Kultur [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TEKNIK KULTUR MIKROALGAE Thalassiosira sp SKALA MURNI & MASSAL DI PT. MATAHARI CIPTA SENTOSA HATCHERY SITUBONDO PROPOSAL PRAKTEK KERJA LAPANG



Untuk memenuhi persyaratan Salah satu tugas akhir



SARI NURHIDAYATI NIM : 201610260311013



JURUSAN PERIKANAN FAKULTAS PERTANIAN-PETERNAKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2019



HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK KULTUR MIKROALGAE Thalassiosira sp SKALA MURNI & MASSAL DI PT. MATAHARI CIPTA SENTOSA HATCHERY SITUBONDO Oleh : Nama NIM Jurusan Fakultas Judul



: Sari Nurhidayati : 201610260311013 : Budidaya Perairan : Pertanian - Peternakan : TEKNIK KULTUR MIKROALGAE Thalassiosira sp SKALA MURNI & MASSAL DI PT. MATAHARI CIPTA SENTOSA HATCHERY SITUBONDO



Proposal PKL diajukan sebagai persyaratan untuk tugas akhir Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian – Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang Malang, Juni 2019 Ketua Jurusan Perikanan



Pembimbing,



Ganjar Adhywirawan S., S.Pi, MP



Ganjar Adhywirawan S., S.Pi, MP



NIP: 11014100538



NIP: 11014100538 Mengetahui, Wakil Dekan II



Dr. Ir. Aris Winaya, M.M., M.Si NIP: 196405141990031002



KATA PENGANTAR



Assalamualaikum Wr. Wb. Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan limpahan rahmat dan hidayahNya penulis dapat menyelesaikan Proposal Praktek Kerja Lapang (PKL) dengan judul TEKNIK KULTUR MIKROALGAE Thalassiosira sp SKALA MURNI & MASSAL DI PT. MATAHARI CIPTA SENTOSA HATCHERY SITUBONDO. Proposal Praktek Kerja Lapang (PKL) ini dapat penulis selesaikan berkat bantuan dan bimbingan berbagai pihak, maka penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1) Dr. Ir. Aris Winaya, M.M M.Si sebagai Wakil Dekan I Fakultas Pertanian PeternakanUniversitas Muhammadiyah Malang. 2) Ganjar Adhywirawan S, S.Pi, M.Si selaku Ketua Jurusan Perikanan merangkap dosen pembimbing yang telah memberikan izin kepada penulis serta meluangkan waktu memberikan bimbingan serta arahan untuk melakukan kegiatan Praktek Kerja Lapang. 3) Kepada kedua orang tua saya, Ayahanda “Iskandar S.PdI” dan Ibunda “Djohartatik, SE.” yang dengan tulus mendoakan, memberi kasih saying serta semangat agar tidak mudah menyerah dan fokus dalam menyelesaikan studi. 4) Teman-teman angkatan yang selalu memberi semangat dan dukungan serta memberi masukan-masukan kepada penulis. 5) Pihak-pihak yang sudah membantu dalam penyusunan proposal PKL ini. Penulis meyakini bahwa segala apa yang kami lakukan tidak luput dari kesalahan, maka dari itu untuk kritik serta saran yang membangun sangat kami harapkan agar penulis serat proposal PKL ini menjadi lebih baik. Wassalamualaikum Wr. Wb.



Malang, Juni 2019



Penulis



RINGKASAN



SARI NURHIDAYATI. Teknik Kultur Thalassiosira sp Skala Muri & Massal di PT. Matahari Cipta Sentosa Hatchery Situbondo. Dosen Pembimbing : Ganjar Adhywirawan S, S.Pi, M.Si Salah satu pakan alami ikan dan udang adalah fitoplankton. Komunitas fitoplankton sendiri memiliki potensi dalam perairan karena hampir semua organisme perairan tergantung pada plankton sebagai makanannya, baik dalam suatu stadia pada seluruh siklus hidupnya maupun selama hidupnya. Salah satu fitoplankton yang biasanya digunakan dalam pakan alami yaitu Thalassiosira sp. Thalassiosira sp ini biasanya digunakan sebagai pakan alami udang Vannamei atau udang putih. Pelaksaan Praktek Kerja Lapang ini bertujuan untuk membantu mahasiswa mendapat pengalaman dan ilmu mengenai budidaya perikanan. Praktek Kerja Lapang ini dilaksanakan pada tanggal 15 Juli – 15 Agustus 2019 di Benur MS Situbondo Jawa Timur. Metode yang digunakan dalam Praktek Kerja Lapang ini yaitu dengan Survei Lapangan yang meliputi Observasi, Wawancara maupun Kuisioner serta Studi Literatur. Alat dan bahan yang digunakan dalam PKL dengan Judul “Teknik Kultur Thalassiosira sp Skala Muri & Massal di PT. Matahari Cipta Sentosa Hatchery Situbondo” ini menggunakan bak untuk kultur dan peralatan laboratorium serta bibit dari mikroalga tersebut.



