Kritik Sastra [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

AKSIS: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia



e-ISSN: 2580-9040



Volume Nomor July 2020



e-junal http://doi.org/1021009/AKSIS



DOI: doi.org/10.21009/AKSIS.0400120



Received Revised Accepted Published



: ... 2020 : ... 2020 : ... 2020 : ... 2020



Aspek Kepribadian Tokoh Utama dalam Novel “Kata, tentang senja yang kehilangan langitnya” Karya Rintik Sedu (Nadhifa Allya Tsana) (Sebuah pendekatan Kritik Psikologis) Gita Rachma Safitri Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Negeri Jakarta, Jalan Rawamangun Muka Pulo Gadung Kota Jakarta Timur E-mail: [email protected]



Abstract This research aims to know the personality of the main character and so that readers can understand the situation that is actually experienced by the main character in this novel by describing and describing the personality of the main character. This type of research is a qualitative descriptive study. The object of this research is the personality aspect of the main character in the novel " Kata, tentang senja yang kehilangan langitnya " by Rintik Sedu (Nadhifa Allya Tsana). The research data in this analysis are in the form of words, phrases and paragraphs in the novel " Kata, tentang senja yang kehilangan langitnya" by Retak Sedu (Nadhifa Allya Tsana). Data collection techniques using library techniques, listening techniques, and note taking techniques. Data analysis techniques useholistic or integrated and comprehensive reading techniques on novel data sources. Besides that it is also done through retroactive reading techniques. The results of the study are based on the analysis of the main charactersthe results of the analysis showed that the main character has a sanguinici type personality (childish person) which includes: very closed, indifferent, curt, sometimes childish, insecure, and inconsistent. Keywords: personality, a novel Kata Tentang Senja, psychological criticism.



Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kepribadian dari tokoh utama dan agar pembaca dapat memahami situasi yang benar-benar dialami oleh tokoh utama dalam novel ini dengan mendeskripsikan dan memaparkan kepribadian dari tokoh utama. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Objek penelitian ini adalah aspek kepribadian tokoh utama dalam Novel “Kata, tentang senja yang Gita Rachma Safitri; Aspek Kepribadian Tokoh Utama dalam Novel…



1



AKSIS: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia



e-ISSN: 2580-9040



Volume Nomor July 2020



e-junal http://doi.org/1021009/AKSIS



kehilangan langitnya” Karya Rintik Sedu (Nadhifa Allya Tsana). Data penelitian dalam analisis ini berupa kata, frasa, dan paragraf dalam Novel “Kata, tentang senja yang kehilangan langitnya” Karya Rintik Sedu (Nadhifa Allya Tsana). Teknik pengumpulan data menggunakan teknik pustaka, teknik simak, dan teknik catat. Teknik analisis data menggunakan teknik pembacaan secara holistik atau terpadu dan menyeluruh terhadap sumber data yang berbentuk novel. Disamping itu pula dilakukan melalui teknik pembacaan retroaktif. Hasil penelitian berdasarkan analisis tokoh utama hasil analisis menunjukkan bahwa tokoh utama mempunyai kepribadian tipe sanguinici (orang kekanak-kanakkan) yang meliputi: sangat tertutup, cuek, ketus, kadang kekanak-kanakan, tidak percaya diri, dan tidak konsisten. Kata kunci: kepribadian, novel Kata Tentang Senja, kritik psikologis.



