Kti Sella Widyanti-Dikonversi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TINJAUAN DESKRIPTIF ASPEK ERGONOMI TATA RUANG TEMPAT PENYIMPANAN REKAM MEDIS DI RUMAH SAKIT PELITA INSANI MARTAPURA TAHUN 2020



SELLA WIDYANTI 17D30400



PROGRAM STUDI PEREKAM DAN INFORMASI KESEHATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA BORNEO BANJARBARU 2020



Karya Tulis Ilmiah Diajukan Untuk Melengkapi Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Gelar Ahli Madya Perekam dan Informasi Kesehatan (A.Md.RMIK)



SELLA WIDYANTI 17D30400



LEMBAR PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama



: Sella Widyanti



Nim



: 17D30400



Program Studi



: D3 Perekam dan Informasi Kesehatan



Judul Karya Tulis Ilmiah : Tinjauan Deskriptif Aspek Ergonomi Tata Ruang Tempat Penyimpanan Rekam Medis Di Rumah Sakit Pelita Insani Martapura Tahun 2020 Dengan ini saya menyatakan bahwa Tugas Akhir ini belum diajukan ke perguruan tinggi manapun dan dalam bentuk apapun, sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir Tugas Akhir ini. Peneliti,



Sella Widyanti



iii



LEMBAR PERSETUJUAN Nama



: Sella Widyanti



NIM



: 17D30400



Karya Tulis Ilmiah ini telah disetujui untuk diseminarkan



Banjarbaru,



2020



Pembimbing Utama,



Ermas Estiyana, S.Si.T., MM NIDN: 1125117904



Pembimbing Pendamping,



Sugeng Riyanto, SKM., M.Ked.Trop NIDN: 1101027204



iv



LEMBAR PENGESAHAN Nama



: Sella Widyanti



NIM



: 17D30400



Karya Tulis Ilmiah ini telah dipertahankan di depan dewan penguji dan disetujui Pada tanggal:



2020 Ketua Penguji,



Ni Wayan Kurnia Widya Wati,S.Si.T.,M.Pd NIDN: 1107078702



Anggota,



Anggota,



Ermas Estiyana, S.Si.T., MM



Sugeng Riyanto, SKM., M.Ked.Trop



NIDN: 1125117904



NIDN: 1101027204 Diketahui:



Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan



Ketua Program Studi Perekam dan



Husada Borneo



Informasi Kesehatan



Faizah Wardhina, S.Si.T., M.Kes



Ermas Estiyana, S.Si.T., MM



NIDN: 1118018701



NIDN: 1125117904



Tanggal lulus: ................................. v



MOTTO  Allah



tidak



akan



membebani



seseorang



melainkan



sesuai



dengan



kesanggupannya (QS. Al-Baqarah [2]: 286).  Ketahuilah bahwa kemenangan bersama kesabaran, kelapangan bersama kesempitan, dan kesulitan bersama kemudahan (HR Tirmidzi).  Kesuksesan adalah kemampuan untuk beranjak dari suatu kegagalan kegagalan yang lain tanpa kehilangan keinginan untuk berhasil.



vi



LEMBAR PERSEMBAHAN



Syukur Alhamdulillah berkat rahmat dan karunia Allah, saya bisa menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Karya Tulis ilmiah ini saya persembahkan untuk: Kedua orang tua tercinta, apa yang saya dapatkan hari ini, belum mampu membayar semua kebaikan, keringat, dan juga air mata bagi saya. Terima kasih atas segala dukungan kalian, baik dalam bentuk materi maupun moril. Kakak, terima kasih selama ini telah menjadi sosok kakak yang memberikan motivasi dan pelajaran kehidupan yang baik. Dosen pembimbing utama dan pembimbing pendamping, terimakasih telah memberikan bimbingan dan saran dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah saya, sehingga menjadi sebuah Karya Tulis Ilmiah yang baik. Teman-teman Rekam Medis 2017, terima kasih atas semuanya. Semoga impian kita dapat tercapai dan kita menjadi orang yang sukses, aamiin.



vii



ABSTRAK SELLA WIDYANTI, 17D30400 TINJAUAN DESKRIPTIF ASPEK ERGONOMI TATA RUANG TEMPAT PENYIMPANAN



REKAM



MEDIS



DI



RUMAH



SAKIT



PELITA



INSANI



MARTAPURA TAHUN 2020 KTI. Program Studi D3 Perekam dan Informasi Kesehatan. 2020 (xvi + 68) Tempat pengelolaan penyimpanan rekam medis perlu memperhatikan ergonomi karena untuk mempermudah tata kerja dalam mencapai efisien dan efektifitas kerja. Di ruang penyimpanan Rumah Sakit Pelita Insani Martapura tidak luas dan belum efektif. Oleh karena itu peneltian ini bertujuan untuk mengetahui aspek ergonomi tata ruang tempat penyimpanan rekam medis di Rumah Sakit Pelita Insani Martapura meliputi suhu, luas, jarak, dan pencahayaan di ruang penyimpanan Rumah Sakit Pelita Insani Martapura. Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu observasi dan wawancara. Hasil penelitian di Rumah Sakit Pelita Insani Martapura untuk suhu yaitu 29.1ºC. Luas di ruang penyimpanan rekam medis Rumah Sakit Pelita Insani Martapura yaitu 210.88 m 2. Jarak antara rak di ruang penyimpanan rekam medis Rumah Sakit Pelita Insani Martapura tidak sesuai dengan teori karena masih kurang dari 90 cm. Pencahayaan di ruang penyimpanan Rumah Sakit Pelita Insani Martapura yaitu untuk pencahayaan bagian selatan 73 lux, untuk pencahayaan bagian utara 51 lux, untuk pencahayaan bagian timur 103 lux, dan untuk pencahayaan bagian barat 107 lux.



Kata kunci : Aspek Ergonomi, Tata Ruang tempat penyimpanan rekam medis



viii



ABSTRACT SELLA WIDYANTI, 17D30400 TINJAUAN DESKRIPTIF ASPEK ERGONOMI TATA RUANG TEMPAT PENYIMPANAN



REKAM



MEDIS



DI



RUMAH



SAKIT



PELITA



INSANI



MARTAPURA TAHUN 2020 Scientific Paper. Medical Record And Health Information Study Program. 2020 (xvi + 68)



Where the storage of medical records needs to take note of ergonomy because it makes it easier for the work to achieve efficiency and effectiveness. In hospital storage, Martapura's lamps are small and far from effective. Thus it was meant to know the general aspects of the room where medical records at the hospital are stored at the hospital's insane Martapura lamps, covering the temperature, area, distance, and lighting in the hospital's storage room, insane Martapura's lamp. The research methodology used in this study is observation and interview. Research at the lantern hospital insane Martapura's lamp hospital's temperature is 29.1ºC vast in the medical records room. The distance between the shelves in the medical storage room at Insani Martapura latern is untenable because it’s less than 90 centimeters. Lighting in hospital storage room insane Martapura lamps for lighting southern section 73 lux, for northern lighting 51 lux, for eastern lighting 103 lux, and west 107 lux. Keyword: ergonomi aspect, the layout of medical records storage space



ix



KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dimudahkan dalam menyelesaikan tugas akhir ini dengan judul “Tinjauan Deskriptif Aspek Ergonomi Tata Ruang Tempat Penyimpanan Rekam Medis di Rumah Sakit Pelita Insani Martapura Tahun 2020”. Tugas akhir ini disusun dan dibuat dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan tugas akhir untuk menyelesaikan pendidikan pada program pendidikan D3 Rekam Medis di STIKes Husada Borneo Banjarbaru. Tugas Akhir ini tidak akan dapat terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak. Saya ingin ucapkan terimakasih yang tiada terhingga kepada Ibu Ermas Estiyana, S.Si.T.,MM selaku pembimbing utama yang telah banyak membantu saya dalam menyelesaikan tugas akhir ini dan Bapak Sugeng Riyanto, SKM.,M.Ked.Trop selaku pembimbing pedamping yang telah banyak memberikan masukan dan saran dalam menyelesaikan tugas akhir ini, tanpa adanya bantuan dari pembimbing tugas akhir ini tidak dapat terselesaikan dengan baik, serta ucapan terimakasih kepada Ibu Ni Wayan Kurnia Widya Wati, S.Si.T.,M.Pd selaku penguji yang telah memberikan masukan, saran dan nasehat untuk penyelesaian tugas akhir saya ini. Dan tidak lupa juga dalam kesempatan ini saya ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada: 1.



Ibu Hj. Nor Wahidah, S.Si.T.,M.Kes selaku Pembina Yayasan Husada Borneo.



2.



Bapak Dr. H. Suharto, SE.,MM selaku Ketua Yayasan STIKes Husada Borneo.



3.



Ibu Faizah Wardhina, S.Si.T.,M.Kes selaku Ketua STIKes Husada Borneo Banjarbaru yang memberikan izin untuk melakukan penelitian.



4.



Ibu Ermas Estiyana, S.Si.T.,MM selaku ketua Program Studi D3 Rekam Medis STIKes Husada Borneo Banjarbaru yang banyak memberikan saya ilmu pengetahuan dan pengalaman di kampus STIKes Husada Borneo Banjarbaru.



5.



Seluruh pegawai STIKes Husada Borneo Banjarbaru yang telah membantu dalam pembuatan surat izin penelitian tugas akhir ini. x



6.



Seluruh dosen mata kuliah yang telah memberikan materi kuliah kepada saya dan teman-teman dan membantu saya dalam pembuatan tugas akhir ini.



7.



Orang tua saya yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil dengan tulus ikhlas dan mencurahkan segala kasih sayang dan semangat yang tiada hentinya.



8.



Teman-teman saya yang telah banyak membantu dan memberikan saran untuk kelancaran penulisan ini. Semoga Allah SWT memberikan imbalan atas segala amal yang telah



diberikan. Saran dan kritik yang bersifat membangun untuk kesempurnaan penulisan tugas akhir ini sangat diharapkan. Semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan dapat menjadi pedoman dalam melakukan penelitian lain dan selanjutnya.



Banjarbaru,



Agustus 2020



Sella Widyanti



xi



DAFTAR ISI



Halaman HALAMAN COVER.........................................................................................



i



HALAMAN JUDUL................................................................................................ii LEMBAR PERNYATAAN......................................................................................iii LEMBAR PERSETUJUAN...................................................................................iv LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................v MOTTO................................................................................................................ vi LEMBAR PERSEMBAHAN.................................................................................vii ABSTRAK...........................................................................................................viii ABSTRACT.......................................................................................................... ix KATA PENGANTAR.............................................................................................x DAFTAR ISI.........................................................................................................xii DAFTAR TABEL.................................................................................................xiv DAFTAR GAMBAR..............................................................................................xv DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................xvi BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1 1.1



Latar Belakang..........................................................................................1



1.2



Rumusan Masalah....................................................................................3



1.3



Tujuan Penelitian.......................................................................................3



1.4



Manfaat Penelitian.....................................................................................4



1.5



Keaslian Penelitian....................................................................................4



BAB II TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................6 2.1



Tinjauan Teori...........................................................................................6



2.2



Landasan Teori.......................................................................................19



2.3



Kerangka Konsep....................................................................................21



BAB III METODE PENELITIAN..........................................................................22 3.1



Rancangan Penelitian.............................................................................22



3.2



Lokasi dan Waktu Penelitian...................................................................22



3.3



Objek dan Subjek Penelitian...................................................................22



3.4



Variabel Penelitian dan Definisi Operasional...........................................23



3.5



Instrumen Penelitian................................................................................25 xii



3.6



Teknik Pengumpulan Data ..................................................................



25



3.7



Teknik Analisa Data ............................................................................



25



3.8



Prosedur Penelitian .............................................................................



26



3.9



Keterbatasan dan Kelemahan Penelitian.............................................



26



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................



27



4.1



Hasil Penelitian....................................................................................



27



4.1



Pembahasan .......................................................................................



40



BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................



46



5.1



Kesimpulan .........................................................................................



46



5.2



Saran ..................................................................................................



47



DAFTAR PUSTAKA............................................................................................48 LAMPIRAN.........................................................................................................50 DAFTAR RIWAYAT HIDUP................................................................................58



xiii



DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1 Definisi Operasional............................................................................23



xiv



DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian...........................................................21 Gambar 4.1 Struktur Organisasi Rumah Sakit....................................................29 Gambar 4.2 Struktur Organisasi Unit Rekam Medis Di Rumah Sakit Pelita Insani.............................................................................................32



xv



DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Surat Surat Ijin Penelitian..........................................................



51



Lampiran 2. Surat Balasan Dari Rumah Sakit...............................................



52



Lampiran 3. Lembar Konsultasi Bimbimbingan .............................................



