Klasifikasi Metode Penggalian Dan Prinsip Pengeboran [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Page 1 of 16



1) Klasifikasi metode penggalian dan prinsip pengeboran  Prinsip umum klasifikasi metode penggalian batuan Metode“ Heading” and “ Bench” adalah cara penggalian dimana bagian atas penampang terowongan digali terlebih dahulu sebelum bagian bawah penampangnya. Setelah penggalian bagian atas mencapai panjang 3 – 3,5 meter (heading), penggalian bawah penampang dikerjakan ( bench cut) sampai membentuk penampang terowongan yang diinginkan. Ini diterapkan bila bridging capacity rendah terutama pada adit yang mempunyai diameter besar.  Prinsip pengeboran Hampir dalam semua bentuk penambangan, batuan keras diberai dengan pengeboran dan peledakan. Pengeboran dan peledakan dibutuhkan di sebagian besar tambang terbuka dan tambang bawah tanah. Kriteria metode penggalian menurut Franklin, dkk (1971) adalah dengan gali bebas (free digging), penggaruan (ripping) dan peledakan (blasting). Peledakan terbagi



menjadi



dua,



yaitu



peledakan



peretakan



dan



peledakan



pembongkaran. Kriteria metode penggalian menurut Franklin, dkk (1971) ditunjukan pada Gambar 1.1



Page 2 of 16



Gambar



1.1 Diagram



Kriteria



Indeks



Kekuatan



Batuan



(Franklin dkk, 1971)



Misal diketahui nilai Point Load Index 10 MPa dan Fracture Index 0,6 m. Pada sumbu X diplot garis pada angka 80 MPa dan ditarik vertikal. Kemudian dari sumbu Y diplot garis pada angka 0,6 sampai berpotongan dengan garis hasil plotting dari sumbu X. Dari titik perpotongan tersebut, dapat diketahui metode penggalian yang direkomendasikan. Pada kegiatan pembongkaran material dengan sistem pemboran dan peledakan, kinerja pengeboran adalah kemampuan alat bor untuk membuat lubang bor sebagai tempat bahan peledak. Kegiatan ini disebut pengeboran produksi (production drilling).  Klasifikasi metode pengalian Berdasarkan



mekanisme



pemboran,



metodepemboran



dapat dibagi, yaitu : o Pemboran Tumbuk (Percussive Drilling) o Pemboran Putar (Rotary Drilling) o Bor Putar Hidraulik (Hidraulic Rotary) Pemboran Tumbuk (Percussive Drilling) Dioperasikan dengan cara mengangkat dan menjatuhkan alat bor berat secara berulang-ulang kedalam lubang bor sehingga lubang bor terbentuk akibat mekanisme tumbukan dan beban rangkaian bor. BorTumbuk (Australia Drilling Industry, 1996)



Page 3 of 16



Pemboran Putar (Rotary Drilling) Lubang bor dibentuk dari pemboran dengan mekanisme putar dan disertai pembebanan.



Bor Putar Hidraulik (Hidraulic Rotary) Dimana lubang bor dibentuk dari kombinasi antara mekanisme putar, tekanan hidraulik, dan beban setang bor.



Page 4 of 16



Secara umum, metode pengeboran dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu: 1. Pengeboran Perkusi Pada pengeboran perkusi, pemecahan batuan dilakukan dengan memanfaatkan gaya tumbuk yang dihasilkan oleh mesin bor terhadap batuan. 2. Pengeboran Rotari Pada pengeboran rotari, pemecahan batuan dilakukan dengan memanfaatkan gerak putaran dan gaya dorong yang diberikan kepada mata bor.



Page 5 of 16



3. Pengeboran Rotari Perkusi Pengeboran rotari perkusi merupakan kombinasi dari gerakan perkusi, rotasi, feed/ thrust load dan flushing. Gerakan rotasi menggunakan mata bor untuk memecah batuan, sementara aksi perkusi menghasilkan impak sehingga mendapatkan penetrasi pada mata bor yang akan dilanjutkan ke batuan.



 Komponen pengeboran Terdapat empat komponen utama yang ada di semua komponen pengeboran (lihat Gambar 2.5), yaitu: 1. Feed



: Gaya aksial yang diberikan untuk memberikan tekanan



vertical pada titik pengeboran.