PENDAHULUAN Karya sastra sebagai hasil imajinatif memiliki fungsi sebagai hiburan yang menyenangkan, selain itu karya sastra juga berguna menambah pengalaman batin bagi pembacanya. Terdapat istilah fiksi yang memiliki pengertian cerita rekaan atau cerita khayalan. Hal itu disebabkan karena fiksi merupakan karya naratif yang isinya tidak menyarankan pada kebenaran sejarah. (Abrams dalam Nurgiyantoro, 2002:2). Fiksi menawarkan berbagai permasalahan manusia dan kemanusiaan, hidup dan kehidupan. Pengarang akan mengungkapkan permasalahan melalui sarana fiksi sesuai dengan pandangannya. Salah satu jenis sarana fiksi adalah novel. Novel merupakan salah satu jenis prosa yang memuat pengalaman manusia secara menyeluruh yang menceritakan perjalanan hidup yang bersentuhan dengan kehidupan manusia, sehingga dapat dikatakan bahwa karya fiksi berupa novel adalah suatu potret realitas yang terwujud melalui bahasa yang estetis. Novel kerap disebut sebagai suatu karya yang hanya menceritakan bagian kehidupan seseorang. Hal ini didukung oleh pendapat Sumardjo (1984:65), yaitu novel sering diartikan sebagai hanya bercerita tentang bagian kehidupan seseorang saja, seperti masa menjelang perkawinan setelah mengelami masa percintaan, atau bagian kehidupan waktu seseorang tokoh mengalami krisis dalam jiwanya, dan sebagianya. Novel menceritakan suatu kejadian yang luar biasa, seperti terlahir konflik, suatu pertikaian, yang nantinya akan mengalihkan jurusan nasib mereka. Dalam hal ini pengarang dalam karyanya berusaha mengungkapkan sisi kepribadian manusia. Oleh sebab itu ada hubungan antara sastra dengan psikologi yang bersifat tidak langsung. Dalam kaitannya dengan sastra, psikologi merupakan ilmu bantu yang relevan karena proses pemahaman terhadap karya sastra dapat diambil ajaranajaran dan kaidah psikologi. Pernyataan ini didukung oleh pendapat Atmaja (1986:63) yang mengemukakan bahwa hubungan psikologi dan sastra adalah di satu pihak karya sastra dianggap sebagai hasil aktivitas dan ekspresi manusia di Gita Rachma Safitri; Aspek Kepribadian Tokoh Utama dalam Novel…



2



AKSIS: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia



e-ISSN: 2580-9040



Volume Nomor July 2020



e-junal http://doi.org/1021009/AKSIS



lain pihak psikologi dapat membantu seorang pengarang dalam memantulkan kepekaannya pada kenyataan, mempertajam kemampuan pengamatan dan memberi kesempatan untuk menjajagi pola yang berlum terjamah. Jadi antara karya sastra dan psikologi terdapat hubungan timbal balik, hubungan itu bukanlah kausal yang sederhana namun merupakan hubungan yang dapat dipahami. Menurut Wellek (1993:81) bahwa psikologi adalah ilmu yang membantu sastra dengan beberapa jalan, yaitu: (1) pembahasan tentang proses penciptaan sastra, (2) pembahasan psikologi terhadap pengarangnya (baik sebagai suatu tipe maupun sebagai seorang pribadi), (3) pembicaraan tentang ajaran dan kaidah-kaidah psikologi yang dapat ditimba dari karya sastra, dan (4) pengaruh karya sastra terhadap pembacanya. Setiap tokoh yang ditampilkan pengarang dalam sebuah karya sastra adalah tokoh yang mempunyai jiwa dalam menghadapi masalah hidup dan kehidupannya. Tokoh dengan konflik-konflik batin merupakan terjemahan perjalanan manusia ketika mengalami dan bersentuhan dengan kenyataan, peristiwa-peristiwa dihadapi dengan memasuki ruang dan seluk-beluk kehidupan pribadi. Citra, cita-cita, dan perasaan batin yang diungkapkan pengarang melalui tokoh-tokohnya dapat mewakili keinginan manusia akan kebenaran, nilai-nilai keanguanan dan kritik terhadap kehidupan. Dari pernyataan tersebut, psikologi sebagai ilmu yang mempelajari tingkah laku dan kehidupan psikis (jiwa) manusia dapat digunakan sebagai salah satu sarana dalam upaya pemahaman karya sastra. Segi-segi yang menjadi sorotan pengarang novel, berkisar pada kondisi-kondisi sosial yang terdapat dalam kehidupan masyarakat dan kaitannya dengan kepribadian. Pembaca akan diajak ke arah sikap mental dan tata nilai yang diharapkan pengarang. Novel “Kata, tentang senja yang kehilangan langitnya” Karya Rintik Sedu (Nadhifa Allya Tsana) adalah novel best seller, yang terkenal dikalangan remaja, dan tidak sedikit dari mereka yang mengaitkan kehidupan tokoh dalam novel dengan dirinya sendiri. Selain itu penulis juga sering menyelipkan beberapa katakata mutiara atau quotes, quotes yang ditulis menjadi daya tarik dari buku ini, karena dianggap sesuai dengan kondisi pembaca. Dalam novel “Kata, tentang senja yang kehilangan langitnya” pengarang menyajikan kondisi psikis yang rumit yang dialami tokoh utama, dengan sifatnya yang cuek dan tertutup, disini pengarang juga menyajikan nilai-nilai psikologi pembangun jiwa. Oleh karena itu, peneliti ingin meneliti aspek kepribadian tokoh utama (Binta) dalam novel “Kata, tentang senja yang kehilangan langitnya” menggunakan pendekatan kritik psikologis. Analisis kepribadian Binta akan dilakukan dengan menggunakan karakter atau watak yang diperagakan oleh tokoh Binta. Watak adalah keseluruhan (totalitas) kemungkinan-kemungkinan yang bereaksi secara emosional seseorang yang terbentuk selama hidupnya untuk unsur-unsur dari alam (dasar keturunan, faktor-faktor endogen) dan unsur-unsur luar (pendidikan dan pengalaman, faktor-faktor eksogen) (Surya Brata, 2005:21).



