫ ي‬.‫سدِيـْدًا‬ َ ً‫يـاَيـ ُّ َها الَّذِيـْنَ ا َمنُوا اتَّـقُوا هللاَ َو قُ ْولُ ْوا قَ ْوال‬ 71-70:‫ االحزاب‬.‫ظ ْي ًما‬ ِ ‫س ْولَه فَـقَ ْد فَازَ فَ ْو ًزا َع‬ ِ ‫ َو َم ْن ي‬،‫ذُنـ ُ ْوبَ ُك ْم‬ ُ ‫ُّـطعِ هللاَ َو َر‬



Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amal-amalmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentaati Allah dan RasulNya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar. [Al-Ahzab : 70 – 71]



َ‫ َكـبُ َر َم ْقتـًا ِع ْندَ هللاِ ا َ ْن تَـقُ ْولُ ْـوا َما ال‬. َ‫يـاَيـ ُّ َها الَّذَيـْنَ ا َمنُ ْوا ِل َم تَـقُ ْولُ ْـونَ َما الَ تَـ ْف َعلُ ْـون‬ 3-2:‫ الصف‬. َ‫ـون‬ ْ ُ‫تَـ ْف َعل‬ Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat ? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan. [Ash-Shaff : 2 – 3]



ُ َ‫شيْطنَ يَ ْنز‬ َّ ‫ ا َِّن ال‬،‫غ بَـ ْينَـ ُه ْم‬ َّ ‫ ا َِّن ال‬،‫س ُن‬ َ‫شيْطنَ َكان‬ َ ‫ي ا َ ْح‬ ْ ‫َو قُ ْل ِلـ ِعبَاد‬ َ ‫ِي يَـقُ ْولُـوا الَّـتِ ْي ِه‬ 53:‫ االسراء‬.‫عد ًُّوا ُّم ِبـ ْينًا‬ َ ‫ان‬ َ ْ‫إلنــ‬ ِ ‫ِل‬ ِ ‫س‬ Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku : “Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya syaitan (suka) menimbulkan perselisihan diantara mereka. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia”. [Al-Israa’ : 53] 1. Surah At-Taubah ayat 119



َّ ‫َيا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا اتَّقُوا‬ َ‫صا ِد ِقين‬ َّ ‫َّللاَ َو ُكونُوا َم َع ال‬ “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah SWT, dan hendaklah bersama orang-orang yang benar.” 2. Surah Az-Zumar ayat 33



َ‫صدَّقَ ِب ِه أُولَ ِئ َك ُه ُم ْال ُمتَّقُون‬ ِّ ِ ‫َوالَّذِي َجا َء ِب‬ َ ‫ق َو‬ ِ ‫الص ْد‬ “Dan orang yang membawa kebenaran (Nabi Muhammad) dan membenarkannya, maka mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” Allah akan mengangkat orang yang bertakwa kepada-Nya, yakni yang mengerjakan yang diperintahkan-Nya dan menjauhi apa yang dilarang-Nya. Karena itu jujur merupakan sikap terpuji yang dianjurkan oleh Allah SWT.



3. Surat An-Nahl ayat 105



َّ ‫ت‬ َ‫َّللاِ ۖ َوأُو َٰلَئِ َك هُ ُم ْال َكا ِذبُون‬ ِ ‫ِب الَّذِينَ ََل يُؤْ ِمنُونَ ِبآ َيا‬ َ ‫ِإنَّ َما َي ْفت َ ِري ْال َكذ‬ “Sesungguhnya yang mengadakan kebohongan ialah orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah dan mereka adalah orang yang pendusta.”



