9 0 133 KB
KONTEMPLASI PEMIKIRAN TENTANG FILSAFAT ILMU Mata Kuliah Filsafat Ilmu Dr. Rahmat, M.Pd
Disusun oleh: Kelas A.1.1 1. Ahmad (072111003) Muharom 2. Ani Yuliani (072111005) 3. Asmahudroh (072111006) 4. Cep Anwar (072111008) 5. Didin Mahyudin (072111011) 6. Kankan Sukendar (072111018) 7. Samsu (072111031) 8. Umu Hani (072111035)
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN KONSENTRASI MANAJEMEN PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PAKUAN BOGOR 2011
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Filsafat berasal dari kata falsafah (bahasa Arab) atau filosofi
(bahasa
menggunakan pengalaman
Yunani) akal
dan
berarti
budinya
cinta
kebijaksanaan,
atau
pengetahuannya
cinta secara
cinta
menggunakan arif.
Karena
menggunakan pengalaman dan pengetahuan secara arif dengan akal budi dianggap suatu kebenaran untuk bertindak maka cinta kebijaksanaan
juga dianggap
cinta akan
kebenaran
untuk
bertindak. Kebijaksanaan dapat berbeda dengan kebijakan. Pada umumnya kebijakan merupakan konsep, asas atau aturan biasanya tertulis untuk melaksanakan kebijaksanaan. Kebenaran dan kebijaksanaan itu sebetulnya masih relative, karena yang absolute atau definitive ada pada Tuhan. Dalam
artikel
yang
sama,
1
disebutkan
beberapa
pengertian filsafat dari para ahli diantaranya: a. Plato Plato berpendapat bahwa filsafat adalah pengetahuan yang mencoba untuk mencapai pengetahuan tentang kebenaran yang asli b. Aristoteles Menurut Aristoteles, filsafat adalah ilmu (pengetahuan) yang meliputi kebenaran yang di dalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika 1
Pengertian Filsafat, Muhamad Zainal Abidin, http://www.masbied.com/2011/06/23/pengertian-filsafat/
(filsafat keindahan). c. Hasbullah Bakry Menurut Bakry, ilmu filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta dan juga manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya sejauh yang dapat dicapai akan manusia dan bagaimana sikap manusia seharusnya setelah mencapai pengetahuan itu. d. Al Farabi Filsuf
Arab
ini
mengatakan
bahwa
filsafat
adalah
ilmu
(pengetahuan) tentang hakikat bagaimana alam maujud yang sebenarnya. Bila dilihat dari cabang filsafat, menurut Muzayyin Arifin dalam A. Susanto (2010:26), ruang lingkup kajian filsafat meliputi bidang-bidang sebagai berikut: 1. Kosmologi, yaitu suatu pemikiran dalam permasalahan yang berhubungan
dengan
alam
semesta,
ruang
dan
waktu
kenyataan hidup manusia sebagai ciptaan Tuhan, serta proses kejadian dan perkembangan hidup manusia di alam nyata dan sebagainya. 2. Ontologi, yaitu suatu pemikiran tentang asal usul kejadian alam
semesta,
dari
mana
dan
ke
arah
mana
proses
kejadiannya. 3. Philosophy of mind, yaitu pemikiran filosofis tentang jiwa dan bagaimana hubungannya dengan jasmani serta bagaimana tentang kebiasaan berkehendak manusia. 4. Epistemologi, yaitu pemikiran tentang apa dan bagaimana sumber pengetahuan manusia diperoleh; apakah dari akal pikiran (aliran rasionalisme), dari pengalaman panca indera
(aliran empirisme), dari ide-ide (aliran idealism), atau
dari
Tuhan (aliran teologis) termasuk juga pemikiran tentang validitas
pengetahuan
manusia,
artinya
sampai
dimana
kebenaran pengetahuan kita 5. Aksiologi, yaitu suatu pemikiran tentang masalah-masalah nilai, termasuk nilai-nilai tinggi dari Tuhan. Misalnya nilai moral, nilai agama, dan nilai keindahan (estetika). Aksiologi ini mengandung pengertian lebih luas daripada etika atau higher values of life (nilai-nilai kehidupan yang bertaraf tinggi). Filsafat merupakan suatu forum, tempat atau ajang diskusi yang bebas;
tempat
mencari
hikmat
ditengah-tengah
ilmu
pengetahuan. Filsafat berusaha mendekati masalah mendasar manusia yang harus dianggap secara terbuka, mendalam, sistematis, kritis dan tidak apriori, atau berprasangka, tidak dogmatis
dan
ideologis,
melainkan
secara
rasional
dan
argumentative.2 Dari bahwa
pengertian-pengertian
filsafat
perlu
pemikiran
diatas yang
dapat
disimpulkan
mendalam
karena
menyelidiki hakikat dari sesuatu, baik itu berwujud (benda dan kegiatan) ataupun yang tidak berwujud (ide dan gagasan). Filosofi atau filsafat bersifat menyeluruh, yaitu melihat hakikat ilmu dalam konstelasi pengetahuan lainnya. Juga melihat kaitan dengan moral dan agama.
