Kitab Injil  [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PENDAHULUAN Dalam mengembangkan teologi Injil Sinoptik, adalah penting untuk mengerti sudut pandang dari para penulis. Kepada siapa Matius, Markus, Lukas menulis? Apa tema-tema yang mereka tekankan? Apa penekanan khusus dari para penulis? Itu merupakan pertanyaan yang penting dalam nature teologi biblika, yang menentukan apa penekanan teologis dan keprihatinan yang dikembangkan oleh masing-masing penulis. Nature dari teologi biblika itu terletak secara khusus pada keprihatinan dari penulis manusia {tanpa mengabaikan atau mengesampingkan fakta inspirasi ilahi) Hal-hal pendahuluan seperti penulis, waktu penulisan, pembaca dan tujuan dilibatkan dalam mendirikan penekanan dari masing-masing penulis.



A. Problem Sinoptik Diantara keempat kitab Injil yang ditulis dalam PB, Injil Matius, Markus, dan Lukas hampir memiliki pola yang sama, sehingga ketiga Injil ini hampir nampak sama. Perbedaan yang terlihat hanyalah bahwa kitab Markus ditulis dengan ringkas, padat dan jelas, sedangkan Matius menulis Injil Matius dengan agak panjang dan mengelompokkan pokok-pokok yang sama, sementara Lukas menulis dengan agak panjang dan sangat berurutan. Adanya satu pola dalam ketiga Injil tersebut terlihat dalam kesamaan urutan cerita tentang Yesus, mulai dari kelahiran hingga kematianNya, oleh sebab itu ketiga Injil ini sering disebut sebagai Injil Sinoptik. Istilah Sinoptik berasal dari kata Yunani sunaptikos,” melihat sesuatu bersama-sama”, dan itu merupakan karakteristik dari ketiga Injil ini. 1. Teori Kritik Awal terhadap Injil Sinoptik Kesamaan yang terdapat dalam ketiga Injil tersebut akhirnya membuat banyak sarjana Liberal bertanya, apakah diantara penulis ketiga Injil itu terjadi saling mengutip antara yang satu dengan yang lain. Mereka akhirnya memulai suatu penyelidikan terhadap ketika Injil ini dengan asumsi dasar mereka bahwa ketiga Injil ini juga sama dengan buku-buku yang lain, dan lebih mementingkan rasio manusia mereka yang juga dipengaruhi oleh filsafat modern. Akhirnya mereka melahirkan beberapa teori tentang problem injil sinoptik ini.



a. Teori Tradisi Lisan Telah dipercaya bahwa khotbah di gereja mula –mula memberikan bentuk yang sudah pasti dari kehidupan dan pelayanan Yesus, tetapi tidak ada bahan dalam bentuk tertulis sebelum injil Sinoptik. Teori ini berpendapat bahwa sebelum kitab-kitab Injil ditulis, sumber untuk berkotbah dan mengajar, dan meneguhkan orang dalam gereja ialah tradisi tentang Yesus yang dipertahankan secara lisan, atau dalam kumpulan kecil yang dapat dikembangkan. Ketika kitab-kitab Injil sudah beredar, maka gereja tidak lagi perlu berpegang pada tradisi yang berubah-ubah ini, melainkan pada bentuk-bentuk tulisan yang berbentuk kitab yang merupakan catatan materi yang tua. Tradisi lisan ini tetap terpelihara bukan karena upaya yang sistematis dengan maksud yang berhubungan dengan jaman kuno itu, melainkan karena tuntutan atau kepentingan jaman dari komunitas itu. Dalam layanan seperti itu, maka fungsinya sebagai tradisi lisan akan tetap bertahan selama kepentingan praktis itu tetap aktif. b. Teori Injil Saling Bergantung Pada tahun 1789 Griesbach mengajarkan bahwa penulis pertama mengambil bahan dari tradisi lisan, kemudian penulis kedua mengunakan materi yang telah ditulis dari penulis pertama, dan yang ketiga mengambil bahan dari kedua penulis sebelumnya. Teori ini mengajarkan bahwa penulis pertama mengambil bahan dari tradisi lisan, kemudian penulis kedua menggunakan materi yang telah ditulis oleh penulis pertama, dan ketiga mengambil bahan dari kedua penulis sebelumnya. Mengingat bahwa dahulu orang tidak terikat pada undang-undang hak cipta maka orang secara bebas memanfaatkan dokumen yang tertulis sesuka hati mereka. c. Teori Injil Primitif Teori ini mencetuskan bahwa sebelumnya ada Injil primitif yang disebut Urevangelium yang sudah tidak ada lagi dan penulis –penulis Injil meminjam bahan dari Injil tersebut. d. Teori Fragmen Pada tahun 1817 Schleirmacher mengajarkan bahwa penulis –penulis injil menyusun catatan mereka dari banyak tulisan –tulisan di Fragmen tentang kehidupan Kristus. Teori ini mengajarkan bahwa penulis-penulis Injil menyusun catatan mereka dari tulisan-tulisan di fragmen tentang kehidupan Kristus. Wellhausen, seperti dikutip oleh Bultman, menambahkan bahwa “tradisi yang paling tua hampir seluruhnya terdiri dari fragmen-fragmen kecil (ucapan maupun perkataan



