Kliping Ips [PDF]

  • Author / Uploaded
  • mukti
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KLIPING IPS  KONFLIK DAN INTREGASI DALAM KEHIDUPAN SOSIAL YANG TERJADI DI INDONESIA



NAMA : UNGGUL TRY PRASETYO



(29)



SMP NEGERI 1 SAMPAG TAHUN PELAJARAN 2021/2022 



KONFLIK DAN INTEGRASI SOSIAL  YANG TERJADI DI INDONESIA



Pengertian Konflik Sosial  Pengertian konflik yang paling sederhana ditinjau dari segi asal kata, yaitu berasal dari kata configere yang berarti saling memukul. Berikut ini definisi konflik menurut para sosiolog. Soerjono Seokanto  Menurut Soerjono Soekanto, konflik adalah suatu proses sosial ketika orang perorangan atau kelompok manusia berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan yang disertai ancaman. Robert M.Z Lawang  Konflik adalah perjuangan memperoleh hal-hal yang langka seperti harta, status dan otoritas. Ralf Dahrendorf  Konflik merupakan suatu keadaan pertentangan karena adanya ketidakharmonisan hubungan sosial di antara anggota kelompok atau antara kelompok dalam suatu masyarakat. Lewis A. Coser  Konflik adalah sebuah perjuangan mengenai nilai atau tuntutan atas status, kekuasaan, dan sumber daya yang bersifat langka dengan maksud menetralkan mencederai, atau melenyapkan lawan. Secara sosiologis dapat diartkan bahwa konflik adalah suatu proses sosial diantara dua orang atau lebih (atau juga kelompok) yang berusaha menyingkirkan pihak lawan dengan jalan menghancurkan atau membuatnya tidak berdaya. Jenis-Jenis Konflik  Konflik yang terjadi di masyarakat terdiri dari beberapa jenis, bergantung faktor yang menyebabkan, wujud, ruang lingkup, dan sifat-sifatnya yaitu sebagai berikut. 1. Konflik Pribadi  Konflik pribadi adalah pertentangan yang terjadi antara orang perorang karena dua orang sejak mulai berkenalan karena sudah saling tidak menyukai. Akan tetapi, yang sering terjadi adalah konflik antara dua pribadi yang sudah saling mengenal dan terjadi konflik karena perbedaan yang tidak bisa disatukan di antara pribadi- pribadi tersebut.



2. Konflik Rasial  Konflik rasial adalah pertentangan kelompok ras yang berbeda karena kepentingan dan kebudayaan yang saling bertabrakan. Konflik rasial juga makin dipicu dengan kenyataan bahwa salah satu ras merupakan golongan minoritas. Konflik rasial pernah terjadi di Amerika Serikat dan Afrika Selatan, yaitu antara orang-orang kulit dengan kulit hitam. 3. Konflik Politik  Konflik politik menyangkut golongan-golongan dalam masyarakat maupun di antara negara-negara yang berdaulat. Konflik politik itu, contohnya konflik antara Indonesia dan Malaysia pada tahun 1963.



4. Konflik Antarkelas Sosial  Konflik anatra malaisia da indonesia terjadi ketimpangan upah buruh menginginkan kenaikan gaji sementara majikan menginginkan untuk mengurangi biaya produksi dengan menekan biaya upah. 5. Konflik Internasional  Konflik internasional biasanya berawal dari adanya pertentangan antara dua negara karena kepentingan yang berbeda. Pertentangan ini akan berkembang menjadi konflik internasional apabila negara-negara lain terlibat atau melibatkan diri. Konflik internasional, yaitu pertentangan yang melibatkan beberapa kelompok negara (blok) karena perbedaan kepentingan. Misalnya, pertikaian antara Irak dan Iran dalam Perang Teluk yang melibatkan negara Amerika Serikat dan sekutunya serta negara-negara Arab.



