Krupuk Kupang [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

STUDI KELAYAKAN USAHA “KERUPUK KUPANG” CAMILAN KHAS SIDOARJO



Diusulkan Oleh : 1. Shofiya Nihayah (K.2013.1.32393) 2. Lia Ariestantya (K.2013.1.32394)



STIE MALANGKUCECWARA MALANG 2016



DAFTAR ISI Daftar Isi.............................................................................................................. BAB 1. PENDAHULUAN................................................................................. 1.1 Latar Belakang.............................................................................................. 1.2 Gambaran Umum Potensi Usaha.................................................................. BAB 2. PROFIL USAHA & POLA PEBIAYAAN............................................. 2.1 Profil Usaha.................................................................................................. 2.2 Pola Pembiayaan Bank................................................................................. BAB 3. ASPEK PASAR DAN PEMASARAN.................................................. 3.1 Aspek Pasar................................................................................................... 3.2 Aspek Pemasaran.......................................................................................... BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN..................................................... 4.1 Lokasi Usaha................................................................................................. 4.2 Fasilitas Produksi & Peralatan...................................................................... 4.3 Bahan Baku................................................................................................... 4.4 Tenaga Kerja................................................................................................. 4.5 Tehnologi....................................................................................................... 4.6 Proses Produksi............................................................................................. 4.7 Jumlah Jenis & Mutu Produksi..................................................................... 4.8 Produksi Optimum........................................................................................ 4.9 Kendala Produksi.......................................................................................... BAB 5. ASPEK KEUANGAN........................................................................... 5.1 Pemilihan Pola Usaha................................................................................... 5.2 Komponen Biaya........................................................................................... BAB 6. ASPEK EKONOMI, SOSIAL & DAMPAK LINGKUNGAN............. 6.1 Aspek Ekonomi & Sosial.............................................................................. 6.2 Aspek Dampak Lingkungan.......................................................................... BAB 7. KESIMPULAN & SARAN................................................................... 7.1 Kesimpulan................................................................................................... 7.2 Saran............................................................................................................. LAMPIRAN-LAMPIRAN Lampiran 1. Gambar – gambar profil usaha



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini wisata kuliner di Indonesia dipenuhi dengan berbagai macam variasi makanan, mulai dari camilan, kue, hingga masakan khas nusantara. Berbagai pengusaha kuliner memutar otak untuk menyajikan makanan yang berbeda dan memiliki inovasi, hal tersebut dilakukan untuk menarik perhatian konsumen terhadap jenis makanan yang diproduksi. Tidak jarang sekarang ini kita temukan berbagai jenis makanan yang unik dan baru, sehingga kita tertarik untuk mencobanya, beberapa contoh adalah “Maichi”, “Mang Ade”, dsb. Mereka memberikan cita rasa baru terhadap jenis makanan yang mereka produksi, sehingga para konsumen pun penasaran dan menjadikan variasi makanan-makanan tersebut sebagai suatu bentuk penyegaran dari jenis-jenis makanan yang sudah biasa mereka konsumsi. Untuk menciptakan makanan yang unik dan memiliki inovasi, kita tidak harus menggunakan bahan makanan yang sulit atau jarang dijumpai, dari bahan-bahan makanan disekitar kita pun dapat dimanfaatkan menjadi suatu jenis makanan yang unik, apalagi jika bahan makanan tersebut memiliki manfaat yang baik bagi kesehatan, jadi tidak hanya menarik dari segi cita rasa namum juga menyehatkan. Bahan sederhana yang dapat kita manfaatkan untuk membuat suatu jenis makanan adalah kupang. Mungkin bagi yang pernah berkunjung ke daerah sepanjang pesisir pantai utara Jawa di Jawa Timur, akan menjumpai dan merasakan kupang tepatnya di desa balongdowo Sidoarjo. Kupang segar mengandung gizi, terutama protein, yang cukup banyak. Komponen gizi yang terkandung dalam daging kupang meliputi kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar lemak, dan kadar karbohidrat. Kupang juga memiliki sumber asam amino esensial yang baik. Kupang putih maupun kupang merah memiliki 17 asam amino, sedangkan dari 17 asam amino tersebut terkandung 10 macam asam amino esensial yang diperlukan untuk tubuh, antara lain : treonin, valin, metionin, isoleusin, leusin, fenilalanin, lisin, tripsin, histidin, dan arginin. Asam amino esensial tidak dapat dibentuk oleh tubuh manusia, tetapi harus didapat dari makanan sehari-hari. Kita dapat memanfaatkan kupang yang kaya akan manfaat tersebut dengan mengolahnya menjadi kerupuk kupang, sejauh ini yang sering kita temui adalah kerupuk udang, kerupuk ikan dsb. Namun terdapat hal yang menjadikan kerupuk kupang ini menjadi lebih unik, yaitu olahan kupang itu sendiri.



