Laporan (3) Diff Up Dan Diff Down [PDF]

  • Author / Uploaded
  • desta
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM PEMPROGRAMAN ELEKTROMEKANIKA “PLC UNTUK DIFF UP & DIFF DOWN”



Disusun Oleh :



Nama



:



1. Aprelia Sulistyawati



(031600463)



2. Desta Zul Fauzi



(031600466)



3. Gusti Sultan Arifin



(031600472)



4. Restra Dova Audora



(031600487)



Tanggal Praktikum



: 30 Mei 2018



Dosen Pengampu



: Budi Suhendro, M.Kom.



Program Studi



: Elektro Mekanika



Jurusan



: Teknofisika Nuklir



SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL YOGYAKARTA 2018



BAB I PENDAHULUAN A. TUJUAN 1.Mahasiswa mampu memahami operasi DIFU dan DIFD pada PLC 2.Mahasiswa mampu menggunakan DIFU dan DIFD dalam pemrograman Ladder Diagram B. LATAR BELAKANG Perkembangan teknologi di bidang pengontrolan dewasa ini, memungkinkan manusia untuk menciptakan sistem otomasi untuk mengerjakan pekerjaan sehari-hari. Perkembangan itu telah membawa suatu perubahan pola hidup manusia untuk bekerja dengan cepat, efektif dan efisien. Dalam kehidupan sehari-hari banyak hal yang dilakukan di dalam dan diluar ruangan, bahkan aktifitas tersebut tidak lepas dari keberadaan pintu dimana kita harus membuka atau menutup pintu yang membuat kita terasa enggan untuk melakukannya, berulang-ulang kali keluar masuk pintu dengan menarik atau mendorong pintu. Apalagi pintu yang terpasang mengeluarkan bunyi keras, susah bergerak, disamping kurang sopan juga kurang praktis. Melihat kondisi riil yang ada kebanyakan proses pengoperasian pintu garasi mobil masih dilakukan secara manual dimana campur tangan manusia masih dilibatkan secara langsung. Bagi sebagian orang, membuka atau menutup pintu garasi mobil secara manual mungkin tidak menjadi persoalan, namun bagi sebagian orang lainnya, kegiatan seperti itu mungkin saja menjadi sebuah hal yang membosankan. Dengan memanfaatkan salah satu teknologi yang terus berkembang dan dipergunakan secara luas di bidang pengontrolan dalam hal ini PLC (Progammable Logic Controller), diharapkan mampu terciptanya sebuah alat kontrol otomatis yang dapat memenuhi harapan tersebut. Pada dasarnya PLC dibuat untuk menggantikan sistem kontrol yang terdiri dari serangkaian relay-relay yang begitu kompleks, yang mempunyai banyak kelemahan. Apabila menggunakan PLC hal ini dapat diatasi, karena sistem PLC mengintegrasikan berbagai macam komponen yang berdiri sendiri menjadi suatu sistem kendali terpadu dan dengan mudah mengubah tanpa harus mengganti semua instrumen yang ada. Pemakaian PLC sebagai alat kontrol untuk beberapa sistem otomatisasi telah banyak digunakan karena PLC dapat diberi perintah masukan yang memungkinkan dapat diterapkan dalam sistem pengoperasian pintu garasi secara otomatis. Pada sistem ini pintu garasi akan membuka dan menutup sendiri ketika ada



sebuah mobil yang akan masuk atau keluar pintu dan proses ini akan berulang-ulang secara otomatis Berdasarkan namanya konsep PLC adalah sebagai berikut: a.



Programmable



Menunjukkan kemampuan dalam hal memori untuk menyimpan program yang telah dibuat yang dengan mudah diubah-ubah fungsi atau kegunaannya. b.



Logic



Menunjukkan kemampuan dalam memproses input secara aritmatik dan logic (ALU), yakni melakukan operasi membandingkan, menjumlahkan, mengalikan, membagi, mengurangi, negasi AND, OR, dan lain sebagainya. c.



Controller



Menunjukkan kemampuan dalam mengontrol dan mengatur proses sehingga menghasilkan output yang diinginkan.



