Konsistensi Internal [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Nama: Fahma Mutia Wardah NIM: 200401110289 UTS PSIKOMETRI KOEFISIEN KONSISTENSI INTERNAL



1. Pendekatan Konsistensi Internal Sebelumnya telah di bahas dan dijelaskan mengenai Teknik Estimasi Reliabilitas yang mana diantaranya terdapat; koefisien stabilitas (tes ulang), koefisien ekuvalensi (tes paralel), dan koefisien konsistensi internal. Pendekatan koefisien konsistensi internal ini berbeda dengan koefisien stabilitas yang terdapat dua kali tes dengan satu skala dan berbeda pula dengan koefisien ekuivalensi yang terdapat satu kali tes dengan dua skala, sedangkan koefisien konsistensi internal ini hanya melakukan satu kali tes dengan satu skala saja atau diadministrasikannya hanya sekali saja. Pendekatan Konsistensi Internal dalam estimasi reliabilitas dimaksudkan untuk menghindari masalah-masalah yang biasanya ditimbulkan oleh pendekatan tes ulang dan oleh pendekatan bentuk paralel. Tujuan dari pendekatan reliabilitas konsistensi adalah untuk melihat konsistensi antara butir atau item soal dengan bagian lain atau dengan tes keseluruhan. Dalam pendekatan konsistensi internal prosedurnya hanya memerlukan satu kali pelaksanaan tes kepada sekelompok individu sebagai subjek (singel trial administration). Dan kelebihan dari pendekatan ini adalah mempunyai nilai praktis dan efisiensi yang tinggi. Kemudian dari pemberian satu kali tes ini nantinya akan diperoleh satu distributor skor tes dari kelompok subjek yang bersangkutan, maka prosedur analisis reliabilitasnya diarahkan pada analisis aitem-aitem atau terhadap kelompok-kelompok aitem dalam tes itu sehingga perlu dilakukan pembelahan tes menjadi beberapa kelompok aitem yang disebut bagian atau belahan tes. Pada setiap belahan terdapat beberapa aitem atau hanya satu aitem saja. Lalu apabila telah diperoleh dari bagianbagian tesnya maka reliabilitas tes diperlihatkan oleh konsistensi diantara aitem-aitem atau belahanbelahan tersebut. [CITATION Sai19 \l 1033 ] Instrumen tes yang akan diketahui reliabilitasnya dapat dibelah menjadi beberapa bagian sesuai dengan teknik yang digunakan. Instrumen dapat dibelah menjadi, dua, tiga, empat dan seterusnya. Bahkan bisa dilakukan pembelahan sebanyak butir soal yang ada dalam instrumem tersebut, sehingga setiap belahan terdiri dari satu item atau satu butir soal. Jika belahan tidak per item, maka sebaiknya dilakukan pembelahan yang menghasilkan jumlah item sama dalam tiap belahan. Selain itu tiap belahan sebaiknya dibuat sehomogen mungkin. Homogen dalam hal ini berarti jumlah yang sama, tingkat kesukaran yang sama, dan isi yang sebanding. Berikut adalah teknik atau cara pembelahan tes dalam pendekatan konsistensi internal: 1) Pembelahan Cara Random Cara random dilakukan pada instrumen dengan item soal yang homogen. Caranya dengan memberikan nomor undian kepada masing-masing butir soal dan dibagi menjadi dua bagian secara acak untuk menentukan item mana yang berada pada belahan pertama dan item mana yang berada pada belahan kedua.