DAFTAR ISI



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udang merupakan salah satu komoditas ekspor sub sektor perikanan yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Pemerintah melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menargetkan kenaikan terhadap produksi udang sebesar 74,75% di tahun 2010–2014, yaitu dari 400.000-ton menjadi 699.000 ton. Dalam pencapaian target tersebut, peningkatan produksi udang akan diarahkan pada udang windu (Penaeus monodon) dan udang putih (Litopenaeus vannamei) (Nurdin,2017). Salah satu sumberdaya hayati perairan bernilai ekonomis penting dan telah dibudidayakan secara komersial adalah udang putih (Litopenaeus vannamei). Udang putih beberapa tahun terakhir mengalami perkembangan cukup pesat dan diharapkan dapat menggantikan sementara udang windu dan memberikan andil terhadap perolehan devisa negara setelah menurunnya produksi udang windu. (Nurdin,2017) Untuk menunjang kehidupannya dibutuhkan pakan alami yang cukup. Salah satu pakan alami ikan dan udang adalah fitoplankton. Komunitas fitoplankton sendiri memiliki potensi dalam perairan karena hampir semua organisme perairan tergantung pada plankton sebagai makanannya, baik dalam suatu stadia pada seluruh siklus hidupnya maupun selama hidupnya. (Widiana, 2013). Salah satu fitoplankton yang berpotensi dikembangkan dalam bidang akuakultur yang biasa digunakan sebagai pakan udang putih yaitu Thalassiosira sp., dan Chaetoceros sp. Spesies tersebut sudah dapat dikultur secara besar-besaran sebagai pakan dan memberikan nutrisi berkualitas secara optimum untuk organisme seperti larva udang sesuai pada stadia perkembangannya. (Nurdin,2017) Setiap mikroalga memiliki kandungan karbohidrat, protein, lipid (lemak) dan klorofil. Mikroalga laut Thalassiosira sp. memiliki kandungan karbohidrat sebesar 7.7%, kandungan protein sebesar 0.93% dan kandungan lemak sebesar 9.69%. Kultur mikroalga laut dilakukan sebagai upaya mendapatkan pakan alami dengan jumlah yang cukup dan berkesinambungan



dalam kegiatan budidaya. (Purba, (2008) dalam Triswanto (2011). Kultur fitoplankton dilakukan dalam skala laboratorium, skala intermediet, dan skala massal. Kultur fitoplankton ini bertujuan untuk memperoleh biakan murni agar dapat memenuhi ketersediaan pakan alami dalam jumlah yang cukup, berkesinambungan dan tepat waktu. (Mufidah,2017) Tujuan pelaksanaan Praktek Kerja Lapang (PKL) ini adalah untuk mengetahui teknik kultur Thalassiosira sp. dalam skala murni sampai skala massal di Benur MS Situbondo serta kendala yang ada dalam proses kultur, serta untuk menambah wawasan serta pengalaman mahasiswa dalam bidang perikanan. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana Kultur Thalassiosera sp skala murni sampai massal di Benur MS Situbondo? 2. Bagaimana sarana dan prasarana kegiatan pengkulturan Thalassiosera skala murni sampai massal di Benur MS Situbondo? 3. Kendala apa sajakah yang sering dihadapi selama kegiatan pengkulturan Thalassiosera skala murni sampai massal di Benur MS Situbondo? 1.3 Tujuan Adapun tujuan dari kegiatan Praktek Kerja Lapang yang dilakukan adalah: 1. Untuk mengatahui Kultur Thalassiosera sp skala murni sampai massal di Benur MS Situbondo 2. Untuk mengetahui sarana dan prasarana selama kegiatan pengkulturan Thalassiosera skala murni sampai massal di Benur MS Situbondo 3. Untuk mengetahui kendala apa saja yang sering dihadapi selama kegiatan pengkulturan Thalassiosera skala murni sampai massal di Benur MS Situbondo.