1.2 Gambaran Umum Potensi Usaha Usaha pembuatan kerupuk kupang ini merupakan suatu inovasi yang dapat dijadikan sebagai peluang usaha baru, sebab bahan baku dari kerupuk kupang tersebut mudah ditemui di



daerah sidoarjo yaitu tepatnya di desa Balongdowo



karena Mata



pencaharian penduduk berupa nelayan, desa Balongdowo di lintasi oleh sungai yang mana sungai itu terdapat kupang yang menjadi mata pencaharian penduduk. Hal ini yang dapat mendasari potensi dari desa tersebut, sehingga kemauan dan potensi untuk mencoba mengaplikasikan ide baru dalam bentuk skala kecil ataupun skala luas guna memenuhi tuntutan kebutuhan hidup.. Seperti yang telah diuraikan pada sub bab sebelumnya bahan baku utama yaitu kupang mengandung banyak gizi. Berikut komposisi beberapa kandungan gizi dari kupang adalah sebagai berikut: Tabel 1.1 Kandungan yang dimiliki oleh Kupang Kandungan



Jumlah



Air



75,70 %



Abu



3,09%



Protein



10,85%



Lemak



2,68%



Karbohidrat



1,02%



Asam amino teroin



0,30%



Asam amino valin



0,30%



Asam amino metionin



0,09%



Asam amino iseleosin



0,03%



Asam amino leusin



16,00%



Asam amino fenilalanin



1,49%



Asam amino lisin



0,30%



Asam amino tripsin



0,30%



Asam amino histidin



0,30%



Zat besi



2,56%



Asam linoleat



8,97%



Eikosapentanoat



3,65%



Manfaat yang ada pada kupang :



a. Sebagai sumber protein, karena protein memiliki fungsi vital pada tubuh. b. Sebagai sumber vitamin B12 yang dapat membantu pencernan makanan, menjaga kesehatan sistem syaraf dan pembentukan sel tulang. c. Sebagai sumber asam lemak omega-3 dan omega-6 yang akan berfungsi menurunkan kolesterol jahat dalam darah. d. Sebagai sumber mineral bersih yang berfungsi sebagai komponen utama eritrosit. e. Sebagai sumber mineral selenium yang berperan sebagai antioksidan. Dari data-data tersebut, dapat diketahui bahwa komposisi dari kupang memberikan gizi yang baik serta manfaat yang menyehatkan tubuh. Sehingga cocok untuk dijadikan makanan pelengkap atau makanan sehari-hari yang juga dapat memanjakan lidah para konsumen.



BAB II PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN



2.1. Profil Usaha Usaha kerupuk kupang dapat dilakukan oleh industri besar-menengah bahkan industri kecil rumah tangga karena proses pembuatannya yang sangat mudah serta bahan baku yang melimpah. Mata pencaharian penduduk berupa nelayan, karena Balongdowo di lintasi oleh sungai yang mana sungai itu terdapat kupang yang menjadi mata pencaharian penduduk. Hal ini yang dapat mendasari potensi dari desa Balongdowo. Motivasi dan adanya waktu luang yang dimiliki masyarakat nelayan kupang itulah yang menyebabakan mereka mampu membuat dan mengkreasi hasil laut menjadi aneka makanan tepung, seperti krupuk kupang. Di desa balongdowo Sidoarjo, usaha pembuatan kerupuk kupang terdiri atas usaha perorangan. Usaha perorangan banyak tersebar di seluruh wilayah di sentra industri, sedangkan usaha kelompok beberapa terdapat di wilayah sentra industri. Jumlah produksi usaha perorangan relatif lebih rendah dengan wilayah pemasaran di dalam daerah. 2.2. Pola Pembiayaan Bank Dari segi pembiayaan, usaha pembuatan kerupuk kupang memerlukan biaya yang relatif sedikit. Untuk memulai usaha dengan 1 (satu) unit peralatan teknologi menengah diperlukan dana kurang lebih Rp.30.000.000,-. Kebutuhan modal ini dapat dicukupi dengan modal sendiri ataupun sebagian dapat dipenuhi dengan pinjaman dari bank. Kebutuhan biaya untuk investasi dan modal kerja usaha kerupuk kupang dapat dipenuhi dengan pinjaman bank. Pinjaman dari bank dapat berupa kredit investasi maupun kredit modal kerja. Dari survey yang telah ada, pengusaha kerupuk kupang yang merupakan industri kecil memperotieh kredit dari PT. Bank Rakyat Indonesia (persero), Tbk (selanjutnya disebut Bank BRI). Kebanyakan dari usaha kerupuk kupang yang memperoleh kredit ini merupakan usaha perorangan. Pihak Bank BRI Sidoarjo sendiri tidak memberikan kredit untuk usaha kelompok karena risikonya terlalu besar sebab biasanya usaha kelompok menggunakan jaminan tanggung renteng. Selain tidak memberikan kredit untuk usaha kelompok, Jenis kredit yang diberikan Bank BRI Sidoarjo adalah kredit investasi dan kredit modal kerja yang masing-masing mempunyai persyaratan kredit yang berbeda. Untuk kredit investasi, Bank BRI memberikan kredit dengan perbandingan antara biaya sendiri dan kredit dengan proporsi biaya sendiri sebesar 35% sampai 40%. Kredit investasi jangka waktunya 5



tahun dengan graee periode selama 6 sampai 12 bulan. Untuk kredit modal kerja, plafon dana sendiri yang harus dimiliki untuk mendapatkan kredit ini sebesar 30%. Jangka waktu kredit modal kerja antara 1 sampai 3 tahun. Tabel 2.1 Persyaratan Kredit Menurut Jenis dan Kredit