Yesus), dan tidak menyajikan cerita yang bekesinambungan mengenai perbuatan Yesus atau kumpulan lengkap berisi ucapan-ucapan-Nya. Ketika disatukan, fragmen-fragmen tersebut dihubung-hubungkan sehingga membentuk satu kisah yang berkesinambungan.” e. Teori Dua Dokumen Perkembangan yang terkini adalah teori dua dokumen. Matius dan Lukas memiliki cukup materi yang sama yang tidak ditemukan di Markus, mereka pasti telah mengambilnya dari sumber kedua yang sama, yang disebut Q dari bahasa jerman quelle , artinya sumber. Teori ini mengajarakan bahwa Kitab Matius dan Lukas mengambil bahan yang sama dari Markus, dan kitab Markus merupakan Injil yang ditulis paling awal. Disimpulkan bahwa kitab Matius menggunakan 90% kitab Markus dan Lukas menggunakan 50%. Namun karena Matius dan Lukas memiliki cukup materi yang sama tetapi tidak terdapat dalam Markus maka mereka pasti memiliki satu sumber lain yang sama. Bahan yang dimiliki bersama oleh Lukas dan Matius tetapi bukan dari Markus ini lazimnya disebut bahan “Q”. Simbol “Q” ini merupakan sandi untuk kata Jerman Redenquelle yang berarti “sumber sabda-sabda”. Q dipercayai sebagai sebuah koleksi sabda Yesus yang sudah tersedia secara tertulis dalam bahasa Yunani. Sumber Q ini tidak memiliki kisah masa kanak-kanak dan kisah sengsara, wafat dan kebangkitan Yesus. Dan mereka juga berpendapat bahwa sumber Q tersebut tidak ada salinannya tetapi hanya merupakan sebuah hipotesis belaka. f. Teori Empat Dokumen Streeter mengusulkan empat sumber asli yang berdiri selain bentuk tulisan akhir dari injil –injil itu: Markus di Roma kira-kira tahun 60 masehi. “Q” di Antiokhia kira –kira tahun 50 Masehi, “M” (kata-kata pribadi sumber dari Matius) di Yerusalem kira-kira tahun 65 masehi, dan “L”(sumber pribadi Lukas) di Kaisarea kira-kira tahun 60 masehi.



Teori ini menyebutkan bahwa Markus



merupakan Injil pertama yang ditulis dan bahwa Matius dan Lukas menggunakan baik Markus dan Q secara independen, lazimnya disebut “hipotesis dua sumber”. Namun disamping itu mereka juga memberi tempat bahwa ada sumber-sumber khusus yang lain yang digunakan oleh Matius dan Lukas, yaitu bahan-bahan tradisi yang hanya dikenal dan dipakai oleh salah satu dari mereka. Bahan-bahan khas ini lazimnya diberi tanda “L” dan “M”. “M” merupakan “kata-kata” pribadi sumber dari Matius yang ditulis sekitar tahun 65 Masehi dan “L” sumber pribadi Lukas ditulis di Kaisarea sekitar tahun 60 Masehi, sedangkan “Q” ditulis di Antiokhia sekitar tahun 50 Masehi dan Markus ditulis di Roma sekitar tahun 60 Masehi.



2. Perkembangan Kritik Modern Kritik tehadap Alkitab terus mengalami perkembangan. Sarjana-sarjana Liberal terus berusaha menggali dan mengembangkan pemahaman mereka dalam mengkritik Alkitab. Seiring dengan itu mereka akhirnya memunculkan kritik-kritik yang terus diperbaharui dengan konsep rasio mereka dan mengabaikan Alkitab sebagai firman Allah. Dalam masalah Problem Injil sinoptik mereka juga menggulirkan berbagai teori kritik yang lebih modern. a. Kritik Historis Pada waktu teks ini tidak jelas, para sarjana berusaha untuk menemukan apa yang sebenarnya terjadi untuk membantu menjelaskan narasi itu. Suatu problem yang dasar dalam Kritik historis adalah pendekatan kepada Alkitab sama



dengan terhadap buku lain dan mengakui adanya



kemungkinan kesalahan; hal ini tidak cocok dengan doktrin inspirasi Alkitab. Kritik ini mengalami kejayaan sekitar tahun 1950-an. Para teolog kritik historis berusaha menyelidiki latar belakang kitab-kitab Injil yang ditulis oleh murid-murid Yesus. Perbedaan-perbedaan didalamnya diekspos sedemikian rupa untuk membuktikan bahwa tulisan Injil merupakan tafsir ulang penulis Injil, bahkan lebih jauh mereka menyimpulkan bahwa Injil itu bukan hanya sekedar tafsir ulang tetapi juga merupakan ungkapan iman penulis dan bukan peristiwa historis. Pendekatan yang mereka lakukan dikenal dengan teori Linguistik Modern, suatu displin ilmu dengan prinsip-prinsip; (a) mengutamakan pendekatan terhadap teks secara “sinkronik” dan bukan secara “diakronik”, (b) Menekankan unsur-unsur ujaran daripada bentuk tertulis suatu bahasa, dan (c) pemahaman terhadap bahasa sebagai suatu sistem yang terstruktur.[1] Pendekatan ini akhirnya membuat Alkitab sama dengan buku-buku lain. Mereka mencatat dalam keragaman dalam catatan yang pararel, meneliti materi sejarah yang sekuler, dan mencatat peristiwa sejarah yang terjadi dan berusaha menjelaskan kejadian supranatural dengan penjelasan peristiwa secara alamiah dan cerita-cerita yang dibuat oleh gereja mula-mula. Dampak negatif yang terlihat jelas dari kritik ini adalah sehubungan dengan masalah Kristologi. Mereka menyatakan bahwa Yesus yang ada dalam Alkitab bukanlah Yesus yang sejarah, tetapi Yesus kepercayaan dari para penulis Injil dan orang Kristen zaman tersebut.