Page 6 of 16



2. Rotation : Gerakan memutar pada batang dan mata bor. 3. Percussion : Tumbukan yang dilakukan secara berulang pada titikpengeboran. 4. Flushing



: Suatu usaha untuk sesegera mungkin mengeluarkan



potongan hasil pengeboran keluar dari dalam lubang bor dengan memberikan sejumlah fluida bertekanan.



Keselarasan antara gaya-gaya percussion, rotation, cutting dan feed menyebabkan mata bor dapat melakukan penetrasi terhadap batuan. Dari komponen utama pada sistem pengeboran tersebut, terdapat empat komponen fungsional utama dalam sistem pengeboran, yaitu: 1. Alat bor Alat bor adalah penggerak utama, mengkonversikan energi dari bentuk awal (fluida, listrik, pneumatic atau motor bakar) menjadi energi mekanik untuk menggerakkan sistem. 2. Batang bor



Page 7 of 16



Batang bor mentransmisikan energi dari penggerak utama ke mata bor. 3. Mata bor Mata bor merupakan pemakai energi dalam sistem, merusak batuan secara mekanik untuk mencapai suatu penetrasi. 4. Sirkulasi Fluida Fluida membersihkan lubang bor, mengontrol debu, mendinginkan mata bor dan sewaktu-waktu menstabilkan lubang bor. 2 Aplikasi Metode Pengeboran  Pengeboran Pada Tambang Terbuka a. Pemboran Dalam Tambang Terbuka, Kauri Dan Proyek Konstruksi Metode pemboran yang utama dipergunakan dalam tambang terbuka, kauri dan proyek konstruksi adalah pemboran lubang ledak vertical atau miring. Dalam pemilihan alat bor untuk tambang terbuka dan kauri yang memakai metode peledakan jenjang. Dengan faktor-faktor ukuran dan kedalaman lubang ledak, jenis batuan, kondisi lapangan harus selalu diperhatikan. -



Jenis batuan menentukan pemilihan alat bor ; percussive atau rotary-crushing dipakai untuk batuan yang keras, sedangkan rotary-cutting dipakai dalam batuan sedimen. Kekerasan dan komposisi mineral dari batuan adalah factor yang menyebabkan keausan



-



drill steel dari alat bor. Tinggi jenjang adalah parameter yang dihubungkan ukuran-ukuran lainnya. Tinggi jenjang harus dipertimbangkan apabila menentukan jenis pealatan bor dan diameter



-



lubang. Diameter lubang ledak, faktor penting dalam menentukan ukuran diameter lubang ledak adalah besarnya produksi. Diameter yang lebih besar akan memberikan laju produksi



-



tinggi. Kondisi lapangan sangat mempengaruhi pemilihan peralatan yang dipakai Peraturan atau Undang-undang setempat ; Pekerjaan didaerah kota dan dekat gedung atau bangunan



-



lainnya akan dipengaruhi oleh batasan spesifik getaran akibat peledakan yang diizinkan. Fragmentasi adalah istilah yang menggambarkan ukuran dari pecahan batuan setelah peledakan.



Page 8 of 16



b. Alat bor yang umum dipergunakan dalam tambang terbuka, kauri dan proyek kontruksi. Prinsip pemboran adalah mendapatkan kualitas lubang tembak yang tinggi, dihasilkan oleh pemboran yang cepat dan dalam posisi yang tepat. Pemboran dilakukan dengan tiga macam metode : -



top hammer drilling down the hole drilling rotary drilling



empat komponen utama yang terlibat dalam metode pemboran adalah : feed, rotation, percussion, dan flushing. Peralatan pemboran untuk dipermukaan dapat dikelompokkan sebagai berikut : - Top hammer drilling Biasanya dipakai pemboran dalam formasi batuan yang lunak sampai keras. Top hammer drill diklasifikasikan berdasarkan ukuran dan prinsip operasinya:  hydraulic atau pneumatic handheld drill.  pneumatic handheld drill dengan airleg feed  light hydraulic drill diletakkan diatas feed untuk mekanisasi pemboran



dalam



macam jenis boom.  pneumatic crawler drill dijalankan oleh kompresor yang terpisah  hydraulic crawler atau wheel-based drill dijalankan oleh tenaga sendiri Top hammer drilling dapat dibagi menjadi hydraulic dan pneumatic top hammer drilling tergantung dari media transisi energi yang dipakai. -



DTH drilling DTH menggunakan tenaga udara kompresi dalam percussive drilling lebih efisien



dari pada pneumatic top hammer drill biasa. DTH hammer dipasang dibelakang mata bor didalam lubang. Oleh karena itu sedikit percussion energy yang dihamburkan kedalam drill steel dan sambungan-sambungan. Kecepatan penetrasi hamper konstan tidak dipengaruhi oleh kedalaman lubang. Ketepatan pemboran dari DTH drill adalah baik.



