4 0 1 MB
HUBUNGAN ANTARA ASUPAN MAKANAN DENGAN ANEMIA GIZI BESI MAHASISWA JURUSAN GIZI POLTEKKES KEMENKES BANDUNG TAHUN 2014
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan untuk melengkapi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Program Diploma III Kesehatan Bidang Gizi
oleh Stella Wirasto Dwiputra NIM. P17331112054
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG JURUSAN GIZI PROGRAM STUDI DIPLOMA III 2015
LEMBAR PERSETUJUAN Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “HUBUNGAN ANTARA ASUPAN MAKANAN DENGAN ANEMIA GIZI BESI MAHASISWA JURUSAN GIZI POLTEKKES KEMENKES BANDUNG
TAHUN 2014” ini, telah
disidangkan pada tanggal 10 Juli 2015.
Menyetujui Pembimbing Materi,
Nelly Olifa Ilyas, DAN, M.Kes NIP. 195507071992032001
PERNYATAAN PERSETUJUAN Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “HUBUNGAN ANTARA ASUPAN MAKANAN DENGAN ANEMIA GIZI BESI MAHASISWA JURUSAN GIZI POLTEKKES KEMENKES BANDUNG TAHUN 2014” telah diujikan dan dinyatakan lulus pada tanggal Juli 2015.
Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah Tahun 2015 : Ketua Penguji
Tanda Tangan
Nelly Olifa Ilyas, DAN, M.Kes
................................
Anggota Penguji 1. Nitta Isdiany, M.Kes
................................
2. Mulus Gumilar, DFSN, M.Kes
................................
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG KETUA JURUSAN GIZI
Holil M. Par’i, SKM, M.Kes NIP. 195605131981021001
ABSTRAK
Wirasto Dwiputra, Stella. 2015. Hubungan Antara Asupan Makanan Dengan Anemia Gizi Besi Mahasiswa Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Bandung Tahun 2014. Karya Tulis Ilmiah. Program Studi Diploma III (Tiga). Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung. Pembimbing : Nelly Olifa Ilyas, DAN, M.Kes
Anemia gizi besi didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana kadar hemoglobin lebih rendah daripada keadaan normalnya untuk kelompok orang yang bersangkutan. Anemia gizi besi biasanya dipengaruhi oleh asupan makanan terutama makanan sumber protein, Fe dan vitamin C. Tujuan dari penelitian yaitu mengetahui hubungan antara asupan makanan sehari berupa protein, Fe dan Vitamin C dengan anemia gizi besi mahasiswa Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Bandung. Desain penelitian yang digunakan cross sectional. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara proporsional sistematik random sampling. Data yang dikumpulkan gambaran umum, status anemia, dan asupan makanan (Asupan protein, Fe dan vitamin C). Analisis menggunakan uji Fisher Exact. Hasil penelitian menunjukkan 14,3% mengalami anemia, 39,3% mengalami asupan protein kurang, 94,6% mengalami asupan Fe kurang, 69,6% mengalami asupan vitamin C kurang, dan 96,4% memiliki asupan makanan kurang. Berdasarkan hasil uji statistik tidak ada hubungan yang bermakna antara asupan makanan dengan anemia gizi besi dengan (p = 1,000). Disarankan untuk penyelenggaraan makan siang terdapat hati ayam ataupun hati sapi untuk memenuhi kebutuhan Fe, selain itu mahasiswa jurusan gizi untuk menerapkan gizi seimbang agar asupan makanan terpenuhi, selanjutnya untuk makanan jajanan sebaiknya mengkonsumsi yang tinggi protein ataupun vitamin C seperti susu murni atau jus buahbuahan.
Kata Kunci
: Anemia Gizi Besi, Asupan Makanan, Asupan Protein, Asupan Fe, Asupan Vitamin C
Pustaka
: 35 (1992 – 2014)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Ilahi Rabbi yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta karunia-Nya sehingga penulis
dapat
menyelesaikan
Karya
Tulis
Ilmiah
yang
berjudul
“HUBUNGAN ANTARA ASUPAN MAKANAN DENGAN ANEMIA GIZI BESI
MAHASISWA
BANDUNG
JURUSAN
GIZI
POLTEKKES
KEMENKES
TAHUN 2014.” Karya Tulis Ilmiah ini disusun untuk
memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan Pendidikan Diploma III (Tiga) Kesehatan Bidang Gizi di Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung. Karya Tulis Ilmiah ini tidak mungkin dapat terselesaikan tanpa adanya bantuan dan dukungan baik moril maupun materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada: 1. Bapak Holil M. Par’i, S.KM, M.Kes, selaku Ketua Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung. 2. Ibu Nelly Olifa Ilyas,DAN,M.Kes, selaku pembimbing materi. 3. Ibu Nitta Isdiany, M.Kes dan Bapak Mulus Gumilar, DFSN, M.Kes, selaku penguji. 4. Mahasiswa Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Bandung yang telah bersedia menjadi sampel. 5. Semua teman-teman dan semua pihak yang telah ikut membantu penulis dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Akhirnya penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya. Cimahi, Juli 2015
Penulis
i
DAFTAR ISI HALAMAN KATA PENGANTAR.......................................................................... i DAFTAR ISI....................................................................................... ii DAFTAR TABEL................................................................................ v DAFTAR GAMBAR........................................................................... vii DAFTAR LAMPIRAN......................................................................... viii BAB I
PENDAHULUAN.............................................................. 1.1 Latar Belakang Masalah........................................ 1.2 Rumusan Masalah................................................. 1.3 Tujuan Penelitian................................................... 1.4 Ruang Lingkup Penelitian...................................... 1.5 Manfaat Penelitian................................................. 1.6 Keterbatasan Penelitian.........................................
1 1 4 4 5 5 6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA..................................................... 2.1 Kecukupan Gizi...................................................... 2.2 Status Gizi.............................................................. 2.3 Anemia Gizi Besi.................................................... 2.4 Asupan Makanan................................................... 2.5 Hubungan Asupan Makanan dengan Anemia Gizi Besi........................................................................ 2.6 Survei Konsumsi....................................................
7 7 8 9 15
BAB III
23 23
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL............................................................... 3.1 Kerangka Konsep................................................... 3.2 Hipotesis................................................................ 3.3 Definisi Operasional...............................................
26 26 27 27
BAB IV
METODE PENELITIAN.................................................... 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian................................ 4.2 Desain Penelitian................................................... 4.3 Populasi dan Sampel............................................. 4.4 Jenis dan Cara Pengumpulan Data....................... 4.5 Pengolahan dan Analisis Data...............................
30 30 30 30 31 32
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN........................................... 5.1 Gambaran Umum Penyelenggaraan Makan Siang di Lab. MSPMI Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Bandung............................................... 5.2 Gambaran Karakteristik......................................... 5.3 Asupan Protein.......................................................
36
ii
36 39 42
5.4 5.5 5.6 5.7
Asupan Fe.............................................................. Asupan Vitamin C.................................................. Asupan Makanan................................................... Kontribusi Asupan Protein, Fe dan Vitamin C Makan Siang Terhadap Asupan Makanan Sehari..................................................................... Status Anemia........................................................ Hubungan Antara Asupan Makanan Dengan Anemia Gizi Besi....................................................
44 45 47
SIMPULAN DAN SARAN................................................ 6.1 Simpulan................................................................ 6.2 Saran......................................................................
54 54 55
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................
56
5.8 5.9
BAB VI
iii
48 50 51
DAFTAR TABEL NO. 2.1
HAL ANGKA KECUKUPAN GIZI BERDASARKAN KELOMPOK UMUR.......................................................................................
7
JENIS UMUM ANEMIA BERDASARKAN PENYEBAB DAN TEMUAN LABORATORIUM.....................................................
9
2.3
BAHAN MAKANAN SUMBER PROTEIN HEWANI..................
16
2.4
BAHAN MAKANAN SUMBER PROTEIN NABATI...................
17
2.5
KANDUNGAN SUMBER VITAMIN C PADA SAYURAN..........
18
2.6
KANDUNGAN SUMBER VITAMIN C PADA BUAHBUAHAN...................................................................................
21
2.7
KANDUNGAN SUMBER FE PADA MAKANAN.......................
20
5.1
STANDAR ANGKA KECUKUPAN ENERGI, PROTEIN, FE DAN VITAMIN C MAKAN SIANG DI JURUSAN GIZI POLTEKKES KEMENKES BANDUNG TAHUN 2014..............
38
STANDAR MAKANAN MAHASISWA JURUSAN GIZI POLTEKKES KEMENKES BANDUNG TAHUN 2014..............
38
PERBANDINGAN NILAI GIZI YANG DIHIDANGKAN DENGAN KECUKUPAN PROTEIN, FE DAN VITAMIN C PADA MAHASISWA JURUSAN GIZI POLTEKKES KEMENKES BANDUNG TAHUN 2014....................................
39
DISTRIBUSI FREKUENSI SAMPEL MENURUT UMUR DI JURUSAN GIZI POLTEKKES KEMENKES TAHUN 2014.......
40
DISTRIBUS FREKUENSI SAMPEL MENURUT JENIS KELAMIN DI JURUSAN GIZI POLTEKKES KEMENKES TAHUN 2014............................................................................
41
DISTRIBUS FREKUENSI SAMPEL MENURUT KELAS DI JURUSAN GIZI POLTEKKES KEMENKES TAHUN 2014.......
42
2.2
5.2
5.3
5.4
5.5
5.6
iv
5.7
DISTRIBUSI FREKUENSI SAMPEL MENURUT TINGKAT ASUPAN PROTEIN DI JURUSAN GIZI POLTEKKES KEMENKES BANDUNG TAHUN 2014....................................
43
DISTRIBUSI FREKUENSI SAMPEL MENURUT TINGKAT ASUPAN FE DI JURUSAN GIZI POLTEKKES KEMENKES BANDUNG TAHUN 2014.........................................................
44
DISTRIBUSI FREKUENSI SAMPEL MENURUT TINGKAT ASUPAN VITAMIN C DI JURUSAN GIZI POLTEKKES KEMENKES BANDUNG TAHUN 2014....................................
46
5.10 DISTRIBUSI FREKUENSI SAMPEL MENURUT TINGKAT ASUPAN MAKANAN DI JURUSAN GIZI POLTEKKES KEMENKES BANDUNG TAHUN 2014....................................
47
5.11 DISTRIBUSI FREKUENSI KONTRIBUSI ASUPAN PROTEIN, FE DAN VITAMIN C MAKAN SIANG TERHADAP ASUPAN MAKANAN SEHARI DI JURUSAN GIZI POLTEKKES KEMENKES BANDUNG TAHUN 2014..............
