Klasifikasi Maggot [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PENGARUH WAKTU DAN JUMLAH PROBIOTIK PADA FERMENTASI CAMPURAN TEPUNG MAGGOT, JAGUNG, DEDAK, AMPAS TAHU, DAN TEPUNG IKAN TERHADAP KUALITAS PAKAN TERNAK AYAM BROILER



TESIS



YESTI YULIANA 177006021



PROGRAM MAGISTER KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2020



Universitas Sumatera Utara



PENGARUH WAKTU DAN JUMLAH PROBIOTIK PADA FERMENTASI CAMPURAN TEPUNG MAGGOT, JAGUNG, DEDAK, AMPAS TAHU, DAN TEPUNG IKAN TERHADAP KUALITAS PAKAN TERNAK AYAM BROILER



TESIS



Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Magister Sains



YESTI YULIANA 177006021



PROGRAM MAGISTER KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2020



Universitas Sumatera Utara



PERNYATAAN ORISINALITAS



PENGARUH WAKTU DAN JUMLAH PROBIOTIK PADA FERMENTASI CAMPURAN TEPUNG MAGGOT, JAGUNG, DEDAK, AMPAS TAHU, DAN TEPUNG IKAN TERHADAP KUALITAS PAKAN TERNAK AYAM BROILER



TESIS



Saya menyatakan bahwa tesis ini adalah hasil karya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.



Medan, Januari 2020



Yesti Yuliana 177006021



Universitas Sumatera Utara



PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS



Sebagai sivitas akademika Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan dibawah ini



Nama NIM Program Studi Jenis Karya Ilmiah



: Yesti Yuliana : 177006021 : Magister Kimia : Tesis



Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif (Non-Exclusive Royalty Free Right) atas tesis saya yang berjudul : Pengaruh Waktu Dan Jumlah Probiotik Pada Fermentasi Campuran Tepung Maggot, Jagung, Dedak, Ampas Tahu, Dan Tepung Ikan Terhadap Kualitas Pakan Ternak Ayam Broiler Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan), dengan Hak Bebas Royalti Non Eksklusif ini, Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih media, memformat, mengelola dalam bentuk data-base, merawat dan mempublikasikan tesis saya tanpa meminta izin dari saya selama mencantumkan nama saya sebagai penulis dan sebagai pemegang dan atau sebagai penulis dan sebagai pemilik hak cipta. Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya.



Medan, Januari 2020



Yesti Yuliana



Universitas Sumatera Utara



Universitas Sumatera Utara



ii



Telah diuji pada Tanggal



:



PANITIA PENGUJI TESIS Ketua



:



Dr. Rumondang Bulan, MS



Anggota



:



1. Dr. Firman Sebayang, MS 2. Prof. Dr. Tamrin, M.Sc 3. Dr. Emma Zaidar Nasution, M.Si 4. Dr. Minto Supeno, M.Si



Universitas Sumatera Utara



iii



PENGARUH WAKTU DAN JUMLAH PROBIOTIK PADA FERMENTASI CAMPURAN TEPUNG MAGGOT, JAGUNG, DEDAK, AMPAS TAHU DAN TEPUNG IKAN TERHADAP KUALITAS PAKAN TERNAK AYAM BROILER



ABSTRAK



Pengaruh waktu dan jumlah probiotik pada fermentasi campuran tepung maggot, jagung, dedak, ampas tahu dan tepung ikan telah dilakukan terhadap kualitas pakan ternak ayam broiler. Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu proses budidaya maggot dengan memanfaatkan dedak dan limbah sayuran, proses pembuatan pakan ternak ayam broiler dengan mencampur tepung maggot, jagung, dedak, ampas tahu dan tepung ikan, dan proses fermentasi pakan ternak ayam broiler dengan menggunakan probiotik. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kombinasi waktu fermentasi dan jumlah probiotik yang tepat untuk menghasilkan pakan ternak ayam broiler yang sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI). Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan faktor pertama adalah waktu fermentasi terdiri dari 5 level yaitu 0, 1, 2, 3, dan 4 hari dan faktor kedua adalah jumlah probiotik terdiri dari 3 level yaitu 20, 25 dan 30 mL. Hasil analisis ragam (ANOVA) menunjukkan bahwa perlakuan waktu fermentasi dan jumlah probiotik tidak berpengaruh nyata terhadap kadar abu, kalsium dan fosfor, namun berpengaruh nyata terhadap lemak kasar dan serat kasar. Perlakuan jumlah probiotik berpengaruh nyata terhadap kadar air, protein kasar. Kombinasi perlakuan terbaik yaitu waktu fermentasi 3 hari dan jumlah probiotik 25 mL yang menghasilkan kadar air sebesar 13,58%, kadar protein kasar sebesar 19,82%, kadar lemak kasar sebesar 4,46%, kadar serat kasar sebesar 5,98%, kadar abu sebesar 7,57%, kadar kalsium sebesar 0,96%, kadar phosphor sebesar 0,97% dan telah memenuhi standar yang diisyaratkan SNI.



Kata kunci : ayam broiler, jumlah probiotik, pakan ternak, waktu fermentasi



Universitas Sumatera Utara



iv



EFFECT OF TIME AND THE AMOUNT OF PROBIOTIC ON FERMENTATION MIXTURE MAGGOT FLOUR, CORN, BRAN, SOYBEAN CURD WASTE AND FISH MEAL ON THE QUALITY OF BROILER CHICKEN FEED



ABSTRACT



Effect of time and the amount of probiotic on fermentation mixture maggot flour, corn, bran, soybean curd waste and fish meal have been done on the quality of broiler chicken feed. This research was carried out in three steps, i.e. the process of maggot cultivation by utilizing bran and vegetable waste, the process of making broiler chicken feed by mixing maggot flour, corn, bran, soybean curd waste and fish meal, and the fermentation process of broiler chicken feed using probiotics. The aim of this research was to get a combination of fermentation time and the amount of probiotic with proper to produce broiler chicken feed that is in accordance with the Indonesian National Standard (SNI). This research using Random Design Group (RBD) with the first factor was the fermentation time consists of 5 levels i.e. 0, 1, 2, 3, and 4 days and the second factor was the amount of probiotic consists of 3 levels i.e. 20, 25 and 30 mL. The results of analysis of variance (ANOVA) showed that the treatment time of fermentation and the amount of probiotics did not significantly affect the levels of ash, calcium and phosphorus, but had a significant effect on crude fat and crude fiber. The number of probiotic treatments significantly affected the water content, crude protein. The best combination of treatments is 3 days fermentation time and the number of probiotics 25 mL which produces a water content of 13.58%, crude protein content of 19.82%, crude fat content of 4.46%, crude fiber content of 5.98%, ash content of 7.57%, calcium content of 0.96%, phosphorus content of 0.97% and has been meet the standards required by SNI.



Key word : broiler chickens, the amount of probiotics, animal feed, fermentation time



Universitas Sumatera Utara



v



PRAKATA



Bismillahirrahmanirrahim. Puji dan syukur diucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia – Nya, serta salawat beriring salam kepada Baginda Rasulullah SAW sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian sehingga selesainya penulisan skripsi ini sesuai waktu yang direncanakan. Pada kesempatan ini, penulis ingin memberikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang tulus kepada Ayahanda Kamil dan Ibunda Asdinar yang dengan doa dan kerja kerasnya telah ikhlas membesarkan, membiayai, dan mendidik penulis agar dapat menjadi manusia yang berguna bagi bangsa, agama dan negara. Abang Novri Yandi, dan adik Dasrel Effendi yang selalu memberikan semangat dan bantuan moril sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Ibu Dr. Rumondang Bulan, MS sebagai dosen pembimbing I dan Bapak Dr. Firman Sebayang, MS sebagai dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan pengarahan dan bimbingan hingga selesainya tesis ini. Bapak Prof. Dr. Tamrin, M.Sc dan Ibu Andriayani, S.Pd. M,Si selaku Ketua Departemen dan Sekretaris Departemen Pasca Sarjana Kimia FMIPA USU, Dekan dan Pembantu Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara, semua dosen pada Departemen Pasca Sarjana Kimia FMIPA USU, pegawai di FMIPA USU. Sahabat-sahabat terbaikku yang selalu memberikan semangat dan doanya. Untuk teman-teman seperjuangan Stambuk 2017 yang namanya tidak bisa disebut satu persatu, untuk teman-teman dari PT. Charoen Pokphand Indonesia. Terkhusus untuk yang selalu setia memberikan semangat serta mendoakan penulis sehingga dapat menyelesaikan tesis ini. Semoga Allah SWT akan membalasnya.



Medan, Januari 2020



Yesti Yuliana



Universitas Sumatera Utara



vi



DAFTAR ISI



Halaman PENGESAHAN TESIS PENETAPAN PANITIA PENGUJI ABSTRAK ABSTRACT PRAKATA DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR SINGKATAN



i ii iii iv v vi viii ix x xi



BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah 1.3 Pembatasan Masalah 1.4 Tujuan Penelitian 1.5 Manfaat Penelitian 1.6 Metodologi Penelitian



1 4 4 4 5 5



BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ayam Broiler (Pedaging) 2.1.1 Performan Produksi Ayam Broiler 2.1.2 Pakan dan Kebutuhan Nutrien Ayam Broiler 2.2 Ransum Ayam Broiler (Pedaging) 2.3 Probiotik 2.4 Maggot Black Soldier Fly (BSF) 2.5 Dedak Padi 2.6 Ampas Tahu 2.7 Jagung 2.8 Tepung Ikan Lokal 2.9 Karakterisasi Pakan Ayam Broiler 2.9.1 Kadar Air 2.9.2 Protein Kasar 2.9.3 Lemak 2.9.4 Serat Kasar 2.9.5 Kadar Abu 2.9.6 Kalsium (Ca) dan Fosfor (P)



7 7 9 11 13 15 17 17 18 19 20 20 20 21 21 22 22



Universitas Sumatera Utara



vii



BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat 3.2.2 Bahan 3.3 Prosedur Penelitian 3.3.1 Budidaya Tepung Maggot 3.3.2 Persiapan Bahan Baku 3.3.3 Pembuatan Pakan Ternak Ayam Broiler 3.3.4 Fermentasi Pakan Ternak Ayam Broiler dengan Probiotik 3.3.5 Karakterisasi 3.3.6.1 Penentuan Moisture Content dengan Metode Pengeringan (Oven) 3.3.6.2 Penentuan Protein Kasar Metode Kjeldahl-Tecator 3.3.6.3 Penentuan Lemak Kasar Metode Ekstraksi 3.3.6.4 Penetuan Serat Kasar Metode Fritted Glass Crucible 3.3.6.5 Penentuan Kadar Abu Metode Gravimetri 3.3.6.6 Penentuan Kalsium Dengan Metode Permanganometri 3.3.6.7 Penentuan Fosfor Dengan Metode Spektrofotometri 3.4 Bagan Penelitian 3.4.1 Budidaya Tepung Maggot 3.4.2 Persiapan Bahan Baku 3.4.3 Pembuatan Pakan Ternak Ayam Broiler 3.4.4 Fermentasi Pakan Ayam Broiler dengan Probiotik



25 26 26 27 27 27 28 29 29 30 30 31



BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Budidaya Maggot dari Lalat BSF 4.2 Pembuatan Pakan Ternak Ayam Broiler 4.3 Proses Fermentasi Pakan Ternak Ayam Broiler 4.4 Analisis Proksimat dari Fermentasi Pakan Ternak Ayam Broiler 4.4.1 Analisa Kadar Air (KA) 4.4.2 Analisa Protein Kasar (PK) 4.4.3 Analisa Lemak Kasar (LK) 4.4.4 Analisa Serat Kasar (SK) 4.4.5 Analisa Kadar Abu 4.4.6 Analisa Kadar Kalsium 4.4.7 Analisa Kadar Phosfor 4.4.8 Pertambahan Bobot Badan



32 33 35 38 38 39 41 42 44 45 46 47



BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 5.2 Saran



48 48



DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN



23 23 23 23 24 24 24 24 25 25



49



Universitas Sumatera Utara



viii



DAFTAR TABEL



Nomor Tabel 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 3.1 4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7 4.8 4.9 4.10 4.11 4.12 4.13 4.14 4.15 4.16