No



Persyaratan Kredit



Investasi



Modal Kerja



1



Bunga (% per tahun)



14-18



14-15



2



Grace period (bulan)



6-12



-



3



Jangka waktu kredit (tahun)



5



1-3



4



Dana sendiri nasabah (% plafon)



30-40



20-30



5



Periode angsuran



Dibayar akhir periode



BAB III ASPEK PASAR DAN PEMASARAN 3.1. Aspek Pasar 3.1.1 Permintaan Permintaan kerupuk kupang berasal dari usaha penggorengan, agen/toko dan pedagang. Secara kuantitatif belum ada data yang menggambarkan jumlah konsumsi kerupuk ikan. Meskipun demikian dapat diperkirakan bahwa jumlah konsumsi kerupuk cukup tinggi, karena makanan olahan ini banyak digemari. Menurut data dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), penduduk wilayah perkotaan (urban) lebih banyak mengkonsumsi kerupuk dibanding penduduk wilayah pedesaan (rural). Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa pengeluaran untuk konsumsi kerupuk wilayah perkotaan lebih besar dibanding pengeluaran konsumsi kerupuk penduduk wilayah pedesaan. Jumlah konsumsi kerupuk di wilayah perkotaan yang lebih tinggi dibanding pedesaan dikarenakan pendapatan penduduk di kota yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan pedesaan. Urbanisasi dan mobilitas penduduk yang sehari-harinya bekerja di kota telah menumbuhkan usaha penjualan makanan. Selain itu sifat kerupuk sebagai makanan pelengkap ini sering diabaikan oleh penduduk desa karena lebih fokus pada pemenuhan kebutuhan yang lebih pokok. Tabel. 3.1 Konsumsi dan Pengeluaran Rata-rata perKapita untuk Kerupuk (wilayah)



Wilayah



Banyaknya (ons)



Nilai (Rp.)



Perkotaan (Urban)



0.193



154



Pedesaan (Rural)



0.147



99



Perkotaan + Pedesaan



0.166



122



Dikatakan bahwa kerupuk merupakan makanan yang sangat digemari. oleh masyarakat luas wik penduduk miskin, pendapatan menengah maupun pendapatan tinggi.



3.1.2. Penawaran Usaha kerupuk kupang banyak diusahakan di daerah banyak menghasilkan kupang terutama daerah-daerah pantai dan sungai-sungai besar seperti di Sidoarjo Jawa Timur. data mengenai jumlah produksi kerupuk kupang baik di tingkat nasional maupun daerah belum bisa diperoleh. Sampai saat ini belum ada survey yang mengidentifikasi jumlah usaha kerupuk ikan baik di tingkat lokal maupun nasional. Kerupuk kupang dapat diproduksi sehari-hari dan tidak tergantung pada musim. Hanya saja kemungkinan terjadi penurunan pasokan kerupuk pada musim hujan karena produksinya menurun. Tetapi dengan berkembangnya teknologi, hambatan proses pengeringan pada musim hujan dapat teratasi sehingga pada musim hujan proses produksi masih bisa dilakukan meskipun tidak sebanyak pada musim kemarau. Selain itu pasokan kupang yang bisa diperoleh tiap hari dapat menjamin keberlangsungan usaha sekaligus pasokan kerupuk. 3.1.3. Analisis Persaingan dan Peluang Pasar Persaingan untuk usaha ini belum cukup tinggi karena jumlah usaha pembuatan dengan bahan baku kupang hanya berpeluang pada daerah tertentu saja. Peluang pasar untuk produk kerupuk ini dapat diperoleh dengan menghasilkan produk inovasi baru dengan kualitas rasa yang lebih enak dan warna ataupun bentuk yang lebih menarik. Selain produk inovasi baru peluang pasar untuk kerupuk kupang adalah segmen pasar yang sangat luas. Produk ini dikonsumsi secara luas dari masyarakat berpenghasilan rendah sampai masyarakat penghasilan tinggi. Kerupuk ikan harganya relatif murah sehingga bisa dijangkau oleh semua lapisan masyarakat. Diperkirakan jumlah konsumsi kerupuk kupang akan meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan perkembangan gaya hidup masyarakat yang menjadikan kerupuk ikan sebagai makanan pelengkap sehari-hari