53



Lampiran 4. Lembar Permohonan Menjadi Responden ................................



54



Lampiran 5. Lembar Persetujuan Menjadi Responden..................................



55



Lampiran 6. Lembar Pedoman Wawancara Petugas Di Ruang Penyimpanan ...........................................................................



55



Lampiran 7. Lembar Pedoman Wawancara Kepala Rekam Medis.........ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED. Lampiran 8. Verbatim.............................ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED. Lampiran 9. Lembar Pedoman Observasi................ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED. Lampiran 10. Dokumentasi Di Ruang Penyimpanan Rekam Medis....................56



xvi



BAB I PENDAHULUAN



1.1



Latar Belakang Rumah sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan



dengan



fungsi



menyediakan



pelayanan



paripurna



(komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat. Rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik (Word Health Organization). Rumah



sakit



adalah



institusi



pelayanan



kesehatan



yang



menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (Permenkes RI Nomor 56 tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit). Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan mengenai dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. Rekam medis merupakan keterangan baik yang tertulis maupun yang terekam tentang identitas, anamnesa penentuan fisik laboratorium, diagnosa segala pelayanan dan tindakan medik yang yang diberikan kepada pasien dan pengobatan baik dirawat inap, rawat jalan maupun mendapatkan pelayanan gawat darurat (Permenkes RI No. 269/MENKES/PER/III/2008). Ruang penyimpanan rekam medis merupakan suatu tempat untuk menyimpan berkas rekam medis pasien rawat jalan, rawat inap dan merupakan salah satu bagian dari unit rekam medis yang bertanggung jawab dalam penyimpanan dan pengembalian kembali berkas (Savitri Citra Budi, 2011). Ergonomi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya



dengan



pekerjaan



mereka.



Upaya



antara



lain



menyesuaikan ukuran tempat kerja dengan dimensi tubuh agar tidak



1



berupa



2 melelahkan, pengaturan suhu, cahaya, dan kelembaban bertujuan agar sesuai dengan kebutuhan tubuh manusia (Departemen Kesehatan). Pengelolaan penyimpanan rekam medis perlu memperhatikan ergonomi karena untuk mempermudah tata kerja dalam mencapai efisiensi dan efektivitas kerja. Ergonomi juga berpengaruh terhadap kesalahan kerja yaitu jika sikap dan cara kerja seseorang diantara posisi duduk pada saat bekerja didukung dengan peralatan dan tata letak yang dirancang secara ergonomi akan lebih nyaman untuk melakukan suatu pekerjaan serta dapat meningkatkan produktivitas kerja. Ergonomi juga dapat mengurangi beban kerja yang berperan untuk memaksimalkan keamanan, kenyamanan, dan efisiensi kerja (Nurmianto, 2008). Beberapa perbaikan ergonomi yang telah dilakukan oleh para ahli di luar



negeri, terbukti bahwa dengan penerapan ergonomi mampu



memberikan keuntungan secara ekonomi, meningkatkan keselamatan dan kenyamanan kerja. Maksudnya adalah, apabila ergonomi dapat diterapkan dengan baik dan benar akan dapat memberikan keuntungan yang lebih baik (Hendrick, 2002). Penelitian pada Pusat Penelitian Penyakit Tidak Menular Badan Lembaga Kesehatan Depkes RI menyatakan, akibat dari pemakaian fasilitas kerja yang tidak ergonomis akan menyebabkan perasaan tidak nyaman, kurang konsentrasi, mengantuk, dan lain sebagainya. Kondisi kerja yang buruk berpotensi menjadi penyebab karyawan mudah jatuh sakit, mudah stress, sulit berkonsentrasi, dan menurunnya produktivitas kerja. Kesesuaian hubungan antara antropometri pekerja dengan alat yang digunakan sangat berpengaruh pada saat kerja, tingkat kelelahan, kemampuan kerja, dan produktivitas kerja (Tarwaka, 2010). Berdasarkan studi pendahuluan tanggal 14 Desember 2019 ruang penyimpanan rekam medis di Rumah Sakit Pelita Insani Martapura terdapat roll o’pack dan rak kayu yang digunakan sebagai tempat penyimpanan berkas rekam medis pasien. Ruang penyimpanan rekam medis di Rumah Sakit Pelita Insani Martapura tidak terlalu luas sehingga jarak antara rak penyimpanan terlalu dekat, jarak rak penyimpanan rekam medis tersebut yaitu 84 cm, 58 cm, 37 cm, dan 39 cm. Hal tersebut membuat petugas menjadi susah bergerak dan kurang efektif. Dan di



3 dalam ruang penyimpanan rekam medis tidak ada ventilasi udara dan hanya menggunakan satu buah air cooler yang dinginnya kurang merata ke seluruh ruangan sehingga petugas merasa pengap di dalam ruang tersebut. Selain itu, ruang kerja rekam medis digabung dengan ruang penyimpanan rekam medis. Ruang penyimpanan rekam medis di Rumah Sakit Pelita Insani Martapura dari segi pencahayaan kurang memadai sehingga



dapat



menghambat



petugas



dalam



pengambilan



dan



pengembalian berkas rekam medis. Permasalahan yang berkaitan dengan ergonomi disebabkan oleh adanya ketidaksesuaian antara pekerja dengan lingkungan kerja. Berdasarkan pokok permasalahan di atas, maka peneliti



tertarik



untuk melakukan penelitian tentang “Tinjauan Deskriptif Aspek Ergonomi Tata Ruang Tempat Penyimpanan Rekam Medis di Rumah Sakit Pelita Insani Martapura Tahun 2020”. 1.2



Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang diambil peneliti adalah Bagaimana Aspek Ergonomi Tata Ruang Tempat Penyimpanan Rekam Medis di Rumah Sakit Pelita Insani Martapura Tahun 2020?



1.3



Tujuan Penelitian



1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui aspek ergonomi tata ruang tempat penyimpanan rekam medis di Rumah Sakit Pelita Insani Martapura tahun 2020. 1.3.2 Tujuan Khusus a.



Mengidentifikasi suhu ruang penyimpanan rekam medis di Rumah Sakit Pelita Insani Martapura.



b.



Mengidentifikasi luas ruang penyimpanan rekam medis di Rumah Sakit Pelita Insani Martapura.



c.



Mengidentifikasi jarak antara rak penyimpanan rekam medis di Rumah Sakit Pelita Insani Martapura.



d.



Mengidentifikasi pencahayaan ruang penyimpanan rekam medis di Rumah Sakit Pelita Insani Martapura.



4 1.4



Manfaat Penelitian



1.4.1 Manfaat Praktis a.



Bagi Rumah Sakit Hasil



penelitian



ini



dapat



menjadi



evaluasi



untuk



lebih



meningkatkan pelayanan di ruang penyimpanan rekam medis dan masukan untuk merencanakan ruang penyimpanan sesuai dengan standar kenyamanan petugas rekam medis di Rumah Sakit Pelita Insani Martapura. b.



Bagi Instansi Pendidikan Dapat dijadikan referensi serta sebagai bukti bahwa penulis telah menyelesaikan tugas akhir sebagai syarat menyelesaikan program studi D3 Perekam dan Informasi Kesehatan.



c.



Bagi Peneliti Dapat membandingkan teori yang didapat saat kuliah dengan kenyataan yang ada di lapangan, dan untuk menambah wawasan dan pengetahuan serta pengalaman yang berharga secara langsung di Rumah Sakit.



1.4.2 Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu referensi atau masukan bagi pengembangan ilmu rekam medis dan dapat menambah kajian ilmu rekam medis khususnya di ruang penyimpanan rekam medis. 1.5



Keaslian Penelitian Penelitian dengan judul “Tinjauan Deskriptif Aspek Ergonomi Tata Ruang Tempat Penyimpanan Rekam Medis di Rumah Sakit Pelita Insani Martapura tahun 2019” belum pernah dilakukan penelitian oleh orang lain. Namun penelitian serupa tersebut pernah dilakukan dengan judul, yakni:



1.5.1 “Analisis Aspek Ergonomi Tata Ruang Tempat Penyimpanan Rekam Medis di Rumah Sakit Bhayangkara TK.III Banjarmasin”. Penelitian tersebut dilakukan oleh Gusti Nur Kholisa dari STIKes Husada Borneo Banjarbaru tahun 2018. Persamaan penelitian ini dengan peneliti sebelumnya yaitu meneliti aspek ergonomi ruang penyimpanan rekam medis



dan



menggunakan



metode



deskriptif



kualitatif.



Sedangkan



perbedaan dalam penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu



5 terdapat pada tempat, waktu, dan sub variabel penelitian. Dan tujuan peneliti sebelumnya adalah mengidentifikasi dan menganalisis keamanan tempat penyimpanan rekam medis, mengidentifikasi dan menganalisis vektor penyakit petugas penyimpanan. 1.5.2 “Penerapan Prinsip Ergonomi Pada Ruang Penyimpanan di Rumah Sakit Umum Daerah Lasinrang”. Penelitian



tersebut



dilakukan



oleh



Sri



Wahyuni.



S



dari



STIKes



Panakkukang Makassar tahun 2016. Persamaan penelitian ini dengan peneliti sebelumnya yaitu meneliti pada ruang penyimpanan rekam medis dan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Sedangkan perbedaan dalam penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terdapat pada variabel pelelitian, waktu dan tempat penelitian. Peneliti sebelumnya melakukan penelitian membahas mengenai prinsip ergonomi. 1.5.3 “Tinjauan Tata Ruang Penyimpanan Rekam Medis Poliklinik Spesialis Anggrek Guna Menunjang Efektivitas Pelayanan di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung”. Penelitian tersebut dilakukan oleh Hendarin dari Politeknik TEDC Bandung tahun 2015. Persamaan penelitian ini dengan peneliti sebelumnya yaitu meneliti pada ruang penyimpanan rekam medis dan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Sedangkan perbedaan dalam penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terdapat pada variabel pelelitian, waktu dan tempat penelitian. Peneliti sebelumnya melakukan penelitian membahas mengenai hambatan, dampak, dan upaya petugas dalam pelayanan.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1



Tinjauan Teori



2.1.1 Rekam Medis A.



Pengertian Rekam Medis Menurut Permenkes Nomor 269/MENKES/PER/III/2008 yang dimaksud rekam medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen antara lain identitas pasien, hasil pemeriksaan, pengobatan yang telah diberikan, serta tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. Rekam medis memiliki arti yang cukup luas, tidak hanya sebatas berkas yang digunakan untuk menuliskan data pasien tetapi juga



dapat



berupa



rekaman



dalam



bentuk



sistem



informasi



(pemanfaatan rekam medis elektronik) yang dapat digunakan untuk mengumpulkan segala informasi pasien terkait pelayanan yang diberikan di fasilitas pelayanan kesehatan sehingga dapat digunakan untuk



berbagai



kepentingan,



seperti



mengambil



keputusan



pengobatan kepada pasien, bukti legal pelayanan yang telah diberikan, dan dapat juga sebagai



bukti



tentang



kinerja sumber



daya manusia di fasilitas pelayanan kesehatan (Budi, 2011). B.



Tujuan Rekam Medis Tujuan rekam medis dibagi menjadi dalam dua kelompok besar yaitu tujuan primer dan sekunder (Hatta, 2014). 1.



Tujuan primer Tujuan primer rekam medis ditunjukkan pada hal yang paling berhubungan langsung dengan pelayanan pasien. Tujuan primer terbagi dalam beberapa kepentingan yaitu: a. Pasien, rekam kesehatan merupakan alat bukti utama yang mampu membenarkan adanya pasien dengan identitas yang jelas dan telah mendapatkan berbagai pemeriksaan dan



6



7 pengobatan di sarana pelayanan kesehatan dengan segala hasil serta konsekuensi biayanya. b. Pelayanan Pasien, rekam kesehatan mendokumentasikan pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan, penunjang medis dan tenaga yang bekerja dalam berbagai fasilitas pelayanan



kesehatan.



Dengan



demikian



rekaman



itu



membantu pengambilan keputusan tentang terapi, tindakan, dan penentuan diagnosis pasien. Rekam kesehatan juga sebagai sarana komunikasi antartenaga lain yang rinci dan bermanfaat menjadi alat penting dalam menilai dan mengelola risiko manajemen. Selain itu rekam kesehatan setiap pasien juga



berfungsi



sebagai



tanda



bukti



sah



yang



dapat



dipertanggungjawabkan secara hukum. Oleh karena itu rekam medis yang lengkap harus setiap saat tersedia dan berisi untuk mengevaluasi mutu pelayanan yang diberikan. c. Manajemen



Pelayanan,



rekam



kesehatan



yang



lengkap



memuat segala aktivitas yang terjadi dalam manajemen pelayanan sehingga digunakan dalam menganalisis berbagai penyakit,



menyusun



pedoman



praktik,



serta



untuk



mengevaluasi mutu pelayanan yang diberikan. d. Menunjang Pelayanan, rekam kesehatan yang rinci akan mampu



menjelaskan



penanganan



aktivitas



sumber-sumber



yang



yang



ada



berkaitan pada



dengan organisasi



pelayanan di RS, menganalisis kecenderungan yang terjadi dan mengomunikasikan informasi di antara klinik yang berbeda. e. Pembiayaan, rekam kesehatan yang akurat mencatat segala pemberian



pelayanan



kesehatan



yang



diterima



pasien.