Judul



Halaman



Performan Produksi Ayam Broiler Kebutuhan Nutrien Ayam Broiler Beberapa Mikroorganisme yang Berperan Sebagai Probiotik Hasil Analisis proksimat kandungan nutrien tahap larva maggot Persyaratan Mutu Jagung Formulasi Ransum Dengan Metode Trial Dan Error Persentase Kandungan Nutrisi Maggot dari Lalat BSF Analisis Proksimat dari Bahan-bahan Baku Hasil Analisis Proksimat Pakan Ternak Ayam Broiler Hasil Analisis Proksimat Fermentasi Hari ke-0 Hasil Analisis Proksimat Fermentasi Hari ke-1 Hasil Analisis Proksimat Fermentasi Hari ke-2 Hasil Analisis Proksimat Fermentasi Hari ke-3 Hasil Analisis Proksimat Fermentasi Hari ke-4 Hasil Analisis Kadar Air Pakan Ternak Ayam Pedaging (Broiler) Setelah Proses Fermentasi Hasil Analisis Protein Kasar Pakan Ternak Ayam Pedaging (Broiler) Setelah Proses Fermentasi Hasil Analisis Lemak Kasar Pakan Ternak Ayam Pedaging (Broiler) Setelah Proses Fermentasi Hasil Analisis Serat Kasar Pakan Ternak Ayam Pedaging (Broiler) Setelah Proses Fermentasi Hasil Analisis Kadar Abu Pakan Ternak Ayam Pedaging (Broiler) Setelah Proses Fermentasi Hasil Analisis Kalsium Pakan Ternak Ayam Pedaging (Broiler) Setelah Proses Fermentasi Hasil Analisis Phosfor Pakan Ternak Ayam Pedaging (Broiler) Setelah Proses Fermentasi Rataan Pertambahan Bobot Badan (g) selama 3 (tiga) minggu



8 10 15 17 19 24 33 34 35 37 37 37 37 37 38 40 41 42 44 45 46 47



Universitas Sumatera Utara



ix



DAFTAR GAMBAR



Nomor Gambar 2.1 2.2 2.3 4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7 4.8 4.9 4.10 4.11 4.12



Judul



Halaman



Ayam Pedaging (Broiler) Jenis-jenis Lalat Struktur Kimia Asam Amino Maggot yang Dihasilkan Dari Fermentasi Dedak Pakan Ternak Ayam Broiler Probiotik Panglima Proses Fermentasi Pakan Grafik Kadar Air Pada Pakan Grafik Protein Kasar Pada Pakan Grafik Lemak Kasar Pada Pakan Grafik Serat Kasar Pada Pakan Grafik Kadar Abu Pada Pakan Grafik Kadar Kalsium Pada Pakan Grafik Kadar Fosfor Pada Pakan Grafik Pertambahan Bobot Badan



9 16 21 32 34 36 36 38 40 42 43 44 45 46 47



Universitas Sumatera Utara



x



DAFTAR LAMPIRAN



Nomor Lampiran



Judul



1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.



Budidaya Maggot Pencampuran Bahan-bahan Baku Fermentasi Pakan Pakan Telah Terfermentasi Hasil Analisa Kadar Air Metode Pengeringan (Oven) Hasil Analisa Protein Kasar Dengan Metode Kjeldahl Hasil Analisa Lemak Kasar Metode Ekstraksi Hasil Analisa Serat Kasar Metode Fritted Glass Crucible Hasil Analisa Kadar Abu Metode Gravimetri Hasil Analisa Kalsium Metode Permanganometri Hasil Analisa Phosporus Dengan Metode Spektrofotometri



9. 10. 11.



Halaman



52 53 54 54 55 57 61 63 65 67 69



Universitas Sumatera Utara



xi



DAFTAR SINGKATAN



AOAC = Association of Analytical Communities AT = Ampas Tahu BSF = Black Soldier Fly BSN = Badan Standarisasi Nasional Ca = Kalsium CV = Commanditaire Vennotschap KA = Kadar Air KIM = Kawasan Industri Medan LDL = Low-Density Lipoprotein LK = Lemak Kasar P = Fosfor PK = Protein Kasar PT = Perseroan Terbatas SBM = Soybean Meal SK = Serat Kasar SNI = Standar Nasional Indonesia TIL = Tepung Ikan Lokal TM = Tepung Maggot VLDL = Very Low-Density Lipoprotein



Universitas Sumatera Utara



BAB 1 PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu bagian dari sektor pertanian yang perlu dikembangkan dan dimanfaatkan secara optimal untuk kemakmuran rakyat. Salah satu komoditas peternakan yang potensial dikembangkan adalah ayam pedaging (broiler). Hal ini disebabkan karena ayam pedaging menghasilkan daging sebagai sumber protein yang sangat penting bagi manusia. Manfaatnya sebagai sumber protein asal hewani bagi manusia menyebabkan terjadinya peningkatan populasi, produksi dan konsumsi ayam pedaging di Indonesia. Berdasarkan data statistik dari Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2017 bahwa pada tahun 2016 populasi ayam pedaging mencapai 1,6 miliar ekor atau meningkat 6,82 persen bila dibandingkan dengan populasi ayam pedaging pada tahun 2015. Produksi daging ayam pedaging tahun 2016 sebanyak 1,9 juta ton atau mengalami peningkatan sebesar 17,02 persen dari tahun sebelumnya. Peningkatan populasi dan produksi ayam pedaging tersebut didorong oleh: 1) adanya perkembangan yang kuat pada sektor industri hulu peternakan misalnya pabrik pakan, pembibitan dan industri farmasi serta industri hilir yakni rumah potong hewan, restoran dan lain-lain; 2) periode siklus produksi ayam pedaging yang relatif pendek dan perputaran modal relative cepat sehingga cocok untuk peternakan rakyat; 3) kemampuan dalam menyerap tenaga kerja; dan 4) komoditas ini berpotensi ekspor. Pada unggas komersial, produksi pakan broiler berkontribusi hingga 70% dari total biaya produksi. Karena kenaikan harga pakan global, sekarang ada kecenderungan dalam industri perunggasan untuk bergerak ke arah bahan pakan alternatif atau tidak konvensional. Hal ini dikarenakan sebagian besar bahan pakan yang digunakan para peternak masih harus diimpor. Hal ini juga disebabkan pula oleh ketersediaan yang tidak menentu dan tidak adanya jaminan stabilitas kualitas pakan dalam negeri. Diperlukan usaha untuk bisa mengatasi hal tersebut. Salah satu caranya adalah dengan pemanfaatan produk lokal untuk diolah menjadi bahan pakan yang memiliki kualitas tinggi terhadap ayam. Namun, cara



Universitas Sumatera Utara



2



ini dibatasi oleh beberapa masalah: tinggi dan rendahnya kandungan protein dan serat serta adanya faktor antinutrisi dalam pakan yang berbahan tidak konvensional yang bisa mengurangi kecernaan pakan. Salah satunya adalah dedak padi. Dedak padi dihasilkan dari limbah penggilingan padi yang mempunyai potensi sebagai bahan pakan unggas dan tidak bersaing dengan kebutuhan manusia. Selain itu, harganya yang murah dan ketersediaannya cukup banyak dapat dijadikan alasan bahwa dedak padi dapat digunakan dalam pembuatan pakan unggas. Namun, penggunaannya memiliki beberapa keterbatasan karena kandungan serat kasarnya yang tinggi. Fermentasi adalah salah satu cara untuk meningkatkan kualitas dari dedak padi. Fermentasi dedak padi menggunakan Bacillus amyloliquefaciens dan zat humat dapat memperbaiki kandungan nutrisi dari segi serat kasarnya dan dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan untuk ayam broiler (Supriyati et al., 2015). Penelitian sebelumnya juga menunjukkan bahwa proses fermentasi meningkatkan kandungan nutrisi dengan meningkatkan kadar protein kasar dan menurunkan kadar serat kasar (Khempaka et al., 2014). Di negara-negara yang berkembang, sumber protein untuk formula pakan pada umumnya berasal dari protein nabati dan hewani, seperti bungkil kedelai (Soybean Meal/SBM), tepung darah. Komponen-komponen tersebutlah yang akan digunakan sebagai sumber protein dalam formula pakan. Namun, memiliki harga yang mahal. Akibatnya, akan menyebabkan pembebanan pada biaya produksi. Bahan pakan yang tersedia dan belum banyak dimanfaatkan dalam susunan ransum ayam broiler adalah tepung maggot yang berasal dari lalat Black Soldier Fly (BSF/ Hermatia illucens). Maggot H. illucens dapat diproses untuk pakan yang bisa berfungsi sebagai pengganti kedelai yang berharga. Efisiensi pakan dipertahankan pada tingkat yang setara dengan pakan berbasis kedelai dan tidak ada indikasi untuk status metabolisme dan kesehatan yang terpengaruh pada ayam (Maurer et al., 2015). Menurut Wardhana, A.H (2016) maggot BSF dapat diproduksi secara mudah dan cepat, mengandung protein sebesar 40-50 % termasuk asam amino esensial yang dapat dimanfaatkan sebagai pengganti tepung ikan dan bungkil kedelai untuk pakan ternak. Maggot BSF terbukti lebih mudah dicerna. Hasil penilitian De Marco et al., (2015) menunjukkan bahwa maggot BSF merupakan



Universitas Sumatera Utara



3



sumber energi yang dapat dimetabolisme sangat baik untuk ayam pedaging dan sumber asam amino yang dapat dicerna. Selain itu, ada juga penggunaan ampas tahu. Ampas tahu merupakan hasil sampingan yang diperoleh dari proses pembuatan tahu kedelai. Ampas tahu dapat dijadikan sebagai bahan pakan karena mengandung protein dengan asam amino lysin dan metionin, serta kalsium yang cukup tinggi, namun kandungan serat kasarnya tinggi, sehingga menjadi faktor pembatas. Oleh sebab itu, dilakukan upaya meningkatkan nilai guna dengan mengaplikasikan teknik biofermentasi dengan memanfaatkan jasa mikroba. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ampas tahu yang difermentasi dengan probiotik Lactobacillus paracasei dan / atau ragi Lindnera saturnus dapat mengurangi jumlah serat tak larut hingga 41,5% dan meningkatkan serat larut 117%. L (Vong and Liu., 2019). Menurut Somroo et al.,(2019), fermentasi ampas tahu dengan Bacillus dapat meningkatkan kualitas pakan sehingga dapat digunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan pakan. Bahan baku pakan lain yang biasa digunakan adalah jagung dan tepung ikan lokal. Semua bahan ini dihasilkan di Indonesia. Semua bahan baku pakan tersebut dapat dipenuhi dari negara sendiri, sehingga diperkirakan harga biaya produksi pakan akan jauh lebih murah, namun masih memenuhi syarat nutrisi. Dari uraian di atas penulis bermaksud untuk melakukan penelitian dengan tema “pengaruh waktu dan jumlah probiotik pada fermentasi campuran tepung maggot, jagung, dedak, tepung ikan dan ampas tahu terhadap kualitas pakan ternak ayam broiler. Dalam percobaan ini, upaya dilakukan untuk menemukan formula yang tepat dalam pembuatan pakan tanpa mempengaruhi kinerja ayam broiler.



Universitas Sumatera Utara



4



1.2 Permasalahan Penelitian Pada penelitian ini yang menjadi masalah adalah: 1. Apakah secara fermentasi campuran tepung maggot, jagung, dedak, ampas tahu dan tepung ikan dapat meningkatkan kualitas pada pakan ternak ayam pedaging (broiler). 2. Apakah waktu dan jumlah probiotik berpengaruh terhadap kualitas pada pakan ternak ayam pedaging (broiler).



1.3 Pembatasan Masalah Penelitian ini mengambil batasan-batasan sebagai berikut: 1. Dedak yang digunakan berasal CV. Paten Agri Sukses 2. Budidaya maggot dengan menggunakan dedak padi yang difermentasi dengan limbah sayuran. 3. Jagung yang digunakan berasal PT.Central Rezeki Agrindotama, tepung ikan lokal berasal dari PT. Serba Guna, ampas tahu berasal pabrik tahu Ivo, dan limbah sayuran berasal dari pasar Uka. 4. Probiotik yang digunakan adalah probiotik Panglima, dengan variasi volume 20, 25 dan 30 mL, dan waktu fermentasi 0, 1, 2, 3, dan 4 hari. 5. Karakterisasi pakan ternak ayam broiler meliputi analisa proksimat yaitu kadar air (KA), protein kasar (PK), lemak kasar (LK), serat kasar (SK), dan abu ditambah dengan kalsium (Ca) dan phosphor (P).



1.4 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan: 1. Untuk mengetahui secara fermentasi campuran tepung maggot, jagung, dedak, ampas tahu dan tepung ikan dapat meningkatkan kualitas pada pakan ternak ayam pedaging (broiler). 2. Untuk mengetahui pengaruh waktu dan jumlah probiotik terhadap kualitas pada pakan ternak ayam pedaging (broiler).



Universitas Sumatera Utara



5



1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang parameter yang digunakan serta kondisi yang optimal dalam menentukan kualitas pakan yang selanjutnya digunakan dalam perkembangan ayam broiler. Penetuan ini sangat penting karena dalam membuat pakan ternak berkualitas diperlukan pula bahan baku yang sesuai sehingga menghasilkan bobot ayam broiler yang diharapkan.



