Konsep Bekerja Dalam Islam - Tutorial 8 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TUGAS MAKALAH TUTORIAL 8 KONSEP BEKERJA DALAM ISLAM



Disusun Oleh : Nurul Afifah Syifa Aulia Rahmi Yuliani Setyaning Rizki Vidya Ananada Salsabilla Yasmin Azzahra Citra Pramuningtyas Sanjaya Kesyia Ayuni Asnidatama Fatkhal Khairu Najib Muhammad Iqbal Rahmawan



(20190320025) (20190320038) (20190320051) (20190320062) (20190320073) (20190320085) (20190320099) (20190320111) (20190320118)



UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PRODI ILMU KEPERAWATAN 2021



KONSEP BEKERJA DALAM ISLAM Islam merupakan suatu agama yang memberikan pedoman pada seluruh aspek kehidupan, baik yang berhubungan manusia dengan Tuhan, maupun hubungan manusia dengan sesama makhluk Tuhan. Kondisi ini yang searing disebud dengan kaffah (menyeluruh). Pengertian implementasi Islam secara kaffah merupakan sebuah ajaran Islam yang dilaksanakan menyeluruh, tidak hanya diambil beberapa bagian saja secara parsial, dan meliputi seluruh aspek kehidupan yang dibingkai dalam ajaran Islam. Dengan menjalankan Islam secara kaffah berarti menjadikan Islam sebagai way of life, bukan hanya pedoman ritual antara manusia dengan Tuhan saja. Bekerja dalam Islam memiliki nilai mulia dan tinggi, sebagai dasar setiap kebesaran dan jalan menuju kesuksesan. Bekerja adalah kewajiban bagi setiap muslim dengan bekerja setiap muslim akan mengaktualisasikan kemuslimannya sebagai manusia, ciptaan Allah yang paling sempurna dan mulia di muka bumi ini. Jika setiap muslim bekerja dengan baik untuk mengaktualisasikan kemuslimannya sebagai makhluk Allah maka ia sudah melakukan ibadah kepada-Nya. Setiap pekerjaan baik yang dilakukan muslim dan hanya mengharap ridha Allah, berarti ia dapat dikatakan sudah berjihad di jalan Allah. Sebuah jihad tentu memerlukan motivasi, dan motivasi membutuhkan pandangan hidup yang jelas dalam memandang sesuatu, yaitu Al-Qur’an. Al-Qur’an sebagai pedoman hidup umat muslim, yang didalamnya mengandung semua aspek kehidupan umat muslim termasuk masalah kerja. Maka seorang muslim yang bekerja harus melakukan pekerjaan yang dibolehkan dalam Al-Qur’an. Setiap manusia memerlukan harta untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Salah satunya dengan bekerja ,manusia akan berusaha memperoleh harta kekayaan.Tanpa berusaha manusia tidak akan mendapatkan apa-apa. Dalam syari’at Islam, kekayaan Islam dipandang amat penting untuk dapat menjalankan ketentuan-ketentuannya, dan paling tidak ada dua rukun Islam yang mensyaratkan kemampuan ekonomi yang cukup, yaitu untuk melaksanakan kewajiban zakat dan haji.



