10 0 114 KB
PRESENTASI KASUS BEDAH ANAK
SEORANG BAYI LAKI-LAKI USIA 7 BULAN DENGAN KISTA DERMOID REGIO SUPRA CILLIARIS
Oleh: Monika Sitio G0007106
Pembimbing: dr. Suwardi Sp.BA
KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/ RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA 2012
1
BAB I STATUS PASIEN A. ANAMNESIS
1. IDENTITAS PASIEN Nama
: An. Aska
Umur
: 7 bulan
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Alamat
: Karang Asem
No RM
: 01128203
Pemeriksaan
: 14 Mei 2012
2. KELUHAN UTAMA Benjolan di atas alis mata kiri 3. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG Kurang lebih lima bulan sebelum memeriksakan anaknya ke Poliklinik Bedah Anak Rumah Sakit Dr. Moewardi, ibu pasien menemukan benjolan sebesar kelereng di atas alis mata sebelah kiri anaknya. Ibu pasien mengaku bahwa benjolan tersebut membesar perlahan dan tidak nyeri. Ibu pasien mengaku bahwa anaknya sebelumnya tidak pernah mengalami trauma pada bagian kepalanya. Anak tersebut juga belum pernah mendapatkan tindakan operasi sebelumnya. Oleh karena ibu pasien merasa terganggu dengan benjolan tersebut yang tidak hilang hingga saat ini, maka ibu pasien membawa anaknya untuk berobat ke Puskesmas. Oleh karena keterbatasan sarana, pasien dirujuk ke Poli Bedah Anak RSDM.
2
4.
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Riwayat sakit serupa
5.
: disangkal
ANAMNESIS SISTEMIK
Keluhan utama : benjolan di atas alis mata kiri Kulit
: pucat (-), kuning (-)
Mata
: mata kuning (-)
Hidung
: mimisan (-)
Telinga
: keluar cairan (-), darah (-).
Mulut
: gusi berdarah (-), sariawan (-), mulut kering (-), luka pada sudut bibir (-).
Tenggorokan
: sakit menelan (-), suara serak (-).
Sistem Respirasi
: sesak napas (-), batuk (-), mengi (-)
Sistem Cardiovaskuler : nyeri dada (-), berdebar-debar (-) Sistem Gastrointestinal: muntah (-), muntah darah (-), BAK (+) warna kuning jernih, BAB (+). Sistem Muskuloskeletal : kaku otot (-),kejang (-) Ekstremitas Atas
: luka (-/-), ujung jari terasa dingin (-/-), bengkak (-/-)
Ekstremitas Bawah : Luka (-/-), ujung jari terasa dingin (-/-), bengkak (-/-)
3
B. PEMERIKSAAN FISIK Keadaan umum : baik, gerak aktif Primary Survey: Airway
: bebas
Breathing : nafas spontan, abdominal dengan RR 42x/menit Circulation: heart rate 100x/menit Exposure : suhu 36,8o C (per aksiler) Secondary survey: Kepala
: mesocephal
Mata
: konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor (2mm/2mm), reflek cahaya (+/+), benjolan lihat status lokalis
Hidung
: discharge (-), darah (-/-), nafas cuping hidung (-/-)
Telinga
: sekret (-/-), darah (-/-)
Mulut
: mukosa basah (+), sianosis (-)
Tenggorokan
: uvula di tengah, dinding faring posterior tenang, tonsil hipertrofi (-)
Leher
: KGB membesar (-)
Thorax
: normochest, simetris, retraksi (-)
Jantung
:
Inspeksi
: ictus cordis tidak tampak
Palpasi
: ictus cordis teraba di SIC IV linea midclavicularis sinistra
Perkusi
: batas jantung kesan tidak melebar
Auskultasi : bunyi jantung I-II intensitas normal, regular, bising (-) Pulmo
:
Inspeksi
: pengembangan dada kanan= kiri
Palpasi
: fremitus raba kanan=kiri
Perkusi
: sonor/sonor
Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan (-/-) Abdomen
: 4
Inspeksi
: distensi (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal Perkusi
: tympani
Palpasi
: supel, nyeri tekan (-) defense muscular (-)
Ekstremitas
:
Superior Dx : akral dingin (-), edema (-), capillary refill time < 2 detik Superior Sn
: akral dingin (-), edema (-),capillary refill time < 2 detik
Inferior Dx
: akral dingin (-), edema (-),capillary refill time < 2 detik
Inferior Sn
: akral dingin (-), edema (-),capillary refill time < 2 detik
Status Lokalis Regio Supra Cilliaris sinistra Inspeksi: massa (benjolan) (+) Palpasi : massa ukuran 2 x 2 x 1 cm, konsistensi kenyal, berkapsul, mobile, batas tegas, nyeri tekan (-) C. ASSESMENT Kista dermoid regio supra cilliaris sinistra DD Lipoma, Kista ateroma D. PLANNING Ekstirpasi kista Pemeriksaan histopatologi
5
KISTA DERM0ID I.
