La KB [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN KASUS ASUHAN KEBIDANAN FISIOLOGIS HOLISTIK KELUARGA BERENCANA PADA NY. “EN” USIA 29 TAHUN P2002 WANITA USIA SUBUR AKSEPTOR KB SUNTIK 3 BULAN UPTD PUSKESMAS I DINAS KESEHATAN KECAMATAN DENPASAT TIMUR TANGGAL 26 JANUARI 2023



OLEH SRI MULIANI



NIM P07124321019



KEMENTERIAN KESEHATAN R.I. POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR JURUSAN KEBIDANAN PRODI PROFESI BIDAN 2023



1



LEMBAR PENGESAHAN ASUHAN KEBIDANAN FISIOLOGIS HOLISTIK KELUARGA BERENCANA PADA NY. “EN” USIA 29 TAHUN P2002 WANITA USIA SUBUR AKSEPTOR KB SUNTIK 3 BULAN UPTD PUSKESMAS I DINAS KESEHATAN KECAMATAN DENPASAT TIMUR TANGGAL 30 JANUARI 2023 OLEH SRI MULIANI



P07124321019 Telah disahkan, Denpasar, Januari 2023



Mengetahui, Pembimbing Institusi



Mengetahui, Pembimbing Lapangan



Dni Gusti Kompiang Sriasih, S,ST, M. Kes NIP. 197002181989022002



Bdn Herawaty, STr.Keb NIP.197105161991032006



Mengetahui, Ketua Prodi Profesi Bidan



Ni Wayan Armini, S.ST.,M.Keb NIP. 198101302002122001



2



KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan “Laporan Akhir Praktik Kebidanan Holistik Fisiologis Pada Asuhan Keluarga Berencana”tepat pada waktunya. Dalam penyusunan laporan akhir ini, penulis banyak mendapat saran, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu kami menyampaikan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada : 1.



Ibu Dr. Ni Nyoman Budiani, M. Biomed, selaku ketua jurusan Kebidanan



Poltekkes Kemenkes Denpasar dan selaku pembimbing lapangan praktik kebidanan Keluarga Berencana. 2.



Ibu Ni Luh Putu Sri Erawati,S.SiT.,MPH selaku PJMK praktik kebidanan



fisiologis holistik Pada Keluarga Berencana. 3. Ni Wayan Darsani, SST selaku pembimbing lapangan praktik kebidanan fisiologis holistik pada Keluarga berencana. 4. Semua pihak yang terlibat yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu yang telah membantu dalam penyusunan laporan akhir praktik kebidanan fisiologis holistik ini. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun terhadap laporan pendaluhuan yang kami susun ini guna perbaikan kedepannya. Demikianlah kiranya para pembaca, apabila ada hal-hal yang kurang berkenan kami mohon maaf. Semoga laporan ini bermanfaat untuk semua pihak. Akhir kata kami ucapkan terimakasih. Denpasar, Januari 2023



Penulis



3



DAFTAR ISI COVER.............................................................................................................. i LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................. ii KATA PENGANTAR....................................................................................... iii DAFTAR ISI...................................................................................................... iv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang............................................................................................... 1 B. Tujuan.............................................................................................................



2



C. Waktu dan Tempat Pengambilan Kasus.........................................................



3



D. Manfaat Penulisan Laporan............................................................................



3



BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Keluarga Berencana................................................................



4



B. Konsep Dasar Kontrasepsi.............................................................................



4



C. Kontrasepsi Suntik DMPA.............................................................................



7



BAB III TINJAUAN KASUS........................................................................... 13 BAB IV PEMBAHASAN KASUS................................................................... 17 BAB V PENUTUP A. Simpulan......................................................................................................... 20 B. Saran............................................................................................................... 20 DAFTAR PUSTAKA



4



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia masih menduduki urutan keempat dengan penduduk terbanyak di dunia dengan jumlah penduduk 255.461.686 jiwa (Kemenkes RI,2016). Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) memprediksi jumlah penduduk Indonesia berpotensi menjadi terbesar sedunia setelah China dan India jika laju pertumbuhannya tidak rof ditekan secara sigifikan. Program yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengurangi laju pertumbuhan penduduk dapat dilakukan dengan gerakan keluarga berencana dan pemakaian alat kontrasepsi secara sukarela kepada pasangan usia subur (PUS) (Rismawati, dkk, 2015). Program KB tidak hanya bertujuan untuk mengendalikan laju pertumbuhan penduduk, melainkan juga untuk memenuhi permintaan masyarakat akan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi (KR) yang berkualitas, menurunkan angka kematian Ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi untuk membentuk keluarga kecil berkualitas (Yuhedi dan Kurniawati, 2013). Persentase



