Konsep Dasar Pembelajaran [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

NAMA



: Dhimas Lantang I.E



NIM



:A861820046



PRODI / SEMESTER



:PGSD (B) / IV (EMPAT)



MATA KULIAH



:Evaluasi Pembelajaran Matematika



DOSEN PENGAMPU



:Yakobus Ason, M.Pd



A. Konsep Dasar Pembelajaran Dalam memaknai konsep maka akan berhubungan dengan teori, sedangkan teori akan berkaitan dengan sesuatu hal yang dipandang secara ilmiah. Jika teori berhubungan dengan konsep maka dalam uraian tentang konsep dasar pembelajaran akan tertuju pada landasan ilmiah pembelajaran. Melalui landasan ilmiah yang disebut dengan konsep dasar inilah maka semua pihak akan memahami apa itu pembelajaran. Pada uraian ini akan dibahas beberapa tema yang berkaitan  dengan  pembekalan  terhadap  pemahaman  tentang pembelajaran. Diantaranya juga akan berhubungan dengan landasan-landasan filsafat, psikologis, sosiologis, dan komunikasi yang selalu banyak ditemukan dalam sebuah pembelajaran. Sebelum beranjak pada pembahasan tentang konsep dasar dan landasan-landasan ilmiah dari pembelajaran, maka penulis merasa perlu untuk memberikan tambahan pemahaman dasar terhadap pembelajaran ini. 2.1.2 Hakikat Belajar Belajar, pada hakekatnya, adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar juga merupakan proses melihat, mengamati dan memahami sesuatu (Sudjana, 1989:28).



Sedangkan  Witherington  (1952)  menyebutkan  bahwa  “Belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai suatu pola-pola respon yang berupa keterampilan, sikap, kebiasaan, kecakapan atau pemahaman”. Dari beberapa kutipan di atas dapat disimpulkan beberapa hal yang menyangkut pengertian belajar sebagai berikut: a.       Belajar  merupakan  suatu  proses,  yaitu  kegiatan  yang berkesinambungan yang dimulai sejak lahir dan terus berlangsung seumur hidup. b.      Dalam belajar terjadi adanya perubahan tingkah laku yang bersifat relatif permanen. c.       Hasil belajar ditujukan dengan aktivitas-aktivitas tingkah laku secara keseluruhan. d.      Adanya peranan kepribadian dalam proses belajar antara lain aspek motivasi, emosional, sikap dan sebagainya. Terjadinya proses belajar dapat dipandang dari sisi kognitif, sebagaimana dikemukakan Bigge (1982) yaitu berhubungan dengan perubahan-perubahan tentang kekuatan variabelvariabel hipotesis, kekuatan-kekuatan, asosiasi, hubungan-hubungan dan kebisaaan, atau kecenderungan prilaku. (Willis, 1986:20). Belajar merupakan suatu proses interaksi antara berbagai unsur yang berkaitan. Unsur utama dalam, belajar adalah individu sebagai peserta belajar, kebutuhan sebagai sumber pendorong, situasi belajar, yang memberikan kemungkinan terjadinya kegiatan belajar. Dengan demikian maka manifestasi belajar atau perbuatan belajar dinyatakan dalam bentuk perubahan tingkah laku. Mengenai jenis perubahan tingkah laku dalam proses belajar ini, Gagne dan Briggs, (1988:105), menyatakan bahwa perbuatan hasil belajar menghasilkan perubahan dalam bentuk tingkah laku dalam aspek : a) kemampuan membedakan; b) konsep kongkrit; c) konsep terdefinisi; d) nilai; e) nilai/aturan tingkat tinggi; f) strategi kognitif; g) informasi verbal; h) sikap ; dan i) keterampilan motorik.



2.1.3  Landasan Konsep Pembelajaran a. Filsafat Secara filosofis belajar berarti mengingatkan kembali pada manusia mengenai makna hidup yang bisa  dilalui  melalui  proses  meniru,  memahami,  mengamati, marasakan, mengkaji, melakukan,