48
5.12 DISTRIBUSI FREKUENSI SAMPEL MENURUT STATUS ANEMIA DI JURUSAN GIZI POLTEKKES KEMENKES BANDUNG TAHUN 2014.........................................................
50
5.13 HUBUNGAN ANTARA ASUPAN MAKANAN DENGAN ANEMIA GIZI BESI DI JURUSAN GIZI POLTEKKES KEMENKES BANDUNG TAHUN 2014....................................
51
5.8
5.9
v
DAFTAR GAMBAR
NO. 1
HAL KERANGKA KONSEP HUBUNGAN ASUPAN MAKANAN DENGAN ANEMIA GIZI BESI MAHASISWA JURUSAN GIZI POLTEKKES KEMENKES BANDUNG TAHUN 2014..............
vi
24
DAFTAR LAMPIRAN
NO.
HAL
1
NASKAH PENJELASAN PENELITIAN.......................................
60
2
KUESIONER KARAKTERISTIK RESPONDEN..........................
62
3
FORMULIR RECALL 24 JAM.....................................................
63
4
SIKLUS MENU............................................................................
64
5
MASTER TABEL.........................................................................
65
6
HASIL ANALISIS UJI STATISTIK...............................................
68
vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG Masalah gizi di Indonesia terjadi hampir disemua golongan umur sesuai dengan siklus kehidupan. Sehingga perlu adanya ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan agar tercipta upaya kesehatan secara promotif dan preventif. Sejalan dengan visi dari Departemen Kesehatan
Indonesia
yaitu
masyarakat
sehat
yang
mandiri
dan
berkeadilan. Ada lima masahalah gizi utama yang harus diatasi yaitu kekurangan vitamin A, gangguan akibat kekurangan yodium, kekurangan energi protein, obesitas dan anemia (Depkes, 2014). Anemia secara fungsional didefinisikan sebagai penurunan jumlah massa eritrosit (red cell mass) sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer (penurunan oxygen carrying capacity). Secara praktis anemia ditunjukan oleh penurunan kadar hemoglobin, hematokrit, atau hitung eritrosit (red cell count). Tetapi yang paling lazim dipakai adalah kadar hemoglobin, kemudian hematokrit (Bakta, 2006). Anemia adalah penyakit dengan konsentrasi haemoglobin dibawah ambang batas yang ditentukan oleh WHO, UNICEF, UNU (WHO dalam Novianti, 2007). Saat ini anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia khususnya anemia defisiensi besi, yang cukup menonjol pada anak-anak sekolah khususnya remaja (Bakta, 2006). Kekurangan zat besi atau anemia gizi besi (AGB) paling sering ditemukan, yakni sekitar 50% penyebab anemia di dunia (The World Bank Report, 2006). Berdasarkan Riskesdas tahun 2013 proporsi anemia di Indonesia kelompok umur 15-24 tahun yaitu 18,4%. Sedangkan di Jawa Barat Prevalensi anemia pada perempuan yaitu 13,4% dan pada laki-laki 7,4%.
1
2
Hal ini disebabkan perempuan mengalami menstruasi setiap bulan (Litbangkes, 2007). Penyebab anemia gizi besi (AGB) adalah jumlah zat besi yang dikonsumsi tidak sesuai dengan yang dibutuhkan. Selain itu berbagai faktor dapat mempengaruhi terjadinya anemia defisiensi besi antara lain pola makan, pola haid, pengetahuan tentang anemia defisiensi besi, pengetahuan tentang zat-zat yang memicu dan menghambat absorpsi besi (vitamin C dan teh), konsumsi obat-obatan tertentu seperti antibiotik, aspirin, sulfonamide, obat malaria, kebiasaan merokok, kehilangan darah keluar tubuh (pendarahan), luka bakar, diare, dan gangguan fungsi ginjal (Bakta, 2006). Anemia gizi besi biasanya dipengaruhi oleh asupan makanan. Karena asupan makanan ini akan mempengaruhi status gizi seseorang dengan status gizi yang baik maka akan tercapai kesehatan yang optimal sehingga dapat meningkatkan daya tahan tubuh. (Sedioetama, 2004). Untuk memiliki mahasiswa yang sehat dan cerdas diperlukan status gizi yang baik. Remaja khususnya mahasiswa memiliki kesibukan yang tinggi baik dalam aktivitas perkuliahan maupun organisasi yang nanti akan mempengaruhi pola makan sehingga tidak teratur. Selain itu seringnya kebiasaan mahasiswa dalam mengonsumsi minuman yang dapat menghambat absorpsi zat besi sehingga nantinya akan mempengaruhi kadar hemoglobin seseorang (Hanafiah, 2009). Dampak anemia gizi besi pada remaja dapat mengakibatkan gangguan fungsi hemoglobin yaitu sebagai alat transport oksigen. Besi merupakan trace element vital yang sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk pembentukan hemoglobin, mioglobin dan berbagai enzim. Zat besi terdapat pada hewani maupun nabati.
Dilihat dari segi evolusi alat
penyerapan besi di usus, maka sejak awal manusia dipersiapkan untuk menerima besi yang berasal dari sumber hewani, tetapi kemudian pola makan berubah dimana sebagian besar besi berasal dari sumber nabati,
3
tetapi perangkat absorpsi besi tidak mengalami evolusi yang sama, sehingga banyak menimbulkan defisiensi besi. Dampak lain anemia defisiensi besi adalah produktivitas rendah, perkembangan mental dan kecerdasan terhambat, menurunnya sistem imunitas tubuh, morbiditas, dan lain-lain (Bakta, 2006). Penelitian Kurnia Fitriani pada tahun 2010 menunjukkan bahwa ada hubungan asupan makanan dengan kejadian anemia. Selain itu pada penelitian Winiarti menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna, berdasarkan penelitian Winiarti tersebut pada tahun 2004 di Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Bandung terdapat 7% mahasiswa yang memiliki kadar haemoglobin rendah yang dikategorikan anemia. Hal ini diduga masih ada faktor lain yang yang berpengaruh terhadap kadar haemoglobin yaitu tingginya penyerapan serta asupan hem dan konsumsi vitamin C yang sudah baik. Perbedaan dari penelitian yang dilakukan oleh Kurnia Fitriani dengan Winiarti adalahuji yang digunakan, Kurnia Fitriani menggunakan uji korelasi, sedangkan Winarti menggunakan uji chisquare. Pada hasil penelitian tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian di Poltekkes Kemenkes Bandung Jurusan Gizi. Jurusan Gizi merupakan institusi pendidikan dalam bidang kesehatan terutama gizi, memiliki mahasiswa sebanyak 299 orang terdiri dari program studi DIII dan DIV. Untuk memenuhi makanan bagi para mahasiswa, institusi Poltekkes
Kemenkes
Bandung
Jurusan
Gizi
mengadakan
penyelenggaraan makan siang yang dikelola oleh pihak luar (outsourcing). Peneliti tertarik meneliti di Poltekkes Kemenkes Bandung karena di Poltekkes didominasi oleh wanita yang lebih beresiko terhadap anemia gizi besi dibandingkan pria, selain itu peneliti tertarik untuk melihat penyelenggaraan makan siang mahasiswa, apakah dengan adanya penyelenggaraan makan siang ini bisa menurunkan kekurangan status gizi terutama anemia gizi besi di Jurusan Gizi. Penyelenggaraan makan siang ini dilakukan oleh manajemen baru. Pihak yang mengelolanya
4
bernama Griya Nutrisi. Griya Nutrisi hanya mengadakan penyelenggaraan makan siang saja dengan harga Rp10.000,00/porsi yang dibayarkan langsung oleh mahasiswa untuk satu semester. Harapan yang ingin dicapai dari penyelenggaraan makanan tersebut
adalah terpenuhinya
kebutuhan gizi mahasiswa baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga
kesehatan
mahasiswa
terjaga.
Harapan
tersebut
dapat
terpenuhi jika penyelenggaraan makanan tersebut terlaksana dengan baik. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti apakah ada hubungan antara asupan makanan dengan anemia gizi besi.
1.2 RUMUSAN MASALAH Apakah ada hubungan antara asupan makanan dengan anemia gizi besi mahasiswa Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Bandung?
1.3 TUJUAN PENELITIAN 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui hubungan antara asupan makanan sehari berupa protein, Fe dan Vitamin C dengan anemia gizi besi mahasiswa Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Bandung.
1.3.2 Tujuan Khusus a. Mengetahui karakteristik mahasiswa meliputi umur, jenis kelamin dan kelas. b. Mengetahui gambaran umum penyelenggaraan makanan institusi Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Bandung yang meliputi jumlah konsumen, pola menu, pola makan, standar makanan, siklus menu, dana dan tenaga.
5
c. Mengetahui anemia gizi besi mahasiswa Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Bandung. d. Mengetahui asupan protein, Fe dan vitamin C mahasiswa Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Bandung e. Mengetahui hubungan antara asupan makanan meliputi asupan protein, Fe dan Vitamin C dengan anemia gizi besi mahasiswa Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Bandung.
1.4 RUANG LINGKUP PENELITIAN Penelitian ini terbatas pada mahasiswa jurusan gizi Poltekkes Kemenkes Bandung tingkat I dan tingkat II pada program studi DIII dan DIV dalam ruang lingkup hubungan asupan makanan dengan anemia gizi besi. Penelitian ini termasuk dalam bidang Gizi Masyarakat.
1.5 MANFAAT PENELITIAN 1. Bagi Peneliti Mendapatkan wawasan dan pengetahuan tentang penyelenggaraan makanan di institusi khususnya jurusan gizi, serta agar mampu menerapkan ilmu pengetahuan yang telah dipelajari selama mengikuti perkuliahan di Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Bandung.
2. Bagi Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Bandung. Sebagai bahan informasi dan referensi mengenai gizi masyarakat dan untuk bahan pengembangan penelitian bagi para mahasiswa selanjutnya.
3. Bagi Institusi. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan kepada institusi Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Bandung mengenai
6
hubungan antara asupan makanan dengan anemia gizi besi mahasiswa Poltekkes Kemenkes Bandung. Penelitian ini juga diharapkan dapat membantu memonitoring penyelenggaraan makan siang di Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Bandung.
4. Bagi Sampel Penelitian
ini
diharapkan
dapat
meningkatkan
pengetahuan
dan
kesadaran mahasiswa tentang pentingnya asupan makanan yang sesuai dengan kebutuhan untuk mendapatkan kesehatan yang optimal.
