Konsep Kalimat Tauhid [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Makalah Konsep Kalimat Tauhid Pada Anak Usia Dini



Dosen Pengampuh : Eka Wahyu Hidayati, M.Pd



Disusun Oleh : Laili Agustiningsih (22)



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DARUTTAQWA GRESIK TAHUN AKADEMIK 2020-2021



i



KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr.wb Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, taufik dan hidayah –Nya serta nikmat sehat sehingga penyusunan makalah tentang Konsep Kalimat Tauhid Pada Anak Usia Dini dapat terselesaikan sesuai dengan yang di harapkan. Sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW dan semoga kita selalu berpegang teguh pada sunnahnya Aamiin.... Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselaikan tepat pada waktunya. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan berguna bagi Mahasiswa pada umumnya, dan tidak lupa kami mohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat kesalahan baik dalam kosa kata ataupun isi dari keseluruan makalah ini. Kami sebagai penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan untuk itu kritik dan saran sangat kami harapkan demi kabaikan kami kedepannya.



Gresik, 22 Oktober 2020



Penyusuan



ii



DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.......................................................................................i KATA PENGANTAR....................................................................................ii DAFTAR ISI..................................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1 A. Latar Belakang....................................................................................1 B. Rumusan Masalah..............................................................................1 C. Tujuan Penulisan................................................................................2 BAB II PEMBAHASAN.................................................................................2 A. Konsep Kalimat Tauhid.......................................................................2 1. Pengertian Kalimat Tauhid............................................................2 2. Makna Kalimat Tauhid..................................................................5 3. Keistimewaan Kalimat Tauhid......................................................6 4. Syarat dan Rukun kalimat Tauhid.................................................7 B. Makna dan Lafal Kalimat Syahadatain...............................................8 1. Mengajarkan Kalimat Syahadatain Pada Anak.............................9 2. Semua Sesembahan Selain Allah Adalah bathil...........................11 3. Rasulullah Sebagai panutan dan Suri Tauladan Bagi Anak.........13 BAB III PENUTUP........................................................................................15 A. Kesimpulan.........................................................................................15 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................16



iii



iv



BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Tauhid adalah masalah yang paling mendasar dan utama dalam ajaran islam. Karena diterima atau tidaknya amal perbuatan manusia muslim di sisi Allah sangat tergantung kepada tauhid itu sendiri. Namun demikian masih banyak dikalangan umat islam yang belum memahami dan menghayati sebenarnya akan makna dan hakikat tauhid yang dikehendaki oleh ajaran islam. Sehingga tidak sedikit dari mereka secara tidak sadar telah terjerumus dalam pemahaman tauhid yang keliru. Tauhid adalah dasar iman kepada Allah swt, dan pondasi utama dalam pendidikan. Sebagaimana tujuan utama pendidikan untuk mengarahkan manusia kepada fitrahnya dengan sempurna, maka mengajarkan anak tentang Tuhan harus didahulukan dari pada pengajaran yang lain. Orang tua memiliki tanggung jawab penuh dalam hal ini. Apabila seseorang benar tauhidnya, maka dia akan mendapatkan keselamatan didunia dan akhirat. namun sebaliknya, tanpa tauhid pasti terjatuh ke dalam kesyirikan dan akan menemui kecelakaan di dunia serta kekekalan di dalam adzab neraka. Ibarat bangunan tauhid adalah pondasi utama, pondasi bangunan tersebut haruslah dibangun secara kokoh dan kuat agar tidak goyang. Kalau pondasinya sudah mantap, maka ia akan tahan dengan kondisi serta lingkungan yang mempengaruhinya. Oleh karena itu Pendidikan tauhid merupakan salah satu hal yang sangat penting untuk ditanamkan sedini mungkin kepada anak.



Karena pada usia



tersebut anak sejatinya sedang mengalami suatu masa keemasan dan peka yang dalam hal ini dapat menentukan pertumbuhan serta perkembang anak-anak ketahap selanjutnya. 2. Rumusan Masalah : A. Bagaimana konsep kalimat tauhid? B. Bagaimana makna dari kalimat syahadatain?



1



3. Tujuan Penulisan : A. Dengan mempelajari konsep kalimat tauhid maka kita dapat mengetahui : 1. Pengertian kalimat tauhid 2. Makna kalimat tauhid 3. Keistimewaan kalimat tauhid 4. Syarat dan rukun kalimat tauhid B. Dengan mempelajari makna dan lafal kalimat syahadatain, maka kita dapat mengetahui : 1. Cara mengajarkan kalimat syahadatain pada anak 2. Semua sesembahan selain Allah adalah bathil 3. Rasulullah sebagai panutan dan suri tauladan bagi anak