Informasi ini menentukan besarnya pembayaran yang harus dibayar, baik secara tunai atau melalui asuransi. 2.



Tujuan sekunder Tujuan sekunder rekam kesehatan ditujukan kepada hal yang berkaitan dengan lingkungan seputar pelayanan pasien yaitu untuk kepentingan edukasi, riset, peraturan dan pemuatan kebijakan. Adapun yang dikelompokkan dalam kegunaan



8 sekunder adalah kegiatan yang tidak berhubungan secara spesifik antara pasien dan tenaga kesehatan. C. Kegunaan Rekam Medis Kegunaan rekam medis menurut Gibony (1991) yaitu: 1.



Aspek Administrasi/ Administration, di dalam berkas rekam medis mempunyai nilai adminstrasi, karena isinya menyangkut tindakan berdasarkan wewenang dan tanggung jawab sebagai tenaga medis



dan



paramedis



dalam



mencapai



tujuan



pelayanan



kesehatan. 2.



Aspek Hukum/ Legal, suatu berkas rekam medis mempunyai nilai hukum, karena isinya menyangkut masalah adanya jaminan kepastian hukum atas dasar keadilan, dalam rangka usaha menegakkan hukum serta penyediaan bahan sebagai tanda bukti untuk menegakkan keadilan. Rekam medis adalah milik dokter dan rumah sakit sedangkan isinya yang terdiri dari identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien adalah sebagai informasi yang dapat



dimiliki



oleh



pasien



sesuai



dengan



peraturan



dan



perundang-undangan yang berlaku (UU Praktik Kedokteran RI No. 29 Tahun 2004 Pasal 46 ayat (1). 3.



Aspek Keuangan/ Financial, karena isinya mengandung data/ informasi yang dapat dipergunakan sebagai aspek keuangan. Kaitannya rekam medis dengan aspek keuangan sangat erat sekali dalam hal pengobatan, terapi serta tindakan–tindakan apa saja yang diberikan kepada seorang pasien selama menjalani perawatan di rumah sakit, oleh karena itu penggunaan sistem teknologi komputer di dalam proses penyelenggaraan rekam medis sangat diharapkan sekali untuk diterapkan pada setiap instansi pelayanan kesehatan.



4.



Aspek Penelitian/ Research, karena isinya menyangkut data dan informasi yang dapat dipergunakan sebagai aspek pendukung penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan.



9 5.



Aspek Pendidikan/ Education, karena isinya menyangkut data/ informasi tentang kronologis dan kegiatan pelayanan medis yang diberikan kepada pasien, informasi tersebut dapat dipergunakan sebagai bahan/referensi pengajaran di bidang profesi pendidikan kesehatan.



6.



Aspek Dokumentasi/ Documentation, karena isinya menyangkut sumber ingatan yang harus didokumentasikan dan dipakai sebagai bahan pertanggung jawaban dan laporan rumah sakit.



D. Fungsi Rekam Medis Fungsi rekam medis adalah untuk menyimpan data dan informasi pelayanan pasien. Agar fungsi itu tercapai, beragam metode dikembangkan secara efektif seperti dengan melaksanakan ataupun mengembangkan sejumlah sistem kebijakan, dan proses pengumpulan termasuk dengan penyimpanan secara mudah diakses disertai dengan keamanan yang baik (Hatta, 2014). 2.1.2 Ergonomi A.



Pengertian Ergonomi Ergonomi dari bahasa Yunani, dari kata ergos dan nomos yang memiliki arti “kerja” dan “aturan atau kaidah” dari dua kata tersebut secara pengertian bebas sesuai dengan pengembangannya, yakni suatu aturan atau kaidah yang ditaati dalam lingkungan pekerjaan (Wowo Sunarya Kuswana, 2014). Menurut Departemen Kesehatan, ergonomi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya dengan pekerjaan mereka. Sasaran penelitian ergonomi adalah manusia pada saat bekerja dalam lingkungan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa ergonomi adalah penyesuaian tugas pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia ialah untuk menurunkan stress yang akan dihadapi. Upaya antara lain berupa menyesuaikan ukuran tempat kerja dengan dimensi tubuh agar tidak melelahkan, pengaturan suhu, cahaya, dan kelembaban bertujuan agar sesuai dengan kebutuhan tubuh manusia. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang



10 digunakan



baik



dalam



beraktifitas



maupun



istirahat



dengan



kemampuan dan keterbatasan manusia baik fisik maupun mental sehingga kualitas hidup secara keseluruhan menjadi lebih baik (Tarwaka, dkk 2004). B.



Tujuan Ergonomi Tujuan utama yang hendak dicapai adalah tercapainya sistem kerja yang produktif dan kualitas kerja yang terbaik, disertai dengan kemudahan, kenyamanan, dan efisiensi kerja, tanpa mengabaikan kesehatan dan keselamatan kerja (Hardianto Iridiastadi dan Yassierli, 2014).



C. Manfaat Ergonomi Pada umumnya, manfaat dari ergonomi dalam pekerjaan untuk cepat selesai, dengan risiko kecelakaan lebih kecil, efisien terhadap waktu, risiko penyakit karena bekerja menjadi kecil, dan lain-lain. Adapun manfaat yang didapat dari ergonomi adalah sebagai berikut: 1.



Kerja meningkat, misalnya kecepatan, ketepatan, keselamatan, dan mengurangi energi ketika bekerja.



2.



Waktu menjadi berkurang, dan juga biaya pelatihan dan pendidikan.



3.



Optimalisasi



terhadap



Sumber



Daya



Manusia



dengan



meningkatkan keterampilan yang diperlukan. 4.



Efisiensi waktu agar tidak terbuang percuma.



5.



Kenyamanan karyawan ketika bekerja menjadi meningkat.



D. Prinsip-Prinsip Ergonomi Prinsip ergonomi yaitu suatu panduan dalam penerapan ergonomi di tempat kerja. Menurut Baiduri, prinsip ergonomi antara lain: 1.



Berkurangnya kelebihan beban



2.



Meliputi jarak ruang



3.



Memperkecil gerakan statis



4.



Menjadikan supaya display dan contoh cepat dimengerti



5.



Bekerja dalam posisi atau postur normal



6.



Meletakkan peralatan ada dalam jangkauan



7.



Berkurangnya gerakan berulang dan berlebihan



11 8.



Terciptanya lingkungan kerja yang nyaman



9.



Memperkecil risiko titik beban



10. Melakukan gerakan olahraga dan peregangan ketika bekerja 11. Bekerja selaras dengan ketinggian dimensi tubuh E.



Ruang lingkup ergonomi Menurut Departemen Kesehatan, ruang lingkup ergonomi sangat luas aspeknya, antara lain meliputi: 1.



Tehnik



2.



Fisik



3.



Pengalaman psikis



4.



Anatomi, utamanya yang berhubungan dengan kekuatan dan gerakan otot dan persendian



5.



Anthropometri



6.



Sosiologi



7.



Fisiologi, terutama berhubungan dengan temperatur tubuh, oxygen up take, pols, dan aktivitas otot.



8. F.



Desain, dan lain-lain.



Lingkungan Kerja Pada bagian ini hanya akan dibahas tentang faktor fisik lingkungan kerja, antara lain (Tarwaka, dkk 2004): 1.



Lingkungan Kerja Panas Selama aktivitas pada lingkungan panas tersebut, tubuh secara otomatis akan memberikan reaksi untuk memelihara suatu kisaran panas lingkungan yang konstan dengan menyeimbangkan antara panas yang diterima dari luar tubuh dengan kehilangan panas dari dalam tubuh. Menurut hasil penelitian Priatna (1990) bahwa pekerja yang bekerja selama 8 jam/hari berturut-turut selama 6 minggu, pada ruangan dengan indeks suhu basah dan bola (ISSB) antara 32,02-33,01ºC menyebabkan kehilangan berat badan sebesar 4,23% (Tarwaka, dkk 2004).



2.



Kebisingan di Tempat Kerja Pengertian kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak dikehendaki yang bersifat mengganggu pendengaran dan bahkan dapat menurunkan daya dengar seseorang yang terpapar. Segi



12 kualitas bunyi, terdapat dua hal yang menentukan yaitu frekuensi suara dan intensitas suara. Frekuensi dinyatakan dalam jumlah getaran per detik atau Hertz (Hz) yaitu jumlah getaran yang sampai ke telinga setiap detiknya. Sedangkan intensitas atau arus energi lazimnya dinyatakan dalam desibel (dB) yaitu perbandingan antara kekuatan dasar bunyi (0,0002 dyne/cm²) dengan frekuensi (1000 Hz) yang tepat dapat didengar oleh telinga normal. Kebisingan di tempat kerja besarnya rata-rata adalah 85 dB(A) untuk waktu kerja terus menerus tidak lebih dari 8 jam/hari atau 40 jam seminggu (Tarwaka, dkk 2004). 3.



Penerangan di Tempat Kerja Penerangan



yang



baik



adalah



penerangan



yang



memungkinkan tenaga kerja dapat melihat objek-objek yang dikerjakan secara jelas, cepat, dan tanpa upaya-upaya yang tidak perlu. Intensitas penerangan yang dibutuhkan di masing-masing tempat kerja ditentukan dari jenis dan sifat pekerjaan yang dilakukan. Semakin tinggi tingkat ketelitian suatu pekerjaan, maka akan semakin besar kebutuhan intensitas penerangan yang diperlukan. Secara ringkas intensitas penerangan yang dimaksud dapat dijelaskan sebagai berikut (Tarwaka, dkk 2004): a. Penerangan untuk halaman dan jalan-jalan di lingkungan perusahaan harus mempunyai intensitas penerangan paling sedikit 20 lux. b. Penerangan membedakan



untuk barang



pekerjaan-pekerjaan kasar



dan



besar



yang



hanya



paling



sedikit



mempunyai intensitas penerangan 50 lux. c. Penerangan yang cukup untuk pekerjaan yang membedakan barang-barang



kecil



secara sepintas



lalu



paling



sedikit



mempunyai intensitas penerangan 100 lux. d. Penerangan untuk pekerjaan yang membeda-bedakan barang kecil agak teliti paling sedikit mempunyai intensitas penerangan 200 lux.



13 e. Penerangan untuk pekerjaan yang membedakan teliti dari barang-barang yang kecil dan halus, paling sedikit mempunyai intensitas penerangan 300 lux. f. Penerangan yang cukup untuk pekerjaan membeda-bedakan barang halus dengan kontras yang sedang dalam waktu yang lama, harus mempunyai intensitas penerangan paling sedikit 500-1000 lux. g. Penerangan yang cukup untuk pekerjaan membeda-bedakan barang yang sangat halus dengan kontras yang kurang dan dalam



waktu



yang



lama,



harus



mempunyai



intensitas



penerangan paling sedikit 2000 lux. 4.



Kualitas Udara dalam Ruang Kerja Kualitas udara dalam ruangan adalah udara di dalam suatu bangunan yang dihuni atau ditempati untuk suatu periode yang sekurang-kurangnya 1 jam oleh dengan berbagai status kesehatan yang berlainan. Ruang kerja yang terlalu padat penghuninya dan sistem AC (Air Conditioning) yang kurang terawat dengan sirkulasi udara yang kurang memadai akan meningkatkan risiko timbulnya gangguan kesehatan. Risiko tersebut kemungkinan dapat lebih diperarah oleh kondisi sebagai berikut (Tarwaka, Bakri, & Sudiajeng, 2004): a. Asap rokok dalam ruangan. b. Bahan-bahan bangunan, furniture, dan peralatan-peralatan modern. c. Produk-produk pembersih ruangan. d. Bahan-bahan pencemar dari luar ruangan, dan lain-lain. Selain itu juga ada beberapa jenis kontaminan atau bahan pencemar yang sering dapat menurunkan kualitas udara dalam suatu ruang kerja, yaitu: a. Karbon dioksida (CO2) b. Produk hasil pembakaran c. Formaldehid d. Ozon (O3) e. Partikel-partikel dalam udara ruang kerja



14 f. Pencemaran mikrobiologi. 2.1.3 Ruang Penyimpanan Rekam Medis Ruang penyimpanan rekam medis merupakan suatu tempat untuk menyimpan berkas rekam medis pasien rawat jalan, rawat inap dan merupakan salah satu bagian dari unit rekam medis yang bertanggung jawab dalam penyimpanan dan pengembalian kembali berkas rekam medis (Savitri Citra Budi, 2011). Menurut Depkes RI, ruangan penyimpanan berkas rekam medis harus memperhatikan beberapa hal sebagai berikut: a.



