Klasifikasi Batupasir Menurut Pettijhon [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

SHALE DAN BATUPASIR Mengapa shalemerupakan penyusun dominan kerak bumi ? Karena shale merupakan sedimen berbutir halus yang terendapkan pada daerah yang arusnya lemah, sehingga memungkinkan mengendapkan material yang lebih halus yang banyak pada lantai dasar samudra. Proses ini disebabkan oleh pengaruh yang terus menerus dari atmosfer dan hidrosfer yang secara perlahan-lahan merubah batuan tersebut menjadi bagian-bagian yang kecil, dan atau komposisi kimianya. Material-material yang dihasilkan oleh proses tersebut akan mengalami pengikisan (erosi), kemudian mengalami proses pengangkutan (transportasi), dan selanjutnya mengalami proses pengendapan pada cekungan-cekungan atau ternpat-tempat yang rendah pada permukaan bumi. Klasifikasi Batupasir 1. Klasifikasi batupasir berdasarkan batuan asalnya: - Batupasir Silisiklastik (butiran terigen) Batupasir Epiklastik: endapan yang berasal dari rombakan batuan terdahulu akibat pelapukan dan erosi, termasuk batuan volkanik dan non-volkanik. Batupasir Volkaniklastik: terdiri dari material volkanik (hasil rombakan mupun tidak), termasuk endapan piroklastik dan endapan epiklastik. - Batupasir non-silisiklastik (batuan karbonat dan evaporit). 2. Klasifikasi batupasir berdasarkan kehadiran matriks lempung: 1. Batupasir arenit : matriks 2. Btupasir wacke : matriks > 15% 3. Klasifikasi batupasir berdasarkan Pettijohn (1987) Klasifikasi ini menggunakan dasar segitiga sama sisi dimana setiap sudutnya terdiri dari kuarsa, fielspar (plagioklas + K. fieldspar) dan fragmen batuan. Segitiga pertama sampai



segitiga kedua atau dari 0% sampai 15% batuan di daerah tersebut di beri nama arenit (arenite). Sekarang tergantung dari unsur utama penyusun batuan itu, jika unsur utamanya dan terbanyak adalah fragmen batuan, maka batuan itu diberi nama litik arena (lihic arenite), jika batuan tersebut mulai banyak tercampur oleh unsur kuarsa, sehingga penamaan batuan menjadi Sublitik Arenit (sublithic arenite). Hal yang samadapat dipergunakan untuk batuan yang kaya unsur fieldspar, maka disebut Arkosik Arenit (arkosic arenite). Kalau batuan sudah hampir semua disusun oleh unsur kuarsa, maka batuan itu disebut kuarsa arenit (quartz arenite). Segitiga kedua sampai segitiga ketiga atau dari 15% sampai 75%, batuan yang terletak di daerah tersebut dinamakan batuan wacke. Jika batuan didominasi oleh unsur fragmen batuan (rock fragmen), disebut Lithic Graywacke. Jika didominasi oleh dieldspar disebut Fieldspathic Graywacke. Dan bila didominasi oleh unsur kuarsa, maka batuan itu dinamakan Quartz Wacke. Klasifikasi Batupasir Pettyjohn Batupasir adalah salah satu jenis batuan sedimen yang paling banyak tersingkap di permukaan bumi. Menurut klasifikasi Wenworth, batupasir adalah batuan yang mempunyai ukuran butir antara 1/16 mm – 2 mm. Batupasir ini berdasarkan teksturnya adalah klastik terigen, artinya berasal dari transportasi daratan. Material penyusun batupasir tersusun atas lima komponen dasar yaitu litik fragmen atau fragmen batuan, butiran kuarsa, butiran feldspar, matriks, dan semen. Matriks biasanya adalah mineral-mineral lempung, mineral karbonat, maupun mineral oksida. Matriks biasanya juga akan terendapkan secara bersamaan dengan fragmen. Setelah fragmen dan matriks terendapkan, maka selanjutnya akan diendapkan semen. Semen yang umum dijumpai adalah kuarsa, kalsit, dan oksida . Setelah itu akan terjadi peristiwa diagenesa, yakni proses



pembentukan



batuan



sedimen



itu



sendiri,



mulai



dari



kompaksi,



sementasi, dan litifikasi. Karena batupasir mempunyai jenis yang sangat beragam, maka dalam penentuan namanya tentulah harus digunakan suatu klasifikasi yang jelas dan bisa digunakan secara internasional. Berikut ini adalah macam-macam klasifikasi untuk batupasir: 1. Klasifikasi batupasir berdasar Pettyjohn