Page 9 of 16



-



Rotary drilling Lubang ledak rotary drill dipakai sebagian besar dialam tambang terbuka. Diameter



lubang 102-445 mm sampai kedalaman 50 m. Empat elemen utama yang terlibat dalam operasi rotary drilling :  torque yang cukup untuk memutar mata bor dalam sebarang strata yang dijumpai.  gaya kebawah mata bor yang cukup tinggi untuk penetrasi optimum.  volume udara flushing yang cukup untuk membersihkan cutting selama penetrasi, demikian pula menyediakan udara dingin untuk bearing dari mata bor.  pemilihan jenis mata bor yang sesuai untuk material yang akan atau sedang dibor. Prinsip dari rotary drilling yaitu rotary drilling memecahkan batuan dengan energi yang diberikan kepada bit dari gerak putaran dan gaya dorong. Roller dengan carbide button ditekan kedalam batuan dan diputar, Memotong cutting. Prinsipnya sama seperti dalam percussive drilling. Cutting dibersihkan oleh udara flushing yang disediakan oleh kompresor yang berada diatas bor.  Pengeboran Pada Tambang Bawah Tanah a. Pemboran dalam tambang bawah tanah Pemboran dalam tambang bawah tanah dibagi menjadi dua : 1. pemboran untuk pembuatan jalan masuk dalam tambang bawah tanah : terowongan dan lain sebagainya. 2. pemboran untuk produksi dalam suatu sistem tambang bawah tanah. Jenis peralatan bor dan criteria pemilihan alat bor yang dipakai didalam tambang bawah tanah sama dengan yang dipakai dalam tambang terbuka. 1) pemboran untuk pembuatan terowongan Pemboran untuk membuat jalan masuk atau terowongan dapat dilakukan memakai cara : a. Full face excavation, dimana peledakan seluruh bagian terowongan diledakkan dalam satu tahap.



Biasanya untuk terowongan yang relative kecil. Dapat juga untuk



terowongan yang mempunyai ukuran sampai 100 meter persegi dimana kondisi batuan memungkinkan. b. Split section excavation, dipakai untuk terowongan yang ukurannya besar, dimana ukuran



terowongan terlalu besar untuk peralatan bor yang dipergunakan untuk



Page 10 of 16



menerowong atau apabila kekuatan batuan tidak memungkinkan peledakan satu tahap untuk seluruh penampang terowongan. Metode yang dipakai disini adalah membagi peledakan menjadi dua tahap yaitu : top heading dan jenjang. Top heading dilakukan dibagian atas penampang. Digali lebih dahulu sepanjang terowongan diikuti peledakan jenjang dengan memakai pemboran horizontal ataupun vertical. Pemboran dalam full face excavation mempunyai pola tertentu. Tujuannya untuk mendapatkan hasil peledakan yang paling ekonomis. Peralatan bor sangat dipengaruhi oleh ukuran terowongan dan kemajuan yang direncanakan. Pada split section excavation yang terdiri dari kombinasi top heading dan jenjang dengan lubang bor horizontal. Peralatan bor yang dipakai di top heading dan jenjang adalah sama. Split section excavation yang terdiri dari top heading dan jenjang dengan lubang bor vertical. Peralatan bor yang dipakai di top heading dan jenjang tidak sama. 2) Peralatan bor untuk terowongan operasi pemboran adalah hanya merupakan salah satu bagian dari seluruh daur pekerjaan. Peralatan pemboran, pemuatan dan pengangkutan batuan harus dipilih secara terpadu sehingga kombinasi tersebut efisien dan optimum. Peralatan bor yang digunakan untuk terowongan ukuran kecil sampai ukuran besar, dari hand held equipment peralatan sampai dengan rig-mounted rock drill. 3) Pemboran untuk produksi tambang bawah tanah Pemilihan peralatan bor untuk tambang bawah tanah adalah kompleks. Pemilihan peralatan didasarkan pada fakor-faktor yang berubah dari satu penggunaan ke penggunaan yang alin. Peralatan bor untuk produksi dalam tamnbang bawah tanah dapat dikelompokkan menjadi tiga : -