2) Pembelahan Gasal Genap Cara gasal genap dilakukan dengan membelah item soal kedalam dua kelompok berdasarkan nomor soalnya. Butir dengan nomor gasal menjad belahan pertama. Sedangkan butir dengan nomor genap menjad belahan kedua. 3) Pembelahan Matched-Random Subsets Langkah pertama dalam menggunakan metode ini adalah menentukan taraf kesukaran item serta korelasi item dengan skor total tesnya terlebih dahulu. Dengan demikian setiap butir soal dalam tes diposisikan pada posisi tertentu berdasarkan nilai indeks kesukaran item (p) dan koefisien korelasi antara item yang bersangkutan dengan skor tes (r ix). (Khumaedi, 2012) 2. Mengestimasi Reliabilitas setelah Pembelahan A. Formula Spearman Brown (Belah Dua) a. Pengertian Formula Spearman-Brown merupakan sebuah formula komputasi yang sangat populer untuk estimasi reliabilitas tes yang dibelah menjadi dua bagian yang relatif paralel satu dengan yang lain. Formula komputasi reliabilitas Spearman-Brown merupakan formula koreksi terhadap koefisien korelasi antara dua bagian tes, dan dirumuskan sebagai berikut; b. Formulasi (rumus): S – B = 𝑟𝑥𝑥 ′ = 2 (𝑟1.2 ) 1 + 𝑟1.2 𝑟𝑥𝑥 ′ : koefisien reliabilitas Spearman Brown 𝑟1.2 : koefisien korelasi antara kedua belahan c. Contoh dan Tahapan Penerapannya Pengujian reliabilitas dengan uji internal consistency teknik split half dari SpearmanBrown dilakukan pada instrumen yang memiliki satu jawaban benar. Instrumen tersebut misalnya pilihan ganda, mencocokkan, dan yang lainnya yang hanya memiliki satu jawaban benar. Uji reliabilitas menggunakan teknik split half dilakukan dengan cara mencobakan instrumen sekali saja pada subjek penelitian kemudian hasil uji dibagi menjadi dua. Pembagian ini biasanya didasarkan pada soal ganjil-genap. 1. Koefisien korelasi dari kumpulan soal ganjil dengan soal genap dihitung menggunakan rumus. 2. Koefisien ini menggambarkan derajat kesamaan hasil antara kedua belahan yang menggambarkan konsistensi internal dari sebuah instrumen. 3. Kemudian, koefisien reliabilitas dihitung menggunakan rumus yang dikenal dengan istilah SpearmanBrown. Formula Spearman Brown digunakan pada pembelahan tes yang menghasilkan dua belahan yang paralel. Formula ini bisa diterapkan pada instrumen tes yang skor-skor itemnya dikotomi ataupun tidak dikotomi. Koefisien reliabilitas diperoleh dari korelasi dua hasil skor dalam kedua belahan yang terbentuk. Suatu instrumen dikatakan reliabel



saat nilai koefisien reliabilitas Spearman-Brown lebih dari 0,70 (ri > 0,70). Jika nilai koefisien reliabilitas Spearman-Brown kurang dari 0,70, maka jumlah soal ditambah dengan soal yang sesuai dengan aslinya (Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012). Pengujian reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi alat ukur apakah dapatdiandalkan dan konsisten jika dilakukan pengukuran berulang dengan instrumenters tersebut. Pengujian relibilitas berikut dengan menggunakan data yang ada pada contoh validitas. Pengujian relibilitas dalam hal ini menggunakan teknik belah dua (split half) yang dianalisis dengan rumus Spearman Brown. Langkah dalam pengujian reliabilitas adalah sebagai berikut 1. Butir- butir instrumen dibagi dua kelompok yaitu kelompok butir item genap (2, 4, 6…) dan kelompok butir item ganjil (1, 3, 5 ...). 2. Skor data tiap kelompok disusun tersendiri. 3. Hitung skor total masing- masingnya.



Table 1 skor total kelompok genap



Table 2 skor total kelompok ganjil



4. Hitung korelasi antara skor total kelompok genap dan skor total kelompok ganjil



dan koefisien korelasi dimasukkan ke dalam rumus Spearman Brown sebagai berikut ;



Diperoleh nilai reliabilitas 0,895. Berdasarkan uji coba nilai ini sudah reliabel, karena lebih besar dari 0,600. Jadi instrumen yang digunakan sudah reliabel, maka instrumen dapat digunakan untuk pengukuran dalam rangka pengumpulan data. (Wicaksono, 2015) B. Formula Rulon a. Pengertian Rulon memberikan formula untuk pembelahan tanpa harus berasumsi bahwa kedua belahan memiliki varians yang sama. Perbedaan skor atau nilai dari kedua hasil pembelahan tes akan memiliki distribusi perbedaan skor dengan varian. Besarnya akan dpengaruhi oleh varian eror dari masing-masing belahan. Karena varians eror dari tiap belahan menentukan varians eror keseluruahan tes, maka varians eror tes bisa diestimasi melalui besarnya perbedaan skor diantara dua belahan tersebut. Formula Rulon dirumuskan sebagai berikut:



b. Formulasi (rumus) 𝑟𝑥𝑥′ = 1 − s𝑑 2 𝑠𝑥 2 𝑠𝑑 2 : varians perbedaan skor kedua belahan 𝑠𝑥 2 : varians skor tes d : perbedaan skor kedua belahan c. Contoh dan Tahapan Penerapan Formula Rulon dapat diterapkan pada instrumen tes yang memiliki skor dikotomi. Koefisien reliabilitas Rulon yang dikenakan pada tes yang sudah dilakukan pembelahan menjadi dua merupakan estimasi reliabilitas untuk keseluruhan tes. Menururt Rulon, perbedaan skor subjek pada kedua belahan instrumen akan membentuk distribusi perbedaan skor dengan varians yang besarnya ditentukan oleh varians error masing-masing belahan menentukan varians error keseluruhan instrumen, maka varians error instrumen ini dapat diestimasi lewat besarnya varians perbedaan skor diantara kedua belahan. Dalam melakukan estimasi reliabilitas skor instrumen, varians perbedaan skor diperhitungkan sebagai sumber error. Untuk melakukan estimasi reliabilitas instrumen dengan rumus Rulon, harus menghitung varians selisih belahan pertama dan kedua dan juga varians total. Formula Rulon secara matematis ditulis sebagai berikut: ri = 1 - 𝜎𝑑 2 /𝜎𝑡 2 







Dengan ri = reliabilitas instrumen, 𝜎𝑑 2 = varians dari perbedaan skor kedua belahan (varians difference), 𝜎𝑡 2 = varians skor total, d = skor pada belahan awal dikurangi skor pada belahan akhir. Berdasarkan perhitungan koefisien reliabilitas maka diperoleh 𝜎𝑑 2 = 10,349, 𝜎𝑡 2 =46,5904, sehingga dapat ditentukan koefisien reliabilitas menggunakan formula Rulon yaitu: ri = 1 - 10,349 46,59 = 0,78. (Sarwiningsih, 2017)



C. Formula Flanagan a. Pengertian Formula Flanagan merupakan estimasi nilai/angka reliabilitas yang tidak mengacu pada perhitungan korelasi, melainkan sama seperti formula Rulon yang mengacu pada veriansi tiap-tiap kelompok hasil belah dua, bedanya dalam formula ini ada nilai konstanta 2 serta varians kelompok dijumlahkan dan bukan varians beda, sementara pembaginya sama yaitu varians total. Formula Flanagan juga memakai teknik belah dua (split half method) seperti halnya pada formula Spearman-Brown. Namun, koefisien reliabilitas pada formula Flanagan tidak didasarkan ada tidaknya korelasi antara belahan I dengan belahan II. Dasar dari formula Flanagan adalah jumlah kuadrat deviasi (varians) pada tes belahan I, jumlah kuadrat (varians) deviasi pada tes belahan II, dan jumlah kuadrat deviasi (varians) skor total. Formula yang digunakan adalah sebagai berikut:



b. Formula (rumus) Koefisien reliabilitas Flanagan disajikan dengan formula sebagai berikut:



Keterangan: r11 = koefisien reliabilitas = varians skor belahan 1 = varians skor belahan 2 = varians skor total 2 & 1 = bilangan konstan c. Contoh Kasus yang digunakan serupa dengan kasus pada formula Spearman-Brown.



Dari hasil di atas, kemudian dapat dihitung nilai koefisien reliabilitasnya dengan menghitung masing-masing varians belahan dan varians skor total kedua belahan.



5427 = 10



6166 = 10



= 542,7



= 616,6



23127 = 10 = 2312,7



 542,7  616,6  = 21   2312,7   = 0,9974 Nilai koefisien reliabilitas yang didapat adalah 0,9974 > 0,70. Kesimpulannya kuisioner dianggap masih reliabel.