dan



meyakini



akan



segala



sesuatu



kebenaran  sehingga  semuanya  memberikan  kemudahan  dalam mencapai segala yang dicitacitakan manusia. Belajar diperlukan oleh individu manusia akan tetapi belajar juga harus dipahami sebagai sesuatu kegiatan dalam mencari dan membuktikan kebenaran. Dengan demikian filsafat apapun yang telah menjadi hasil pikir manusia maka kaitannya dengan belajar ibarat siklus bahwa dengan filsafat manusia bisa mempelajarai (belajar) tentang segala sesuatu, dan sebaliknya dengan aktivitas belajar maka pemikiran-pemikiran tentang belajar terus berkembang dan banyak ditemukan sehingga membawa pada warna inovasi ide dan pemikiran manusia sepanjang zaman. b. Psikologis Psikologi sebagai ilmu yang mempelajari gejala kejiwaan yang akhirnya mempelajari produk dari gejala kejiwaaan ini dalam bentuk perilaku-perilaku yang nampak dan sangat dibutuhkan dalam proses belajar. Diantara psikologi yang banyak dan memang masih bertahan menjadi landasan pokok dalam dunia pendidikan dan pembelajaran yaitu psikologi kognitif dan behavioristik. c. Sosiologis Jika dalam belajar tanpa arah tujuan pada makna hidup manusia sebagai mahluk sosial, maka  belajar  akan  dijadikan  cara  untuk  saling  menguasai, memusnahkan, karena segala sesuatu yang dipelajari, diketahui dipahami melalui belajar tidak digunakan dalam menciptakan kondisi Landasan sosilogis ini sangat penting dalam mengiringi perkembangan inovasi pembelajaran yang banyak terimbas oleh perubahan zaman yang semakin hedonistik. Maka Pemahaman akan belajar yang ditinjau dari aspek sosiologis inilah yang sangat dibutuhkan dewasa ini. d. Komunikasi Pendidikan dan komunikasi ibarat setali tiga uang, yang satu memberikan pemaknaan terhadap yang lainnya. Dalam prakteknya proses belajar atau pembelajaran akan menghasilkan suatu kondisi di mana individu dalam hal ini siswa dan guru, siswa dnegan siswa atau interaksi



yang kompleks sekalipun pasti akan ditemukan suatu proses komunikasi. Landasan komunikasi ini akan banyak memberikan warna dalam bentuk pendekatan, model, metode dan strategi pembelajaran,serta pola-pola inovasi pembelajaran. 2.1.4  Proses Pembelajaran Proses pembelajaran hanya menerapkan kemampuan dan menggunakan sarana serta mengikuti mekanisme yang telah diatur dengan baik dalam SAP. Proses pembelajaran yang telah direncanakan dengan baik akan mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Selain menerapkan proses pembelajar telah ditata dengan baik, juga harus selalu meminta feed back dan melakukan kajian untuk terus membenahi proses pembelajaran. Proses pembelajaran dapat melalui tatap muka didalam ruang kelas dan dapat melalui media elektronik sesuai dengan pengaturan di dalam SAP. Proses pembelajaran yang telah direncanakan dengan baik akan mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Selain menerapkan proses pembelajar telah ditata dengan baik, juga harus selalu meminta feed back dan melakukan kajian untuk terus membenahi proses pembelajaran. Proses pembelajaran dapat melalui tatap muka didalam ruang kelas dan dapat melalui media elektronik sesuai dengan pengaturan di dalam SAP. Proses pembelajaran melalui internet mendorong mahasiswa lebih aktif dalam pembelajaran karena harus berkomunikasi secara maya dengan para dosen, dan mahasiswa lain di samping mengembara didalam dunia pengetahuan lain. 2.1.5  Perkembangan Konsep Dasar Pembelajaran Pembelajaran (Instruction)) merupakan akumulasi dari konsep mengajar (teaching) dan konsep belajar (learning). Penekanannya terletak pada perpaduan antara keduanya, yakni kepada penumbuha aktivitas subjek didik. Konsep tersebut dapat dipandang sebagi suatu sistem. sehingga dalam sistem belajar ini terdapat komponen-komponen siswa atau peserta didik, tujuan, materi untuk mencapai tujuan, fasilitas dan prosedur serta alat atau media yang harus dipersiapkan. Demikian halnya juga dengan teaching system, di mana komponen perencanaan mengajar, bahan ajar, tujuan, materi dan metode, serta penilaian dan langkah mengajar akan berhubungan



dengan



aktivitas



belajar



Kenyataan  bahwa  dalam  proses  pembelajaran  terjadi



untuk



mencapai



pengorganisasian,



tujuan.



pengelolaan



dan



transformasi informasi oleh dan dari guru kepada siswa. Ketiga katagori kegiatan dalam proses pembelajaran ini berkait erat dengan aplikasi dan konsep sistem informasi manajemen. Meier (2002: 103 ) mengemukakan bahwa semua pembelajaran manusia pada hakekatnya mempunyai empat unsur, yakni persiapan (preparation), penyampaian (presentation), pelatihan (Practice), penampilan hasil (performance). a. Persiapan (Preparation) Tahap persiapan berkaitan dengan mempersiapkan peserta belajar untuk belajar. Persiapan pembelajaran itu seperti mempersiapkan tanah untuk ditanami benih. Jika dilakukan dengan benar, niscaya menciptakan kondisi yang baik untuk pertumbuhan yang sehat. b. Penyampaian (Presentation) Tahap penyampaian dalam siklus pembelajaran dimaksudkan untuk memepertemukan peserta belajar dengan materi belajar yang mengawali proses belajar secara positif dan menarik. Belajar adalah menciptakan pengetahuan, bukan menelan informasi, maka presentasi dilakukan semata-mata untuk mengawali proses belajar dan bukan untuk dijadikan fokus utama. c. Latihan (Practice) Tahap latihan ini dalam siklus pembelajaran berpengarruh terhadap 70% atau lebih pengalaman



belajar



keseluruhan.