6. Konflik vertikal dan horizontal Konflik vertikal yaitu pertentangan antara individu atau kelompok masyarakat dan para pemimpin masyarakat. Contoh konflik antara warga suatu desa dengan pemimpin di desa tersebut (Kepala Desa). Konflik horizontal adalah pertentangan antaranggota masyarakat, baik secara individual maupun kelompok yang mempunyai kedudukan sederajat atau satu level. Konflik horizontal dapat terjadi di tataran para elite politik. Contoh konflik horizontal yang terjadi di kalangan masyarakat bawah adalah tawuran antar warga miskin di Jakarta. Sedangkan contoh konflik horizontal di kalangan elite politik adalah konflik antara para petinggi partai Demokrat 7. Konflik terbuka dan konflik tertutup  Konflik terbuka yaitu perbedaan kepentingan antara dua individu atau kelompok masyarakat yang dapat disaksikan secara langsung dan saling berhadapan dalam bentuk sikap atau tindakan-tindakan fisik. Konflik tertutup yaitu perbedaan kepentingan yang terwujud dalam perbuatan yang menimbulkan sabotase, keresahan dan sebagainya. 8. Konflik Destruktif Dan Konflik Konstruktif  Konflik destruktif menimbulkan kerugian bagi individu, kelompok maupun organisasiorganisasi yang terlibat di dalamnya. Konflik demikian terjadi misalnya, dua orang yang bertetangga tidak dapat rukun karena di antara mereka terjangkit perasaan tidak senang atau apabila anggota sebuah organisasi tidak dapat mencapai penyesuaian paham tentang tujuan pokok organisasi. Kerugian akibat konflik destruktif adalah sebagai berikut. 1. Persaingan tidak sehat. 2. Perasaan cemas atau tegang 3. Komunikasi yang menyusut 4. Perhatian yang semakin berkurang terhadap tujuan bersama. 5. Ledakan konflik hebat sampai muncul tindakan ancaman atau kekerasan. Konflik konstruktif menimbulkan keuntungan-keuntungan bagi individu maupun kelompok, antara lain sebagai berikut. 1. Meningkatkan inisiatif dan kreativitas individu atau kelompok, mereka akan berusaha



bekerja dengan cara-cara baru yang lebih baik. 2. Intensitas usaha semakin meningkat, perasaan apatis teratasi, individu atau kelompok yang terlibat akan bekerja lebih keras lagi. 3. Ikatan atau kohesi semakin kuat, konflik dapat memperkuat identitas kelompok dan komitmen untuk mencapa tujuan bersama kelompok. 4. Surutnya ketegangan pribadi.



Dampak Terjadinya Konflik  Konflik yang terjadi dapat mengakibatkan dampak positif dan negatif. Konflik akan memberikan dampak positif sepanjang konflik tidak berlawanan dengan pola-pola hubungan sosial di dalam struktur tertentu. Akan tetapi, apabila konflik berlawanan dengan pola-pola hubungan hubungan sosial di dalam struktur sosial tertentu, konflik-konflik tersebut bersifat negatif. Gejala-gejala sosial yang timbul akibat konflik, antara lain sebagai berikut. 1. Bertambahnya solidaritas ingroup. 2. Goyah atau retaknya persatuan kelompok. 3. Perubahan kepribadian individu.



4. Akomodasi, dominasi dan takluknya salah satu pihak. 5. Rusaknya tatanan kehidupan masyarakat. 6. Krisis sosial.



Pengendalian Konflik (Akomodasi)   Akomodasi merupakan salah satu cara untuk menyelesaikan pertentangan, baik dengan cara menghargai kepribadian yang berkonflik atau bisa juga dengan cara paksaan atau tekanan. Bentuk-bentuk akomodasi antara lain sebagai berikut: 1. Koersi merupakan akomodasi yang terjadi melalui pemaksaan kehendak pihak tertentu terhadap pihak lain yang lebih lemah. 2. Kompromi merupakan bentuk akomodasi ketika pihak-pihak yang terlibat perselisihan saling mengurangi tuntutan agar tercapai suatu penyelesaian 3.  Arbitrasi merupakan bentuk akomodasi apabila pihak-pihak yang berselsisih tidak sanggup mencapai kompromi sendiri sehingga mengundang pihak ketiga yang berhak memberikan keputusan. 4. Mediasi   merupakan bentuk akomodasi yang hampir sama dengan arbitrasi. Namun pihak ketiga yang diundang tidak berhak memberikan keputusan. 5. Konsiliasi merupakan bentuk akomodasi dengan mempertemukan keinginankeinginan dari pihak-pihak yang berselisih demi tercapainyasuatu persetujuan bersama merupakan penyelesaian masalah atau sengketa jalur.



Integrasi Sosial Integrasi sosial adalah proses penyesuaian di antara unsur-unsur yang berbeda dalam kehidupan bermasyarakat. Menurut pandangan para penganut fungsionalisme struktural, sistem sosial senantiasa terintegrasi atas dua landasan berikut: 1. Suatu masyarakat senantiasa terintegrasi di atas tumbuhnya konsensus (kesepakatan)



di antara sebagian besar anggota masyarakat. 2. Masyarakat terintegrasi karena berbagai anggota masyarakat sekaligus menjadi anggota dari berbagai kesatuan sosial (cross cutting affiliations).



