Komunikasi Pada Situasi Khusus [PDF]

  • Author / Uploaded
  • Wisda
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Komunikasi Pada Situasi Khusus Kesehatan adalah bidang dimana komunikasi yang efektif sangat penting, karena komunikasi yang baik berkontribusi pada hampir semua aspek perawatan kesehatan.Sekarang ada banyak bukti yang menunjukkan bahwa pasien ditangani oleh penyedia layanan kesehatan dengan keterampilan komunikasi yang baik.Kebalikannya, komunikasi yang tidak efektif pada profesional kesehatan individu atau tingkat kesehatan masyarakat yang lebih luas, dapat mengarah ke pasien, bahkan tidak terlibat dengan sistem perawatan kesehatan, menolak untuk mengikuti saran yang disarankan atau untuk mematuhi rejimen pengobatan dan gagal mengatasinya dengan konsekuensi psikologis dari penyakit mereka. Oleh karena itu, terdapat hal-hal yang harus diperhatikan untuk berkomunikasi dengan pasien marah, geriatric, dan depresif.



Komunikasi Dengan Pasien Marah Jumlah agresi dan kekerasan dalam pertemuan perawatan kesehatan dilaporkan meningkat, dengan verbal penyalahgunaan dan cedera ringan menjadi dua bentuk paling umum (Duxbury,2000).Dalam beberapa keadaan mungkin ada alasan yang bisa dimengerti pada situasi kemarahan tersebut.Situasi di mana pasien atau kerabat baru saja diberi kabar buruk, seperti diagnosis dari penyakit atau kematian orang yang dicintai.Kemarahan juga bisa diungkapkan jika pasien atau anggota keluarga percaya bahwa profesional kesehatan telah melakukan kelalaian atau membuat kesalahan diagnosa atau perawatan serta apabila seorang profesional kesehatan menyembunyikan informasi.Ketika dihadapkan dengan pasien atau kerabat yang marah, profesional kesehatan terkadang bersikap defensif dan mencoba menjelaskan mengapa kemarahan tidak dibenarkan.Namun, ini tidak dianjurkan karena dapat memperburuk situasi, sehingga menyebabkan orang tersebut menjadi agresif. Sebaliknya, mereka harus mengundang pasien atau anggota keluarga menjelaskan mengapa mereka marah, berusaha tetap tenang dan hormat saat mereka melakukannya.Terkadang sulit untuk mengetahui dari mana kemarahan pasien berasal. Mungkin bisa membantu untuk mengatakan, "Tolong beri tahu saya apa yang membuat anda marah" atau, "Saya tidak yakin saya bisa membantu jika saya tidak tahu apa yang membuatmu marah”.Kondisi-kondisi berikut seperti yang dapat menyebabkan seorang pasien menjadi marah : -



Pasien dengan gangguan bicara atau motorik tertentu Pasien yang bingung atau mengantuk dan merasa sakit, merasa tidak nyaman atau tidak dapat mengekspresikan diri Pasien yang ditahan dan merasa tidak nyaman dalam satu posisi Pasien yang tidak nyaman dan tidak dapat berbicara karena berbagai alasan seperti memiliki sebuah tabung di mulut atau mengalami cedera wajah.



Dari kondisi tersebut sudah sepantasnya seorang profesional kesehatan mempunyai cara untuk bisa mengatasi kondisi-kondisi tersebut, yaitu : -



Mempersiapkan diri Menunjukkan empati Berhati hati dalam memberikan penjelasan Menghibur pasien/klien



Komunikasi Dengan Pasien Geriatrik Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2014 pasal 1 ayat (4) Pasien Geriatri adalah pasien Lanjut Usia dengan multi penyakit dan/atau gangguan akibat penurunan fungsi organ, psikologi, sosial, ekonomi dan lingkungan yang membutuhkan pelayanan kesehatan secara terpadu dengan pendekatan Multidisiplin yang bekerja secara Interdisiplin. Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, terdapat peningkatan jumlah penduduk lansia dari 18 juta jiwa (7,56%) pada tahun 2010 menjadi 25,9 juta jiwa (9,7%) pada tahun 2019. Jumlah ini diperkirakan akan meningkat pada tahun 2035 menjadi 48,2 juta jiwa (15,77%). Menyikapi hal ini, diperlukan pengembangan layanan kesehatan yang mampu untuk melayani lansia. Diharapkan pelayanan kesehatan dapat mengoptimalkan kesehatannya bagi para lansia yang sehat melalui upaya promotif dan preventif. Bagi lansia yang sakit diharapkan pelayanan kesehatan dapat meningkatkan kualitas hidup dari lansia tersebut. Do      



Menghargai perbedaan generasi Menunjukkan hormat dan keprihatinan. Berbicara pelan, jelas, dan keras tanpa berteriak. Gunakan bahasa dan kalimat yang singkat dan sederhana.. Berbicara di tempat yang memiliki pencahayaan yang baik Meminta pasien lanjut usia untuk mengulang kembali setiap instruksi yang penting.