pemakaian



kontrasepsi



modern



(modern



contraceptive



prevalence rate/mCPR) di Provinsi Bali sebesar 66,25%. Metode kontrasepsi modern yang paling banyak digunakan yaitu suntik KB (34,93%) sampai dengan bulan Desember 2018. Pencapaian KB suntik terdapat di Kota Denpasar (13.509 peserta) (BKKBN Provinsi Bali, 2018).Ketersediaan layanan KB bagi perempuan terdapat dalam beberapa metode, dan perempuan harus dapat menimbang berbagai rofes dalam memilih metode KB yang sesuai bagi dirinya, termasuk status kesehatan mereka, efek samping dari metode tersebut, konsekuensi terhadap kehamilan yang tidak diinginkan, kerjasama dari pasangan, dan norma budaya yang mempengaruhi dalam pemilihan kontrasepsi. Berbagai pilihan alat kontrasepsi ditawarkan kepada masyarakat dari mulai yang sederhana sampai yang permanen/mantap, yaitu mulai pil, suntik, spiral dan Intra Uterine Device (IUD). Metode suntikan KB telah menjadi bagian gerakan keluarga berencana nasional serta peminatnya makin bertambah. Tingginya minat pemakai suntikan



1



KB oleh karena aman, efektif, dan dapat dipakai pada pasca persalinan (Manuaba, 2010). Salah satu metode kontrasepsi suntik yaitu KB suntik DMPA. Kontrasepsi suntik DMPA cukup aman dan sangat efektif dalam mencegah kehamilan apabila penyuntikannya dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang telah ditentukan. Tingkat efektifitasnya cukup tinggi yaitu 0,3 kehamilan per 100 perempuan. Cara kerjanya diantaranya mencegah ovulasi, mengentalkan rofes serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma, menjadikan selaput rofes rofe tipis dan atrofi serta menghambat transportasi gamet oleh tuba (Saifuddin, 2011). Penggunaan suntikan DMPA sebagai alat kontrasepsi cukup popular di kalangan masyarakat terutama masyarakat dari kalangan menengah ke bawah karena selain cukup aman dan efektif jenis kontrasepsi ini rofessi murah sehingga rof terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Akseptor KB suntuk 3 bulan yang sudah terlanjut nyaman cenderung enggan untuk mengganti cara. Padahal, efek samping yang dapat ditimbulkan dari penggunaan KB suntik 3 bulan yang terlalu lama yaitu peningkatan berat badan dan peningkatan tekanan darah. Melalui PK fisiologis rofessi keluarga berencana, mahasiswa profesi bidan diharapkan dapat memberikan asuhan dan menerapkan teori yang sudah didapatkan di perkuliahan. Hal tersebut melatarbelakangi penulis untuk membahas tentang asuhan kebidanan keluarga berencana pada ny. “MDS” usia 48 tahun P3003 wanita usia subur akseptor kb suntik 3 bulan di PMB Ni Ketut Martini. B. Tujuan Praktik 1. Tujuan Umum Mahasiswa profesi bidan mampu memberikan asuhan kebidanan keluarga berencana sesuai dengan standar asuhan kebidanan secara mandiri, professional dan berkualitas dengan selalu memperhatikan aspek budaya rofe. 2. Tujuan Khusus a. Melakukan pengkajian data secara lengkap, jelas, akurat dan rofe b. Menetapkan rofessi kebidanan serta masalah kebidanan dengan menerapkan cara berfikir kritis



2



c. Menyusun perencanaan asuhan kebidanan keluarga berencana d. Melaksanakan asuhan kebidanan keluarga berencana dengan pendekatan holistic e. Melakukan evaluasi secara komprehensif pada asuhan kebidanan keluarga berencana f. Melakukan pendokumentasian asuhan keluarga berencana C. Waktu dan Tempat Pengambilan Kasus Praktik



Klinik



dilaksanakan



UPTD



PUSKESMAS



I



DINAS



KESEHATAN KECAMATAN DENPASAT TIMUR dari tanggal 25 Januari 2023 sampai 7



Desember 2023. Pengambilan kasus dilaksanakan pada



tanggal 30 Januari 2023. D. Manfaat Penulisan Laporan 1. Bagi Mahasiswa Dapat menerapkan teori yang diperoleh dari rofession secara nyata di lapangan dalam hal melaksanakan asuhan kebidanan pada keluarga berencana dengan tetap memeperhatikan aspek budaya rofe. 2. Bagi Instansi Sebagai



metode



untuk



mengevaluasi



seberapa



jauh



mahasiswa



menerapkan teori yang di peroleh selama perkuliahan dikelas dan menerapkannya dilahan praktek.



3



BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Dasar Keluarga Berencana 1. Definisi Keluarga berencana adalah usaha untuk mengatur jumlah anak dan jarak kelahiran yang diinginkan. Maka dari itu, pemerintah mencanangkan program atau cara untuk mencegah dan menunda kehamilan (Sulistyawati, 2013) 2. Tujuan Keluarga Berencana Tujuan dilaksananakan program keluarga berencana yaitu untuk membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan rofes ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan jumlah dan jarak kelahiran anak. Tujuan program KB lainya yaitu untuk menurunkan angka kelahiran yang bermakna, untuk mencapai tujuan tersebut, maka diadakan kebijakan yang dikategorikan dalam 3 fase yaitu menjarangkan, menunda dan menghentikan (Sulistyawati, 2013). B. Konsep Dasar Kontrasepsi 1. Definisi Kontrasepsi Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti ‘melawan’ atau ‘mencegah’ dan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dengan sperma yang mengakibatkan



kehamilan.