1.6 Metodologi Penelitian Penelitian ini berupa eksperimen laboratorium. Ada beberapa tahapan penelitian yaitu: 1. Tahap pertama adalah budidaya maggot dengan menggunakan 1 kg dedak, 0,5 kg limbah sayuran, 37,5 mL probiotik, 37,5 mL larutan gula merah dan 300 mL air dan difermentasi selama 18 hari. Setelah maggot diperoleh, maggot dicuci dan dijemur sampai kering. Variabel-variabel yang digunakan adalah: -



Variabel tetap:



- Volume (mL)



- Waktu (menit)



- Berat (kg) 2. Tahap kedua adalah pembuatan pakan ayam broiler, dilakukan dengan mempersiapkan bahan-bahan baku seperti jagung, dedak, tepung ikan lokal, tepung maggot dan ampas tahu. Bahan-bahan tersebut dikarakterisasi terlebih dahulu untuk mengetahui kandungan nutrisi dari setiap bahan baku yang akan digunakan agar dapat dimasukkan dalam formulasi pembuatan pakan ayam broiler. Selanjutnya bahan-bahan tersebut dicampur menjadi satu dan diaduk selama 15 menit. Variabel-variabel yang digunakan adalah: -



Variabel tetap:



- Ukuran partikel (mm)



- Waktu (menit)



- Berat bahan (kg) 3. Tahap ketiga adalah fermentasi pakan ayam broiler yang telah dibuat, dengan menggunakan probiotik Panglima dengan variasi volume probiotik 20, 25, dan 30 mL dengan waktu fermentasi 0, 1, 2, 3, dan 4 hari. Kemudian dianginanginkan untuk menghentikan aktivitas probiotik.



Universitas Sumatera Utara



6



Variabel-variabel yang digunakan adalah: -



Variabel tetap:



- Berat bahan (kg)



-



Variabel bebas:



- Volume (mL)



- Waktu (hari)



4. Karakterisasi yang digunakan adalah analisis kadar air dengan oven, protein kasar dengan metode total nitrogen, lemak kasar dengan soxtherm, serat kasar dengan metode Fibertec, kadar abu dengan metode gravimetri, kalsium dengan metode titrasi, dan phosfor dengan metode spektroskopi. Variabel-variabel yang digunakan adalah: -



Variabel terikat:



- Suhu (˚C)



- Waktu (menit)



- Volume (mL)



- Berat pakan (g)



Universitas Sumatera Utara



BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA



2.1



Ayam Broiler (Pedaging)



2.1.1



Performan Produksi Ayam Broiler Ayam ras pedaging disebut juga broiler, jenis ayam ini merupakan jenis ras



unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging ayam karena mampu tumbuh cepat sehingga ayam broiler dapat menghasilkan daging dalam waktu relatif singkat yaitu kurang dari 6 minggu (Umam et al., 2015). Dengan waktu pemeliharaan yang relatif singkat dan menguntungkan, maka banyak peternak baru serta peternak musiman yang bermunculan diberbagai wilayah Indonesia. Populasi ayam broiler di Provinsi Jawa Tengah cenderung mengalami peningkatan dari tahun 2013 sebesar 103.964.760 ekor menjadi 180.791.433 ekor dengan persentase peningkatan mencapai 0,17% pada tahun 2017 (Direktorat Jendral Peternakan, 2017). Ayam broiler termasuk jenis ayam ras unggulan yang secara genetik telah diperbaiki sehingga memiliki produktivitas tinggi serta dapat mengkonversi



pakan



yang



dikonsumsi



secara



maksimal



menjadi



daging



dibandingkan unggas lainnya (Zulfanita et al., 2011). Pada saat ini prospek agribisnis ternak ayam broiler cukup baik dimana permintaan pasar selalu meningkat, sejalan dengan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi hewani. Produksi ternak ayam broiler saat ini berkembang dengan pesat dan peluang pasar yang bisa dihandalkan. Pemeliharaan ayam broiler harus ditunjang dengan manajemen yang baik agar mampu meningkatkan performan produksi. Performan dapat digunakan untuk standar produksi sehingga bisa dijadikan sebagai pembanding dan pegangan peternak. Aspek produksi yang harus diamati dalam pengelolaan ayam broiler meliputi bobot badan hidup, pertambahan bobot badan, konsumsi dan konversi pakan. Performan produksi ayam broiler tercantum pada Tabel 2.1.



Universitas Sumatera Utara



8



Konsumsi Pakan Konsumsi merupakan jumlah makanan yang dimakan oleh seekor ternak, zat makanan yang dikandungnya dimanfaatkan untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok dan produksi hewan tersebut. Tinggi rendahnya energi dalam ransum berpengaruh terhadap konsumsi ransum.



Pertambahan Bobot Badan Pertambahan bobot badan merupakan kenaikan bobot badan yang dicapai oleh seekor ternak selama periode tertentu. Pertumbuhan ayam biasanya dideteksi dengan adanya pertumbuhan bobot badan per hari, per minggu atau per satuan waktu yang lain. faktor-faktor yang mempengaruhi pertambahan bobot badan pada unggas adalah spesies, strain, tipe produksi, jenis kelamin, musim, mutu dan jumlah pakan, manajemen pemeliharaan, bentuk pakan, sisitem pemberian pakan, bobot awal dan suhu lingkungan. Menurut Syahruddin et al. (2013) menyatakan bahwa pada suhu 21 ºC pertambahan bobot badan broiler cukup tinggi, karena ayam broiler dapat mengkonsumsi pakan secara optimal, sehingga pakan yang dikonsumsi dapat mencukupi segala kebutuhan ayam broiler, selain itu suhu lingkungan berpengaruh terhadap fisiologis (fungsi faal) tubuh ayam secara langsung seperti aktivitas jantung, pernafasan, sirkulasi darah dan metabolisme tubuh. Salah satu kriteria mengukur pertumbuhan adalah dengan mengukur pertambahan bobot badan. Pertambahan bobot badan merupakan kenaikan bobot badan yang dicapai oleh seekor ternak selama periode tertentu.



Konversi Pakan Konversi pakan adalah suatu perbandingan antara konsumsi ransum dengan pertambahan bobot badan dalam satu waktu tertentu. Faktor yang mempengaruhi konversi ransum yaitu genetik, temperatur, ventilasi, sanitasi, kualitas pakan, jenis ransum, penggunaan zat additive, kualitas air, penyakit dan manajemen pemeliharaan (Adil et al., 2010).



Universitas Sumatera Utara



9



Tabel 2.1 Performan Produksi Ayam Broiler* Konsumsi Pakan Umur



Bobot Badan



Komulatif



Konversi Pakan



(Minggu)



(g)



((g/ekor/minggu)



1



200



180



0,90



2



500



550



1,10



3



960



1.180



1,23



4



1.550



2.180



1,41



5



2.350



3.670



1,56



Sumber: Japfa Comfeed Indonesia, 2012.



Gambar 2.1 Ayam Pedaging (Broiler)



Pertambahan bobot badan harus diimbangi dengan jumlah konsumsi pakan sesuai kebutuhan. Bertambahnya umur ayam mengakibatkan peningkatan jumlah konsumsi pakan seiring meningkatnya kebutuhan nutrien untuk hidup pokok dan pertumbuhan. Tingkat konsumsi pakan berdampak pada bobot badan yang dihasilkan (Ollong et al., 2012). Pakan memiliki pengaruh yang besar terhadap biaya produksi sehingga keberhasilan bisnis ayam broiler dapat dilihat dari nilai konversi pakan atau



Universitas Sumatera Utara



10



feed convertion ratio (FCR). Hasil penelitian Azis et al. (2011) menunjukkan bahwa ayam yang mendapat pembatasan waktu makan menghasilkan nilai konversi pakan lebih rendah dibandingkan ayam yang diberi pakan ad libitum pada umur 28 hingga 35 hari.



2.1.2 Pakan dan Kebutuhan Nutrien Ayam Broiler Bahan pakan untuk ayam dapat berasal dari hasil pertanian, perikanan dan peternakan yang mengandung nutrien dan layak dipergunakan sebagai pakan, baik yang belum maupun telah diolah (Standar Nasional Indonesia, 2015). Kebutuhan nutrien yang utama pada ayam broiler ditentukan oleh keseimbangan protein dan energi, diikuti dengan karbohidrat, lemak, mineral dan vitamin (Ketaren, 2010). Kebutuhan nutrien ayam broiler tercantum pada Tabel 2.2.



Tabel 2.2 Kebutuhan Nutrient Ayam Broiler No



Parameter



Satuan



Persyaratan



1



Kadar Air



%



Maks 14,0



2



Protein Kasar



%



Min 19,0



3



Lemak Kasar



%



Maks 5,0



4



Serat kasar



%



Maks 6,0



5



Abu



%



Maks 8,0



6



Kalsium (ca)



%



0,90 – 1,20



7



Fosfor (P) total



%



0,6 - 1,0



Sumber : SNI-8173.3-2015



Ketersediaan protein sebagai substrat berhubungan erat dengan metabolisme protein, khususnya deposisi protein tubuh. Defisiensi protein menyebabkan pertumbuhan menjadi lambat serta tubuh tidak mampu menggunakan energi secara efisien (Wulandari et al., 2013). Lemak tidak kalah penting untuk pakan unggas karena dapat digunakan sebagai sumber energi apabila energi dari karbohidrat belum memenuhi kebutuhan. Lemak berfungsi sebagai sumber energi yang efisien secara langsung dan secara potensial bila disimpan dalam jaringan adipose (Yufiandri, 2013). Lemak dibutuhkan



Universitas Sumatera Utara



11



unggas untuk lapisan lemak diantara daging dan sebagai sumber energi untuk aktivitas. Pakan yang mengandung lemak akan dicerna di dalam saluran pencernaan unggas dengan bantuan enzim lipase menjadi asam lemak yaitu asam lemak jenuh antara lain asam palmitat dan asam stearat, serta asam lemak tidak jenuh meliputi asam oleat, asam linoleat dan asam linolenat. Unggas juga membutuhkan vitamin meskipun dengan jumlah sangat sedikit agar proses sintesis di dalam tubuh dapat berjalan normal. Vitamin dibutuhkan oleh unggas untuk menjaga kesehatan mata, membantu pembekuan darah, kesehatan otot, proses



metabolisme



dan



pembentukan



tulang



(Ketaren,



2010).



Vitamin



dikelompokkan menjadi vitamin yang larut dalam lemak yaitu vitamin A, D, E dan K, serta vitamin larut dalam air yaitu vitamin B kompleks dan C. Unggas yang tidak makan cukup vitamin tidak dapat tumbuh normal, mata dan tulang terganggu. Sumber vitamin sebagian besar berasal dari berbagai bahan pakan seperti minyak tanaman, lemak hewan, dan tepung alfalfa. Proses biokimia nutrien menjadi sempurna apabila tersedia mineral yang cukup bagi unggas. Secara umum, mineral yang penting dihitung di dalam pakan adalah kandungan Ca dan P sedangkan mineral lainnya dipenuhi dari bahan pakan lain atau dapat ditambahkan dalam bentuk campuran berbagai mineral (premix) (Ketaren, 2010). Mineral makro seperti kalsium (Ca) dan fosfor (P) dibutuhkan 9 untuk pembentukan tulang, sedangkan natrium (Na), kalium (K), magnesium (Mg), dan klorida (Cl) dibutuhkan untuk keseimbangan asam basa dalam osmose tubuh. Mineral mikro yaitu cuprum (Cu), iodin (I), mangan (Mn), selenium (Se), zink (Zn), dan cobalt (Co) yang dapat diperoleh dari vitamin B12.



2.2



Ransum Ayam Broiler (Pedaging) Pakan merupakan bahan makanan yang berasal dari tumbuhan, hewan atau



bahan lain yang diberikan pada ternak. Pakan tersebut diberikan kepada ayam dalam bentuk ransum. Bahan-bahan makanan ini terbagi atas bahan makanan yang berasal dari nabati atau hewani.



Universitas Sumatera Utara



12



Bahan makanan nabati berasal dari produk pertanian. Semua bahan nabati umumnya mempunyai kandungan serat kasar tinggi. Bahan pakan makanan untuk unggas dibagi atas bahan yang biasa digunakan (jagung, dedak halus, bungkil kacang kedelai, bungkil kelapa) dan bahan yang tidak lazim digunakan (bungkil kacang tanah, ubi kayu, dan hijauan). Bahan makanan hewani umumnya merupakan limbah industry. Bahan makanan hewani yang biasa digunakan untuk ayam adalah tepung ikan, tepung darah, limbah industri udang, tepung bulu, tepung tulang, tepung kerang dan limbah rumah potong hewan. Bahan makanan hewani dibutuhkan dan berpengaruh terhadap proses reproduksi. Asam amino yang terkandung di dalam bahan makanan hewani dibutuhkan untuk proses pertumbuhan dan proses pembuatan telur yang tidak didapatkan dari bahan nabati. Prinsip penyusunan ransum ayam adalah membuat ransum dengan kandungan gizi yang sesuai dengan kebutuhan ayam pada fase tertentu. Pemberian ransum untuk ayam pedaging atau ayam petelur harus disesuaikan dengan tujuan dari perkembangannya. Rasyaf (2007) mengemukakan ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk membuat ransum ayam yaitu: 1. Metode coba-coba (Trial and error). Metode ini menggunakan dasar pengumpulan sejumlah bahan-bahan makanan terpilih dan coba-coba untuk memperoleh proporsi tiap bahan dari perkiraan lalu disesuaikan dengan kebutuhan ayam. Kelemahannya, pertimbangan batas maksimal atau minimal bahan sulit diterapkan. 2. Metode pearson square, metode ini hanya dapat digunakan untuk menghitung pakan yang terdiri dari dua jenis saja. 3. Metode persmaan simulasi. Metode ini menggunakan konsep matematika persmaan simulat untuk mencari bahan sebagai proporsi bahan makanan yang bersangkutan. 4. Metode matriks. Metode ini hanya dapat digunakan oleh mereka yang pernah mempelajari aljabar matriks. Metode ini dasar konsepnya sama saja dengan dua metode di atas hanya alat hitungnya menggunakan aljabar matriks.