4. Surat Az-Zumar ayat 60



َّ ‫َويَ ْو َم ْال ِقيَا َم ِة ت َ َرى الَّذِينَ َكذَبُوا َعلَى‬ ‫ْس فِي َج َهنَّ َم َمثْ ًوى‬ َ ‫َّللاِ ُو ُجو ُه ُه ْم ُم ْس َودَّة ٌ ۚ أَلَي‬ َ‫ِل ْل ُمت َ َك ِبِّ ِرين‬ “Dan pada hari kiamat, kalian akan melihat orang-orang yang berbuat dusta terhadap Allah yakni mereka mukanya menjadi hitam. Bukankah dalam neraka Jahannam itu terdapat orang-orang yang menyombongkan diri.” 5. Surat Ibrahim ayat 27



َّ ‫ض ُّل‬ َّ ُ‫يُث َ ِبِّت‬ ِ ِ‫َّللاُ الَّذِينَ آ َمنُوا بِ ْالقَ ْو ِل الثَّاب‬ ُ‫َّللا‬ ِ ُ‫ت فِي ْال َحيَاةِ الدُّ ْنيَا َوفِي ْاْل ِخ َرةِ ۖ َوي‬ َّ َّ ‫الظا ِل ِمينَ ۚ َويَ ْف َع ُل‬ ‫َّللاُ َما يَشَا ُء‬ “Allah meneguhkan iman orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh dalam kehidupan di dunia dan juga di akhirat, dan Allah menyesatkan orang-orang yang dzalim dan yang berbuat apa yang dikehendakinya.” 6.Surat Al Maidah ayat 8



َّ ِ ‫ي َ ا أ َي ُّ َه ا ال َّ ِذ ي َن آ َم ن ُ وا ك ُ و ن ُ وا ق َ َّو ا ِم ي َن‬ ‫ط ۖ َو ََل ي َ ْج ِر َم ن َّ ك ُ ْم‬ ِ ْ‫ّلِل ِ ش ُ َه د َ ا َء ب ِ الْ قِ س‬ َّ ‫ب لِ ل ت َّقْ َو َٰى ۖ َو ا ت َّق ُ وا‬ ‫َّللا َ ۚ إ ِ َّن‬ ُ ‫شَ ن َآ ُن ق َ ْو ٍم عَ ل َ َٰى أ َ ََّل ت َعْ ِد ل ُ وا ۚ ا عْ ِد ل ُ وا ه ُ َو أ َقْ َر‬ َّ ‫َّللا َ َخ ب ِ ي ٌر ب ِ َم ا ت َعْ َم ل ُ و َن‬ ‘’Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.’’



-DALIL DALIL HADIS



Hadits-hadits Nabi SAW :



‫ فَاِنــَّهُ َم َع‬،‫ق‬ ُ ‫ قَا َل َر‬:‫ق رض قَا َل‬ ِ ‫ َعلَـ ْي ُك ْم ِب‬:‫س ْو ُل هللاِ ص‬ ِ ‫ع ََ ْن اَبــِى َب ْك ٍر‬ ِ ‫ـالص ْد‬ ِ ْ‫الصدِيـ‬ ‫ ابن حبان‬.‫ار‬ َ ‫ َو اِيـَّا ُك ْم َو اْل َكذ‬.‫اْلبِ ِر َو ُه َما فِى اْل َجنَّ ِة‬ ِ َّ ‫ فَاِنــَّهُ َم َع اْلفُ ُج ْو ِر َو ُه َما فِى النـ‬،‫ِب‬ ‫فى صحيحه‬



Dari Abu Bakar Ash-Shiddiq RA ia berkata, “Rasulullah SAW bersabda : “Wajib atasmu berlaku jujur, karena jujur itu bersama kebaikan, dan keduanya di surga. Dan jauhkanlah dirimu dari dusta, karena dusta itu bersama kedurhakaan, dan keduanya di neraka”. [HR. Ibnu Hibban di dalam Shahihnya]