Dalam



tahap  inilah  pembelajaran  yang  sebenarnya  berlangsung. Bagaimanapun, apa yang dipikirkan dan dikatakan serta dilakukan pembelajaran yang menciptakan pembelajaran dan bukan apa yang dipikirkan, dikatakan, dan dilakukan oleh instruktur atau pendidik. d. Penampilan Hasil (Performance) Belajar  adalah  proses  mengubah  pengalaman  menjadi pengetahuan,  pengetahuan  menjadi  pemahaman,  pemahaman menjadi kearifan dan kearifan menjadi tindakan.  Tujuan tahap penampilan hasil ini adalah untuk memastikan bahwa pembelajaran tetap melekat dan berhasil diterapkan. Setelah mengalami tiga tahap pertama dalam



siklus



pembelajaran,



kita



perlu



memastikan  bahwa  orang  melaksanakan  pengetahuan  dan keterampilan baru mereka pada pekerjaan mereka, nilai-nilai nyata bagi diri mereka sendiri, organisasi dan klien organisasi.



2.1.6  Hasil Belajar dari Pembelajaran



Secara  keseluruhan  pemahaman  terhadap  konsep  dasar



pembelajaran



tidak



akan



sempurna jika berhenti pada definisi atau proses. Maka penulis merasa perlu untuk menguraikan apa yang dihasilkan dari suatu proses pembelajaran. Berikut uraian dari kaitan antara hasil pembelajaran yang sangat diharapkan sekali oleh semua masyarakat belajar khususnya peserta didik. a. Hasil Belajar Bloom (1956) mengemukakan tiga ranah hasil belajar yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Untuk aspek kognitif, Blomm menyebutkan 6 tingkatan yaitu : 1) Pengetahuan; 2) Pemahaman; 3) Pengertian; 4) Aplikasi; 5) Analisa; 6) Sintesa, dan 7) Evaluasi”. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya proses belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku secara keseluruhan baik yang menyangkut segi kognetif, afektif maupun



psikomotor.



Proses



perubahan



dapat



terjadi



sederhana  sampai  pada  yang  paling  kompleks  yang  bersifat



dari



pemecahan



yang masalah,



paling dan



pentingnya peranan kepribadian dalam proses serta hasil belajar. b. Motivasi Menuju Hasil Proses Pembelajaran Pengaruh motivasi di sini adalah motivasi baik intern maupun ekstern terhadap hasil belajar yang dimaksud yaitu hasil belajar bahasa Inggris. Menurut Hilgard, motif merupakan tenaga penggerak yang mempengaruhi kesiapan untuk memulai melakukan rangkaian kegiatan dalam suatu prilaku. Menurut jenisnya, motif dibedakan menjadi motif primer dan sekunder, yang dikutif oleh Syamsudin (1990), yang dikutif oleh Subhana, membedakan motif sebagai berikut: 1) Motif primer (primary motive) atau motif dasar (basic motive) menunjukan kepada motif yang tidak dipelajari (unlearned motive) yang sering juga digunakan istilah dorongan (drive).



2) Motif skunder (secondary motives) menunjukan kepada motif yang berkembang dalam diri individu karena pengalaman, dan dipelajari (conditioning and reinforcement). Kedalam golongan ini termasuk: o Takut yang dipelajari (learning fears). o Motif-motif sosial (ingin diterima, dihargai, conformitas, afiliasi,persetujuan, status, merasa aman, dan sebagainya ). o Motif-motif objektif dan interest (eksplorasi, manipulasi, minat). o Maksud (purposes) dan aspirasi. o Motif berprestasi (achievement motive). A. PENGERTIAN EVALUASI HASIL BELAJAR dan PEMBELAJARAN Evaluasi hasil belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melaului interaksi dengan lingkungan. chaplin membatasi belajar dengan dua rumusan ,rumusan pertama berbunyi belajar adalah perubahan perolehan tingkah laku yang relative menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman .adapun rumusan keduanya adalah proses memperoleh respon-respon sebagai akibat adanya latihan khusus. oleh karena belajar adalah merupakan suatu proses maka sudah barang tentu ada yang di proses dan hasil dari pemprosesan untuk mengetahui hal itu maka kita perlu adanya evaluasi hasil belajar adapun Evaluasi secara etimologi berasal dari bahasa ingris yaitu evaluation yang artinya penilaian .sedangkan secara istilah menurut Edwind Dan Geralde Evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu Menurut muhibbin syah Evaluasi adalah penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah di tetapkan dalam sebuah program. . adapun hasil menurut tim media dalam kamus lengkap bahasa indonesia adalah sesuatu yang didapat dari jerih payah. Jadi hasil belajar adalah merupakan kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar Sedangkan menurut A.J. Romozouskijadi hasil belajar merupakan keluaran (outputs) dari suatu sistem pemrosesan masukan ( input).  Masukan dari sistem tersebut berupa bermacam-macam informasi sedangkan



keluarannya



adalah



merupakan



perbuatan



atau



kinerja



(performance).