Ruangan harus tetap terang dan sebaiknya menggunakan penerangan alam yaitu seperti sinar matahari.



b.



Ruangan



hendaknya



menghindarinya



terhindar



dapat



dari



digunakan



serangan sodium



hama



arsenite



untuk dengan



meletakkannya dicelah-celah lantai. c.



Ruangan penyimpanan rekam medis sebaiknya terpisah dari ruangan kantor lain untuk menjaga keamanan rekam medis tersebut. Mengingat bahwa berkas rekam medis sifatnya rahasia, mengurangi dan menghindari pegawai lain memasuki ruangan sehingga pencurian rekam medis dapat dihindari.



d.



Alat penyimpanan berkas rekam medis yang umumnya menggunakan rak terbuka (open self file unit). Agar petugas dapat mengambil dan menyimpan rekam medis lebih cepat.



e.



Faktor-faktor



keselamatan



harus



diutamakan



pada



bagian



penyimpanan rekam medis. 2.1.4 Aspek Ergonomi Ruang Penyimpanan Rekam Medis Aspek ergonomi adalah suatu bidang studi yang mempelajari perancangan kegiatan dan tugas yang cocok dengan kapasitas manusia dan limitnya faktor kenyamanan kerja seperti kenyamanan dari segi anatomi, fisiologi, manajemen, tata letak ruang dan peralatan yang mudah dijangkau bagi manusia dalam melaksanakan aktivitasnya. Hal-hal yang perlu diperhatikan di dalam ruangan penyimpanan dokumen rekam medis, yaitu (Rustiyanto dan Rahayu, 2011):



15 a.



Suhu Suhu udara di ruang penyimpanan berkisar antara 18-28ºC sedang kelembaban 40%-60%, karena negara Indonesia negara tropis, untuk perawatan rekam medis tidak begitu



merepotkan,



berbeda dengan negara-negara Eropa dimana suhu disana begitu dingin, maka di dalam perawatan rekam medis juga harus lebih ekstra hati-hati agar rekam medis tidak begitu lembab, bisa dengan menambahkan



alat



pengukur



suhu



ruangan



agar



ruangan



penyimpanan rekam medis tidak begitu lembab sehingga akan mempengaruhi kualitas dari bahan atau formulir rekam medis yang disimpan akan cepat rusak. Menurut Suma’mur (1989) dalam Gusti Nur Kholisa (2018) bahwa temperatur ideal di ruang kerja adalah 24-26ºC. Apabila suhu di bawah 24ºC akan dapat mengurangi efisiensi karena terjadinya keluhan kaku atau kurangnya koordinasi otot dan jika suhu di atas 26ºC maka akan berakibat menurunkan prestasi kerja. b.



Luas ruang penyimpanan Kebanyakan di Indonesia untuk beberapa rumah sakit lama, di dalam ruang penyimpanan rekam medis masih banyak memanfaatkan ruang berkas atau bangunan lama, sehingga luas tempat ruangan penyimpanan tidak diperhitungkan, untuk beberapa lemari yang nantinya akan digunakan di dalam penyimpanan rekam medis. Luas ruang penyimpanan harus memadai (baik untuk rak rekam medis aktif dan in-aktif). Ruang penyimpanan rekam medis aktif dan in-aktif sebaiknya disendirikan, karena hal ini akan mempermudah petugas dalam mengambil rekam medis yang aktif dan akan lebih mudah dalam melaksanakan pemusnahan rekam medis. Persyaratan ruangan khususnya dibagian penyimpanan rekam medis, yaitu: 1)



Struktur bangunan harus kuat, terpelihara, bersih, dan tidak memungkinkan terjadinya gangguan kesehatan dan kecelakaan bagi petugas.



2)



Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan rata, tidak licin dan bersih.



16 3)



Setiap petugas mendapatkan ruang udara minimal 10mᵌ/petugas.



4)



Dinding bersih dan berwarna terang, langit-langit kuat berwarna terang, ketinggian minimal 2,5-3 m dari lantai.



5)



Atap kuat dan tidak bocor.



6)



Luas jendela, dinding gelas kaca untuk masuknya cahaya minimal 1/6 kali luas lantai. Menurut Permenkes RI No. 24 Tahun 2016, persyaratan luas



ruangan arsip tergantung jumlah arsip dan jenis pelayanan. Untuk mencari kebutuhan luas ruang penyimpanan sebagai berikut (dalam Rachmawati, 2017): Panjang ruang = (jarak antar rak × jumlah rak) + (lebar rak × jumlah rak) Lebar ruang



= (jarak antar rak × jumlah rak) + (panjang rak × jumlah rak)



Luas ruang c.



= (panjang ruang × lebar ruang)



Jarak Selain luas ruangan untuk penyimpanan rekam medis juga bisa mendesain ruangan di tempat penyimpanan agar petugas di bagian penyimpanan tidak terlalu sempit sehingga akan mempengaruhi kenyamanan



petugas.



Jarak



antara



rak



penyimpanan



harus



diperhitungkan agar tidak terlalu sempit dan lebar, sehingga tidak memakan ruangan yang banyak. Jarak ideal untuk akses jalan petugas antara almari satu dengan almari yang lain kurang lebih 180-200 cm, sedang lorong di bagian sub rak ±80-100 cm. Menurut Depkes RI (2006) dalam Faida (2018), jarak antara dua buah rak untuk lalu lalang, dianjurkan selebar 90 cm. Jika menggunakan jari lima laci satu baris. Ruangan lowongan di depannya harus 90 cm jika diletakkan saling berhadapan harus disediakan ruang lowong paling tidak 150 cm untuk memungkinkan terbuka laci-laci tersebut. d.



Aman Ruang penyimpanan harus aman (untuk melindungi rekam medis dari kerusakan, kehilangan, atau digunakan oleh pihak yang tidak berwenang). Selain itu, petugas dapat memberikan tanda peringatan,



17 seperti “SELAIN PETUGAS DILARANG MASUK” di depan pintu ruang penyimpanan. e.



Pencahayaan Menurut



Kepmenkes



No.



1405



tahun



2002,



tentang



pencahayaan adalah jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif. Faktor pencahayaan dalam ruangan sangat penting dan akan mendukung kinerja petugas dalam bekerja di lingkungan kerja yang sehat dan aman. Intensitas cahaya di ruang kerja minimal 100 lux. Pencahayaan dibagi menjadi dua, yaitu: 1)



Pencahayaan Alami (Natural Lighting) Pencahayaan alami di ruang filing sebaiknya dioptimalkan ke dalam



bangunan



atau



ruang



kerja



filing,



sehingga



akan



mendapatkan banyak manfaat dari adanya pencahayaan. 2)



Pencahayaan Buatan (Artufucal Lighting) Cara yang paling bagus dan sesuai untuk diterapkan ke dalam



sistem



pencahayaan



ini



adalah



dengan



dengan



memberikan pencahayaan diffuse atau (indirecting lighting) atau pencahayaan tidak langsung ke dalam ruangan. Pencahayaan ini diterapkan dengan memberikan lampu atau efek cahaya terdiffusi atau terrefleksi terlebih dahulu sebelum akhirnya menyinari area ruangan yang ada di sekitarnya. Metode ini sangat bagus karena efek glare atau silau yang terjadi pada proses pencahayaan di dalam ruangan bisa direduksi dengan metode pencahayaan atau efek diffuse di dalam ruangan. Agar pencahayaan di ruang filling memenuhi persyaratan perlu dilakukan suatu tindakan sebagai berikut: a)



Pencahayaan alam maupun buatan diupayakan agar tidak menimbulkan kesilauan dan memiliki intensitas sesuai dengan kebutuhannya.



b)



Kontras sesuai kebutuhan, hindarkan terjadinya kesilauan atau bayangan.



c)



Penempatan bola lampu dapat menghasilkan penyinaran yang optimum dan bola lampu sering dibersihkan.



18 d)



Bola lampu yang mulai tidak berfungsi dengan baik untuk segera diganti.



f.



Debu Debu di ruang penyimpanan juga harus diperhatikan, karena jika ruang penyimpanan terlalu banyak debu juga akan mempengaruhi kinerja petugas penyimpanan, baik dari segi kesehatan maupun kenyamanan. Kebanyakan petugas jika ditempatkan di bagian filing banyak menolak atau tidak nyaman dikarenakan ruangan filing di rumah sakit maupun pelayanan kesehatan yang lain tidak diperhatikan. Agar kandungan debu di dalam udara ruang penyimpanan memenuhi persyaratan kesehatan, maka perlu dilakukan upaya-upaya berikut: 1)



Kegiatan membersihkan ruang filling dilakukan pada pagi dan sore hari dengan menggunakan kain pel basah atau pompa hampa (vacuum pump).



2)



Pembersihan dinding dilakukan secara periodik 2 kali/tahun dan dicat ulang 1 kali setahun.



3) g.



Sistem ventilasi yang memenuhi syarat.



Vektor penyakit Vektor penyakit adalah binatang yang dapat menjadikan suatu perantara penyakit pada manusia. Beberapa vektor penyakit yang sering ada di ruang penyimpanan antara lain (serangga: seperti lalat, kecoa, nyamuk, dan lain-lain) dan tikus. Banyak dokumen rekam medis pada rusak dikarenakan banyak tikus di ruang penyimpanan. Tata cara pengendalian vektor penyakit ada 3 yaitu: 1)



Pengendalian secara fisik yaitu konstruksi bangunan tidak memungkinkan masuk dan berkembang biak vektor dan reservoir penyakit dalam keadaan ruang kerja dengan memasang alat yang dapat mencegah masuknya serangga dan tikus, menjaga kebersihan lingkungan sehingga tidak terjadi penumpukan sampah dan sisa makanan, pengaturan peralatan dan dokumen rekam medis secara teratur, meniadakan tempat perindukan serangga dan tikus.



19 2)



Pengendalian dengan bahan kimia yaitu dengan melakukan penyemprotan, pengasapan, memasang umpan, membubuhkan abate pada tempat penampungan air bersih.



3)



Cara mekanik dengan memasang perangkap.



2.1.5 Tata Ruang Tata ruang kantor adalah pengaturan dan penyusunan seluruh mesin kantor, alat perlengkapan kantor, serta perabot kantor pada tempat yang tepat, sehingga pegawai dapat bekerja dengan baik, nyaman, leluasa dan bebas untuk bergerak, sehingga tercapai efisiensi kerja (Sedarmayanti, 2009). Tujuan tata ruang antara lain, adalah: a.



Menjamin kelancaran proses pekerjaan.



b.



Memungkinkan pemakaian ruang kerja agar lebih efisien.



c.



Mencegah pegawai di bagian lain terganggu oleh publik yang akan menemui bagian tertentu, atau mencegah terganggu oleh suara bising lainnya.



d.



Menciptakan kenyamanan kerja pegawai.



e.



Mengusahakan adanya keleluasaan bagi gerak pegawai yang sedang bekerja.



2.2



Landasan Teori Menurut



Permenkes



Nomor



269/MENKES/PER/III/2008



yang



dimaksud rekam medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen antara lain identitas pasien, hasil pemeriksaan, pengobatan yang telah diberikan, serta tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. Ergonomi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya dengan pekerjaan mereka. Sasaran penelitian ergonomi adalah manusia pada saat bekerja dalam lingkungan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa ergonomi adalah penyesuaian tugas pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia ialah untuk menurunkan stress yang akan dihadapi. Upaya antara lain berupa menyesuaikan ukuran tempat kerja dengan dimensi tubuh agar tidak melelahkan, pengaturan suhu, cahaya, dan



20 kelembaban bertujuan agar sesuai dengan kebutuhan tubuh manusia (Departemen Kesehatan). Ruang penyimpanan rekam medis merupakan suatu tempat untuk menyimpan berkas rekam medis pasien rawat jalan, rawat inap dan merupakan salah satu bagian dari unit rekam medis yang bertanggung jawab dalam penyimpanan dan pengembalian kembali berkas rekam medis (Savitri Citra Budi, 2011). Hal-hal yang perlu diperhatikan di dalam ruangan penyimpanan rekam medis meliputi (Rustiyanto dan Rahayu, 2011): suhu, luas ruangan penyimpanan, jarak, aman, pencahayaan, debu, vektor penyakit. Tata ruang kantor adalah pengaturan dan penyusunan seluruh mesin kantor, alat perlengkapan kantor, serta perabot kantor pada tempat yang tepat, sehingga pegawai dapat bekerja dengan baik, nyaman, leluasa dan bebas untuk bergerak, sehingga tercapai efisiensi kerja (Sedarmayanti, 2009).