Don’ts    



Berbicara dengan keras pada pasien karena pasien mengalami gangguan pendengaran Tidak bertatap muka dengan pasien Menggunakan bahasa medis yang sulit dimengerti oleh pasien. Ageism. Ageism, suatu istilah yang pertama disampaikan oleh Robert Butler, direktur pertama the National Institute on Aging, adalah systematic stereotyping dan diskriminasi terhadap seseorang karena mereka berusia lanjut (Butler, 1969).



Contoh dan cara penyampaian : Ada kasus seorang pasien geriatrik dating untuk memeriksakan diri di rumah sakit. Berikut adalah langkah-langkan yang harus dilakukan oleh tenaga medis kepada pasien geriatric. 1. Fase prainteraksi Seorang tenaga medis mendatangi pasien geriatric di ruang rawat. 2. Fase orientasi Tenaga medis melakukan pendekatan kepada pasien dan pendampingnya. Setelah itu, menjelaskan tindakan medis apa saja yang akan diberikan kepada pasien tersebut dengan bahasa yang sederhana.



3. Fase kerja Tenaga medis melakukan tindakan kepadaa pasien setelah mendapatkan persetujuan pasien. 4. Fase Terminasi Tenaga medis menjelaskan hasil pemeriksaan kepada pasien dan pendampingnya. Setelah itu, memberikan instruksi kepada pasien tentan apa yang harus dilakukan oleh pasien dan meminta pasien lanjut usia untuk mengulang kembali setiap instruksi yang penting.



Komunikasi Dengan Pasien Pasif/Depresif Menurut kkbi,depresi adalah fase atau masalah kejiwaan dimana seseorang merasa dititik terendah dalam hidupnya dan mengeluarkan gejala-gejala seperti muram,sedih,dan merasa tertekan karena suatu hal.1 Pasien dengan keadaan ini mungkin baru saja mengalami hal-hal yang buruk sehingga memunculkan perasaan tertekan pada pasien tersebut. Hal ini bisa menjadi hambatan dalam penyampaian informasi kepada pasien. Kata pasif menurut kbbi adalah keadaan dimana seseorang saat mendapatkan suatu informasi hanya menerima saja tanpa ada upaya secara aktif untuk mengolah informasi tersebut dan mencari solusi jika informasi yang disebutkan merupakan suatu masalah yang sedang dihadapi.2 Pasien yang pasif cenderung tidak giat untuk berkontribusi dalam pembicaraan yang sedang dilakukan dan tidak menyuarakan apa yang ada di pikirannya mengenai informasi yang diberikan. Step berkomunikasi dengan pasien pasif/depresif : 



Mencari tahu apa yang pasien sudah ketahui



Pasien dengan kasus pasif/depresif mungkin tidak akan langsung mengatakan apa yang ada di pikirannya. Oleh karena itu kita sebagai tenaga kesehatan harus bisa mengerti dan mendekati si pasien dari segi psikologisnya. Pendekatan psikologis ini menjadi penting dan merupakan kunci utama berkomunikasi dengan pasien pasif/depresif. 



Menilai apa yang pasien ingin ketahui



Dalam kasus ini,kita sebisa mungkin harus menghindari berbicara yang sekiranya dapat menambah beban pasien. Jika memang apa yang akan kita sampaikan adalah kabar yang buruk,kita harus terus menyemangati pasien bahwa semuanya akan baik-baik saja dan dia bisa menghadapi apapun jika ia memiliki keinginan. Pasien dengan kasus pasif/depresif ini biasanya tidak memiliki tempat yang ia percaya untuk menyampaikan keluh kesahnya sehingga kita harus bisa menjadi tempat yang dipercayainya. Setelah mengetahui masalah apa yang ia hadapi,sebisa mungkin kita membantu ia berfikir untuk menemukan solusinya. 



Be empathic



Sebagai tenaga kesehatan,kita tidak bisa menghakimi pasien meskipun menurut kita masalah yang dihadapinya itu sepele dan bukan masalah yang besar. Hal tersebut karena setiap orang memiliki kapasitasnya sendiri-sendiri dalam menangani suatu masalah dalam hidup. Kita juga harus empati terhadap semua orang,bisa merasakan apa yang dirasakan orang lain seakan -akan kita berada di posisi mereka.. 



Pelan-pelan



Berbicara dengan pasien pasif/depresif bukanlah hal yang mudah.terkadang ketika mereka sedang berbicara dengan kita,pikirannya sedang berada di tempat lain. Oleh karena itu,kita harus menjelaskan apa tujuan kita dengan perlahan sehingga kedua belah pihak bisa sepaham. 



Keep it simple



Terkadang wawasan luas yang dimiliki seorang tenaka kesehatan justru menjadi halangan dalam berkomunikasi. Saat berbicara dengan pasien,dalam hal ini pasien pasif/depresif,kita harus bisa membuat apa yang akan kita bicarakan sesederhana mungkin sehingga maksud dari apa yang kita bicarakan dapat dipahami oleh mereka. 



Tell the thruth



Walaupun mungkin apa yang akan kita bicarakan adalah kabar buruk,kita harus mengatakan yang sejujur-jujurnya kepada mereka. Dengan mengatakan yang sebenarnya, ini menunjukkan bahwa kita bisa dipercaya. Meskipun seperti itu,cara penyampaian kita juga harus benar sehingga tidak membuat pasien lebih tertekan lagi. 