BAB II PEMBAHASAN A. KONSEP KALIMAT TAUHID 1. Pengertian kalimat tauhid Tauhid, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata tauhid merupakan kata benda yang berarti keesaan Allah; kuat kepercayaan bahwa Allah hanya satu. Perkataan tauhid berasal dari bahasa Arab, masdar darikata (Wahhada(‫وحد‬ (Yuwahhidu(‫ يوحد‬Tauhidan (‫ )توحدا‬1 Jadi tauhid berasal dari kata “wahhada” (‫“ )وحد‬yuwahhidu” (‫)يوحد‬ “Tauhidan” (‫)توحيدا‬, yang berarti mengesakan Allah SWT.2 Menurut Syekh Muhammad Abduh : Tauhid adalah suatu ilmu yang membahas tentang wujud Allah, Sifat yang wajib tetap pada-Nya. Sifat yang boleh disifatkan kepada-Nya dan tentang sifat-sifat yang sama sekali wajib dilenyapkan dari pada-Nya, juga membahas tentang Rasul-rasul Allah, meyakinkan kerasulan mereka, meyakinkan apa yang wajib ada pada diri mereka, 1 M.Yusran Asmuni dari Tim penyusun kamus,Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen P & K, Jakarta,1989. dalam bukunya “Ilmu Tauhid” Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,1993) 2 Syahminan Zaini, Kuliah Akidah Islam (Surabaya: Al Ikhlas, 1983), hal. 54



2



apa yang boleh dihubungkan (nisbah) kepada diri mereka dan apa yang terlarang menghubungkannya kepada diri mereka.3 Syekh Muhammad Abduh mengatakan bahwa :ilmu tauhid ialah ilmu yang membahas tentang wujud Allah dan sifat wajib ada pada-Nya dan sifat yang tidak halus pada-Nya (Mustahil), ia juga membahas tentang para rasul untuk menegaskan risalahnya, sifat-sifat yang wajib ada padanya yang boleh ada padanya (Jaiz) dan yang tidak boleh ada padanya ( Mustahil)4 Hakeem Hameed mengartikan tauhid sebagai sebuah kepercayaan ritualistik dan perilaku seremonial yang mengajak manusia menyembah realitas hakiki (Allah); dan menerima segala pesan-Nya yang disampaikan lewat kitabkitab suci dan para Nabi untuk diwujudkan dalam sikap yang adil, kasih sayang, serta menjaga diri dari perbuatan maksiat dan sewenang-wenang demi mengerjakan perintah dan menjauhi larangan-Nya.5 Obyek pembahasan atau yang menjadi lapangan bahasan ilmu Tauhid pada garis besarnya dibagi menjadi tiga, yaitu: a. Tauhid Ar-Rububiyyah Yaitu mengesakan Allah dalam hal perbuatan-perbuatan Allah, dengan meyakini bahwasanya Dia adalah satu-satuNya Pencipta seluruh makhluk-Nya. Allah berfirman yang artinya: Katakanlah: “Siapakah Tuhan langit dan bumi?” Jawabnya: “Allah”. Katakanlah: “Maka Patutkah kamu mengambil pelindungpelindungmu dari selain Allah, Padahal mereka tidak menguasai kemanfaatan dan tidak (pula) kemudharatan bagi diri mereka sendiri?”. Katakanlah: “Adakah sama orang buta dan yang dapat melihat, atau samakah gelap gulita dan terang benderang; Apakah mereka menjadikan beberapa sekutu bagi Allah yang dapat menciptakan seperti ciptaan-Nya sehingga kedua ciptaan itu serupa menurut pandangan mereka?” Katakanlah: “Allah adalah Pencipta segala sesuatu dan Dialah Tuhan yang Maha Esa lagi Maha Perkasa”.6 3 Syekh Muhammad Abduh, Risalah Tauhid, (Jakarta: Bulan Bintang, 1992), hal. 36 4 Syekh Muhammad Abduh, Risalah Tauhid, Terj. KH. firdaus (Jakarta : AN-PN Bulan Bintang, Cetakan pertama, 1963), hal. 33 5 Hakeem Abdul Hameed, Aspek-aspek Pokok Agama Islam, terj. Ruslan Shiddieq, (Jakarta: Dunia Pustaka Jaya, 1983), Cet. 1, 36 6 Q.S Ar-Rad : 16