21 2.3



Kerangka Konsep Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dari visualisasi hubungan atau kaitan antara konsep-konsep atau variabel-variabel yang akan diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2012).



Suhu ruang penyimpanan rekam medis



Luas ruang penyimpanan rekam medis Jarak ruang penyimpanan rekam medis



Keamanan ruang penyimpanan rekam medis Kenyamanan petugas penyimpanan Pencahayaan rekam medis ruang penyimpanan rekam medis rekam m



Debu ruang penyimpanan rekam medis



Vektor Penyakit



Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian



Keterangan: = Yang diteliti = Yang tidak diteliti



BAB III METODE PENELITIAN



3.1



Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan terhadap sekumpulan objek yang biasanya bertujuan untuk melihat gambaran fenomena yang terjadi di dalam suatu populasi tertentu (Notoatmodjo, 2012). Dan pendekatan kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati (Rukajat, 2018). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran aspek ergonomi tata ruang tempat penyimpanan rekam medis.



3.2



Lokasi dan Waktu Penelitian



3.2.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di ruang penyimpanan rekam medis Rumah Sakit Pelita Insani Martapura. 3.2.2 Waktu Penelitian Waktu pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus 2020. 3.3



Objek dan Subjek Penelitian



3.3.1 Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah aspek ergonomi ruang penyimpanan rekam medis di Rumah Sakit Pelita Insani Martapura. 3.3.2 Subjek Penelitian a.



Informan Utama Informan utama adalah orang yang mampu memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar belakang penelitian (dalam Lexy J. Moleong, 2012). Oleh karena itu, informan utama dalam penelitian ini adalah 2 orang petugas penyimpanan rekam medis di Rumah Sakit Pelita Insani Martapura. 22



23 b.



Informan Triangulasi Informan triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong 2012). Oleh karena itu, informan triangulasi dari penelitian ini adalah kepala rekam medis di Rumah Sakit Pelita Insani Martapura.



3.4



Variabel Penelitian dan Definisi Operasional



3.4.1 Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah suatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep pengertian tertentu (Notoatmojo, 2012). Variabel dari penelitian ini yaitu aspek ergonomi tata ruang tempat penyimpanan rekam medis. Sub variabel penelitian ini sebagai berikut: a.



Suhu



b.



Luas ruang penyimpanan



c.



Jarak antar rak penyimpanan



d.



Pencahayaan



3.4.2 Definisi Operasional Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang diteliti, atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2012). Tabel 3.1 Definisi Operasional No 1



Sub Variabel Suhu



Definisi Operasional Besaran yang menyatakan derajat panas atau dingin ruang penyimpanan rekam medis.



Alat Ukur



Hasil Ukur



Skala



Termometer 1.Sesuai standar Nominal ruangan dan jika suhu Pedoman ruangan 24wawancara 26ºC 2.Tidak sesuai standar jika suhu ruangan kurang dari 24ºC atau lebih dari 26ºC



24 No



Sub Variabel



Definisi Operasional



Alat Ukur



2



Luas



Luas ruang penyimpanan rekam medis.



Meteran bangunan dan pedoman wawancara



3



Jarak



Jarak antara rak satu ke rak lain di ruang penyimpanan rekam medis.



Meteran bangunan dan pedoman wawancara



4



Pencahayaan Intensitas pencahayaan diruang penyimpanan rekam medis.



Lux meter dan pedoman wawancara



Hasil Ukur



Skala



1.Sesuai jika Nominal struktur bangunan harus kuat, terpelihara, bersih, dan tidak memungkinkan terjadinya gangguan kesehatan dan kecelakaan bagi petugas. Dan luas ruang 82 m². 2.Tidak sesuai jika tidak memenuhi syarat ruangan tersebut. Nominal 1. Sesuai standar jika jarak antara rak penyimpanan 90 cm 2. Tidak sesuai standar jika jarak antara rak penyimpanan kurang dari 90 cm 1.Sesuai Nominal standar jika pencahayaan dalam ruang penyimpanant ersebut 100 lux 2.Tidak sesuai standar jika pencahayaan dalam ruang penyimpanan tersebut kurang dari 100 lux



25 3.5



Instrumen Penelitian Instrumen



penelitian



adalah



alat-alat



yang



digunakan



untuk



pengumpulan data (Notoatmodjo, 2012). 3.5.1 Alat Ukur Alat ukur yang digunakan untuk mendukung dilakukannya penelitian ini, antara lain: a.



Termometer ruang untuk mengukur suhu ruangan penyimpanan rekam medis.



b.



Meteran untuk mengukur jarak antara rak penyimpanan dan luas penyimpanan rekam medis.



c.



Lux meter untuk mengukur pencahayaan ruang penyimpanan rekam medis.



3.6



Teknik Pengumpulan Data



3.6.1 Data Primer Data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data (Sugiyono, 2017). Dalam penelitian ini data primer diperoleh dari wawancara kepada 2 orang petugas penyimpanan rekam medis dan kepala rekam medis di Rumah Sakit Pelita Insani Martapura. 3.6.2 Data Sekunder Data sekunder adalah sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data (Sugiyono, 2017). Pada penelitian ini data sekunder berupa dokumentasi yaitu ruang penyimpanan rekam medis di Rumah Sakit Pelita Insani Martapura. 3.7



Teknik Analisa Data Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis data univariat yang bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian (Notoatmodjo, 2012). Variabel penelitian yaitu aspek ergonomi tata ruang tempat penyimpanan yang dijelaskan atau dideskripsikan secara tekstular. Yang terdiri dari suhu, luas ruang penyimpanan, jarak antara rak penyimpanan, pencahayaan di ruang penyimpanan rekam medis Rumah Sakit Pelita Insani Martapura.



26 3.8



Prosedur Penelitian



3.8.1 Tahap Persiapan Penelitian Penelitian ini dimulai dengan mengidentifikasi masalah untuk menentukan judul penelitian. Kemudian peneliti meminta surat pengantar melakukan penelitian kepada sekretariat STIKes Husada Borneo untuk diserahkan ke Rumah Sakit Pelita Insani Martapura. 3.8.2 Tahap Pelaksanaan Penelitian Setelah pihak Rumah Sakit Pelita Insani Martapura menyetujui judul penelitian peneliti menyusun proposal penelitian dan diserahkan ke sekretariat program studi D3 Perekam Medis dan Informasi Kesehatan STIKes Husada Borneo. Setelah itu, peneliti mengumpulkan data penelitian bersamaan dengan bimbingan intensif. 3.8.3 Tahap Pelaporan Pada tahap ini peneliti mengolah data yang telah didapat untuk kemudian disusun menjadi sebuah laporan penelitian. 3.9



Keterbatasan dan Kelemahan Penelitian



3.9.1 Keterbatasan Penelitian Keterbatasan pada penelitian ini adalah peneliti tidak memiliki alat ukur untuk meneliti semua aspek ergonomi seperti kebisingan dan debu. Dan peneliti hanya mengamati ruang penyimpanan rekam medis. 3.9.2 Kelemahan Penelitian Kelemahan pada penelitian ini adalah peneliti hanya mengamati ruang penyimpanan rekam medis, menggunakan metode penelitian deskriptif, dan pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan wawancara sehingga kebenaran data sangat tergantung pada kejujuran dan pengalaman responden dalam menjawab setiap pertanyaan. Selain itu, dikarenakan terjadi pandemi COVID-19 maka penelitian hanya bisa dilakukan melalui online.



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1



Hasil Penelitian



4.1.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Pelita Insani Martapura A. Sejarah Singkat Rumah Sakit Pelita Insani Martapura Rumah Sakit Pelita Insani disingkat RSPI didirikan pada tahun 2012 oleh Bapak H. M. Rusli Kasim dan Ibu Hj. Nurjannah Anwar. RSPI pada awal pembangunan berdiri pada tanah seluas 1.587 m 2 dengan luas bangunan 600 m2 dan bangunan tingkat 2115 m2 berkedudukan di Jalan Sekumpul No. 66 RT. 04 RW. 05 Kel. Jawa Kec. Martapura Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan Selatan. RSPI adalah kegiatan milik PT. PELITA INSANI MULIA sesuai Akta Notaris Heldian Noor, SH. Pendirian Perseroan Terbatas Tanggal 24 April 2012 Nomor 144 berkedudukan di Kabupaten Banjar. Rumah Sakit



Pelita Insani diresmikan pada tanggal 29



September 2013 langsung oleh Wakil Menteri Kesehatan RI Bapak Prof. Dr. Ali Ghufron Mukti, MSc,. Ph. D. Rumah Sakit ini didirikan sebagai sarana pemeliharaan kesehatan bagi warga dan masyarakat Kabupaten Banjar khususnya dan masyarakat Kalimantan Selatan pada umumnya. Rumah Sakit Pelita Insani yang mempunyai tidak kurang dari 55 tempat tidur atau 36 kamar rawat inap, telah menjadikannya Rumah Sakit Umum kelas C oleh Kementerian Kesehatan



RI.



Setelah



beberapa



waktu



berjalan



dengan



perkembangannya Rumah Sakit Pelita Insani telah menjadi Rumah Sakit tipe C tepat di pergantian tahun 2018-2019. Begitupun dari segi penambahan tempat tidur Rumah Sakit Pelita Insani mempunyai lebih kurang 67 bed Kamar Rawat Inap dan dan 49 bed di Poliklinik dan Ruang Khusus. Seiring dengan perubahan waktu dan besarnya harapan serta tuntutan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan, Rumah Sakit Pelita Insani melakukan pengembangan sarana fisik bangunan rumah



27



28 sakit yaitu menambah beberapa Ruang Rawat Inap. Perluasan bangunan rumah sakit ini dengan sendirinya menambah kapasitas tempat tidur. Selain bangunan rumah sakit, sarana penunjang kesehatan lainnya senantiasa terus ditingkatkan dengan menyediakan alat-alat canggih. Selain pengembangan fisik bangunan rumah sakit, Rumah Sakit Pelita Insani juga terus berupaya untuk mengembangkan tenagatenaga profesional yang tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit Pelita Insani. Dengan



motto



“Rasionalitas



dalam



pembiayaan



dengan



mengutamakan ketepatan, keramahan, dan kenyamanan dalam pelayanan”, Rumah Sakit Pelita Insani kini berkembang menjadi rumah sakit swasta yang tidak hanya melayani pelayanan medis untuk perorangan tetapi juga perusahaan. Diantaranya dengan telah bergabungnya lebih 25 dari perusahaan nasional dan internasional di Rumah Sakit Pelita Insani. Berikut Visi dan Misi Rumah Sakit Pelita Insani: 1.



Visi: Menjadi rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan terbaik, berkualitas, profesional dan ramah kepada pasien serta keluarga dengan rasionalitas dalam pembiayaan.



2.



Misi: a. Memberikan pelayanan kesehatan terpadu sesuai kebutuhan pasien dan keluarga. b. Melaksanakan pekerjaan dalam tim yang profesional, dinamis, inovatif, berdedikasi tinggi dan terpercaya. c. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana/prasarana di semua bidang secara terus menerus dan berkesinambungan. d. Menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan harmonis. e. Pelayanan yang handal-cepat-tepat namun terjangkau.



29 B. Struktur Organisasi Rumah Sakit PT. PELITA INSANI MULIA



DIREKTUR



SATUAN PENGAWAS INTERNAL



WAKIL DIREKTUR KEPALA TATA USAHA



KOMITE MEDIK



Staf Medis Fungsional



KOMITE PENINGKATANMUTU& KESELAMATAN PASIEN



KABID PELAYANAN MEDIS



KASI PELAYANAN MEDIS



-KEPALA RUANGAN RANAP LT 2 -KEPALA RUANGAN RANAP LT -KEPALA RUANGAN YAKUT C -KEPALA RUANGAN POLI RALAN -KEPALA RUANGAN IGD -KEPALA RUANGAN OK -KEPALA RUANGAN VK -KEPALA RUANGAN ICU -KEPALA RUANGAN NICU



KASI KEPERAWATA



KOMITE PPI



KOMITE PPRA



KABAG KEUANGAN &LOGISTIK



KASI BENDAHARA&PENGELUAR AN KASI VERIFIKASI&LOGISTIK



KOMITE FARMASI&TERAPI



KOMITE KEPERAWATAN



KABAG UMUM,SDM&PEMASARAN KASI KEPEGAWAIAN&ADM KASI REKAM MEDIS&PELAPORAN



KASI PENUNJANG NON MEDIS



-KEPALA SANITASI & IPS RS -KEPALA UNIT KEAMANAN -KEPALA LABORATORIUM -KEPALA RADIOLOGI -KEPALA IT -KEPALA FARMASI -KEPALA GIZI



KEPALA UNIT KASIR



KASI PENERIMAAN



Gambar 4.1 Struktur Organisasi Rumah Sakit



KASI PEMASARAN



30 C. Jenis Fasilitas Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Jenis fasiitas pelayanan kesehatan yang ada di Rumah Sakit Pelita Insani adalah: 1.