2. Klasifikasi batupasir berdasar Folk (1974)



3. Klasifikasi batupasir menurut Gilbert (1982)



Klasifikasi batupasir menurut Pettyjohn (1987) dan Folk (1974) didasarkan pada komposisi batupasir   tersebut,   dimana   komposisinya   ada   butiran   yang   terdiri   dari   fragmen   batuan,   kuarsa, maupun   feldspar;   matriks;   dan   semen.   Berdasarkan   komposisi   inilah   dihasilkan   beberapa   jenis penamaan   seperti   batupasir   kuarsa   (quartz   arenite),   batupasir   arkose   (arkoses),   batupasir   litik (litharenites), batupasir wacke (greywacke). Dalam tulisan kali ini, saya akan lebih mengkhususkan kepada klasifikasi menurut Pettyjohn.  Gambar klasifikasi batupasir menurut Pettyjohn



Dalam membuat klasifikasinya, Pettyjohn memakai dasar komposisi dari batupasir tersebut. Klasifikasi ini menggunakan dasar segitiga sama sisi dimana setiap sudutnya terdiri dari kuarsa, fielspar (plagioklas + K. fieldspar) dan fragmen batuan. 1. Luasan segitiga pertama sampai kedua yaitu dimana terdapat kandungan matriks 0 – 15 % dinamakan arenit. Untuk klasifikasi selanjutnya, tergantung dari unsur utama penyusun batuan itu.



a. Jika unsur utamanya adalah fragmen batuan maka namanya menjadi litarenit atau litik arenit,yaitu kandungan fragmen batuan



kurang lebih 50 % dengan kuarsa kurang lebih 20 b.



%.



Jika batuan litik arenit tersebut banyak tercampur mineral kuarsa, maka



c.



namanya menjadi sublitik arenit. Jika unsur utamanya adalah feldspar, maka namanya menjadi arkosic arenite;



d.



yaitu kandungan feldspar kurang lebih 50 % dengan kuarsa kurang lebih 20 %. Jika batuan arkosic arenite tersebut banyak mengandung mineral kuarsa,



e.



maka namanya menjadi subarkose. Kalau kandungan kuarsa sudah sangat banyak (sekitar lebih dari 90 %), maka



nama batuan itu disebut quartz arenit. 2. Luasan segitiga kedua sampai ketiga yakni terdapat kandungan matriks antara 15 % - 75, batuan yang terdapat di daerah tersebut dinamakan wacke.



Cara penamaanya hampir sama dengan luasan segitiga pertama yaitu: a. Jika unsur utamanya adalah fragmen batuan maka namanya menjadi lithic wacke atau litik arenit, yaitu kandungan fragmen batuan kurang lebih 50 % dengan kuarsa kurang lebih 10 %. b. Jika unsur utamanya adalah feldspar, maka namanya menjadi arkosic wacke; yaitu kandungan feldspar kurang lebih 50 % dengan kuarsa kurang lebih 10 %. c. Kalau kandungan kuarsa sudah sangat banyak (sekitar 90 %), maka nama batuan itu disebut quartz wacke. d. Luasan segitiga ketiga dan seterusnya yakni terdapat kandungan matriks lebih dari 75 %; batuan yang terdapat di daerah itu disebut mudstone.



a.



Cara penamaan dan pembacaan: Jika unsur utamanya adalah fragmen batuan maka namanya menjadi lithic mudstone, yaitu kandungan fragmen batuan kurang lebih 50 % dengan kuarsa



kurang lebih 30 %. b. Jika unsur utamanya



adalah



feldspar,



maka



namanya



menjadi



arkosic



mudstone; yaitu kandungan feldspar kurang lebih 50 % dengan kuarsakurang lebih 30 %. c. Kalau kandungan kuarsa sudah sangat banyak (sekitar lebih dari 70 %), maka nama batuan itu disebut quartz mudstone. Itulah penjelasan secara singkat bagaimana menggunakan klasifikasi Pettyjohn. Klasifikasi ini bila digunakan setiap orang akan bersifat relatif, artinya setiap orang bisa saja mempunyai pendapat tentang jumlah persenan komposisi batuan yang berbeda-beda. Gambar-gambar batuan untuk lebih memperjelas: 1. Arkose Karena banyak mengandung feldspar sehingga warnanya menjadi kemerahan



http://facstaff.gpc.edu/~pgore/myphotos/arkose.gif 2. Quartz sandstone Banyak terkandung pecahan-pecahan batuan



http://www.geol.umd.edu/~jmerck/geol342/images/06lithicarenite.jpg



DAFTAR PUSTAKA: Ehlers, Ernest G. Dan Harvey Blatt. 1980. Petrology Igneous, Sedimentary and Metamorphic. San Francisco: WH Freeman and Company