A. Pengertian Bekerja Bekerja adalah segala bentuk usaha yang maksimal, dilakukan manusia baik lewat gerakan anggota tubuh ataupun akal guna menambah dan memnuhi kebutuhan, baik yang dilakukan secara individu ataupun secara kolaekatiaf baik untuk pribadi ataupun orang lain (dengan menerima imbalan). Kerja dalam pengertian luas adalah semua bentuk usaha yang dilakukan manusia, baik dalam hal materi maupun non-materi, intelektual atau fisik maupun hal-hal yang berkaitan dengan masalah keduniawian atau keakhiratan. B. Pandangan Agama terkait dengan bekerja Dalam islam bekerja mendapatkan apresiasi yang cukup tinggi . prinsip yang mendasar dalam islam adalah melakukan suatu pekerjaan yang bernilai dan bermanfat, begitu juga sebaliknya pekerjaan yang sia-sia dan membawa kaemudharatan dinyatakan sebagai pekerjaan yang terlarang bahkan dianggap sekutu setan. Kondisi ii juga terlihat daria abanyaknya surah yang menyerukan kepada manusia untuk bekerja salah satunya dalam Al-Quran Surah At-Taubah ayat 105 yang artinya : “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” C. Tujuan Bekerja Dalam Islam Agama Islam berlandaskan pada al-Qur’an dan al-Hadits sebagai tuntunan dan pegangan kaum muslimin mempunyai fungsi tidak hanya mengatur dalam hal ibadah melainkan mengatur umat dalam memberikan tuntutan dalam masalah yang berkenaan dengan kerja. Rasulullah SAW bersabda: “Bekerjalah untuk duniamu seakan-akan kamu hidup selamanya, dan beribadahlah untuk akhiratmu seakan-akan kamu mati besok.” Dalam ungkapan lain dikatakan juga, “Tangan di atas lebih baik dari pada tangan di bawah, Memikul kayu lebih mulia dari pada mengemis, Mukmin yang kuat lebih baik dari pada mukslim yang lemah. Allah menyukai mukmin yang kuat bekerja.” Bekerja bagi umat Islam tidak hanya dilandasi oleh tujuan yang bersifat duniawi tetapi lebih dari itu, bekerja adalah untuk beribadah, bekerja akan memberikan hasil. Hasil inilah yang menjadikan kita dapat berpakaian ,makan, , memiliki tempat tinggal di sebuah rumah, memberi nafkah kepada keluarga, dan menjalankan bentuk-bentuk ibadah lainnya secara makasimal. Tujuan bekerja menurut islam adalah sebagai berikut:



a. Memenuhi kebutuhan sendiri dan keluarga Bekerja menurut Islam bertujuan untuk memenuhi kebutuhan sendiri, keluarga termasuk istri, anak-anak dan orang tua. Islam menghargai semua itu sebagai sedekah, ibadah, dan amal saleh. b. Memenuhi ibadah dan kepentingan sosial Bekerja dianggap sebagai ibadah yang suci, demikian pula harta benda yang dihasilkannya. Alat-alat pemuas kebutuhan dan sumber daya manusia. Jaminan atas hak milik perorangan, dengan fungsi sosial, melalui institusi zakat, shadaqah, dan infaq, merupakan dorongan yang kuat untuk bekerja. Dasarnya adalah penghargaan Islam terhadap upaya manusia. Dari Ibnu Umar ra bersabda, 'Sesungguhnya Allah SWT mencintai seorang mu'min yang bekerja dengan giat". (HR. Imam Tabrani, dalam Al-Mu'jam Al-Aushth VII/380) c. Dihapuskan dosa-dosa tertentu yang tidak dapat dihapuskan dengan shalat, puasa dan Shadaqoh Dari Abu Hurairah ra berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda, 'Sesungguhnya diantara dosa-dosa itu terdapat suatu dosa yang tidak dapat diampuni dengan shalat, puasa, haji dan juga umrah." Sahabat bertanya, "Apa yang bisa menghapuskannya wahai Rasulullah?". Beliau menjawab, "Semangat dalam mencari rizki". (HR. Thabrani, dalam AlMu'jam Al-Ausath I/38) D. Aspek Pekerjaan dalam Islam a. Memenuhi kebutuhan sendiri Islam menekankan kemandirian bagi pengikutnya. Seorang muslim harus mampu hidup dari hasil keringatnya sendiri, tidak bergantung pada orang lain. Hal ini diantaranya tercermin dalah hadist berikut : Dari Abu Abdillah yaitu az-Zubair bin al-Awwam r.a., katanya: “Rasulullah s.a.w. bersabda: “Niscayalah jikalau seseorang dari engkau semua itu mengambil talitalinya – untuk mengikat – lalu ia datang di gunung, kemudian ia datang kembali – di negerinya – dengan membawa sebongkokan kayu bakar di atas punggungnya, lalu menjualnya,kemudian dengan cara sedemikian itu Allah menahan wajahnya – yakni dicukupi kebutuhannya, maka hal yang semacam itu adalah lebih baik baginya daripada meminta-minta sesuatu pada orangorang, baik mereka itu suka memberinya atau menolaknya.” (Riwayat Bukhari) Rasullullah memberikan contoh kemandirian yang luar biasa, sebagai pemimpin nabi dan pimpinan umat Islam beliau tak segan menjahit bajunya sendiri, beliau juga seringkali turun langsung ke medan jihad, mengangkat batu, membuat parit, dan melakukan pekerjaanpekerjaan lainnya. b. Memenuhi kebutuhan keluarga