Hand held rock drills Mechanized drifting jumbos Production drill rigs Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam peledakan tambang bawah tanah yaitu:







Pemilihan bahan peledak



Page 11 of 16



  



Metode dan teknik yang digunakan Pengendalian peledak terkait dengan keselamatan dan kondisi lingkungan Asap dan uap hasil peledakan yang mengandung gas-gas berbahaya Mengingat dalam proses peledakan tambang bawah tanah membutuhkan biaya yang



besar dan resiko keselamatan kerja dan lingkingan yang tinggi, maka hendaknya proses peledakan peledakan dilakukan dengan efektif dan seefisien mungkin dengan memperhatikan keselamatan kerja dan lingkungan.



3. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Penggalian  Karakteristik Material untuk Mempengaruhi Kinerja Galian Kinerja suatu mesin bor dipengaruhi oleh faktor-faktor sifat batuan yang di bor, rock drillability, geomeetri pemboran, umur dan kondisi mesin bor, dan ketrampilan operator. 1) Sifat Batuan Sifat batuan yang berpengaruh pada penetrasi dan sebagai konsekuensi pada pemiliha metode pemboran, yaitu : -



Kekerasan Batuan Kekerasan adalah tahanan dari suatu bidang permukaan halus terhadap abrasi. Kekerasan dipakai untuk mengukur sifat-sifat teknis dari material batuan dan dapat juga dipakai untuk menyatakan berapa besarnya tegangan yang diperlukan untuk menyebabkan kerusakan pada batuan. Kekerasan batuan merupakan fungsi dari kekerasan, komposisi butiran mineral, porositas, dan derajat kejenuhan serta merupakan hal yang utama yang harus diketahui untuk menentukan tingkat kemudahan pemboran. Klasifikasi Sangat Keras Keras Kekerasan Sedang Cukup Lunak Lunak Sangat Lunak



Skala Mohs +7 6–7 4.5 – 6 3 – 4.5 2-3 1-2



Kuat Tekan Batuan (MPa) + 200 120 - 200 60 - 120 30 - 60 10 - 30 - 10



Page 12 of 16







Kekuatan Batuan (strength) Kekuatan mekanik suatu batuan adalah suatu sifat dari kekerasan terhadap gaya luar, baik itu kekuatan staik maupun dinamik. Pada prinsipnya, kekuatan batuan tergantung padakomposisi mineralnya.







Abrasivitas Abrasivitas adalah sifat batuan untuk menggores permukaan mineral lain, ini merupakan suatu parameter yang mempengaruhi keausan (umur) mata bor dan batang bor. Faktor yang mempengaruhi abrasivitas batuan adalah: - Kekerasan batuan - Bentuk butir - Ukuran butir - Porositas batuan - Ketidaksamaan penyusun batuan







Elastisitas Sifat elastisitas batuan dinyatakan dengan Modulus Young (E), dan nisbah Poisson (υ). Modulus elastisitas merupakan faktor kesebandingan antara tegangan normal dengan regangan relatifnya, sedangkan nisbah Poisson merupakan kesebandingan antara regangan lateral dengan regangan aksial. Modulus elastisitas sangat tergantung pada







komposisi mineralnya, porositas, jenis perpindahan, dan besarnya beban yang diterapkan. Plastisitas Plastisitas batuan merupakan perilaku batuan yang menyebabkan deformasi tetap setelah tegangan dikembalikan ke kondisi awal, dimana batuan tersebut belum hancur. Sifat plastis tergantung pada komposisi mineral penyusun batuan. Tabel 1.2 Sifat Fisik Dan Mekanik dari Batuan Sedimen Batuan Sedimen