3



dan Dia adalah Pemberi Rezeki bagi seluruh binatang dan manusia, Firman-Nya yang artinya: “Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya”.7 Dia adalah Raja segala raja, Pengatur semesta alam, … Pemberi ketentuan takdir atas segala sesuatu, Yang Menghidupkan dan Yang Mematikan. b. Tauhid Al-Uluhiyyah Tauhid Al-Uluhiyyah disebut juga Tauhid Ibadah, dengan kaitannya yang disandarkan kepada Allah disebut tauhid uluhiyyah dan dengan kaitannya yang disandarkan kepada hamba disebut tauhid ibadah, yaitu mengesakan Allah Azza wa Jalla dalam peribadahan. c. Tauhid Al-Asma’ wa Shifat Tauhid Al-Asma’ wa Shifat yaitu mengesakan Allah dalam Namanama dan Sifat-sifat bagi-Nya, dengan menetapkan semua Nama-nama dan sifat-sifat yang Allah sendiri menamai dan mensifati Diri-Nya di dalam Kitab-Nya (Al-Qur’an), Sunnah Nabi-Nya Shallallahu ‘alaihi wa Sallam tanpa Tahrif (menyelewengkan makna), Ta’thil (mengingkari), Takyif (mempertanyakan/menggambarkan bagaimana-nya)dan Tamtsil (menyerupakan dengan makhluk). Dan ketiga macam Tauhid ini terkumpul dalam firman-Nya yang artinya: “Tuhan (yang menguasai) langit dan bumi dan apa-apa yang ada di antara keduanya, Maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam beribadat kepada-Nya. Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia (yang patut disembah)?”8 2. Makna Kalimat Tauhid ‫الاله االهللا‬ Kalimat Tauhid yang agung ‫ه االهللا‬X‫ الال‬yakni ‘Tiada Tuhan Selain Allah’ memiliki arti yang sangat dalam dan luas. Seorang hamba tidak mungkin akan 7 Q.S Hud : 6 8 Q.S Maryam : 65



4



dapat beramal sesuai yang dikehendaki olehnya, kecuali setelah ia benar-benar memahami makna yang terkandung didalamnya sehingga ia beramal atas dasar kalimat Tauhid ini dengan sadar. Allah SWT berfirman. ‫هَّللا ُ اَل إِ ٰلَهَ إِاَّل هُ َو ْال َح ُّي ْالقَيُّو ُم‬ ۚ Artinya: “Allah tidak ada Tuhan melainkan Dia yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya)” 9 Kata ‫ االله‬menurut bahasa adalah ‫ المعبود‬yakni ‘yang disembah’, terambil dari kata ‫ه االهة‬XX‫ اله يأل‬yang bermakna‫ادة‬XX‫ عب‬X‫د‬X‫د يعب‬XX‫ عب‬ yakni ‘menyembah’. Kata ‫االله‬ mengikuti pola kata ‫ فعال‬yang bermakna, ‫ مفعول‬yakni ‫ معبود‬yang disembah.10 Sedangkan ‫ االله‬menurut syara’: yaitu Tuhan satu-satu-Nya yang berhak disembah. Sebab hanya Dia sajalah yang memiliki sifat-sifat ketuhanan sebagai sifat-sifat mutlak yang selaras dengan keagungan dan kebesaran-Nya yang tidak akan pernah dapat diraih, oleh siapapun, kecuali hanya oleh Dia sendiri. Dialah Allah pencipta segala sesuatu, tidak ada Tuhan selain Dia ‘Maha Suci dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka katakana dengan ketinggian yang sebesarbesarnya’. Oleh karena itu, maka yang harus disembah itu tidak lain hanya Allah yang Maha Suci dan Maha Tinggi.11 Sementara itu, lafadz ‫ هللا‬adalah ‘Isim Alam’ (kata benda khusus) bagi Dzat Tuhan Yang Maha Suci seperti yang telah diketahui, yakni Isim Alam mutlak yang paling difinitif. Dialah Allah yang berhak dan harus disembah, dimana segala bentuk ibadah dan pengabdian dalam situasi dan kondisi bagaimanapun juga harus tetap hanya diperuntukkan bagi-Nya.12 Jadi, makna ‫ الاله االهللا‬adalah peniadaan seluruh yang disembah selain Allah SWT dan merupakan penetapan bahwa menyembah itu hanya diperuntukkan kepada dan bagi Allah saja. Maka dengan demikian, makna dari ‫ الاله االهللا‬adalah peniadaan dan penetapan, yakni meniadakan Tuhan selain Allah SWT dan menetapkan bahwa Tuhan itu hanya Dia.



9 Q.S Al-Baqarah: 255 10 Dr. Syarif Hamdan Rajih Madinah Al-Munawwarah, Kalimat Tauhid Laa Ilaaha Illallah Muhammad Rasulullah, 2001, hlm. 10 11 ibid 12 ibid