Maksud



dari



kontrasepsi



adalah



menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma. Untuk itu, maka yang membutuhkan kontrasepsi adalah pasangan yang aktif melakukan hubungan intim/seks dan kedua-duanya memiliki kesuburan normal namun tidak menghendaki kehamilan (Saifuddin, 2011) 2. Macam-Macam Kontrasepsi a. Kontrasepsi Sederhana 1) Kondom



4



Kondom merupakan selubung/sarung karet tipis yang dipasang pada penis sebagai tempat penampungan sperma yang dikeluarkan pria pada saat senggama sehingga tidak tercurah pada vagina. Cara kerja kondom yaitu mencegah pertemuan ovum dan sperma atau mencegah spermatozoa mencapai saluran genital wanita. Sekarang sudah ada jenis kondom untuk wanita, angka kegagalan dari penggunaan kondom ini 5-21%. 2) Coitus Interuptus Coitus rofessiona atau senggama terputus adalah menghentikan senggama dengan mencabut penis dari vagina pada saat suami menjelang ejakulasi. Kelebihan dari cara ini adalah tidak memerlukan alat/obat sehingga rofessi sehat untuk digunakan wanita dibandingkan dengan metode kontrasepsi lain, risiko kegagalan dari metode ini cukup tinggi. 3) Siklus Kalender KB alami berdasarkan pada siklus masa subur dan tidak masa subur, dasar utamanya yaitu saat terjadinya ovulasi. Untuk menentukan saat ovulasi ada 3 cara, yaitu : metode kalender, suhu basal, dan metode rofes serviks 4) Diafragma Diafragma merupakan suatu alat yang berfungsi untuk mencegah sperma mencapai serviks sehingga sperma tidak memperoleh akses ke saluran alat reproduksi bagian atas (uterus dan tuba fallopi). Angka kegagalan diafragma 48% kehamilan (Sulistyawati, 2011) b. Kontrasepsi Hormonal 1) Pil Suatu cara kontrasepsi untuk wanita yang berbentuk rofessi tablet yang berisi gabungan rofess estrogen dan rofessional (Pil Kombinasi) atau hanya terdiri dari rofess rofessional saja (Mini Pil). Cara kerja pil KB menekan ovulasi untuk mencegah lepasnya sel telur wanita dari indung telur, mengentalkan rofes mulut rofe sehingga sperma sukar untuk masuk kedalam rofe, dan menipiskan lapisan endometrium. Mini pil dapat dikonsumsi saat menyusui. Efektifitas pil sangat tinggi, angka kegagalannya berkisar 1-8% untuk pil kombinasi, dan 3-10% untuk mini pil. 2) Kb Suntik



5



Suntik KB ada dua jenis yaitu, suntik KB 1 bulan (cyclofem) dan suntik KB 3 bulan (DMPA). Cara kerjanya sama dengan pil KB. Efek sampingnya dapat terjadi gangguan haid, depresi, keputihan, jerawat, perubahan berat badan, pemakaian jangka rofess rof terjadi penurunan libido, dan densitas tulang. 3) Implan Implant adalah alat kontrasepsi yang disusupkan dibawah kulit, biasanya dilengan atas. Cara kerjanya sama dengan pil, implant mengandung levonogestrel. Keuntungan dari metode implant ini antara lain tahan sampai 5 tahun, kesuburan akan kembali segera setelah pengangkatan. Efektifitasnya sangat tinggi, angka kegagalannya 1-3% (Saiffudin, 2010) c. Kontrasepsi Non Hormonal (alat) 1) IUD AKDR adalah alat kontrasepsi yang dimasukkan kedalam rofe yang bentuknya bermacam-macam, terdiri dari rofess (rofessional), ada yang dililit tembaga (Cu), dililit tembaga bercampur perak (Ag) dan ada pula yang batangnya hanya berisi rofess rofessional. Cara kerjanya, meninggikan getaran saluran telur sehingga pada waktu blastokista sampai ke rofe endometrium belum siap menerima nidasi, menimbulkan reaksi mikro infeksi sehingga terjadi penumpukan sel darah putih yang melarutkan blastokista, dan lilitan logam menyebabkan reaksi anti fertilitas. Efektifitasnya tinggi, angka kegagalannya 1% (Saifuddin, 2010) d. Kontrasepsi Mantap 1) Tubektomi Suatu kontrasepsi permanen untuk mencegah keluarnya ovum dengan cara mengikat atau memotong pada kedua saluran tuba fallopi (pembawa sel telur ke rofe), efektivitasnya mencapai 99 %. 2) Vasektomi Vasektomi merupakan operasi kecil yang dilakukan untuk menghalangi keluarnya sperma dengan cara mengikat dan memotong saluran mani (vas defferent) sehingga sel sperma tidak keluar pada saat senggama, efektifitasnya 99% (Saifuddin, 2010)



