Konsep Evaluasi Dalam Islam (Nurhasanah) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Makalah Pengembangan Evaluasi Pembelajaran PAI



KONSEP EVALUASI DALAM ISLAM Oleh : NURHASANAH



NIM 0331183046



Semester II/ PAI Reguler Dosen Pengampuh : Dr. Rusydi Ananda, M. Pd/ Dr. Nurmawati, MA



PROGRAM MAGISTER (S2) PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA MEDAN 2019



KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga penulis dapat merampungkan



penyusunan



makalah



Pengembangan



Evaluasi



Pembelajaran PAI yang berjudul “Konsep Evaluasi dalam Islam”. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Evaluasi Pembelajaran PAI yang telah diberikan oleh dosen pengampuh. Namun, penulis menyadari bahwa makalah ini masih ada hal-hal yang belum sempurna dan luput dari perhatian. Baik itu dari bahasa yang digunakan maupun dari teknik penyajiannya. Oleh karena itu, dengan segala kekurangan dan kerendahan hati, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca sekalian demi perbaikan makalah ini kedepannya. Akhirnya, besar harapan penulis agar kehadiran makalah Pengembangan Evaluasi Pembelajaran PAI ini dapat memberikan manfaat yang berarti untuk para pembaca. dan yang terpenting adalah semoga dapat turut serta memajukan ilmu pengetahuan. Semoga makalah dapat memberikan informasi dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.



Pemakalah



12 Maret 2019



i



DAFTAR ISI



DAFTAR ISI Kata Pengantar .................................................................................................... i Daftar Isi............................................................................................................. ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang..........................................................................................1 B. Rumusan Masalah ....................................................................................2 C. Tujuan Penulisan ......................................................................................2 BAB II PEMBAHASAN A. Evaluasi dalam Alquran............................................................................3 B. Pengertian Evaluasi dalam Perspektif Pendidikan Islam ........................11 C. Tujuan Evaluasi Pendidikan ....................................................................12 D. Prinsip-Prinsip Evaluasi Dalam Pendidikan Islam ..................................12 E. Fungsi Evaluasi Pendidikan Islam ...........................................................16 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan ..............................................................................................18 B. Saran ........................................................................................................18 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................20



ii



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Dalam Alquran banyak ayat yang berkaitan dengan evaluasi terhadap manusia dengan berbagai tujuan, ini mengindikasikan bahwa evaluasi yang dilakukan Allah terhadap manusia merupakan bagian yang penting untuk dicermati oleh manusia itu sendiri supaya apapun yang dilakukan manusia pasti Allah akan mengevaluasinya. Untuk mengetahui ketercapaian suatu tujuan kegiatan yaitu evaluasi. Dengan evaluasi, maka suatu kegiatan dapat diketahui atau ditentukan tarap kemajuannya. Berhasil atau tidaknya pendidikan Islam dalam mencapai tujuannya dapat dilihat setelah dilakukan evaluasi terhadap output yang dihasilkannya. untuk mengetahui pencapaian tujuan pembelajaran atau kompetensi yang diharapkan oleh peserta didik diperoleh melalui evaluasi. Dengan kata lain penilaian atau evaluasi digunakan sebagai alat untuk menentukan suatu tujuan pendidikan dicapai atau tidak. Atau untuk melihat sejauhmana hasil belajar siswa sudah mencapai tujuannya. Dunia pendidikan di Indonesia pada masa sekarang ini berkembang cukup pesat. Tak terkecuali pendidikan Islam yang semakin lama terus berkembang. Dalam pelaksanaannya, pendidikan Islam sama dengan pendidikan umum. Dalam pendidkan Islam pun ada evaluasi yang merupakan sebuah kegiatan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan peserta didik dalam menguasai materi yang telah disampaikan oleh pendidik, sampai sejauh mana keberhasilan pendidik dalam menyampaikan materi sehingga dapat dengan mudah dipahami oleh peserta didik, sejauh mana kuri-kulum yang diterapkan telah dikatakan berhasil dalam proses pendidikan Islam tersebut. Dalam pendidikan Islam evaluasi merupakan salah satu komponen dari sistem pendidikan Islam yang harus dilakukan secara sistematis dan terencana sebagai alat untuk mengukur keberhasilan atau target yang akan dicapai dalam proses pendidikan Islam dan proses pembelajaran.