5



3. Keistimewaan Kalimat Tauhid ‫الاله االهللا‬ Kesempurnaan Tauhid yang dimiliki oleh seseorang, akan membawa kepada jalan yang lurus dan Allah SWT akan senantiasa selalu melindungi dan menjamin keselamatannya baik di dunia maupun di akhirat. Oleh karena sebab itu, Kalimat Tauhid memiliki keistimewaan yang sangat besar dan luar biasa. Syekh Muhammad At-Tamimi dalam kitab Tauhid mengemukakan bahwa `Ubadah bin Ash-Shamit, mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa bersyahadat bahwa tidak ada sesembahan yang hak selain Allah saja, tiada sekutu bagi-Nya, dan Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya, dan bersyahadat bahwa Isa hamba Allah dan Rasul-Nya dan kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam serta ruh dari pada-Nya dan bersyahadat pula bahwa surge adalah benar adanya, maka Allah pasti memasukkannya ke dalam syurga betapapun amal yang telah diperbuatnya” (HR Bukhari dan Muslim).13 Banyak nash yang meriwayatkan dan menjelaskan keutamaan atau keistimewaan kalimat Tauhid, diantaranya sebagai berikut. Diriwayatkan dari Abu Sa`id Al-Khudri bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Musa berkata, ‘Ya Tuhanku, ajarkanlah kepadaku sesuatu untuk berdzikir dan berdoa kepada-Mu’. Allah berfirman, ‘Hai Musa, katakanlah ‫ه االهللا‬XX‫’الال‬. Musa berkata lagi, ‘Ya Tuhanku, semua hamba-Mu mengucapkan ini’. Allah pun berfirman, ‘Hai Musa, Andaikata ketujuh langit dan penghuninya, selain Aku, serta ketujuh bumi diletakkan pada daun timbangan, sedang ‫ الاله االهللا‬diletakkan pada daun timbangan lain, maka ‫ه االهللا‬XX‫ الال‬niscaya lebih berat timbangannya’.” (HR. Ibnu Hibban dan Al-Hakim dengan menyatakan bahwa hadits ini shahih). At-Tirmidzi meriwayatkan hadits, yang dinyatakan hasan, dari Anas, aku mendengar Rasulullah bersabda, “Allah berfirman, ‘Hai anak Adam, seandainya kamu datang-Ku dengan dosa sepenuh jagad. Sedangkan kamu ketika mati tidak dalam keadaan syirik sedikitpun kepada-Ku, niscaya akan Aku berikan kepadamu ampunan sepenuh jagad pula’.” Allah SWT berfirman. ]٦:٨٢[ َ‫ك لَهُ ُم اأْل َ ْمنُ َوهُم ُّم ْهتَ ُدون‬ َ ِ‫الَّ ِذينَ آ َمنُوا َولَ ْم يَ ْلبِسُوا إِي َمانَهُم بِظُ ْل ٍم أُو ٰلَئ‬



13 Download dari blog Adinda Praditya, (E-Book Kitab Tauhid Karya Syekh Muhammad AtTamimi), 2004, hlm. 20.



6



Artinya: “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Q.S Al-An`am).14 4. Syarat dan Rukun Kalimat Tauhid ‫الاله االهللا‬ Pada dasarnya kalimat Tauhid yang merupakan salah satu rukun Islam yaitu dalam koridor syahadat, memiliki syarat dan rukun yang harus dicapai untuk menyempurnakan keimanan kepada Allah SWT. 1. Syarat Kalimat Tauhid ‫الاله االهللا‬ Syarat merupakan aspek penting dalam perwujudan tercapainya sesuatu hal. Dalam hal ini ada tujuh syarat, yakni:15 a. Mengetahui, maksudnya adalah mengetahui makna kalimat Tauhid ‫الاله االهللا‬ secara peniadaan maupun penetapan. Sesuai dengan Q.S Muhammad: 19. b. Yakin, maksudnya adalah hati meyakini dan membenarkan kalimat Tauhid ‫الاله االهللا‬. Sesuai dengan Q.S Al-Hujurat: 5. c. Ikhlas. Sesuai dengan Q.S Al-Bayyinah: 5. d. Benar, maksudnya adalah hendaknya pernyataan beriman itu bukan sekedar basa-basi, sehingga yang bersangkutan benar-benar meyakini bahwa segala yang terkandung di dalam Al-Qur`an dan segala yang disampaikan oleh Rasulullah SAW benar adanya. Sesuai dengan Q.S Az-Zumar: 33. e. Cinta, maksudnya adalah hendaknya Allah SWT lebih dicintai daripada yang lain dengan total dan sepenuh hati. Sesuai dengan Q.S Al-Maidah: 54. f. Berserah diri kepada Allah SWT baik lahir maupun bathin. Sesuai dengan Q.S Luqman: 22. g. Menerima, yaitu tidak menolak apa yang dikehendaki oleh makna yang terkandung dibalik kalimat Tauhid ‫ه االهللا‬XX‫ الال‬sebagaiman telah digariskan oleh Allah Yang Maha Bijaksana. Sesuai dengan Q.S Ash-Shaffat: 35-37. 2. Rukun Kalimat Tauhid ‫الاله االهللا‬



14 Q.S Al-An`am:82 15 Dr. Syarif Hamdan Rajih Madinah Al-Munawwarah, Kalimat Tauhid Laa Ilaaha Illallah Muhammad Rasulullah, 2001, hlm. 30.