6



3. Pola Pemilihan Alat Kontrasepsi berdasarkan Usia Adapun pola penggunaan alat kontrasepsi yang rasional berdasarkan usia adalah sebagai berikut (Hartanto, 2010) : Fase Reproduksi



Kelompok Umur



Metode Kontrasepsi



Menunda Kehamilan



35 tahun sampai perimenopouse i. Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik j. Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara k. Menurunkan krisis anemia bulan sabit (Saifuddin, 2011)



8



3. Keterbatasan Kontrasepsi Suntik DMPA a. Sering ditemukan gangguan haid seperti: 1) siklus haid yang memendek atau memanjang 2) perdarahan yang banyak atau sedikit 3) perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak (spotting) 4) tidak haid sama sekali b. Klien sangat bergantung pada tempat pelayanan kesehatan (harus kembali untuk suntikan. c. Tidak dapat dihentikan sewaktu – waktu sebelum suntikan berikutnya. d. Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering e. Tidak menjamin terhadap perlindungan penularan IMS, Hepatitis B/ HIV f. Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian g. Pada penggunaan jangka rofess dapat menimbulkan kekeringan pada vagina, menurunkan libido, gangguan emosi (jarang), sakit kepala, jerawat. (Saifuddin, 2011).



4. Mekanisme Kerja a. Mencegah ovulasi. Kb suntik meningkatkan kadar hormone progestin di dalam tubuh, sehingga menghambat luteinizing hormone (LH) secara efektif sehingga tidak terjadi ovulasi. Kadar follicle stimulating hormone (FSH) dan LH menurun dan tidak terjadi lonjakan LH, menghambat perkembangan folikel dan mencegah ovulasi b. Mengentalkan rofes servik dan menjadi sedikit sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma. Lendir serviks menjadi lebih kental dan sedikit. Perubahan siklus yang normal pada rofes servik. Secret dari servik tetap dalam keadaan di bawah pengaruh progesteronn hingga menyulitkan penetrasi spermatozoa. c. Membuat endometrium menjadi kurang layak atau baik untuk implantasi dari ovum yang telah dibuahi, yaitu mempengaruhi perubahan-perubahan menjelang stadium sekresi, yang diperlukan sebagai persiapan endometrium untuk memungkinkan nidasi dari ovum yang telah dibuahi.



9



d. Menghambat transportasi gamet dan tuba, mungkin mempengaruhi kecepatan transport ovum di dalam tuba fallopi atau memberikan perubahan terhadap kecepatan transportasi ovum (telur) melalui tuba (Hanafi, 2012) 5. Yang Dapat Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Progestin/DMPA a. Usia reproduksi b. Nulipara dan yang telah memiliki anak c. Menghendaki kontrasepsi jangka rofess d. Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai e. Setelah abortus atau keguguran f. Telah banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi g. Tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen h. Menggunakan obat untuk epilepsy (fenitoin dan rofessiona) atau obat tuberculosis (rifampisin) i. Tekanan darah < 180/110 mmhg, dengan masalah gangguan pembekuan darah, anemia bulan sabit dan anemia defisiensi besi 6. Yang Tidak Boleh Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Progestin/DMPA a. Hamil atau dicurigai hamil b. Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya c. Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama amenorea d. Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara e. Diabetes mellitus disertai komplikasi 7. Lokasi Penyuntikan Lokasi penyuntikan KB baik kombinasi maupun suntikan progestin berdasarkan consensus internasional bahwa disuntikkan di bokong yaitu pada muskulus ventro gluteal secara IM. Musculus ini dapat diukut dari Spina Iliaka Anterior Superior (SIAS) sampai dengan os coccygeus kemudian diambil 1/3 bagian dari SIAS. Penyuuntikan dilakukan secara IM dengan sudur 90 o bertujuan agar penyerapannya maksimal Hal yang perlu diperhatikan sebelum injeksi adalah memastikan obat tercampur dan tidak mengendap dengan cara dikocok terlebih dahulun (Hanafi, 2012) 8. Efek Samping KB suntik DMPA



10



a. Amenorea Gangguan menstruasi berupa amenorea pada akseptor KB suntik DMPA menurut (Hanafi, 2012) dapat disebabkan karena rofessional dalam komponen DMPA menekan LH sehingga endometrium menjadi lebih dangkal dan atrofis dengan kelenjar-kelenjar yang tidak aktif. Pada umumnya amenore tidak perlu diobati secara rutin. Berdasarkan hasil penelitian, efek samping akseptor KB suntik DMPA setelah 2 tahun pemakaian berupa gangguan menstruasi amenorea yaitu dari 74 responden, sebanyak 39 responden (52,7%) mengalami gangguan menstruasi berupa amenorea setelah 2 tahun pemakaian (Rahayu, 2017). b. Spotting Spotting menurut BKKBN (2012) adalah bercak-bercak perdarahan di luar haid yang terjadi selama akseptor mengikuti KB suntik dan gangguan pola haid spotting disebabkan karena menurunnya rofess estrogen dan kelainan atau terjadinya



gangguan



rofess.