3.2. Aspek Pemasaran 3.2.1. Harga Harga kerupuk kupang mengikuti hukum penawaran dan permintaan. Jika penawaran menurun maka harga kerupuk cenderung naik. Banyaknya jumlah usaha dengan berbagai jenis kerupuk yang dihasilkan menyebabkan jumlah penawaran yang cukup besar. Dalam masalah harga, produsen tidak biisa menentukan harga seperti pada pasar persaingan sempurna Pihak yang dapat mempengaruhi harga adalah pedagang. Harga rata-rata kerupuk kupang kualitas medium di tingkat produsen pada tahun 2016 di sidoarjo mencapai Rp.8500,- per bal isi ½ kg kerupuk siap goreng. Harga kerupuk kupang ini cukup fluktuatif. Perubahan harga tersebut bervariasi tetapi biasanya masih berada pada kisaran 10%. Kenaikan harga terjadi pada saat inilah produksi menurun yang disebabkan oleh kenaikan harga bahan baku dan penurunan produksi terutama pada musim penghujan. 3.2.2. Rantai Pemasaran Rantai pemasaran menggambarkan bagaimana kerupuk ikan sampai kepada konsumen. Pengusaha kerupuk kupang sebagian besar hanya menghasilkan produk sampai pada kerupuk mentah siap goreng. Hasil produksi berupa kerupuk siap goreng dipasarkan ke konsumen akhir (rumah tangga) melalui 3 cara yaitu: 1. Usaha penggorengan Usaha penggorengan merupakan usaha yang timbul sebagai usaha pengolahan lanjutan dari kerupuk ikan. Produk dari usaha ini berupa kerupuk goreng siap konsumsi yang dikemas kemudian dijual ke konsumen melalui toko, pedagang, pasar ataupun langsung ke konsumen akhir. 2. Agen/toko Agen/toko ini berfungsi sebagai pengepul yang akan menjual produk kerupuk siap goreng pada penjual eceran atau langsung kepada konsumen akhir. 3. Pengecer Pedagang yang menjual langsung kepada konsumen Dari pola pemasaran produk di atas, dapat diketahui bahwa produk akan sampai pada konsumen akhir dalam dua bentuk yaitu kerupuk mentah siap goreng dan kerupuk goreng siap konsumsi.



Dalam hal pengiriman produk dari produsen ke konsumen ada dua cara : 1. Diambil langsung ke produsen 2. Dikirim oleh produsen kepada agen atau toko pemesan 3.2.3. Kendala Usaha kerupuk kupang sebagai salah satu usaha yang tepat untuk dijalankan karena proses pembuatannya sangat mudah. Hanya saja jika untuk menjalankan usaha kerupuk kupang tersebut akan terkendela pada saat musim hujan. Proses pengeringan kerupuk pada musim hujan tidak bisa dilakukan secara maksimal sehingga para pengusaha kerupuk memilih berhenti untuk menjalankan usahanya. Yang sebenarnya proses pengeringan kerupuk bisa dilakukan dengan menggunakan mesin pengering sehingga proses pengeringan dapat dilakukan sewaktu – waktu. Selain itu pada saat datangnya bulan ramdhan jumlah bahan baku mengalami kelangkaan dikarenakan banyak nelayan yang jarang pergi melaut.



Gambar. Mesin oven pengering



BAB IV ASPEK TEKNIS PRODUKSI 4.1. Lokasi Usaha Lokasi usaha pengolahan produk ikan sebaiknya dilakukan di daerah-daerah yang dekat dengan wilayah perairan baik wilayah dekat pantai ataupun sungai-sungai besar agar dapat memperoleh bahan baku dengan harga yang lebih murah. Untuk pembuatan kerupuk kupang tidak memerlukan lokasi usaha yang spesifik. Rumah tangga pada umumnya dapat melakukan usaha ini sepanjang memiliki tanah lapang yang cukup untuk proses penjemuran. Pada lokasi usaha yang hanya memiliki tanah sempit dapat melakukan penyesuaian dengan membuat tempat penjemuran pada bagian atas bangunan yang dibuat bertingkat. 4.2. Fasilitas Produksi dan Peralatan 4.2.1. Fasilitas Produksi a. Bangunan untuk proses produksi Bangunan digunakan untuk aktivitas proses produksi yang meliputi penyiapan bahan baku,



pembuatan



adonan,



pencetakan,



pengukusan,



pendinginan,



pemotongan,



pengeringan penjemuran dan penyimpanan. Luas lahan yang digunakan tergantung pada jenis dan banyaknya fasilitas yang dimiliki atau dengan kata lain skala usaha yang dimiliki. Layout pabrik diatur sesuai dengan urutan tahap-tahap produksi. Hal ini memudahkan untuk proses pemindahan barang dari masing-masing tahap. Ruangan untuk tempat pemotongan misalnya merupakan ruangan yang langsung tembus ke lahan penjemuran untuk memudahkan proses pengangkutan kerupuk setelah dipotong untuk selanjutnya dijemur. Gudang penyimpanan output disesuaikan dengan jumlah produksi. b. Lahan penjemuran



Lahan penjemuran untuk pengeringan kerupuk ini relatif lebih luas dibandingkan bangunan tempat produksi yang lain. Tanah yang digunakan untuk penjemuran disemen agar kerupuk basah yang dijemur tidak kotor oleh tanah. Di pinggir-pinggir lahan penjemuran diberi atap untuk penyimpanan sementara kerupuk yang belum kering pada waktu malam hari atau saat hujan. 4.2.2. Peralatan Kerupuk kupang dapat diproduksi dengan alat yang sederhana atau dengan peralatan dengan teknologi modern. Untuk industri rumah tangga yang memproduksi kerupuk kupang baik untuk dikonsumsi sendiri ataupun dijual dengan lingkup yang masih kecil dapat menggunakan alat-alat yang sederhana. Adapun alat-alat sederhana yang digunakan untuk pembuatan kerupuk ikan yaitu: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.