b. Kritik Sumber Kritik sumber berusaha untuk mengidentifikasi sumber-sumber yang digunakan dalam penulisan Injil Sinoptik dan mengidentifikasi hubungannya dengan Injil-Injil itu. Didalam penentuan sumbersumber itu setidaknya mereka mempunyai beberapa pertanyaan dasar. (1) Apakah dokumen yang sedang dipelajari itu menunjukkan adanya sumber? (2) Apa yang dikatakan sumber tersebut? (3) Apa yang dilakukan pengarang dengan sumber tersebut? (menyalin? Mengubah? Atau salah paham?). Menentukan adanya sebuah sumber, menetapkan isi dan makna sumber itu, dan bagaimana sumber itu dipakai, merupakan tiga pokok penelitian sumber.[2] Adanya sumber-sumber mereka tentukan juga bila mereka melihat ayat tertentu membuat alur pemikiran atau gaya bahasa yang berbeda dari konteksnya, walaupun tidak ada petunjuk eksplisit. Kesepakatan perkataan juga mengusulkan adanya suatu sumber yang sama, yang mendasarinya. Penganut Kritik sumber mengusulkan penulis-penulis menggunakan suatu sumber yang sama, yang mereka ikuti tetapi mereka merasa, mereka memiliki kebebasan untuk menambah rincian dan “tidak khawatir akan ketepatan dalam rincian historis.” Problem dari kritik sumber ini ada dua segi: kritik ini cendrung mengabaikan unsur ilahi dalam inspirasi dan mengakui adanya salah; kritik ini dibangun atas hubungan tanpa adanya bukti yang bisa diperlihatkan dari sumber-sumber yang mendasari semua itu. Problem dari kritik sumber ini ada dua segi:kritik ini cenderung untuk mengabaikan unsur ilahi dalam inspirasi dan mengakui adanyibangun atas hubungan tanpa adanya bukti yang bisa diperlihatkan dari sumber-sumber yang mendasari semua ini c. Kritik Bentuk Rudolf Bultmann adalah salah seorang pelopor kritik bentuk yang menganggap injil sinoptik sebagai literatur rakyat.Oleh karena itu Kritik bentuk dibangun atas kritik sumber dan berusaha untuk menjelaskan bagaimana Markus dan Q muncul. Kritik bentuk tidak terlepas dari kritik Wellhausen terhadap Perjanjian Baru, ia mengemukakan (1) Sumber asli dari bahan-bahan yang ada didalam Injil adalah tradisi lisan yang beredar dalam unitunit terkecil (2) Bahan-bahan asli tersebut sudah digabung dan diedit dalam berbagai cara, langkah atau tingkatan (hanya satu bagian saja yang dilakukan oleh penulis Injil PB itu sendiri (3) Bahan-



bahan yang ada di dalam tradisi itumemberikan informasi kepada kita tentang kepercayaan dan situasi gereja mula-mula dan pelayanan Yesus. Kritik ini akhirnya dikembangkan oleh Bultman, ia menganggap bahwa Injil sinoptik sebagai “literatur rakyat.” Mereka menyimpulkan bahwa Injil-injil sekarang ini bukanlah merupakan karya yang utuh sejak semula, melainkan adalah kumpulan materi atau bahan yang akhirnya dipilih atau disusun oleh para penulis injil PB. Mereka umumnya memeluk bahwa buku Injil yang tertua adalah Markus. Markus menulis satu karya tulis berbentuk “Injil”, dikemudian hari Matius dan Lukas mengikuti dan menggunakan bahan yang ada didalam Injil Markus. Lebih lanjut mereka menegaskan bahwa bahan-bahan yang kita miliki sekarang didalam kitabkitab Injil, sebenarnya mempunyai sejarah penggunaannya dalam gereja, yang dipelihara dan diwariskan dalam bentuk tradisi lisan. Bahan-bahan itu digunakan didalam gereja secara sendirisendiri atau terpisah-pisah, sesuai dengan fungsi atau penggunaannya masing-masing dalam kehidupan dan ibadah gereja. Masing-masing tradisi dapat dianalisa secara sendiri-sendiri. Setiap bentuk digunakan untuk tujuan tertentu pula sesuai dengan situasi konkrit dalam kehidupan gereja mula-mula. Oleh sebab itu maka disimpulkan bahwa kebanyakan Injil-Injil itu tidak berisi data historis tetapi bumbu gereja mula-mula. Sebab jika dianalisa maka ternyata bentuk dan bahanbahan yang ada dan dipelihara dalam gereja mula-mula itu sudah dipengaruhi oleh iman teologi gereja sesuai dengan situasi dan keadaan kehidupan gereja waktu itu.[4] Dalam sebuah wawancara tidak resmi, Robert Mounce meringkas prosedur penelitian bentuk sastra sebagai berikut: “Pertama, peneliti bentuk sastra mencatat berbagai jenis bentuk sastra, yang dipakai untuk mengelompokkan cerita-cerita Alkitab. Kemudian dia berusaha untuk memastikan Sitz im Leben (situasi dalam kehidupan) dari gereja mula-mula yang biasa menjelaskan perkembangan masingmasing perikop yang termasuk dalam ketegori-kategori di atas. Apakah rasa takut itu terhadap penganiayaan? Apakah itu gerakan dari gereja orang-orang bukan-Yahudi yang berltar Yahudi? Apakah itu ajaran sesat? Dan sebagainya. Setelah menentukan Sitz im Leben, orang dapat menjelasakan perubahan-perubahan yang terjadi dan mengelupas lapisan-lapisan yang telah ditambahkan pada ucapan-ucapan Yesus. Hasilnya ialah ucapan-ucapan dalam Kitab-kitab Injil, kembali kepada keadaan mereka yang asli atau murni.”