7



Seperti yang telah dibahas sebelumnya, rukun ini berkaitan dengan pembahasan makna kalimat Tauhid ‫الاله االهللا‬. Rukun kalimat Tauhid ‫الاله االهللا‬, yakni:16 a. Meniadakan, maksudnya adalah meniadakan yang lain seluruhnya hanya untuk menyembah, mengabdi dan berserah diri kepada Allah. Dengan benar-benar memurnikan peribadatan kepada-Nya. b. Menetapkan, maksudnya adalah menetapkan Allah sebagai raja diatas raja, Maha dari segala Maha. B. MAKNA DAN LAFAL KALIMAT SYAHADATAIN Kata syahadatain merupakan isim tastniah dari isim mufrodnya syahadat. Syahadatain artinya dua kalimat syahadat atau dua pernyataan persaksian terhadap Allah dan Rasul-Nya.Syahadat berasal dari kata bahasa Arab yaitu syahida, yang artinya ia telah menyaksikan,yaitu pemberitahuan tentang apa yang diketahui dan diyakini kebenarannya dengan pasti.Syahadat menurut syari’at adalah pengakuan, pembenaran dan keyakinan bahwa tidak ada yang berhak disembah kecuali Allah ‘Azza wa Jalla dan tiada sekutu bagi-Nya. Syahadatain terdiri dari syahadat tauhid dan syahadat rasul, berikut penjelasannya: a. Syahadat Tauhid Bunyi kalimat syahadat yang pertama sebagai berikut: ُ‫هَ إِاَّل هللا‬Xَ‫أَ ْشهَ ُد أَ ْن اَل ِإ َٰٰل‬ “Saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah.” Makna Syahadat "Laa ilaaha illallah" Yaitu beri'tikad dan berikrar bahwasanya tidak ada yang berhak disembah dan menerima ibadah kecuali Allah Subhanahu wa Ta'ala, menta'ati hal terse-but dan mengamalkannya. La ilaaha menafikan hak penyembahan dari selain Allah, siapa pun orangnya. Illallah adalah penetapan hak Allah semata untuk disembah.  b. Syahadat Rasul Bunyi syahadat yang kedua sebagai berikut: ِ‫أَ ْشهَ ُد أَ َّن محمدًا َرسُوْ ُل هللا‬ 16 Ibid. hlm. 29



8



“Dan saya bersaksi bahwa Nabi Muhammad itu adalah Rasulullah.” Makna



Syahadat



"Anna



Muhammadan



Rasulullah"



Yaitu mengakui secara lahir batin bahwa beliau adalah hamba Allah dan Rasul-Nya yang mengamalkan



diutus



kepada



konsekuensinya:



manusia mentaati



secara keseluruhan, perintahnya,



serta



membenarkan



ucapannya, menjauhi larangannya dan tidak menyembah Allah kecuali dengan apa yang disyari'atkan. 1. Mengajarkan kalimat syahadat pada anak Dua kalimat syahadat (syahadatain) adalah pilar pertama dalam Islam. Ia yang menjadi pembeda seseorang beriman dan tidak. Ia juga menjadi asas dari lima rukun Islam. Selain itu, syahadatain juga sebagai ruh, inti dan landasan seluruh ajaran Islam. Sangat penting untuk menanamkan nilai keimanan pada anak-anak kita sejak kecil. Karena masa anak-anak adalah momentum berharga mendapatkan maklumat awal tentang hakikat kehidupan, tentang dari mana manusia berasal, untuk apa manusia diciptakan dan kemana manusia setelah meninggalkan dunia. Sebelum mengajari anak tentang ilmu pengetahuan dan ilmu “alat” lainnya, hal pertama yang harus kita sampaikan kepada anak-anak adalah konsep tentang syahadatain. Karena ini adalah kebutuhan dasar untuk mereka. Maka mengemas pemahaman mendasar tentang syahadatain dengan cantik, menarik, sederhana namun mudah dipahami oleh mereka sangat dibutuhkan. Mama bisa menjelaskan bahwa dalam dua kalimat syahadat tersebut yang patut disembah hanyalah Allah, tidak ada yang lain, dan tidak ada Tuhan selain Allah. Hanya Allah yang menguasai seluruh isi alam semesta. Tak hanya mengerti artinya saja, tetapi Mama perlu mengajarkan anak untuk mengimani dan mengamalkannya. Mengajarkan dua kalimat mulia tersebut hendaklah dijadikan sebagai aktivitas pengajaran atau pengenalan pertama kepada anak-anak ketika mereka mulai mampu mengucapkan kalimat-kalimat pendek.