Bekerja berguna untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang menjadi tanggungannya dan merupakan sebuah kewajian bagi seorang muslim, hal ini bisa dilihat dari hadist berikut : Rasulullah saw bersabada, “Cukuplah seseorang dianggap berdosa jika ia menelantarkan orang-orang yang menjadi tanggung jawabnya”. (HR. Ahmad, Abu Daud dan al-Hakim). z c. Bekerja sebagai wujud penghargaan terhadap pekerjaan itu sendiri Islam sangat menghargai pekerjaan, bahkan seandainya kiamat sudah dekat dan kita yakin tidak akan pernah menikmati hasil dari pekerjaan kita, kita tetap diperintahkan untuk bekerja sebagai wujud penghargaan terhadap pekerjaan itu sendiri. Dari Anas RA, dari Rasulullah saw, beliau bersabda, “Jika hari kiamat terjadi, sedang di tanganmu terdapat bibit tanaman, jika ia bisa duduk hingga dapat menanamnya, maka tanamlah “ (HR Bukhari dan Muslim. Sebelumnya kan sudah dipaparkan terkait dengan bekerja menurut islam, makaa dari itu tidak lupa dilingkungan kerja pun membutuhkan promosi kesehatan yang dimana gunanya untuk meningkatkan kesehatan para pekerja sehingga kualitas kerjanya semakin bagus. E. Urgensi bekerja 1. kerja sebagai suatu kewajiban Islam menjadikan amal atau bekerja sebagai kewajiban yang haruas dilakukan oleh setiap setiap orang sesuai dengan kapasitas dan kemampuan dirinya. Alloh Ta’ala berfirman : “Maka apabila kamu Telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain”. (QS. 94: 7) Al-Insyirah a. Celaan Pada Kemalasan Dan Berpangku Tangan Al Qur’an menyeru manusia untuk mempergunakan waktu (‘ashr) dengan cara menginvestasikannya dalam hal-hal yang akan menguntungkan dengan segala mempergunakannya dalam tindakan dan kerja yang baik. Orang yang tidak mempergunakan waktunya secara baik akan dicela dan dimasukkan ke dalam orang-orang yang sangat merugi. b. Kerja Sebagai Satu-Satunya Penentu Manusia Kerja dan amal adalah yang menentukan posisi dan status seseorang dalam kehidupan. Alloh Ta’ala berfirman: “Dan masing-masing orang memperoleh derajat-derajat (seimbang) dengan apa yang dikerjakannya. dan Tuhanmu tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan”. (QS. Al An’am [60]: 2. Motivasi bekerja (apa sih yang menjadikan motivasi kita dalam bekerja itu?”



a. Janji Pahala Al Qur’an memberikan motivasi untuk bekerja keras dan menjanjikan pertolongan Alloh dan petunjuk-Nya bagi mereka yang berjuang dan berlaku baik. Alloh Ta’ala berfirman: “Dan barangsiapa yang berjihad, Maka Sesungguhnya jihadnya itu adalah untuk dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya (Tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam”. (QS. Al Ankabut [29]: 6). b. Anjuran Untuk Terampil Dan Menguasai Teknologi Islam menganjurkan kepada pemeluknya untuk memiliki keterampilan dan menguasai teknologi dengan menyebutnya sebagai fadhl (keutamaan). Alloh Ta’ala berfirman: “Dan Sesungguhnya Telah kami berikan kepada Daud kurnia dari kami. (Kami berfirman): "Hai gunung-gunung dan burung-burung, bertasbihlah berulang-ulang bersama Daud", dan kami Telah melunakkan besi untuknya. (yaitu) buatlah baju besi yang besar-besar dan ukurlah anyaman-nya; dan kerjakanlah amalan yang saleh. Sesungguhnya Aku melihat apa yang kamu kerjakan”. (QS. Saba [34]: 10- 11). c. Pandangan Positif Terhadap Kerja Untuk Kehidupan Islam menyerukan pada semua orang yang memiliki kemampuan fisik untuk bekerja dalam usaha memenuhi kebutuhan dirinya. Bahkan dalam kondisi normal seseorang tidak diperbolehkan untuk meminta-minta atau menjadi beban berat. Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam bersabda; “Sesungguhnya me minta-minta tidak diperbolehkan kecuali untuk tiga golongan; orang fakir yang betul-betul fakir, orang yang tidak mampu membayar hutangnya, dan orang yang tidak mampu membayar diat”. HR. Abu Daud.