Universitas Sumatera Utara



13



5. Metode program linier minimasi. Merupakan metode yang popular dengan computer. Metode ini bertujuan untuk menggunakan biaya ransum yang murah dari alternatif yang ada. 6. Program tujuan berganda. Metode ini digunakan dengan bantuan komputer, bedanya metode ini bias lebih dari satu keinginan, misalnya biaya ransum yang murah, menghindari biaya pemakaian bahan makanan yang mahal, kandungan asam amino utama tidak mahal dan yang lainnya. Beberapa persentase bahan dapat dimasukkan ke dalam ransum ditentukan oleh kandungan zat makanan dan zat antinutrisinya. Sumber energi yang kaya dengan pati dan energi metabolismenya tinggi serta kandungan proteinnya mendakati 10% dapat dipakai dalam jumlah lebih banyak.



2.3



Probiotik Probiotik



mikroorganisme



merupakan hidup



yang



tambahan berfungsi



aditif



pakan



untuk



yang



mengatur



mengandung keseimbangan



mikroorganisme dalam saluran pencernaan, probiotik biasanya berasal dari 5 bakteri, yeast atau kapang. (Sarwono dkk., 2012). Probiotik dapat menjaga keseimbangan mikroorganisme dalam saluran pencernaan dengan mekanisme competitive exclution yaitu kompetisi antara mikroorganisme patogen dengan mikroorganisme probiotik sehingga mikroorganisme patogen tidak dapat hidup dalam saluran pencernaan dan akan keluar bersama dengan ekskreta. Probiotik mampu berkompetisi dengan mikroba patogen sehingga dapat mencegah timbulnya infeksi saluran pencernaan dan dapat meningkatkan penyerapan nutrien, bakteri probiotik bekerja dengan cara menempel pada mukosa usus kemudian membentuk suatu lapisan yang dapat menghalangi perlekatan bakteri patogen pada dinding saluran pencernaan (Hendalia dkk., 2012). Istilah probiotik pertama kali diperkenalkan oleh Parker pada tahun 1974, yang menggambarkan tentang keseimbangan mikrobiota dalam saluran pencernaan. Pada saat ternak mengalami stres, keseimbangan mikrobiota dalam saluran pencernaan terganggu, mengakibatkan sistem pertahanan tubuh menurun dan bakteribakteri patogen berkembang dengan cepat. Pemberian probiotik akan memberikan keseimbangan mikrobiota dalam saluran pencernaan yang mengalami



Universitas Sumatera Utara



14



perubahan karena masuknya bakteri patogen, sehingga bakteri patogen tidak dapat ditekan populasinya melalui pengaruh antibakteri probiotik dan pada akhirnya dapat meningkatkan penyerapan nutrisi dari pakan dan menjaga kesehatan ternak. Pemberian probiotik pada ternak unggas biasanya diberikan dalam bentuk campuran ransum atau diberikan melalui air minum, atau dalam bentuk probiotik yang hanya mengandung satu macam mikroba saja atau dalam bentuk campuran terdiri dari beberapa mikroba seperti probiolac atau protexin. Beberapa keuntungan dari penggunaan probiotik pada hewan atau ternak antara lain adalah dapat memacu pertumbuhan, memperbaiki konversi ransum, mengontrol kesehatan. Saat ini telah beredar produk probiotik yang mengandung mikroba 18 lipolitik, selulolitik, lignolitik, dan mikroba asam lambung. Beberapa penelitian pada broiler menunjukkan bahwa penambahan probiotik dalam ransum dapat meningkatkan pertambahan bobot badan, menurunkan konversi pakan dan mortalitas. Probiotik dapat mengubah pergerakan pada populasi mikroba di dalam usus halus ayam, sehingga



keberadaannya



dapat



meningkatkan fungsi



dan kesehatan



usus,



memperbaiki mikroflora pada sekum, serta meningkatkan penyerapan zat makanan (Mountzouris et al., 2010). Menurut Lee dan Salminen (2009), yang menyatakan bahwa probiotik dapat diberikan dengan berbagai variasi berdasarkan: 1. Tipe probiotik (Lactobacilli, Bifidobacteria, Yeast atau Enterococcus) 2. Dosis harian (107 -1010 cfu) 3. Frekuensi pemberian 1-4 kali sehari 4. Waktu pemberian (sebelum, selama, atau setelah makan) 5. Durasi pemberian (1 hari atau beberapa bulan) 6. Bentuk sediaan (makanan fermentasi, minuman, kapsul, tablet atau serbuk) 7. Viabilitas Probiotik memberikan efek fisiologis terhadap kesehatan di dalam pencegahan dan terapi penyakit seperti antikolesterol, antihipertensi, intoleran laktosa, anti karsinogenik, gangguan saluran pencernaan serta alergi. Dengan 20 memperhatikan kesehatan inangnya penambahan probiotik harus memperhatikan konsentrasi antara 107 -1011 cfu/g per hari untuk manusia dan 107 -109 cfu/g per



Universitas Sumatera Utara



15



hari untuk binatang, sehingga dapat berperan untuk menurunkan kadar kolesterol (Ooi dan Min-Tze, 2010). Tabel 2.3 Beberapa Mikroorganisme yang Berperan Sebagai Probiotik Lactobacillus L. acidophilus L. brevis L. casei L. curvatus L. fermentum L. gasseri L. johnsonii L. reuteri L. rhamnosus L. salivarius



Bifidobacteria B. adolescentis B. animalis B. bifidum B. breve B. infantis B. longum B. thermophilum



Enterococcu E. faecalis E. faecium



Propionibacterium P. freudenreichii P. freudenreichii subs. thermanii P. jensenii



Yeast Kluyveromyces lactis Saccharomyces boulardii Saccharomyces cerevisiae



Other Leunococcus mesenteroides Pediococcus Acidilactici



Streptococcus S. termhopilus



Baffoni et., al. 2010.



2.4



Maggot Black Soldier Fly (BSF) Larva BSF atau dalam nama ilmiah yaitu Hermetia illucens L. memiliki



klasifikasi taksonomi sebagai berikut: Kingdom



: Animalia



Filum



: Arthropoda



Kelas



: Serangga



Ordo



: Diptera



Famili



: Stratiomyidae



Subfamili



: Hermetiinae



Genus



: Hermetia



Spesies



: Hermetia illucens



Universitas Sumatera Utara



16



Lalat Buah (Bactrocera Dorsalis)



Lalat Daging (Genus Sarcophaga)



Black Soldier Fly (Hermetia Illucens)



Lalat Hijau (Lucilia Sericata)



Gambar 2.2 Jenis-jenis Lalat Ordo Diptera merupakan ordo keempat terbanyak dikonsumsi oleh manusia. Ordo ini memiliki 16 famili, Diptera merupakan kelompok serangga yang memiliki kapasitas reproduksi terbesar, siklus hidup tersingkat, kecepatan pertumbuhan yang tinggi, dan dapat mengonsumsi pakan yang variatif dari jenis materi organik. Serangga merupakan sumber zat seng terbaik dengan rentang nilai sebesar 61,6 hingga 340,5 mg/kg berat kering (Morales-Ramos et al. 2014). Hasil analisis proksimat menunjukkan bahwa kandungan protein kasar larva muda lebih tinggi dibandingkan dengan larva tua. Kondisi ini diduga karena larva yang masih muda mengalami pertumbuhan sel struktural lebih cepat. Tetapi, apabila ditinjau dari skala produksi massal maka kuantitas produksi menjadi faktor yang perlu dipertimbangkan sehingga diperlukan bobot larva yang lebih tinggi (prepupa). Rachawati et al. (2010) menyatakan bahwa larva yang lebih besar (prepupa) sangat ideal untuk campuran pakan karena mampu memenuhi kuantitas produksi.



Universitas Sumatera Utara



17



Tabel 2.4 Hasil Analisis Proksimat Kandungan Nutrien Tahap Larva Maggot Umur (hari) 5 10 15 20 25



Kadar Air 26,61 37,66 37,94 39,20 39,97



Kadar (%) Protein Kasar 61,42 44,44 44,01 42,07 45,87



Lemak Kasar 13,37 14,60 19,61 23,94 27,50



Abu 11,03 8,62 7,65 11,36 9,91



Rachawati et al. (2010)



2.5



Dedak Padi Dedak padi merupakan hasil ikutan penggilingan padi atau sisa penumbukan



padi. Dedak padi berasal dari gabah. Gabah jika digiling akan menghasilkan beras sebanyak 50-60%, sisanya menir 1-17%, sekam 20-25%, dedak 10-15% dan bekatul 3%. Dedak merupakan sumber vitamin B dan disukai ternak. Kandungan nutrisinya cukup baik, tetapi kandungan serat kasarnya agak tinggi. Dedak padi mengandung protein kasar 11,9-13,4%, serat kasar 10-16%, energi metabolisme 2730 kkal/kg, dan mineral Ca 0,1% dan P 1,51% (Ako, 2013). Menurut Sukaryana (2011), menyatakan bahwa proses fermentasi dapat meminimalkan pengaruh antinutrisi dan meningkatkan kecernaan bahan pakan dengan kandungan serat kasar tinggi yang ada pada dedak padi. Ketersediaan dedak padi yang sangat berlimpah dan harganya yang relatif murah menjadi pertimbangan penggunaan dedak padi dalam penyusunan ransum.



2.6



Ampas Tahu Ampas tahu merupakan hasil samping dari pengolahan kedelai menjadi tahu.



Strategi pemanfaatan bioteknologi untuk memanfaatkan limbah agroindustri pertanian sebagai pakan ternak yang mampu meningkatkan kualitas produk dengan tingkat pencemaran lingkungan seminimal mungkin, merupakan strategi kebijakan masa depan yang sangat diharapkan. Ampas tahu masih mengandung protein yang cukup tinggi namun kandungan serat kasarnya tinggi, sehingga menjadi faktor pembatas penggunaannya dalam ransum ayam. oleh karena itu untuk memberdayagunakan ampas tahu perlu diberi perlakuan dan salah satunya adalah dengan



Universitas Sumatera Utara



18



bioteknologi fermentasi. Upaya meningkatkan nilai guna ampas tahu tersebut dapat dilakukan dengan mengaplikasikan teknik biofermentasi dengan memanfaatkan jasa mikroba. Hasil penelitian Witariadi (2016) dapat disimpulkan bahwa penggunaan 5% ampas tahu yang difermentasi dengan inokulan probiotik Saccharomyces sp. yang diisolasi dari ragi tape dapat meningkatkan performans ayam broiler umur 2-6 minggu, dan pada level 10-15% ampas tahu yang difermentasi inokulan probiotik Saccharomyces sp. dalam ransum memberikan hasil yang sama dengan kontrol.



2.7



Jagung Jagung merupakan komoditas yang peranannya semakin penting dalam



beberapa tahun terakhir ini, baik sebagai bahan industri makanan maupun sebagai bahan baku pakan ternak. Bahan pakan yang paling banyak digunakan dalam pembuatan ransum ayam broiler adalah jagung. Diketahui bahwa jagung merupakan bahan pakan yang dominan dalam ransum ayam broiler yaitu 46 – 54%. Karena sebagian besar bahan penyususn ransum pakan adalah jagung maka permintaan jagung terus meningkat sesuai dengan perkembangan industri makanan ternak. Saat ini, didapat dikatakan bahwa hampir semua produksi jagung diarahkan untuk semua makanan ternak, kecuali di beberapa daerah yang penduduknya masih memanfaatkan jagung sebagai makanan pokok. Penggantian jagung dengan bijibijian lain, seperti terigu dan barlei yang banyak dilakukan di luar negeri, kelihatannya kurang mungkin dilakukan di Indonesia. Mutu jagung sebagai bahan pakan ternak didasarkan atas kandungan gizi dan ada tidaknya zat atau bahan lain yang tidak diinginkan. Jagung sebagai bahan pakan ternak digolongkan dalam 2 (dua) tingkatan mutu, yaitu: 1. Mutu I 2. Mutu II Persyaratan mutu jagung sebagai bahan pakan ternak harus menjamin kesehatan dan ketentraman masyarakat. Persyaratan mutu jagung sebagai bahan pakan ternak sesuai dengan Tabel 2.4.