B. Rumusan Masalah
2
Pengertian Filsafat, Muhamad Zainal Abidin, http://www.masbied.com
Berkaitan dengan hal-hal diatas, perlu dianalisa hal-hal penting berikut: 1. Apa yang kita ketahui tentang filsafat
kebenaran, pengetahuan dan keyakinan? 2. Bagaimana cara kita mengetahui filsafat kebenaran,
pengetahuan dan keyakinan tersebut? 3. Bagaimana cara kita memperoleh pengetahuan? 4. Mengapa filsafat kebenaran, pengetahuan dan
keyakinan penting bagi perencanaan pendidikan?
BAB II PEMBAHASAN 1.1
Philosophy Kebenaran, Pengetahuan dan Keyakinan Untuk
mengetahui
tentang
filsafat
kebenaran,
pengetahuan dan keyakinan, kita analisa berdasarkan cabang ilmu
filsafat
epistemology.
Dalam
Wikipedia,
arti
Epistemology, bila dilihat secara etimologinya, berasal dari bahasa Yunani, epistēmē, yang berarti pengetahuan;sains dan logos yang berarti ilmu yang mempelajari. Hal ini berkaitan dengan: 1. Apa itu pengetahuan? 2. Bagaimana pengetahuan didapat? 3. Bagaimana kita tahu apa yang kita tahu? Dari
ketiga
pertanyaan
tersebut,
kita
akhirnya
bisa
menganalisis pengetahuan itu sendiri dan mengetahui kaitan antara kebenaran, keyakinan dan justifikasi (pengetahuan). Hal
ini diperkenalkan oleh Filsuf asal skotlandia James Frederick. philosophy
Berikut
kebenaran,
keyakinan
dan
pengetahuan: A. Kebenaran Berdasarkan
etimologi
kata
dasarnya
"Benar"
kemudian
konfiks ke-an menjadi kebenaran. Benar: suatu keadaan yang cocok dengan keadaan sesungguhnya. Benar = sebagaimana adanya. Teori-Teori Kebenaran Menurut Filsafat: a. Teori Corespondence menerangkan bahwa kebenaran atau sesuatu kedaan benar itu terbukti benar bila ada kesesuaian antara arti yang dimaksud suatu pernyataan atau pendapat dengan objek yang dituju/ dimaksud oleh pernyataan atau pendapat tersebut.3 Berarti benar itu sesuai fakta. b. Teori
Consistency
pengujian
(test)
Teori atas
ini
arti
merupakan
kebenaran.
suatu
Hasil
usaha
test
dan
eksperimen dianggap relible jika kesan-kesan yang berturutturut dari satu penyelidik bersifat konsisten dengan hasil test eksperimen yang dilakukan penyelidik lain dalam waktu dan
tempat yang lain.4
Teori ini sesuai dengan
pandangan koherensi, yang menyebutkan bahwa benar
bila
secara
logis
berhubungan
dengan
kebenaran lainnya. c. Teori Pragmatisme. Paragmatisme menguji kebenaran dalam praktek yang dikenal para pendidik sebagai metode project atau metode problem solving dalam pengajaran. Mereka akan benar3
Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jujun S Suriasumantri
4
Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jujun S Suriasumantri
benar hanya jika mereka berguna mampu memecahkan problem
yang
ada.
Artinya
sesuatu
itu
benar,
jika
mengmbalikan pribadi manusia di dalam keseimbangan dalam keadaan tanpa persoalan dan kesulitan. Sebab tujuan utama pragmatisme ialah supaya manusia selalu ada di dalam keseimbangan, untuk ini manusia harus mampu melakukan
penyesuaian
dengan
tuntutan-tuntutan
lingkungan.5 Berkaitan dengan ini, benar bila dapat dibuktikan secara empiris. d. Kebenaran Religius. Bahwa Kebenaran tak cukup hanya diukur dengan rasio dan
kemauan
individu.
universal,berlaku
bagi
Kebenaran
seluruh
bersifat
umat
objective,
manusia,
karena
kebenaran ini secara antalogis dan oxiologis bersumber dari Tuhan yang disampaikan melalui wahyu. 6 Tingkatan Kebenaran a. Tingkatan kebenaran indera adalah tingkatan yang paling sederhana dan pertama yang dialami manusia b. Tingkatan
ilmiah,
pengalaman-pengalaman
yang
didasarkan disamping melalui indera, diolah pula dengan rasio c.
Tingkat filosofis, rasio dan pikir murni, renungan yang mendalam mengolah kebenaran itu semakin tinggi nilainya
d. Tingkatan religius, kebenaran mutlak yang bersumber dari Tuhan yang Maha Esa dan dihayati oleh kepribadian dengan integritas dengan iman dan kepercayaan
5 6
Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jujun S Suriasumantri http://van88.wordpress.com/teori-teori-kebenaran-filsafat/TEORI-TEORI KEBENARAN FILSAFAT
B. Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil tahu manusia terhadap suatu/perbuatan
manusia
hadapinya.7 Pengetahuan mental
yang
secara
untuk
memahami
merupakan
langsung
atau
objek
khasanah tak
yang
kekayaan
langsung
turut
memperkaya kehidupan.8 Bila dilihat dari etimologinya, tahu berarti mengerti kesan itu, sedang pengetahuan berarti hasil dari usaha manusia untuk menjawab pertanyaan "WHAT". Ilmu Pengetahuan sendiri berarti berarti usaha manusia tidak hanya sampai menjawab What, tapi lebih dari itu, mengapa dan bagaimana? Jadi filsafat timbul karena pengalaman sistematis dari pengetahuan. Pengertian pengetahuan juga dapat bermacammacam antara lain adalah ‘sesuatu yang ada atau dianggap ada’. Pengetahuan dapat berkembang. Pengetahuan yang berkembang terus, kemudian diatur secara sistematis, metodis dengan tujuan tertentu hingga terbentuk ilmu pengetahuan. Pengetahuan
dapat
berkembang.