Gita Rachma Safitri; Aspek Kepribadian Tokoh Utama dalam Novel…



3



AKSIS: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia



e-ISSN: 2580-9040



Volume Nomor July 2020



e-junal http://doi.org/1021009/AKSIS



Dari penjelasan di atas, maka dalam artikel ini penulis akan menganalisis kepribadian tokoh utama yaitu Binta dalam novel “Kata, tentang senja yang kehilangan langitnya” Karya Rintik Sedu (Nadhifa Allya Tsana) dengan pendekatan Kritik Psikologis. Tujuan penulisan ini agar penulis mengeatahui kepribadian dari tokoh utama dan agar pembaca dapat memahami situasi yang benar-benar dialami oleh tokoh utama dalam novel ini. Analisis ini akan dilakukan dengan melihat karakter Binta dari cerita di dalam novel. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dan Kritik Psikologis yang akan membantu dalam menganalisis kepribadian tokoh utama dalam novel “Kata, tentang senja yang kehilangan langitnya” Karya Rintik Sedu (Nadhifa Allya Tsana). Sumber data dalam penelitian ini adalah data objektif berupa novel “Kata, tentang senja yang kehilangan langitnya” Karya Rintik Sedu (Nadhifa Allya Tsana). Teknik pengumpulan data menggunakan metode teknik baca, simak dan catat. Teknik analisis data menggunakan analitik dan dramatik. Pendekatan ini digunakan untuk mendeskripsikan kepribadian (perwatakan) terutama untuk mengetahui perilaku tokoh dalam menganalisis konflik batin yang dialami tokoh utama novel “Kata, tentang senja yang kehilangan langitnya” Karya Rintik Sedu (Nadhifa Allya Tsana) secara lengkap baik yang digambarkan secara langsung maupun melalui hubungan sosial dengan keluarga teman dan juga masyarakat. Penelitian dengan metode deskriptif mempunyai langkah penting seperti berikut: 1. Mengidentifikasi adanya permasalahan yang signifikan untuk dipecahkan melalui metode deskriptif. 2. Membatasi dan merumuskan permasalahan secara jelas. 3. Menentukan tujuan dan manfaat penelitian. 4. Melakukan studi pustaka yang berkaitan dengan permasalahan. 5. Menentukan kerangka berpikir, dan pertanyaan penelitian dan atau hipotesis penelitian. 6. Mendesain metode penelitian yang hendak digunakan termasuk dalam hal ini menentukan populasi, sampel, teknik sampling, menentukan instrumen, mengumpulkan data, dan menganalisis data. 7. Mengumpulkan, mengorganisasikan, dan menganalisis data 8. Membuat laporan penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan teknik pembacaan secara holistik atau terpadu dan menyeluruh terhadap sumber data yang berbentuk novel. Disamping itu pula dilakukan melalui teknik pembacaan retroaktif, yaitu pembacaan bolak-



Gita Rachma Safitri; Aspek Kepribadian Tokoh Utama dalam Novel…



4



AKSIS: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia



e-ISSN: 2580-9040



Volume Nomor July 2020



e-junal http://doi.org/1021009/AKSIS



balik untuk menangkap maknanya (setelah sumber data yang berbentuk novel atau teks novel tersebut dibaca, kemudian hasil pembacaan tersebut dijadikan dasar untuk pengklasifikasian dan pengelompokkan data berdasarkan unsur-unsur tertentu sesuai tujuan penelitian.