1.6 KETERBATASAN PENELITIAN Recall selama 2 hari ini hasilnya bisa tidak akurat karena tidak ditelitinya faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi anemia gizi besi seperti zat tanin yang terdapat dalam teh yang dapat menghambat penyerapan Fe di dalam tubuh. Hasil recall tidak sempurna, karena hari yang diambil kurang tepat, dimana hari makan yang direcall sedang puasa dan praktikum dietetik, sehingga banyak yang tidak makan siang di Lab. MSPMI.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 KECUKUPAN GIZI Usia dewasa dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu usia 19-29 tahun, 30-49 tahun dan 50-64 tahun. Usia 19-49 tahun disebut dewasa muda, sedangkan usia50-64 tahun disebut dewasa setengah tua. Kebutuhan gizi pada usia dewasa berubah sesuai kelompok usia tersebut. Peranan gizi pada usia dewasa terutama adalah untuk mencegah penyakit dan meningkatkan kesehatan. Tujuan utama kesehatan-gizi pada usia dewasa adalah meningkatkan kesehatan secara menyeluruh, mencegah penyakit dan memperlambat proses menjadi tua (menua) (Soetardjo, 2011). Gizi untuk usia dewasa mengutamakan pentingnya makanan untuk menjaga kesehatan, mencegah penyakit dan menghambat perkembangan penyakit degeneratif. Susunanan makanan yang dapat mengoptimalkan kesehatan gizi jangka panjang adalah dengan menerapkan pola makan seimbang, beraneka ragam, rendah lemak terutama lemak jenuh, mengutamakan makanan sumber protein dari ikan dan kacang-kacangan, seperti kacang kedelai dan hasil olahannya yaitu tahu dan tempe, banyak mengonsumsi sayuran dan buah-buahan, serta mengurangi garam dan gula (Soetardjo, 2011).
7
8
TABEL 2.1 ANGKA KECUKUPAN GIZI BERDASARKAN KELOMPOK UMUR Jenis Kelamin
Umur
Protein
Fe
Vitamin C
Laki-laki
16-18 tahun
66 gram
15 mg
90 mg
Laki-laki
19-29 tahun
62 gram
13 mg
90 mg
Perempuan
16-18 tahun
59 gram
26 mg
75 mg
Perempuan
19-29 tahun
56 gram
26 mg
75 mg
Sumber : Permenkes No. 75 Tahun 2013 Keterbatasan Angka Kecukupan Gizi antara lain hanya untuk berat badan tertentu saja (apabila berat badan tidak tersedia dalam tabel, baca/gunakan berat badan terdekat) dan hanya dapat digunakan orang sehat pada umumnya (Irianto, 2007)
2.2 STATUS GIZI Penilaian status gizi adalah upaya menginterpretasikan semua informasi yang diperoleh melalui penilaian antropometri, konsumsi makanan, biokimia dan klinik. Informasi ini digunakan untuk menetapkan status kesehatan perorangan atau kelompok penduduk yang dipengaruhi oleh konsumsi dan dan utilisasi zat gizi. Sistem penilaian status gizi dapat dilakukan dalam bentuk survei, surveilen atau skrining (Gibson, 2005). Penilaian biokimia adalah pemeriksaan yang sifatnya langsung untuk menentukan status gizi seseorang. Dibandingkan dengan cara penilaian status gizi lain (antropometri, klinik, dan konsumsi makanan), penilaian biokimia merupakan cara yang paling objektif dan bersifat kuantitatif. Selain itu, penilaian secara biokimia dapat mendeteksi kelainan status gizi jauh sebelum terjadi perubahan dalam nilai antropometri serta gejala dan tanda-tanda kelainan klinik. Beberapa test pada penilaian biokimia berguna untuk melihat asupan zat gizi saat ini, yang dapat
9
dilakukan secara bersama dengan penilaian konsumsi makanan untuk menilai adekuasi konsumsi makanannya (Soekatri, 2011). 2.3 ANEMIA GIZI BESI 2.3.1 DEFINISI Anemia merupakan suatu keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah lebih rendah daripada nilai normal (Proverawati, 2010). Sedangkan menurut Elizabeth J. Corwin (2009) anemia gizi besi adalah anemia mikrositik-hipokromik yang terjadi akibat defisiensi besi dalam diet atau kehilangan darah secara lambat dan kronis. Anemia gizi besi merupakan masalah gizi mikro terbesar di Indonesia, dimana terjadi pada kelompok balita, anak sekolah, ibu hamil, wanita dan laki-laki dewasa (Proverawati, 2010). Menurut Astawan (2008), anemia gizi besi didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana kadar hemoglobin lebih rendah daripada keadaan normalnya untuk kelompok orang yang bersangkutan. Kelompok itu dibedakan atas umur dan jenis kelamin. Untuk laki-laki dewasa batas normalnya adalah 13 gram persen (artinya 13 gram dalam setiap 100 ml darah), sedangkan untuk wanita dewasa adalah 12 gram persen. Jika kadar hemoglobin berada dibawah batas-batas tersebut, maka keadaan demikian disebut anemia gizi besi atau secara awam disebut lesu darah. .
10
2.3.2 JENIS ANEMIA UMUM
TABEL 2.2 JENIS UMUM ANEMIA BERDASARKAN PENYEBAB DAN TEMUAN LABORATORIUM Jenis Anemia Umum Normositik
Laboratorium
Perdarahan akut
Penurunan Hct
Anemia Sel Sabit
Penurunan
Malaria
Hemoglobin
Anemia Aplastik
MCV tidak berubah
Talasemia
MCHC tidak berubah
Anemia
Mikrositik
Temuan
Penyebab
Akibat
Penyakit Zat Besi Normal
Kronis
Feritin Normal
Defisien besi
Penurunan Hct
Perdarahan Kronis Lambat
Penurunan
Anemia dalam Kehamilan
Hemoglobin Penurunan status zat besi
(kecuali
sideroblastik) Penurunan feritin Penurunan MCV MCHC turun atau tidak berubah Anemia
Defisiensi asam folat
Penurunan Hct
Megaloblastik
Defisiensi Vitamin B
Penurunan Hemoglobin Peningkatan MCV MCHC Normal
Sumber : Corwin, 2009
11
2.3.3 PATOFISIOLOGI
Perdarahan menahun menyebabkan kehilangan besi, sehingga cadangan besi makin menurun. Apabila cadangan kosong, maka keadaan ini disebut iron depleted state. Apabila kekurangan besi berlanjut terus, maka
penyediaan
besi
untuk
eritropoesis
berkurang,
sehingga
menimbulkan gangguan pada bentuk eritrosit, tetapi anemia secara klinis belum terjadi, keadaan ini disebut iron deficient erythropoesis. Selanjutnya timbul anemia hipokromik mikrositer, sehingga disebut sebagai iron deficiency anemia. Pada saat ini juga terjadi kekurangan besi pada epitel serta pada beberapa enzim yang dapat menimbulkan gejala pada kuku, epitel mulut dan faring, serta berbagai gejala lainnya (Handayani, 2008). 2.3.4 GEJALA DAN PENYEBAB ANEMIA GIZI BESI Gejala umum anemia adalah pucat, cepat pusing, nafsu makan kurang, tidak bertenaga, sesak nafas, selain itu terjadi gangguan epitel pada kuku, mulut, lidah, lambung dan selaput mata (Proverawati, 2010) Penyebab Anemia Gizi Besi (AGB) adalah : a) Kurangnya intake zat besi dari makanan seperti ikan, daging, hati dan sayuran hijau tua. b) Meningkatnya kebutuhan tubuh akan besi, yaitu ketika masa pertumbuhan,
kehamilan,
ataupun
penderita
penyakit
menahun. c) Meningkatnya pengeluaran zat besi dari seluruh tubuh, oleh karena perdarahan, cacingan dan menstruasi (Proverawati, 2010)
12
2.3.5 DAMPAK ANEMIA GIZI BESI Dampak yang terjadi dari terjadinya defisiensi gizi besi pada remaja putri adalah kemampuan dan konsentrasi belajar menurun, mengganggu pertumbuhan
sehingga
tinggi
badan
tidak
optimal,
menurunkan
kemampuan fisik olahragawan dan muka pucat. Selain itu ada cara penanggulangannya dengan cara peningkatan konsumsi makanan sumber
zat
besi,
fortifikasi
zat
besi,
suplementasi,
membatasi
pembuangan zat besi dari tubuh secara patologis dan penyuluhan (Proverawati, 2010)
2.3.6 PENGUKURAN KADAR HAEMOGLOBIN DARAH Hemoglobin adalah molekul mengandung besi yang mampu mengangkut oksigen dan terdapat didalam sel darah merah. Gram Hb per desiliter darah adalah indeks yang menyatakan kapasitas darah untuk mengangkut oksigen. Pengukuran Hb di dalam darah utuh merupakan cara yang paling banyak digunakan sebagai tes skrining anemia kurang/gizi besi. Jumlah Hb dalam darah terutama tergantung pada jumlah sel darah merah dan untuk sebagian kecil pada jumlah Hb dalam tiap sel darah merah. Nilai normal Hb pada orang yang sehat adalah 1418 g/dl untuk laki-laki dan 12-16 g/dl untuk perempuan. Untuk menentukan anemia dan anemia gizi besi digunakan nilai Hb dan Hematokrit (Ht) (Soekatri, 2011). Walaupun nilai Hb dan Ht bermanfaat untuk mendiagnosis anemia, namun perubahan konsentrasi hingga tingkat abnormal baru terjadi pada tahap-tahap akhir kekurangan besi, sehingga tidak merupakan indikator yang baik untuk mengetahui terjadinya kurang besi pada tahap awal (Soekatri, 2011).
13
2.3.7 PEMERIKSAAN KADAR CYANMETHEMOGLOBIN
HEMOGLOBIN
METODE
Cyanmethemoglobin adalah penetapan kadar Hb dalam darah secara kuantitatif dengan metoda cyanmethemoglobin. Pada metoda ini semua bentuk hemoglobin diubah menjadi pigmen yang lebih stabil, yaitu cyanmethemoglobin setelah penambahan suatu pereaksi tunggal yang mengandung kalium sianida dan kalium ferisianida . Ferisianida akan mengoksidasi Hb menjadi methemoglobin yang kemudian direaksikan dengan ion sianida membentuk cyanmethemoglobin (FKUI, 2001).