Pengetahuan
yang
berkembang terus, kemudian diatur secara sistematis, metodis dengan
tujuan
terus
tertentu
hingga
terbentuk
ilmu
pengetahuan. Selanjutnya ilmu pengetahuan dikaji mendalam sesuai teori pembagian ilmu, menggunakan metode yang digunakan dalam ilmu tertentu untuk menemukan kebenaran dan
dasar
kepastian
serta
dikritik
untuk
memastikan
kebenaran hingga terjadilah cabang filsafat yang disebut kritik ilmu atau filsafat ilmu pengetahuan.9
7
Surojo dalam Susanto, Hal. 77, Filsafat Ilmu
8
Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jujun S Suriasumantri, Hal 104
9
Pengertian Filsafat, Muhamad Zainal Abidin, http://www.masbied.com
C. Keyakinan Keyakinan Dilihat
dari
bersumber
dari
etimologinya
pengetahuan
yakin
itu
dan
wahyu.
berarti
tahu,
percaya,mengerti,sungguh-sungguh, tidak salah lagi, pasti. (arti kata.com). Dikatakan keyakinan, bila sesuatu sesuai dengan logika hingga kita dapat mempercayainya. Dengan demikian kerangka pemahaman bisa diawali dari peroses
mencari
pengetahuan
yang
teruji
kebenarannya
sehingga dapat menjadi keyakinan. Oleh karena itu keyakinan bergantung pada hakekat kebenaran ilmu pengetahuan. Kita mengetahuinya melalui upaya mempertemukan antara konsep pemikiran dengan kenyataan yang menjadi objek dan kebenaran itu menjadi ilmu pengetahuan yang dapat dijadikan keyakinan.
2.2 Cara
Kita
Mengetahui
Philosophy
Kebenaran, Pengetahuan dan Keyakinan. Cara
kita
philosophy
mengetahui
kebenaran,
pengetahuan dan keyakinan tersebut melalui epistemology. Epistemology adalah cara mendapatkan pengetahuan yang benar. Seperti
yang
disebutkan
sebelumnya
bahwa
epistemology adalah pemikiran tentang apa dan bagaimana sumber pengetahuan manusia diperoleh; apakah dari akal pikiran (aliran rasionalisme), dari pengalaman panca indera (aliran empirisme), dari ide-ide (aliran idealism), atau dari Tuhan (aliran teologis) termasuk juga pemikiran tentang validitas pengetahuan
manusia,
artinya
sampai
dimana
kebenaran
pengetahuan kita. Aliran-aliran filsafat tersebut, secara singkat membahas: 1. aliran rasionalisme 2. aliran empirisme
3. aliran idealism 4. aliran teologis 2.3 Cara Kita Memperoleh Pengetahuan Bila dilihat dari arti singkatny, pengetahuan adalah suatu proses berpikir dalam menarik suatu kesimpulan /pengetahuan. Jujun mengatakan
10
cara memperoleh pengetahuan melalui:
Rasional, empiris, intuisi dan wahyu. Rasional menggunakan logika deduktif dan induktif, dalam proses penalarannya, menggunakan premis-premis yang berupa pengetahuan yang dianggap benar. Empiris mendasarkan diri kepada pengalaman. Kemudian, intuisi dan wahyu sebagai pengetahuan yang didapatkan tanpa melalui proses penalaran tertentu. Dalam Kerangka Teori, Tela’ah Konsep Pendidikan Islam Syed
Muhammad
Naquib
Al
Attas,
oleh
Ahmad
Furqon
Muntashir, menyatakan bahwa pengetahuan dalam pandangan Islam memiliki makna substantif ’keyakinan’, sebab pengetahuan diwahyukan, dipahami dan dialami dalam Islam yang kemudian disebut dengan keyakinan religius atau keyakinan pengetahuan. Keyakinan pengetahuan disebutkan dalam Al Qur’an ada tiga tingkatan, yaitu ’ilm al-yaqin, ’ayn al-yaqin dan haq alyaqin. Tingkat-tingkat keyakinan pengetahuan ini berkenaan dengan kebenaran, dinyatakan atau disembunyikan, empiris atau transendental dan keyakinan pengetahuan tentang apa yang dilihat. Ini juga berkenaan dengan yang dilihat oleh organ spiritual untuk kognisi, hati serta menunjuk kepada pengetahuan sebagai kepercayaan dan keimanan. Al Attas di sini menjelaskan bahwa pengetahuan tidak hanya sebatas kepada apa yang dilihat, dirasakan, dinyatakan (’alm ash-shahadah), namun juga 10
Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jujun S Suriasumantri, Hal 50
pengetahuan yang bersifat transendental atau yang tersembunyi (’alm al-ghayb). Lebih lanjut juga dijelaskan, dari lahir hingga matinya, manusia
tak
akan
lepas
dari
proses
mengumpulkan
pengetahuan. Contoh paling mudah adalah pengetahuan yang didapat melalui proses sensori indera. Pengalaman inderawi hanya menjadi bagian kecil bagaimana manusia memperoleh pengetahuan.