Universitas Sumatera Utara



19



Tabel 2.5 Persyaratan Mutu Jagung No



Parameter



1 Kadar Air (maks) 2 Protein Kasar (min) 3 Mikotoksin: Aflatoksin (maks) Okratoksin (maks) 4 Biji rusak (maks) 5 Biji berjamur (maks) 6 Biji pecah (maks) 7 Benda asing (maks) SNI 4483:2013



2.8



% %



Mutu I 14,0 8,0



Persyaratan Mutu II 16,0 7,0



μg/kg μg/kg % % % %



100,0 20 3,0 2,0 2,0 2,0



150,0 tidak dipersyaratkan 5,0 5,0 4,0 2,0



Satuan



Tepung Ikan Tepung ikan adalah suatu produk padat kering yang dihasilkan dengan jalan



mengeluarkan sebagian besar cairan atau seluruh lemak yang terkandung di dalam tubuh ikan. Tepung ikan digunakan sebagai makanan hewan dan pupuk tanaman. Ada pula tepung ikan yang dibuat secara khusus untuk bahan makanan manusia. Untuk membuat tepung ikan sebenarnya dapat digunakan semua jenis ikan, tetapi hanya ikan pelagis dan domersil saja yang banyak digunakan dan sisa-sisa ikan dari pabrik-pabrik pengolahan ikan sebagai bahan baku pembuatan tepung ikan Bahan pakan sumber protein yang biasa digunakan untuk unggas berasal dari protein hewani maupun nabati. Tepung ikan dan bungkil kedelai mengandung protein cukup tinggi, sehingga kedua bahan pakan tersebut digunakan sebagai sumber utama protein untuk unggas. Tepung ikan termasuk sumber protein hewani yang berasal dari ikan dan sisa-sisa ikan setelah dikeringkan dan digiling halus. Kandungan tepung ikan antara lain protein kasar 60%, kadar air 2,5%, lemak 2,54%, dan kadar abu 1,2% (Jassim, 2010).



Universitas Sumatera Utara



20



2.9



Karakteristik Pakan Ayam Broiler



2.9.1



Kadar Air Kadar air adalah persentase kandungan air suatu bahan yang dapat dinyatakan



berdasarkan berat basah (wet basis) atau berdasarkan berat kering (dry basis). Kadar air juga salah satu karakteristik yang sangat penting pada bahan pangan, karena air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur, dan cita rasa pada bahan pangan. Kadar air dalam bahan pangan ikut menentukan kesegaran dan daya awet bahan pangan tersebut, kadar air yang tinggi mengakibatkan mudahnya bakteri, kapang, dan khamir untuk berkembang biak, sehingga akan terjadi perubahan pada bahan pangan. Kadar air setiap bahan berbeda tergantung pada kelembaban suatu bahan. Semakin lembab tekstur suatu bahan, maka akan semakin tinggi persentase kadar air yang terkandung di dalamnya (Winarno, 2004).



2.9.2



Protein Kasar Protein merupakan zat gizi yang sangat penting, karena yang paling erat



hubungannya dengan proses-proses kehidupan. Nama protein berasal dari bahasa Yunani (Greek) proteus yang berarti “yang pertama” atau “yang terpenting”. Seorang ahli kimia Belanda yang bernama Mulder, mengisolasi susunan tubuh yang mengandung nitrogen dan menamakannya protein, terdiri dari satuan dasarnya yaitu asam amino (biasa disebut juga unit pembangun protein). Proses pencernaan, protein akan dipecah menjadi satuan-satuan dasar kimia. Protein terbentuk dari unsur-unsur organik yang hampir sama dengan karbohidrat dan lemak yaitu terdiri dari unsur karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O), akan tetapi ditambah dengan unsur lain yaitu nitrogen (N). Molekul protein mengandung pula fosfor, belerang, dan ada jenis protein yang mengandung unsur logam seperti besi dan tembaga. Molekul protein tersusun dari satuan-satuan dasar kimia yaitu asam amino. Dalam molekul protein, asam-asam amino ini saling berhubunghubungan dengan suatu ikatan yang disebut ikatan peptida (CONH) (Budianto, 2009).



Universitas Sumatera Utara



21



Asam amino



Asam amino



Protein



Gambar 2.2 Struktur Kimia Asam Amino



2.9.3 Lemak Kasar Lemak merupakan sumber energi bagi tubuh. Biasanya energi yang dihasilkan per gram lemak adalah lebih besar dari energi yang dihasilkan oleh 1 gram karbohidrat atau 1 gram protein. 1 gram lemak menghasilkan 9 kalori (kal). Lemak dalam makanan merupakan campuran lemak heterogen yang sebagaian besar terdiri dari trigliserida. Trigliserida disebut lemak jika pada suhu ruang berbentuk padatan, dan disebut minyak jika pada suhu ruang berbentuk cairan. Trigliserida merupakan campuran asam-asam lemak, biasanya dengan panjang rantai karbon sebanyak 12 sampai 22 dengan jumlah ikatan rangkap dari 0 sampai 4. Lemak makanan juga terdapat sejumlah kecil fosfolipid, sfingolipid, kolesterol dan fitosterol (Budianto, 2009).



2.9.4 Serat Kasar Serat kasar merupakan residu dari bahan makanan atau bahan pertanian yang terdiri dari selulosa dan lignin setelah diperlakukan dengan asam dan alkali mendidih. Serat kasar tidak memiliki nilai gizi bagi manusia karena manusia tidak memiliki enzim selulase untuk mencernanya, namun serat kasar berperan menghindari terjadinya konstipasi (susah buang air besar), mengencerkan zat-zat beracun dalam kolon dan mengabsorbsi zat karsinogenik dalam pencernaan yang kemudian akan terbuang dari dalam tubuh bersama feses . Prinsip analisis ini adalah mencuci sampel dengan asam, basa dan air mendidih serta alkohol 95% sehingga didapatkan residu serat kasar. (Widoyo et al, 2015).



Universitas Sumatera Utara



22



2.9.5 Kadar Abu Kadar abu merupakan campuran dari komponen anorganik atau mineral yang terdapat pada suatu bahan pangan. Abu adalah zat anorganik sisa hasil pembakaran suatu bahan organik. Kandungan abu dan komposisinya tergantung pada macam bahan. Kadar abu ada hubungannya dengan mineral. Mineral yang terdapat dalam suatu bahan dapat berupa dua macam garam yaitu garam organik dan anorganik. Garam organik misalnya garam-garam asam mallat, oksalat, asetat, pektat. Sedangkan garam anorganik antara lain dalam bentuk garam fosfat, karbonat, khlorida, sulfat dan nitrat.



2.9.6 Kalsium (Ca) dan Fosfor (P) Menurut Mulyantini (2010), kebutuhan mineral, khususnya Ca dan P sangat mungkin akan banyak direvisi apabila fitase, enzim pendagradasi kompleks mioinositol,



dipertimbangkan



perannya



dalam



pakan. Kalsium dan



fosfor



merupakan mineral esensial yang saling berhubungan dalam proses biologis unggas. Oleh karena itu imbangan kedua mineral tersebut sangat penting. Level P dapat berpengaruh terhadap penyerapan Ca. Imbangan optimum Ca dan P tersedia dalam



pakan unggas berkisar 1:1 sampai



2:1. Vitamin D



dapat



membantu penyerapan kalsium. Menurut BSN (2006), kandungan kalsium dan fosfor total pakan ayam broiler baik starter maupun finisher adalah berturut-turut 0,9 - 1,2% dan 0,6 -1 %. Fosfor yang berasal dari makanan diabsorpsi tubuh dalam bentuk ion fosfat yang larut (PO4-). Gabungan mineral P dan mineral Fe dan Mg akan menurunkan absorpsi P. Asam fitat yang mengandung P ditemukan dalam bijibijian dapat mengikat Ca untuk membentuk fitat. Fitat yang terbentuk tidak dapat larut sehingga menghambat absorpsi Ca dan P. Dari seluruh jumlah P yang terdapat dalam makanan sekitar 30% melewati saluran pencernaan tanpa diabsorpsi. Seperti halnya dengan kalsium, maka vitamin D dapat meningkatkan absorpsi P dari usus halus.



Universitas Sumatera Utara



BAB 3 METODE PENELITIAN



3.1



Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Charoen Pokphand Indonesia (CPI),



Tbk Medan, Jalan Pulau Sumbawa No.5 KIM II Medan. Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret 2019 sampai September 2019.



3.2



Alat dan Bahan



3.2.1



Alat Peralatan yang digunakan pada penelitian ini meliputi alat-alat gelas, neraca



analitis, oven Memmert, alumunium dish tertutup, desikator, digestor Foss, kjeltec Tecator, cooling water Eyela, tabung kjeldahl Foss, soxtherm system Gerhardt, beaker extraction Gerhardt, compressor unit Gerhardt,



fibertec



system



Tecator,



muffle furnace Thermolyne, fritted crucible, crucible porcelain, hot plate Tecator, hot plate stirer, stirer bar, statif dan klem, wadah plastik, kain penutup, pipetting manual & dispencing Eppendorf, mikropipet Finnpipet, spektrofotometer Shimadzu, bola karet, kertas saring Whatmann No.1.



3.2.2



Bahan-Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah jagung, dedak,



tepung ikan local, ampas tahu, limbah sayuran, gula merah, aquadest, probiotik Panglima, tablet Kjeltabs, Natrium Hidroksida, H2SO4 97-98 %, Boric Acid, Brom Cresol Green (BCG), Metil Merah, Kalium Hydrogen Phtalate, Phenolphthalein, Kalium dihidrogen phosphate, HCl 37%, Petroleum Ether, Boiling Chips, n-Oktanol, Acetone, HNO3, Amonia Solution, (NH4)2C2O4, KMnO4, Na2C2O4, KH2PO4, Ammonium Heptamolybdate, Ammonium Monovanadate, Perchloric Acid



Universitas Sumatera Utara



24



3.3



Prosedur Penelitian



3.3.1



Budidaya Tepung Maggot Sebanyak 1 kg dedak yang telah digiling halus dimasukkan dalam sebuah



wadah plastik. Kemudian ditambahkan dengan 0.5 kg limbah sayuran, 37.5 mL probiotik Panglima, 37.5 mL larutan gula merah dan 300 mL aquadest. Diaduk sampai tercampur secara merata. Selanjutnya ditutup dengan daun pisang dan diletakkan pada tempat yang tidak terpapar dari sinar matahari langsung. Dan dibiarkan selama 18 hari. Setelah maggot muncul, pisahkan dedak dengan maggot, dibersihkan dan dikeringkan.



3.3.2



Persiapan Bahan Baku Semua bahan baku yang digunakan seperti jagung, dedak, tepung ikan lokal,



tepung maggot, dan ampas tahu digiling masing-masing dengan ukuran partikel 0.75 mm.



3.3.3



Pembuatan Pakan Ternak Ayam Broiler Pembuatan pakan terlebih dahulu diformulasikan sesuai kebutuhan ternak



ayam broiler. Proses yang dilakukan adalah dengan mencampurkan 535 g jagung dengan 100 g dedak, 165 g tepung ikan lokal, 50 g tepung maggot, dan 150 g ampas tahu diaduk dengan batang pengaduk selama 15 menit.



Tabel 3.1 Formulasi Ransum Dengan Metode Trial And Error



Nama



Formula (%)



Jagung Dedak TIL TM AT



53.5 10 16.5 5 15



Jumlah Trial



100



KA(%) 11.75 10.33 5.67 5.76 10.71



6.29 1.03 0.94 0.29 1.61 10.1



PK(%) LK(%) 8.23 4.40 3.93 2.10 10.69 1.07 12.2 1.22 62.17 10.26 18.4 3.03 38.62 1.93 29.4 1.47 16.28 2.44 3.5 0.53 20.1



8.3



Paramater SK(%) Abu(%) Ca(%) 2.41 1.29 1.11 0.59 0.09 7.47 0.75 7.64 0.76 0.05 3 0.50 23.13 3.82 5.71 5.62 0.28 9.82 0.49 2.65 23.58 3.54 4.71 0.71 0.32 6.35



6.37



0.05 0.01 0.94 0.13 0.05



P(%) 0.2 1.37 0.85 3.92 0.17



1.18



Universitas Sumatera Utara



0.11 0.14 0.14 0.20 0.03 0.61



25



Contoh perhitungan konversi formulasi I: Jagung -KA = 53,5 x 11,75 : 100



= 6,29



-PK = 53,5 x 8,23 : 100



= 4,40



-LK = 53,5 x 3,93 : 100



= 2,10



-SK = 53,5 x 3,93 : 100



= 1,29



-Abu = 53,5 x 1,11 : 100



= 0,59



-Ca



= 53,5 x 0,09 : 100



= 0,05



-P



= 53,5 x 0,20 : 100



= 0,11



3.3.4



Fermentasi Pakan Ayam Broiler dengan Probiotik Fermentasi dilakukan dengan manambahkan probiotik, larutan gula merah



dengan volume yang ditentukan, dan 300 mL aquadest ke dalam 1 kg pakan yang telah dibuat. Kemudian ditutup dengan kain dan difermentasi selama 0, 1, 2, 3 dan 4 hari.