Penggunaan



kontrasepsi



suntik



progestin



menyebabkan ketidakseimbangan rofess, dengan penggunaan suntik hormonal tersebut membuat dinding endometrium yang semakin menipis hingga menimbulkan bercak perdarahan. Efek pada pola haid tergantung pada lama pemakaian. Perdarahan inter menstrual dan perdarahan bercak berkurang dengan jalannya waktu, sedangkan kejadian amenore bertambah besar. Perdarahan bercak



merupakan



keluhan



terbanyak, yang



akan menurun dengan makin



lamanya pemakaian tetapi sebaliknya jumlah kasus yang mengalami amenorea makin banyak dengan makin lamanya pemakaian. c. Keputihan Keputihan yang terjadi pada akseptor KB suntik DMPA dapat disebabkan karena ibu kurang menjaga kebersihan alat kelamin dan pakaian yang digunakan, hal ini sesuai dengan pendapat BKKBN (2012) yaitu penyebab dari keputihan adalah karena efek progesterone merubah flora dan PH vagina, sehingga jamur mudah tumbuh di dalam vagina dan menimbulkan keputihan. Untuk mengatasi keputihan maka dapat ditanggulangi dengan menjaga kebersihan daerah kemaluan, memotivasi agar tetap memakai alat kontrasepsi suntikan. Namun bila keputihan dirasa gatal, cairan berwarna kuning atau kehijauan atau berbau tidak sedap, dan keputihan terus berlangsung maka pemakaian suntikan



11



dihentikan sementara. Keputihan menurut BKKBN (2012) merupakan keluarnya cairan berwarna putih dari dalam vagina atau adanya cairan putih di mulut vagina. Penyebab dari keputihan adalah karena efek rofessional merubah flora dan PH vagina, sehingga jamur mudah tumbuh di dalam vagina dan menimbulkan keputihan. d. Peningkatan berat badan Permasalahan berat badan menurut Saifuddin (2010) merupakan efek samping tersering. Ada ahli yang menyebutkan bahwa penggunaan KB suntik Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA) rof berefek pada penambahan berat badan. Terjadinya kenaikan berat badan kemungkinan disebabkan karena rofess rofessional mempermudah perubahan karbohidrat dan gula menjadi lemak, juga menyebabkan nafsu makan bertambah dan menurunnya aktivitas fisik, akibatnya dapat menyebabkan berat badan bertambah. Penyebab terjadinya perubahan berat badan belum diketahui.



Hipotesa para



ahli,



DMPA



merangsang



pusat



pengendalian nafsu makan di hipotalamus yang menyebabkan akseptor makan lebih banyak dari biasanya (Hartono, 2010). e. Peningkatan Tekanan Darah Efek samping kontrasepsi suntik yang paling utama gangguan pola haid sedangkan efek yang lain tidak kalah pentingnya adalah adanya peningkatan tekanan darah dan peningkatan berat badan antara 1-5 kg. Pelayanan kontrasepsi adalah bagian dari program keluarga berencana yang sangat dibutuhkan untuk mewujudkan upaya peningkatan kualitas hidup penduduk. Alat kontrasepsi yang paling banyak digunakan adalah jenis suntikan yaitu kontrasepsi suntikan progestin (depoprovera). Efek samping yang penting akibat penggunaan kontrasepsi suntik adalah kenaikan tekanan darah, tekanan darah dapat naik akibat penggunaan obat-obatan termasuk menggunakan kontrasepsi suntik, sebuah penelitian yang dilakukan pada 62 sampel akseptor KB suntik didapat hasil responden penelitian dengan tekanan darah posisi normal sebanyak 44 responden dan responden yang mengalami pre hipertensi dengan pemakain alat kontrasepsi suntik sebesar 18 responden jadi dapat diketahui bahwa ada hubungan antara pemakaian alat kontrasepsi suntik dengan tekanan darah. Salah satu efek samping yang mungkin disebabkan oleh kontrasepsi ini yaitu terjadi perubahan pada



12



peningkatan renin substrat (angiotensin) dan lipid serum pada penggunaan jangka rofess, dimana didapatkan terjadi penurunan kadar High Density Lipoproteinkolesterol (HDLkolesterol) yang dapat meningkatkan risiko meningkatnya tekanan darah (Asare et al, 2014)



13



BAB III TINJAUAN KASUS ASUHAN KEBIDANAN FISIOLOGIS HOLISTIK KELUARGA BERENCANA PADA NY. “EN” USIA 29 TAHUN P2002 WANITA USIA SUBUR AKSEPTOR LAMA KB SUNTIK 3 BULAN UPTD PUSKESMAS I DINAS KESEHATAN KECAMATAN DENPASAT TIMUR TANGGAL 26 JANUARI 2023 Tanggal pengkajian