Dalam
perkembangannya,
cara
memperoleh
pengetahuan telah merentang sedemikian jauh diiringi dengan ragam pengetahuan itu sendiri. Dalam Kerangka Teori, Tela’ah Konsep Pendidikan Islam Syed Muhammad Naquib Al Attas, oleh Ahmad Furqon Muntashir juga dijelaskan proses manusia mendapatkan pengetahuan: 1. Tahap pertama dicapai melalui konseptualisasi. Benda nyata
seperti piring atau sendok perlu dikonseptualisasi melalui proses mental. Pengalaman atas piring dan sendok diabstraksi dan kemudian disatukan menjadi pengalaman mental yang tersimpan dalam otak. 2. Proses
ini
terjadi
berulang
tiap
manusia
mendapatkan
pengetahuan baru. Kemampuan konseptualisasi tidak akan sama antara satu orang dengan yang lain. Pengetahuan akan piring dan sendok relatif mudah dipahami karena keduanya merupakan perkakas sederhana, nyata, bisa dilihat maupun diraba. 3. Namun jenis pengetahuan yang melibatkan struktur yang
rumit serta abstak akan membutuhkan usaha dan mungkin juga kemampuan lebih untuk memahaminya. Kabar baiknya, layaknya
pengetahuan
itu
sendiri,
kemampuan
konseptualisasi juga bisa dilatih dan dikembangkan. 4. Lantas apakah semua proses ini akan mengantarkan pada
pengetahuan yang benar? Jawabnya belum tentu. Sangat mungkin manusia mengalami kesalahan. Seorang astronom bisa saja salah mengartikan gelombang radio yang terdeteksi dari luar angkasa sebagai sinyal dari makhluk asing, padahal itu hanya pulsar yang dipancarkan oleh kumpulan bintang. 5. Agar
kesalahan
bisa
diminimalkan
diperlukan
verifikasi.
Verifikasi mesti menunjukkan hasil yang konsisten dari waktu ke waktu. Jika hari ini hasilnya merah dan sebulan kemudian tetap merah, tingkat kepercayaan atas pengetahuan ini akan semakin tinggi. 6. Begitulah
siklus
utama
manusia
dalam
memperoleh
pengetahuan, konseptualisasi yang mesti diiringi dengan verifikasi. Namun ada satu faktor lagi yang juga berpengaruh, meski ini tidak terkait langsung dengan proses mental, yaitu metode dalam meraih pengetahuan itu sendiri. 7. Mengambil contoh di dunia sains, saat ini dikenal apa yang
disebut sebagai metode ilmiah. Metode ini baru diterapkan luas pada abad ke-17. Sebelum itu, mengikuti Aristoteles, masalah sains cukup dipecahkan melalui proses berpikir tanpa disertai pembuktian langsung atas hasil proses berpikir itu. 8. Dalam metode ilmiah, semuanya hanya sebatas dugaan
sebelum dapat dibuktikan lebih jauh. Hasil berpikir saja tidak akan mencukupi. Melalui metode ini, pengetahuan akan memiliki
validitas
kesalahan.
Ini
lebih
baik
dan
menjelaskan,
memperkecil metode
peluang
memperoleh
pengetahuan juga akan menentukan derajat kesahihan atas pengetahuan itu.11 Sama halnya dengan yang dijelaskan selanjutnya, 12 cara11
Konseptualisasi dan Verifikasi, Cara Kita Memperoleh Pengetahuan, http://syafrilhernendi.com 12 http://balipaper.wordpress.com/2010/08/09/cara-cara-untuk-memperolehpengetahuan/
cara untuk memperoleh pengetahuan melalui beberapa cara: a. Empirisme. Golongan empirisme memiliki pandangan bahwa pengetahuan dapat diperoleh melalui pengalaman. Hal ini dapat kita lihat seperti dalam masalah berikut. “Bagaimana kita mengetahui api
itu
panas?”
Maka,
seseorang
empirisme
akan
berpandangan bahwa api itu panas karena memang dia mengalaminya sendiri dengan menyentuh api tersebut dan memeperoleh pengalaman yang kita sebut “panas”. Dengan kata lain, dengan menggunakan alat inderawi peraba kita akan memperoleh pengalaman yang menjadi pengetahuan kita kelak.John Locke, Bapak Empirisme Britania, mengatakan bahwa pada waktu manusia dilahirkan akalnya merupakan sejenis buku catatan yang kosong (tabula rasa) dan di dalam buku catatan itulah dicatat pengalaman-pengalaman inderawi. Menurut Locke, seluruh sisa pengetahuan kita diperoleh dengan jalan menggunakan serta memperbandingkan ide-ide yang diperoleh melalui penginderaan serta refleksi yang pertama-tamadan sederhana tersebut. Ia memandang akal sebagai sejenis tempat penampungan, yang secara pasif menerima hasil-hasil penginderaan tersebut. Ini berarti semua pengetahuan kita betapapun rumitnya dapat dilacak kembali sampai
kepada
pengalaman-pengalaman
inderawi
yang
pertama-tama. Apa yang tidak dapat atau tidak perlu dilacak kembali secar demikian itu bukanlah pengetahuan mengenai hal-hal yang faktual. b. Rasionalisme. Rasionalisme
berpendirian
bahwa
sumber
pengetahuan
terletak pada akal. Bukan karena rasionalisme mengingkari pengalaman, melainkan pengalaman paling-paling dipandang
sebgai
jenis
perangsang
bagi
pikiran.