‫الص ْدقَ َيـ ْهدِى‬ ُ ‫ َقا َل َر‬:‫َع ِن ابـْ ِن َم ْسعُ ْو ٍد رض َقا َل‬ ِ ‫ق َفا َِّن‬ ِ ‫ َع َلـ ْي ُك ْم ِب‬:‫س ْو ُل هللاِ ص‬ ِ ‫ـالص ْد‬ ‫الص ْدقَ َحتَّى‬ ْ َ‫الـر ُج ُل ي‬ َّ ‫ َو َما يَزَ ا ُل‬.‫ِلى اْل َجنَّ ِة‬ ِ ‫صد ُُق َو يَـت َ َح َّرى‬ َ ‫ِلى اْلبِ ِر َو اْلبِ ُّر يَـ ْهدِى ا‬ َ ‫ا‬ ‫ِلى اْلفُ ُج ْو ِر َو اْلفُ ُج ْو ُر‬ َ ‫ِب فَا َِّن اْل َكذ‬ َ ‫ َو اِيـَّا ُك ْم َو اْل َكذ‬.‫صدِيـْقًا‬ ِ ِ‫ب ِع ْندَ هللا‬ َ َ ‫يُ ْكـت‬ َ ‫ِب يَـ ْهدِى ا‬ .‫ب ِع ْندَ هللاِ َكـذَّابـًا‬ ُ ‫ َو َما يَزَ ا ُل اْل َع ْبد ُ يَ ْكذ‬.‫ار‬ َ َ ‫ِب َحتَّى يُ ْكـت‬ َ ‫ِب َو يَـت َ َح َّرى اْل َكذ‬ ِ َّ‫ِلى الن‬ َ ‫يَـ ْهدِى ا‬ ‫البخارى و مسلم و ابو داود و الترمذى و صححه و اللفظ له‬ Dari Ibnu Mas’ud RA ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Wajib atasmu berlaku jujur, karena sesungguhnya jujur itu membawa kepada kebaikan dan kebaikan itu membawa ke surga. Dan terus-menerus seseorang berlaku jujur dan memilih kejujuran sehingga dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Dan jauhkanlah dirimu dari dusta, karena sesungguhnya dusta itu membawa kepada kedurhakaan, dan durhaka itu membawa ke neraka. Dan terus menerus seorang hamba itu berdusta dan memilih yang dusta sehingga dicatat di sisi Allah sebagai pendusta”. [HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud dan Tirmidzi. Tirmidzi menshahihkannya dan lafadh baginya]



‫ض َم ْن‬ ْ َ ‫ ا‬،‫لى ِستًّا ِم ْن اَنـْفُ ِس ُك ْم‬ ْ ِ‫ ا‬:‫ي ص قَا َل‬ ِ ‫صا ِم‬ ُ ‫َع ْن‬ َّ ‫ع َبادَة َ بـْ ِن ال‬ َّ ‫ت رض ا َ َّن النَّ ِب‬ ِ ‫ض َمنُ ْوا‬ ُ َ‫احف‬ ‫ظ ْوا‬ ْ ‫ َو‬،‫ َو اَد ُّْوا اِذَا ائْـت ُ ِم ْنـت ُ ْم‬،‫ َو ا َ ْوفُ ْوا اِذَا َو َع ْدت ُ ْم‬،‫صدُقُ ْوا اِذَا َحدَّثْـت ُ ْم‬ ْ ُ ‫ ا‬.َ‫لَ ُك ُم اْل َجنَّة‬ ُ ‫ َو‬،‫فُ ُر ْو َج ُك ْم‬ ‫ احمد و ابن ابى الدنيا و ابن حبان فى‬.‫ َو ُكـفُّ ْـوا اَيـْدِيـ َ ُك ْم‬،‫ار ُك ْم‬ َ ْ‫غض ُّْوا اَبـ‬ َ ‫ص‬ ‫صحيحه و الحاكم و البيهقى‬ Dari Ubadah bin Shamit RA sesungguhnya Nabi SAW bersabda : “Hendaklah kalian menjamin padaku enam perkara dari dirimu, niscaya aku menjamin surga bagimu : 1. Jujurlah apabila kamu berbicara, 2. Sempurnakanlah (janjimu) apabila kamu berjanji, 3. Tunaikanlah apabila kamu diberi amanat, 4. Jagalah kemaluanmu, 5. Tundukkanlah pandanganmu (dari ma’shiyat) dan 6. Tahanlah tanganmu (dari hal yang tidak baik)”. [HR. Ahmad, Ibnu Abid-Dunya, Ibnu Hibban di dalam shahihnya, Hakim dan Baihaqi]