9



Sekalipun mereka menirukan kalimat tersebut tanpa mengerti maksudnya, dengan membiasakan mereka mengucapkannya, anak-anak akan memiliki sifat reflek dalam mengucapkan kalimat ini; sehingga kelak akan mempengaruhi pembentukan pemikiran dan jiwanya. Kalimat-kalimat yang secara reflek diucapkan oleh anak-anak sejak kecil akan berpengaruh terhadap perkembangan pikiran dan jiwanya setelah anak dewasa. Jika anak-anak telah akrab dengan kalimat syahadat, kelak mereka akan mudah menghayati maksud dan makna kalimat tersebut. Penghayatan yang tumbuh pada kemudian hari akan sangat membantu pola pikir dan perkembangan mental anak dalam menghayati agamanya. Pengajaran syahadat semacam ini dapat dilakukan sewaktu-waktu dan dengan cara yang mudah dilakukan oleh anak.  Dengan kesenangan mereka mengucapkan kalimat ini berulang-ulang, insyaAllah mereka akan semakin akrab dengan kalimat syahadat. Saat anak mulai bisa menalar, bertahaplah mengajarkan padanya kandungan dari dua kalimat mulia tersebut, dengan bahasa yang mudah dicerna. Dimulai dari syahadat pertama. Sampaikan pada anak bahwa inti makna kalimat tersebut adalah bahwa satu-satunya yang berhak untuk disembah dan diibadahi adalah Allah ta’ala. Jika  anak bertanya mengapa demikian? Jawablah bahwa karena Allah lah yang telah mengaruniakan pada kita segala sesuatu. Kehidupan, makanan, minuman, pakaian, kesehatan, tempat tinggal dan seluruh kenikmatan yang kita rasakan tanpa terkecuali. Jika diperlukan, jelaskan pula pada anak beberapa perilaku keliru yang ada di sekelilingnya berupa praktek-praktek peribadatan kepada selain Allah. Entah itu penyembahan terhadap pohon, bebatuan, jin, kuburan atau yang semisal. Setelah itu, jelaskan padanya makna syahadat yang kedua. Intinya adalah meyakini bahwa Allah telah mengutus Nabi Muhammad shallallahu’alaihiwasallam untuk menyampaikan ajaran Islam. Beliau adalah manusia pilihan yang memiliki kesempurnaan dan keistimewaan.



10



Karena itu beliaulah yang paling berhak untuk dijadikan panutan dan idola dalam keseharian dan setiap perilaku kita.17 2. Semua Sesembahan Selain Allah Adalah Batil Pembahasan kedua adalah bagaimana jika ‘laa ilaha illallah’ ditafsirkan dengan pengertian Tuhan yang kedua yaitu sesembahan, maka makna ‘laa ilaha illallah’ menjadi ‘tidak ada sesembahan selain Allah’. Sebenarnya pengertian ilah pada tafsiran kedua sudah benar karena kata ‘ilah’ secara bahasa berarti sesembahan (ma’bud atau ma’luh). Bukti bahwa ilah bermakna sesembahan (sesuatu yang diibadahi) Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, beliau radhiyallahu ‘anhuma memiliki qiro’ah tersendiri pada ayat, “Berkatalah pembesar-pembesar dari kaum Firaun (kepada Firaun): Apakah kamu membiarkan Musa dan kaumnya untuk membuat kerusakan di negeri ini (Mesir) dan meninggalkan kamu dan ilah-ilahmu?. Firaun menjawab: Akan kita bunuh anak-anak lelaki mereka dan kita biarkan hidup perempuan-perempuan mereka. Dan sesungguhnya kita berkuasa penuh di atas mereka. 18 Maka jadilah segala yang disembah kaum musyrik baik matahari, rembulan, bintang, pohon, batu, malaikat, para nabi, orang-orang sholih dan selainnya adalah Allah. Dan bisa jadi dengan menyembahnya dikatakan telah bertauhid. … Dan ini –wal’iyadzu billah (kita berlindung kepada Allah dari keyakinan semacam ini)- adalah kekufuran yang paling besar dan paling jelek secara mutlak. Keyakinan semacam ini berarti telah membatalkan risalah (wahyu) yang dibawa oleh seluruh rasul, berarti telah kufur (mengingkari) seluruh kitab dan menentang/ mendustakan seluruh syari’at. Ini juga berarti telah merekomendasi seluruh orang kafir karena segala makhluk yang mereka sembah adalah Allah. Maka tidak ada lagi pada embel-embel syirik tetapi sebaliknya mereka bisa disebut muwahhid (orang yang bertauhid). Maha Tinggi Allah atas apa yang dikatakan oleh 17 Dikutip dari: http://tunasilmu.com/silsilah-fiqih-pendidikan-anak-no-26-anak-dan-rukun-islambagian-1/ (diakses pada tanggal 20 mei 2021, pukul 17.00 WIB) 18 QS. Al A’raaf [7] : 127