Menurut Juliah hasil belajar adalah segala sesuatu yang menjadi milik siswa sebagai akibat dari kegiatan belajar yang dilakukannya. Sedangkan menurut  Hamalik hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian dan sikap-sikap serta apresepsi dan abilitas, Sehingga dengan pendapar tersebut dapat dikatakan hasil belajar  adalah perubahan tingkah laku siswa secara nyata setelah dilakukan peroses belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan pengajaran.



Benjamin S.Bloon berpandapat bahwa hasil belajar dapat di kelompokan kedalam dua macam yaitu pengetahuan dan ketrampilan . 1. Pengetahuan tentang fakta 2. Pengetahuan tentang prosedural 3. Pengetahuan tentang konsep 4. Pengetahuan tentang prinsip Ketrampilan  juga terdiri dari empat kategori , yaitu: 1. Ketrampilan untuk  berfikir  atau  ketrampilan kognitif 2. Ketrampilan untuk bertindak atau ketrampilan motorik 3. Ketrampilan bereaksi atau bersikap 4. Ketrampilan berinteraksi Dari beberapa pendapat diatas dapat penulis simpulkan bahwa hasil belajar adalah merupakan pencapaian bentuk perubahan prilaku yang cenderung menetap baik di lihat dari unsur segi koknotif, efektif, dan psikomotorik dari proses belajar yang di lakukan dalam waktu tertentu, yang dihasilkan dari usaha yang dilakukan dengan cara latihan dan pengalaman belajar. Untuk memperoleh hasil belajar, diperlukan penilaian atau di lakukan evaluasi pada siswa atau terdidik yang merupakn tindak lanjut atau cara yang dilakukan untuk mengukur tingkat penguasaan siswa atau terdidik dalam proses pembelajaran yang telah di lakukannya, sehingga dengan evaluasi pendidik juga dapat dapat mengukur tentang perubahan tingkah laku siswa secara nyata setelah dilakukan peroses belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan pengajaran. Jadi penilaian atau evaluasi hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil -hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu.   B. JENIS-JENIS TES HASIL BELAJAR 



Tes lisan dilakukan dalam komunikasi langsung antara siswa yang di tea (testi) dengan guru yang mengetes  (tester). Tes lisan ingin digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar berupa kemampuan untuk mengemukakan pendapat atau gagasan secara lisan.







Tes tindakan adalah tes  yang persoalanya disajikan dalam bentuk tugas yang harus dikerjakan oleh testi yang dimaksudkan untuk mengukur ketrampilan siswa dalam melakukan suatu kegiatan dalam dalam tes ini ada dua unsur  sebagai bahan penilaian yaitu, (a)pengukuran proses merujuk kepada pengukuran ketrampilan kemahiran testi dalam melakukan suatu kegiatan  (b) pengukuran produk yang merujuk pada kualitas kegiatan.







Tes objektif, adalah tes yang meminta siswa untuk memilh salah satu jawaban yang paling benar,atau mengisi jawaban secara singkat. Jenis-jenis tes objektif







Tes benar salah







Tes pilihan ganda







Tes menjodohkan C. TUJUAN MANFAAT PEMBELAJARAN Tujuan dari pembelajaran ini , yakni : 1)      Tercapainya perubahan perilaku atau kompetensi pada siswa mengikuti kegiatan



pembelajaran. 2)      Suatu pernyataan yang spesifik yang dinyatakan dalam perilaku atau penampilan yang diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk menggambarkan hasil belajar yang diharapkan. 3)      Suatu diskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan tercapai oleh siswa setelah berlangsung pembelajaran. Manfaat pembelajaran, yakni 1)      Memudahkan dalam mengkomunikasikan maksud kegiatan belajar mengajar kepada siswa. 2)      Memudahkan guru memilih dan menyusun bahan ajar 3)      Membantu memudahkan guru menentukan kegiatan belajar dan media pembelajaran 4)      Memudakan guru mengadakan penilaian . D. PRINSIP-PRINSIP DASAR EVALUASI PEMBELAJARAN 



 Evaluasi bertujuan membantu pemerintah dalam mencapai tujuan pembelajaran bagi masyarakat.







 Evaluasi adalah seni,tidak ada evaluasi yang sempurna, meski dilakukan dengan metode yang berbeda.







Pelaku evaluasi atau evaluator tidak memberikan jawaban atas suatu pertanyaan tertentu. Evaluator tidak berwenang untuk memberikan rekomendasi terhadap keberlangsungan sebuah progam . Evaluator hanya membantu memberikan alternatif.







Penilian evaluasi adalah tanggung jawab tim bukan perorangan.







Evaluator tidak terikat pada satu sekolah demikian pula sebaliknya.







Evaluasi adalah proses,jika diperlukan revisi maka lakukanlah revisi.







Evaluasi memerlukan data yang akurat dan cukup, hingga perlu pengalaman untuk pendalaman metode penggalian informasi.