Para
penganut
rasionalisme yakin bahwa kebenaran dan kesesatan terletak di dalam ide kita dan bukannya di dalam diri barang sesuatu. Jika
kebenaran
(pengetahuan)
mengandung
makna
mempunyai ide yang sesuai dengan atau menunjuk kepada kenyataan, maka kebenaran hanya dapat ada di dalam pikiran kita dan hanya dapat diperoleh dengan akal budi saja.Seorang penganut
rasionalisme
tidaklah
memendang
pengalaman
sebagai hal yang tidak mengandung nilai. Bahkan sebaliknya, ia
mungkin
mencari
pengalaman-pengalaman
selanjutnya
sebagai bahan pembantu atau sebagai pendorong dalam penyelidikannya untuk memperoleh kebenaran. Dan mungkin akan mengadakan pembedaan antara pengetahuan dengan pendapat. Pengetahuan merupakan hasil kegiatan akal yang mengolah hasil tangkapan yang tidak jelas yang timbul dari indera kita, ingatan atau angan-angan kita. c. Fenomenalisasi Ajaran Kant. Menurut Kant pengetahuan diperoleh tergantung pada macam pengetahuan itu sendiri. Ia membedakan empat macam pengetahuan sebagai berikut:1. pengetahuan analitis apriori2. pengetahuan sintesis a priori3. pengetahuan analitis a posteori 4.
pengetahuan
sintesis
a
posteori.Pengetahuan
aproiri
merupakan pengetahuan yang tidak tergantung pada adanya pengalman atau yang ada sebelum pengalaman. Pengetahuan a posteriori terjadi sebagai akibat pengalaman. Pengetahuan analitis
merupakan
hasil
analisa.
Pengetahuan
sintesis
merupakan hasil keadaan yang memeprsatukan dua hal yang biasanya terpisah. Maka pengetahuan yang dihasilkan oleh analisa
terhadap
unsur-unsur
yang
apriori
disebut
pengetahuan analitis a priori. Pengetahuan sintesis a priori
dihasilkan oleh penyelidikan akal terhadap bentuk-bentuk pengalamnnya sendiri dan penggabungan unsur-unsur yang tidak saling bertumpu. Misalnya, 3+2 = 5 merupakan contoh pengetahuan semacam itu. Kant yankin bahwa sebagian besar kebenaran-kebenaran
matematika
Pengetahuan
a
sintesis
pengalaman. pengetahuan
posteriori
Pengetahuan empiris
intutisionalisme
mengenal
about)
setelah
merupakan
lazim.d. dua
semacam
diperoleh
ini
yang
mengenai”(knowledge
bersifat
itu. ada
bentuk
IntutisionalismeDalam
ungkapan
“pengetahuan
dan
“pengetahuan
tentang”(knowledge of). Pengetahuan mengenai dinamakan pengetahuan
diskursif
atau
pengetahuan
simbolis,
dan
pengetahuan ini ada perantaranya. Pengetahuan diskursif ini diperoleh melalui penggunaan simbol-simbol yang mencoba mengatakan kepada kita mengenai sesuatu dengan jalan berlakuk sebagai terjemahan bagi sesuatu itu. Ini tergantung pada pemikiran dari suatu sudut pandangan atau suatu kerangka acuan dan pelukisan kejadian yang berhubungan dengan sudut pandangan serta kerangka acuan tersebut. Dengan
cara
demikian
kita
memeperoleh
pengetahuan
mengenai suatu segi tetapi tidak pernahmengenai kejadian itu seluruhnya. Pengetahuan tentang yang disebut pengetahuan langsung
atau
intuitif
diperoleh
secara
langsung
tanpa
perantara. Hanya dengan mengguanakan intuisi kita dapat memperoleh
pengetahuan
pengetahuan
langsung
tentang
yang
mutlak
kejadian, dan
suatu
bukannya
pengetahuan yang nisbi atau yang ada perantaranya. Intuisi mengatasi sifat lahiriah pengetahuan simbolis yang pada dasarnya
bersifat
analisis
dan
memberikan
keseluruhan yang bersahaja yang mutlak tanpa
kepada
kita
sesuatu ungkapan, terjemahan atau penggambaran secara simbolis. d. Metode Ilmiah. Metode ilmiah merupakan prosedur yang mencakup berbagai tindakan pikiran, pola kerja, cara teknis, dan tata langkah untuk memperoleh pengetahuan baru atau mengembangkan pengetahuan
yang
telah
ada.