A. Prosedur Pemeriksaan Kadar Hb Metode Cyanmethemoglobin
a. Bahan dan alat : 1. Sampel darah yang diperiksa. 2. Pipet sahli 0,2 mL 3. Pipet volumetrik 5 mL 4. Pereaksi Drabkin (1,0 gram NaHCO3, 52 mg KCN dan 198 mg K3Fe(CN)6 dalam 1 L air suling. Simpan dalam botol coklat.) 5. Spektrofotometer dan kuvet. 6. Standar Hb.
b. Cara Kerja : 1. Pipetkan dengan pipet volumetrik 5 mL pereaksi drabkin kedalam sebuah tabung reaksi. 2. Tambahkan 0,02 mL darah yang akan diperiksa pada tabung yang berisi pereaksi Drabkin, bilas pipet tersebut 3 kali dengan pereaksi drabkin dalam tabung tersebut. 3. Diamkan selama 10 menit.
14
4. Pindahkan campuran tersebut kedalam kuvet spektrofotometer dan tentukan serapannya pada 540 nm. Sebagai blanko digunakan pereaksi drabkin. 5. Tentukan kadar Hb (FKUI, 2001)
Prosedur
pemeriksaan
kadar
Hemoglobin
metode
cyanmethemoglobin diatas telah sesuai dengan prosedur pemeriksaan kadar Hemoglobin di Laboratorium gizi. 2.3.8 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KADAR HB Beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi kadar hemoglobin adalah : 1. Kecukupan Besi dalam Tubuh Menurut Parakkasi (1992), besi dibutuhkan untuk produksi hemoglobin, sehingga anemia gizi besi akan menyebabkan terbentuknya sel darah merah yang lebih kecil dan kandungan hemoglobin yang rendah. Besi juga merupakan mikronutrien essensil dalam memproduksi hemoglobin yang berfungsi mengantar oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh, untuk dieksresikan ke dalam udara pernafasan, sitokrom, dan komponen lain pada sistem enzim pernafasan seperti sitokrom oksidase, katalase, dan peroksidase. Besi berperan dalam sintesis hemoglobin dalam sel darah merah dan mioglobin dalam sel otot. Kandungan ± 0,004 % berat tubuh (60-70%) terdapat dalam hemoglobin yang disimpan sebagai ferritin di dalam hati, hemosiderin di dalam limpa dan sumsum tulang (Zarianis, 2006). Kurang lebih 4% besi di dalam tubuh berada sebagai mioglobin dan senyawa-senyawa besi sebagai enzim oksidatif seperti sitokrom dan flavoprotein. Walaupun jumlahnya sangat kecil namun mempunyai peranan yang sangat penting. Mioglobin ikut dalam transportasi oksigen
15
menerobos sel-sel membran masuk kedalam sel-sel otot. Sitokrom, flavoprotein, dan senyawa-senyawa mitokondria yang mengandung besi lainnya, memegang peranan penting dalam proses oksidasi menghasilkan Adenosin Tri Phosphat (ATP) yang merupakan molekul berenergi tinggi. Sehingga apabila tubuh mengalami anemia gizi besi maka terjadi penurunan kemampuan bekerja. Pada anak sekolah berdampak pada peningkatan absen sekolah dan penurunan prestasi belajar (WHO dalam Zarianis, 2006). Menurut Kartono J dan Soekatri M (2004), Kecukupan besi yang direkomendasikan adalah jumlah minimum besi yang berasal dari makanan yang dapat menyediakan cukup besi untuk setiap individu yang sehat pada 95% populasi, sehingga dapat terhindar kemungkinan anemia kekurangan besi (Zarianis, 2006). 2. Metabolisme Besi dalam Tubuh Menurut Wirakusumah (1999), Besi yang terdapat di dalam tubuh orang dewasa sehat berjumlah lebih dari 4 gram. Besi tersebut berada di dalam sel-sel darah merah atau hemoglobin (lebih dari 2,5 g), myoglobin (150 mg), phorphyrin cytochrome, hati, limpa sumsum tulang (> 200-1500 mg). Ada dua bagian besi dalam tubuh, yaitu bagian fungsional yang dipakai untuk keperluan metabolik dan bagian yang merupakan cadangan. Hemoglobin, mioglobin, sitokrom, serta enzim hem dan nonhem adalah bentuk besi fungsional dan berjumlah antara 25-55 mg/kg berat badan. Sedangkan besi cadangan apabila dibutuhkan untuk fungsi-fungsi fisiologis dan jumlahnya 5-25 mg/kg berat badan. Ferritin dan hemosiderin adalah bentuk besi cadangan yang biasanya terdapat dalam hati, limpa dan sumsum tulang. Metabolisme besi dalam tubuh terdiri dari proses absorpsi, pengangkutan, pemanfaatan, penyimpanan dan pengeluaran (Zarianis, 2006).
16
2.4 ASUPAN MAKANAN Asupan makanan adalah semua jenis makanan dan minuman yang dikonsumsi tubuh setiap hari. Jika seseorang mengalami kekurangan gizi, yang terjadi, yang terjadi akibat asupan gizi di bawah kebutuhan, maka ia akan lebih rentan terkena penyakit dan kurang produktif (Fitriani, 2014). Hasil pengukuran asupan zat gizi merupakan indikator status gizi yang paling umum digunakan. Cara ini secara rutin dilakukan dalam survei gizi nasional, penelitian epidemiologik, dan penelitian gizi perorangan. Memperkirakan asupan makan dari seseorang tidak mudah untuk dilakukan (Soekatri, 2011). 2.4.1 PROTEIN Protein merupakan zat gizi yang berhubungan dengan proses kehidupan. Protein merupakan bahan dasar pembentuk sel-sel dan jaringan
baru
pembangun,
dalam
tubuh.
memperbaiki
Protein
jaringan
juga tubuh
berfungsi sebagai zat membentuk
antibodi,
mengangkut zat gizi dari saluran pencernaan melalui dinding saluran pencernaan,
serta
diperlukan
hampir
diseluruh
reaksi
metabolis.
Konsumsi protein seyogianya sebesar 15-20% dari total asupan gizi seorang sehari (Wirakusumah, 2010). Sumber protein dibagi menjadi dua macam yaitu sumber protein hewani dan sumber protein nabati. Sumber protein hewani terdiri dari tiga kelompok yaitu aneka daging, unggas dan aneka ikan. Aneka daging seperti sapi, kambing dan kerbau. Unggas seperti ayam, bebek dan burung. Aneka ikan seperti mujair, gurame dan lele. Sumber protein nabati terdiri dari kacang-kacangan (leguminosa) seperti kacang tanah, kacang hijau, kacang tolo, kacang merah serta kacang kedelai. Adapun produk olahannya seperti tempe, tahu dan susu kedelai (Wirakusumah, 2010).
17
TABEL 2.3 BAHAN MAKANAN SUMBER PROTEIN HEWANI Bahan Makanan
Protein (g/100g)
Ayam
18,2
Bebek (itik)
16,0
Daging domba
17,1
Daging kambing
16,6
Daging sapi
18,8
Sarang burung
37,5
Usus sapi
14,0
Sosis daging
14,5
Telur ayam
12,8
Telur bebek
13,1
Ikan Mas
16,0
Udang segar
21,0
Sumber : Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI, 1992
18
TABEL 2.4 BAHAN MAKANAN SUMBER PROTEIN NABATI Bahan Makanan
Protein (g/100g)
Ampas Tahu
26,6
Bungkil Kacang tanah
37,4
Emping (Kerupuk melinjo)
12,0
Kacang arab
23,8
Kacang Hijau
22,2
Kacang Kedele kering
34,9
Kacang merah
23,1
Kacang
tanah
terkupas dengan
25,3
selaput Kacang tunggak (kacang tolo)
22,9
Oncom
13,0
Susu kedele
3,5
Tahu
7,8
Tempe kedele murni
18,3
Sumber : Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI, 1992
2.4.2 VITAMIN C Vitamin C mempunyai banyak fungsi di dalam tubuh, yaitu sebagai koenzim dan kofaktor. Fungsi vitamin C berkaitan dengan pembentukan kolagen, sintesis karnitin yang berperan dalam pengangkutan asam lemak rantai panjang kedalam mitokondria sel, meningkatkan absorpsi dan metabolisme zat besi, meningkatkan absorpsi kalsium, meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi, berperan dalam proses pencegahan kanker, serta berbagai antioksidan yang sangat penting. Vitamin C mempunyai sifat mudah rusak dan teroksidasi jika terkena cahaya dan pemanasan (Wirakusumah, 2010).
19
Buah dan sayuran merupakan sumber utama vitamin C. Buah yang tinggi kandungan Vitamin C-nya adalah jambu biji, jeruk, mangga dan sirsak. Sayuran yang mengandung vitamin C cukup tinggi antara lain tomat, cabai dan kentang (Wirakusumah, 2010).