Evaluasi akan mantap apabila dilakukan dengan instrumen dan teknik yang aplicable.







Evaluator hendaknya mampu membedakan yang dimaksud dengan evaluasi formatif, evaluasi sumatif dan evaluasi progam.







Evaluasi memberikan gambaran deskriptif yang jelas mengenai hubungan sebab akibat , bukan terpaku pada angka soalan tes. Powered by wordads.co Seen ad many times Not relevant Offensive Covers content Broken REPORT THIS AD Selain itu prinsip-prinsip dasar evaluasi yakni:



1. Prinsip keseluruhan Evaluasi hasil belajar dapat dikatakan terlaksana dengan baik apabila evaluasi tersebut dilaksanakan secara utuh. 1. Prinsip kesinambungan Evaluasi hasil belajar yang baik adalah evaluasi hasil belajar yang dilaksanakan secara teratur dan sambung menyambung dari waktu kewaktu. 1. Evaluasi objektifitas Evaluasi hasil belajar dapat dinyatakan sebagai evaluasi yang baik apabila dapat terlepas dari faktor-faktor yang sifatnya objektif.



A. Pengertian Evaluasi Istilah evaluasi pembelajaran sering disamaartikan dengan ujian. Meskipun saling berkaitan, akan tetapi tidak mencakup keseluruhan 2 EVALUASI PEMBELAJARAN



makna yang sebenarnya. Ujian ulangan harian yang dilakukan guru di kelas atau bahkan ujian akhir sekolah sekalipun, belum dapat menggambarkan esensi evaluasi pembelajaran, terutama bila dikaitkan dengan penerapan kurikulum 2013. Sebab, evaluasi pembelajaran pada dasarnya bukan hanya menilai hasil belajar, tetapi juga proses-proses yang dilalui pendidik dan peserta didik dalam keseluruhan proses pembelajaran. Istilah tes, pengukuran (measurement), penilaian (assesment) dan evaluasi sering disalahartikan dan disalahgunakan dalam praktik evaluasi. Secara konsepsional istilah-istilah tersebut sebenarnya berbeda satu sama lain, meskipun mempunyai keterkaitan yang sangat erat. Tes adalah pemberian suatu tugas atau rangkaian tugas dalam bentuk soal atau perintah/suruhan lain yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Hasil pelaksanaan tugas tersebut digunakan untuk menarik kesimpulan-kesimpulan tertentu terhadap peserta didik. Pengukuran (measurement) adalah suatu proses untuk menentukan kuantitas daripada sesuatu. Sesuatu itu bisa berarti peserta didik, starategi pembelajaran, sarana prasana sekolah dan sebagainya. Untuk melakukan pengukuran tentu dibutuhkan alat ukur. Dalam bidang pendidikan, psikologi, maupun variabel-variabel sosial lainnya, kegiatan pengukuran biasanya menggunakan tes sebagai alat ukur. Sedangkan penilaian (assesment) adalah suatu proses atau kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan untuk mengumpulkan informasi tentang proses dan hasil belajar peserta didik dalam rangka membuat keputusan-keputusan berdasarkan kriteria dan pertimbangan tertentu (Arifin, 2013:4). Jika dilihat dalam konteks yang lebih luas, keputusan



tersebut dapat menyangkut keputusan tentang peserta didik (seperti nilai yang akan diberikan), keputusan tentang kurikulum dan program atau juga keputusan tentang kebijakan pendidikan. Selanjutnya, istilah evaluasi telah diartikan para ahli dengan cara berbeda meskipun maknanya relatif sama. Guba dan Lincoln (1985:35), misalnya, mengemukakan definisi evaluasi sebagai “a process for describing an evaluand and judging its merit and worth”. Sedangkan Gilbert Sax (1980:18) berpendapat bahwa “evaluation is a process through which a value judgement or decision is made from a variety of observations and from the background and training of the evaluator”. 3 EVALUASI PEMBELAJARAN Dalam buku Measurement and Evaluation in Education and Psychology ditulis William A. Mohrens (1984:10) istilah tes, measurement, evaluation dan assesment dijelaskan sebagai berikut: 1. Tes, adalah istilah yang paling sempit pengertiannya dari keempat istilah lainnya, yaitu membuat dan mengajukan sejumlah pertanyaan yang harus dijawab. Sebagai hasil jawabannya diperoleh sebuah ukuran (nilai angka) dari seseorang. 2. Measurement, pengertiannya menjadi lebih luas, yakni dengan menggunakan observasi skala rating atau alat lain yang membuat kita dapat memperoleh informasi dalam bentuk kuantitas. Juga berarti pengukuran dengan berdasarkan pada skor yang diperoleh. 3. Evaluasi, adalah proses penggambaran dan penyempurnaan informasi yang berguna untuk menetapkan alternatif. Evaluasi bisa mencakup