3. Kriteria Pekerja Muslim a. Pegawai Yang Menunaikan Pekerjaannya Dengan Ikhlas Mendapat Balasan Dunia Dan Akhirat. Apabila seorang pegawai yang menunaikan pekerjaanya dengan bersungguhsungguh dan mengharapkan pahala dari Allah, maka ia telah menunaikan kewajibanya dan berhak mendapatkan balasan atas pekerjaanya di dunia dan beruntung dengan mendapatkan pahala di akhirat. Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam bersabda; “Dan tidaklah engkau menafkahkan satu nafkah karena mengharapkan wajah Allah melainkan engkau mendapatkan pahala dengannya hingga sesuap yang engkau suapkan di mulut istrimu”. (Diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim) b. Amanah dan Kuat



Landasan dalam memilih seorang pegawai atau pekerja hendaklah seseorang yang kuat dan amanah, karena dengan kekuatan orang tersebut akan sanggup melaksanakan pekerjaan yang diembankan kepadanya, dan dengan amanah ia menunaikan sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya. Dengan amanah ia akan meletakkan perkara-perkara pada tempatnya, sedangkan dengan kekuatan ia sanggup menunaikan kewajibannya. Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya”.(QS. Al Qoshsosh [28]: 26). c. Menjaga Jam Kerja Kepentingan Pekerjaan Wajib atas setiap pegawai dan pekerja untuk menggunakan waktu yang telah di khususkan untuknya,dan sebagaimana seseorang ingin mengambil upahnya dengan sempurna serta tidak ingin dikurangi bagianya sedikitpun, maka hendaklah ia tidak mengurangi sedikit pun dari jam kerjanya untuk sesuatu yang bukan kepentingan kerja. Allah telah mencela al Muthaffifin (orang-orang yang curang) dalam timbangan,yang menuntut hak mereka dengan sempurna dan mengurangi hakhak orang lain. Allah Ta’ala berfirman; “Kecelakaan besarlah bagi orangorang yang curang,(yaitu) orangorang yang apabila menerima takaran,dari orang lain mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi, Tidaklah orangorang itu menyangka, bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan,pada suatu hari yang besar, (yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam”. (QS. AlMuthaffifin [83]: 1-6). 4. Etika dalam bekerja menuruta islam a. Niat yang baik, karena niat sangat menentukan terhadap nilai suatu kerja, maka niat harus betul-betul tulus dan ikhlas. Maksudnya niat bekerja harus didasarkan “karena Allah”. Bila niat ditujukan karena Allah, maka akan memiliki dimensi ibadah, yang tentunya akan mendapat imbalan pahala dari Allah SWT, di samping imbalan materi sebagai hasil kerjanya. Dalam kaitan dengan niat yang baik ini ada sabda Rasulullah S,A.W : “Sesungguhnya seluruh amal (pekerjaan) itu tergantung pada niatnya” ( H.R BukhariMuslim),” b. Dilandasi akhlak dan mental yang baik. Setiap aktivitas atau pekerjaan yang islami harus dilandasi oleh akhlak yang mulia, karena itu para pekerja atau pegawai , pedagang ataupun pekerjaan lainnya harus mempunyai akhlak dan sikap mental yang baik. Hal ini dapat dianalogikan dari sabda Rasulullah SAW : “Pedagang yang jujur, benar lagi muslim kelak di hari kiamat akan bersama-sama para syuhada”.