3.3.5



Karakterisasi



3.3.5.1 Penentuan Moisture Content dengan Metode Pengeringan (Oven) Moisture (kadar air) adalah jumlah molekul air tidak terikat yang terkandung dalam contoh uji. Untuk pakan pemanasan pada suhu 135°C ± 2ºC selama 2 jam. Perbedaan antara berat contoh uji sebelum dan sesudah dipanaskan disebut sebagai moisture content. Perhitungan % Moisture =



W1  S   W2 S



x100%



Keterangan: W1



: bobot aluminiumdish kosong (g)



S



: bobot contoh uji (g)



W2



: bobot aluminiumdish dan contoh uji setelah pengeringan (g)



Universitas Sumatera Utara



26



3.3.5.2 Penentuan Protein Kasar (Crude Protein) Metode Kjeldahl – Tecator Senyawa nitrogen dilepaskan dari sampel melalui destruksi menggunakan asam sulfat pekat dengan bantuan katalis. Senyawa nitrogen akan berikatan dengan sulfat membentuk amonium sulfat. Amonium sulfat diubah menjadi NH4OH dengan penambahan NaOH dan didistilasi untuk memisahkan senyawa amonia. Amonia direaksikan dengan asam borat membentuk amonium borat dan dititrasi dengan asam klorida yang sudah distandarisasi. Penetapan jumlah nitrogen dihitung secara stoikiometri dan kadar protein kasar diperoleh dengan mengalikan jumlah nitrogen dengan faktor konversi 6,25. Perhitungan % Crude Protein = mL titran x NHCl x BE Nitrogen x faktor konversi S



Keterangan : S



: bobot contoh uji (g)



mL titran



: Volume larutan HCl yang dipakai untuk menitrasi (mL)



NHCl



: Normalitas larutan HCl (ek/L)



BE Nitrogen



: 14 g/ek



3.3.5.3 Penentuan Lemak Kasar Metode Ekstraksi Sampel kering diekstraksi dengan pelarut Petroleum Ether. Petroleum Ether yang bercampur lemak selanjutnya dievaporasi pada suhu rendah untuk mencegah oksidasi lemak. Residu yang dihasilkan ditimbang dan disebut sebagai ekstrak atau lemak kasar (crude fat). Penetapan berat lemak dihitung secara gravimetri. Perhitungan % Crude Fat



=



W2  W1  S



x100%



Keterangan: W2



:



bobot container extraction yang berisi lemak (g)



W1



:



bobot container extraction kosong (g)



S



:



bobot contoh uji (g)



Universitas Sumatera Utara



27



3.3.5.4 Penentuan Serat Kasar Metode Fritted Glass Crucible Sampel didestruksi dengan larutan panas H2SO4 1.25 % dan larutan panas NaOH 1.25 % pada glass fritted crucible. Sisa contoh uji yang tidak terdestruksi, dikeringkan dan diabukan. Sampel yang hilang pada saat pengabuan disebut sebagai serat kasar (crude fiber). Selanjutnya penetapan kadar crude fiber dihitung secara gravimetri. Perhitungan



W1  W2 



% Crude fiber =



S



x100%



Keterangan: W1 :



bobot crucible dan contoh uji sebelum diabukan (g)



W2 :



bobot crucible dan contoh uji setelah diabukan (g)



S



bobot contoh uji (g)



:



3.3.5.5 Penentuan Kadar Abu Metode Gravimetri Total Ash (kadar abu) merupakan residu anorganik yang dihasilkan setelah air dan senyawa organik dipanaskan pada suhu 600 ºC atau sampai didapatkan abu berwarna putih. Perhitungan % Total ash =



W2  W1  S



x100%



Keterangan : W1



: bobot crucible kosong (g)



W2



: bobot crucible dan abu (g)



S



: bobot contoh uji (g)



3.3.5.6 Penentuan Kalsium (Ca) Dengan Metode Permanganometri Kalsium dalam sampel diendapkan sebagai kalsium oksalat. Banyaknya kalsium yang mengendap dapat diketahui dari jumlah mililiter kalium permanganat (KMnO₄ ) yang bereaksi dengan asam oksalat setelah endapan kalsium oksalat dilarutkan dengan asam sulfat.



Universitas Sumatera Utara



28



Perhitungan % Ca



(VKMnO4



=



- V KMnO4 blank ) x N KMnO4



x 200.4



VxS Keterangan : % Ca



: kadar kalsium dalam contoh uji (%)



VKMnO4



: volume larutan Kalium Permanganat menitrasi (mL)



VKMnO4 blanko: volume larutan Kalium Permanganat untuk menitrasi blanko (mL) NKMnO₄



: normalitas larutan Kalium Permanganat (N)



S



: bobot contoh uji (g)



V



: volume pemipetan larutan contoh uji (mL)



3.3.5.7 Penentuan Fosfor (P) Dengan Metode Spektrofotometri Fosfat dalam Sampel direaksikan dengan amonium molibdat dalam larutan asam membentuk molybdophosphoric acid. Keberadaan vanadium membentuk warna kuning yang intensitasnya sebanding dengan konsentrasi fosfat dan memberikan absorbansi yang dapat diukur pada panjang gelombang 400 nm (AOAC, 2012). Perhitungan: [P] = absorbansi contoh uji - intercept slope P=



x0.5 VxS



Keterangan [P]



:konsentrasi fosfor pada sampel dalam labu ukur



Slope



:derajat kemiringan dari grafik larutan standar vs absorbansi



Intercept : titik potong grafik dengan sumbu y %P



: kadar fosfor pada contoh uji (%)



V



: volume pemipetan larutan contoh uji (mL)



S



: bobot contoh uji (g)



0.5 adalah konstanta perhitungan yang diperoleh dari faktor pengenceran dikali 100 % dibagi penyetaraan satuan yang dipakai.



Universitas Sumatera Utara



29



3.4 Bagan Penelitian 3.4.1 Budidaya Tepung Maggot



1 kg dedak Digiling halus Dimasukkan dalam wadah plastik Ditambahkan 0,5 kg limbah sayuran Ditambahkan 37,5 mL probiotik Panglima Ditambahkan 37,5 mL larutan gula merah Ditambahkan 300 mL aquadest Diaduk secara merata Ditutup dengan daun pisang Diletakkan pada tempat yang tidak terpapar dari sinar matahari langsung Didibiarkan selama 18 hari Dipisahkan antara maggot dan dedak



Dedak



Maggot Dibersihkan Dikeringkan



Maggot kering



3.4.2 Persiapan Bahan Baku



Universitas Sumatera Utara



30



Jagung * Digiling dengan ukuran partikel 0,75 mm Dikarakterisasi



Kadar Air



Protein Kasar



Lemak



Serat Kasar



Kadar Abu



Kalsium



Phosphor



*Dilakukan hal yang sama untuk dedak, tepung ikan lokal, tepung maggot, dan ampas tahu.



3.4.3 Pembuatan Pakan Ternak Ayam Broiler 535 g jagung Ditambahkan 100 g dedak Ditambahkan 165 g tepung ikan lokal Ditambahkan 50 g tepung maggot Ditambahkan 150 g ampas tahu Diaduk dengan batang pengaduk selama 15 menit



Pakan Dihaluskan kembali Dikarakterisasi



Kadar Air



Protein Kasar



Lemak



Serat Kasar



Kadar Abu



Kalsium



Phosphor



3.4.4 Fermentasi Pakan Ternak Ayam Broiler dengan Probiotik



Universitas Sumatera Utara



31



1 kg pakan Ditambahkan 20 mL* probiotik Panglima Ditambahkan 20 mL larutan gula merah Ditambahkan 300 mL aquadest Ditutup dengan kain Difermentasi selama 2 hari **



Pakan Fermentasi Dihaluskan kembali Dikarakterisasi



Kadar Air



Protein Kasar



Lemak



Serat Kasar



Kadar Abu



Kalsium



Phosphor



* Variasi jumlah probiotik adalah 25 dan 30 mL. ** Variasi waktu fermentasi adalah 0, 1, 3 dan 4 hari.



Universitas Sumatera Utara



BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN



4.1



Budidaya Maggot dari Lalat BSF Berdasarkan serangkaian proses budidaya maggot yang terdapat pada



Lampiran 1, maka didapatkan maggot yang dapat dilihat pada Gambar 4.1.. Pada proses budidaya maggot digunakan 1 kg dedak, 0,5 kg limbah sayuran, 37,5 mL probiotik, 37,5 mL larutan gula merah dan 300 mL air. Pada akhir proses dihasilkan maggot sebanyak 320 g.



Gambar 4.1 Maggot yang dihasilkan dari fermentasi dedak



Budidaya maggot dilakukan dengan cara sebagai berikut, pertama mempersiapkan dedak dan limbah sayuran sebagai media untuk larva BSF berkembang dan menambahkan limbah sayuran dan juga sebagai sumber air selama proses budidaya berlangsung karena saat proses budidaya, media yang digunakan dalam kondisi kering akan membuat larva tidak berkembang secara maksimal. Disiapkan 1 kg dedak dan 0,5 kg limbah sayuran dalam suatu wadah, ditambahkan



Universitas Sumatera Utara



33



37,5 mL probiotik Panglima, 37,5 mL larutan gula merah sebagai makanan dari probiotik dan 300 mL air. Kualitas dan kuantitas media perkembangan larva lalat sangat mempengaruhi percepatan pertumbuhan larva serta keberlangsungan hidup larva. Setelah itu, wadah tersebut ditutup dengan daun pisang karena daun tersebut akan menjadi tempat lalat BSF menempelkan telur dan ditempatkan di tempat terbuka dan terhindar dari sinar matahari langsung. Jika terpapar matahari langsung, media yang telah disiapkan tersebut akan menjadi panas dan lalat BSF tidak mau bertelur di dalamnya dan didiamkan sampai telur menetas menjadi larva. Dilakukan pengadukan perlahan secara berkala pada media agar aktivitas probiotik terjadi secara merata. Pada hari ke-7, terlihat larva kecil yang muncul. Hari ke-10 larva kecil tersebut mulai banyak. Hari ke-14 larva mulai membesar dan hari ke-18 larva siap untuk dipanen. Kemudian larva tersebut dibersihkan dan dikeringkan pada suhu 3038ºC selama 24 jam. Maggot yang dihasilkan dihaluskan dan dikarakterisasi. Hasil analisa proksimat dari maggot yang diperoleh dari lalat BSF adalah dapat dilihat pada Tabel 4.1. Sebagai bahan baku, maggot mengandung protein yang tinggi yang dapat digunakan sebagai bahan alternatif dalam pembuatan pakan ayam broiler. Tabel 4.1 Persentase kandungan nutrisi maggot dari lalat BSF Parameter KA PK LK SK Abu Ca P



4.2



(%) 5,76 38,62 29,40 5,62 9,82 2,65 3,92



Pembuatan Pakan Ternak Ayam Broiler Pembuatan pakan ayam broiler pada penelitian ini dapat dilihat pada



Lampiran 2 dengan mencampurkan bahan baku, seperti jagung, dedak, tepung ikan lokal dan tepung maggot serta ampas tahu. Sebelum dilakukan pencampuran, bahanbahan baku tersebut digiling sampai dengan ukuran partikel 0,75 mm dan selanjutnya dikarakterisasi. Hasil karakterisasi dari bahan-bahan baku tersebut dapat dilihat dalam Tabel 4.2.



Universitas Sumatera Utara



34



Tabel 4.2. Analisis proksimat dari Bahan-bahan Baku Nama



KA(%) 11,75 Jagung 10,33 Dedak 5,67 T. Ikan 5,76 T.Maggot 10,71 A. Tahu



PK(%) 8,23 10,69 62,17 38,62 16,28



LK(%) 3,93 12,15 18,39 29,4 3,5



Paramater SK(%) Abu(%) 2,41 1,11 7,47 7,64 3 23,13 5,62 9,82 23,58 4,71



Ca(%) 0,09 0,05 5,71 2,65 0,32



P(%) 0,2 1,37 0,85 3,92 0,17



Hasil tersebut akan dimasukkan dalam formulasi pakan ayam broiler. Pakan ternak ayam broiler yang diperoleh dari formulasi bahan baku yang sudah dikarakterisasi dicampur sampai merata. Hasil yang diperoleh dari proses pembuatan pakan ternak ayam broiler dapat dilihat pada Gambar 4.2.



Gambar 4.2 Pakan Ternak Ayam Broiler yang Telah Diformulasi



Hasil analisa proksimat pakan ayam broiler dapat dilihat pada Tabel 4.3. Untuk analisa kadar air (KA), protein kasar (PK), serat kasar (SK), abu, kalsium dan fosfor masih masuk dalam Standar Nasional Indonesia (SNI).