Menurut William F. Ogburn dan Mayer Nimkoff , syarat berhasilnya suatu integrasi sosial adalah: 1. Anggota-anggota masyarakat merasa bahwa mereka berhasil saling mengisi



kebutuhan-kebutuhan satu dengan lainnya 2. Masyarakat berhasil menciptakan kesepakatan bersama mengenai norma dan nilai. 3. Norma-norma dan nilai sosial itu berlaku cukup lama dan dijalankan secara konsisten. Para ilmuwan mengidentifikasi bentuk-bentuk ideal suatu integrasi sosial yaitu: Asimilasi   Asimilasi adalah proses sosial yang timbul bila golongan manusia dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda saling bergaul langsung secara intensif untuk waktu yang lama sehingga kebudayaan-kebudayaan golongan-golongan tadi masing-masing berubah sifatnya yang khas, dan juga unsur-unsurnya masing- masing berubah wujudnya menjadi unsur-unsur kebudayaan campuran. Suatu asimilasi akan mudah terjadi apabila didorong oleh faktor-faktor sebagai berikut. 1. Toleransi antara kebudayaan yang berbeda dengan kebudayaan sendiri yang akan



tercapai melalui suatu proses yang disebut akomodasi. 2. Tiap-tiap indvidu dan kelompok memiliki kesempatan yang sama dalam memenuhi kebutuhan barang dan jasa 3. Sikap terbuka dari golongan yang berkuasa dengan memberikan kesempatan pada golongan minoritas untuk memperoleh pendidikan, penggunaan fasilitas umum, dan partisipasi politik. 4. Perkawinan campuran akan menyatukan dan mengurangi perbedaan- perbedaan antara warga dari suatu golongan dengan golongan lain.



Sedangkan faktor-faktor yang menjadi penghalang bagi terlaksananya proses asimilasi adalah sebagai berikut. 1. Kurang pengetahuan mengenai kebudayaan yang diahadapi 2. Sifat takut terhadap kekuatan dari kebudayaan lain 3. Perasaan superioritas dari individua dari satu kebudayaan terhadap yang lain Akulturasi   Akulturasi adalah proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing dengan sedemikian rupa, sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri. Akulturasi merupakan proses perumpamaan yang ditangani dengan terjaganya penyatuan dua kebudayaan yang berbeda. Penyatuan ini tidak menghilangkan ciri khas dari masing-masing kebudayaan. Misalnya, kebudayaan Hindu memasuki kebudayaan Bali dan berkembang menjadi kebudayaan Hindu-Bali. Dalam proses ini, kebudayaan Bali tidak hilang atau tetap bertahan walaupun dimasuki unsur kebudayaan Hindu. Setiap individu atau kelompok masyarakat memiliki jenis dan bentuk konfliknya sendirisendiri. Setiap individu atau kelompok dalam masyarakat juga memiliki gaya tersendiri dalam menghadapi dan menyelesaikan konflik tersebut. Contoh 1: Ujang merupakan seorang anak yang berasal dari desa di Sukabumi. Untuk mengadu nasibnya, si Ujang pergi ke Jakarta mencari pekerjaan agar dapat membantu kehidupan keluarganya di kampung. Pertama kali si Ujang menginjakkan kakinya di kota metropolitan, ia dihadapkan pada sekelompok preman yang sedang mabuk-mabukan. Keluguan dan kepolosan si Ujang menjadi sasaran sekelompok preman tersebut. si Ujang yang penyabar berusaha mengalah untuk menghindari preman-preman itu karena ia merasa tidak berdaya untuk menantang mereka dan lebih baik menarik diri dari situasi tersebut daripada menghadapinya. Contoh 2: Menjelang HUT Kemerdekaan RI, para remaja yang tergabung dalam kelompok Karang Taruna Desa Mardika mengadakan rapat tentang kegiatan yang akan diselenggarakan pada HUT tersebut. Budi sebagai ketua karang taruna sudah memiliki program tersendiri dengan mengadakan kegiatan parade band. Hal tersebut ditujukan untuk dapat mewadahi kreativitas para pemuda dalam bermain musik yang selama ini sedang menjadi trend di desanya. Akan tetapi, gagasan Budi tersebut



Kesimpulan Konflik tidak selamanya berakibat negatif bagi masyarakat. Jika bisa dikelola dengan baik, konflik justru bisa menghasilkan hal-hal yang positif. Misalnya, sebagai pemicu perubahan dalam masyarakat, memperbarui kualitas keputusan, menciptakan inovasi dan kreativitas, sebagai sarana evaluasi, dan lain sebagainya. Namun demikian, tidak menutup kemungkinan bahwa jika konflik tidak dikelola dengan baik dan benar, maka akan menimbulkan dampak negatif dan merugikan bagi masyarakat. Sebagai sebuah catatan bahwa dalam upaya menyelesaikan konflik haruslah dipahami betul kompleksitas serta kerumitan konflik yang dihadapi. Semua harus sadar bahwa setiap konflik memiliki kompleksitas masing-masing sehingga tidak bisa begitu saja mengaplikasikan sebuah teori untuk menyelesaikannya. Semua juga harus ingat bahwa selain teori-teori resolusi konflik yang ada, sebenarnya masyarakat juga memiliki budaya sendiri dalam menyelesaikan masalahnya. Namun demikian, penyelesaian konflik sering melupakan adat dan budaya lokal tersebut. Untuk itulah penting untuk menggali kembali kekayaan budaya sendiri.