arti tes dan measurement dan bisa juga berarti di luar keduanya. Hasil Evaluasi bisa memberi keputusan yang professional. Seseorang dapat mengevaluasi baik dengan data kuantitatif maupun kualitatif. 4. Assesment, bisa digunakan untuk memberikan diagnosa terhadap problema seseorang. Dalam pengertian ia adalah sinonim dengan evaluasi. Namun yang perlu ditekankan disini bahwa yang dapat dinilai atau dievaluasi adalah karakter dari seseorang, termasuk kemampuan akademik, kejujuran, kemampuan untuk mengejar dan sebagainya. Kita juga sebenarnya hampir setiap hari melakukan pengukuran, yakni membandingkan benda-benda yang ada dengan ukuran tertentu, setelah itu kita menilai, menentukan pilihan mana benda yang paling memenuhi ukuran itulah yang kita ambil. Dua langkah kegiatannya dilalui sebelum mengambil barang untuk kita, itulah yang disebut mengadakan evaluasi yakni mengukur dan menilai. Kita tidak dapat mengadakan penilaian sebelum kita mengadakan pengukuran. - Mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran. Pengukuran bersifat kuantitatif. - Menilai adalah mengambil suatu keputusan terhadap suatu dengan ukuran baik buruk. Penilaian bersifat Kualitatif. 4 EVALUASI PEMBELAJARAN - Mengadakan evaluasi meliputi kedua langkah di atas. Yakni mengukur dan menilai. (Suharsimi:2002:2-3) Sejalan dengan pengertian evaluasi yang disebutkan di atas, Arifin



(2013:5) mengemukakan bahwa pada hakikatnya evaluasi adalah suatu proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk menentukan kualitas (nilai dan arti) daripada sesuatu, berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu dalam rangka mengambil suatu keputusan. Berdasarkan pengertian tersebut, Arifin selanjutnya menjelaskan beberapa hal tentang evaluasi, bahwa: 1. Evaluasi adalah suatu proses bukan suatu hasil (produk). Hasil yang diperoleh dari kegiatan evaluasi adalah gambaran kualitas daripada sesuatu, baik yang menyangkut tentang nilai atau arti. Sedangkan kegiatan untuk sampai kepada pemberian nilai dan arti itu adalah evaluasi. Gambaran kualitas yang dimaksud merupakan konsekuensi logis dari proses evaluasi yang dilakukan. Proses tersebut tentu dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan, dalam arti terencana, sesuai dengan prosedur dan aturan, dan terus menerus. 2. Tujuan evaluasi adalah untuk menentukan kualitas daripada sesuatu, terutama yang berkenaan dengan nilai dan arti. 3. Dalam proses evaluasi harus ada pemberian pertimbangan (judgement). Pemberian pertimbangan ini pada dasarnya merupakan konsep dasar evaluasi. Melalui pertimbangan inilah ditentukan nilai dan arti (worth and merit) dari sesuatu yang sedang dievaluasi. Tanpa pemberian pertimbangan, suatu kegiatan bukanlah termasuk kategori kegiatan evaluasi. 4. Pemberian pertimbangan tentang nilai dan arti haruslah berdasarkan kriteria tertentu. Tanpa kriteria yang jelas, pertimbangan nilai dan arti yang diberikan bukanlah suatu proses yang dapat diklasifikasikan



sebagai evaluasi. Kriteria ini penting dibuat oleh evaluator dengan pertimbangan (a) hasil evaluasi dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah (b) evaluator lebih percaya diri (c) menghindari adanya unsur subjektifitas (d) memungkinkan hasil evaluasi akan sama sekalipun dilakukan pada waktu dan orang yang berbeda, dan (e) memberikan kemudahan bagi evaluator dalam melakukan penafsiran hasil evaluasi. 5 EVALUASI PEMBELAJARAN Secara skematis hubungan tes, pengukuran (measurement), penilaian (assesment) dan evaluasi dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 1. Hubungan Tes, Pengukuran, Penilaiandan dan Evaluasi B. Proses Evaluasi Dalam Pendidikan Apabila sekolah diumpamakan sebagai tempat untuk proses produksi, dan calon peserta didik diumpamakan sebagai bahan mentah, maka lulusan dari sekolah itu hampir sama dengan pruduk hasil olahan yang sudah siap digunakan disebut juga dengan ungkapan transformasi. Jika digambarkan dalam bentuk diagram akan terlihat transformasi sebagai berikut : Gambar 2. Diagram Transformasi Input Transformasi Output Umpan Balik (feed back) 6 EVALUASI PEMBELAJARAN