D. Kuder-Richardson (KR) a. Pengertian Terdapat dua jenis formula KR yaitu Kuder Richardson formula 20 (KR-20) atau Cronbach Alpha dan Kuder Richardson formula 21 (KR-21). Formula ini dapat digunakan untuk data dikotomi sedangkan KR-21 dapat digunakan untuk data dikotomi dan politomus. Instrumen yang dapat diuji reliabilitasnya menggunakan KR adalah instrumen dengan satu jawaban benar saja. Rumus KR yang sering digunakan adalah KR 20 dan KR 21. Kedua teknik KR tersebut memiliki kriteria instrumen khusus untuk bisa menggunakan rumusnya. Saat instrumen tidak dapat dipastikan bahwa setiap item soal memiliki tingkat kesulitan yang sama, maka instrumen tersebut dianalisis reliabilitasnya menggunakan rumus KR 20 (Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012). b. Formula (rumus) 1. KR20 Berikut ini disajikan rumus KR 20 (Sugiyono, 2014).



Keterangan: ri1 = koefisien reliabilitas k = banyaknya butir soal 1 = bilangan konstan M = mean total (rata-rata hitung dari skor total) vt = varians skor total N = jumlah responden



2. KR21 Saat instrumen dapat dipastikan memiliki tingkat kesulitasn yang sama untuk setiap item soal, maka untuk menguji relibilitasnya digunakan rumus KR 21. Berikut disajikan rumus KR 21 (Sugiyono, 2014)



Keterangan: r11 = koefisien reliabilitas rhh = koefisien korelasi product moment antara skor belahan satu dengan skor belahan yang lain 1 dan 2 = bilangan konstan



Keterangan: X = Jumlah skor item ganjil Y = Jumlah skor item genap N = jumah subjek c. Contoh dan Tahapan Penerapan  Contoh perhitungan reliabilitas menggunakan formula KR20: Dilakukan penelitian untuk mengetahui gambaran penggunaan bahan pada perawatan luka di sebuah rumah sakit oleh perawat. Butir soal yang digunakan sebanyak 13 butir dengan responden untuk uji realibilitas diambil sebanyak 10 orang. Hasil yang didapat adalah sebagai berikut.



454−66 /10 = 10−1 = 4,31



=



(1313−1 )(1− 1,08 4, 31 )



= 0,812 Nilai koefisien reliabilitas yang didapat adalah 0,812 > 0,70. Kesimpulannya kuisioner dianggap masih reliabel (Sinaga, 2012).  Contoh perhitungan reliabilitas menggunakan formula KR21 Dilakukan penelitian untuk mengetahui persepsi tentang hubungan suami-istri selama kehamilan pada ibu hamil yang memeriksakan kandungan di sebuah Puskesmas. Jumlah soal yang digunakan sebanyak 8 butir dengan responden untuk uji realibilitas diambil sebanyak 10 orang. Hasil yang didapat adalah sebagai berikut.