1



Istilah evaluasi sepanjang ditelusuri pada Alquran terdapat beberapa istilah yang mengarah pada makna evaluasi, istilah tersebut adalah Al-hisab, al-bala, al-hukm, al-qada, an-nazar, mumtahanah, fatanna, dan wazan. Dan dari penelusuran terhadap istilah yang mengarah kepada evaluasi dalam Alquran, maka terdapat empat istilah yang lebih dekat dengan evaluasi yaitu al-hisab, al-bala, mumtahanah, fatanna, dan wazan, secara lebih lengkap akan dijelaskan dalam paparan isi makalah ini. Dalam makalah ini akan penulis sajikan hal-hal yang menyangkut evaluasi pendidikan Islam, dari mulai pengertian, berbagai pendekatan kata evaluasi dalam Alquran, serta tujuan, prinsip, fungsi dan perannya.



B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana istilah evaluasi dalam Alquran? 2. Apa pengertian evaluasi dalam perspektif pendidikan Islam? 3. Apa tujuan evaluasi pendidikan Islam? 4.



Bagaimana prinsip-prinsip evaluasi dalam pendidikan Islam?



5. Apa fungsi evaluasi pendidikan Islam?



C. Tujuan Penulisan Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan makalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui istilah evaluasi dalam Alquran? 2. Untuk mengetahui pengertian evaluasi dalam perspektif pendidikan Islam? 3. Untuk mengetahui evaluasi pendidikan Islam? 4.



Untuk mengetahui prinsip-prinsip evaluasi dalam pendidikan Islam?



5. Untuk mengetahui fungsi evaluasi pendidikan Islam?



2



BAB II PEMBAHASAN



A. Evaluasi dalam Alquran Istilah evaluasi sepanjang ditelusuri pada Alquran terdapat beberapa istilah yang mengarah pada makna evaluasi, istilah tersebut adalah Alhisab, al-bala, al-hukm, al-qada, an-nazar, mumtahanah, fatanna, dan wazan. Dan dari penelusuran terhadap istilah yang mengarah kepada evaluasi dalam Alquran, maka terdapat lima istilah yang lebih dekat dengan evaluasi yaitu al-hisab, al-bala, mumtahanah, fatanna, dan wazan.



1. Al- Hisab Memiliki makna mengira, menafsirkan menghitung, dan menganggap, misalnya dalam Al-Quran :



                                “Dan jika kamu melahirkan apa yang ada dihatimu atau kamu menyembunyikannya, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatan itu. Maka Allah akan mengampuni bagi siapa yang dikehendaki” (Q.S Al-Baqarah : 284) Allah melakukan evaluasi terhadap kesungguhan dan kesabaran manusia,































  



3



“Mereka itulah orang-orngg yang mendapat bahagian dari apa yang mereka usahakan; dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya” (Q.S AlBaqarah : 202)



Menurut Al-Maraghi maksud ayat tersebut adalah, mereka adalah orang-orang yang menghendaki kebahagiaan di dunia dan akhirat. Allah menganugerahkan mereka apa yang mereka minta melalui usaha mereka. Sebab mereka meminta kebahagiaan dunia dan meniti sebab musabbab sebagaimana mereka menghendaki kebahagiaan akhirat, mereka sungguhsungguh berusaha untuk mendapatkannya. Oleh karena itulah mereka memperoleh dari hasil usahanya.1



   







     







 



 







      “Kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir, dan mereka memandang hina orang-orang yang beriman. Padahal orangorang yang bertakwa itu lebih mulia daripada mereka di hari kiamat. Dan Allah memberi rezki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas” (Q.S Al-Baqarah : 212) Dalam tafsir Al-Misbah dijelaskan bahwa makna ‫ حسا ب‬dapat berarti perhitungan, pertanggung jawaban, batas atau dugaan. Sehingga ayat tersebut dapat berarti Allah memberi rezki kepada siapa saja yang



1



Tafsir Al-Maraghi, Terj. Anwar Rasyidi dkk (Semarang : Tohaputra, 1989) Juz. 2, hlm.