Buchari Alma, seorang usahawan sukses dari Jepang mengatakan bahwa untuk mencapai sukses dalam pekerjaan dan karir harus memenuhi 8 (delapan) persyaratan, yaitu : i. Kemauan yang keras (capacity for hard work), ii. Mencapai tujuan dengan bantuan orang lain (geeting things done with ang through people), iii. Penampilan yang baik ( good appearance), iv. Keyakinan diri ( self confidence), v. Membuat keputusan ( making sound decision), vi. Pendidikan (college education). vii. Dorongan ambisi (ambition drive) viii. Pintar berkomunikasi ( ability to communicate). Syarat di atas, jika dikaji dari AlQur’an dan Hadits sebagai sumber utama ajaran Islam, sebenarnya sudah terlebih dahulu meletakan dasardetos dan etika kerja untuk kesuksesan umat, seperti yang terlihat dari Firman Allah Surat Ali Imran (3 : ayat 159): “Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakalah kepada Allah.Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal (kepadaNya)”. Ayat tersebut memberikan tuntunan bahwa kemauan keras untuk bekerja pada akhirnya harus berserah diri kepada Allah, manusia berencana, berkehendak dan berusaha sekeras mungkin, namun Allahlah yang memegang segala keputusaan. Dalam ayat ini juga memberi petunjuk bahwa setiap manusia harus memiliki keyakinan pada kemampuan diri sendiri ( confidence ), sehingga jika ada keyakinan akan timbul tekad yang kuat (azm) yaitu kebulatan hati untuk mencapai sesuatu c. Menerapkan administrasi yang baik dan manajemen yang tepat. Administrasi yang baik dan manajemen yang tepat sangat menentukan keberhasilan seseorang ataupun kelompok, terutama dalam dunia yang telah modern seperti saat ini. Administras dan manajemen yang baik sangat menentukan kredibilitas seorang pekerja, organisasi ataupun lembaga. Hal tersebut sesuai dengan Firman Allah : “ Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamallah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya” ( Qs Al Baqarah ayat 282). F. Konsep Hubungan Manusia Dalam Lingkungan Pekerjaan



Islam juga hadir sebagai agama Rahmatan Lil ‘Aalamiin(Rahmat bagi Sekalian Alam), yang tentunya memiliki konsep dalam menata kehidupan manusia agar senantiasa dalam kesejahteraan dan kebahagiaan, serta dalam kedamaian.Dalam menata kehidupan pekerjaan dalam organisasi, Ibrahim (2006). Beberapa konsep dasar tersebut adalah sebagai berikut. 1. Menetapkan mekanisme penetapan upah yang transparan dan adil : “Barang siapa yang mempekerjakan seorang karyawan, maka harus disebutkan upahnya” Hal ini berarti bahwa adanya fair dalam sistem gaji atau upah, karyawan dan majikan menjalankan tugas sesuai dengan kesepakatan yang telah ditetapkan. Selain itu, Islam juga mendorong agar para majikan untuk membayarkan upah para karyawanketika mereka telah usai menunaikan tugasnya. Rasulullah bersabda : “Berikanlah upah karyawansebelum keringatnya kering”. Hal ini dapat menghilangkan keraguan karyawan sehingga menggangu kualitas hidup dalam pekerjaannya. 2. Solidaritas sosial Dalam Islam istilah solidaritas sosial memiliki hubungan yang erat dengan upah atau gaji. Seseorang yang mampu bekerja, akan diberikan upah sesuai dengan kinerjanya atau tanggung jawab pekerjaan yang diembannya. Adapun ketika mereka sudah tidak mampu lagi bekerja, negara memiliki tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhannya beserta keluarganya. Hal ini juga bermakna bahwa organisasi mesti menjamin tentang keamanan dan keselamatan para karyawan dan juga jaminan pension ketika mereka lanjut usia. 3. Pengembangan kompetensi dan pelatihan Pelatihan dalam segala bidang pekerjaan merupakan bentuk ilmu untuk meningkatkan kinerja, dimana Islam mendorong umatnya untuk bersungguh-sungguh dan memuliakan pekerjaan. Islam mendorong untuk melakukan pelatihan terhadap para karyawan dengan tujuan mengembangkan kompetensi dan kemampuan teknis karyawan dalam menunaikan tanggung jawab pekerjaanya. Rasulullah memberikan pelatihan terhadap orang yang diangkat untuk mengurusi persoalan kaum muslimin, dan membekalinya dengan nasehat dan beberapa petunjuk. 4. Hubungan kemanusiaan Hubungan antara sesama karyawan dan juga antara karyawan dan manajemen dalam organisasi merupakan aspek penting untuk memenuhi kebutuhan mereka yang bersifat non-materi (kejiwaan, spiritual).Jika kebutuhan spiritual ini terpenuhi akan mendorong dan memotivasi pegawai untuk bekerja lebih optimal. Mereka melakukan itu semua dengan penuh keikhlasan dan semangat dalam membantu satu sama lain. Konsep hubungan kemanusiaan ini terdiri dari beberapa hal :