Penelitian bentuk ini terutama berasal dari Jerman pada tahun-tahun berakhirnya perang dunia pertama. Penelitian dari bentuk sastra Injil-injil Sinoptik ini tampak sebagai metode yang jelas dalam karya-karay L. Schmidt (1919), M. Dibbelius (1919), dan R. Bultmann (1921). d. Kritik Redaksi Kritik redaksi adalah suatu metode kritik Alkitab yang berusaha menentukan sudut pandang penginjil dengan memaparkan karya kreativitas pengeditan yang dilakukan atas sumbersumbernya. Kritik redaksi berusaha untuk membedakan antara pandagan teologis penulis dan sumber materinya Kritik Redaksi berkembang setelah sesudah dan berdasarkan kritik bentuk. Selain itu kritik redaksi, yang memberi perhatian kepada seluruh Alkitab, juga menyiapkan sarana bagi lahirnya kritik naratif. Josh McDowel sehubungan dengan masalah ini menjelaskan: “Metode Kritik Redaksi ini menambahkan sebuah dimensi baru terhadap penelitian Perjanjian Baru, yaitu mengenai Sitz-im-leben (kedudukan dalam kehidupan) dari sang pengarang. Para penulis kitab-kitab Injil tidak hanya dianggap sebagai orang yang menghimpun bentuk-bentuk yang berbeda, melainkan mereka sendiri adalah pengarang. Mereka adalah seperti orang-orang yang secara cermat telah menggubah simfoni sastra dengan memakai “bentuk” Injil yang dipelopori oleh penulis Injil Markus. Para penulis Injil dianggap sebagai para penggubah atau redaktor yang terutama menyatukan (menghimpun) karya teologis dan karya sastra, bukan karya sejarah. Penelitian redaksi berusaha menetapkan sudut pandang teologis dari sang penulis Injil. Para peneliti ingin mengetahui sumber-sumber atau catatan mana yang dipilih oleh penulis Injil, apa alasannya, serta dimana bagian tersebut cocok dengan catatannya secara khusus (dikenal sebagai kelim-kelim). Para peneliti ingin menemukan “perekat” teologis yang digunakan para pengarang untuk menyusun Kitab-kitab Injil mereka.” Terlihat jelas bahwa kritik redaksi menempatkan penulis Injil bukan hanya sejarahwan menurut mereka tetapi juga menjadi seorang teolog dalam memodifikasi dan membumbui tradisi historis. Penulis dapat kreatif, menambah dan membumbui tradisi historis bahkan dapat keluar dari peristiwa historis. Penganut Kritik redaksi menyebutkan beberapa cara kerja penulis Injil sebagai redaktur yaitu: (1) Mengaitkan bahan-bahan tertentu satu dengan yang lain (2) Menambahkan catatannya sendiri pada bahan tradisional (3) menyusun ceritanya dalam urutan tertentu (4)



menanggapi atau menafsir bahan tradisional.Didalam penelitian redaksi ini, para peneliti seringkali memberi perhatian besar pada kekhususan kitab-kitab tersebut, seakan-akan tidak ada kesamaan sama sekali dalam hal isi dan amanatnya. Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan untuk masalah utama dalam usaha untuk menyelesaikan bagaimana injil ditulis sebagai suatu solusi yaitu(1). Teori –teori di atas menekankan aspek manusia dalam penulisan injil –injil itu, dimana itu merupakan pertimbangan yang sah, tetapi hal itu kadang-kadang mengabaikan unsur ilahinya(2). para penulis menulis dari pengetahuan tangan pertama dan seringkali sebagai saksi mata(3).ada saksi mata lain yang melihat dan mendengar Tuhan dan mereka dapat memberikan informasi(Luk 1:2-3). (4). Mereka menulis melalui wahyu dan inspirasi ilahi



B. Pengantar Injil-injil Sinoptik I. Matius 1. Penulis Injil Matius: Matius murid Yesus, sang rasul. a). Bukti External 1). Judul kitab ‘Kata Matheon’ atau ‘According to Matthew’ (menurut Matius) terdapat dalam MSS (manuskrip) mula-mula (kira-kira 125 A.D.); mengapa keberatan-keberatan pada waktu itu sedikit diketahui oleh rasul? 2). Bapak gereja Papias (tahun 150 AD): “Matius menjelaskan ‘Logia’ dalam bahasa Ibrani dan setiap orang menafsirkannya sama seperti yang dapat ia (Matius) lakukan. “Kemungkinan besar Matius menulis dalam bahasa Aramik dan Yunani (tulisan asli yang diinspirasikan). 3). Irenaeus: “Sekarang Matius juga menerbitkan Kitab Injil diantara orang Ibrani dalam bahasa dialect mereka sendiri, yang mana petrus dan Paulus mengkotbahkanInjil itu di Roma dan jemaat yang didirikan. 4). Origen (185-254 AD) menyaksikan bahwa Injil Matius ditulis oleh Matius. b). Bukti Internal 1). Penulis tidak mengidentifikasi dirinya sendiri secara langsung.



2). Markus dan Lukas menyebutnya Matius dan Lewi (Markus 2:14); Matius menghapus nama Lewi, mengindikasikan bahwa Matius adalah penulisnya 3). Dalam perjamuan makan di rumah Matius, Markus menyebutnya ‘rumah orang itu’ (Markus 2:15) dan Lukas menyebutnya ‘di rumahnya sendiri’. (Lukas 5:29), sedangkan Matius menyebutnya ‘rumah Matius’ (Matius 9:10). 4). Ia menunjukan fikiran dan karakteristik dari seseorang pemungut cukai dalam Injilnya. I.