BAB II METODOLOGI



A. ALAT DAN BAHAN 1. CX-Programmer 2. PLC Omron CP1E 3. Power Supply 4. Kabel-kabel 5. Lampu AC



B. DASAR TEORI Programmable Logic Controller (PLC) adalah sebuah komputer khusus yang ditujukan untuk pengaturan proses di industri. PLC merupakan pengganti dari sistem kendali berbasis relay yang terhubung secara hardwired, karena PLC bekerja berdasar program (software) yang tersimpan dalam processor PLC. Untuk pemrogramannya, PLC menggunakan bahasa khusus yang disebut ladder diagram yang mirip dengan relay ladder. PLC terdiri dari Central Processing Unit (CPU) yang berisi program aplikasi, memori (berupa RAM dan ROM), dan modul interface Input-Output (I/O) yang terhubung langsung dengan peralatan fisik input (switch, sensor) dan output (motor, solenoid, lampu). Program aplikasi tersebut akan mengontrol PLC sehingga pada saat sebuah input device ON, PLC akan memberikan respon sesuai alur program yang telah dibuat, dan akan mengaktifkan output device tertentu. Selain itu PLC mempunyai alat tambahan (peripheral) berupa Programming Console untuk memasukkan program ke PLC. Programming pada PLC juga bisa dilakukan lewat komputer dengan software khusus. Instruksi Differentiate Up – DIFU(13) dan Differentiate Down – DIFD(14) digunakan untuk mengubah kondisi bit operand menjadi ON selama 1 siklus saja. Ketika dieksekusi, DIFU(13) akan membandingkan kondisi eksekusi sekarang dengan kondisi eksekusi sebelumnya. Jika kondisi eksekusi sebelumnya adalah OFF dan kondisi eksekusi sekarang adalah ON, maka DIFU(13) akan mengaktifkan bit operand menjadi ON selama 1 siklus saja.



Kebalikan dari instruksi DIFU(13) yang mengaktifkan bit operand selama 1 siklus ketika kondisi eksekusi berubah dari OFF ke ON, maka instruksi DIFD(14) akan mengaktifkan bit operand selama 1 siklus ketika kondisi eksekusi berubah dari ON ke OFF. Contoh berikut akan menjelaskan prinsip kerja dari DIFU(13) dan DIFD(14). DIFU(13)



Ketika sensor ketinggian aktif, DIFU hanya akan aktif 0,1s. Oleh karena itu diperlukan perintah KEEP untuk melakuka penguncian agar kerja dari DIFU bisa terlihat. Silahkan lihat LED 10.01 yang ada dalam keadaan menyala. DIFD(14)



DIFD merupakan kebalikan dari DIFU. Penulisan syntaxnya adalah DIFD 10.02. 0.02 berfungsi untuk mengaktifkan bit DIFD 10.02 untuk satu scan time pada saat perubahan sinyal masukan dari 1 ke 0 (falling). Ketika alamat 0.02 ter-energize, maka DIFD 10.02 tidak akan aktif, namun ketika alamat 0.02 kembali mati, tak ter-energize baru kemudian DIFD 10.02 akan aktif, silahkan lihat keluaran pada PLC, namun aktifnya LED hanya dalam 0,1s, sangat cepat dan susah untuk dilihat. Lebih jelasnya lihat timing diagram, masukan 0.00



adalah sensor pembatas. Ketika sensor pembatas kembali tak ter-energize, DIFD hanya akan aktif 0,1s. Contoh Program



Ketika kondisi eksekusi (Input 000.00) berubah dari OFF ke ON, instruksi DIFU(13) akan mengaktifkan bit Output 010.00 selama 1 siklus. Proses tersebut dapat dilihat pada LED indikator pada badan PLC yang akan terlihat berkedip. Selanjutnya, ketika kondisi eksekusi berubah dari ON ke OFF, maka instruksi DIFD(14) akan mengaktifkan bit Output 010.01 selama 1 siklus. DIFU dan DIFD merupakan sebuah blok fungsi dari PLC Omron yang berfungsi untuk melakukan proses One Shot. Dalam percobaan terdahulu telah dikemukakan tentang internal relay dan penggunaannya. One shot bisa diimplementasikan menggunakan rangkaian Ladder Diagram dan juga bisa menggunakan DIFU dan DIFD. DIFU merupakan singkatan dari Differentiate Up, artinya bahwa sebuah output atau bit akan aktif jika ada perpindahan input dari OFF ke ON. Output DIFU akan ON selama satu siklus PLC. Sedangkan DIFD merupakan singkatan dari Differentiate Down, artinya bahwa sebuah output atau bit akan aktif jika ada perpindahan input dari ON ke OFF. Contoh kerja dari DIFU dan DIFD dapat dilihat pada gambar berikut ini:



Simbol dan siklus kerja DIFU



Simbol dan siklus kerja DIFD



C. LANGKAH KERJA 1. Operasi dasar DIFU dan DIFD 2. Jalankan program CX PROGRAMMER dan buat sebuah PLC baru dengan CPU CP1E. 3. Buat sebuah kontaktor normally open dengan alamat 001 dan komentar pb start 1 4. Lengkapi Ladder Diagram-nya sehingga menjadi seperti pada gambar berikut ini :



5. .Simulasikan Ladder tersebut dengan menekan pb start 1 dan pb start 2.Amati output 6.00 dan 6.01 dengan mengklik kanan DIFU dan D IFD lalu pilih Differential Monitor sehingga muncul window berikut. Ubah sesuai dengan karakteristik inputnya. 6. Buatlah diagram pengawatan dari ladder diagram di atas. Dan transfer ladder tersebut ke dalam PLC. 7. rangkai diagram pengawatan yang telah dibuat ke dalam sistem peraga transfer tadi.