Jadi,
ilmu
merupakan
pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah. Tidak semua
pengetahuan
dapat
disebut
ilmu
sebab
ilmu
merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat yang harus dipenuhi
agar
suatu
pengetahuan
dapat
disebut
ilmu
tercantum dalam apa yang dinamakan metode ilmiah.Seperti diketahui, berpikir adalah kegiatan mental yang menghasilkan pengetahuan. Metode ilmiah merupakan ekspresi menegnai cara
bekerja
pikiran.
pengetahuan
yang
Dengan
cara
dihasilkan
karakteristik-karakteristik
bekerja
diharapkan
tertentu
yang
ini
maka
mempunyai
diminta
oleh
pengetahuan ilmiah, yaitu sifat rasional dan teruji yang memungkinkan
tubuh
pengetahuan
yang
disusunnya
merupakan pengetahuan yang diandalkan. Pola umum tata langkah dalam metode ilmiah mencakup penentuan masalah, perumusan
dengan
sementara,
perumusan kesimpulan dan verifikasi.
pengumpulan
data,
Secara
singkat,
proses
memperoleh
pengetahuan
ini,
digambarkan dalam bagan berikut:
1. Pengetahuan akan melahirkan kebenaran dan keyakinan 2. Keyakinan melahirkan pengetahuan dan kebenaran 3. Pengetahuan dalam keyakinan akan melahirkan kebenaran Allah SWT pun secara eksplisit telah memberitahukan cara memperoleh pengetahuan, melalui perantaraan wahyunya. Juga dengan melihat, memahami dan memikirkan apa hikmah penciptaan. Bacalah
dengan
menyebut
nama
Tuhanmu
yang
menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam (tulis), Dan
mengajarkan
kepada
manusia
apa
yang
tidak
diketahuinya. Dengan Memperhatikan surat Al-Alaq 1-6 dapat diketahui hal-hal sebagai berikut: 1. Allah Swt. menyuruh manusia untuk belajar. Sumber belajar dapat berupa alam semesta dan berbagai ciptaanNya
2. Allah pun membimbing manusia melalui wahyu 3. Dengan belajar manusia memperoleh pengetahuan. 4. Untuk membantu manusia belajar Allah Swt menyiapkan alam dan isinya sebagai bukti-bukti kebenaran apabila manusia sudah sampai pada pengetahuannya. 5. Dengan pengetahuan manusia akan yakin akan kebenaran dan dengan keyakinan manusia pun akan tahu akan kebenaran. Juga Education.
surat
al-Alaq
Sehingga,
ini
kita
berkaitan
sebagai
dengan
manusia
Lifelong
harus
selalu
mencari pengetahuan melalui membaca ciptaan Allah. 2.4 Pentingnya Kebenaran, Pengetahuan dan Keyakinan dalam perencanaan pendidikan Pendidikan
adalah
usaha
sadar
dan
terencana
untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan
spiritual
keagamaan,
pengendalian
diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dengan demikian, perencanaan pendidikan harus mengandung nilai-nilai kebenaran, pengetahuan dan keyakinan akan nilai-nilai. Ketiga
filosofi
ini
begitu
penting
dalam
perencanaan
pendidikan ke depan. Artinya ketika manusia menyadari bahwa esensi pengetahuan, kebenaran, dan keyakinan itu ada melalui peroses rasionalisasi, empiris dan intuisi, sesungguhnya pula wahyu itu datang sebagai sumber penguat /pembenaran atas semua pemikiran yang memang telah terlebih dahulu turunnya. Bahwa
wahyu
itu
menjadi
landasan
pembenaran
pengetahuan. Arti penting lainnya ialah jika pengetahuan,
ilmu
kebenaran , dan keyakinan yang dipeoleh melalui proses rasionalisasi,empiris, instuisi dan wahyu, maka sesungguhnya ia dapat
dijadikan
landasan
berpijak
yang
kuat
untuk
mengarahkan, menuntun pola perencanaan pendidikan bagi bangsa yang senantiasa diridhai Allah Swt. Mudah-mudahan para pemikir, penggagas perencana pembangunan pendidikan di negeri ini dapat menempatkan pemikirannya dibawah bimbingan kebenaran dan keyakinan sesuai nilai-nilai alQuran di atas. Semoga. Sesuai
dengan
yang
dikemukakan
Ahmad
Furqon
Muntashir, pendidikan harus bisa menjadi suatu proses yang mengantarkan setiap anak Adam menjadi manusia seutuhnya. Manusia
yang
secara
ditengah-tengah
pribadi
kehidupan
dapat
memerankan
masyarakat
sebagai
dirinya
problem
solver, yang selanjutnya manusia disebut dengan makhluk sosial.
Diharapkan
seluruh
lembaga
pendidikan
mampu
menghadirkan bentuk pendidikan integral. 13 Pendidikan integral tersebut diwujudkan dalam berbagai bentuk seperti: 1. Kurikulum
yang
saat
ini
sudah
memperhatikan
filsafat
pendidikan yang mengutamakan bukan hanya kognisi saja tetapi juga memperhatikan keterampilan dan sikap yang dimiliki
peserta
kurikulum
yang
didik.