Baskom Dandang Alat penghancur bumbu (cobek) Pisau Tampah (Nyiru) Kompor Loyang Sendok Usaha pembuatan kerupuk kupang dengan skala yang besar menggunakan alat-alat



dengan teknologi yang lebih modern. Penggunaan teknologi modern ini dapat mengurangi jumlah pekerja sekaligus menghasilkan produk dengan jumlah yang lebih banyak dalam waktu yang singkat. Adapun peralatan modern yang digunakan dalam proses pembuatan kerupuk kupang antara lain: 1. Alat pelembut bahan (mulen) a. Mesin ini digunakan untuk melembutkan campuran ikan yang telah dihaluskan dan adonan tepung dan bumbu. Mesin ini berkapasitas hingga 10 kg dan dapat dijalankan oleh 1 (satu) orang tenaga kerja. 2. Panci a. Digunakan untuk mengambil sari dari kupang sebagai bahan utama dari kerupuk. 3. Bak pencampur bahan



Bak ini berbentuk persegi empat dengan ukuran panjang rata-rata 2 meter dan lebar 1 meter yang terbuat dari kayu. Ukuran bak ini bisa disesuaikan dengan kebutuhan kapasitas muatan yang diinginkan. 4. Pencetak Mesin pencetak ini digunakan untuk mencetak adonan, berbentuk silinder sebelum dimasukkan ke cetakan sesuai ukuran yang diinginkan. Terdapat juga meja press agar adonan yang tercetak menjadi lebih padat dan kenyal. Mesin cetak ini membutuhkan 1 orang tenaga kerja untuk menjalankannya. 5. Alat pengukus (dandang) Alat pengukus (dandang) berbentuk tabung panjang yang terbuat dari aluminium. 6. Mesin pemotong Mesin pemotong ini digunakan untuk memotong kerupuk yang telah diidinginkan selama 1 hari (24 jam). Mesin ini dijalankan oleh 2 (dua) orang tenaga kerja. 7. Oven Oven digunakan untuk mengeringkan kerupuk terutama pada saat sinar matahari kurang atau pada saat musim hujan. Oven berbentuk persegi panjang yang terbuat dari eor-coran semen dan pasir yang terbagi dalam dua bagian. Bagian atas merupakan tempat kerupuk yang akan dikeringkan sedangkan bagian bawah berupa kolong untuk mengalirkan panas. Oven terdiri dari dryer dan mesin diesel.



4.3. Bahan Baku Terdapat bermaaam-macam jenis kerupuk yang pembuatannya menggunakan bahan baku yang berbeda-beda. Seperti namanya, kerupuk kupang merupakan kerupuk yang berbahan baku kupang. Selain kupang, usaha ini menggunakan bahan baku lain yaitu tepung tapioka, tepung terigu, tepung sagu dan telur. Bumbu juga digunakan dalam pembuatan kerupuk kupang untuk menambah rasa lezat dan gurih. Adapun bumbu-bumbu yang digunakan adalah garam, gula dan penyedap rasa. Zat pewarna sering digunakan sebagai bahan tambahan untuk memberikan warna agar lebih menarik. 4.4. Tenaga Kerja Tenaga kerja yang diperlukan dalam pembuatan kerupuk tidak memerlukan keahlian khusus. Dalam hal ini tenaga kerja pria dan wanita dapat dipekerjakan pada semua tahap pembuatan. Akan tetapi tenaga kerja laki-laki sebagian besar ditempatkan pada proses



penyiapan bahan, peneetakan, pengukusan, dan pemotongan sedangkan tenaga kerja wanita banyak digunakan pada tahap pemotongan, penjemuran dan pengepakan. Selain tenaga kerja tetap, terkadang diperlukan tenaga kerja borongan jika sewaktu-waktu terjadi lonjakan pesanan atau pada musim kemarau dimana proses produksi meningkat. 4.5. Teknologi Dalam usaha pembuatan kerupuk ikan dapat menggunakan teknologi tradisional ataupun teknologi modern. Perbedaan teknologi ini berkaitan dengan jenis peralatan yang digunakan selama proses produksi. a. Teknologi tradisional Peralatan yang digunakan pada teknologi ini mudah diperoleh sebab merupakan peralatan yang sering dipakai dalam rumah tangga pada umumnya. Selain alat, tenaga kerja merupakan faktor utama dalam hasil produksi kerupuk, sebab beberapa proses produksi mengandalkan



tenaga



manusia.



Penggunaan



peralatan



sederhana



ini



sangat



mempengaruhi jumlah produksi yang dihasilkan dan mutu. Dengan hanya menggunakan teknologi tradisional ini terkadang hanya dapat menghasilkan 1 (satu) kali adonan. Kapasitas produksi dengan alat sederhana ini sangat keeil dengan mutu yang kurang baik. b. Teknologi modern Pembuatan kerupuk dengan teknologi modern menggunakan peralatan seperti mesin cetak otomatis yang menghasilkan bentuk yang lebih variatif, mesin pemotong yang lebih eepat dan penggunaan oven, Penggunaan teknologi ini dapat menghasilkan jumlah produksi yang berlipat-lipat jika dibandingkan dengan teknologi sederhana. Dalam satu hari dapat dilakukan 3-4 kali adonan kerupuk. Selain itu dengan teknologi ini akan menghemat jumlah tenaga kerja yang digunakan yang akan menurunkan biaya operasional. c. Teknologi menengah Pada pembuatan kerupuk dengan teknologi menengah menggunakan peralatan yang terdiri dari mesin-mesin dengan kapasitas yang relatif masih rendah.