197



4



dikehendakinya tanpa memperhitungkan pemberian itu karna Dia Maha Kaya.2 Selanjutnya pada Alquran Surah Al-Insyiqaq ayat 7-11,



                           “7. Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, 8. Maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah, 9. Dan dia akan kembali kepada kaumnya (yang sama-sama beriman) dengan gembira, 10. Adapun orang yang diberikan kitabnya dari belakang, 11. Maka dia akan berteriak : celakalah”( QS. Al-Insyiqoq: 7-11) Kata ‫ حسا ب‬dipahami dengan pemeriksaan. Ayat tersebut mengingatkan kepada manusia bahwa siapa yang giat bekerja menuju Tuhannya dengan penuh kesungguhan, akan menerima balasan perbuatannya.3



2. Al- Bala Al-bala disebutkan dalam Alquran sebanyak 3 kali dalam bentuk fiil madhi, 23 kali dalam bentuk fiil mudhari’, dan 2 kali dalam bentuk isim fa’il dan dalam bentuk isim masdar sebanyak 6 kali. Kata tersebut memiliki makna cobaan.4



                      2



Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Volume 1, (Jakarta: Lentera Hati cet. VI, 2011),



hlm. 548 3



Ibid, hlm. 164 Nurmawati, Evaluasi Pendidikan Islam, (Bandung: Citapustaka Media, 2016), hlm. 9



4



5



                    “Berkatalah Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al Kitab: "Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip". Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: "Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia" (QS. An-Naml:40) Arti kata



‫ ليبلو ني‬adalah untuk memperlakukan aku sebagai orang yang



diuji, Ayat tersebut menjelaskan tentang siapa sebenarnya yang mempunyai ilmu dari Al-kitab. Dari kutipan tersebut menunjukkan bahwa nikmat itu ada nikmat kekuatan jasmaniyah, kekuatan ruhaniah dan kekuatan aqliyah, semuanya dari Allah, dengan kekuatan yang dimiliki seseoranng Allah hendak menguji dan mengevaluasi hambanya apakah bersyukur dengan nikmat itu, jika bersyukur maka iia selamat, jika tidak maka ia akan tersesat.5 Selanjutnya pada ayat berikut :



























 















  “Tiap-tiap yang berjiwa pasti akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-



5



Ibid, hlm. 12



6



benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” (Q.S AlAnbiya : 35) Kata ‫ نبلو كم‬berarti Kami akan menguji kamu, kata tersebut dikaitkan dengan kebaikan dan keburukan, Allah menguji manusia dengan kabaikan dan keburukan sebagai cobaan, mengisyaratkan bahwa hidup manusia tidak pernah luput dari ujian karena hidup hanya berkisar pada baik dan buruk.6



3. Mumtahanah Istilah mumtahanah disebutkan dalam Al-quran sebanyak 2 kali, yaitu dalam Quran surah Al-hujurat dan Quran surah Al-Mumtahanah.



                   “Sesungguhnya orang-orang yang merendahkan suaranya di sisi



Rasullullah, mereka itulah orang-orang yang telah diuji hati mereka oleh Allah untuk bertakwa. Bagi mereka pahala yang besar” (QS Al-hujurat : 3) kata ‫ امتحن‬digunakan antara lain dalam arti membersihkan atau menguji.