Ia adalah satu-satunya penulis Injil yng mencatat tentang pembayaran pajak Bait



Suci (17:24-27). II.



Ia menggunakan ‘hapax legomena’ sebanyak tiga kali untuk termonologi moneter



untuk uang upeti. III.



Ia menunjukan tingkah laku dan karakteristik seseorang yang berprofesi sebagai



pemungut cukai secara sistematis dalam Injilnya. IV.



Ia tertarik dengan jumlah (3:5).



c). Tradisi Gereja mula-mula. Secara tradisi dari bukti-bukti ini Matius lebih cocok dari pada penulis lain. Matius ditekankan dalam Kis. 1:13, walaupun secara tradisi diakui bahwa ia menjadi misionari ke Etiopia dan Persia. 2. Tanggal penulisan 1. Bukti External – pertama ditemukan dikutip oleh Ignatius (kira-kira 115 A.D.) 2. Bukti Internal a). Penekanannya yang sangat besar pada Ekskatologi mungkin mengindikasikan masih hangatnya kedatangan Tuhan yang pertama dan janji kedatangan kedua kali (band. I dan II Tesalonika). b). Tidak menyinggung kehancuran Yerusalem dan Bait Suci pada tahun 70 A.D. c). Menubuatkan secara tidak langsung kehancuran Yerusalem dan Bait Suci (22:7)



d). Sangat mungkin ditulis sekitar tahun 50-an (Paul Enns) atau bahkan sebelumnya. 3. Alamat pengirim dan tujuan a. Kemungkinan besar ditulis diAntiokhia – Palestina. Ditujukan kepada orang Kristen Yahudi yang tinggal di Palestina (Yerusalem dan sekitarnya). 4. Maksud penulisan : Untuk mmberitakan Injil dan menginstrusikan atau mengajar baik orang Yahudi dan non Yahudi tentang kebenaran bahwa Kristus adalah Mesias sesuai dengan garis keturunan Raja Daud dengan penggenapan nubuatan-nubuatan P.L. 5. Tema Injil Matius : “Yesus adalah Raja.” 6. Karakteristik Injil Matius Sangat bermotif ke-Yahudian: 33 kali menyebut ‘Kerajaan Sorga’ (hanya di Matius); 5 kali menyebut ‘Kerajaan Allah’; 9 kali menyebut ‘ Anak Daud’. Bentuk angka khusus — 3 kelompok silsilah, 3 pencobaan, 3 perintah (6:1-7:20), 3 oknum dalam Amanat Agung (28:19-20), dst. 7. Stuktur (5 hal penting) Kotbah di atas bukit (5:1-7:29) Pengutusan misi (9:35-10:42) Perumpamaan tentang Kerajaan (13:1 dst) Ucapan-ucapan Yesus (18:1-35) Peristiwa di bukit Zaitun (23:1-25:46) 8. Tujuan Teologis. Matius menangkap pengharapan Mesianik dan ekspektasi orang yahudi. Ia memberikan petunjuk kepada pembacanya bahwa manusia Sejati, Anak Daud, benar telah datang. Sementara penulis lain meyajikan Yesus sebagai Mesias yang dijanjikan, maka Matius yang menyajikan Dia untuk orang Yahudi.



Tujuan Injil Matius ada dua segi. 1). Untuk membuktikan bahwa Yesus adalah Mesias. 2). Untuk menyajikan kerajaan Mesias di dunia ini akan didirikan pada saat kedatangan-Nya kedua sesuai dengan rencana Allah II. Injil Markus a. Penulis Injil Markus: Gereja mula –mula memberikan kesaksian yang kuat kepada Yohanes Markus sebagai penulis dari injil yang kedua. 1). Bukti External: a). Papias (150 AD) mengatakan bahwa Markus menulis dari perkamen Petrus tetapi tidak selalu sama dengan susunan kronologinya. b). Irenaeus (185 AD) mengatakan bahwa ‘setelah kematian Petrus dan Paulus, Markus meyediakan bagi kita kotbah-kotbah Petrus dalam bentuk tulisan. c). Clement dari Alexandria, Origen dan Jerome juga menyatakan bahwa Injil Markus dihasilkan dalam hubungannya dengan Petrus. d). Judul kitab ‘kata Markom’/According to Mark (menurut Markus) ditemukan dalam MSS kuno. 2). Bukti Internal: a). Banyak teolog percaya bahwa orang muda yang lari telanjang yang hanya dicatat dalam Injil Markus adalah Markus sendiri (Markus 14:51,52). b). Kelihatannya penulis hadir sebagai saksi mata dalam beberapa peristiwa (14:12-16). Sangat mungkin rumah yang dipakai adalah rumah mereka. c). Percakapan Malaikat dengan Petrus yang bersifat pribadi hanya dicatat dalam Injil Markus (16:7). d). Tidak ada hal-hal yang bertentangan dengan pengakuaan secara tradisi bahwa Markus anak Maria, kemenakan Barnabas adalah penulis Injil Markus.