4.6. Proses Produksi Pengolahan kerupuk kupang hanya dari pengolahan bahan mentah sampai pada proses kerupuk siap goreng. Adapun proses pengolahannya adalah sebagai berikut: 1. Proses penyiapan bahan baku Proses penyiapan bahan baku adalah persiapan mulai dari membersihkan atau mencuci kupang dari kulitnya dan kotoran, tepung serta bumbu-bumbu sesuai dengan perhitungan komposisi masing-masing bahan untuk setiap adonan. Dalam proses ini Bahan baku kupang perlu mendapat perhatian utama. Kualitas kupang yang digunakan akan mempengaruhi mutu produksi kerupuk kupang, oleh karena itu perlu dipilih kupang yang baik. bengan demikian diperlukan pengetahuan untuk mengetahui tanda-tanda kupang dengan mutu yang baik. Pertama adalah merebus kupang dengan air agar memperoleh kaldung kupang sebagai bahan utama. 2. Proses pembentukan adonan Adonan dibuat dari tepung tapioka yang dicampur dengan bumbu-bumbu yang digunakan. Tepung diberi air dingin hingga menjadi adonan yang kental. Bumbu dan kaldu kupang yang telah dibumbui dimasukkan ke dalam adonan dan diaduk/diremas hingga lumat dan rata. Adonan ini kemudian dimasukkan ke dalam mulen untuk pelembutan, dan akan diperoleh adonan yang kenyal dengan campuran bahan merata. 3. Pencetakan Pencetakan adonan dapat dilakukan dengan tangan ataupun dengan mesin. Dengan menggunakan tangan adonan dibentuk silinder dengan panjang kurang lebih 30 cm dan diameter 5 cm. Dengan bantuan alat cetak adonan ini dapat dibuat dalam bentuk serupa. Kemudian adonan berbentuk silinder ini di "press" untuk mendapatkan adonan yang lebih padat. Selanjutnya adonan ini dimasukkan ke dalam cetakan yang berbentuk silinder yang terbuat dari aluminium. 4. Pengukusan Adonan berbentuk silinder kemudian dikukus dalam dandang selama kurang lebih 2 jam sampai masak. Untuk mengetahui apakah adonan kerupuk telah masak atau belum adalah dengan cara menusukkan lidi ke dalamnya. Bila adonan tioak melekat pada lidi berarti



adonan telah masak. Cara lain untuk menentukan masak atau tidaknya adonan kerupuk dapat dilakukan dengan menekan adonan tersebut. Bila permukaan silinder kembali seperti semula, artinya adonan telah masak. 5. Pendinginan Adonan kerupuk yang telah masak segera diangkat dan didinginkan. Untuk melepaskan dari cetakan, biasanya adonan diguyur dengan air. Adonan kemudian didinginkan di udara terbuka kurang lebih 1 (satu) hari atau kurang lebih 24 jam hingga adonan menjadi keras dan mudah diiris. 6. Pemotongan Tahap selanjutnya adalah pernotongan adonan kerupuk yang telah dingin. Sebuah mesin pemotong dijalankan oleh 2 (dua) orang. Proses ini juga dapat dilakukan secara sederhana yaitu mengiris adonan dengan pisau yang tajam. Pengirisan dilakukan setipis mungkin dengan tebal kira-kira 2 mm, agar hasilnya baik ketika digoreng. Untuk memudahkan pengirisan, pisau dilumuri dahulu dengan minyak goreng. 7. Penjemuran/pengeringan Adonan yang telah diiris-iris kemudian dijemur sampai kering. Penjemuran dilakukan di bawah sinar matahari kurang lebih 4 jam. Pada saat musim hujan untuk pengeringan kerupuk yang masih basah dapat dilakukan dengan oven (dryer) selama kurang lebih 2 jam. Tetapi kerupuk yang dikenngkan dengan sinar matahari hasilnya akan lebih bagus dibandingkan jika menggunakan oven. Kerupuk yang dikeringkan dengan sinar matahari jika digoreng akan lebih mengembang. Hal ini akan lebih menguntungkan para pengusaha penggorengan kerupuk dan akan mempengaruhi harga kerupuk. Karena itulah pengeringan menggunakan sinar matahari lebih disukai dibandingkan dengan menggunakan oven. 8. Pengepakan Setelah kering, kerupuk segera diangkat dari jemuran. Kerupuk yang telah kering dapat segera dibungkus dan dijual. Biasanya kerupuk kupang goreng dikemas dalam plastik