vt 



X



2



42 = 10 = 4,2



  X  / N 2



N 1



246− ( 1764/10 ) = 10−1



= 7,73



 8  4,2 8  4,2   1  8  7,73   8  1 



=



= 0,724 Nilai koefisien reliabilitas yang didapat adalah 0,724 > 0,70. Kesimpulannya kuisioner dianggap masih reliabel (Sari, 2012). E. Analisis Varian a. Pengertian  Selain melalui pendekatan-pendekatan korelasional, estimasi reliabilitas tes dalam prosedur single-trial administrasion dapat pula dilakukan melalui teknik analisis varians (anava). Hal itu sangat logis bila diingat bahwa konsepsi reliabilitas sendiri memang merupakan rasio dari berbagai varians distribusi. [CITATION Sai19 \l 1033 ]  Analisis varian bertujuan untuk membedakan skor kategorik (2 kategori atau lebih). Terdiri dari 3 bagian yaitu, Within subject (dalam) yakni varian di dalam kelompok, Between subject (antar) yakni varian antar kelompok, dan Interaksi. (Widhiarso, n.d.)  Salah satu teknik anava yang sangat populer adalah yang dikemukakan oleh Hoyt (1941). Pendekatan Hoyt ini termuat dalam Jurnal Psychometrika yang sangat bergengsi dan sejak itu mendapat perhatian yang besar sekali dari para ahli psikometri.  Asumsi pada setiap aitem dianggap sebagai suatu perlakuan berbeda. Sehingga ketika subjek dihadapkan dalam satu aitem ia seakan-akan dikenai sebuah tritmen. Dianalisis dengan menggunakan anava dua jalur; Jalur 1 : aitem dan Jalur 2 : subjek.  Within subjeck (RESIDU), didasarkan pada deviasi skor dalam kelompok. Kemudian varian skor Jreng paling besar diantara ketiga skor. Sedangkan Between subject, didasarkan pada deviasi rerata kelompok dengan rerata total.(Widhiarso, n.d.)  Konsep dalam teknik analisis varians Hoyt adalah memandang distribusi aitem keseluruhan subjek sebagai data pada suatu desain eksperimen faktorial dua-jalan tanpa replikasi, yang dikenal pula sebagai item by subject design. Setiap aitem dianggap seakan suatu treatment atau perlakuan yang berbeda sehingga setiap kali subjek dihadapkan pada suatu aitem seakan-akan ia berada pada suatu perlakuan yang berbeda. Dalam hal ini banyaknya aitem merupakan banyaknya perlakuan. [CITATION Sai19 \l 1033 ]  Berbeda dengan formula Spearman-Brown, Flanagan, Rulon, maupun KuderRichardson, maka menurut C. Hoyt dalam menentukan reliabilitas tes hendaknya kita menganggap bahwa data yang berupa skor-skor hasil tes itu kita anggap sebagai data hasil eksperimen, di mana faktor pertamanya atau klasifikasi I-nya adalah subjek, sedangkan faktor kedua atau klasifikasi II adalah item. Masing-masing sel di sini terdiri atas 1 subjek. Selanjutnya kita cari interaksi antara subjek dengan item. Teknik



analisis seperti inilah yang terkenal dengan nama teknik analisis varians (ANAVA), dan penggunaan teknik analisis varians dalam rangka menentukan reliabilitas tes adalah merupakan perkembangan baru dalam dunia evaluasi pendidikan. b. Formula (rumus) 1. Rumus teknik Hoyt Azwar (1986) adalah: rtt : 1- 𝑀𝐾𝑖 𝑀𝐾s Keterangan : Rtt : Indeks reliabilitas alat ukur 1 : Bilangan Konstanta MKi : Mean kuadrat antar butir MKs : Mean Kuadrat antar subjek 2. Rumus Anova



Keterangan: i : Subjek j : Kelompok Xj : Rerata pada kelompok j X : Rerata total nj : Jumlah kelompok c. Contoh dan Tahapan Penerapan  Aplikasi anova pada aplikasi estimasi reliabilitas yakni; Didasarkan pada analogi bahwa item adalah sebuah treatmen yang dikenakan kepada subjek, misal : tes 10 aitem = subjek mendapat 10 perlakuan.  Varian antar perlakuan (rerata kuadrat antar) diasumsikan sebagai varian skor tes.  Varian dalam perlakukan (rerata kuadrat dalam) diasumsikan sebagai varian eror pengukuran.



Keterangan: i : skor subjek X : skor subjek pada seluruh item (baris) Y : skor semua subjek pada semua item (kolom) k : banyaknya item n : banyaknya subjek OUTPUT SPSS



(Widhiarso, n.d.) F.  Koefisien Alfa (alpha cronbach). a. Pengertian Pengujian reliabilitas menggunakan uji Alfa Cronbach dilakukan untuk instrumen yang memiliki jawaban benar lebih dari 1 (Adamson & Prion, 2013). Instrumen tersebut misalnya instrumen berbentuk esai, angket, atau kuesioner. Formula ini dapat digunakan jika aitem dikotomi ataupun politomi, belahan tes tidak harus paralel, namun harus memenuhi asumsi τequivalent, aitem-aitem dalam tes haruslah homogen sehingga formula ini tidak bisa digunakan untuk mengestimasi koefisien reliabilitas alat tes yang mengukur beberapa trait. b. Formula (rumus)  Rumus koefisien reliabilitas Alfa Cronbach adalah sebagai berikut.



ri = koefisien reliabilitas Alfa Cronbach k = jumlah item soal ∑si 2 = jumlah varians skor tiap item st 2 = varians total Rumus varians item dan varians total,