Universitas Sumatera Utara



35



Tabel 4.3 Hasil Analisis Proksimat Pakan Ternak Ayam broiler



No 1 2



Pakan SNI Pakan



KA maks 14 12,05



PK min 19 19,29



LK maks 5 8,57



Parameter SK Abu maks 6 maks 8 5,19 7,5



Ca 0,9 -1,2 1,14



P 0,6 – 1,0 0,97



Dari hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa lemak tidak memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI). Dari SNI, untuk parameter lemak maksimal 5, sedangkan hasil yang didapat adalah 8,57. Lain hal untuk parameter kadar air, protein kasar, serat kasar, abu, kalsium dan phosphor yang masuk dalam SNI (SNI, 2015). Karena tidak memenuhi SNI, maka perlu dilakukan perlakuan tambahan yaitu fermentasi untuk meningkatkan kualitas pakan.



4.3



Proses Fermentasi Pakan Ternak Ayam Broiler Fermentasi dilakukan dengan variasi volume probiotik yaitu dengan



manambahkan 20, 25, 30 ml probiotik, 20, 25, 30 mL larutan gula merah dan 300 mL aquadest ke dalam 1 kg pakan yang telah dibuat. Kemudian ditutup dengan kain dan difermentasi dengan variasi waktu selama 0, 1, 2, 3 dan 4 hari. Probiotik yang digunakan dalam penelitian ini adalah probiotik Panglima dan dapat dilihat pada Gambar 4.3. Gambar proses fermentasi dapat dilihat pada Gambar 4.4. Probiotik Panglima tersebut terbuat dari bahan tahu, usus lele, cacing tanah dan tanaman jagung yang difermentasi dengan yakult dan ragi tapai. Pada yakult mengandung mikroorganisme Lactobacillus casei. Proses fermentasi terdapat pada Lampiran 3. Tahap pertama pada proses fermentasi adalah dengan menyiapkan 1 kg pakan yang telah diformulasikan, ditambahkan 20 mL probiotik Panglima, 20 mL larutan gula merah dan 300 mL air. Kemudian ditutup dengan kain dan difermentasi selama 2 hari. Dilakukan hal yang sama untuk volume probiotik dan larutan gula merah sebanyak 25 dan 30 mL serta waktu fermentasi 0, 1, 3 dan 4 hari dan tetap menjaga kondisi suhu. Berdasarkan suhu pertumbuhannya, bakteri ini termasuk bakteri mesofil yang dapat hidup pada suhu 15 - 41°C, sedangkan kondisi optimum pertumbuhannya adalah pada suhu 37°C (Mutai, 1981).



Universitas Sumatera Utara



36



Setelah proses fermentasi selesai dilakukan, pakan ayam broiler dianginanginkan selama 1 malam untuk menghentikan kerja probiotik serta mengurangi kadar air yang terkandung. Kemudian, pakan tersebut digiling kembali sampai dengan ukuran partikel 0,75 mm dan dikarakterisasi. Hasil analisis proksimat dapat dilihat pada Tabel 4.4 sampai 4.8.



Gambar 4.3 Probiotik Panglima



Gambar 4.4 Proses fermentasi pakan



Universitas Sumatera Utara



37



Tabel 4.4 Hasil Analisis Proksimat Fermentasi Hari ke-0 No 1 2 3



Pakan Aₒ Bₒ Cₒ



Parameter KA



PK



LK



SK



Abu



Ca



P



13,72 14,01 14,04



18,85 18,29 18,33



7,94 7,84 7,63



5,38 5,26 5,51



7,57 7,72 7,66



1,18 1,19 1,00



0,98 0,99 0,97



Tabel 4.5 Hasil Analisis Proksimat Fermentasi Hari ke-1 No 1 2 3



Pakan A₁ B₁ C₁



Parameter KA



PK



LK



SK



Abu



Ca



P



13,12 13,21 13,27



18,63 19,07 19,13



7,85 7,65 7,79



5,54 5,57 5,67



7,35 7,69 7,49



0,96 1,00 1,01



0,99 1,06 0,98



Tabel 4.6 Hasil Analisis Proksimat Fermentasi Hari ke-2 No 1 2 3



Pakan A₂ B₂ C₂



Parameter KA



PK



LK



SK



Abu



Ca



P



13,45 13,57 13,44



19,03 19,12 19,15



6,33 5,13 5,56



5,63 5,63 6,27



7,68 7,67 7,62



0,96 0,87 1,01



1,08 0,96 1,02



Tabel 4.7 Hasil Analisis Proksimat Fermentasi Hari ke-3 No 1 2 3



Pakan A₃ B₃ C₃



Parameter KA



PK



LK



SK



Abu



Ca



P



13,88 13,58 13,46



19,20 19,82 19,61



5,04 4,46 4,70



6,62 5,98 6,29



7,63 7,57 7,62



0,92 0,96 1,05



1,00 0,97 0,91



Tabel 4.8 Hasil Analisis Proksimat Fermentasi Hari ke-4 No 1 2 3



Pakan A₄ B₄ C₄



Parameter KA



PK



LK



SK



Abu



Ca



P



14,01 13,48 14,03



19,49 19,51 19,47



4,76 4,11 4,26



7,02 6,67 7,19



7,50 7,53 7,62



0,87 1,01 0,82



1,07 1,20 1,01



Universitas Sumatera Utara



38



Keterangan: A



= Volume Probiotik 20 ml



B



= Volume Probiotik 25 ml



C



= Volume Probiotik 30 ml



0



= Waktu fermentasi 0 hari



1



= Waktu fermentasi 1 hari



2



= Waktu fermentasi 2 hari



3



= Waktu fermentasi 3 hari



4



= Waktu fermentasi 4 hari



4.4



Analisis Proksimat Dari Fermentasi Pakan Ternak Ayam Broiler



4.4.1 Analisa Kadar Air (KA) Hasil analisis kadar air dapat dilihat pada Tabel 4.9. Tabel 4.9



Hasil analisis kadar air pakan ternak ayam pedaging (broiler) setelah proses fermentasi



Jumlah Probiotik (mL)



0 13,72 14,01 14,04



20 25 30



Hari 2 13,45 13,57 13,44



1 13,12 13,21 13,27



3 13,88 13,58 13,46



4 14,01 13,48 14,03



Kadar Air Jumlah Probiotik (mL)



14,5 14 13,5



kontrol 20 mL



13



25 mL 12,5



30 mL



12 0



1



2



3



4



5



Lama Fermentasi (hari)



Gambar 4.5



Grafik kadar air pada pakan



Universitas Sumatera Utara



39



Hasil analisis kadar air setelah fermentasi mengalami peningkatan karena saat proses fermentasi adanya penambahan air yang menyebabkan kadar air dalam pakan meningkat. Oleh sebab itu, sebelum dilakukan karakterisasi pakan terlebih dahulu diangin-anginkan untuk mengurangi kadar airnya. Hasil analisis ragam disajikan Lampiran 5 hasil kadar air tidak dipengaruhi nyata (p>0,05) pada waktu fermentasi dan dipengaruhi nyata pada jumlah probiotik (p 0.05 sehingga tidak dipengaruhi nyata kadar air pada waktu fermentasi.  Columns (jumlah) P-value 0.045014 < 0.05 sehingga dipengaruhi nyata kadar air pada jumlah probiotik.



Universitas Sumatera Utara



60



Lampiran 6. Hasil Analisa Protein Kasar Dengan Metode Kjeldahl Nama Contoh



Display Alat



Konsentrasi HCl (N)



Protein Kasar (%)



1.0023



21.5168



0.2055



38.62



0.9982 1.0022 0.9985 1.0018



9.0316 5.9545 34.5078 4.5825



0.2055 0.2055 0.2055 0.2055



16.28 10.69 62.17 8.23



1.0024 1.0008 1.0022 1.0031 1.0017 1.0016 1.0025 1.0002 1.002 1.0027 1.0012 1.0025 1.0021 1.0016 1.0026 1.0009



10.6742 10.4155 10.1215 10.1489 10.3057 10.5448 10.5879 10.5095 10.5762 10.6036 10.6115 10.9721 10.8506 10.78 10.7996 10.7565



0.2069 0.2069 0.2069 0.2069 0.2069 0.2069 0.2069 0.2069 0.2069 0.2069 0.2069 0.2069 0.2069 0.2069 0.2069 0.2069



19.29 18.85 18.29 18.33 18.63 19.07 19.13 19.03 19.12 19.15 19.20 19.82 19.61 19.49 19.51 19.47



Bobot Contoh (g)



Tepung Maggot Ampas Tahu Dedak Tepung Ikan Jagung Pakan New Aₒ Bₒ Cₒ A₁ B₁ C₁ A₂ B₂ C₂ A₃ B₃ C₃ A₄ B₄ C₄



Rumus: % Crude Protein = mL titran x NHCl x BE Nitrogen x faktor konversi S = 1,4007 Diketahui: BE Nitrogen Faktor Konversi = 6,25



Perhitungan Anova Jumlah Probiotik (mL) 20 25 30



0 18.85 18.29 18.33



1 18.63 19.07 19.13



Hari 2 19.03 19.12 19.15



3 19.2 19.82 19.61



4 19.49 19.51 19.47



Universitas Sumatera Utara



61



Anova: Two-Factor Without Replication SUMMARY



Count 25



5



30



5



18.85 18.63



2 2



19.03



2



19.2



2



19.49



2



ANOVA Source of Variation Rows Columns



SS 0.0014 4



Sum 95.8 1 95.6 9



Average



Variance



19.162



0.33117



19.138



0.24652



36.6 2 38.2 38.2 7 39.4 3 38.9 8



18.31 19.1



0.0008 0.0018



19.135



0.00045



19.715



0.02205



19.49



0.0008



df



MS 1 4



Error



2.2863 0.0244 6



Total



2.3122



9



4



0.00144 0.57157 5 0.00611 5



F 0.23548 7 93.4709 7



P-value 0.65286 5 0.00033 4



F crit 7.70864 7 6.38823 3



Kesimpulan:  Row (hari) P-value 0.652865 > 0.05 sehingga tidak dipengaruhi nyata kadar protein kasar pada waktu fermentasi  Kolom (jumlah) P-value 0.000334 < 0.05 sehingga dipengaruhi nyata kadar protein kasar pada jumlah probiotik.



Universitas Sumatera Utara



62



Lampiran 7. Hasil Analisa Lemak Kasar Metode Ekstraksi Nama contoh



Bobot Contoh (g)



Bobot beaker glass (g)



Bobot beaker glass + Lemak Kasar (g)



Lemak Kasar (%)



Jagung Dedak Tepung Ikan TM AT



1.0046 1.0012 1.0024 1.001 1.0029



125.4939 125.7598 124.4955 125.8359 124.6475



125.5334 125.8814 124.6798 126.1302 124.6826



3.93 12.15 18.39 29.40 3.50



Pakan New Aₒ Bₒ Cₒ A₁ B₁ C₁ A₂ B₂ C₂ A₃ B₃ C₃ A₄ B₄ C₄



1.0003 1.0033 1.0032 1.0005 1.0046 1.0047 1.0026 1.0056 1.007 1.0013 1.0061 1.0029 1.0034 1.0031 1.0048 1.0032



125.6583 125.6242 125.6327 125.3909 125.8665 124.5313 125.7621 124.7345 125.3755 125.8734 124.4962 125.7296 125.6264 125.3024 125.6643 125.4489



125.744 125.7039 125.7114 125.4672 125.9454 124.6082 125.8402 124.7982 125.4272 125.9291 124.5469 125.7743 125.6736 125.3501 125.7056 125.4916



8.57 7.94 7.84 7.63 7.85 7.65 7.79 6.33 5.13 5.56 5.04 4.46 4.70 4.76 4.11 4.26



Perhitungan Anova Jumlah Probiotik (mL) 20 25 30



0 7.94 7.84 7.63



1 7.48 7.65 7.79



Hari 2 6.33 5.13 5.56



3 5.04 4.46 4.7



4 4.76 4.11 4.26



Universitas Sumatera Utara



63



Anova: Two-Factor Without Replication



SUMMARY 7.84



4



7.63



4



7.48



2



6.33 5.04 4.76



2 2 2



ANOVA Source of Variation Rows



Count



SS



Sum 21.3 5 22.3 1



5.3375



15.4 4 10.6 9 9.16 8.37



7.72



0.0098



5.345 4.58 4.185



0.09245 0.0288 0.01125



df



MS



F 12.7527 7 555.042 4



0.1152 15.0416 5



1



Error



0.0271



3



Total



15.1839 5



7



Columns



5.5775



Varianc e 2.55582 5 2.46709 2



Average



3



0.1152 5.01388 3 0.00903 3



P-value 0.0375226 8 0.0001294 1



F crit 10.1279 6 9.27662 8



Kesimpulan:  Row (hari) P-value 0.03752268 < 0.05 sehingga dipengaruhi nyata kadar lemak kasar pada waktu fermentasi  Kolom (jumlah) P-value 0.00012941 < 0.05 sehingga dipengaruhi nyata kadar lemak kasar pada jumlah probiotik.