b. Waktu Penulisan: Injil Markus ditulis sebelum tahun 70 AD karena penghancuran kota Yerusalem tidak disebutkan di dalamnya dan setelah kematian Petrus dan Paulus pada tahun 66 AD. 1). Dalam lagu angsanya Paulus memuji pelayannan Markus (II Tim. 4:6-8) sulit dipercaya bahwa Markus dapat berbuat banyak sebedlum jemaat dipuaskan dengan pelayanannya. 2). Markus menyinggung nama seseorang yaitu Rufus yang kemungkinan besar adalah nama yang sama disinggung Paulus dalam Roma 16:3. 3). Ada banyak para penafsir dan ahli Tafsir Alkitab yang berpendapat bahwa Injil Markus adalah injil yang tertua di dalam kitab injil. Pandangan kaum Liberal yang memprioritaskan Injil Markus sebagai Injil pertama harus ditolak, karena asumsi mereka penulis Injil lain memakai sumber Markus untuk menulis Injil mereka. Dan jika demikian Alkitab hanyalah sebuah karya sastra belaka dan bukan Firman Tuhan. 4). O’Callahan menunjukkan bahwa sebagian pragmen dari Dead Sea Scroll mengandung Injil Markus di dalamnya, dan akhirnya hal ini diperdebatkan apakah Dead Sea Scroll ditulis sebelum atau sesudah 50 A.D.



c. Alamat Pengirim dan Tujuan 1). Kelihatannya Markus menunjukkan tulisanya kepada pembaca Romawi karena Ia berusaha menterjemahkan kata-kata Aramic dan ia menjelaskan adat istiadat Yahudi yang tidak perlu dilakukan kepada orang Yahudi. Dalam tulisannya ia lebih sering menggunakan ekspresi latin dari penulis-penulis lain. 2). Kemungkinan besar Rufus adalah orang Roma yang disinggung oleh Markus dan bisa jadi ia berada di Roma dan kemungkinan ia adalah penerima Injil Markus. 3). Diperkirakan Injil Markus ditulis ketika ia sedang bersama Perus (I Pet. 5:13) A.D.



d. Tujuan Injil Markus: Memberitakan ‘kabar baik’ bahwa penebusan Tuhan Yesus Kristus untuk semua orang bahkan juga untuk orang non Yahudi. Penekanan utamanya adalah gambaran Kristus sebagai hamba yang datang untuk melayani dan memberikan hidupNya sebagai tebusan bagi banyak orang.



e. Tujuan Teologis: Markus menyajikan Kristus sebagai manusia yang berkarya atau manusia sejati, maka ia menghapuskan garis keturunan dan narasi kelahiran dan mulai dengan baptisan Yesus, dan bergerak langsung pada pelayanan Yesus secara publik. Tujuan Markus adalah uuntuk menyajikan Yesus sebagai seorang hamba, dengan demikian mendorong orang untuk beriman kepada-Nya. Oleh karena orang Romawi adalah orang yang bekerja bukan orang yang berpikir, maka Markus menyajikan Kristus sebagai “Pekerja yang hebat daripada pemikir yang dalam, manusia yang menang melalui tindakan.” Gaya Markus, demikian pula isinya mencerminkan isi teologisnya. f. Tema Injil Markus: “Yesus adalah hamba yang menderita (Markus 10:45)”. Penekanan Utama Markus akan Yesus adalah gambaran Kristus sebagai hamba yang datang melayani dan memberikan hidup-Nya sebagai tebusan bagi banyak orang (Mrk.10:45)



g. Karakteristisk Injil Markus 1). Kata ‘euthus’ (segera) dipakai sebanyak 42 kali 2). Kuasa-penekanan pada mukjizat dan kontradiksikan kebangkitan Kristus dengan kemunduran pemerintahan Roma. 3). Tertarik pada orang non Yahudi-hanya mengutip secara langsung kitab P.L. sekali saja (11:17), dan sedikit sekali mencatat penggenapan nubuatan P.L. dalam Injilnya.



4). Keterusterangan-Ia menunjukkan sejumlah realitas tentang kegagalan murid-murid dan reaksi masyarakat terhadap Kristus, ini cocok sekali jika mewakili Petrus dan diketahui orang Roma.



h. Pengakhiran Injil Markus (Mark. 16:9-20) 1). Menurut Critical text (Liberal) a. Orang-orang Liberal menyatakan bahwa Injil Markus mengakhiri “ Kabar Baik” – nya dengan kata “karena mereka takut” (16:8) b. Yang lain berpendapat bahwa Markus meninggal sebelum menyelesaikan tulisan Injilnya. (band. P. 16, D, 3).



2). Menurut Textus Receptus a. Markus 16:9-20 tidak ditemukan hanya dalam codex ‘Aleph’ dan ‘B’ yang merupakan salinan Alkitab yang telah dirusakan olehpara bidat gnostik dan tangan-tangan kotor. b. Dikebanyakan MSS mayority ditemukan Markus, 16:9-20. c. Ada isi theology yangpenting adalah Mar. 16:9-20. d. John Burgon mempertahankan keontentikan Markus 16:9-20, dan Markus 16:8 itu adalah akhir dari pembacaan dalam lectionary, bukan akhir dari Injil-nya. e. Secara logika dari kisah yang dituliskan akan lebih dapat diterima Injil ini berakhir pada ayat 20 dari pada ayat 8.



III. Injil Lukas a. Penulis Injil Lukas .bukti eksternal meneguhkan Lukas seorang dokter sebagai penulis dari injil Ketiga.



1). Bukti Eksternal : a. Bapa-bapa Gereja seperti Justinus Martyr, Irenaeus, Tertulian dan Origen menyatakan Lukas sebagai Injil Lukas (mereka adalah orang-orang yang hidup pada abad II, yang kemungkinan masih sangat jelas berita Lukas). b. ‘Kanon Moratorian’ (+ 180) melaporkan Lukas sebagai penulis Injil Lukas. c. Sangat tidak masuk akal Lukas yang kemungkinan besar orang non-Yahudi disebut penulis oleh jemaat mula-mula kalau bukan mereka tahu bahwa Lukas adalah penulisnya.