11



orang-orang zholim dan orang-orang yang menentang ini. Jika kita sudah memahami demikian, maka tidak boleh kita katakan ‘tidak ada sesembahan yang ada kecuali Allah.”  Jadi tafsiran laa ilaha illallah (yang tepat) menjadi ‘tidak ada sesembahan yang disembah dengan benar kecuali Allah’.” –Demikian yang dikatakan Al Hafizh Al Hakami dengan sedikit perubahan redaksi(Lihat Ma’arijul Qobul’, I/325) . Sebagaimana telah diisyaratkan oleh Al Hafizh di atas, makna laa ilaha illallah yang tepat adalah ‘tidak ada sesembahan yang disembah dengan benar kecuali Allah’. Kenapa perlu ditambahkan kalimat ‘yang disembah dengan benar’? Jawabnya, karena kenyatannya banyak sesembahan selain Allah di muka bumi ini. Akan tetapi, sesembahan-sesembahan itu tidak ada yang berhak untuk disembah melainkan hanya Allah semata. Bukti harus ditambahkan kalimat ‘yang disembah dengan benar’ dapat dilihat pada firman Allah Ta’ala, “Yang demikian itu dikarenakan Allah adalah (sesembahan) yang Haq (benar), adapun segala sesuatu yang mereka sembah selainNya adalah (sesembahan) yang Bathil.”19 Ayat ini menunjukkan bahwa sesembahan selain Allah adalah sesembahan yang batil, sesembahan yang tidak berhak untuk diibadahi dan Allah-lah sesembahan yang benar. Maka tafsiran ‘laa ilaha illallah’ yang benar adalah ‘laa ma’buda haqqun illallah’ [tidak ada sesembahan yang berhak disembah/diibadahi kecuali Allah].20 3. Rasulullah Sebagai Panutan dan Suri Tauladan Bagi Anak Persoalan di zaman kiwari ini, anak-anak cenderung mencari sosok model atau teladan dalam bentuk artis, pemain bola, dan lain-lain. Kecenderungan itu berdampak pada perilaku anak-anak. Allah SWT mengutus Nabi Muhammad SAW sebagai nabi dan rasul sekaligus menjadi uswah hasanah (suri teladan yang baik) bagi umatnya. “Laqod kaana lakum fii rosuulillaahi uswatun hasanatun” yang 19 QS. Luqman [31] : 30 20 Sumber https://rumaysho.com/193-hanya-allah-yang-berhak-disembah.html (di akses pada tanggal 20 mei 2020 pukul 17.30 WIB)



12



artinya “Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu.”21 Untuk bisa mencintai dan meneladani kehidupan Nabi Muhammad secara benar, tentunya kita harus mengajarkan pada anak-anak serta mengkaji sepak terjang beliau semasa hidupnya. Orang-orang Arab pada zaman jahiliahnya, mereka adalah umat yang berselisih, terlantar, musyrik, penganut paganisme, saling berperang, dan membunuh. Mereka bodoh, hidup seperti binatang. Beginilah kondisi umat kala itu, mereka tidak punya sejarah, prinsip, dan akhlak. Ketika Rasulullah SAW diutus, beliau membebaskan mereka dan menjadikan



mereka



menjadi



hamba



Allah.



Untuk



memperbaiki



kebobrokan akhlak itulah Nabi Muhammad SAW diutus ke tanah. Beliau bersabda, “innamaa bu’itstu li-utammima makaarimal akhlaaq.” Artinya, sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak. Allah pun memuji keluhuran akhlak beliau sebagaimana tergambar dalam QS AlQalam ayat 4 yang artinya, “Sesungguhnya engkau benar-benar, berbudi pekerti yang luhur.” Mengenalkan sejarah Rasulullah menjadi hal penting agar anakanak tidak kehilangan keteladanan yang baik. Salah satunya dengan metode bercerita tentang teladan Nabi Muhammad SAW baik melalui buku cerita atau melalui film-film yang dengan mudahnya bisa kita akses melalui internet atau televisi. Kisah Teladan Nabi Muhammad SAW Nah, berikut ini merupakan beberapa kisah teladan Nabi Muhammad SAW yang bisa kita contoh dan terapkan dalam kehidupan kita sehari-hari. a. Berlaku lemah lembut Salah satu contoh yang dapat ditiru dari perilaku Nabi Muhammad adalah sifat nya yang lemah lembut kepada siapapun. Pernah suatu waktu ada seorang pengemis Yahudi buta yang selalu menghina Nabi. Pengemis



tersebut



selalu



ditemani



dengan



seseorang



yang



menyuapinya dengan sabar dan penuh kelembutan. Singkat cerita, seseorang yang biasa menemani pengemis tersebut tidak datang 21 (QS Al-Ahzab : 21)