Nisbah Poisson 0,08 – 0,2



Porositas



Dolomit



Modulus Elastisitas 104 x (MPa) 1,96 – 8,24



Limestone



0,98 – 7,85



0,1 – 0,2



0,27 – 4,10



Sandstone



0,49 – 8,43



0,066 – 0,125



1,62 – 26,40



Shale



0,8 – 3,0



0,11 – 0,54



20,0 – 50,0



Tekstur Batuan



0,27 – 4,10



Page 13 of 16



Tekstur suatu batuan menunjukkan hubungan antaa mineral-mineral penyusun batuan, sehingga dapat diklasifikasikan berdasarkan dari sifat-sifat porositas ikatan antar butir, 



bobot isi, dan ukuran butir. Tekstur juga mampengaruhi kecepatan pemboran. Struktur Geologi Penyesuaian kelurusan lubang ledak, aktivitas pemboran, dan kemantapan lubang ledak







dipengaruhi oleh struktur geologi seperti patahan, rekahan, kekar, bidang perlapisan. Karakteristik Pecahan Karakteristik pecahan dapat digambarkan seperti perilaku batuan ketika dipukul. Tiaptiap tipe batuan mempunyai karakteristik pecah yang berbeda dan ini berhubungan



dengan tekstur, komposisi mineral, dan tekstur. 2) Rock Drillability Drilabilitas batuan adalah temperatur mudah tidaknya mata bor melakukan penetrasi ke dalam batuan. Drilabilitas batuan merupakan fungsi dari sifat batuan seperti komposisi mineral, tekstur, ukuran butir dan tingkat pelapukan. 3) Geometri Pemboran Geometri pemboran ini mencakup diameter, kedalaman, dan kemiringan lubang tembak. Semakin besar diameter lubang berarti penampang lubang yang harus ditembus semakin besar sehingga faktor gesekan juga semakin besar. Hal ini akan sangat mempengaruhi kinerja mesin bor dalam arti kecepatan pemboran semakin lambat. Semakin dalam lubang bor maka akan terjadi gesekan antara drilling string dengan dinding lubang yang semakin besar. Di samping itu kehilangan energi akibat semakin panjangnya drilling string juga akan semakin besar. Hal ini akan dapat menurunkan kinerja mesin bor. Pada kegiatan pemboran ada 2 macam arah lubang ledak yaitu arah tegak lurus dan arah miring, arah lubang ledak ini berpengaruh terhadap aktivitas pemboran. 4) Umur dan Kondisi Mesin Bor Umur dan kondisi mesin bor sangat berpengaruh, karena semakin lama umur alat bor maka pemakaian kemampuan alat semakin turun 5) Keterampilan Operator Keterampilan operator tergantung pada individu masing-masing yang dapat diperoleh dari latihan dan pengalaman kerja.  Karakteristik Massa Batuan yang Mempengaruhi Penggalian Karakteristik massa batuan yang mempengaruhi pemecahan batuan adalah RQD, bidang diskontinuiti, dan jarak antar bidang diskontinuiti. 1. Rock Quality Designation (RQD)



Page 14 of 16



RQD merupakan parameter yang dapat menunjukkan kualitas massa batuan. RQD dikembangkan oleh Deere (1964) yang mana datanya diperoleh dari pengeboran inti (lihat Gambar 3.7). RQD dihitung dari persentase bor inti yang diperoleh dengan panjang minimum 10 cm, dengan persamaan 3.1. RQD=



Panjangtotalintibor ≥ 0.10 m x 100 … … … … ….( 3.1) Panjangtotalbor (M )



Bila inti bor tidak tersedia, RQD dapat dihitung secara tidak langsung dengan melakukan pengukuran orientasi dan jarak antar diskontinuiti pada singkapan batuan. Priest & Hudson



RQD = 100 e−0,1λ (0,1 λ + 1) .......................................................... (3.2) (1976) Keterangan : λ = Frekuensi dikontinuiti per meter.



mengajukan persamaan:



2. Bidang diskontinuiti Kehadiran bidang diskontinuiti atau kekar di dalam massa batuan dapat membantu mudahnya proses penggalian namun belum tentu untuk pemboran. Parameter penting dalam karakteristik bidang diskontinuiti adalah jarak antar bidang diskontinuiti dan orientasi bidang diskontinuiti. Jarak antar bidang diskontinuiti adalah jarak tegak lurus antara dua bidang diskontinuiti yang berurutan sepanjang garis pengamatan. Semakin jauh jarak antar bidang diskontinuiti maka massa batuan secara keseluruhan dapat dikatakan masif. 4. Kriteria Penggalian dan Penggaruan  Kriteria Analisi Penggalian o Kriteria Penggalian Menurut RMR Kemampuan untuk menaksir kemampugalian atau potongan suatu massa batuan sangatlah penting, apalagi bila akan menggunakan alat gali mekanis menerus. Fowell & Johnson (1982) menunjukkan hubungan yang erat antara kinerja (produksi) Road header kelas berat (> 50 ton) dengan RMR (lihat Gambar 1).