- Input : adalah bahan mentah yang dimasukkan kedalam transformasi. Dalam dunia sekolah maka yang dimaksud dengan bahan mentah adalah calon peserta didik yang baru akan memasuki sekolah. Sebelum memasuki sesuatu tingkat sekolah (institusi) calon peserta didik itu dinilai dahulu kemampuannya. Dengan penelitian itu diketahui apakah kelak akan mampu mengikuti pelajaran dan melaksanakan tugas-tugas yang akan diberikan kepadanya. - Ouput: Adalah bahan jadi yang dihasilkan oleh transformasi. Yang dimaksud dalam pembicaraan ini adalah peserta didik lulusan sekolah yang bersangkutan untuk dapat menentukan apakah peserta didik berhak lulus atau tidak, perlu diadakan kegiatan penilian. - Transformasi: adalah mesin yang bertugas mengubah bahan mentah menjadi bahan jadi. Dalam dunia sekolah, sekolah itulah yang dimaksud dengan transformasi. Sekolah itu sendiri terdiri dari beberapa mesin yang menyebabkan berhasil atau gagalnya sebagai tranformasi. Bahan jadi yang diharapkan dalam hal ini peserta didik lulusan sekolah ditentukan oleh beberapa faktor sebagai akibat pekerjaannya unsur-unsur yang ada. Unsur-unsur transformasi sekolah tersebut antara lain: a. Guru dan personal lainya. b. Metode mengajar dan sistem evaluasi. c. Sarana penunjang. d. Sistem administrasi. - Umpan Balik (feed back): adalah segala informasi baik yang menyangkut output maupun transformasi. Umpan balik ini diperlukan sekali untuk memperbaiki input maupun



transformasi. Lulusan yang kurang bermutu atau yang tidak siap pakai yang belum memenuhi harapan, akan menggugah semua pihak untuk mengambil tindakan yang berhubungan dengan penyebab kurang bermutunya lulusan. Penyebab-penyebab tersebut antara lain: a. Input yang kurang baik kualitasnya. b. Guru dan personal yang kurang tepat (kualitas). c. Materi yang tidak atau kurang cocok. 7 EVALUASI PEMBELAJARAN d. Metode mengajar dan system evaluasi yang kurang memadai standarnya. e. Kurang sarana penunjang. f. Sistem administrasi yang kurang tepat. Dari itu maka jelas penilaian bahwa di sekolah meliputi banyak segi: calon peserta didik, guru, metode, lulusan dan proses pendidikan secara menyeluruh turut menentukan peranan. C. Ciri-ciri Evaluasi dalam Pendidikan Ada lima ciri evaluasi dalam pendidikan sebagaimana diungkapkan Suharsimi (2002:11), yaitu: Ciri pertama, penilaian dilakukan secara tidak langsung. Sebagai contoh mengetahui tingkat inteligen seorang anak, akan mengukur kepandaian melalui ukuran kemampuan menyelesaikan soal-soal. Dengan acuan bahwa tanda-tanda anak yang inteligen adalah anak yang mempunyai:



a. Kemampuan untuk bekerja dengan bilangan. b. Kemampuan untuk menggunakan bahasa yang baik. c. Kemampuan untuk menanggap sesuatu yang baru (cepat mengikuti pembicaraan orang lain). d. Kemampuan untuk mengingat-ingat. e. Kemampuan untuk memahami hubungan (termasuk menangkap kelucuan). f. Kemampuan untuk berfantasi. Selanjutnya, tingkat inteligensi dibandingkan dengan jumlah umat manusia digambarkan sebagai berikut: - 1 % luar biasa, mempunyai IQ antara 30 sampai 70. - 5 % dungu, mempunyai IQ antara 70 sampai 80. - 14 % bodoh, mempunyai IQ antara 80 sampai 90. - 60 % normal, mempunyai IQ antara 90 sampai 110. - 14 % pandai, mempunyai IQ antara 110 sampai 120. - 5 % sangat pandai, mempunyai IQ antara 120 sampai 130. - 1 % genius, mempunyai IQ lebih dari 130. 8 EVALUASI PEMBELAJARAN Yang dikatakan 1 % luar biasa masih terbagi lagi atas : - Idiot yang mempunyai IQ antar 0 sampai 25. - Imbesil yang mempunyai IQ antara 26 sampai 50 - Debil yang mempunyai IQ antara 51 sampai 70. Apabila digambarkan dengan kurva, maka akan nampak lebih jelas seperti di bawah ini : Gambar 3. Distribusi Intelegence Quotient (IQ) Distribusi Intelegence Quotient (IQ) dari sekelompok besar orangorang yang diambil tanpa memilih. Dengan gambaran angka-angka Intelegence Quetient ini sampailah kita kepada: Ciri kedua dari penilaian pendidikan yaitu penggunaan ukuran