a. Merasakan ketenangan dan ketentraman Pegawai dalam suatu organisasi harus mendapatkan ketenangan dan ketentraman. Para karyawan baru tidak perlu khawatir dan ketakutan atas pembicaraan karyawan lama dan atasan. Hal ini berdasarkan kepada firman Allah : “Serulah (manusia) kepada jalan tuhanmu dengan hikmah (hikmah: ialah perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dan yang batil) dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik” (An-Nahl;125). b. Merasa sebagai bagian dari organisasi Pegawai muslim, akidah yang dimilikinya akan mendorongnya untuk menjauhi sikap sombong, bertindak zalim, hasud atau berbangga diri. Rasulullah bersabda : “Wahai manusia, sesungguhnya Tuhan kalian adalah satu, bapak kalian adalah satu, kalian semua adalah keturunan Adam a.s dari tanah. Sesungguhnya, orang yang paling mulia diantara kalian adalah orang yang paling bertaqwa. Tidak ada keutamaan orang Arab atas orang ‘Ajam, orang berkulit merah atas orang berkulit putih, kecuali tingkat ketaqwaannya”. c. Mengakui kinerja dan memberikan tindak korektif Allah berfirman : “Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan kami berikan balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan” (Al-Nahl; 97. Islam mendorong umatnya untuk memberikan semangat dan motivasi bagi pegawai dalam menjalankan tugas mereka. Kinerja dan upaya mereka harus diakui, dan mereka harus dimuliakan jika memang bekerja dengan baik d. Terhindar dari tindak kezaliman Tugas pokok pegawai dalam pemerintahan islam adalah melindungi rakyat dari tindak kezoliman. Rasulullah mendorong untuk berlaku adil terhadap orang-orang yang terzalimi dan tetap menjaga kehormatan dan kemuliaan mereka, serta terbebas dari kezaliman. Allah berfirman : “Dan sesungguhnya telahkami muliakan anak-anak Adam, kami angkat mereka dari daratan dan di lautan, kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah kami ciptakan”(Al-Isra’;70 G. APLIKASI PROMOSI KESEHATAN DI TEMPAT KERJA Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan komponen kegiatan pelayanan pemeliharaan/perlindungan kesehatan pekerja dari suatu pelayanan kesehatan kerja. Sayang sekali, dalam beberapa hal promosi kesehatan di tempat kerja itu dikembangkan sebagai kegiatan yang terpisah dari pelayanan kesehatan kerja. Hal ini selain membuang sumber daya, juga tidak efektif dalam kemajuan program promosi kesehatan di tempat



kerja. Sehat berarti tidak hanya ketiadaan suatu penyakit tapi optimalnya kondisi fisik, mental dan kesejahteraan sosial. Dapat disimpulkan bahwa promosi kesehatan di tempat kerja (health promotion at the workplace) adalah program kegiatan yang direncanakan dan ditujukan pada peningkatan kesehatan para pekerja beserta anggota keluarga yang ditanggungnya dalam konteks tempat kerja. Promosi kesehatan di tempat kerja diselenggarakan berdasarkan suatu kerangka konsep (framework), yang dibangun melalui beberapa kunci seperti; pendekatan (approach), strategi (strategies), area prioritas (priority areas), faktor yang memengaruhi (influence factors), dan lain-lain. 1. Tujuan Promosi Kesehatan di Tempat Kerja 1. Mengembangkan perilaku hidup bersih dan sehat di tempat kerja. 2. Menurunkan angka absensi tenaga kerja. 3. Menurunkan angka penyakit akibat kerja dan lingkungan kerja. 4. Membantu tumbuhnya kebiasaan kerja dan gaya hidup yang sehat. 5. Menciptakan lingkungan kerja yang sehat, kondusif, dana man. 6. Memberikan dampak positif terhadap lingkungan kerja dan masyarakat. 2. Sasaran dari Promosi Kesehatan di tempat Kerja 1.