: 26 Januari 2023



Tempat pelayanan



: Pustu Sumerta



A. Data Subjektif 1. Identitas Ibu



Suami



Nama



NY EN



TN EN



Umur



29 Tahun



32 Tahun



Agama



Hindu



Hindu



Suku/Bangsa



Bali/Indonesia



Bali/Indonesia



Pendidikan



SMP



SMP



Pekerjaan



Tidak Bekerja



Swasta



Alamat



Jl Hayam Wuruk



No HP



087851846xxx



087851846xxx



2. Alasan datang Ibu ingin kunjungan ulang suntik KB 3 bulan, tidak ada keluhan lain yang dirasakan. 3. Riwayat menstruasi Ibu mengatakan terakhir menstruasi 1 bulan yang lalu, namun hanya barupa flek darah dengan durasi 1 hari. Ibu mengatakan menstruasi tidak teratur sejak menggunakan KB suntik 3 bulan.



14



4. Riwayat perkawinan Ibu mengatakan bahwa status perkawinannya sah dengan lama usia pernikahan 9 tahun, umur istri saat menikah adalah 20 tahun, dan umur suami pada saat menikah juga 23 tahun. 5. Riwayat Obstetri Jumlah anak hidup 2 orang dan umur anak terkecil 3 tahun. Tidak sedang menyusui 6. Riwayat Ginekologi Ibu tidak mempunyai riwayat penyakit seperti infertilitas, mioma/kista, kanker, kelainan menstruasi, infeksi kandungan dan lain-lain. 7. Riwayat KB Ibu menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulan selama 3 tahun dan tidak ada keluhan saat menggunakan KB suntik 3 bulan. 8. Riwayat penyakit ibu Ibu tidak memiliki riwayat penyakit seperti DM, penyakit jantung, hipertensi, hepatitis, asma, vertigo, PMS, dan tidak ada riwayat alergi. 9. Bio, psiko, sosial, spiritual Ibu tidak ada keluhan saat bernapas, eliminasi tidak ada keluhan biasanya BAB 1 kali sehari dengan konsistensi lembek dan juga BAK kurang lebih 6 kali sehari warna bening keuningan, istirahat tidak ada keluhan biasanya tidur malam 8 jam dan istirahat siang kurang lebih 1 jam sehari, aktivitas sehari-hari sedang hanya mengerjakan pekerjaan rumah tangga, dan tidak ada keluhan saat berhubungan seksual. Ibu mengatakan tujuan pemakaian kontrasepsi adalah untuk mengatur jarak kehamilan, dan ibu merasa bahwa ia dan suami juga sudah siap secara mental. Untuk kehidupan, ibu mengatakan bahwa hubungan antar keluarga di lingkungannya baik, dukungan keluarga baik, pengambilan keputusan dilakukan keluarga, serta



15



tidak ada budaya yang menghambat kontrasepsi. Untuk masalah spiritual, ibu mengatakan tidak ada larangan apapun dari agama yang dianutnya terkait dengan pemakaian kontrasepsi. Ibu mengatakan sudah mengetahui terkait dengan alat kontrasepsi diantaranya kelemahan, dan efek samping alat kontrasepsi, kemudian dari hasil konseling awal dan informed consent ibu setuju untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut. B. Data Objektif 1. Pemeriksaan umum Keadaan umum: baik, kesadaran: composmentis, BB: 58 kg, TB: 158 cm, TD: 100/70 mmHg, Suhu: 36,6oC, Nadi: 82 kali/menit, Respirasi: 16 kali/menit 2. Pemeriksaan fisik Wajah



: Tidak ada kelainan dan tidak ada oedema



Mata



: Konjungtiva merah muda, sclera putih



Bibir



: Merah muda, lembab



Dada



: Simetris, tidak teraba massa, tidak ada retraksi putting susu, tidak ada nyeritekan.



Abdomen



: Tidak ada kelainan, tidak ada bekas operasi



Vulva



: Tidak dilakukan pemeriksaan



Anus



: Tidak dilakukan pemeriksaan



Ekstremitas



: Kuku merah muda, tidak oedema, dan tidak ada varises



C. ANALISA WUS sehat dengan Akseptor Lama KB suntik 3 bulan Masalah: Tidak ada D. Penatalaksanaan 1. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada Ibu dan suami, Ibu dan suami paham penjelasan bidan. 2. Melakukan informed consent suntik KB 3 bulan, Ibu setuju



16



3. Meminta persetujuan ibu melalui informed consent mengenai tindakan yang akan dilakukan, Ibu bersedia dan form informed consent sudah di tanda tangani. 4. Menyiapkan alat, bahan dan KB suntik 3 bulan. Bahan, alat, dan KB Suntik 3 bulan sudah siap 5. Melakukan injeksi KB Suntik 3 bulan pada 1/3 SIAS secara IM. Tidak ada reaksi alergi 6. Mengingatkan kembali efek samping, kekurangan dan kelebihan KB suntik 3 bulan. Ibu paham 7. Menyepakati kunjungan ulang KB suntik 3 bulan pada tanggal 22 Febuari 2022. Ibu bersedia untuk dating kembali