kuantitatif. Penilaian pendidikan bersifat kuantitatif artinya menggunakan symbol bilangan sebagai hasil pertama pengukuran. Setelah itu lalu diinterpretasikan ke bentuk kualitatif. Contoh : Dari hasil pengukuran, Tika mempunyai IQ 125, sedangkan IQ Tini 105. Dengan demikian maka Tika dapat digolongkan sebagai anak yang pandai, sedangkan Tini anak yang normal. Ciri ketiga dari penilaian pendidikan, yaitu bahwa penilaian pendidikan menggunakan, unit-unit untuk satuan-satuan yang tetap karena IQ 105 termasuk anak normal. Ciri kempat dari penilaian pendidikan adalah bersifat relatif artinya tidak sama atau tidak selalu tetap dari satu waktu ke waktu yang lain. Contoh: hasil ulangan yang diperoleh Mianti hari Senin adalah 80. Hasil hari Selasa 90. Tetapi hasil ulangan dari Sabtu hanya 50. Ketidak tetapan hasil penilaian ini disebabkan karena banyak faktor. Mungkin Apabila digambarkan dengan kurva, maka akan nampak lebih jelas seperti di bawah ini : Distribusi Intelegence Quotient (IQ) dari sekelompok besar orang-orang yang diambil tanpa mem 70 1 % 5 % 14% 80 90 100 110 120 130 30% 30% 14% 3% 1% 9 EVALUASI PEMBELAJARAN pada hari Sabtu Mianti sedang risau hatinya menghadapi malam Minggu



sore harinya. Ciri kelima dalam penilaian pendidikan adalah bahwa dalam penilaian pendidikan itu sering terjadi kesalahan-kesalahan. Adapun sumber kesalahan dapat ditinjau dari berbagai faktor yaitu : a. Terletak pada alat ukurnya. Alat yang digunakan untuk mengukur haruslah baik. Sebagai misal, kita akan mengukur panjang meja tetapi menggunakan pita ukuran yang terbuat dari bahan elastis, dan cara mengukurnya ditarik-tarik. Tentu saja pita ukuran itu tidak dapat kita golongkan sebagai alat ukur yang baik karena gambaran tentang panjangnya meja tidak dapat diketahui dengan pasti. Tentang bagaimana syarat-syarat alat ukur yang digunakan dalam pendidikan, akan dibicarakan dibagian lain. b. Terletak pada orang yang melakukan penilaian. Hal ini dapat berupa: 1). Kesalahan pada waktu melakukan penilaian, Karena faktor subyektif penilai telah berpengaruh pada hasil pengukuran. Tulisan jelek dan tidak jelas, mau tidak mau sering mempengaruhisubyektifitas penilai, jika pada waktu mengerjakan koreksi, penilai itu sendiri sedang risau. Itulah sebabnya pendidik harus sejauh mungkin dari hal itu. 2). Kecenderungan dari penilai untuk memberikan nilai secara “murah” atau “mahal”. Ada guru yang memberi nilai 2 (dua) untuk peserta didik yang menjawab salah dengan alasan untuk upah menulis. Tetapi ada yang memberikan (nol) untuk jawaban yang serupa.



3). Adanya “hallo-effect”, yakni adanya kesan menilai terhadap peserta didik. Kesan-kesan itu dapat berasal dari guru yang lain maupun dari guru itu sendiri pada kesempatan memegang mata pelajaran itu. 4). Adanya pengaruh hasil yang telah diperoleh terdahulu. Seorang peserta didik pada ulangan pertama mendapat angka 10 sebanyak 12 kali. Untuk ulangan yang ketiga belas dan seterusnya, guru 10 EVALUASI PEMBELAJARAN sudah terpengaruh ingin memberi angka lebih banyak dari sebenarnya pada waktu ulangan tersebut, ia sedang mengalami nasib sial, yakni salah mengerjakan. 5). Kesalahan yang disebabkan oleh kekeliruan menjumlah angkaangka hasil penilaian. c. Terletak pada anak yang dinilai. 1). Siswa adalah manusia yang berperasaan dan bersuasana hati. Suasana hati seseorang akan berpengaruh terhadap hasil penilain. Misalnya suasana hati yang kalut, sedih atau tertekan memberikan hasil kurang memuaskan. Sedang suasana hati gembira dan cerah, akan memberi hasil yang baik. 2). Keadaan fisik ketika peserta didik sedang dinilai. Kepala pusing, perut mulas dan pipi sedang bengkak karena sakit gigi, tentu saja akanmempengaruhi cara peserta didik memecahkan persoalan. Pikiran sangat sukar untuk konsentrasi. 3). Nasib peserta didik kadang-kadang mempunyai peranan terhadap hasil penilaian. Tanpa adanya sesuatu sebab fisik maupun psikis,



adakalanya seperti ada “gangguan” terhadap kelancaran mengerjakan soal-soal. d. Terletak pada situasi dimana penilaian berlangsung. 1). Suasana yang gaduh, baik di dalam maupun di luar ruangan, akan mengganggu konsentrasi peserta didik. Demikian pula tingkah laku kawan-kawannya yang sedang mengerjakan soal, apakah mereka bekerja dengan cukup serius atau nampak seperti mainmain, akan mempengaruhi diri peserta didik dalam mengerjakan soal. 2). Pengawasan terhadap penilaian, tidak menjadi rahasia lagi bahwa pengawasan yang terlalu ketat tidak akan disenangi oleh peserta didik yang suka melihat ke kanan dan ke kiri. Namun adakalanya, ke-adaan sebaliknya, yaitu pengawasan yang longgar justru membuat kesal bagi peserta didik yang mau disiplin dan percaya diri sendiri.