Rawat Jalan a. Poli Penyakit Dalam b. Poli Kebidanan dan Kandungan c. Poli Anak d. Poli Bedah e. Poli Mata f. Poli THT g. Poli Paru h. Poli Orthopedi i. Poli Saraf j. Poli Gigi k. Hemodialisa l. Rehabilitasi Medik



2.



Rawat Inap a. Perawatan Khusus dan Intensif 1)



ICU/PICU/NICU



2)



Ruang Isolasi



3)



Ruang Perinatologi



b. Perawatan Umum 1)



Ruang Perawatan VVIP



2)



Ruang Perawatan Kelas VIP



3)



Ruang Perawatan Kelas I



4)



Ruang Perawatan Kelas II



5)



Ruang Perawatan Kelas III



c. Pelayanan Penunjang 1)



Instalasi Gawat Darurat



2)



Instalasi Gizi



3)



Instalasi Farmasi



4)



Instalasi Laboratorium



5)



Instalasi Radiologi



6)



Instalasi Rekam Medik



31 Sumber: Profil Rumah Sakit Pelita Insani Martapura (2019). D. Konsep Manajemen Rekam Medis Informasi Kesehatan di Rumah Sakit 1.



Visi Unit Rekam Medis Menjadi unit pelayanan, pengolahan dan penyajian data kesehatan



yang



informatif



dan



mengedepankan



aspek



Administrasi, Legal, Finansial, Riset, Edukasi, Dokumentasi yang akurat, informatif dan dapat dipertanggung jawabkan. 2.



Misi Unit Rekam Medis a. Memberikan pelayanan rekam medis dengan cepat dan tepat b. Melaksanakan pengolahan data dengan cepat dan tepat c. Melindungi dan menjaga kerahasiaan pasien d. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan IPTEK.



3.



Falsafah Unit Rekam Medis Dokumen rekam medis pasien yang baik merupakan cermin pelayanan kesehatan yang berkualitas.



4.



Nilai Budaya Unit Rekam Medis a. Cepat Melaksanakan kegiatan rekam medis dengan cepat. b. Tepat Melaksanakan pekerjaan dengan tepat. c. Rahasia Menjaga kerahasiaan dan keamanan rekam medis pasien. d. Berkualitas Menjaga kualitas data/catatan yang baik.



5.



Tujuan Rekam Medis Rekam medis sebagai bukti tertulis yang mengandung nilai Administrasi, Legal, Finansial, Riset, Edukasi, Dokumen, Akurat, Informatif dan dapat dipertanggung jawabkan. Untuk menunjang tercapainya tertib administrasi dalam rangka upaya peningkatan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Pelita Insani.



32 6.



Struktur Organisasi Unit Rekam Medis di Rumah Sakit Pelita Insani



Gambar 4.2 Struktur Organisasi Unit Rekam Medis di Rumah Sakit Pelita Insani



33 4.1.2 Gambaran Khusus Penelitian A. Tata Ruang Tempat Penyimpanan Rekam Medis di Rumah Sakit Pelita Insani Martapura Hasil penelitian di ruang penyimpanan Rumah Sakit Pelita Insani Martapura didapat bahwa ruang kerja rekam medis digabung dengan ruang penyimpanan rekam medis. Hal tersebut menghambat petugas dalam melakukan pengambilan dan pengembalian dokumen rekam medis di ruang penyimpanan rekam medis. Selain itu juga berdampak pada kenyamanan petugas. Hasil wawancara dengan informan 1 pada petugas 1 di ruang penyimpanan rekam medis pada mengenai keadaan tata ruang penyimpanan di Rumah Sakit Pelita Insani Martapura sebagai berikut: “Kenyamanan dalam bekerja kurang dan produktifitas menurun”. Informan 1 (petugas 1 ruang penyimpanan rekam medis). “Cepat lelah”. Informan 1 (petugas 1 ruang penyimpanan rekam medis). Hasil wawancara Informan 1 pada petugas 1 di ruang penyimpanan rekam medis diatas menunjukan bahwa informan 1 kurang



nyaman



dengan



tata



ruang



penyimpanan



tersebut



mengakibatkan produktifitas menurun dan dampak yang dirasakan cepat lelah. Sedangkan hasil wawancara informan 2 pada petugas 2 di ruang penyimpanan rekam medis ruang penyimpanan sebagai berikut: “Tidak nyaman dan kurang fokus dalam bekerja”. Informan 2 (petugas 2 di ruang penyimpanan). “Dampaknya terasa cepat lelah”. Informan 2 (petugas 2 di ruang penyimpanan). Hasil wawancara Informan 2 pada petugas 2 di ruang penyimpanan diatas menunjukan bahwa informan 2 tidak nyaman dan kurang fokus dalam bekerja dengan keadaan tata ruang tersebut dan dampaknya petugas merasa cepat lelah. Sedangkan hasil wawancara informan 3 pada kepala rekam medis sebagai berikut:



34 “Sebenarnya berpengaruh sih de karena kan idealnya ruang penyimpanan khusus menyimpan rekam medis. Kalau tempat kerjanya harusnya terpisah dari ruang penyimpanan. Pengaruhnya ketika keluar masuk rekam medis. Keluar masuknya rekam medisnya itu sangat berpengaruh. Dan untuk kesehatan ruangannya itu juga berpengaruh de itu kan ruang penyimpanan, debu sisa sisa berkas yang dikeluarkan di ruangan itu. Ideal nya sih dipisah dari ruang penyimpanan. Selain itu dampaknya ruangan yang terasa panas jika terlalu banyak petugas di ruangan”. Informan 3 (kepala rekam medis). Hasil wawancara informan 3 pada kepala rekam medis di atas menunjukan bahwa informan 3 kepala rekam medis menyatakan bahwa ada pengaruh dan dampak dari ruang kerja rekam medis digabung dengan ruang penyimpanan rekam medis dalam satu ruangan. berpengaruh kesehatan petugas dan dampaknya yaitu terasa panas jika terlalu banyak petugas di ruangan. Dari hasil wawancara yang didapat pada informan 1, 2, 3 dapat diambil kesimpulan bahwa seluruh informan merasakan dampak dari tata ruang penyimpanan rekam medis. B. Suhu Ruang Penyimpanan Rekam Medis di Rumah Sakit Pelita Insani Martapura Hasil penelitian di ruang penyimpanan rekam medis Rumah Sakit Pelita Insani Martapura yaitu tidak ada AC, ventilasi, dan kipas angin. Dalam ruang penyimpanan tersebut hanya menggunakan air cooler sedangkan untuk suhu ruang penyimpanan rekam medis yaitu 29.1 ºC. Hasil wawancara dengan informan 1 pada petugas 1 di ruang penyimpanan rekam medis pada mengenai keadaan suhu ruang penyimpanan di Rumah Sakit Pelita Insani Martapura sebagai berikut: “Iya diruangan tidak ada AC jadi terasa panas dan cepat keringetan” Informan 1 (petugas 1 di ruang penyimpanan rekam medis).



35 Hasil wawancara Informan 1 pada petugas 1 di ruang penyimpanan rekam medis diatas menunjukkan bahwa informan 1 merasakan pengaruh dari suhu ruang penyimpanan rekam medis . Sedangkan hasil wawancara informan 2 pada petugas 2 di ruang penyimpanan rekam medis sebagai berikut: “Berpengaruh ke petugas sering keringetan”. Informan 2 (petugas 2 di ruang penyimpanan rekam medis). Hasil wawancara Informan 2 pada petugas 2 di ruang penyimpanan diatas menunjukkan bahwa informan 2 merasakan pengaruh



dari



suhu ruangan



rekam



medis.



Sedangkan



hasil



wawancara informan 3 pada kepala rekam medis sebagai berikut: “Kalau AC tidak ada, cuman sekarang ada ini de air cooler sudah ada de, karena tidak adanya AC sering mengakibatkan sering ini kelelahan petugas lebih sering. Kalau prestasinya enggak sih, kalau cepat lelah nya ada”. Informan 1 (kepala rekam medis). Hasil wawancara informan 3 pada kepala rekam medis di atas menunjukkan bahwa informan 3 merasakan dampak dari suhu di ruang penyimpanan rekam medis yaitu petugas lebih sering kelelahan. Dari hasil wawancara yang di dapat pada informan 1, 2, 3 dapat diambil kesimpulan bahwa semua informan 1, 2, 3 merasakan pengaruh dari suhu di ruangan. Pengaruh yang dirasakan petugas yaitu lebih sering kelelahan dan cepat berkeringat dalam bekerja di ruang penyimpanan rekam medis. C. Luas Ruang Penyimpanan Rekam Medis di Rumah Sakit Pelita Insani Martapura Hasil penelitian di ruang penyimpanan Rumah Sakit Pelita Insani Martapura yaitu 210.88 m².



36 Hasil wawancara dengan informan 1. pada petugas 1 di ruang penyimpanan rekam medis pada mengenai keadaan luas ruang penyimpanan di Rumah Sakit Pelita Insani Martapura sebagai berikut: “Kendalanya karena ruangan sempit. Maka untuk mobilitas sering terhambat”. Informan 1 (petugas 1 di ruang penyimpanan rekam medis). Hasil wawancara Informan 1 pada petugas 1 di ruang penyimpanan rekam medis di atas menunjukan bahwa informan 1 merasakan kendala dari luas di ruang penyimpanan rekam medis yaitu mobilitas terhambat. Sedangkan hasil wawancara informan 2 pada petugas 2 di ruang penyimpanan rekam medis sebagai berikut: “Disini kendala yang terjadi dapat memperlambat dalam pengambilan rekam medis. Tapi tidak terlalu sering”. Informan 2 (petugas 2 di ruang penyimpanan rekam medis). Hasil wawancara Informan 2 pada petugas 2 di ruang penyimpanan diatas menunjukan bahwa informan 2 merasakan kendala dari luas ruang penyimpanan yaitu memperlambat dalam pengambilan rekam medis. Sedangkan hasil wawancara informan 3 pada kepala rekam medis sebagai berikut: ”Luas ruang penyimpanan itu 210.88 m²”. Informan 3 (kepala rekam medis). “Ruangannya sempit de jadi ada kendala. Untuk kendalanya itu, memperlambat dalam bekerja”. Informan 3 (kepala rekam medis). Hasil wawancara informan 3 pada kepala rekam medis di atas menunjukkan bahwa informan 3 mengetahui ukuran luas ruang dan kendala dari luas penyimpanan rekam medis yaitu memperlambat petugas dalam bekerja.



37 Dari hasil wawancara yang didapat pada informan 1, 2, 3 dapat diambil kesimpulan bahwa semua informan mengetahui kendala yang terjadi di ruangan yaitu memperlambat petugas dalam pengambilan rekam medis dan mobilitas petugas terhambat. D. Jarak Antara Rak Penyimpanan Rekam Medis di Rumah Sakit Pelita Insani Martapura Hasil penelitian di ruang penyimpanan Rumah Sakit Pelita Insani Martapura yaitu untuk di bagian utara jarak antara raknya 37 cm , untuk di bagian utara jarak antara raknya 39 cm, untuk bagian barat jarak antara raknya 58 cm, dan untuk bagian selatan jarak antara raknya 84 cm. Hal tersebut membuat petugas menjadi susah bergerak. Hasil wawancara dengan informan 1. pada petugas 1 di ruang penyimpanan rekam medis pada mengenai keadaan jarak antara rak ruang penyimpanan di Rumah Sakit Pelita Insani Martapura sebagai berikut: “Sangat mempengaruhi, karena dapat menurunkan kecepatan dalam pengambilan rekam medis kembali”. Informan 1 (petugas 1 di ruang penyimpanan rekam medis). Hasil wawancara Informan 1 pada petugas 1 di ruang penyimpanan rekam medis di atas menunjukkan bahwa informan 1 merasakan pengaruh dari jarak antar rak di ruang penyimpanan rekam medis. Pengaruh tesebut pengaruh terhadap pengambilan rekam medis. Sedangkan hasil wawancara informan 2 pada petugas 2 di ruang penyimpanan rekam medis sebagai berikut: “Iya,



kurang



efektif”.