Page 15 of 16



Selanjutnya pada tahun 1991 mereka melaporkan juga bahwa hubungan tersebut di atas dapat dibagi menjadi 3 zona penggalian : Zone 1



Kinerja penggalian sangat ditentukan oleh sifat-sifat batuan utuh.



Zone 2



Keberhasilan kinerja penggalian dibantu oleh kehadiran struktur massa batuan.



Pengaruh sifat-sifat batuan utuh menurun dengan memburuknya kualitas massa batuan. Zone 3



Kinerja penggalian semata-mata dipengaruhi oleh struktur massa batuan.



Nilai-nilai UCS, Energi Spesifik, Koefisien Abrasivity secara keseluruhan menyimpulkan bahwa batuan utuh tersebut tidak dapat digali dengan memuaskan oleh roadheader. Namun seperti dilaporkan oleh Fowell & Johnson (1991) bahwa pada kenyataannya massa batuan itu dapat digali dengan cara hanya menggoyang bongka-bongkah batuan dari induknya yang akhir jatuh bebas. RMR juga pernah dipakai untuk mengevaluasi kinerja roadheader Dosco SL-120 (Sandbak 1985, lihat Gambar 2). Penelitian ini dilaksanakan pada bijih tembaga Kalamazoo & San Manuel, Arizona. Dapat disimpulkan bahwa kemajuan penggalian atau kinerja Dosco tsb dapat diperkirakan dengan menggunakan persamaan berikut ini : Y = 2.39 e-0.02x



R2 = 0.79



dimana : Y adalah laju penggalian (m/jam) dan x adalah RMR. o Kriteria Penggalian Menurut RMR dan Q-Sistem Hubungan antara RMR dan Q-Sistem untuk berbagai kondisi penggalian dapat dilihat pada Gambar 3. Jelas tampak bahwa hubungan antara RMR & Q-Sistem adalah linier. Titik-titik yang menunjukkan angka RMR & Q-Sistem yang tinggi mencerminkan kondisi material keras yang penggaliannya perlu peledakan. Sedangkan kehadiran alat gali seperti Surface Miner yang menggunakan mekanisme potong rupanya dapat menggantikan operasi peledakan.



Page 16 of 16



Dalam upaya melengkapi informasi Gambar 3, data asli hasil penelitian Abdullatif & Cruden (1983) dimasukkan dan data penggunaan surface miner diperoleh dari Kramadibrata (1992 - Potong).  Kriteria Penggalian Menurut Models Kekuatan Batu Franklin dkk (1971) mengusulkan klasifikasi massa batuan menurut dua paramater, yaitu Fracture Index dan Point Load Index (PLI). Fracture Index dipakai sebagai ukuran karakteristik diskontinuiti dan didefinisikan sebagai jarak rata-rata fraktur dalam sepanjang bor inti atau massa batuan. Kedua parameter ini digambarkan dalam satu diagram untuk menduga kemampugaruan suatu massa batuan dimana Ifdan Is masing-masing menyatakan Fracture Index dan PLIi. Diagram klasifikasi dibagi kedalam tiga zona umum yaitu, penggalian bebas (free digging), penggaruan (ripping) dan peledakan (blasting). Massa batuan yang terkekarkan dan lemah masuk kedalam kategori bagian bawah kiri diagram, sedangkan massa batuan massif dan kuat di plot dibagian atas kanan. Yang pertama tentunya sangat mudah untuk digali dan yang terakhir sangat sulit digali dengan alat mekanis. DAFTAR PUSTAKA Adler, L., “Excavating Methods Related to Joint System Stability”, International Symposium on Geotechnical Stability in Surface Mining”, Calgary, 1986. Adler, Lawrence dan Naumann, Hans E., “Analyzing Excavationand Materials Handling Equipment”, Department of Mining Engineering, Virginia Polytechnic Institute, Blacksburg, Va, 1970. Martin, J. A., et.al., “Surface Mining Equipment”, Martin Consultant Inc., Golden, Colo, 1982. Suseno Kramadibrata, “Pemindahan Tanah Mekanis”, Jurusan Teknik Pertambangan, FTM-ITB, 1997.