sejumlah berat tertentu. Kemasan kerupuk dalam plastik tersebut disebut bal, dimana per bal dapat berisi 5 kg atau 10 kg kerupuk. 4.7. Jumlah, Jenis dan Mutu Produksi Dengan menggunakan teknologi sederhana, jumlah produksi kerupuk per hari yang dihasilkan sedikit. Dengan peralatan yang masih sederhana dan kapasitas produksi yang masih rendah, serta mengandalkan jumlah tenaga kerja manusia, pembuatan kerupuk ikan memerlukan waktu yang lebih lama sehingga dalam sehari terkadang hanya dapat melakukan 1 (satu) kali adonan dengan jumlah produksi rata-rata 3 kuintal. Dibandingkan dengan proses teknologi modern dalam satu hari dapat dilakukan 2-3 kali adonan dengan jumlah produksi per adonan bisa lebih dari 1 ton. Dari jenis kerupuk kupang dan komposisinya, produk tersebut harus memenuhi standar mutu produk kerupuk kupang yang ditetapkan. Selain itu kerupuk kupang harus bebas dari bahanbahan pengawet yang dapat membahayakan kesehatan manusia. 4.8. Produksi Optimum Berdasarkan informasi yang diperoleh dari studi lapangan, komposisi adonan memiliki perbandingan sebagai berikut: kaldu kupang 50 kg, tepung tapioka 300 kg, garam 10 kg, gula 12,5 kg, telur 10 kg serta penyedap dan pewarna secukupnya. Komposisi ini dapat menghasilkan kerupuk dengan kualitas yang baik yaitu jika digoreng akan mengembang dengan baik. Apabila proses pembuatan kerupuk kupang berjalan optimal maka dari komposisi adonan tersebut dapat dihasilkan 300 - 330 kg kerupuk (rendemen 76-85 %) 4.9. Kendala Produksi Dilihat dari sisi tenaga kerja, usaha kerupuk kupang ini tidak menemui kesulitan. Setiap proses produksi dapat dikerjakan oleh tenaga kerja tanpa memerlukan keahlian khusus. Kesulitan yang sering dijumpai dalam usaha ini adalah ketika terjadi penurunan produksi pada saat musim hujan dan pada saat bulan ramdhan karena banyaknya nelayan yang tidak pergi melaut untuk mencari kupang. Pada musim hujan terjadi penurunan jumlah produksi dan penurunan mutu produk. Penurunan jumlah produksi dikarenakan kurangnya sinar matahari yang menghambat proses



penjemuran. Meskipun pengeringan kerupuk dapat dilakukan dengan oven (dryer), tetapi jumlah produk yang dihasilkan juga sedikit sebab mutunya tidak sebagus jika pengeringan dengan sinar matahari. Sedikitnya sinar matahari pada musim hujan juga menurunkan mutu kerupuk karena harus dijemur berhari-hari. Kendala produksi di atas biasanya diantisipasi oleh pengusaha dengan memproduksi dalam jumlah yang besar pada musim kemarau untuk stok musim hujan, karena pada musim hjjan terjadi kenaikan harga kerupuk yang diakibatkan oleh jumlah permintaan yang tldak bisa diperrmhi oleh produsen seperti hari-hari biasanya.



BAB V ASPEK KEUANGAN



5.1. Pemilihan Pola Usaha Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa seorang pengusaha kerupuk tidak hanya memproduksi satu jenis kerupuk saja, tetapi juga memproduksi kerupuk jenis yang lain. Pada dasarnya ini merupakan salah satu strategi untuk memperkecil resiko sekaligus pengembangan usaha yang lebih luas. Untuk menganalisis aspek keuangan dari usaha kerupuk ikan sebenarnya dipengaruhi juga oleh jenis kerupuk lain yang diproduksi, akan tetapi dalam analisis ini hanya akan menganalisis aspek keuangan dari usaha yang hanya memproduksi jenis kerupuk ikan saja. Teknologi yang digunakan dalam proses produksi adalah teknologi menengah dengan kapasitas produksi optimal 310 kg kerupuk setiap satu kali adonan.



5.2 Komponen Biaya a. Biaya investasi Peralatan Etalase Kompor dan gas Wajan Panci Wadah Pisau Meja dan kursi Peralatan tambahan Total investasi b. Biaya variabel Kaldu kupang Tepung tapioca Garam Gula pasir Bawang putih Penyedap rasa Total biaya variabel



Harga Rp 1.500.000 Rp 850.000 Rp 500.000 Rp 350.000 Rp 650.000 Rp 200.000 Rp 800.000 Rp 250.000 Rp 5.100.000



Rp 40.000 x 30 Rp 30.000 x 30 Rp3.500 x 30 Rp12.000 x 30 Rp13.000 x 30 Rp5.000 x 30



Rp 1200.000 Rp 900.000 Rp 105.000 Rp 360.000 Rp 390.000 Rp`150.000 Rp 3.105.000



c. Biaya Operasional Biaya operasional merupakan biaya variabel yang besar kecilnya dipengaruhi oleh jumlah produksi. Komponen dari biaya operasional adalah pengadaan bahan baku dan pembantu, peralatan operasional, biaya transportasi, listrik dan telepon, serta upah tenaga kerja. Biaya operasional selama satu tahun dihitung berdasarkan jumlah hari produksi .