‫ َما‬،ِ‫س ْو َل هللا‬ ُ ‫ يـَا َر‬:‫ِلى النَّ ِبي ِ ص فَقَا َل‬ َ ‫َع ْن َع ْب ِد هللاِ بـْ ِن َع ْم ٍرو رض ا َ َّن َر ُجالً َجا َء ا‬ .َ‫ َو اِذَا آ َمنَ دَ َخ َل اْل َجنَّة‬، َ‫ َو اِذَا بَ َّر آ َمن‬،‫صدَقَ ْال َع ْبدُ بَ َّر‬ ِ َ ‫ ا‬:‫َع َم ُل اْل َجنَّ ِة؟ قَا َل‬ َ ‫ اِذَا‬.‫لص ْد ُق‬ ‫ َو اِذَا فَ َج َر‬،‫ب اْلعَ ْبدُ فَ َج َر‬ ُ ‫ َْال َكذ‬:‫ار؟ قَا َل‬ ُ ‫ يـَا َر‬:‫قَا َل‬ َ َ‫ اِذَا َكـذ‬،‫ِب‬ ِ َّ‫ َو َما َع َم ُل الن‬،ِ‫س ْو َل هللا‬ ‫ احمد‬.‫ار‬ َ َّ ‫ َو اِذَا َكـفَ َر َي ْع ِنى دَ َخ َل النـ‬،‫َكـفَ َر‬ Dari Abdullah bin ‘Amr RA ia berkata : Sesungguhnya ada seorang laki-laki datang kepada Nabi SAW, lalu bertanya : “Ya Rasulullah, apakah amalan surga itu ?” Rasulullah SAW bersabda : “(Amalan surga itu ialah) jujur. Apabila seorang hamba itu jujur berarti dia itu baik, apabila baik dia beriman dan apabila dia beriman maka dia masuk surga”. Orang itu bertanya lagi : “Ya Rasulullah, apakah amalan neraka itu ?” Rasulullah SAW bersabda : “(Amalan neraka itu ialah) dusta. Apabila seorang hamba itu berdusta berarti dia durhaka, apabila durhaka dia kafir dan apabila kafir maka dia masuk neraka”. [HR. Ahmad]



‫ِب‬ ُ ‫س ِم ْعتُ َر‬ َ ‫ اَالَ ا َِّن اْل َكـذ‬:ُ‫س ْو َل هللاِ ص يَـقُ ْول‬ َ :‫ـريـْدَة َ اْالَ ْسالَ ِمي ِ رض قَا َل‬ َ ُ‫َع ْن اَبــِى ب‬ ‫ ابو يعلى و الطبرانى و ابن حبان فى صحيحه‬.‫اب اْلـقَـب ِْر‬ ُ َ‫ َو النَّ ِـم ْي َمةَ َعذ‬.َ‫س ِود ُ اْ َلو ْجه‬ َ ‫يُـ‬ ‫و البيهقى‬ Dari Abu Buraidah Al-Aslamiy RA ia berkata : Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda : “Ketahuilah, sesungguhnya dusta itu menghitamkan wajah dan namimah itu (menyebabkan) siksa qubur”. [HR. Abu Ya’la, Thabrani, Ibnu Hibban di dalam Shahihnya dan Baihaqi]