Selanjutnya
mengintegrasikan
juga
berkembang
pendidikan
karakter
sebagai upaya mengarahkan pengetahuan yang didapat nantinya adalah pengetahuan yang benar karena dikaitkan dan diintegrasikan dengan nilai-nilai, ajaran, aturan dan budaya baik. 2. Sependapat dengan hal diatas, secara tegas, menurut al13
http://www.inpasonline.com. Pendidikan Islam Integral Dalam Kerangka Teori (Tela’ah Konsep Pendidikan Islam Syed Muhammad Naquib Al Attas)
Attas pendidikan adalah suatu proses penanaman sesuatu ke dalam diri manusia. Dalam hal ini, “suatu proses penanaman” mengacu pada metode dan sistem untuk menanamkan apa yang
disebut
Sedangkan,
sebagai
“sesuatu”
‘pendidikan’ mengacu
secara
pada
bertahap.
kandungan
yang
ditanamkan; dan “diri manusia” mengacu pada penerima proses dan kandungan itu. Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah penyemaian dan penanaman adab dalam diri seseorang, yang ini disebut dengan ta’dib. 3. Pendidikan integral adalah pendidikan yang berorientasi pada aspek alami manusia (dual nature) dengan kurikulum yang disajikan secara komprehensif, yaitu aspek fisikal dan aspek spiritual dengan suatu proses penyemaian dan penanaman adab kedalam diri seseorang secara bertahap. Sehingga mampu
menghasilkan
manusia
yang
sempurna
dalam
konteks negara yang paripurna. Dengan tujuan agar dapat mencapai kehidupan dunia dan akherat yang baik. 4. Untuk
mencapai
itu,
epistemology
Islam
perlu
dikembangkan. Sebagai bukti, orang-orang yang tidak bisa lagi membedakan mana yang hak dan mana yang bathil merupakan salah satu contoh ketika ia tidak menjadikan epistemologi Islam sebagai landasan berpikirnya. Baginya, hal-hal yang bertentangan dengan norma-norma adat, sosial, konstitusi negara atau bahkan agama sekalipun menjadi perkara yang mudah saja untuk dilanggar. Ia tidak mampu melihat garis terang yang memisahkan antara kebenaran dan kebathilan,
atau
bahkan
ia
justru
menyamakan
atau
mencampuradukkan antara keduanya. Dan yang lebih ironis, ia
justru
melihat
kebenaran
sebagai
kebathilan,
dan
kebathilan sebagai kebenaran. Ini di antara efek ketika cara ia berfikir tidak dibangun atas
epistemologi Islam.14 Epistemologi Islam didasarkan pada bangunan tauhid. Parameter tetapnya adalah Al Quran dan Hadist. Jika merujuk
pada
Al-Jabiri(1990:
556)
epistemologi
dalam
teologi Islam memiliki tiga kecenderungan yang kuat, yaitu bayani, irfani, dan burhani. Pertama, epistemologi bayani adalah epistemologi yang beranggapan
bahwa
sumber
ilmu
pengetahuan
adalah
wahyu atau penalaran dari teks. Ilmu-ilmu keislaman seperti hadis,
fikih,
ushul
fikih,
dan
lainnya,
menggunakan
epistemologis ini. Epistemologis bayani merupakan suatu cara untuk mendapatkan pengetahuan dengan berpijak pada teks, baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung dalam arti langsung menganggap teks sebagai pengetahuan jadi, dan secara tidak langsung yaitu dengan melakukan penalaran yang berpijak pada teks ini. Dengan kata lain sumber pengetahuan menurut epistemologi ini adalah teks atau penalaran yang berpijak pada teks (Hasan Langgulung, 1980 : 189 dalam Teuku Zulkhairi) Kedua, epistemologi
irfani adalah epistemologi yang
beranggapan bahwa ilmu pengetahuan adalah kehendak (irodah). Epistemologi ini memiliki metode yang khas dalam mendapatkan pengetahuan, yaitu kasyf. Metode ini sangat unique karena tidak bisa dirasionalkan dan diperdebatkan. Epistemologi ini benar-benar sulit dipahami, karena sifatnya yang
tidak
bisa
diverifikasi
dan
didemonstrasikan.
Epistemologi ini lebih mengandalkan pada rasa individual, daripada penggambaran dan penjelasan, bahkan ia menolak 14
http://harian-aceh.com/2011/07/01/berpikir-dengan-epistemologi-islam Berpikir dengan Epistemologi Islam Oleh Teuku Zulkhairi
penalaran. Penganut epistemologi ini adalah para sufi, oleh karenanya teori-teori yang dikomunikasikan menggunakan metafora dan tamsil, bukan dengan mekanisme bahasa yang definite. Ketiga, epistemologi burhani adalah epistemologi yang berpandangan bahwa sumber ilmu pengetahuan adalah akal. Akal menurut epistemologi ini mempunyai kemampuan untuk menemukan berbagai pengetahuan, bahkan dalam bidan agama sekalipun akal mampu untuk mengetahuinya, seperti masalah baik dan buruk (tansin dan tahbih). Epistemologi burhani ini dalam bidang keagamaan banyak dipakai oleh aliran berpaham rasionalis seperti Mu’tazilah. 5. Manusia mulai berfilsafat, apabila ia berpikir dengan teliti dan teratur untuk memecahkan masalah-masalah hidup dan kehidupan hakiki. Oleh karena itu, dengan mengetahui filsafat kebenaran, pengetahuan dan keyakinan maka teori pengetahuan (epistemology) sangat diperlukan karena guru tidak hanya harus mengetahui bagaimana murid belajar, melainkan juga bagaimana seharusnya belajar. Guru harus mengetahui
persoalan
belajar,
karena
dapat
mengembangkan kurikulum, proses dan metode belajar. 15
Kita menjadi tahu bagaimana seharusnya kita mengajar dan
tahu bagaimana seharusnya siswa belajar.