13



kembali untuk menyuapinya. Kemudian digantikan oleh Abu Bakar As Shidiq. Kemudian sang pengemis tersebut seketika hanya ingin disuapi oleh seseorang yang biasa menyuapi nya dengan penuh kelembutan dan kasih sayang tersebut. Abu Bakar pun seketika berkata, “Aku memang bukan lah orang yang biasa datang dan menyuapimu, aku juga tidak bisa selemah lembut orang itu, namun ketahuilah aku merupakan sahabat dari orang yang selalu menyuapi mu. Orang yang biasa menyuapi mu tersebut kini telah wafat dan aku hanya ingin melanjutkan amalan beliau.” Kemudian sang pengemis buta itu pun terdiam dan bertanya kepada Abu Bakar, siapakah orang yang selama ini menyuapi dan memberikan nya makan. Abu Bakar pun menjawab, bahwa orang tersebut adalah Rasulullah SAW. Seseorang yang selama ini Ia hina, fitnah, dan rendahkan. Sang pengemis pun kaget luar biasa, air matanya pun menetes, dan saat itu juga Ia bersaksi di hadapan Abu Bakar untuk mengucapkan kalimat syahadat. Pengemis tersebut memilih untuk masuk Islam setelah hinaan dan sumpah serapahnya kepada Nabi Muhammad dibalas dengan kasih sayang. Kita tentu bisa mencontoh kisah tersebut dalam kehidupan kita, untuk selalu berbuat baik kepada siapapun, termasuk orang yang menyakiti hati kita karena dibalik itu aka nada kebaikan yang terus mengalir. b. Memberi dan Mengasihi Pernah suatu ketika Rasulullah menitipkan uang untuk disimpan kepada istrinya Aisyah Ra. Ketika kondisi kesahatan Rasulullah semakin memburuk Ia bertanya kepada Aisyah mengenai uang yang pernah Ia titipkan tersebut. Kemudian Rasulullah meminta Aisyah untuk membagikan uang tersebut di jalan Allah, Ia berkata bahwa Ia akan malu apabila kelak bertemu Allah namun masih terdapat timbunan uang di rumah nya. Nabi Muhammad memang rajin bersedekah dan memudahkan segala urusan para umatnya yang mengalami kesulitan. Ia pun selalu mengajak umatnya untuk selalu bersedekah dan melakukan kebaikan.



14



c. Ketulusan dan Membantu Sesama Rasulullah memang dikenal sangat senang membantu sesama termasuk memerdekakan para budak, dan anak-anaknya. Salah satu nya Ummu Aiman dan putra nya Usamah bin Zaid, yang kemudian menjadi kesayangan Rasulullah. Setelah menikah dengan Khodijah, Nabi memerdekakannya. Ia merupakan orang yang telah merawat Nabi Muhammad SAW ketika kecil, sehingga beliau sudah menganggapnya seperti ibu sendiri. Ketulusan hati Rasulullah dengan memerdekakan budak dan membantu orang lain dalam kesulitan merupakan hal yang perlu kita contoh dan implementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Demikianlah kisah teladan Nabi Muhammad yang patut kita ikuti dalam kehidupan kita. Semoga kisah-kisah tersebut dapat memotivasi kita untuk berperilaku lebih baik lagi kedepannya.



BAB III KESIMPULAN Pendidikan Tauhid yang diajarkan pada anak sejak usia dini adalah Tauhid Uluhiyah dengan ini anak diajarkan untuk mengenal Allah SWT melalui beribadah hanya kepada Allah, Tauhid Rububiyah dengan tauhid ini anak diajarkan bahwa segala sesuatu yang ada dialam semesta ini adalah ciptaan Allah dan Tauhid Asma wa Shifat dengan tauhid ini anak dikenalkan nama-nama Allah yang indah dan penghafalannya. Mengajarkan kalimat syahadatain pada anak hendaklah mengenalkan terlebih dahulu konsep makna kalimat syahadatain. Pertama intinya adalah yang patut disembah hanyalah Allah, tidak ada yang lain, dan tidak ada Tuhan selain Allah. Yang kedua intinya adalah meyakini bahwa Allah telah mengutus Nabi Muhammad shallallahu’alaihiwasallam untuk menyampaikan ajaran Islam. Beliau adalah manusia pilihan yang memiliki kesempurnaan dan keistimewaan.



15



Karena itu beliaulah yang paling berhak untuk dijadikan panutan dan idola dalam keseharian dan setiap perilaku kita



DAFTAR PUSTAKA Al-Qur’anul Kariim dan terjemahannya Abduh,Syekh Muhammad Risalah. 1963. Tauhid, Terj. KH. Firdaus. Jakarta : AN-PN Bulan Bintang, Cetakan pertama Abduh, Syekh Muhammad. 1992. Risalah Tauhid. Jakarta: Bulan Bintang Asmuni, M.Yusran. 1993. Tim penyusun kamus,Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen P & K, Jakarta,. dalam bukunya “Ilmu Tauhid” Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Hameed, Hakeem Abdul. 1983. Aspek-aspek Pokok Agama Islam, terj. Ruslan Shiddieq. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya, Cet. 1 Hamdan, Dr. Syarif. 2001. Rajih Madinah Al-Munawwarah, Kalimat Tauhid Laa Ilaaha Illallah Muhammad Rasulullah Ibid http://tunasilmu.com/silsilah-fiqih-pendidikan-anak-no-26-anak-dan-rukun-islambagian-1/ (diakses pada tanggal 20 mei 2021, pukul 17.00 WIB) https://rumaysho.com/193-hanya-allah-yang-berhak-disembah.html (di akses pada tanggal 20 mei 2020 pukul 17.30 WIB) Praditya, Adinda. 2004. E-Book Kitab Tauhid Karya Syekh Muhammad AtTamimi Zaini,Syahminan. 1983. Kuliah Akidah Islam. Surabaya: Al Ikhlas



16