1.4 Manfaat Kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) ini dilakukan untuk memperoleh informasi dasar tentang kultur alga pada pakan alami, dapat menambah pengalaman, keterampilan dalam bekerja dan menambah wawasan serta pengetahuan tentang cara mengkultur alga untuk pakan alami.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biologi Thalassiosira sp 2.1.1. Klasifikasi dan Morfologi Menurut Triswanto (2011) sistematika ikan kerapu macan sebagai berikut: Divisi



: Chrysophyta



Kelas



: Bacillariophyceae



Ordo



: Centrales



Famili



: Coscinodiscineae



Genus



: Thalassiosira



Spesies



: Thalassiosira sp Menurut Triswanto (2011) genus Thalassiosira memiliki karakteristik



berupa benang mukosa sentral halus yang menghubungkan sel dalam rantai yang longgor. Ada juga sebagian kecil sel yang menempel dalam sebuah massa mukosa. Thalassiosira sp memiliki karakteristik yaitu pori pori sentral mukosa yang sering disebut dengan single apiculus. Deskripsi morfologi umum yang telah disepakati sebelumnya untuk Thalassiosira sp meliputi bentuk rantai dan inmucilage yang menempel pada koloni, benangbenang kitin menghubungkan sel dalam rantai, bentuk sel terlihat mengelilingi persegi dengan sebuah cekungan dalam pusat valve, sebuah rimoportula besar diantara muka valve dan mantel, sebuah lingkaran kecil yang diam dan dua atau tiga lingkaran kecil fultoportulae dan susuna areola. (Gambar 1.)



Gambar 1. Thalassiosirra sp (sumber: Triswanto (2011)



2.1.2. Habitat Hidup Menurut Sunarto (2008) Thlassiosira tergolong dalam diatom kelas Bacillariophyceae dimana Mikroalga ini mendominasi komunitas fitoplankton di lintang tinggi di daerah Artik dan Antartika, pada zona neritik daerah tropis dan perairan lintang sedang (temperate), dan pada daerah upwelling. Beberapa ahli menganggap bahwa diatom merupakan kelompok fitoplankton paling penting yang memberi kontribusi secara mendasar bagi produktivitas laut, khususnya di wilayah perairan pantai. 2.1.3 Reproduksi dan Siklus Hidup Plankton Menurut Sunarto (2008) Secara umum sebagian besar diatom melakukan reproduksi melalui pembelahan sel vegetatif. Hasil pembelahan sel menjadi dua bagian yaitu bagian atas (epiteka) dan bagian bawah (hipoteka).



Selanjunya



masing-masing belahan akan membentuk pasangannya yang baru berupa pasangan penutupnya.



Bagian epiteka akan membuat hipoteka dan bagian



hipoteka akan membuat epiteka. Pembuatan bagian-bagian tersebut disekresi atau diperoleh dari sel masing-masing sehingga semakin lama semakin kecil ukuran selnya. Dengan demikian ukuran individu-individu dari spesies yang sama tetapi dari generasi yang berlainan akan berbeda. Reproduksi aseksual seperti ini menghasilkan sejumlah ukuran yang bervariasi dari suatu populasi diatom pada suatu spesies. Ukuran terkecil dapat mencapai 30 kali lebih kecil dari ukuran terbesarnya 2.1.4 Fase Pertumbuhan Mikroalga Menurut Triswanto (2011) Terdapat 4 fase dalam pertumbuhan mikroalga yaitu fase lag (istirahat), fase logaritmik (pertumbuhan eksponensial), fase stasioner (pertumbuhan stabil) dan fase deklinasi (kematian). 



Fase lag merupakan fase ketika populasi mikroalga tidak mengalami



perubahan, tetapi ukuran sel pada fase ini meningkat. Fotosintesis masih aktif berlangsung dan organisme mengalami mentabolisme tetapi belum terjadi pembelahan sel sehingga kepadatannya belum meningkat. Dalam perairan tambak kondisi air masih bening atau remang remang dengan transparansi >80cm. 



Fase logaritmik diawali dengan pembelahan sel dengan laju



pertumbuhan yang terus menerus, pertumbuhan pada fase ini mencapai maksimal.



Dalam perairan tambak ditandai dengan air yang mulai berwarna sampai warna pekat dengan transparansi 6-30 cm bahkan