Definisi Kista dermoid merupakan suatu massa kistik yang dilapisi oleh epitel gepeng
disertai adanya struktur adneksa seperti kelenjar sebasea, rambut, folikel rambut, serta struktur lain seperti tulang, otot, dan kartilago. Kista dermoid dapat bersifat kongenital atau didapat, walaupun secara klinis dan histopatologis tidak terdapat perbedaan diantara keduanya. Pada tahun 1955, Meyer mengemukakan konsep bahwa secara histologis terdapat 3 varian kista dermoid yaitu kista epidermoid, kista dermoid dan teratoid. Pada jenis epidermoid, kista dilapisi oleh epitel gepeng tanpa disertai adneksa.
Sedangkan pada kista dermoid, selain dilapisi oleh epitel gepeng,
juga disertai adneksa seperti rambut, folikel rambut dan kelenjar sebasea. Pada teratoid, selain epitel berlapis gepeng dan adneksa, juga ditemukan
adanya
elemen mesoderm seperti otot, tulang, dan kartilago.Kista dermoid lebih sering dijumpai dibandingkan kista epidermoid dengan perbandingan 2:1.
II.
Epidemiologi Sekitar 10-50% kista dermoid merupakan kista dermoid orbital.
Pada suatu survei histopatologis dilaporkan terdapat 307 kasus tumor orbita, 35 % merupakan kista dermoid. Selain itu, pada survei yang dilakukan oleh Shield terhadap 645 biopsi orbita pada semua usia, 24 % merupakan kista dermoid, dimana dari 250 anak di bawah usia 18 tahun, 46 % merupakan kista dermoid. Studi yang dilakukan oleh lliff dan Green juga menemukan bahwa dari 174 histopatologi tumor orbita, kista dermoid merupakan kasus yang terbanyak. Pada studi tersebut, lebih dari 70 % kista dermoid orbita didiagnosis sebelum usia 5 tahun.
6
Kista dermoid biasanya ditemukan pada beberapa tahun pertama kehidupan. Akan tetapi, kista dermoid yang profunda dapat tidak terdiagnosis pada beberapa tahun pertama kehidupan dan biasanya akan didiagnosis pertama kali pada usia dewasa. Kista dermoid orbital paling banyak ditemui di aspek superolateral dengan sutura frontozygomatic sebagai tempat perlengketannya dan jarang ditemukan pada daerah superonasal. III.
Etiologi Etiologi kista dermoid belum diketahui secara pasti. Terdapat teori yang
menyatakan bahwa kista dermoid kongenital merupakan lesi disembriogenik yang berasal dari elemen ektoderm yang terjebak pada saat penggabungan antara arkus brankial pertama dan kedua yang terjadi pada masa gestasi 3 sampai
4 minggu. Sedangkan kista dermoid didapat,
terjadi akibat trauma
yang menyebabkan implantasi sel epitel ke jaringan yang lebih dalam, atau karena oklusi duktus kelenjar sebasea IV.
Diagnosis 1. Pemeriksaan Fisik Berupa nodul intrakutan atau subkutan, soliter berukuran l - 4 cm, mudah digerakkan dari kulit diatasnya dan dari jaringan di bawahnya. Pada perabaan, permukaannya halus, konsistensi lunak dan kenyal. Secara makroskopis isi kista berupa material keratin yang berlemak dengan rambut, kadang-kadang tulang, gigi atau jaringan syaraf. Lokasi tumor biasanya pada kepala dan leher. 2. Histopatologi Tampak dinding kista berupa epidermis dengan apendiksnya yang sudah sempurna perkembangannya, sehingga sering dijumpai adanya folikel rambut yang tumbuh ke dalam lumen kista. Sedangkan dermis
7
mengelilingi kista, dan mengandung kelenjar sebasea, kelenjar ekrin dan kadang-kadang apokrin. V.
Tatalaksana Tatalaksana definitif dari kista dermoid ialah ekstirpasi kista dengan
mengangkat seluruh kista beserta kapsulnya.
8
DAFTAR PUSTAKA
Evans H., 2000. Periorbital Cysts Dermoid. http://www.kidzhealth.co.nz/education/surgery-info/periorbital-external-angulardermoid-cyst. 14 Mei 2012 Freedberg, et al. 2003. Fitzpatrick's Dermatology in General Medicine. (6th ed.). McGraw-Hill Habif. TP. 1996. Clinical Dermatology a Color Guide to Diagnosis and Therapy, 3rd Edition. St. Lous: Mosby-year book Inc Josephine E. 1997. Orbital dermoid cysts: clinicopathologic correlations, classification, and management. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/9430304. 14 Mei 2012 Robbin and Cotran. 2004. Pathologic Basis of Disease, 7th Edition. Washington: Elseiver Saunders
9