TABEL 2.5 KANDUNGAN SUMBER VITAMIN C PADA SAYURAN Bahan Makanan Daun pepaya (Carica papaya)
Vitamin C (mg) 140
Wortel (Daucus carota)
6
Daun Talas (Colocasia esculentum L)
24
Daun Kelor (Moringa oleifera)
220
Cabe Rawit
70
Daun Singkong (Manihot utilisima)
275
Daun Katuk (Sauropus androgynus)
164
Daun Melinjo ( Gnetum gnemon)
182
Pecai (Brassica pekinensis)
193
Sawi (Brassica chinensis L)
102
Daun ubi jalar (Ipomoea batatas Poir)
32
Kangkung (Ipomoea reptanus)
17
Lembayung (Vigna sinensis)
3,9
Genjer
54
Tespong
21
Selada air (Nashturtium officinale)
50
Bayam (Amaranthus hibridus)
41
Cabe merah
18
Kacang Panjang (Vigna unguiculata)
21
Sumber : Depkes, 1990 dalam Tejasari, 2005
20
TABEL 2.6 KANDUNGAN SUMBER VITAMIN C PADA BUAH-BUAHAN Bahan Makanan
Vitamin C (mg)
Duwet
130
Jambu Biji
116
Pepaya
85,3
Sukun tua
58,4
Mangga
47
Jeruk manis
35
Melon
35
Tomat matang
29
Srikaya
28,3
Nenas
22
Jeruk nipis
19,7
Sawo kecik
19
Nangka matang
16
Santol
14
Pisang ambon hijau
13,4
Salak Pondoh
8,4
Semangka Anggur
6 3,3
Sumber : Depkes, 1995 dalam Tejsari, 2005
2.4.3 BESI (FE) Jumlah seluruh besi di dalam tubuh orang dewasa terdapat sekitar 3,5 gram, yaitu 70 persennya terdapat dalam hemoglobin, 25 persennya merupakan besi cadangan (iron storage) yang terdiri dari feritin dan hemosiderin terdapat dalam hati, limfa dan sumsum tulang. Besi simpanan berfungsi sebagai cadangan untuk memproduksi hemoglobin dan ikatan besi lainnya yang mempunyai fisiologis (Proverawati, 2010)
21
Sumber Fe diantaranya adalah telur, daging, ikan, tepung, gandum, roti, sayuran hijau, hati, bayam, kacang-kacangan, kentang, dan jagung. Fe berfungsi antara lain untuk : a) Pembentukan hemoglobin baru b) Mengembalikan hemoglobin kepada nilai normalnya setelah terjadi pendarahan. c) Mengimbangi sejumlah kecil zat besi yang secara konstan dikeluarkan tubuh, terutama lewat urin, feses dan keringat. d) Menggantikan kehilangan zat besi lewat darah tubuh e) Pada laktasi untuk sekresi air susu. (Proverawati, 2010)
22
TABEL 2.7 KANDUNGAN SUMBER FE PADA BAHAN MAKANAN Bahan Makanan
Fe (mg/100g)
Tempe murni
4,0
Kacang kedelai
10,0
Kacang Hijau
7,5
Kacang merah kering
10,3
Udang segar
8,0
Hati sapi
6,6
Daging sapi sedang
2,8
Abon sapi
12,3
Telur bebek tambak
5,4
Telur ayam kampung
4,9
Biskuit
2,7
Kacang Panjang biji
6,9
Bayam
3,5
Sawi
3,2
Daun Katuk
3,5
Kangkung
2,3
Sumber : Mahmud, 2009
Kebutuhan akan zat besi untuk berbagai jenis kelamin dan golongan usia adalah sebagai berikut : a) Untuk Laki-laki dewasa : 10 mg/hari b) Wanita yang mengalami haid : 12 mg/hari c) Anak-anak umur 7-10 tahun : 2,3 – 3,8 mg/hari d) Orang dewasa : 10-15 mg/hari (Proverawati, 2010)
Penilaian konsumsi makanan yang dilakukan melalui survei memberikan
informasi
kualitatif
atau
kuantitatif
tentang
konsumsi
23
makanan. Data hasil survei, yang dikumpulkan pada tingkat nasional, rumah tangga atau perorangan, dapat dinyatakan dalam bentuk zat-zat gizi atau makan (Soekatri, 2011).
2.5 Hubungan Asupan Makanan dengan Anemia Gizi Besi Kurangnya asupan makanan meliputi asupan protein, Fe dan vitamin C akan mengakibatkan anemia gizi besi. Makanan yang banyak mengandung Fe adalah bahan makanan yang berasal dari daging hewan yang merupakan sumber protein hewani. Disamping banyak mengandung zat besi, serapan zat besi dari sumber makanan tersebut mempunyai angka keterserapan sebesar 20-30% Selain itu vitamin C adalah faktor yang memacu penyerapan Fe bukan heme. (Arisman, 2003). Menurut penelitian yang pernah dilakukan oleh Winiarti pada mahasiswa Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Bandung tahun 2004 menunjukkan tidak ada hubungan bermakna antara asupan energi, protein dan zat besi dengan status anemia gizi. Selanjutnya pada penelitian yang dilakukan oleh Suci Novitasari pada Remaja Putri di SMA Batik 1 Surakarta pada tahun 2014 menunjukkan tidak ada hubungan antara asupan protein, zat besi, vitamin C dan Seng dengan Kadar Haemoglobin. Namun pada penelitian Dea Indartanti di SMP Negeri 9 Semarang pada Tahun 2014 menunjukkan ada hubungan bermakna antara asupan zat besi (p=0,000) dan asupan folat (p=0,006) dengan kejadian anemia. 2.6 Survei Konsumsi
Survei konsumsi adalah salah satu metode yang digunakan dalam memprediksi status gizi perorangan atau kelompok. Data konsumsi makanan dapat digunakan sebagai bukti awal akan kemungkinan terjadinya kekurangan gizi pada seseorang. Untuk mengetahui kebiasaan
24
makan dan gambaran tingkat kecukupan bahan makanan dan zat gizi pada tingkat perorangan/individu dapat dilakukan dengan beberapa metode yaitu : 1. Metode recall 24 jam 2. Metode estimated food record 3. Metode food weighing 4. Metode dietary history 5. Metode food frequency (Supariasa, 2012)
2.6.1 Metode Recall 24 jam Metode recall 24 jam adalah metode untuk menilai konsumsi pangan individual dengan cara mengingat-ingat apa saja yang dikonsumsi seseorang pada kurun waktu 24 jam yang lalu. Metode recall 24 jam cocok diterapkan untuk menilai asupan pangan/gizi rata-rata pada kelompok yang besar, kecuali untuk kelompok orang dengan ingatan yang buruk (misalnya, orang berusia lanjut dan anak-anak). Metode ini tidak cocok untuk menilai kebiasaan asupan pangan/gizi individu (Siagian, 2010).
Metode recall 24 jam ini mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan, sebagai berikut : Kelebihan metode recall 24 jam (Supariasa, 2012) :
Mudah melaksanakannya serta tidak terlalu membebani responden.
Biaya relatif murah, karena tidak memerlukan peralatan khusus dan tempat yang luas untuk wawancara.
Cepat, sehingga dapat mencakup banyak responden.
Dapat digunakan untuk pasien yang buta huruf.
25
Dapat memberikan gambaran nyata yang benar-benar dikonsumsi individu sehingga dapat dihitung intake zat gizi sehari.
Kekurangan metode recall 24 jam (Supariasa, 2012) :
Tidak dapat menggambarkan asupan makanan sehari-hari, bila hanya dilakukan recall satu hari.
Ketepatannya
sangat
tergantung
pada
daya
ingat
responden. Oleh karena itu responden harus memiliki daya ingat yang baik, sehingga metode ini tidak cocok dilakukan pada anak usia dibawah 7 tahun, orang tua berusia diatas 70 tahun dan orang yang hilang ingatan atau orang yang pelupa.
The flat slope syndrome, yaitu kecenderungan bagi responden yang kurus untuk melaporkan konsumsinya lebih banyak (over estimate) dan bagi responden yang gemuk cenderung melaporkan lebih sedikit (under estimate).
Membutuhkan tenaga atau petugas yang terlatih dan terampil dalam menggunakan alat-alat bandtu URT dan ketepatan alat bantu yang dipakai menurut kebiasaan masyarakat. Pewawancara harus dilatih untuk dapat secara tepat menanyakan apa-apa yang dimakan oleh responden dan mengenal cara-cara pengolahan makanan serta pola pangan daerah yang akan diteliti secara umum.
Responden harus diberi motivasi dan penjelasan tentang tujuan dari penelitian.
Untuk mendapat gambaran konsumsi makanan sehari-hari recall jangan dilakukan pada saat panen, hari pasar, hari akhir
pekan,
pada
saat
melakukan
keagamaan, selamatan dan lain-lain.
upacara-upacara
BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 KERANGKA KONSEP Anemia gizi besi merupakan anemia mikrositik-hipokromik yang terjadi akibat defisiensi besi dalam diet atau kehilangan darah secara lambat
dan
kronis.
Asupan
makan
sangat
berperan
penting
mempengaruhi anemia gizi besi terutama asupan protein, Fe dan vitamin C, karena dengan asupan makanan yang baik, maka kebutuhan gizi tubuh akan terpenuhi. Sebaliknya jika asupan makanan yang kurang baik, maka kebutuhan gizi tidak akan terpenuhi dan tubuh akan mengalami defisiensi zat gizi. Defisiensi yang bisa terjadi salah satunya adalah defisiensi Fe. Kekurangan
konsumsi
Fe
mengakibatkan
kurangnya
kadar
haemoglobin didalam darah atau bisa disebut dengan anemia defisiensi zat besi. Untuk mencegah hal tersebut maka asupan makanan harus tetap terjaga. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan di bawah ini : Asupan Makanan - Protein - Fe - Vitamin C
Anemia Gizi Besi
GAMBAR 1 HUBUNGAN ASUPAN MAKANAN DENGAN ANEMIA GIZI BESI MAHASISWA JURUSAN GIZI POLTEKKES KEMENKES BANDUNG TAHUN 2014 Keterangan : Variabel Independen
: Asupan Makanan (meliputi asupan protein, Fe dan Vitamin C)
Variabel Dependen
: Anemia Gizi Besi
26
27
3.2 HIPOTESIS Ada hubungan antara asupan makanan meliputi asupan protein, Fe dan vitamin C dengan kejadian anemia gizi besi mahasiswa jurusan gizi.
3.3 DEFINISI OPERASIONAL 1. Asupan Protein Definisi
: Rata-rata asupan protein yang dikonsumsi Mahasiswa Jurusan
Gizi
Poltekkes
Kemenkes
Bandung.
Yang
dikumpulkan selama 2 hari tidak berturut-turut dengan metode recall 24 jam. Cara Ukur : Wawancara Alat Ukur
: Formulir recall 2 x 24 jam
Hasil Ukur : Baik, jika konsumsi protein ≥ 80% AKG tahun 2013 Kurang, jika konsumsi protein α (0,10). Hasil tersebut menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara asupan makanan dengan anemia gizi besi. Hal ini disebabkan banyaknya asupan Fe yang kurang, tetapi tidak anemia. Metode food recall yang digunakan memiliki kelemahan tergantung pada ingatan responden, dimungkinkan ada makanan yang terlewat pada saat wawancara recall ataupun estimasi yang under estimate yang menghasilkan asupan makanan lebih rendah dari yang seharusnya. Selain itu responden yang merasa malu sehingga mengecilkan jumlah yang seharusnya (Supariasa, 2012). Hasil dari penelitian yang pernah dilakukan oleh Suci Novitasari (2014) pada siswi SMA Batik 1 Surakarta menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara asupan protein, zat besi, vitamin C dan seng dengan kadar Haemoglobin. Jadi dapat disimpulkan bahwa penelitian yang dilakukan di Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Bandung sama dengan
53
penelitan di SMA Batik 1 Surakarta. Hal ini dikarenakan asupan makanan terutama protein kurang, namun jika yang dikonsumsi adalah protein hewani atau zat besi heme yang bersumber pada daging sapi, hati ayam maupun hati sapi yang memiliki daya serap atau absorpsi 20-30% dibandingkan dengan zat besi yang non-heme seperti pada sayuran dan kacang-kacangan sehingga walaupun konsumsinya sedikit ataupun kurang bisa menyebabkan tidak anemia (Arisman, 2003). Selanjutnya untuk asupan makanan terutama vitamin C walaupun kurang tetapi vitamin C ini bisa membantu penyerapan Fe non-heme sehingga
tidak
mengalami
anemia.