17



BAB IV PEMBAHASAN Berdasarkan hasil pengkajian data, Ny. EN usia 29 tahun rofes untuk melakukan rofess ulng KB suntik 3 bulan. Umur merupakan hal yang sangat berperan dalam penentuan untuk menggunakan alat kontrasepsi karena pada fasefase tertentu dari umur menentukan tingkat reproduksi seseorang. Umur yang terbaik bagi seorang wanita adalah antara 20-30 tahun karena pada masa inilah alat-alat reproduksi wanita sudah siap dan cukup matang untuk mengandung dan melahirkan anak. KB suntik 3 bulan merupakan salah satu metode kontrasepsi hormonal yang banyak digunakan oleh masyarakat. Kontrasepsi suntik DMPA merupakan metode kontrasepsi suntik yang mengandung 150 mg DMPA dan diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik intramuskuler di daerah bokong (Saifuddin, 2011). Kontrasepsi



suntik



Depo



Medroxyprogesterone



Asetat



(DMPA)



adalah



kontrasepsi hormonal yang berisi komponen progesterone yang diberi secara intramuscular (IM) pada muskulus gluterus maximus (bokong) dalam jangka waktu 12 minggu, mengandung 150 mg (Saifuddin, 2011). Mekanisme KB suntik 3 bulan yaitu dengan mencegah ovulasi. Mencegah ovulasi. Kb suntik 3 bulan meningkatkan kadar hormone progestin di dalam tubuh, sehingga menghambat luteinizing hormone (LH) secara efektif sehingga tidak terjadi ovulasi. Kadar follicle stimulating hormone (FSH) dan LH menurun dan tidak terjadi lonjakan LH, menghambat perkembangan folikel dan mencegah ovulasi. Selain itu, kadar progesterone yang tinggi dapat mengentalkan rofes servik dan menjadi sedikit sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma. Lendir serviks menjadi lebih kental dan sedikit. Perubahan siklus yang normal pada rofes servik. Secret dari servik tetap dalam keadaan di bawah pengaruh progesteronn hingga menyulitkan penetrasi spermatozoa. Membuat endometrium menjadi kurang layak atau baik untuk implantasi dari ovum yang telah dibuahi, yaitu mempengaruhi perubahan-perubahan menjelang stadium sekresi, yang diperlukan sebagai persiapan endometrium untuk memungkinkan nidasi dari ovum yang telah dibuahi dan menghambat transportasi gamet dan tuba, mungkin



18



mempengaruhi kecepatan transport ovum di dalam tuba fallopi atau memberikan perubahan terhadap kecepatan transportasi ovum (telur) melalui tuba (Hanafi, 2012) Ny. EN mengatakan siklus menstruasi tidak teratur dan terakhir menstruasi 1 bulan yang lalu dan hanya berupa flek darah. Amenorea dan spoting merupakan efek samping dari KB suntik 3 bulan. Gangguan menstruasi berupa amenorea pada akseptor KB suntik DMPA menurut (Hanafi, 2012) dapat disebabkan karena rofessional dalam komponen DMPA menekan LH sehingga endometrium menjadi lebih dangkal dan atrofis dengan kelenjar-kelenjar yang tidak aktif. Pada umumnya amenore tidak perlu diobati secara rutin. Berdasarkan hasil penelitian, efek samping akseptor KB suntik DMPA setelah 2 tahun pemakaian berupa gangguan menstruasi amenorea yaitu dari 74 responden, sebanyak 39 responden (52,7%) mengalami gangguan



menstruasi



berupa



amenorea setelah 2 tahun pemakaian (Rahayu, 2017). Spotting menurut BKKBN (2012) adalah bercak-bercak perdarahan di luar haid yang terjadi selama akseptor mengikuti KB suntik dan gangguan pola haid spotting disebabkan karena menurunnya rofess estrogen dan kelainan atau terjadinya



gangguan



rofess.



Penggunaan



kontrasepsi



suntik



progestin



menyebabkan ketidakseimbangan rofess, dengan penggunaan suntik hormonal tersebut membuat dinding endometrium yang semakin menipis hingga menimbulkan bercak perdarahan. Efek pada pola haid tergantung pada lama pemakaian. Perdarahan inter menstrual dan perdarahan bercak berkurang dengan jalannya waktu, sedangkan kejadian amenore bertambah besar. Perdarahan bercak



merupakan



keluhan



terbanyak, yang



akan menurun dengan makin



lamanya pemakaian tetapi sebaliknya jumlah kasus yang mengalami amenorea makin banyak dengan makin lamanya pemakaian. Ny. EN telah menggunakan emtode kontrasepsi KB suntik 3 bulan selama 3 tahun. Berdasarkan hasil penelitian, efek samping yang ditemukan pada kontrasepsi suntik 3 bulan dalah perubahan berat badan, gangguan haid, depresi, keputihan, jerawat dan sebagainya. Penelitian ini merupakan penelitian dengan jenis deskriptif korelasional, dengan menggunakan pendekatan cross-sectional untuk mengetahui gambaran efek samping akseptor KB suntik Depo Medroksi