ٌ َ‫ ثَال‬:ُ‫س ْو َل هللاِ ص يَـقُ ْول‬ ‫ث َم ْن ُك َّن فِـ ْي ِه فَـ ُه َـو‬ ُ ‫س ِم ْعتُ َر‬ َ :‫َع ْن اَنــ َ ِس بـْ ِن َمالـِكٍ رض قَا َل‬ َ ‫ اِذَا َحد‬.‫ َو قَا َل اِنــِى ُم ْس ِل ٌم‬،‫صلَّى َو َح َّج َو ا ْعتَـ َم َر‬ ‫ب َو اِذَا‬ َ َ‫َّث َكـذ‬ َ ‫ام َو‬ َ ‫ُمنَافِ ٌق َو ا ِْن‬ َ ‫ص‬ ‫ ابو يعلى‬. َ‫ـف َو اِذَا ائْــت ُ ِمنَ خَان‬ َ َ‫َو َعدَ اَخـْل‬ Dari Anas bin Malik RA ia berkata : Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda : “Adatiga perkara yang apabila tiga perkara itu ada padanya maka ia adalah orang munafiq, meskipun ia puasa, shalat, hajji, umrah dan mengatakan : “Sesungguhnya saya orang Islam”, yaitu : 1. Apabila berbicara ia berdusta, 2. Apabila berjanji menyelisihi dan 3. Apabila diberi amanat ia khianat”. [HR. Abu Ya’la]



َّ ‫ ا َ ْر َب ٌع َم ْن ُك‬:‫ي ص قَا َل‬ َ‫ـن ِفـ ْي ِه َكان‬ ِ ‫َع ْن َع ْب ِد هللاِ بـْ ِن َع ْم ِرو بـْ ِن اْل َع‬ َّ ‫اص رض ا َ َّن النَّ ِب‬ ْ ‫صلَةٌ ِم ْنـ ُه َّن َكان‬ ‫ اِذَا‬.‫ق َحتَّى َيدَ َع َها‬ ِ ُ‫صلَة‬ ْ ‫َت ِفـ ْي ِه َخ‬ ْ ‫ َو َم ْن َكانَ ِفـ ْي ِه َخ‬،‫صا‬ ً ِ ‫ُمنَـا ِفقًا خَالـ‬ ِ ‫النفَا‬ َ ‫ َو اِذَا َحد‬، َ‫ائْـت ُ ِـمنَ خَان‬ ‫ البخارى و مسلم‬.‫ص َم فَ َج َر‬ َ َ‫َّث َكذ‬ َ ‫ َو اِذَا خَا‬،‫ َو اِذَا َعا َهدَ َغدَ َر‬،‫ب‬ ‫و ابو داود و الترمذى و النسائى‬ Dari Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash RA, ia berkata : Sesungguhnya Nabi SAW bersabda : “Ada empat perkara barangsiapa yang empat perkara itu ada padanya maka ia adalah orang munafiq yang sebenarnya. Dan barangsiapa ada padanya satu bagian dari yang empat perkata itu berarti ada padanya satu bagian dari kemunafiqan sehingga ia meninggalkannya, yaitu : 1. Apabila diberi amanat ia khianat, 2. Apabila berbicara ia berdusta, 3. Apabila berjanji menyelisihi dan 4. Apabila bertengkar ia curang”. [HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi dan Nasai]



ْ ‫ َح ِف‬:‫س ِن بـْ ِن َع ِلي ٍ رض قَا َل‬ َ‫ِلى َما ال‬ ُ ‫ظـتُ ِم ْن َر‬ َ ‫َع ِن اْل َح‬ َ ‫ دَ ْع َما يُ ِـريـْبُ َك ا‬:‫س ْو ِل هللاِ ص‬ ُ َ‫الص ْدق‬ ‫ الترمذى و قال حديث حسن صحيح‬.ٌ‫ِب َريـْبَة‬ َ ‫ َو اْل َكـذ‬،ٌ‫ط َمأْنـ ِ ْينَة‬ ِ ‫ فَا َِّن‬.‫يُ ِـريـْبُ َك‬ Dari Hasan bin Ali RA ia berkata : Saya hafal dari Rasulullah SAW (beliau bersabda) : “Tinggalkan apa-apa yang meragukanmu (berpindahlah) kepada apaapa yang tidak meragukanmu, karena jujur itu adalah ketenangan dan dusta itu adalah keraguan”. [HR. Tirmidzi dan ia berkata : Hadits Hasan Shahih]