D. Diagram Alir



E. Algoritma Pertama kita membuka CX-Programmer untuk membuat program ladder diagram PLC. Kemudian kita membuat rangaian pada rung. Percobaan pertama untuk DIFU DIFD pada lampu menyala tidak bergantian, pada angkaian DIFU lampu akan menyala bila proses inputan 0 ke 1, namun jika lampu tidak menyala maka kembali ke pembuatan diagram ladder. Pada saat tombol start rangkaian DIFU di lepas lampu akan tetap menyala karena terkunci. Sedangkan pada rangkaian DIFD, ;ampu akan menyala apabila inputan 0 ke 1 , jika lampu tidak menyala maka proses harus kembali ke pembuatan diagram ladder. Jika tombol reset di tekan maka semua lampu akan mati. Kemudian percobaan kedua kita menggunakan dua lampu untuk percobaan DIFU DIFD pada lampu menyala bergantian pada program ini yang berhubungan dimulai dengan membuat diagram ladder kemudian nilai masukan pada rangkaian DIFU lampu 1 akan menyala jika di beri logika dari 0 ke 1 , kemudian lampu 2 akan mati. Jika Lampu 2 akan menyala rangkaian pada DIFD dalam keadaan ON namun lampu 1 akan mati. Jika pada proses tersebut lampu tidak menyala maka kembali ke proses awal pembuatan diagram ladder.



Bab III PEMBAHASAN Pada praktikum kali ini, kita melakukan beberapa percobaan menggunakan instruksi DIFU dan DIFD yaitu membuat simulasi lift barang 2 lantai. Instruksi DIFU dan DIFD berfungsi untuk mengubah kondisi logika bit operan dari OFF menjadi ON selama 1 scan time. 1 scan time adalah jumlah waktu yang dibutuhkan PLC untuk menjalankan program dimulai dari alamat program 000 sampai instruksi END. Adapun alamat pada ladder diagram yang dibuat agar menjadi input diantaranya adalah       



000 (start) 001 (stop) 003 (switch bawah) 004 (potodioda pemberhenti) 005 (lantai 2 bagian kiri) 006 (lantai 2 bagian kanan) 007 (limit switch atas)



Instruksi DIFU dipasang pada motor jalan, motor berhenti akibat potodioda, motor turun, pressure sensor pada ruang kiri dan kanan lantai 2, sulut timer, dan switch bawah. Sedangkan, instruksi DIFD ada pada tahan timer. Percobaan pertama, kita memprogram agar saat lift mencapai limit switch atas langsung kembali turun ke bawah tanpa jeda waktu tunggu. Percobaan kedua, kita tambahkan timer pada limit switch atas selama 15 detik agar lift mulai kembali turun ke bawah setelah 15 detik kemudian. Alur kerja pada kedua percobaan yaitu dimulai saat menekan tombol start maka lift akan bergerak dari lantai 1 ke lantai 2 kemudian lift mengenai sensor potodioda sehingga lift berhenti lalu barang mulai dipindahkan ke ruangan bagian kiri hingga mencapai limit yang ditentukan (sensor pressure aktif) kemudian lift kembali turun ke lantai 1 mengaktifkan switch bawah. Selanjutnya, tombol start ditekan lagi agar lift naik ke lantai 2 lalu lift mengenai sensor potodioda maka lift berhenti kemudian barang dipindahkan ke ruangan bagian kanan hingga limit terpenuhi (sensor pressure aktif) lalu lift kembali turun ke lantai 1 mengaktifkan switch bawah. Selanjutnya, tombol start kembali ditekan agar lift bergerak ke atas kemudian mengenai limit switch atas maka lift berhenti selama waktu tunggu dan kembali turun ke lantai 1 sampai mengenai switch bawah. Percobaan lift selesai. Kendala yang ada pada saat praktikum adalah saat merangkai panel percobaan dimana terdapat kesalahan dalam penyambungan disebabkan banyaknya push button yang diperlukan. Namun, solusinya telah didapatkan sehingga rangkaian dapat diperbaiki.



Bab IV KESIMPULAN Pada praktikum ini, kami telah memahami penggunaan DIFU dan DIFD yang merupakan suatu kondisi yang akan aktif hanya selama 0.1s kemudian kembali mati. Salah satu penggunaan instruksi DIFU dan DIFD berkaitan dengan praktikum ini adalah kontrol simulasi lift barang 2 lantai.



DAFTAR PUSTAKA Suhendro,Budi. 2018. MODUL 3 PERCOBAAN DIFU dan DIFD. Yogyakarta: Tidak diterbitkan.