Sampel
rata-rata
sering
mengkonsumsi jus buah-buahan seperti jus mangga, jus jambu, jus melon, serta ada yang suka mengkonsumsi rujak. Hal inilah yang menyebabkan terjadi tidak anemia pada mahasiswa karena vitamin C adalah faktor yang memacu penyerapan Fe non-heme (Arisman, 2003). Pada sampel yang mengalami anemia dan asupan protein kurang sebanyak 2 orang (25,0%), anemia dan asupan Fe kurang sebanyak 8 orang (100,0%), anemia dan asupan vitamin C kurang sebanyak 5 orang (62,5%). Hal ini terlihat jelas bahwa yang menyebabkan anemia yaitu kurangnya asupan Fe sebanyak 9 orang (100,0%).
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan 1. Sampel pada penelitian ini berjumlah 56 mahasiswa terdiri dari 3 orang (5,4%) laki-laki dan 53 orang (94,6%) perempuan, serta dengan umur antara 16-18 tahun ada sebanyak 33 orang (59,0%) dan untuk umur 19-29 tahun 23 orang (41,0%). 2. Sistem penyelenggaraan makan siang yang ada di Jurusan Gizi dilakukan oleh pihak outsourcing yaitu Griya Nutrisi dengan jumlah konsumen 298 orang, pola menu yang digunakan Indonesia dan menggunakan siklus menu 10 hari. Serta biaya yang dikeluarkan untuk makan siang yaitu Rp10.000,00 per mahasiwa. 3. Berdasarkan hasil penelitian, mahasiswa yang mengalami anemia sebanyak 8 orang (14,3%) dan yang tidak anemia sebanyak 48 orang (85,7%). 4. Berdasarkan hasil penelitian, asupan protein sehari kurang sebanyak 22 orang (39,3%) dan yang asupannya baik sebanyak 34 orang (60,7%). 5. Berdasarkan hasil penelitian, asupan Fe sehari kurang sebanyak 53 orang (94,6%) dan yang asupannya baik sebanyak 3 orang (5,4%). 6. Berdasarkan hasil penelitian, asupan vitamin C sehari kurang sebanyak 39 orang (69,6%) dan yang asupannya baik sebanyak 17 orang (30,4%). 7. Hasil Uji Statistik menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara asupan makanan dengan anemia gizi besi (p=1,000).
54
55
6.2 Saran 1. Pada
penyelenggaraan
Managemen
Sistem
makan
siang
Penyelenggaraan
di
Laboratorium
Makanan
Institusi
(MSPMI) dalam siklus menunya masih banyak makanan yang dihidangkan tidak mengandung Fe, maka perlu ditambahkan dalam menu makanan yang memiliki kandungan Fe yang tinggi. Seperti daging sapi, hati sapi, hati ayam dan bayam. 2. Banyak mahasiswa yang asupan makanan sumber protein, Fe dan vitamin c yang masih kurang. Sebaiknya mahasiswa dalam asupannya sehari-hari memperhatikan konsep gizi seimbang. 3. Dalam
memilih
makanan
jajanan
sebaiknya
mahasiswa
mengkonsumsi buah-buahan yang mengandung vitamin c seperti
mangga,
mengkonsumsi
jeruk,
sumber
dan protein
pepaya. yaitu
Disamping
susu
murni
itu yang
mempunyai nilai protein tinggi dibandingkan dengan jajanan kerupuk yang mengandung karbohidrat dan lemak.
DAFTAR PUSTAKA
Arisman. 2003. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta : EGC Astawan, Made. 2008. Khasiat Warna-warni Makanan. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2007. Riset Kesehatan Dasar Tahun 2007. Jakarta.
Bakta, I Made. 2006. Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta: EGC.
Bagian Biokimia FKUI. 2001. Biokimia Eksperimen Laboratorium. Jakarta : Widya Medika. Dea Indartanti, Apoina Kartini. 2014. Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian Anemia Pada Remaja Putri. Journal Of Nutrition College, Volume 3, Nomor 2, Tahun 2014, Halaman 33-39. Departemen Kesehatan RI. 2014. Menkes Buka Konas Persagi Dan Temu Ilmiah Internasional Persatuan Ahli Gizi Indonesia Tahun 2014. Available from : http://www.depkes.go.id/article/print/14120300002/menkes-bukakonas-persagi-dan-temu-ilmiah-internasional-persatuan-ahli-giziindonesia-tahun-2014.html. (Accessed 5 Desember 2014)
Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI. 1992. Daftar Komposisi Bahan Makanan. Jakarta : Bhratara.
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.
56
Farida, Ida. 2006. Determinan Kejadian Anemia Pada Remaja Putri Di Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus Tahun 2006. Tesis Universitas Diponegoro Semarang. Fitriani, Dina. 2001. Hubungan Antara Kadar Haemoglobin (Hb) Dengan Tingkat Kesegaran Jasmani Pada Mahasiswa Akademi Gizi Bandung. KTI Akademi Gizi Bandung. Fitriani, Kurnia. 2014. Hubungan Asupan Makan dengan Kejadian Anemia dan Nilai Praktik Pada Siswi Kelas XI Boga SMKN 1 Buduran Sidoarjo. Skripsi Universitas Negeri Surabaya.
Gibson RS. 2005. Principles of Nutritional Assessment. Edisi ke-2. New York: Oxford University Press.
Hanafiah, M.J., 2009. Haid dan Siklusnya. In: Wiknjosastro, H. ed. Ilmu Kandungan Edisi Kedua Cetakan Ketujuh. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo.
I Dewa Nyoman Supariasa, Bachyar Bakri, Ibnu Fajar. 2012. Penilaian Status Gizi (Edisi Revisi). Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Irianto,
Djoko
Pekik.2007.
Panduan
Gizi
Lengkap
Keluarga
dan
Olahragawan. Yogyakarta : C.V. Andi Offset.
Kartono J, Soekarti M. 2004. Angka Kecukupan Mineral : Besi, Iodium, Seng, Mangan, Selenium. Makalah Widya Karya Pangan dan Gizi VIII. Jakarta
57
Mahmud, Mien K., dkk. 2009. Tabel Komposisi Pangan Indonesia. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.
Novianti, Anugrah. 2007. Perbedaan Tingkat Asupan Energi, Protein dan Zat Besi antara Remaja Putri Dengan Anemia Dan Remaja Putri Tidak Anemia Di Pondok Pesantren Ibadurrahman Kotamadya Tangerang. Skripsi Universitas Esa Unggul. Novitasari, Suci. 2014. Hubungan Tingkat Asupan Protein, Zat Besi, Vitamin C dan Seng Dengan Kadar Hemoglobin Pada Remaja Putri Di SMA Batik 1 Surakarta. KTI Universitas Muhamadiyah Surakarta.
Pangkalan Ide. 2007. Seri Diet Korektif Diet Atkins. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.
Parakkasi A. 1992. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme (Nutritional Biochemistry and Metabolism karangan asli Linder. Jakarta : Universitas Indonesia. Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesi Nomor 75 Tahun 2013 Tentang Angka Kecukupan Gizi Yang Dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia.
Proverawati, Atikah dan Wati, Erna Kusuma. 2010. Ilmu Gizi Untuk Keperawatan & Gizi Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika.
Sediaoetama, Achmad Djaeni. 2004. Ilmu Gizi. Jakarta : Dian Rakyat.
Siagian, Albiner. 2010. Epidemiologi Gizi. Jakarta : PT Penerbit Erlangga. Sunita Almatsier, Susirah Soetardjo, Moesjanti Soekatri. 2011. Gizi Seimbang Dalam Daur Kehidupan. Jakarta : PT. Gramedia. 58
Tejasari. 2005. Nilai-Gizi Pangan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
The World Bank Report. 2006. Equity and Development. Washington DC : Oxford University Press. USDA. 2007. The USDA Food Search for Windows. Human Nutrition Research Center of Agricultural Research and Service.
Winiarti.
2004.
Gambaran
Penyelenggaraan
Makan
Siang
Serta
Hubungan Antara Tingkat Asupan Energi, Protein dan Zat Besi Denagn Status Anemia Gizi Mahasiswa Di Politeknik Kesehatan Bandung Jurusan Gizi Tahun 2004. KTI Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Bandung.
Wirakusumah, Emma. 1999. Perencanaan Menu Anemia Gizi Besi. Trubus Agriwidaya. Jakarta Wirakusumah, Emma Pandi. 2010. Sehat Cara Al-Qur’an & Hadis. Jakarta Selatan : PT. Mizan Publika.
Wiwik Handayani, Andi Sulistyo Haribowo. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta : Salemba Medika
Zarianis. 2006. Efek Suplementasi Besi-Vitamin C dan Vitamin C Terhadap Kadar Hemoglobin Anak Sekolah Dasar Yang Anemia Di Kecamatan Sayung Kabupaten Demak. Tesis Program Magister Gizi Masyarakat
Universitas
Diponegoro.
http://eprints.undip.ac.id/15967/1/Zarianis.pdf. Diakses pada tanggal 16 Desember 2014 59
Lampiran 1 NASKAH PENJELASAN PENELITIAN
Asupan makan menjadi penting karena merupakan salah satu faktor resiko terjadinya anemia gizi besi. Masalah gizi pada mahasiswa muncul karena perilaku gizi yang salah, yaitu jarang mengkonsumsi makanan yang bersumber dari protein hewani yang merupakan sumber Fe yang baik. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan asupan makan dengan anemia gizi besi. Partisipasi adik bersifat sukarela. Adik akan dilakukan pengukuran kadar Hb (±5 menit) dengan metode cyanmethemoglobin oleh tenaga laboratorium biokimia. Pemeriksaan kadar Hb ini dilakukan satu kali dan darah yang diambil sebanyak 0,5 mL. Selain itu dilakukan wawancara untuk mengetahui identitas diri (nama, usia, jenis kelamin, kelas, program studi, sakit), asupan makan khususnya protein, vitamin C dan Fe (±25 menit). Penelitian ini tidak menimbulkan resiko apapun. Manfaat mengikuti penelitian ini adalah menambah pengetahuan dan kesadaran mahasiswa tentang pentingnya asupan makan yang sesuai dengan kebutuhan selain itu mengetahui kadar Hb, serta mendapat informasi mengenai hubungan anatara asupan makan dengan anemia gizi besi. Kompensasi yang adik terima adalah pemeriksaan kadar Hb secara gratis serta 1 buah susu kotak. Peneliti menjamin kerahasiaan informasi yang adik berikan. Jika ada hal-hal yang kurang jelas dapat menghubungi peneliti utama a.n Stella Wirasto Dwiputra dengan no. HP 087822419136.