Primer: Karyawan di tempat kerja.



2.



Sekunder: Keluarga pekerja dan masyarakat sekitar pabrik.



3.



Tersier: Dinas Kesehatan, Dinas Tenaga Kerja, dan Perusahaan-perusahaan Asuransi Kesehatan.



3. Strategi Terbaik untuk Promosi Kesehatan di Tempat Kerja 1.



Implementasi program perubahan gaya hidup karyawan (berhenti merokok, program fitness, meningkatkan nutrisi, dan pengurangan stres).



2.



Program konsultasi dan penilaian risiko kesehatan di perusahaan.



3.



Menunjukkan dukungan manajemen terhadap program promosi kesehatan khususnya membangun pernyataan misi promosi kesehatan perusahaan.



4.



Membangun budaya organisasi yang fleksibel, dukungan masyarakat, responsif terhadap kebutuhan karyawan.



5.



Membangun kebijakan perusahaan untuk memelihara area bebas rokok dan minuman keras dan narkoba di tempat kerja. Membentuk komite kesehatan dan keselamatan kerja dan melakukan pertemuan secara reguler.



6. Mengawasi efektivitas, biaya, keuntungan dan partisipasi dalam program promosi kesehatan. 7.



Membuat dan memelihara fasilitas promosi kesehatan dengan menghubungkan audit kualitas lingkungan kerja pada interval reguler dan ambil langkah untuk identifikasi alamat area yang bermasalah.



4. Kunci Efektivitas Program Kesehatan di Tempat Kerja 1. Menunjukkan keterlibatan dan dukungan manajemen pada program kesehatan. 2.



Melibatkan karyawan dalam tahapan perencanaan program.



3. Tawarkan program pada waktu dan tempat yang menyenangkan bagi karyawan. 4. Membuat tujuan program dan identifikasi kebutuhan kesehatan karyawan. 5. Berikan hadiah terhadap prestasi dan keikutsertaan dalam pencapaian tujuan program. 6. Meyakinkan karyawan bahwa status kesehatan mereka adalah sangat penting. 7. Berikan program yang bervariasi untuk mempertemukan kebutuhan karyawan. 8. Membuat lingkungan tempat kerja mendukung usaha perubahan gaya hidup. 9. Membantu karyawan untuk mengerti dampak dari masalah kesehatan.



Kesimpulan : Islam memberikaan apreasia yang tinggi terhadap bekaerja . prinsip yang mendasar dalam islam adalah melakukan suatu pekerjaan yang bernilai dan bermanfat, begitu juga sebaliknya pekerjaan yang sia-sia dan membawa kaemudharatan dinyatakan sebagai pekerjaan yang terlarang bahkan dianggap sekutu setan. Melihat betapa islam menjunjung bekrja makan perlunya promosi kerja dilingkungan kerja guna meningkatkan kesehatan dan keaasaelamatan para pekerja.



DAFTAR PUSTAKA Darmayanti, N., Harahap, R. A., & Aidha, Z. (2020). Promosi Kesehatan Dalam Perspektif Islam: Suatu Pendekatan Integratif. Fachrudin, F. (2017). Fikih Bekerja. Al-Mashlahah Jurnal Hukum Islam dan Pranata Sosial, 1(01). Rahman. Arrifaqul. Kualitas Kehidupan Kerja; Suatu Tinjauan Literatur Dan Pandangan Dalam Konsep Islam. Jurnal Ilmiah Cano Ekonomos 6 (1), 7-22, 2018