Informan



2



(petugas



2



di



ruang



penyimpanan rekam medis) Hasil wawancara Informan 2 pada petugas 2 di ruang penyimpanan di atas menunjukkan bahwa informan 2 merasakan



38 pengaruh efektivitas dari jarak antara rak ruangan rekam medis tersebut. Sedangkan hasil wawancara informan 3 pada kepala rekam medis sebagai berikut: “Jumlah raknya itu ada 44. Kalau roll o’pack nya 37. Kalau rak kayu ada 7 rak”. Informan 3 (kepala rekam medis). “Berpengaruh



dalam



penyediaan



rekam



medis



untuk



di



distribusikan, karena dengan kurangnya space jarak, berakibat dalam mobilitas petugas”. Informan 3 (kepala rekam medis). Hasil wawancara informan 3 pada kepala rekam medis di atas menunjukkan bahwa informan 3 merasakan pengaruh dari jarak antar rak di ruang penyimpanan rekam medis yaitu terhadap mobilitas petugas. Dari hasil wawancara yang didapat pada informan 1, 2, 3 dapat diambil kesimpulan bahwa semua informan 1, 2, 3 merasakan pengaruh dari jarak antar rak penyimpanan rekam medis yaitu memperlambat petugas dalam pengambilan dan pengembalian rekam medis, evektivitas petugas, dan mobilitas petugas. E.



Mengidentifikasi Pencahayaan Ruang Penyimpanan Rekam Medis di Rumah Sakit Pelita Insani Martapura. Hasil penelitian di ruang penyimpanan Rumah Sakit Pelita Insani Martapura untuk pencahayaan menggunakan lampu jenis general lighling sedangakan untuk hasil pencahayaan yang di dapat yaitu untuk pencahayaan bagian utara 51 lux hal ini karena dibagian tersebut tidak tepat dibawah bolam lampu sehingga pencahayaan terlihat gelap, untuk bagian selatan 73 lux hal ini karena dibagian tersebut tidak tepat dibawah bolam lampu sehingga pencahayaan terlihat gelap, untuk pencahayaan bagian timur 103 lux hal ini karena tepat dibawah lampu sehingga



pencahayaan



terlihat



terang



dan



jelas,



dan



untuk



pencahayaan bagian barat 107 lux hal ini karena tepat dibawah lampu sehingga pencahayaan terlihat terang dan jelas. Pencahayaan ruang penyimpanan rekam medis tidak sinkron karena pada



di



39 penggunaan bolam lampunya tidak bisa merata secara keseluruhan di setiap ruangan. Hal tersebut dapat di lihat dari hasil observasi dan wawancara bahwa di ruang tersebut dari ruang sisi kanan dan sisi kiri masih ada ruang yang pencahayaannya gelap atau kurang terang. Hasil wawancara dengan informan 1 pada petugas 1 di ruang penyimpanan rekam medis pada mengenai keadaan pencahayaan ruang penyimpanan di Rumah Sakit Pelita Insani Martapura sebagai berikut: “Kendala untuk penyimpanan akan lebih sulit memilah”. Informan 1 (petugas 1 ruang penyimpanan rekam medis). ”Kalau dampaknya jika di sudut ruangan yang gelap. Akan menyulitkan petugas untuk melihat rekam medis”. Informan 1 (petugas 1 ruang penyimpanan rekam medis). Hasil wawancara Informan 1 pada petugas 1 di ruang penyimpanan rekam medis di atas menunjukkan bahwa informan 1 merasakan kendala dan dampak yang terjadi dari pencahayaan yaitu sulit memilah. Sedangkan hasil wawancara informan 2 pada petugas 2 di ruang penyimpanan rekam medis ruang penyimpanan sebagai berikut: “Ruangan pencahayaannya cukup. Namun di beberapa sudut gelap, dan kendala dalam mencari kembali rekam medis”. Informan 2 (petugas 2 di ruang penyimpanan). “Kurang terang dapat mengakibatkan salah simpan rekam medis”. Informan 2 (petugas 2 di ruang penyimpanan). Hasil wawancara Informan 2 pada petugas 2 di ruang penyimpanan di atas menunjukkan bahwa informan 2 petugas merasakan kendala dan dampak dari pencahayaan kurang terang yaitu salah simpan rekam medis. Sedangkan hasil wawancara informan 3 pada kepala rekam medis sebagai berikut:



40 “Jenis pencahayaannya general lighting”. Informan 3 (kepala rekam medis). “Untuk kendala di ruangan ini de gelap”. Informan 3 (kepala rekam medis). “Dampaknya itu menyebabkan sulit dalam mencari berkas rekam



medis di rak penyimpanan”. Informan 3 (kepala rekam medis). Hasil wawancara informan 3 pada kepala rekam medis di atas menunjukkan bahwa informan 3 pencahayaan yang digunakan di ruang penyimpanan yaitu jenis pencahayaannya general lighting dan ada kendala dan dampak di ruang penyimpanan rekam medis. Dari hasil wawancara yang didapat pada informan 1, 2, 3 dapat diambil kesimpulan bahwa semua informan merasakan ada kendala dan



dampak



dari



pencahayaan



di



ruang



penyimpanan



yang



mengakibatkan petugas sulit mencari berkas rekam medis di rak penyimpanan dan salah simpan berkas rekam medis. 4.1



Pembahasan A. Tata Ruang Penyimpanan Rekam Medis Hasil penelitian di ruang penyimpanan Rumah Sakit Pelita Insani Martapura di dapat bahwa tata ruang di rumah sakit belum efektif. Hal ini bisa di lihat dari hasil wawancara yang di dapat bahwa untuk ruangan itu terdiri dari ruang kerja rekam medis digabung dengan ruang penyimpanan rekam medis. Hal tersebut mengakibatkan dapat menghambat



petugas



dalam



melakukan



pengambilan



dan



pengembalian dokumen rekam medis di ruang penyimpanan rekam medis. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Gusti Nur Kholisa (2018) yang mengatakan hasil penelitian yang di dapat bahwa ruang penyimpanan rekam medis aktif lantai dua Rumah Sakit Bhayangkara TK.III Banjarmasin memiliki tata ruang rekam medis aktif yang terdapat tumpukan formulir-formulir rekam medis yang ada di samping rak penyimpanan sehingga dapat menyusahkan ruang gerak



41 petugas



penyimpanan



untuk



melakukan



pengambilan



dan



pengembalian rekam medis pada bagian rak tersebut. Hasil penelitian ini belum sesuai dengan teori Depkes RI (1991) ruang penyimpanan rekam medis sebaiknya terpisah dari ruangan kantor lain untuk menjaga keamanan rekam medis tersebut. Mengingat bahwa berkas rekam medis sifatnya rahasia, mengurangi, dan menghindari pegawai lain memasuki ruangan sehingga pencurian rekam medis dapat dihindari. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan



baik



dalam



beraktifitas



maupun



istirahat



dengan



kemampuan dan keterbatasan manusia baik fisik maupun mental sehingga kualitas hidup secara keseluruhan menjadi lebih baik (Tarwaka, dkk 2004). Sebaiknya penataan ruang penyimpanan rekam medis di rumah sakit Pelita Insani Martapura harus dirancang dan ditata ulang kembali agar petugas lebih nyaman, leluasa, dan cepat dalam bekerja. B. Suhu Ruang Penyimpanan Rekam Medis di Rumah Sakit Pelita Insani Martapura Hasil penelitian di ruang penyimpanan rekam medis Rumah Sakit Pelita Insani Martapura yaitu tidak ada ventilasi dan tidak ada kipas angin. Dalam ruang penyimpanan tersebut hanya menggunakan air cooler sedangkan untuk suhu ruang penyimpanan rekam medis yaitu 29.1 ºC hal ini masih belum memenuhi standar. Dari hasil wawancara yaitu suhu yang ada di ruangan tersebut membuat petugas sering kelelahan selain itu petugas cepat berkeringat dalam bekerja di ruang penyimpanan rekam medis. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Sri Wahyuni (2016) yang mengatakan bahwa di Rumah Sakit Umum Daerah Lasinrang suhu ruang di ruang penyimpanan berkas rekam medis tidak baik karena di ruangan penyimpanan tidak memiliki AC, ventilasi, dan kipas angin sehingga membuat ruang penyimpanan sangat panas dengan suhu 33ºC.



42 Hasil penelitian ini belum sesuai dengan teori menurut Suma’mur (1989) dalam Gusti Nur Kholisa (2018) yang menyatakan bahwa temperatur ideal di ruang kerja adalah 24-26ºC. Apabila suhu di bawah 24ºC akan dapat mengurangi efisiensi karena terjadinya keluhan kaku atau kurangnya koordinasi otot dan jika suhu di atas 26ºC maka akan berakibat menurunkan prestasi kerja. Sebaiknya di ruang penyimpanan rekam medis Rumah Sakit Pelita Insani Martapura menggunakan AC agar mengurangi debu dan untuk membuat petugas lebih nyaman dalam bekerja selain itu agar dokumen rekam medis tidak mudah rusak selain itu suhu ruang penyimpanan rekam medis berkisar 24-26ºC. C. Luas Ruang Penyimpanan Rekam Medis di Rumah Sakit Pelita Insani Martapura Hasil penelitian di ruang penyimpanan Rumah Sakit Pelita Insani Martapura yaitu 210.88 m2 . Hal ini bisa dilihat dari hasil wawancara yang di dapat bahwa dengan luas tersebut maka petugas mengalami kendala dalam mencari berkas sehingga memperlambat petugas dalam pengambilan rekam medis dan mobilitas petugas terhambat. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Gusti Nur Kholisa



(2018)



yang



mengatakan



bahwa



untuk



luas



ruang



penyimpanan rekam medis aktif di Rumah Sakit Bhayangkara TK.III Banjarmasin yaitu 9 m² dengan ukuran panjang 3 m dan lebar 3 m, sehingga luas ruangan tersebut belum memenuhi standar ketentuan Rustiyanto. Dengan ukuran luas 9 m² tidak akan mampu menampung prasarana seperti meja dan kursi. Hasil penelitian ini belum sesuai dengan teori Rustiyanto dan Rahayu (2011) yang menyatakan bahwa luas ruang penyimpanan harus memadai (baik untuk rak rekam medis aktif dan in-aktif). Ruang penyimpanan rekam medis aktif dan in-aktif sebaiknya disendirikan, karena hal ini akan mempermudah petugas dalam mengambil rekam medis yang aktif dan akan lebih mudah dalam melaksanakan pemusnahan rekam medis. Sedangkan menurut Permenkes RI No. 24



43 Tahun 2016 persyaratan luas ruangan arsip tergantung jumlah arsip dan jenis pelayanan. D. Mengidentifikasi Jarak Antara Rak Penyimpanan Rekam Medis di Rumah Sakit Pelita Insani Martapura Hasil penelitian di ruang penyimpanan Rumah Sakit Pelita Insani Martapura yaitu untuk di bagian utara jarak antara raknya 37 cm dan 39 cm, untuk bagian barat jarak antara raknya 58 cm, dan untuk bagian selatan jarak antara raknya 84 cm. Hal itu disebabkan karena luas yang ada diruangan tidak sebanding dengan jumlah rak yang ada diruangan sehingga mengakibatkan petugas menjadi susah bergerak saat melakukan aktivitas kerja. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Gusti Nur Kholisa (2018) yang mengatakan bahwa di Rumah Sakit Bhayangkara TK.III Banjarmasin jarak antara rak penyimpanan rekam medis aktif di lantai dua yaitu 60 cm dan cukup memberikan ruang gerak bagi petugas ruang penyimpanan. Akan tetapi, dengan adanya tumpukan formulir-formulir rekam medis yang ada di samping rak penyimpanan dapat membuat terbatasnya gerak petugas penyimpanan untuk melakukan pengambilan dan pengembalian rekam medis pada bagian gang rak tersebut. Hasil penelitian ini belum sesuai dengan teori Depkes RI (2006) dalam Faida (2018) yang menyatakan bahwa jarak antara dua buah rak untuk lalu lalang, dianjurkan selebar 90 cm. Jika menggunakan jari lima laci satu baris. Ruangan lowongan di depannya harus 90 cm jika diletakkan saling berhadapan harus disediakan ruang lowong paling tidak 150 cm untuk memungkinkan terbuka laci-laci tersebut. Sebaiknya jarak antara rak harus disesuaikan 90 cm agar petugas mudah lalu lalang dalam pengambilan dan pengembalian dokumen rekam medis.