60
PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP) (INFORMED CONSENT)
Saya telah mendapat penjelasan secara rinci dan mengerti peneliti “HUBUNGAN ANTARA ASUPAN MAKANAN DENGAN ANEMIA GIZI BESI
MAHASISWA
JURUSAN
GIZI
POLTEKKES
KEMENKES
BANDUNG TAHUN 2014”. Pernyataan kesediaan berpartisipasi : Nama
: __________________________
Tanggal/Bulan/Tahun
: __________________________
Tanda tangan,
( ____________________ )
61
LAMPIRAN 2
KUESIONER KARAKTERISTIK RESPONDEN MAHASISWA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN JURUSAN GIZI BANDUNG TAHUN 2014
Tanggal Penelitian : ________________________ Enumerator
: ________________________
Karakteristik Responden 1. No. Sampel
: ________________________
2. Nama
: ________________________
3. Umur
: ______ tahun
4. Jenis Kelamin
: ________________________
5. Kelas
: ________________________
6. Program Studi
: ________________________
62
LAMPIRAN 3 FORMULIR RECALL 24 JAM No Sampel
: ________________________
Nama Sampel
: ________________________
Tanggal Penelitian : ________________________ Nama Enumerator : ________________________ Waktu Makan
Nama Hidangan
Bahan Makanan
Cara Pengolahan
URT
Gram
63
LAMPIRAN 4 SIKLUS MENU SENIN
SELASA
RABU
KAMIS
JUMAT
NASI PUTIH RENDANG DAGING KENTANG TUMIS TEMPE KACANG PANJANG PEPAYA
NASI PUTIH
NASI PUTIH
NASI PUTIH
KAKAP TERIYAKI
TELOR DADAR ISI
KAKAP CRISPY SC
NASI PUTIH IKAN TONGKOL BUMBU
CAH LABU SIAM CABE IJO MELON
SAWI PUTIH TERIYAKI PISANG
NASI PUTIH
NASI PUTIH
NASI PUTIH
AYAM TERIYAKI
TELOR BALADO
AYAM GORENG
CAH WORTEL LABU SIAM PEPAYA
CAPCAY JUS MANGGA
TEMPE LALAB SAMBAL PEPAYA
KAILAN SC TIRAM
SAYUR LODEH
MELON
PISANG
NASI PUTIH IKAN TONGKOL BUMBU KECAP
NASI PUTIH
SAYUR TOGE TAHU NANAS
AYAM GORENG TAHU LALAB SAMBAL PEPAYA
64
LAMPIRAN 5 MASTER TABEL nama
Umur
kadar_Hb
kpms1
kfems1
kcms1
kp1
kfe1
kc1
kpms2
kfems2
kcms2
kp2
kfe2
kc2
kpms
kfems
kcms
kp
kfe
INRW
17
15,031
7,9
2,6
29,5
75,7
13,1
62,5
11,1
2,5
8,6
42,1
6,5
25,3
9,50
2,55
19,05
58,90
9,80
43,90
ADP
17
10,925
12,4
3,1
29,5
31,5
6,8
33,9
18,1
3,0
18,3
64,3
10,8
34,9
15,25
3,05
23,90
47,90
8,80
34,40
HA
17
15,107
13,6
3,2
29,5
45,1
8,1
60,6
12,4
0,7
69,4
61,8
4,9
80,0
13,00
1,95
49,45
53,45
6,50
70,30
AFS
18
13,301
11,2
3,0
29,5
58,6
8,7
45,5
9,7
2,7
18,3
27,1
5,8
60,8
10,45
2,85
23,90
42,85
7,25
53,15
NI
18
13,755
13,6
3,2
29,5
45,1
7,1
31,9
18,1
3,0
18,3
47,0
7,3
47,0
15,85
3,10
23,90
46,05
7,20
39,45
USA
18
12,946
12,4
3,1
29,5
59,2
14,5
54,5
16,5
2,8
16,3
51,1
10,4
93,7
14,45
2,95
22,90
55,15
12,45
74,10
AVI
18
10,170
12,4
3,1
29,5
53,5
7,2
36,7
18,1
3,0
18,3
55,1
7,1
39,7
15,25
3,05
23,90
54,30
7,15
38,20
CSA
18
14,025
7,8
2,6
29,5
62,8
8,2
36,4
12,6
2,8
7,8
46,0
7,2
20,6
10,20
2,70
18,65
54,40
7,70
28,50
FA
18
13,324
14,8
3,3
29,5
39,5
5,7
32,8
15,4
3,4
18,3
27,0
5,3
41,8
15,10
3,35
23,90
33,25
5,50
37,30
HNKKP
18
13,009
13,6
3,2
29,5
43,5
8,2
31,9
15,7
3,0
18,3
33,2
7,5
38,0
14,65
3,10
23,90
38,35
7,85
34,95
VN
18
13,521
14,8
3,3
29,5
56,3
8,9
37,9
20,5
3,2
18,3
45,6
6,6
22,7
17,65
3,25
23,90
50,95
7,75
30,30
FRH
18
12,457
12,4
3,1
29,5
27,0
7,2
32,7
15,4
3,4
18,3
31,4
7,2
77,8
13,90
3,25
23,90
29,20
7,20
55,25
EMM
18
15,040
10,7
2,5
24,7
52,1
10,4
61,5
18,1
3,0
18,3
60,5
8,4
26,2
14,40
2,75
21,50
56,30
9,40
43,85
ZRI
18
13,445
10,7
2,5
24,7
60,1
9,4
36,9
16,1
2,4
69,4
66,9
9,2
135,3
13,40
2,45
47,05
63,50
9,30
86,10
VPA
18
13,719
11,2
3,0
29,5
41,8
7,1
34,5
0,0
0,0
0,0
20,3
3,8
54,1
5,60
1,50
14,75
31,05
5,45
44,30
AKG
18
14,245
12,4
3,1
29,5
43,1
7,1
67,4
8,5
2,8
18,3
51,3
8,6
35,3
10,45
2,95
23,90
47,20
7,85
51,35
MY
18
16,423
13,6
3,2
29,5
82,9
8,2
35,9
11,7
2,4
4,0
48,2
7,6
20,6
12,65
2,80
16,75
65,55
7,90
28,25
SC
18
17,246
17,2
3,5
29,5
120,4
17,6
99,9
23,2
3,2
72,2
85,3
16,1
128,4
20,20
3,35
50,85
102,85
16,85
114,15
SFA
18
12,798
12,4
3,1
29,5
52,1
8,7
54,4
18,1
3,1
18,3
49,4
8,8
39,1
15,25
3,10
23,90
50,75
8,75
46,75
AKD
18
15,004
0,0
0,0
0,0
53,5
5,3
5,5
0,0
0,0
0,0
43,8
4,2
51,8
0,00
0,00
0,00
48,65
4,75
28,65
DC
18
14,752
13,6
3,2
29,5
103,7
18,6
241,8
0,0
0,0
0,0
81,1
24,6
158,4
6,80
1,60
14,75
92,40
21,60
200,10
BR
18
12,273
12,4
3,1
29,5
39,6
5,3
33,2
0,0
0,0
0,0
34,0
5,7
88,9
6,20
1,55
14,75
36,80
5,50
61,05
LI
18
11,141
14,8
3,3
29,5
63,6
12,7
70,6
18,1
3,0
18,3
93,9
10,2
170,5
16,45
3,15
23,90
78,75
11,45
120,55
SNA
18
13,921
0,0
0,0
0,0
47,8
10,5
130,1
0,0
0,0
0,0
44,1
7,9
170,4
0,00
0,00
0,00
45,95
9,20
150,25
DSR
18
13,719
12,2
3,0
8,0
98,5
27,6
200,5
0,0
0,0
0,0
81,0
14,3
106,9
6,10
1,50
4,00
89,75
20,95
153,70
65
kc
NFF
18
12,924
14,8
3,3
29,5
51,2
9,0
67,6
18,4
2,8
72,2
44,9
6,3
76,5
16,60
3,05
50,85
48,05
7,65
72,05
BAS
18
14,272
13,4
3,1
8,0
33,8
6,5
17,5
18,3
2,8
14,0
31,2
4,1
14,0
15,85
2,95
11,00
32,50
5,30
15,75
MM
18
13,638
11,6
2,1
4,2
42,4
5,8
12,8
16,9
2,9
18,3
70,6
9,2
28,2
14,25
2,50
11,25
56,50
7,50
20,50
LF
18
11,026
14,8
3,3
29,5
38,1
7,6
44,7
18,4
2,8
72,2
36,2
5,1
121,7
16,60
3,05
50,85
37,15
6,35
83,20
NFJ
18
10,781
12,4
3,1
29,5
46,2
5,9
34,6
19,6
2,9
72,2
56,3
6,6
74,2
16,00
3,00
50,85
51,25
6,25
54,40
FNS
18
11,653
12,4
3,1
29,5
41,8
10,1
55,9
18,1
3,0
18,3
64,5
13,1
21,6
15,25
3,05
23,90
53,15
11,60
38,75
SAA
18
13,162
17,2
3,5
29,5
81,3
9,0
36,4
18,1
3,0
18,3
48,5
6,6
22,3
17,65
3,25
23,90
64,90
7,80
29,35
RMP
18
14,950
12,4
3,1
29,5
72,9
19,0
110,3
19,3
3,1
18,3
72,5
16,6
26,9
15,85
3,10
23,90
72,70
17,80
68,60
RRRY
18
13,548
14,8
3,3
29,5
29,5
4,6
31,0
18,1
3,0
18,3
51,8
8,5
75,5
16,45
3,15
23,90
40,65
6,55
53,25
DKA
18
13,971
13,6
3,2
29,5
65,3
8,6
38,0
18,1
3,0
18,3
43,9
5,4
25,1
15,85
3,10
23,90
54,60
7,00
31,55
MK
18
13,791
14,8
3,3
29,5
43,8
5,3
81,3
18,1
3,3
72,2
48,2
8,3
103,0
16,45
3,30
50,85
46,00
6,80
92,15
IAW
18
13,548
11,8
3,0
29,5
38,2
6,0
65,9
17,2
2,7
72,2
36,1
4,8
74,3
14,50
2,85
50,85
37,15
5,40
70,10
NF
18
13,122
12,4
3,1
29,5
38,6
10,2
31,1
18,4
2,8
72,2
42,4
6,4
119,1
15,40
2,95
50,85
40,50
8,30
75,10
BP
18
11,042
12,4
3,1
29,5
34,2
5,1
32,4
16,1
2,7
15,9
56,5
9,2
27,2
14,25
2,90
22,70
45,35
7,15
29,80
ZA
19
13,274
5,5
2,4
29,5
50,3
6,7
33,6
16,9
2,9
18,3
57,1
9,4
52,5
11,20
2,65
23,90
53,70
8,05