Jangan putus harapan



Setelah kita memberitahukan kebenaran yang mungkin bisa membuat pasien putus harapan,kebutuhan pasien untuk mendapat harapan dalam situasi yang tidak mengenakkan juga tidak bisa kita abaikan. Kita juga harus menyampaikan bahwa ada jalan untuk menangani masalah tersebut dan bahwa harapan untuk keluar dari masalah tersebut masih ada. Kita juga harus bisa meyakinkan pasien bahwa dia tidak sendiri,kita siap untuk menjadi teman dan tempat bicara mereka. 



Lihat raut muka dan gerak-gerik pasien



Dalam berkomunikasi,gestur juga sangat penting untuk kita perhatikan. Raut muka dan gerakgerik pasien kadang adalah indikator yang baik untuk mengetahui bahwa pasien sedang sedih,gelisah,atau khawatir. Dengan melihat indikasi-indikasi tersebut,kita bisa mengetahui apa yang tepat untuk kita lakukan.selain gestur dari pasien,gestur kita juga harus diperhatikan karena bahasa tubuh dan raut wajah diingat lebih lama. 



Siap sedia apapun reaksi pasien



Pasien yang pasif/depresif biasanya akan bereaksi ekstrim seperti marah,menangis,dan penyangkalan. Mereka juga bisa jadi menyalahkan kita tentang apa yang terjadi kepada mereka. Kita harus siap dengan apapun reaksi mereka. Biarkan emosi mereka reda terlebih dahulu. Kita juga harus mendengarkan dengan seksama apa yang mereka katakan dan keluhkan,terkadang kita perlu untuk mendorong pasien untuk meluapkan semua emosinya dan menggambarkan perasaan mereka. Disini gestur tubuh kita menjadi sangat penting juga untuk menampakkan rasa empati kita terhadap mereka. Kita harus siap apapun reaksi pasien dan siap untuk menanganinya. Contoh kasus yaitu semisal ada pasien yang mengalami hamil di luar pernikahan lalu dating ke dokter untuk melakukan pemeriksaan kehamilannya dan meminta solusi terbaik. Tentunya pasien tersebut mendatangi dokter dengan kondisi mental yang tidak baik, bahkan bisa jadi pasien tersebut telah mencapai fase depresi. Kemungkinan pasien tersebut akan sulit atau malu dalam menyampaikan masalah atau kondisi yang sedang dialami. Maka yang harus dilakukan oleh dokter , yaitu menyambutnya dengan baik agar pasien tersebut merasa nyaman.



Selain itu, dokter memberikan kesempatan kepada pasien untuk menyampaikan atau bercerita tentang kondisinya tanpa harus memberikan respon gerakan atau bahasa tubuh yang dapat membuat pasien tidak nyaman. Dokter juga harus memberikan arahan atau solusi terbaik dengan memberikan pemahaman tentang dampak baik dari solusi yang diberikan. Pastikan bahwa apa yang disampaikan oleh dokter tidak memutuskan harapan baik dari pasien.



Penutup Komunikasi adalah kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh setiap tenaga kesehatan. Untuk memiliki soft skill ini,tidak bisa hanya mengandalkan apa yang kita dapatkan dari pendidikan formal. Kita harus terus mengasah dan berlatih cara penyampaian informasi dan cara berkomunikasi yang baik selama hidup kita. Pilihan kata,gestur tubuh,raut wajah,kedalaman informasi,dan pola bicara sangat menentukan kualitas komunikasi. Cara kita menangani setiap keadaan khusus yang membutuhkan teknik komunikasi yang kompleks bisa menjadi tolok ukur kompetensi kita sebagai tenaga kesehatan. Kita harus mau untuk terus belajar dan mengasah kemampuan komunikasi kita sehingga pengetahuan yang kita miliki dapat tersalurkan dengan baik kepada masyarakat luas yang membutuhkannya.



Referensi: 1.



Arti kata depresi[internet]. Jakarta:Kementrian Pendidikan dan Budaya;2016 [update 2019 Apr: cited 2019 sept 11]. Available from : https://kbbi.web.id/depresi



2.



Arti kata pasif [internet]. Kementrian Pendidikan dan Budaya;2016 [update 2019 Apr: cited Sept 11]. Available from: https://kbbi.web.id/pasif



3. 4.



Butler, R. N. Age-ism: Another form of bigotry. Gerontologist. 1969 : 9, 243-246. Hekmad J.Communication with and on behalf of patients.North Charleston,South Carolina: Create space independent: 2013 p.59-61



5.



John M,Robert R,Gilbert E. Patient-Physician Communication: Why and How. Jaoa Clinical Practice. 2005 Jan;vol 105 Number 1.



6.



Sheila P,Sandra H. Health Communication: Teory and Practice. New york: Dianne Berry;2007.



7.



Understanding how to provide care to elderly patients (article) | Ameritech College of Healthcare.(2016). Retrieved September 9, 2019, from https://www.ameritech.edu/blog/provide-care-elderly-patients/