                                         6



Quraish Shihab, Tafsir...hlm. 53



7



                        “Hai orang-orang yang beriman, apabila datang berhijrah kepadamu perempuan-perempuan yang beriman, maka hendaklah kamu uji (keimanan) mereka. Allah lebih mengetahui tentang keimanan mereka; maka jika kamu telah mengetahui bahwa mereka (benar-benar) beriman maka janganlah kamu kembalikan mereka kepada (suami-suami mereka) orang-orang kafir. Mereka tiada halal bagi orang-orang kafir itu dan orang-orang kafir itu tiada halal pula bagi mereka. Dan berikanlah kepada (suami suami) mereka, mahar yang telah mereka bayar. Dan tiada dosa atasmu mengawini mereka apabila kamu bayar kepada mereka maharnya. Dan janganlah kamu tetap berpegang pada tali (perkawinan) dengan perempuan-perempuan kafir; dan hendaklah kamu minta mahar yang telah kamu bayar; dan hendaklah mereka meminta mahar yang telah mereka bayar. Demikianlah hukum Allah yang ditetapkan-Nya di antara kamu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” Kata ‫ فا متحينو ا هن‬ini berarti ujilah. Selanjutnya kata ‫ ممتحنه‬berarti ujian.



4. Fatanna Fatanna disebutkan dalam Alquran sebanyak 12 kali dalam bentuk fiil madhi dan 11 kali dalam bentuk fiil mudhari. Kata tersebut memiliki makna ujian.7



                 7



Nurmawati, Evaluasi ...hlm. 22



8



“Dan demikianlah telah Kami uji sebahagian mereka (orang-orang kaya) dengan sebahagian mereka (orang-orang miskin), supaya (orang-orang yang kaya itu) berkata: “Orang-orang semacam inikah di antara kita yang diberi anugerah Allah kepada mereka?” (Allah berfirman): “Tidakkah Allah lebih mengetahui tentang orang-orang yang bersyukur (kepada-Nya)?”(QS. Al-An’am : 53) Kata ‫ فتنا‬berarti kami uji, shihab menjelaskan bahwa ayat tersebut menjelaskan bahwa Kami menguji ummat manusia dengan kehadiranmu, wahai Muhammad atau sebagaimana ummat-ummat yang lalu telah Kami uji, demikian juga telah Kami uji sebagian mereka, yakni orang-orang yang kaya atau berkuasa, sehat, dan semacamnya, dengan sebagian mereka yang lain, yakni orang-orang yang miskin, lemah dan cacat dan semacamnya.8 Selanjutnya pada ayat berikut:



     











  “Allah berfirman : “Maka sesungguhnya kami telah menguji kamummu sesudah kamu tinggalkan, dan mereka telah disesatkan oleh Samiri” (QS. Thaha : 85) Kata ‫ فتا‬berarti kami uji, menurut Shihab penggunaan bentuk jamak yang menunjukkan kepada Allah pada ayat tersebut mengisyaratkan adanya keterlibatan selain Allah dalam ujian tersebut. Selanjutnya istilah fatanna, terdapat dalam ayat berikut,



                    “Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia 8



Quraish Shihab, Tafsir...hlm. 24



9



untuk Kami cobai mereka dengannya. Dan karunia Tuhan kamu adalah lebih baik dan lebih kekal” (QS. Thaha : 131) Kata ‫ لنفتنهم‬berarti Kami uji mereka, ayat tersebut menjelaskan bahwa ummat Muhammad diingatkan melalului Rasul agar jangan sesekali mengerahkan kedua mata dengan penuh antusias dan keinginan menggebu kepada apa yang telah diberikan kenyamanan kepada golongan-golongan tertentu dari pada pendurhaka karena itu kami berikan untuk kami iji dengannya apakah mereka mensyukuri atau tidak. Dari beberapa ayat tersebut jelaslah bahwa Allah mengevaluasi manusia.