HASIL DAN PEMBAHASAN Karya sastra dan psikologi memiliki kesamaan dari sudut objek. Objek kajian psikologi berhubungan dengan kejiwaan dan kepribadian berhubungan tingkah laku manusia. Dalam penelitian sastra ini akan mengkaji pemaknaan dalam karya dengan melakukan penelitian melalui tinjauan psikologi sastra. Pada dasarnya psikologi sastra memberikan perhatian pada masalah yang kedua, yaitu pembicaraan dalam kaitannya dengan unsur-unsur kejiwaan tokoh-tokoh fiksional yang terkandung dalam karya. Sebagai dunia dalam karya sastra memasukkan berbagai aspek kehidupan ke dalamnya, khususnya manusia. Pada umumnya, aspek-aspek kemanusiaan inilah yang merupakan objek utama psikologi sastra, sebab semata-mata dalam diri manusia itulah,sebagai tokoh-tokoh, aspek kejiwan dicangkokkan dan diinvestasikan. Penelitian psikoilogi sastra dilakukan dengan dua cara. Pertama, melalui pemahaman teori-teori psikologi kemudian diadakan analisis terhadap suatu karya sastra. Kedua, dengan terlebih dahulu menentukan sebuah karya sastra sebagai objek kajian, kemudian ditentukan teori-teori psikologi yang dianggap relevan untuk melakukan analisis (Ratna, 2007:343-344). Koentjaraningrat (dalam Sobur, 2009:301) menyebut bahwa kepribadian atau ‘personality’ sebagai susunan unsurunsur akal dan jiwa yang menentukan perbedaan tingkah laku atau tindakan dari tiap-tiap individumanusia. Heymans (dalam Suryabrata, 2001:70-72) berpendapat bahwa manusia itu sangat berlain-lainan kepribadiannya, dan tipe-tipe kepribadian itu bukan main banyak macamnya, boleh dikatakan tak terhingga, namun secara garis besarnya tokoh dapat digolong-golongkan. Dasar klasifikasinya ialah tiga macam kualitas kejiwaan, yaitu: 1. Emosionalitas 2. Proses pengiring (primaire en secundaire functie) 3. Aktivitas (aktiviteit). Gerart Heymans (dalam Sobur, 2009:317) membagi tipe kepribadian manusia, berdasarkan kuat lemahnya ketiga unsur di atas dalam diri setiap orang menjadi tujuh tipe, seperti gapasioneerdem (orang hebat), cholerici (orang garang), sentimentil (orang perayu), nerveuzen (orang penggugup), flegmeticity (orang tenang), sanguinici (orang kekanak-kanakkan), dan amorfem (orang tak terbentuk).