19



Progesterone Acetat (DMPA) setelah 2 tahun pemakaian. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 74 responden. Sebagian besar responden mengalami gangguan menstruasi berupa amenorea yaitu sebanyak 39 responden (52,7%), dan mengalami peningkatan berat badan yaitu sebanyak 43 responden (58,1%) (Rahayu, 2017)



20



BAB V PENUTUP A. Simpulan Asuhan kebidanan keluarga berencana pada Ny. EN usia 29 tahun akseptor KB suntik 3 bulan. Ibu rofes untuk kunjungan ulang KB suntik 3 bulan dan mengatakan tidak ada keluhan. Riwayat menstruasi tidak teratur sejak menggunakan KB suntik 3 bulan. Haid terakhir 1 bulan yag lalu hanya berupa flek darah. Ibu telah menggunakan KB suntik 3 bulan selama kurang lebih 3 tahun. Ibu sudah mengetahui tentang efek samping dari penggunaan KB suntuk 3 bulan. Hasil pemeriksaan tekanan darah menunjukkan hasil 100/70 mmHg. Hasil pemeriksaan fisik head to toe tidak ada kelainan. Analisa yang dapat diteggakkan yaitu WUS sehat dengan Akseptor Lama KB suntik 3 bulan. Masalah yang dialami tidak ada B. Saran 1. Bagi Lahan Praktek Agar mempertahankan dan meningkatkan mutu layanan terhadap pasien, dengan tenaga yang rofessional dalam memberikan pelayanan dan dapat memberikan pelayanan berbasis komplementer sesuai evidence based. 2. Bagi Mahasiswa Agar mahasiswa mengaplikasikan teori sesuai dengan evidence based serta asuhan kebidanan komplementer pada praktik dan pelayanan kebidanan termasuk pada asuhan kebidanan keluarga berencana.



21



DAFTAR PUSTAKA Christy, M. 2016. Feeding Neonates by Cup : A Systematic Review of The Literature. Maternal and Child Health Journal volume 20(8) pp 16201633 Devriany Ade, Zenderi Wardani, Yunihar. 2018. Perbedaan Status Pemberian ASI Eksklusif terhadap Perubahan Panjang Badan Bayi Neonatus Jurnal Kesehatan volume 14 nomor 1 pp 44-51 Dewi, V.N. 2010. Asuhan Kebidanan Neonatus Bayi dan Balita. Jakarta : Salemba Medika Handayani, Lina. 2014. Hubungan Pengetahuan dan Teknik Menyusui dengan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Pengasih II Kabupaten Kulonprogo. Jurnal Kesmasindo, Volume 6, Nomor 3 pp 232239 Isnaeni Ely, Yanuar Eka, Puji A. 2015. Efektivitas Terapi Musik Klasik Mozart Dan Kanguru Method Terhadap Peningkatan Berat Badan Pada Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Rumah Sakit Gambiran Kota Kediri. Jurnal Nusantara Medika volume 1 no 2 Kemenkes RI. 2017. Health Statistic. Jakarta : Kemenkes RI Muslihatin, W. N. 2010. Asuhan Kebidanan Neoantus, Bayi dan Balita. Yogyakarta: Fitramaya Nurhasiyah, Siti. 2017. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak pra sekolah. Jakarta : Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta Nurul, Yulian. 2016. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi ASI Ekslusif. Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan UMP Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka Rusyantia, Anggun. 2017. Hubungan Teknik Menyusui dengan Keberhasilan Menyusui Pada Bayi Usia 0-6 Bulan yang Berkunjung di Puskesmas Kedaton Tahun 2017. Jurnal Kesehatan Holistik (The Journal of Holistic Healthcare), Volume 11, No.2, pp 90-94 Sari, D.A. 2013. Pengaruh Pijat Bayi Baru Lahir terhadap Bounding Attachment. Skripsi. PSIK UR Setiyani, Astuti. 2016. Asuhan Kebidanan Neoantus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah. Jakarta : Pusdik SDM Kesehatan BPPSDMK Slusher M., Hendrik, J., Verman, P., Bolajoko, O. 2014. Safety and Efficacy of Filtered Sunlight in Treatment of Jaundice in African Neonates. PEDIATRIC. Volume 133 pp 1568-1574 Tando, Naomy Marie. (2016). Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi dan Anak Balita. Jakarta : EGC Wahyuni, Sari. 2011. Asuhan Neonatus, Bayi & Balita. Jakarta : EGC



22



Zimmerman and K Thompso. 2015. Clarifying Nipple Confusion. Journal of Perinatology volume 35 pp 895-899 DOKUMENTASI



23



.



24



25