5. Wazan



               “Mereka itu orang-orang kufur terhadapayat-ayat Tuhan mereka dan (kufur terhadap) perjumpaan dengan Dia. Maka hapuslah amalan-amalan mereka, dan Kami mengadakan suatu penilaian bagi (amalan mereka pada hari kiamat” (QS. Al-Kahfi : 105) Menurut Syihab ayat tersebut menjelaskan bahwa setiap orang akan menjumpai balasan dan ganjaran dari Allah swt, maka disebabkan kekufuran dan ketiadaan iman itu sia-sia serta binasa dan terhapus amalamal mereka (orang-orang yang mengkufuri ayat-ayat Tuhan dan perjumpaan denganNya), yang mereka duga baik dan kami tidak mengadakan bagi mereka yang telah hapus semua amal-amalnya itu pada hari kiamat suatu penimbangan yakni penilaian karena tidak ada amal mereka yang memenuhi syarat untuk ditimbang atau karena amal buruk mereka sedemikian banyaknya sehingga sudah sangat jelas ringannya timbangan amal kebaikan mereka, selanjutnya pada ayat berikut :



   



10



   



               “8.Timbangan pada hari itu ialah kebenaran (keadilan), maka barang siapa berat timbangan kebaikannya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung. 9. Dan siapa yang ringan timbangan kebaikannya, maka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, disebabkan mereka selalu mengingkari ayat-ayat Kami.” (QS. Al-A’raf :8-9) Ayat tersebut menjelaskan bahwa timbangan yang akan di gunakan di akhirat tidak sama dengan timbangan duniawi. Timbangan yang digunakan menimbang amal-amal manusia pada hari kebangkitan itu ialah kebenaran, atau yang berlaku pada hari itu tidak ada kecurangan, semuanya benar sesuai dengan kenyataan dan keadilan, tidak berlebih dan tidak berkurang sedikitpun, tidak sebagaimana di dunia.9



Dari penelusuran ayat-ayat yang berhubungan dengan evaluasi seperti alhisab, al-bala, al-hukm, al-qodo, an-nazhar, al-imtihan dan fatanna dapat dipahami bahwa Allah melakukan evaluasi terhadap manusia memiliki beberapa tujuan yaitu:10 1. Dasar Mengadakan Seleksi Evaluasi yang dilakukan Allah terhadap hambanyaada yang di dunia ada yang di akhirat, hal ini bertujuan untuk mengadakan seleksi dalam berbagai hal seperti kelompok yang taat dengan kelompok yang durhaka 2. Dasar Penempatan Evaluasi yang dilakukan Allah terhadap hambanya bertujuan untuk dasar penempatan baik di dunia maupun diakhirat. 3. Pengukur Prestasi (Keberhasilan)



9



Nurmawati, Evaluasi ...hlm. 29 Nurmawati, Evaluasi ...hlm. 29



10



11



Evaluasi yang dilakukan Allah terhadap hambanya ada yang di dunia dan ada yang di akhirat, bertujuan untuk menunjukkan kualitas kinerja manusia semasa hidup didunia



B. Pengertian Evaluasi Pendidikan Islam Evaluasi berasal dari bahasa Inggris Evaluation akar katanya Value yang berarti nilai atau harga. Nilai dalam bahasa arab disebut alQimah atau al-Taqdir. Dengan demikian evaluasi dapat diartikan sebagai penilaian dalam bidang pendidikan, atau penilaian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan. Istilah nilai pada mulanya dipopulerkan oleh filosof, dan Plato yang pertama kali mengemukakannya. Pembahasan tentang “nilai” secara khusus diperdalam dalam diskusus filsafat. Selanjutnya kata nilai menjadi populer, bahkan juga menjadi istilah yang ditemukan dalam dunia ekonomi.11 Menurut Abuddin Nata, evaluasi pendidikan Islam adalah suatu kegiatan yang berisi mengadakan pengukuran dan penilaian terhadap keber-hasilan dalam pendidikan Islam dari berbagai aspek yang berkaitan dengannya. Dengan ungkapan lain evaluasi pendidikan Islam adalah kegiatan mengukur dan menilai terhadap sesuatu yang terjadi dalam kegiatan pendidikan Islam.12 Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 ayat 21 dijelaskan bahwa evaluasi pendidikan adalah kegiatan pengendalian, penjaminan, dan penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai komponen pendidikan pada setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan sebagai bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan. Dari beberapa pendapat, dapat ditarik kesimpulan bahwa evaluasi yaitu suatu proses dan tindakan yang terencana untuk mengumpulkan informasi tentang kemajuan, pertumbuhan dan perkembangan (peserta 11



Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), hlm. 221. Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, Cet. 1, 1997), hlm. 133-134 12



12



didik) terhadap tujuan (pendidikan), sehingga dapat disusun penilaiannya yang dapat dijadikan dasar untuk membuat keputusan. Dengan demikian evaluasi bukan sekedar menilai suatu aktivitas secara spontan dan insedental, melainkan merupakan kegiatan untuk menilai sesuatu yang terencana, sistematik dan berdasarkan tujuan yang jelas.13 Jadi dengan evaluasi diperoleh informasi dan kesimpulan tentang keberhasilan suatu kegiatan, dan kemudian kita dapat menentukan alternatif dan keputusan untuk tindakan berikutnya tentunya dalam kegiatan pendidikan Islam. C. Tujuan Evaluasi Pendidikan Islam Tujuan evaluasi pendidikan Islam adalah untuk mengetahui kadar pemahaman peserta didik terhadap materi pelajaran, melatih keberanian dan mengajak peserta didik untuk mengingat kembali materi yang telah diberikan, dan mengetahui tingkat perubahan perilakunya. Selain itu, program evaluasi juga bertujuan untuk mengetahui siapa diantara peserta didik yang cerdas dan yang lemah, sehingga yang lemah diberi perhatian khusus agar ia dapat menge-jar kekurangannya. Sasaran evaluasi tidak hanya bertujuan mengevaluasi peserta didik saja, tetapi juga bertujuan untuk mengevaluasi pendidik, yaitu sejauh mana ia ber-sungguh-sungguh dalam menjalankan tugasnya untuk mencapai tujuan pendi-dikan Islam.14 D. Prinsip-Prinsip Evaluasi Pendidikan Islam Evaluasi pembelajaran.



dilaksanakan



secara



terpadu



dengan



kegiatan



evaluasi dapat dilakukan baik dalam suasana formal



maupun informal, di dalam kelas, di luar kelas, terintegrasi dalam kegiatan belajar mengajar atau dilakukan pada waktu yang khusus. Evaluasi dilaksanakan melalui berbagai cara, seperti tes tertulis, penilaian hasil



13 14



Ramayulis, Ilmu Pendidikan ...hlm. 220. Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2008),



hlm. 211



13



kerja siswa melalui kumpulan hasil kerja (karya) siswa (fortofolio), dan evaluasiunjuk kerja (perfomance) siswa.15 Pelaksanaan evaluasi agar akurat dan bermanfaat baik bagi peserta didik, pendidik ataupun pihak yang berkepentingan, maka harus memperhatikan prinsip-prisip sebagai berikut. 1. Valid Evaluasi



mengukur



apa



yang



seharusnya



diukur



dengan



menggunakan jenis tes yang terpercaya dan shahih. Artinya ada kesesuaian alat ukur dengan fungsi pengukuran dan sasaran pengukuran. 2. Berorientasi kepada kompetensi Dengan



berpijak



pada



kompetensi,



maka



ukuran-ukuran



keberhasilan pembelajaran akan dapat diketahui secara jelas dan terarah. 3. Bermakna Evaluasi diharapkan mempunyai makna yang signifikan bagi semua pihak. Untuk itu evaluasi hendaknya mudah difahami dan dapat ditindaklanjuti oleh pihak-pihak yang berkepentingan. 4. Terbuka Evaluasi hendaknya dilakukan secara terbuka bagi berbagai kalangan sehingga keputusan tentang keberhasilan peserta didik jelas bagi pihak-pihak yang berkepentingan, tanpa ada rekayasa atau sembunyi-sembunyi yang dapat merugikan semua pihak. 5. Ikhlas Evaluasi dilakukan dengan niat dan yang bersih, dalam rangka efisiensi tercapainya tujuan pendidikan dan berkepentingan peserta didik. 6. Praktis Evaluasi dilakukan dengan mudah dimengerti dan dilaksanakan dengan beberapa indikator, yaitu: a) hemat waktu, biaya dan 15



Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, cet. V, ( Jakarta: Bina Aksara, 1989), hlm. 4



14



tenaga; b) mudah diadministrasikan; c) mudah menskor dan mengolahnya; dan d) mudah ditafsirkan. 7. Dicatat dan akurat Hasil dari setiap evaluasi prestasi peserta didik harus secara sistematis dan komprehensif dicatat dan disimpan, sehingga sewaktu-waktu dapat dipergunakan.16



Ada 3 prinsip dalam pelaksanaan evaluasi,yang harus diperhatikan diantaranya adalah: 1. Prinsip Kesinambungan (Kontinuitas) Evaluasi tak hanya dilakukan setahun sekali, atau per semester, tetapi dilakukan secara terus menerus, mulai dari proses belajar mengajar hingga peserta didik tersebut tamat dari lembaga sekolah. Dalam ajaran Islam, sangat diperhatikan prinsip kontinuitas, karena dengan berpegang dengan prinsip ini, keputusan yang diambil oleh seseorang akan menjadi valid dan stabil. Sebagaimana firman Allah SWT:



                        “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan Kami ialah Allah", kemudian mereka tetap istiqamah Maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita. Mereka Itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya; sebagai Balasan atas apa yang telah mereka kerjakan.” (Q.S. al-Ahqaaf: 13-14).



2. Prinsip Menyeluruh (Komprehensif) 16



Ramayulis, Ilmu Pendidikan ...hlm. 225-226.



15



Adalah prinsip yang melihat semua aspek. Aspek-aspek di sini meliputi kepribadian, ketajaman hafalan, pemahaman, ketulusan, kerajinan, sikap kerja sama, tanggung jawab, dan sebagainya. Bila diperlukan, masing-masing bidang diberikan penilaian secara khusus, sehingga peserta di-dik mengetahui kelebihannya dibandingkan dengan teman-temannya. Hal itu diasumsikan bahwa tidak semua peserta didik mengetahui beberapa pengetahuan atau keterampilan secara utuh. Dalam kondisi inilah setiap individu yang berprestasi bisa diberi hadiah, sekalipun beberapa bagian ia tertinggal dengan teman-temannya.



3. Prinsip Objektivitas Dalam mengevaluasi berdasarkan kenyataan yang sebenarnya, tidak boleh dipengaruhi oleh hal-hal yang bersifat emosional dan irasional. Allah SWT berfirman:



                               “Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan



janganlah



sekali-kali



kebencianmu



terhadap



sesuatu



kaum,



mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Al-Maidah: 8). Dalam hadis, Rasulullah SAW bersabda: “andaikan Fatimah binti Muhammad itu mencuri, aku tidak segan-segan untuk memotong tangan-



16



nya. Demikian pula halnya dengan Umar bin Khottob yang mencambuk anaknya karena berbuat zina.17 Penilaian atau evaluasi dapat berhasil jika dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip di atas. Abuddin Nata menambahkan satu hal lagi agar evaluasi tersebut dapat berhasil, yaitu prinsip sistematis. Prinsip ini menekankan bahwa evaluasi harus dilakukan secara sistematis dan teratur. Sedangkan menurut Prof. Dr. H. Ramayulis dalam bukunya “Ilmu Pendidikan Islam” dalam melakukan evaluasi ada dua prinsip, yaitu prinsip umum yaitu valid, berorien-tasi pada kompetensi, berkelanjutan, menyeluruh, bermakna, adil dan objektif, terbuka, ikhlas, praktis, serta dicatat dan akurat. Sedangkan prinsip khusus meliputi dua hal, yang pertama adanya jenis penilaian yang digunakan, memungkinkan adanya kesempatan terbaik dan maksimal bagi peserta didik menunjukkan kemampuan hasil belajar mereka, dan yang kedua setiap guru harus mampu melaksanakan prosedur penilaian.18 E. Fungsi Evaluasi Pendidikan Islam Evaluasi dalam proses belajar mengajar merupakan komponen yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari keseluruhan proses. Kepentingan evaluasi tidak hanya mempunyai makna bagi proses belajar siswa, tetapi juga memberikan umpan balik terhadap program secara keseluruhan. Dalam pendi-dikan Islam, evaluasi memiliki beberapa fungsi, yaitu: 1. Untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan intruksional secara komprehensif yang meliputi aspek pengetahuan, sikap, dan tingkah laku. 2. Sebagai umpan balik yang berguna bagi tindakan berikutnya di mana segi-segi yang sudah dapat dicapai lebih ditingkatkan lagi dan segi-segi yang dapat merugikan sebisa mungkin dihindari. 3. Bagi pendidik, evaluasi berguna untuk mengukur keberhasilan proses be-lajar mengajar. Sedangkan bagi peserta didik berguna untuk mengetahui bahan pelajaran yang diberikan dan dikuasainya. Dan bagi 17



Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan...hlm.211 Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan...hlm.140.



18



17



masyarakat untuk mengetahui berhasil atau tidaknya program-program yang dilak-sanakan. 4. Untuk memberikan umpan balik kepada guru sebagai dasar untuk memper-baiki proses belajar mengajar dan mengadakan program remidial bagi murid. 5. Untuk menentukan angka kemajuan atau hasil belajar. 6. Untuk menempatkan murid dalam situasi belajar mengajar yang tepat. 7. Untuk mengenal latar belakang murid yang mengalami kesulitankesulitan belajar.19



19



Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan...135-136



18



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Istilah evaluasi sepanjang ditelusuri pada Alquran terdapat beberapa istilah yang mengarah pada makna evaluasi, istilah tersebut adalah Al-hisab, al-bala, al-hukm, al-qada, an-nazar, mumtahanah, fatanna, dan wazan kesemuanya itu memiliki makna yang hampir mirip dengan evaluasi, keseluruhan itu merupakan bentuk evaluasi Allah kepada manusia. Evaluasi yaitu suatu proses dan tindakan yang terencana untuk mengumpulkan



informasi



tentang



kemajuan,



pertumbuhan



dan



perkembangan (peserta didik) terhadap tujuan (pendidikan), sehingga dapat disusun penilaiannya yang dapat dijadikan dasar untuk membuat keputusan. Jadi dengan evaluasi diperoleh informasi dan kesimpulan tentang keberhasilan suatu kegiatan, dan kemudian kita dapat menentukan alternatif dan keputusan untuk tindakan berikutnya tentunya dalam kegiatan pendidikan Islam. Evaluasi pendidikan Islam bertujuan untuk mengetahui kadar pemahaman peserta didik terhadap materi pelajaran, melatih keberanian dan mengajak peserta didik untuk mengingat kembali materi yang telah diberikan, dan mengetahui tingkat perubahan perilakunya. Ada tiga prinsip dalam pelaksanaan evaluasi pendidikan Islam, yaitu Prinsip Kesinambungan, Prinsip Menyeluruh (Komprehensif),dan Prinsip Objek-tivitas.



B. Saran



19



Penulis berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan semoga bisa menambah wawasan pembaca. Di sini penulis juga minta maaf kepada pembaca jika ada kesalahan dan kekurangan dalam penulisan makalah ini atau ada persepsi yang berbeda dari pembaca. Selain itu penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca agar kami sebagai penulis bisa memperbaikinya untuk masa yang akan datang.



20



DAFTAR PUSTAKA



Arikunto, Suharsimi Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, cet. V, Jakarta: Bina Aksara, 1989 Mujib, Abdul dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2008 Nata, Abuddin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, Cet. 1, 1997 Nurmawati, Evaluasi Pendidikan Islam, Bandung: Citapustaka Media, 2016 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2008 Tafsir Al-Maraghi, Terj. Anwar Rasyidi dkk (Semarang : Tohaputra, 1989) Juz. 2 Shihab, Quraish Tafsir Al-Mishbah, Volume 1, Jakarta: Lentera Hati cet. VI, 2011),



21