2). Bukti Internal: a. Penulis bukan saksi mata, tetapi ia menggunakan metode ilmiah dalam riset sejarahnya untuk menulis Injil-Nya (1:1-3). b. Penulis dapat dipastikan bukan orang Yahudi (kata ‘mereka’ berarti tidak termasuk dia. Li. Kis. 1:19). c. Kesatuan Injil Lukas dengan Kis. Adalah sangat penting: terbukti ada banyak kesamaan diantara keduanya, mis. Kesamaan gaya bahasa kata-kata yang dipakai, kelanjutan Injil Lukas (band. Lukas 1:1-3 & Kis. 1:1). d. Kata ‘Kami’ dalam penekanan Kis. Berarti didalamnya termasuk Lukas. e. Dalam perjalanan Paulus setiap Lukas bersama dia selalu memakai kata ganti orang kedua jamak ‘Kami’ (Kis. 16:6-11), dan memakai kata ganti ketiga jamak ‘Mereka’ kalau ia tidak bersama Paulus (Kis.20:1-6), sehingga kepenulisan Lukas terhadap Injil Lukas dan Kis. Tidak diragukan lagi.



b. Waktu Penulisan. Lukas kemungkinan besar menulis dekat dengan akhir dari waktunya di Palestina, kemungkinan antara 58 dan 68 AD 1). Sudah pasti sebelum Kis. 2). Kis. Diakhiri dengan pemenjaraan Paulus di Roma yang pertama, atau kira-kira tahun 60 A.D., sesuai dengan tanggal surat-surat penjara. 3). Oleh sebab itu Injil Lukas seharusnya ditulis sebelum Kis. Kira-kira pertengahan atau akhir tahun 50-an A.D.



c. Alamat pengirim dan tujuan 1). Beberapa kemungkinan telah ditawarkan ditulis di daerah Yunani, Kaisarea, atu Rom. Tetapi kemungkinan yang lebih dapat diterima di tulis di Yunani, atau setidaknya pengumpulan data dilakukan di Palestina. 2). Kelihatannya Lukas mengirim tulisannya kepada Teofilus yang tertarik pada kekristenan yang juga pejabat Roma. Meskipun Lukas menujukan injilnya kepada Theofilus, kemungkinan besar adalah sebuah dedikasi. Dan secara khusus kitab ini untuk pembaca Yunani



d. Maksud dan tujuan penulisan Memberikan pengetahuan rohani atau kemungkinan penginjilan lewat literature tentang kehidupan dan karya keselamatan Yesus Kristus. e. Tema: “Yesus adalah sang Juruselamat yang datang sebagai Anak Manusia”. f. Karakteristik Injil Lukas 1). Lukas menekankan pekerjaan Roh Kudus dan nilai doa dalam hidup kita sebagaimana dalam kehidupan Kristus.



2). Injil Lukas sangat komprehensif atau menyeluruh sehingga menyebabkan Injil Lukas menjadi Injil yang terpanjang (jumlah kata dalam keseluruhan kitab Lukas) 3). Lukas menekankan kehidupan individu dari pada kelompok dan menaruh perhatian yang lebih besar tentang wanita. 4). Karakteristik yang istimewa dari Injil ini adalah mulus dan indah dalam hal sejarah maupun sastra. g. Tujuan teologis Lukas memiliki penekanan kosmopolitan, menekankan universalitas Injil dan bahwa Yesus adalah penebus dunia. Hal ini ditekankan melalui kaitan garis keturunan Yesus dengan Adam, nenek moyang manusia seluruhnya. Penekanan ini secara khusus juga dapat dilihat dalam penggunaan perumpamaan Lukas.



PEMBAHASAN TEOLOGI INJIL-INJIL SINOPTIK 1. Doktrin Allah Sama seperti kitab-kitab yang lain dalam Alkitab, bahwa mereka memiliki keyakinan yang besar dan mendasar tentang Allah, yakni bahwa Allah ada, penuh dengan kemuliaan dan manusia harus terus-menerus bergantung padaNya. Injil Sinoptik juga memiliki bagian tentang semua ini. Para penulis PB juga memiliki pandangan yang sama sebagaiman yang terdapat dalam PL. Injil Sinoptik juga secara jelas mencatat tentang atribut Allah.



a. Providensia Allah menekankan pemeliharaan Allah atas anak-anaknya. (Mat.6:26, 10:29) b. Kebapakan Allah (Mat.6:32) c. Anugrah Universal dan personal (Mat. 5:45) d. Penekanan Kerajaan Allah (Mat. 5: 34; 23:22) e. Penghakiman Allah bagi semua orang (Mat. 3:7; 7:1; Luk. 3:7) f. Kemuliaan Allah dinyatakan (Mat. 17:1-8) g. Kebaikan Allah (19:17) h. Kuasa Allah (Mrk.12:24-27) i. Ketritunggalan Allah (Mrk. 1:9-11)



2. Doktrin Kristus



Dari tinjauan mengenai Kristus, Sinoptik secara jelas memberi gambaran tentang pribadi Kristus.



a. Kelahiran dari anak dara.



1) Matius dan Lukas menekankan bahwa kemanusiaan Yesus dikandung oleh Roh Kudus (Mat. 1:18; Luk. 1:13) 2) Matius memberikan penekanan yang cukup jelas tentang Maria yang tidak bersetubuh dengan seorang laki-laki sebelum kelahiran Yesus (Mat. 1:18-25) 3) Markus menekankan bahwa Yesus adalah “anak Maria” daripada mengatakan anak Yusuf (kebiasaan Yahudi biasanya menggunakan nama ayah)



b. Kemanusiaan Kristus. Ketiga Injil menekankan kemanusiaan Yesus.