‫ الَ يُـؤْ مـ ِ ُن اْلعَ ْبد ُ اْ ِاليـْ َمانَ ُكـلَّهُ َحتَّى يـَتْ ُر َك‬:ِ‫س ْو ُل هللا‬ ُ ‫ قَا َل َر‬:‫َع ْن اَبــِى ُه َريــْ َرة َ رض قَا َل‬ ‫ احمد و الطبرانى‬.‫صا ِدقًا‬ َ ‫اْل َكـذ‬ َ َ‫ِب فِى اْل َمزَ ا َح ِة َو اْ ِلم َرا َء َو ا ِْن َكان‬ Dari Abu Hurairah RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Tidaklah beriman seorang hamba dengan iman sepenuhnya sehingga ia meninggalkan berdusta dalam bergurau dan (meninggalkan) berbantah meskipun ia benar”. [HR. Ahmad dan Thabrani]



ٍ ‫ اَنــَا زَ ِع ْي ٌم بِـبَـ ْي‬:‫ي ص قَا َل‬ ‫ـر َك‬ َ ‫ت فِى َو‬ َ َ ‫س ِط اْل َجنَّ ِة ِل َم ْن ت‬ َّ ِ‫ع ََ ْن اَبــِى ا ُ َما َمةَ رض ا َ َّن النَّب‬ ‫ البيهقى بـإسناد حسن‬.‫از ًحا‬ َ ‫اْل َكذ‬ ِ ‫ِب َو ا ِْن َكانَ َم‬ Dari Abu Umamah RA sesungguhnya Nabi SAW bersabda : “Saya menjamin dengan rumah di tengah surga bagi orang yang meninggalkan dusta meskipun dalam bergurau”. [HR. Baihaqi dengan sanad Hasan]



‫ ث ُ َّم‬،‫َاك‬ َ ‫ص ِبي ٍ تَـ َعا َل ه‬ ُ ‫ع ََ ْن اَبــِى ُه َريــْ َرة َ رض َع ْن َر‬ َ ‫ َم ْن قَا َل ِل‬:‫س ْو ِل هللاِ ص اَنـــَّهُ قَا َل‬ ‫ احمد و ابن ابى الدنيا‬.ٌ‫ي َكـ ْذبَة‬ َ ‫ فَ ِه‬،‫لَ ْم يُـ ْع ِط ِه‬ Dari Abu Hurairah RA dari Rasulullah SAW sesungguhnya beliau bersabda : “Barangsiapa berkata kepada anak kecil : “Kesinilah ! saya beri”. Kemudian ia tidak memberinya, maka yang demikian itu adalah perbuatan dusta”. [HR. Ahmad dan Ibnu Abid Dunya]