43,05
ISU
19
13,423
7,8
2,6
29,5
35,8
7,0
76,7
6,5
2,4
15,9
41,8
6,6
30,4
7,15
2,50
22,70
38,80
6,80
53,55
YM
19
14,537
0,0
0,0
0,0
68,8
14,5
29,7
0,0
0,0
0,0
33,7
5,2
56,4
0,00
0,00
0,00
51,25
9,85
43,05
MRS
19
12,493
4,3
2,3
29,5
35,2
9,4
163,6
0,0
0,0
0,0
70,6
6,2
100,2
2,15
1,15
14,75
52,90
7,80
131,90
ER
19
13,742
12,4
3,1
29,5
57,0
11,9
66,9
0,0
0,0
0,0
70,9
9,7
27,5
6,20
1,55
14,75
63,95
10,80
47,20
NF
19
11,042
8,8
2,7
8,0
50,3
12,3
292,9
0,0
0,0
0,0
94,2
9,8
259,1
4,40
1,35
4,00
72,25
11,05
276,00
KP
19
15,534
12,2
3,0
8,0
71,2
13,4
37,7
18,1
3,0
18,3
92,7
17,9
73,0
15,15
3,00
13,15
81,95
15,65
55,35
HF
19
13,553
14,8
3,3
29,5
75,3
10,6
71,0
0,0
0,0
0,0
53,5
10,3
122,1
7,40
1,65
14,75
64,40
10,45
96,55
AY
19
16,585
14,8
3,3
29,5
64,9
10,0
100,4
0,0
0,0
0,0
35,4
12,6
196,0
7,40
1,65
14,75
50,15
11,30
148,20
MRN
19
14,483
14,8
3,3
29,5
86,3
14,5
137,8
19,6
2,9
72,2
54,4
6,9
80,2
17,20
3,10
50,85
70,35
10,70
109,00
EFF
19
13,701
9,6
0,9
21,5
36,8
3,4
29,1
14,5
3,0
72,2
46,3
6,2
94,7
12,05
1,95
46,85
41,55
4,80
61,90
ARR
19
16,325
9,3
0,9
0,0
44,2
6,6
28,9
15,5
2,6
15,1
44,1
11,8
21,6
12,40
1,75
7,55
44,15
9,20
25,25
RR
19
12,578
13,4
3,1
8,0
46,1
9,9
39,9
10,1
2,6
15,9
39,7
8,9
25,9
11,75
2,85
11,95
42,90
9,40
32,90
AAH
19
13,737
13,6
3,2
29,5
72,5
12,7
81,7
16,1
2,7
15,9
64,2
11,6
23,9
14,85
2,95
22,70
68,35
12,15
52,80
SNI
19
13,297
13,6
3,2
29,5
70,0
10,4
85,1
15,7
3,1
72,2
58,1
13,2
111,9
14,65
3,15
50,85
64,05
11,80
98,50
66
ADS
19
13,490
13,6
3,2
29,5
36,2
6,9
66,8
17,9
2,8
11,1
76,7
11,4
23,6
15,75
3,00
HFA
19
15,022
0,0
OAR
19
14,177
9,0
MTSM
19
14,532
LH
19
LAN
19
SS
20,30
56,45
9,15
45,20
0,0
0,0
60,3
5,5
41,5
15,9
2,8
14,0
83,6
8,3
51,9
7,95
1,9
25,7
33,6
7,0
36,3
6,4
2,2
4,0
32,2
5,2
15,0
7,70
1,40
7,00
71,95
6,90
46,70
2,05
14,85
32,90
6,10
0,0
0,0
0,0
39,5
11,5
45,6
18,1
3,0
18,3
55,3
8,1
32,8
25,65
9,05
1,50
9,15
47,40
9,80
39,20
12,951
0,0
0,0
0,0
32,7
5,6
4,2
17,7
2,8
14,0
34,8
4,6
13,396
12,4
3,1
29,5
47,1
7,5
49,4
13,1
2,7
1,6
59,8
10,8
20,4
8,85
1,40
7,00
33,75
5,10
12,30
17,9
12,75
2,90
15,55
53,45
9,15
19
14,649
11,2
3,0
29,5
31,8
5,0
39,1
18,9
2,8
4,0
52,7
33,65
6,7
16,5
15,05
2,90
16,75
42,25
5,85
27,80
IRH
19
12,385
12,4
3,1
29,5
40,2
6,7
32,5
20,5
3,2
18,3
RAP
19
16,401
13,6
3,2
29,5
42,3
9,2
32,7
16,4
2,4
69,8
53,4
8,7
38,0
16,45
3,15
23,90
46,80
7,70
35,25
43,1
5,7
73,8
15,00
2,80
49,65
42,70
7,45
MRG
19
16,473
10,0
2,9
29,5
95,5
14,0
167,6
19,7
3,5
53,25
90,4
118,2
12,2
113,6
14,85
3,20
59,95
106,85
13,10
140,60
HN
19
13,261
14,8
3,3
29,5
63,3
11,3
48,2
17,7
MS
19
13,423
12,3
3,0
28,3
57,3
6,3
35,8
16,1
2,6
4,0
40,6
5,4
11,8
16,25
2,95
16,75
51,95
8,35
30,00
2,7
15,9
56,5
9,2
27,2
14,20
2,85
22,10
56,90
7,75
AP
19
13,719
14,8
3,3
29,5
54,0
6,7
37,8
31,50
18,1
3,0
18,3
47,2
9,2
19,8
16,45
3,15
23,90
50,60
7,95
28,80
WC
20
11,922
13,6
3,2
29,5
63,4
12,3
HK
20
15,062
13,4
3,1
8,0
39,5
13,7
95,7
18,1
3,0
18,3
65,3
10,4
36,9
15,85
3,10
23,90
64,35
11,35
66,30
129,8
19,0
2,8
72,2
44,7
5,8
73,3
16,20
2,95
40,10
42,10
9,75
101,55
EM
20
14,290
12,4
3,1
29,5
42,8
6,0
NF
20
14,245
13,6
3,2
29,5
36,9
5,0
35,2
18,1
3,0
18,3
38,8
5,2
20,3
15,25
3,05
23,90
40,80
5,60
27,75
40,0
20,5
3,2
18,3
50,0
7,7
37,1
17,05
3,20
23,90
43,45
6,35
38,55
Keterangan : KPMS
= Konsumsi protein makan siang
KFEMS
= Konsumsi zat besi makan siang
KCMS
= Konsumsi vitamin C makan siang
KP
= Konsumsi protein sehari
KFE
= Konsumsi zat besi sehari
KC
= Konsumsi vitamin C sehari
67
Lampiran 6 Hasil Analisis Uji Statistik
kategori protein makan siang
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
kurang
16
28,6
28,6
28,6
baik
40
71,4
71,4
100,0
Total
56
100,0
100,0
kategori fe makan siang
Frequency Valid
kurang
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
55
98,2
98,2
98,2
baik
1
1,8
1,8
100,0
Total
56
100,0
100,0
kategori vit. c makan siang
Valid
Frequency 10
Percent 17,9
Valid Percent 17,9
Cumulative Percent 17,9
baik
46
82,1
82,1
100,0
Total
56
100,0
100,0
kurang
kategori protein rata2
Valid
Frequency 22
Percent 39,3
Valid Percent 39,3
Cumulative Percent 39,3
baik
34
60,7
60,7
100,0
Total
56
100,0
100,0
kurang
kategori fe rata2
Frequency Valid
kurang
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
53
94,6
94,6
94,6
baik
3
5,4
5,4
100,0
Total
56
100,0
100,0
68
kategori vit. c rata2
Valid
kurang
Frequency 39
Percent 69,6
Valid Percent 69,6
Cumulative Percent 69,6 100,0
baik
17
30,4
30,4
Total
56
100,0
100,0
kategori asupan makanan
Frequency Valid
kurang
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
54
96,4
96,4
96,4
baik
2
3,6
3,6
100,0
Total
56
100,0
100,0
Kategori Kontribusi protein
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
kurang
32
57,1
57,1
57,1
baik
24
42,9
42,9
100,0
Total
56
100,0
100,0
Kategori Kontribusi Fe
Valid
kurang
Frequency 15
Percent 26,8
Valid Percent 26,8
Cumulative Percent 26,8 100,0
baik
41
73,2
73,2
Total
56
100,0
100,0
Kategori Kontribusi C
Valid
kurang
Frequency 3
Percent 5,4
Valid Percent 5,4
Cumulative Percent 5,4 100,0
baik
53
94,6
94,6
Total
56
100,0
100,0
69
status_anemia
Valid
Frequency 8
anemia
Percent 14,3
Valid Percent 14,3
Cumulative Percent 14,3 100,0
tidak anemia
48
85,7
85,7
Total
56
100,0
100,0
Crosstabs Case Processing Summary Cases Valid N
Missing Percent
kategori asupan makanan * status_anemia
56
N
100,0%
Total
Percent 0
N
,0%
Percent 56
100,0%
kategori asupan makanan * status_anemia Crosstabulation status_anemia anemia kategori asupan makanan
kurang
Count % within kategori asupan makanan
baik
Count % within kategori asupan makanan
Total
Count % within kategori asupan makanan
Total
tidak anemia
anemia
8
46
54
14,8%
85,2%
100,0%
0
2
2
,0%
100,0%
100,0%
8
48
56
14,3%
85,7%
100,0%
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction(a) Likelihood Ratio
Asymp. Sig. (2-sided)
df
,346(b)
1
,557
,000
1
1,000
,629
1
,428
Fisher's Exact Test
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
1,000
Linear-by-Linear Association
,340
N of Valid Cases
56
1
,732
,560
a Computed only for a 2x2 table b 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,29.
70