Universitas Sumatera Utara



64



Lampiran 8. Hasil Analisa Serat Kasar Metode Fritted Glass Crucible Nama Contoh



Bobot Contoh (g)



Bobot Crucible (g)



Bobot Crucible + Serat Kasar (g)



Serat Kasar (%)



Jagung Dedak Tepung Ikan TM AT



1.0009 1.0035



30.278 30.4059



30.2539 30.3309



2.41 7.47



1.004 1.0028 1.0052



30.2472 30.4105 29.7013



30.2171 30.3541 29.4643



3.00 5.62 23.58



Pakan New Aₒ Bₒ Cₒ A₁ B₁ C₁ A₂ B₂ C₂ A₃ B₃ C₃ A₄ B₄ C₄



0.9999 1.0047 1.0044 1.0037 1.0012 0.9943 0.997 1.0012 1.0045 0.9996 1.0045 1.0025 1.0002 1.0036 1.0024 1.0009



30.7657 30.2609 30.8507 30.6791 30.0012 30.2842 30.2321 29.9731 30.1642 29.8119 30.5332 30.2305 30.1845 30.356 29.6264 30.154



30.7138 30.2068 30.7979 30.6238 29.9457 30.2288 30.1756 29.9167 30.1076 29.7492 30.4667 30.1706 30.1216 30.2855 29.5595 30.082



5.19 5.38 5.26 5.51 5.54 5.57 5.67 5.63 5.63 6.27 6.62 5.98 6.29 7.02 6.67 7.19



Perhitungan Anova Jumlah Probiotik (mL) 20 25 30



0 5.38 5.26 5.51



1 5.54 5.57 5.67



Hari 2 5.63 5.63 6.27



3 6.62 5.98 6.29



4 7.02 6.67 7.19



Universitas Sumatera Utara



65



Anova: Two-Factor Without Replication SUMMARY 25 30 5.38 5.54 5.63 6.62 7.02



Count Sum 5 29.11 5 30.93 2 2 2 2 2



ANOVA Source of Variation Rows Columns Error



SS 0.33124 2.81634 0.09306



Total



3.24064



10.77 11.24 11.9 12.27 13.86



df



Average Variance 5.822 0.29007 6.186 0.43728 5.385 5.62 5.95 6.135 6.93



MS 1 0.33124 4 0.704085 4 0.023265



0.03125 0.005 0.2048 0.04805 0.1352



F P-value F crit 14.2377 0.019549 7.708647 30.2637 0.003004 6.388233



9



Kesimpulan:  Row (hari) P-value 0.019549 < 0.05 sehingga dipengaruhi nyata kadar serat kasar pada waktu fermentasi  Kolom (jumlah) P-value 0.003004 < 0.05 sehingga dipengaruhi nyata kadar serat kasar pada jumlah probiotik.



Universitas Sumatera Utara



66



Lampiran 9. Hasil Analisa Kadar Abu Metode Gravimetri



Jagung Dedak Tepung Ikan TM AT



Massa Kosong Crucible (g) 13.2331 13.4423 13.8786 13.6038 14.191



Pakan New Aₒ Bₒ Cₒ A₁ B₁ C₁ A₂ B₂ C₂ A₃ B₃ C₃ A₄ B₄ C₄



14.4968 14.7312 11.6089 12.049 12.7873 11.6023 13.2756 14.5789 13.5136 13.6036 13.8496 13.5239 12.7867 11.6018 14.1549 13.5233



Nama Contoh



14.2426 14.4474 14.8831 14.606 15.1956



1.0095 1.0051 1.0045 1.0022 1.0046



Massa Kosong Crucible + Sampel Setelah di Furnace (g) 13.2443 13.5191 14.1109 13.7022 14.2383



15.4991 15.7388 12.6139 13.0531 13.7904 12.6076 14.2762 15.5809 14.517 14.6047 14.8517 14.5276 13.7878 12.6034 15.1573 14.5273



1.0023 1.0076 1.005 1.0041 1.0031 1.0053 1.0006 1.002 1.0034 1.0011 1.0021 1.0037 1.0011 1.0016 1.0024 1.004



14.572 14.8075 11.6865 12.1259 12.861 11.6796 13.3505 14.6559 13.5906 13.6799 13.9261 13.5999 12.863 11.6769 14.2304 13.5991



Massa Kosong Crucible + Sampel (g)



Massa Sampel (g)



Abu (% ) 1.11 7.64 23.13 9.82 4.71 7.50 7.57 7.72 7.66 7.35 7.69 7.49 7.68 7.67 7.62 7.63 7.57 7.62 7.50 7.53 7.55



Perhitungan Anova Jumlah Probiotik (mL) 20 25 30



0 7.57 7.72 7.66



1 7.35 7.69 7.49



Hari 2 7.68 7.67 7.62



3 7.63 7.57 7.62



4 7.5 7.53 7.55



Universitas Sumatera Utara



67



Anova: Two-Factor Without Replication SUMMARY



Count 7.72



4



7.66



4



7.35



2



7.68



2



7.63



2



7.5



2



ANOVA Source of Variation



Error



SS 0.0040 5 0.0110 5 0.0186 5



Total



0.0337 5



Rows Columns



Sum 30.4 6 30.2 8 15.1 8 15.2 9 15.1 9 15.0 8



df



Average



Variance 0.00596 7.615 7 0.00393 7.57 3



7.59



0.02



7.645



0.00125



7.595



0.00125



7.54



0.0002



MS 1 3 3



0.00405 0.00368 3 0.00621 7



F 0.65147 5 0.59249 3



P-value 0.47864 5 0.66111



F crit 10.1279 6 9.27662 8



7



Kesimpulan:  Row (hari) P-value 0.478645 > 0.05 sehingga tidak dipengaruhi nyata kadar abu pada waktu fermentasi  Columns (jumlah) P-value 0.66111 > 0.05 sehingga tidak dipengaruhi nyata kadar abu pada jumlah probiotik.



Universitas Sumatera Utara



68



Lampiran 10. Hasil Analisa Kalsium Metode Permanganometri



Nama contoh Jagung Dedak Tepung Ikan TM AT Pakan New Aₒ Bₒ Cₒ A₁ B₁ C₁ A₂ B₂ C₂ A₃ B₃ C₃ A₄ B₄ C₄



Bobot Contoh (g) 1.0095 1.0051



Volume Volume Konsentrasi Volume KMNO4 Blanko KMNO4 Pemipitan Konstanta (mL) (mL) (N) (mL) 0.6 0.5 0.1144 25 200.4 0.6 0.5 0.1144 25 200.4



Kalsium (%) 0.09 0.05



1.0045



6.8



0.5



0.1144



25



200.4



5.71



1.0022 1.0046



3.4 0.85



0.5 0.5



0.1144 0.1144



25 25



200.4 200.4



2.65 0.32



1.0023



1.8



0.5



0.1144



25



200.4



1.14



1.0076 0.997 1.0067 1.0031 1.0053 1.0006 1.002 1.0034 1.0011 1.0021 1.0037 1.0011 1.0016 1.0024 1.004



1.8 1.8 1.6 1.55 1.6 1.6 1.55 1.45 1.6 1.5 1.55 1.65 1.45 1.6 1.4



0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5



0.1144 0.1144 0.1144 0.1144 0.1144 0.1144 0.1144 0.1144 0.1144 0.1144 0.1144 0.1144 0.1144 0.1144 0.1144



25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25



200.4 200.4 200.4 200.4 200.4 200.4 200.4 200.4 200.4 200.4 200.4 200.4 200.4 200.4 200.4



1.18 1.20 1.00 0.96 1.00 1.01 0.96 0.87 1.01 0.92 0.96 1.05 0.87 1.01 0.82



Perhitungan Anova Jumlah Probiotik (mL) 20 25 30



0 1.18 1.2 0.99



1 0.96 0.98 1.02



Hari 2 0.98 0.87 1.02



3 0.92 0.97 1.05



4 0.87 0.98 0.84



Universitas Sumatera Utara



69



Anova: Two-Factor Without Replication SUMMARY 25 30 1.18 0.96 0.98 0.92 0.87



Count Sum 5 5 5 4.92 2 2 2 2 2



ANOVA Source of Variation Rows Columns Error



SS 0.00064 0.03986 0.04646



Total



0.08696



2.19 2 1.89 2.02 1.82



Average Variance 1 0.01465 0.984 0.00693 1.095 1 0.945 1.01 0.91



0.02205 0.0008 0.01125 0.0032 0.0098



df MS F P-value F crit 1 0.00064 0.055101 0.82594 7.708647 4 0.009965 0.857942 0.557233 6.388233 4 0.011615 9



Kesimpulan:  Row (hari) P-value 0.82594 > 0.05 sehingga tidak dipengaruhi nyata kalsium pada waktu fermentasi  Columns (jumlah) P-value 0.557233 > 0.05 sehingga tidak dipengaruhi nyata kalsium pada jumlah probiotik.



Universitas Sumatera Utara



70



Lampiran 11. Hasil Analisa Fosfor Dengan Metode Spektrofotometri I. Kurva Kalibrasi Konsentrasi Standard



Absorbance



Slope



Intercept



1.00 3.00 5.00 7.00 9.00



0.0871 0.2628 0.4476 0.6201 0.7981



0.089



-0.002



R^2



0.9999



0,9000 y = 0,1779x - 0,0907 R² = 0,9999



0,8000 0,7000 0,6000 0,5000 0,4000 0,3000 0,2000 0,1000 0,0000 0



1



2



3



4



5



6



II. Perhitungan Fosfor



Universitas Sumatera Utara



71



Nama Contoh Pakan New Jagung Dedak Ampas Tahu Tepung Maggot Tepung Ikan A0 B0 C0 A1 B1 C1 A2 B2 C2 A3 B3 C3 A4 B4 C4



Bobot Contoh (g) 1.0017 1.0046 1.001 1.0029



Volume Pemipetan (mL) 1.0 5.0 1.0 5.0



1.0016 1.0004 1.0025 1.0032 0.9999 0.9989 1.0035 1.0021 1.0022 1.0015 1 1.0011 1.0025 1.0008 1.0022 1.0003 1.001



Absorbansi



Konsentrasi



Fosfor (%)



0.1708 0.1755 0.2432 0.1494



1.9388 1.99163 2.7526 1.69825



0.97 0.20 1.37 0.17



0.5 0.5



0.3474 0.0742



3.92385 0.85298



3.92 0.85



1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0



0.1735 0.1757 0.1720 0.1753 0.1892 0.1734 0.1921 0.1699 0.1814 0.1779 0.1726 0.1618 0.1905 0.2140 0.1789



1.95830 1.98280 1.94160 1.97840 2.13300 1.95720 2.16530 1.91830 2.04620 2.00730 1.94830 1.82820 2.14750 2.40890 2.01840



0.98 0.99 0.97 0.99 1.06 0.98 1.08 0.96 1.02 1.00 0.97 0.91 1.07 1.20 1.01



Pembacaan absorbansi pada spektrofotometer



Universitas Sumatera Utara



72



Perhitungan Anova Jumlah Probiotk (mL) 20 25 30



0 0.98 0.99 0.97



1 0.99 1.06 0.98



Hari 2 1.08 0.96 1.02



3 1 0.97 0.91



4 1.07 1.2 1.01



Anova: Two-Factor Without Replication SUMMARY



Count



Sum Average Variance



Universitas Sumatera Utara



73



25 30 0.98 0.99 1.08 1 1.07



5 5.18 5 4.89



1.036 0.978



0.00993 0.00187



2 2 2 2 2



0.98 1.02 0.99 0.94 1.105



0.0002 0.0032 0.0018 0.0018 0.01805



ANOVA Source of Variation Rows Columns Error



SS 0.00841 0.03056 0.01664



Total



0.05561



1.96 2.04 1.98 1.88 2.21



df MS F P-value F crit 1 0.00841 2.021635 0.228133 7.708647 4 0.00764 1.836538 0.285226 6.388233 4 0.00416 9



Kesimpulan:  Row (hari) P-value 0.228133 > 0.05 sehingga tidak dipengaruhi nyata kadar fosfor pada waktu fermentasi.  Columns (jumlah) P-value 0.285226 > 0.05 sehingga tidak dipengaruh nyata kadar fosfor pada jumlah probiotik.



Universitas Sumatera Utara



74



Lampiran 12. Pertumbuhan Ayam Broiler



Umur 1 minggu



Umur 2 minggu



Umur 3 minggu



Umur 4 minggu



Besar Kuantitas Pertumbuhan Ayam Broiler A. Pakan Fermentasi



Universitas Sumatera Utara



75



Kode Ayam 1 2 3 4 5 6 7 Mean



Pakan yang Digunakan



Pakan Fermentasi



Rataan Pertambahan Bobot Badan (g) Minggu I Minggu II Minggu III Minggu IV 148 300 444 679 155 312 450 689 185 335 490 702 190 355 510 752 165 315 480 720 140 270 430 674 166 320 472 713 164.14 315.29 468.00 704.14



B. Pakan Komersil Kode Ayam 11 12 13 14 15 16 17 Mean



Pakan yang Digunakan



Pakan Komersil



Rataan Pertambahan Bobot Badan (g) Minggu I Minggu II Minggu III Minggu IV 160 380 550 810 100 350 528 780 140 365 520 775 150 377 540 808 165 400 565 819 115 330 490 753 177 410 580 875 143.86 373.14 539.00 802.86



Universitas Sumatera Utara