.‫س ْو ُل هللاِ ص قَا ِعد ٌ فِى بَ ْيتِنَا‬ ِ ‫ع ََ ْن َع ْب ِد هللاِ بـْ ِن َع‬ ُ ‫ َو َر‬.‫عتْنِى ا ُ ِمى يَ ْـو ًما‬ َ َ‫ د‬:‫ام ٍر رض قَا َل‬ ْ َ‫ قَال‬،‫ت ا َ ْن ت ُ ْع ِط ْي ِه‬ ْ َ‫فَقَال‬ ‫ ا َ َردْتُ ا َ ْن‬:‫ت‬ ِ ‫ َما ا َ َر ْد‬:‫س ْو ُل هللاِ ص‬ ِ ‫ هَا تَعا َ َل اُع‬:‫ت‬ ُ ‫ فَقَا َل ل َها َ َر‬،‫ْط َك‬ ْ ‫ش ْيئًا ُكـتِ َب‬ ‫ت َعلَـي ِْك‬ َ ‫س ْو ُل هللاِ ص ا َ َما اِنــ َّ ِك لَ ْـو لَ ْم ت ُ ْع ِطـ ْي ِه‬ ِ ‫اُع‬ ُ ‫ فَقَا َل لَـ َها َر‬،‫ْط َيهُ ت َ ْم ًرا‬ ‫ ابو داود و البيهقى‬.ٌ‫َكـ ْذبــَة‬ Dari Abdullah bin ‘Amir RA ia berkata, “Pada suatu hari ibu saya memanggil saya, pada waktu itu Rasulullah SAW sedang duduk di rumah kami. Ibu saya berkata : “Kesinilah ! kamu saya beri”. Maka Rasulullah SAW bersabda : “Apakah betul engkau akan memberinya ?” Ibu saya berkata : “Saya akan memberinya korma”. Lalu Rasulullah SAW bersabda kepada ibu saya : “Ketahuilah, sesungguhnya kamu jika tidak memberi sesuatu kepadanya niscaya kamu dicatat dusta”. [HR. Abu Dawud dan Baihaqi]



ُ ‫ الَ َي ْجت َ ِم ُع اْل ُكـ ْف ُر َو اْ ِاليـْ َم‬:‫س ْو َل هللاِ ص قَا َل‬ ‫ب‬ ُ ‫َع ْن اَبــِى ُه َريـْ َرة َ رض ا َ َّن َر‬ ِ ‫ان ِفى قَ ْـل‬ ‫ احمد‬.‫لخيَانَةُ َو اْالَ َمانَةُ َج ِم ْيعًا‬ ُ ‫الص ْد ُق َو اْل َكـذ‬ ِ ْ‫ِب َج ِم ْيعًا َو الَ ت َ ْجت َ ِم ُع ا‬ ِ ‫ َو الَ يَ ْجت َ ِم ُع‬،‫ئ‬ ٍ ‫ْام ِر‬



Dari Abu Hurairah RA sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda : “Tidak akan berkumpul kekafiran dengan keimanan di hati seseorang, begitu pula tidak akan berkumpul bersama-sama kejujuran dengan kedustaan dan tidak akan berkumpul bersama-sama khianat dengan amanat”.



[HR. Ahmad]



ُ ‫ الَ َيـ ْستَـ ِق ْي ُم اِيـْ َم‬:‫س ْو ُل هللاِ ص‬ ،ُ‫ان َع ْب ٍد َحتَّى َيـ ْستَـ ِق ْي ُم قَ ْـلـبُه‬ ُ ‫ قَا َل َر‬:‫َع ْن اَنــ َ ٍس رض قَا َل‬ ُ‫اره‬ ُ ‫ َو الَ يَ ْد ُخ ُل اْل َجنَّةَ َر ُج ٌل الَ يَـأ ْ َم ُن َج‬،ُ‫سانُه‬ َ ِ ‫َو الَ يَـ ْستَـ ِق ْي ُم قَ ْـلـبُهُ َحتَّى يَـ ْستَـ ِق ْي ُم لـ‬ ‫ احمد و ابن ابى الدنيا‬.ُ‫بِ َـوائـِقَــه‬ Dari Anas RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Tidak akan lurus iman seorang hamba sehingga lurus hatinya, dan tidak akan lurus hatinya sehingga lurus pula lisannya. Dan tidak akan masuk surga orang yang (membuat) tetangganya itu tidak aman dari kejahatannya”.[HR. Ahmad dan Ibnu Abid-Dunya].