Jumlah hari produksi dalam setahun 285 hari (asumsi yang digunakan adalah 1 tahun, t=365 hari, dikurangi hari Iibur minggu dan Iibur nasional 64 hari dan jumlah hari tidak berproduksi selama 16 hari). . Tenaga kerja yang digunakan terdiri dari tenaga kerja tetap dan borongan ditambah 2 orang tenaga kerja manajerial yang berasaldari anggota keluarga dengan upah/gaji tenaga manajerial diasumsikan dua kali Iipat upah tenaga kerja tetap. Tenaga kerja borongan hanya digunakan dengan jumlah hari kerja yang lebih sedikit, karena hanya dibutuhkan pada saat terjadi kenaikan permintaan. No



Jenis Biaya



Nilai (Rp.)



1



Bahan Baku



Rp 3.105.000



2



Bahan Pembantu



Rp 2.300.000



3



Peralatan Operasional



Rp 2.800.000



4



Biava transportasi



Rp 1.300.000



5



Biaya Ustrik



Rp 600.000



6



Biaya telepon



Rp 350.000



7



Tenaga Kerja



Rp 20.000.000



8



Biaya Pemeliharaan



Rp 800.000



Jumlah Biaya Operasional



Rp 31.255.000



BAB VI



ASPEK EKONOMI, SOSIAL DAN DAMPAK LINGKUNGAN 6.1. Aspek Ekonomi dan Sosial Usaha pembuatan kerupuk kupang mempunyai dampak yang positif baik bagi pengusaha maupun penduduk wilayah setempat. Bagi pengusaha dampak ekonomis dari usaha ini adalah peningkatan pendapatan. Usaha kerupuk kupang merupakan bisnis yang sangat menguntungkan karena mempunyai peluang pasar yang sangat luas. Banyaknya industri rumah tangga untuk usaha ini dapat memacu kenaikan pendapatan rumah tangga sehingga kesejahteraan rumah tangga meningkat. Secara makro produksi kerupuk kupang yang tinggi dapat memberikan kontribusi kepada pendapatan daerah setempat. Meskipun bisa dikatakan harga per unit kerupuk kupang relatif murah, tetapi perlu diingat bahwa komoditi ini dapat diproduksi dalam jumlah besar dalam waktu yang singkat. Kesempatan untuk ekspor ke luar negeri masih terbuka lebar sehingga dapat menjadi peluang untuk menambah devisa. Selain merupakan bisnis yang menguntungkan, usaha ini akan memberi dampak sosial yang positif melalui penyerapan tenaga kerja. Tenaga kerja yang ada biasanya berasal dari saudara, tetangga sekitar atau penduduk wilayah setempat. Dengan menciptakan pekerjaan yang dapat menyerap pekerja dari wilayah sekitar usaha, secara tidak langsung usaha ini telah membantu mengurangi jumlah pengangguran khususnya di daerah tersebut. Dengan berkurangnya pengangguran di daerah tersebut akan meningkatkan pendapatan sebagaimana dijelaskan sebelumnya. 6.2 Aspek Dampak lingkungan Aspek dampak lingkungan berkaitan dengan dampak limbah yang dlhasilkan dari usaha ini adalah tidak menghasilkan Iimbah yang membahayakan bagi manusia maupun lingkungan tempat tinggalnya. Hasil limbah sebagian besar merupakan air kotor sisa pembersihan dan cangkang kupang. Biasanya air ini dibuang melalui saluran air dan dapat langsung meresap ke tanah. Air limbah ini tidak mengandung zat-zat kimia yang membahayakan organisme tanah, dan tanaman. Selain air, usaha ini juga menimbulkan bau amis dari kupang yang diolah. Akan tetapi bau ini tidak sampai mengganggu udara secara luas karena jangkauannya tidak jauh. Dapat dikatakan bahwa usaha kerupuk ikan relatif aman.



BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan a. Usaha pembuatan kerupuk kupang yang dilakukan oleh masyarakat di desa Balongdowo Sidoarjo merupakan usaha dengan skala kecil. b. Kegiatan usaha yang dilakukan menggunakan peralatan dengan teknologi menengah. c. Dana untuk investasi dan modal kerja bersumber dari bank dan modal sendiri. d. Permintaan kerupuk kupang relatif tinggi dengan konsumen dari berbagai lapisan masyarakat Siodarjo. e. Usaha kerupuk kupang mempunyai peluang yang besar untuk dikembangkan baik untuk konsumen dalam negeri maupun untuk ekspor. f. Dari segi teknis, usaha kerupuk kupang sangat mudah dan cepat diadopsi oleh masyarakat karena prosesnya sangat sederhana.



7.2 Saran a. Untuk menjaga kelangsungan produksi dengan biaya yang relatif rendah pengusaha kerupuk kupang perlu menjalin kerjasama dengan pemasok bahan baku, terutama untuk tepung tapioka yang jumlah produsennya terbatas dengan harga yang fluktuatif. b. Untuk meningkatkan jumlah penjualan perlu pemasaran yang baik, pada usaha kerupuk kupang ini hubungan personal antara produsen dengan penjual merupakan kunci untuk melebarkan jaringan pemasaran.



LAMPIRAN – LAMPIRAN Gambar. Lokasi Usaha



Gambar. Proses Produksi



Gambar. Mesin produksi



c