Gita Rachma Safitri; Aspek Kepribadian Tokoh Utama dalam Novel…



5



AKSIS: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia



e-ISSN: 2580-9040



Volume Nomor July 2020



e-junal http://doi.org/1021009/AKSIS



Berdasarkan tujuh jenis kepribadian di atas, setiap individu memilikisatu tipe kepribadian yang tertera di dalamnya. Satu tipe tersebut menunjukkan kepribadian tokoh utama dalam novel “Kata, tentang senja yang kehilangan langitnya” Karya Rintik Sedu (Nadhifa Allya Tsana). Berdasarkan teori Heymans tentang kepribadian manusia, Bintan merupakan tokoh yang memiliki kepribadian jenis sanguinici (orang kekanak-kanakkan). Ciri-ciri kepribadian jenis Sanguinici adalah orang ini memiliki sifat yang terlihat antara lain sukar atau plin-plan dalam mengambil keputusan, ragu-ragu dalam bertindak, dan suka menyendiri. Dalam penelitian ini, hasil analisis menunjukkan bahwa tokoh utama mempunyai kepribadian tipe sanguinici (orang kekanak-kanakkan) yang meliputi: sangat tertutup, cuek, ketus, kadang kekanak-kanakan, tidak percaya diri, tidak konsisten akan digambarkan satu per satu. 1. Sangat tertutup Sifat tertutup yang dimiliki oleh Bintan ini terjadi karena kondisi dirinya yang memang menutup diri dari lingkungannya dan lebih ingin berada dalam kesendirian. Ditambah kondisi ibunya yang sakit, hal ini bisa saja membuat Bintan sehingga Bintan harus merawat ibunya, dan bisa saja hal ini yang membuat Bintan menutup diri karena merasa bisa melakukan semuanya sendiri dan tidak butuh bantuan orang lain. Selain itu perasaan pernah disakiti oleh pasangan di masa lalu mempengaruhi karakter Bintan saat ini, karena dahulu Bintan ditinggal oleh pasangan yang sangat ia cintai, hal ini bisa menjadi alasan mengapa Bintan begitu menutup diri karena takut orang lain akan masuk dan mengobrak ngabrik hatinya kembali. Maka dari itu sifat ini dimiliki Bintan untuk melindungi dirinya sendiri. 2. Cuek dan ketus Sifat ini Bintan milikii karena latar belakang masalah cinta yang pernah ia rasakan, sehingga ia merasa tidak perlu berperilaku baik terhadap seseorang bila akhirnya ia akan ditinggalkan, maka dari itu ketika ia bertemu dengan seorang laki-laki ia akan terkesan cuek dan ketus. Bintan terkesan seperti tidak peduli dengan orang lain. Bahkan Bintan selalu tidak merespon dengan baik teman laki-lakinya yang mencoba mendekatinya, namun laki-laki itu tidak putus asa dan selalu mencoba untuk meluluhkan hati Bintan dengan sikapnya yang cuek. Karena sifat ini lah Bintan tidak memiliki teman yang banyak, karena ia bahkan tidak membuka hati untuk siapa-pun, Bintan merasa bisa dengan dirinya sendiri walaupun terkadang ia merasa lelah. 3. Tidak konsisten Bintan memiliki karakter yang plin-plan ketika dihadapkan oleh suatu pilihan. Seperti pada kasus Bintan yang dihadapkan oleh dua laki-laki, yang satu datang dari masa lalunya yang telah meninggalkan dirinya begitu saja, dan yang satu lagi adalah laki-laki yang selama ini bersamanya yang selalu menghibur dan membantunya namun selalu ia balas dengan sikapnya yang cuek. Tak jarang Bintan juga bingung Gita Rachma Safitri; Aspek Kepribadian Tokoh Utama dalam Novel…



6



AKSIS: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia



e-ISSN: 2580-9040



Volume Nomor July 2020



e-junal http://doi.org/1021009/AKSIS



dengan dirinya dan dengan pilihan yang dihadapkan oleh dirinya. Namun hal yang paling tidak konsisten dalam diri Bintan ialah ketika ia dihadapkan dengan masalah perasaannya, ia selalu menolak namun ingin, ini lah mengapa ia tidak konsisten. Ia bahkan tidak bisa memilih suatu pilihan pada dirinya. 4. Tidak percaya diri Sikap tertutup, cuek, tidak konsisten, plin-plan menambah rasa ketidak percaya dirian pada Bintan, ia merasa dirinya tidak pantas dan selalu merasa tidak puas dengan hasil yang ia peroleh. Ditambah latar belakang Bintan yang pernah disakiti dan kondisi Bintan yang membuat menjadi tidak semangat dalam menjalani hari-harinya membuat rasa percaya dirinya semakin bertambah, ini terjadi karena Bintan selalu melihat kekurangan pada dirinya. Terlebih karena ia pernah ditinggal oleh kekasihnya secara tiba-tiba ia merasa ada yang salah dengan dirinya. Dengan kondisinya Bintan kesulitan menemukan rasa percaya dirinya, beruntung ia memiliki teman dekat yang selalu membantunya walaupun ia memiliki sifat yang tertutup dan cuek. 5. Kekanak-kanakan Dibalik semua sifat Bintan yang tertutup, cuek, tidak konsisten, dan tidak percaya diri Bintan tetaplah seorang anak perempuan yang membutuhkan perhatian, dan ini lah mengapa Bintan disebut tidak konsisten karena terkadang sifatnya pun berubah-ubah, terkadang ia bisa saja menjadi sangat cuek tapi tiba-tiba ia menjadi sangat kekanakkanakan. Hal ini terjadi karena karena Bintang butuh perhatian dari lingkungannya dan selalu merasa tidak cukup, dan bisa jadi ini adalah salah satu bentok berontak dari sifat-sifat lainnya, karena Bintan juga ingin memperlihatkan bahwa dirinya butuh perhatian dan ingin diperhatikan. Karena seperti yang kita tahu dari cerita ini Bintan adalah sosok yang mandiri yang harus menjaga ibunya yang sakit. Jadi tak heran bila terkadang sifat ini muncul karena terkadang Bintan juga perlu perhatian. KESIMPULAN Dari hasil analisis aspek kepribadian tokoh utama dalam novel “Kata, Tentang Senja Yang Kehilangan Langitnya” Karya Rintik Sedu (Nadhifa Allya Tsana) (sebuah pendelakatan kritik psikologis) dapat disimpulkan bahwa tokoh utama yaitu Bintan mempunyai kepribadian tipe sanguinici (orang kekanakkanakkan). Ciri-ciri kepribadian jenis Sanguinici adalah orang ini memiliki sifat yang terlihat antara lain sukar atau plin-plan dalam mengambil keputusan, raguragu dalam bertindak, dan suka menyendiri, hal ini sama dengan kepribdian yang dimiliki tokoh utama yaitu Bintan, yaitu: tertutup yang membuatnya menjadi cuek, tidak konsisten, dan tidak percaya diri, namun dibalik sikap itu semua Bintan menanggung beban yang berat maka tak jarang tiba-tiba ia bersikap kekanak-kanakan, selain itu Bintan juga seorang anak perempuan yang