Rumus varians item dan varians total,



si 2 = varians tiap item JKi = jumlah kuadrat seluruh skor item JKs = jumlah kuadrat subjek n = jumlah responden st 2 = varians total Xt = skor total c. Contoh dan Tahapan Penerapan Jika koefisien reliabilitas Alfa Cronbach telah dihitung (ri), nilai tersebut kemudian dibandingkan dengan kriteria koefisien reliabilitas Alfa Cronbach untuk instrumen yang reliabel. Menurut Nunnally (dalam Streiner, 2003) menyatakan bahwa instrumen dikatakan reliabel jika koefisien reliabilitas Alfa Cronbach lebih dari 0,70 (ri > 0,70) dan Streiner sendiri (2003) menyatakan bahwa koefisien reliabilitas Alfa Cronbach, tidak boleh lebih dari 0,90 (ri < 0,9). Jika koefisien reliabilitas Alfa Cronbach kurang dari 0,70 (ri < 0,70), Tavakol & Dennick (2011) menyarankan untuk merevisi atau menghilangkan item soal yang memiliki korelasi yang rendah. Cara mudah menentukan item soal tersebut adalah dengan bantuan program di komputer. Jika koefisien reliabilitas Alfa Cronbach lebih dari 0,90 (ri > 0,90), mereka pun memiliki saran. Mereka menyarankan untuk mengurangi jumlah soal dengan kriteria soal yang sama meskipun dalam bentuk kalimat yang berbeda. (Yusup, 2018) 3. Kesimpulan Reliabilitas tes merupakan suatu alat ukur yang digunakan sebagai alat untuk mengetahui konsistensi dari pengukuran suatu tes yang kemudian dalam hasilnya menunjukkan sebuah keajegan. Ketika seseorang dikatakan dapat dipercaya, maka apabila orang tersebut berbicara ajeg, jelas dan pembicaraannya tidak berubah-ubah dari waktu-waktu, konsisten dengan apa yang dibicarakannya. Karena dalam sebuah tes penting untuk diamati keajegan dan kepastiannya suatu tes itu ketika tes tersebut dapat dilihat dari hasil tes yang didapat. Jadi inti dari reliabilitas itu adalah konsistensinya agar mendapatkan hasil yang reliabel. Koefisien reliabilitas disebut sebagai koefisien konsistensi internal jika administrasinya dilakukan dengan cara one administration atau yang artinya hanya melakukan satu kali tes maka selesai. Koefisien reliabilitas berdasarkan teori tes klasik (Classical Test Theory) ditentukan dengan beberapa metode yaitu metode belah dua (Split Half Method), formula Cronbach Alpha, dan formula Kuder Richardson. Metode belah dua (Split Half Method) terdiri atas beberapa formula yaitu SpearmanBrown, Flanagan, dan Rulon.



DAFTAR PUSTAKA



Drs,, Saifuddin Azwar, MA, 2019: Reliabilitas dan Validitas EDISI 4 Khumaedi, M. (2012). Reliabilitas Instrumen Penelitian Pendidikan. Jurnal Pendidikan Teknik Mesin Unnes, 12(1), 129541. Sarwiningsih, R. (2017). The Comparison Accuracy Estimation of Test Reliability Coefficients for National Chemistry Examination in Jambi Province on Academic Year 2014/2015. JKPK (Jurnal Kimia Dan Pendidikan Kimia), 2(1), 34. https://doi.org/10.20961/jkpk.v2i1.8740 Wicaksono, J. (2015). Split Half Reliability. In Encyclopedia of Measurement and Statistics. https://doi.org/10.4135/9781412952644.n425 Widhiarso, W. (n.d.). Estimasi Reliabilitas via Analisis Varian. Yusup, F. (2018). Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian Kuantitatif. Jurnal Tarbiyah : Jurnal Ilmiah Kependidikan, 7(1), 17–23. https://doi.org/10.18592/tarbiyah.v7i1.2100 Sari, R.R. 2012. Hubungan Seksual selama Kehamilan pada Ibu yang Memeriksakan Kehamilan di Puskesmas Sibande Pakpak Barat. Skripsi Jurusan Keperawatan Universitas Sumatera Utara, Medan. Sinaga, M. 2012. Gambaran Penggunaan Bahan pada Perawatan Luka di RSUD dr. Djasamen Saragih Pematang Siantar. Skripsi Jurusan Keperawatan Universitas Sumatera Utara, Medan.