1) Matius menekankan garis keturunan manusia-Nya (1:1-17), kelahiran-Nya sebagai manusia (1:25), dan masa kanak-kanak-Nya (2:1-23) 2) Lukas menekankan kelahiran-Nya dan status-Nya yang rendah (2:1-20), Ia menyesuaikan diri tentang tradisi Yahudi (2:21-24), dan pertumbuhan sebagai anak laki-laki muda (2:41-52). 3) Markus menekankan kemanusiaan Yesus lebih dari Matius dan Lukas melalui penekanannya pada karya, kehidupan dan aktivitas Yesus. 4) Ketiganya juga menekankan kemanusiaan-Nya dalam pencobaan (Mat. 4:1-11; Mrk. 1:12-13; Luk. 4:1-13)



c. Ketidakberdosaan Kristus. Meskipun Sinoptik menyajikan Yesus sebagai manusia, mereka juga mengindikasikan Ia bukan manusia biasa, Ia lahir dari seorang anak dara dan tidak berdosa, ini nampak saat pencobaan iblis, namun ia tidak berdosa (Mat. 4:1-14)



1) Karena lahir dari seorang perawan, ia tidak memiliki nature dan kecendrungan pada dosa. 2) Yesus memanggil manusia untuk bertobat tetapi tidak ada catatan bahwa Ia pernah mengaku dosa atau bertobat.



3) Baptisan-Nya adalah untuk “menggenapi seluruh kehendak Allah” (Mat. 3:15), bukan untuk pengakuan dosa (Mat.3:6). 4) Pencobaan-Nya juga untuk menekankan bahwa meskipun Ia diuji semua seperti dalam area kita, namun Ia tidak berdosa (Mat.4-1-11) 5) Pada waktu Ia menegur Petrus, Ia menyatakan bahwa Ia sama sekali tidak ada hubungan dengan dosa (Mat.16:23)



d. Keilahian Kristus



1) Matius menekankan Yesus sebagai anak Daud (Mat. 9:27), sangat jelas bahwa anak Daud merupakan Mesias yang dijanjikan dan melakukan pekerjaan Mesias, seperti mencelikkan mata orang buta (Mat. 9:27).. 2) Matius secara terus menerus menyajikan Yesus sebagai Mesias demikian pula sebagai yang menggenapi nubuat-nubuat PL yang berkaitan dengan Mesias. 3) Asal mula Anak Manusia bermula dari Daniel 7:13 dimana Ia digambarkan sebagai yang penuh dengan kemenangan, membawa kerajaan kepada bapa. Posisi anak manusia disebelah kanan Bapa menghubungkan pada Mazmur 110:1 dan yang Ia adalah Tuhan. Anak manusia adalah pengertian mesias surgawi yang menggenapi pelayanan di dunia ini atas manusia yang puncaknya dapat dilihat dalam gambaran kemuliaan akhir. 4) Yesus adalah Anak allah dalam pengertian unik yang absolut. Yesus memiliki hubungan yang unik dengan Allah. Yesus sebagai anak Allah adalah satu kesatuan dan kesamaan dengan Allah. 5) Karya penebusan melalui kematianNya. Kristus mengefektifkan kovenan baru (Perjanjian Baru) yang menyediakan pengampunan, dimana hal itu tidak dapat dipenuhi oleh kovenan lama (Perjanjian Lama yaitu Hukum Musa). 6) Kebangkitan Kristus. Semua Injil menekankan kebangkitan fisik dari Kristus (Mat. 28; Mrk. 16; Luk 24; Yoh. 20).



3. Doktrin Roh Kudus



Sinoptik juga menggambarkan peranan Roh Kudus yang cukup signifikan terutama dalam hubungannya dengan Kristus. a. Berkaitan dengan kelahiran Kristus dari anak dara. Matius dan Lukas keduanya menghubungkan konsepsi Yesus di kandungan Maria dengan Roh Kudus yang datang atasnya (Mat.1:18; Luk. 1:35). b. Berkaitan dengan baptisan Kristus. Pada saat pembaptisan Yesus, Roh Kudus turun ke atasNya dan mencurahkan kuasa untuk pelayanan kepada publik. c. Berkaitan dengan pencobaan Kristus. .Markus 1:12 menekankan bahwa Roh Kudus yang mendorong Kristus ke padang belantara untuk dicobai si jahat. Terbukti sesudahnya Yesus tidak memiliki dosa saat melewati pencobaan itu d. Berkaitan dengfan pelayanan Kristus. Matius 12: 28 menyatakan bahwa pelayana Kristus telah dilakukan melalui Roh Kudus ini merupakan kesaksian untuk menyatakan kuasanya datang dari Surga kepada semua orang (Luk. 4:18-19). e. Berkaitan dengan inspirasi kitab suci. Contoh pelayanan roh Kudus dalam inspirasi Alkitab (Mzm.110:1;Mrk 12:36)



4. Doktrin Gereja Sinoptik tidak mencatat pengembangan doktrin gereja. Kata gereja (ekklesia) digunakan hanya tiga kali dalam Matius dan tidak sama sekali dalam Lukas dan Markus. Sekalipun demikian hal itu mengindikasikan bahwa cikal bakal gereja sudah muncul sejak awal.



5. Doktrin Akhir Zaman



Injil Sinoptik menyediakan materi yang cukup banyak berkaitan dengan akhir zaman.



a. Kata kerajaan (Yun.:Basileia) menonjol di Injil sinoptik, muncul 56 kali di Matius, 21 kali di Markus, 46 kali di Lukas. Matius juga menggunakan istilah raja lebih banya dari kitab lain yang ada di PB. b. Injil sinoptik menekankan bahwa Yesus datang untuk mendirikan kerajaan millenial