Gita Rachma Safitri; Aspek Kepribadian Tokoh Utama dalam Novel…



7



AKSIS: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia



e-ISSN: 2580-9040



Volume Nomor July 2020



e-junal http://doi.org/1021009/AKSIS



membutuhkan perhatian, terlebih atas apa yang telah ia lakukan dan hadapi selama ini. SARAN Hasil kajian ini diharapkan memperluas wawasan pendidik tentang kritik terhadap sebuah karya sastra terutama pada sebuah novel, sehingga dapat memaksimalkan dirinya ketika membaca dan menilai sebuah karya sastra. Secara teoretis hasil kajian ini berimplikasi terhadap penilaian sebuah karya sastra, yang dilihat dari segi kritik sastra dengan pendekatan psikologis kritik sastra, maka diharapkan penelitian ini memberikan kontribusi dalam khasanah wawasan teori psikologis kritik sastra dalam kajiam kritik sastra. Kajian ini dapat memberikan sumbangan pengetahuan bagi para pembaca, terutama para praktisi pendidikan dan peneliti agar dapat memahami psikologi kritik sastra dengan lebih mudah. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada dosen saya Ibu Rahmah Purwahida yang telah memberikan masukan berupa materi, serta kritik dan saran pada setiap pertemuan sehingga saya dapat menyelesaikan artikel kajian sastra bandingan ini. Tak lupa ucapan terima kasih kepada teman-teman saya terutama teman sekelompok saya yaitu kelompok 5, Nadhilah Ghaisani dan Rachmat Prasetyo yang selalu membantu saya memberikan saran serta masukan sehingga artikel ini dapat terselesaikan. REFERENSI Atmaja, Jiwa. 1986. Notasi Tentang Novel Dan Semiotika. Ende: Nusa Indah Nurgiyantoro, Burhan. 2002. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Ratna, Nyoman Kutha. 2007. Teori, Metode, Dan Teknik Penelitian Sastra Dan Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajaran Sumardjo, Jakob. 1984. Masyarakat dan Sastra Indonesia. Jakarta: Nur Cahaya. Suryabrata, Sumadi. 2001. Psikologi Kepribadian. Cetakan ke 4. Jakarta: Raja Grafindo Pustaka Suryabrata, Sumadi. 2005. Pengembangan Alat Ukur Psikologis. Yogyakarta: Andi. Wellek, Rene dan Austin Warren. 1992. Teori Kesusastraan. Diindonesiakan oleh Melani Budiyanto. Jakarta: PT. Gramedia.



Gita Rachma Safitri; Aspek Kepribadian Tokoh Utama dalam Novel…



8