44 E.



Pencahayaan Ruang Penyimpanan Rekam Medis di Rumah Sakit Pelita Insani Martapura Hasil penelitian di ruang penyimpanan Rumah Sakit Pelita Insani Martapura untuk pencahayaan menggunakan lampu jenis general lighling sedangakan untuk hasil pencahayaan yang di dapat yaitu untuk pencahayaan bagian utara 51 lux hal ini karena dibagian tersebut tidak tepat dibawah bolam lampu sehingga pencahayaan terlihat gelap, untuk bagian selatan 73 lux hal ini karena dibagian tersebut tidak tepat dibawah bolam lampu sehingga pencahayaan terlihat gelap, untuk pencahayaan bagian timur 103 lux hal ini karena tepat dibawah lampu sehingga



pencahayaan



terlihat



terang



dan



jelas,



dan



untuk



pencahayaan bagian barat 107 lux hal ini karena tepat dibawah lampu sehingga pencahayaan terlihat terang dan jelas. Pencahayaan di ruang penyimpanan



rekam



medis tidak sinkron karena pada



penggunaan bolam lampunya tidak bisa merata secara keseluruhan di setiap ruangan. Hal tersebut dapat di lihat dari hasil observasi dan wawancara bahwa di ruang tersebut dari ruang sisi kanan dan sisi kiri masih ada ruang yang pencahayaannya gelap atau kurang terang. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Hendarin (2015) hasil penelitian yang di dapat bahwa di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung pencahayaan lampu di ruang penyimpanan rekam medis yang ada di poliklinik spesialis Anggrek masih kurang baik, padahal dalam ruang penyimpanan rekam medis kondisi pencahayaan yang baik harus tersedia, minimal intensitas cahaya yaitu 100 lux, tetapi faktanya penerangan di ruang penyimpanan masih kurang baik. Menurut hasil wawancara dengan petugas yang berada di ruang penyimpanan



dengan



kondisi



penerangan



yang



belum



akan



menimbulkan dampak pada penglihatan petugas terganggu, sehingga pekerjaan petugas di ruang penyimpanan menjadi lambat, banyak mengalami kesalahan, dan pada akhirnya menyebabkan kurang efisien dalam melaksanakan pekerjaan, sehingga efektivitas pelayanan sulit dicapai. Hasil penelitian ini belum sesuai dengan teori Kepmenkes No. 1405 tahun 2002, tentang pencahayaan adalah jumlah penyinaran



45 pada suatu bidang kerja yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif. Faktor pencahayaan dalam ruangan sangat penting dan akan mendukung kinerja petugas dalam bekerja di lingkungan kerja yang sehat dan aman. Intensitas cahaya di ruang kerja minimal 100 lux. Sebaiknya di ruang penyimpanan rekam medis Rumah Sakit Pelita Insani Martapura lampu yang saat ini ada ditambah lampu standar sesuai dengan kebutuhan ruang atau watt disesuaikan dengan ruang dan jumlah titik (jumlah lampu) disesuaikan dengan luas ruang dan letak ruang atau isi ruang.



BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1



Kesimpulan Dari hasil penelitian dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut: a.



Suhu di ruang penyimpanan rekam medis Rumah Sakit Pelita Insani Martapura yaitu tidak ada AC, ventilasi, dan kipas angin. Dalam ruang penyimpanan tersebut hanya menggunakan air cooler sedangkan untuk suhu ruang penyimpanan rekam medis yaitu 29.1 ºC hal ini masih belum memenuhi standar. Suhu yang ada di ruangan tersebut membuat



petugas



sering



kelelahan



selain



itu



petugas



cepat



berkeringat dalam bekerja di ruang penyimpanan rekam medis. b.



Luas di ruang penyimpanan Rumah Sakit Pelita Insani Martapura yaitu 210.88 m² dengan luas tersebut maka petugas mengalami kendala dalam mencari berkas sehingga memperlambat petugas dalam pengambilan rekam medis dan mobilitas petugas terhambat.



c.



Jarak antara rak di ruang penyimpanan rekam medis Rumah Sakit Pelita Insani Martapura tidak sesuai dengan teori



karena



masih



kurang dari 90 cm. d.



Pencahayaan di ruang penyimpanan Rumah Sakit Pelita Insani Martapura yaitu untuk pencahayaan bagian selatan 73 lux, untuk pencahayaan bagian utara 51 lux, untuk pencahayaan bagian timur 103 lux, dan untuk pencahayaan bagian barat 107 lux. Ruang penyimpanan rekam medis tidak sinkron karena dari ruang sebelah kiri dan kanan pencahayaannya tidak sama.



46



47 5.2



Saran



5.2.1 Bagi Rumah Sakit a.



Sebaiknya di ruang penyimpanan rekam medis Rumah Sakit Pelita Insani Martapura menggunakan AC agar mengurangi debu dan untuk membuat petugas lebih nyaman dalam bekerja selain itu agar dokumen rekam medis tidak mudah rusak selain itu suhu ruang penyimpanan rekam medis berkisar 24-26ºC.



b.



Sebaiknya penataan ruang penyimpanan rekam medis di rumah sakit Pelita Insani Martapura harus dirancang dan ditata ulang kembali agar petugas lebih nyaman, leluasa, dan cepat dalam bekerja.



c.



Sebaiknya jarak antara rak harus disesuaikan 90 cm agar petugas mudah lalu lalang dalam pengambilan dan pengembalian dokumen rekam medis.



d.



Sebaiknya di ruang penyimpanan rekam medis Rumah Sakit Pelita Insani Martapura lampu yang saat ini ada ditambah lampu standar sesuai dengan kebutuhan ruang atau watt disesuaikan dengan ruang dan jumlah titik (jumlah lampu) disesuaikan dengan luas ruang dan letak ruang atau isi ruang.



5.2.2 Instansi Pendidikan Sebaiknya di perpustakaan menambahkan teori referensi atau buku yang mengenai pengelolaan dan manajemen rekam medis khususnya pada bagian aspek ergonomi rekam medis agar mahasiswa mudah dalam referensi. 5.2.3 Peneliti Lain Sebaiknya bagi peneliti lain bisa meneliti mengenai aspek ergonomi di bagian pendaftaran pasien.



DAFTAR PUSTAKA Baiduri. (2008). Kaidah Dasar Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Budi, S. C. (2011). Manajemen Unit Kerja Rekam Medis. Yogyakarta: Quantum Sinergis Media. Departemen Kesehatan RI. Ergonomi Pusat Kesehatan Kerja Departemen Kesehatan RI. www.depkes.go.id/dowloads/ergonomi.pdf - Diakes Desember 2019. Faida, E. W. (2019). Manajemen Sumber Daya Manusia dan Ergonomi Unit Kerja Rekam Medis. Sidoarjo: Indomedia Pustaka. Gibony, JR. (1991). Medical Record Principle of Hospital Administration. New York: Putnam’s Sons. Hatta, Gemala R. (2014). Pedoman Manajemen Informasi Kesehatan di Sarana Pelayanan Kesehatan. Jakarta: UI Press. Hendarin. (2015). Tinjauan Tata Ruang Penyimpanan Rekam Medis Poliklinik Spesialis Anggrek Guna Menunjang Efektivitas Pelayanan di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. http://ejournal.poltektedc.ac.id/index.php/tedc/article/download/242/187. Hendrick, H.W. (2002). Good Ergonomic is Economics. Denpasar: Prosiding International Seminar on Ergonomics and Sport Physiology. PP 16-27. Iridiastadi, Hardianto dan Yassierli. (2014). Ergonomi Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Kholisa, Gusti Nur. (2018). Analisis Aspek Ergonomi Tata Ruang Tempat Penyimpanan Rekam Medis di Rumah Sakit Bahayangkara TK.III Banjarmasin. KTI, STIKes Husada Borneo Banjarbaru. Kuswana, Wowo Sunaryo. (2014). Ergonomi dan Kesehatan Keselamatan Kerja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Menkes RI. (2008). Permenkes RI No. 269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam Medis. Menkes RI. (2014). Permenkes No. 56 tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit. Menkes RI. (2016). Permenkes RI No. 24 Tahun 2016 tentang Persyaratan Teknis Bangunan dan Prasarana Rumah Sakit.



48



49 Moleong, Lexy J. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nurmianto, Eko. (2008). Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya Edisi ke Dua. Surabaya: Guna Wijaya. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. (2019). Banjarbaru: STIKes Husada Borneo Banjarbaru. Profil Rumah Sakit Pelita Insani Martapura. (2019). Rachmawati. (2017). Perhitungan Kebutuhan Rak Penyimpanan Rekam Medis Pasien di RS Panti Nugroho. Yogyakarta: STIKes Jendral Achmad Yani Yogyakarta. Rukajat, A. (2018). Pendekatan Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Deepublish. Rustiyanto, E dan Rahayu, W.A. (2011). Manajemen Filling Dokumen Rekam Medis dan Informasi Kesehatan. Yogyakarta: Politeknik Kesehatan. Sedarmayanti. (2009). Tata Kerja dan Produktivitas Kerja. Jakarta: CV Mandar Maju. S, Sri Wahyuni. (2016). Penerapan Prinsip Ergonomi pada Ruang Penyimpanan di Rumah Sakit Umum Daerah Lasinrang. KTI, STIKes Panakkukang Makassar. Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta, CV. Tarwaka, dkk. (2004). Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas. Surakarta: UNIBA Press, cetakan I. Tarwaka. (2010). Ergonomi untuk Keselamatan Kerja dan Produktivitas. Surakarta: UNIBA Press. WHO. (2002). Medical Record Manual A Guide For Developing Countries. Ganeva: World Health Organization.



LAMPIRAN



50



51 Lampiran 1. Surat Surat Ijin Penelitian



52 Lampiran 2. Surat Balasan dari Rumah Sakit



53 Lampiran 3. Lembar Konsultasi Bimbimbingan



54 Lampiran 4. Lembar Permohonan Menjadi Responden



DIII PEREKAM DAN INFORMASI KESEHATAN STIKES HUSADA BORNEO BANJARBARU



LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN



Kepada: Yth. Bapak/Ibu Di Rumah Sakit Pelita Insani Martapura Dengan Hormat, Saya mahasiswa D3 Perekam Medis dan Informasi Kesehatan, Stikes Husada Borneo semester VI bermaksud akan melakukan penelitian tentang “Tinjauan Deskriptif Aspek Ergonomi Tata Ruang Tempat Penyimpanan Rekam Medis Di Rumah Sakit Pelita Insani Martapura Tahun 2020 ” sebagai persyaratan untuk menyelesaikan program studi D3 Perekam Medis dan Informasi Kesehatan. Berkaitan dengan hal tersebut, saya mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk menjadi responden yang merupakan sumber informasi bagi penelitian ini. Dalam Penelitian ini tidak akan memberikan dampak/pengaruh kepada Nama/Jabatan/Gaji/ dan sebagainya, akan terjamin kerahasiaannya oleh peneliti. Demikian permohonan ini saya sampaikan dan atas partisipasinya saya ucapkan terima kasih. Banjarbaru,



2020



Sella Widyanti



55 Lampiran 5. Lembar Persetujuan Menjadi Responden



DIII PEREKAM DAN INFORMASI KESEHATAN STIKES HUSADA BORNEO BANJARBARU



LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN



Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Umur : Lokasi : Dengan ini bersedia menjadi subjek penelitian saudari Nama : Sella Widyanti NIM



: 17D30400



Judul :Tinjauan



Deskriptif



Aspek



Ergonomi



Tata



Ruang



Tempat



Penyimpanan Rekam Medis Di Rumah Sakit Pelita Insani Martapura Tahun 2020 Setelah membaca maksud dan tujuan dari penelitian ini maka saya menyatakan bahwa saya bersedia menjadi responden pada penelitian ini, karena saya menyadari sepenuhnya manfaat penelitian ini terhadap ilmu pengetahuan. Dalam penelitian ini tidak akan memberikan dampak/pengaruh kepada Nama/Jabatan/Gaji/ dan sebagainya, akan terjamin kerahasiaanya oleh peneliti. Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan yang sadar tanpa ada paksaan dari pihak manapun.



Martapura,



2020



Responden



56 Lampiran 6. Dokumentasi di Ruang Penyimpanan Rekam Medis



57



58



DAFTAR RIWAYAT HIDUP Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara pasangan Sayat (Alm) dan Salawiyah. Penulis lahir di Guntung Payung pada tanggal 29 November 1998. Pendidikan formal penulis diawali dari TK Kartika V-37 2004-2005. SDN Landasan Ulin Barat 2 pada tahun 2005-2011. Dan melanjutkan masa pendidikan di SMPN 4 Banjarbaru pada tahun 2011-2014 serta SMAN 2 Barabai pada tahun 2014-2017. Penulis diterima di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Program Studi D3 Prekam Medis dan Informasi Kesehatan pada tahun 2017 melalui jalur regular.