15
Pengantar Filsafat Pendidikan, Drs Uyoh Sadulloh, M.Pd. Hal 12
BAB III PENUTUP Dari berbagai uraian di atas, maka dapat disimpulkan halhal penting yaitu untuk mengetahui tentang filsafat kebenaran, pengetahuan dan keyakinan, kita analisa berdasarkan cabang ilmu filsafat epistemology. Epistemology adalah pemikiran tentang apa dan bagaimana sumber pengetahuan manusia diperoleh; apakah dari akal pikiran (aliran rasionalisme), dari pengalaman panca indera (aliran empirisme), dari ide-ide (aliran idealism), atau dari Tuhan (aliran teologis) termasuk juga pemikiran
tentang
validitas
pengetahuan
manusia,
artinya
sampai dimana kebenaran pengetahuan kita. Hal
ini
berkaitan
dengan
cara
kita
memperoleh
pengetahuan sebagai suatu proses berpikir dalam menarik suatu kesimpulan /pengetahuan. melalui: Rasional, empiris, intuisi dan wahyu. Allah SWT pun secara eksplisit telah memberitahukan cara memperoleh pengetahuan, melalui perantaraan wahyunya. Juga dengan melihat, memahami dan memikirkan apa hikmah penciptaan. Pengetahuan akan melahirkan kebenaran dan keyakinan. Keyakinan
melahirkan
pengetahuan
dan
kebenaran.
Pengetahuan dalam keyakinan akan melahirkan kebenaran. Pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan
spiritual
keagamaan,
pengendalian
diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara, maka perencanaan
pendidikan
harus
mengandung
kebenaran, pengetahuan dan keyakinan akan nilai-nilai.
nilai-nilai
Hai
itu
dijadikan
landasan
berpijak
yang
kuat
untuk
mengarahkan, menuntun pola perencanaan pendidikan bagi bangsa yang senantiasa diridhai Allah Swt. Pendidikan harus bisa menjadi suatu proses yang mengantarkan setiap anak Adam menjadi manusia seutuhnya. Manusia yang secara pribadi dapat memerankan dirinya ditengah-tengah kehidupan masyarakat sebagai problem solver, dan diharapkan seluruh lembaga pendidikan mampu menghadirkan bentuk pendidikan integral. Pendidikan integral tersebut diwujudkan dalam berbagai bentuk, terutama Kurikulum
yang
saat
ini
sudah
memperhatikan
filsafat
pendidikan yang mengutamakan bukan hanya kognisi saja tetapi juga memperhatikan keterampilan
dan
sikap
yang
dimiliki
peserta didik. Selanjutnya juga berkembang kurikulum yang mengintegrasikan mengarahkan
pendidikan
pengetahuan
karakter
yang
didapat
sebagai
upaya
nantinya
adalah
pengetahuan yang benar karena dikaitkan dan diintegrasikan dengan nilai-nilai, ajaran, aturan dan budaya baik. Dengan mengetahui filsafat kebenaran, pengetahuan dan keyakinan diperlukan
maka
teori
karena
pengetahuan
guru
tidak
(epistemology)
hanya
harus
sangat
mengetahui
bagaimana murid belajar, melainkan juga bagaimana seharusnya belajar. Guru harus mengetahui persoalan belajar, karena dapat mengembangkan kurikulum, proses dan metode belajar. Kita menjadi tahu bagaimana seharusnya kita mengajar dan tahu bagaimana seharusnya siswa belajar.
DAFTAR PUSTAKA Sadulloh, Uyoh. 2007. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: AlfaBeta. Suriasumantri, Jujun.S. 2009. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Penebar Swadaya. Susanto, A. 2011. Filsafat Ilmu, Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologis, Epistemologi dan Aksiologi. Jakarta: Bumi Aksara. http://en.wikipedia.org/wiki/Epistemology http://www.masbied.com/Pengertian Abidin,
Filsafat, Muhamad Zainal
http://van88.wordpress.com/teori-teori-kebenaran-filsafat/TEORITEORI KEBENARAN FILSAFAT http://syafrilhernendi.com Konseptualisasi dan Verifikasi, Cara Kita Memperoleh Pengetahuan http://balipaper.wordpress.com/2010/08/09/cara-cara-untukmemperoleh-pengetahuan/ http://www.inpasonline.com. Pendidikan Islam Integral Dalam Kerangka Teori (Tela’ah Konsep Pendidikan Islam Syed Muhammad Naquib Al Attas) http://harian-aceh.com/2011/07/01/berpikir-dengan-epistemologiislam Berpikir dengan Epistemologi Islam Oleh Teuku Zulkhairi