5 0 968 KB
LAPORAN MANAJEMEN UNIT KEPERAWATAN RUANG ASAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AL-IHSAN PROVINSI JAWA BARAT Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas stase manajemen keperawatan
Dosen Pembimbing : Dewi Mustikaningsih, M.Kep Rahmat, S.Kep.,Ners.,M.Kep
Disusun oleh Kelompok Lima : 1. Arianti Primawati
NIM : 402018040
2. Citra Algiatie Subagja
NIM : 402018010
3. Nabila Mutiara Afra Ghaida
NIM : 402018033
4. Nurrani Sri Rahayu
NIM : 402018026
5. Rani Putri Pribadi
NIM : 402018028
6. Rika Aryanti
NIM : 402018047
7. Syahida Nur Al Idrus
NIM : 402018030
PROGRAM STUDI PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH BANDUNG
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas ridho dan rahmat-Nya yang maha besar kelompok dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Manajemen Keperawatan Unit Asal Rumah Sakit Umum Daerah Al-Ihsan Bandung”. Dalam menyelesaikan makalah ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang kelompok jumpai, namun syukur alhamdulillah berkat rahmat dan hidayah-Nya serta kesungguhan yang disertai bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung. Kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan sedalam-dalamnya kepada.: 1. Yani Maryani, S.Kep, Ners selaku Kepala Bidang Keperwatan Rumah Sakit Umum Daerah Al-Ihsan Bandung 2. Imas Tarsiah, S.Kep, NersSelaku Kepala Ruangan Asal Rumah Sakit Umum Daerah Al-Ihsan Bandung 3. Dewi Mustikaningsih, S.Kep., Ners, M.Kep. selaku kooridinator akademik yang telah memberikan bimbingan dan dorongan semangat kepada penulis 4. Rahmat S.Kep., Ners., M.Kep selaku pembimbing lapangan stase manajemen keperawatan profesi ners yang selalu memberi arahan dan masukan. 5. Kedua orangtua yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil 6. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
i
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih belum sempurna, baik dari isi maupun sistematika penulisannya, maka dari itu penulis berterima kasih apabila ada kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan laporan ini. Akhir kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis dan umumnya bagi pembaca
Bandung, 12 Mei 2020
(Kelompok 5)
ii
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...................................................................................i DAFTAR ISI................................................................................................iii DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................viii BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1 A. Latar Belakang......................................................................................1 B. Tujuan...................................................................................................3 C. Manfaat.................................................................................................4 D. Sistematika Penulisan............................................................................5 BAB II HASIL PENGKAJIAN...................................................................6 A. Profil Ruangan......................................................................................6 B. Kajian Situasi......................................................................................20 BAB III ANALISA SWOT DAN PERENCANAAN...............................50 A. Analisa Swot.......................................................................................50 B. Matriks IFAS (Internal factor analysis summary) dan EFAS (Exteral factor analysis summary)....................................................................57 C. Identifikasi Masalah............................................................................83 D. Prioritas Masalah.................................................................................85 E. Langkah-Langkah Pemecahan Masalah..............................................86 F. Perencanaan /Plan Of Action (Poa).....................................................90 BAB IV IMPLEMENTASI KEGIATAN DAN PEMBAHASAN.........95 A. Implementasi Kegiatan........................................................................95 B. Pembahasan.......................................................................................104 BAB V PENUTUP....................................................................................113 A. Kesimpulan.......................................................................................113 B. Saran..................................................................................................113 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
iii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Analisis Jurnal Lampiran 2 SOP Pre dan Post Conference Lampiran 3 SOP Timbang Terima Lampiran 4 SOP Ronde Keperawatan Lampiran 5 SOP Resiko Infeksi Lampiran 6 SOP Resiko Jatuh Pada Dewasa Lampiran 7 SOP Resiko Jatuh Pada Lansia Lampiran 8 Poster Patient Sefty
iv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan suatu unit pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan berobat jalan dan rawat inap dengan fasilitas diagnostik dan terapi yang lengkap dimana hidup dalam lingkungan dinamis dan kompetitif. Dalam era globalisasi setiap rumah sakit harus mengembangkan diri, baik dari sarana fisik maupun kemampuan sumber daya manusia, sehingga mampu memberikan pelayanan kesehatan secara professional dan bermutu bagi masyarakat luas. Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan
bagian
integral
dari
pelayanan
kesehatan.
Pelayanan
keperawatan menjadi bagian terdepan dari pelayanan kesehatan yang sangat menentukan kualitas pelayanan rumah sakit secara umum. Hal ini disebabkan karena pelayanan keperawatan merupakan bagian terbesar dari pelayanan rumah sakit. Seperti yang diungkapkan Huber (1996) bahwa 90% pelayanan rumah sakit adalah pelayanan keperawatan, dan menurut Gillies (1995) 40-60% pelayanan rumah sakit merupakan pelayanan keperawatan. Selain itu, pelayanan keperawatan menjadi sangat berpengaruh karena merupakan pelayanan yang paling bersentuhan dengan pasien, dimana perawat selalu memberikan asuhannya secara berkesinambungan selama 24 jam dalam sehari. Sehubungan dengan peran dan fungsinya sebagai pemberi asuhan keperawatan khususnya di rumah sakit, perawat mempunyai tugas-tugas yang harus dilaksanakan sesuai dengan jabaran tugasnya, tergantung di unit mana seorang perawat bertugas, karena tiap-tiap unit keperawatan mempunyai spesifikasi tertentu yang berbeda satu dengan yang lainnya.
1
2
Keadaan tersebut terjadi karena disetiap unit keperawatan memiliki karakteristik pasien yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Perawat memberikan pelayanan asuhan keperawatan kepada pasien yang tidak hanya mempunyai harapan untuk sembuh saja, tetapi perawat juga membantu pasien dapat meninggal dengan tenang, kondisi tersebut memerlukan bantuan tenaga perawat yang selalu mengobservasi dan mengintervensi secara berkala selama 24 jam. Dengan demikian perawat ruang rawat inap dituntut untuk melakukan suatu tindakan yang tepat sesuai dengan kondisi pasien dan tingkat ketergantungan serta dengan waktu seefektif mungkin sehingga asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien dapat dilaksanakan secara optimal. Mengingat
peran
keperawatan
yang
sangat
signifikan
dalam
menentukan kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit maka perawat harus mampu memberikan pelayanan yang profesional dan berkualitas. Untuk mencapai harapan tersebut maka diperlukan
suatu pengelolaan
keperawatan yang efektif dan efisien melalui suatu proses manajerial yang dikenal sebagai manajemen keperawatan. Manajemen merupakan suatu pendekatan dinamis dan proaktif dalam menjalankan suatu kegiatan organisasi, sehingga tujuan dari organisasi tersebut dapat tercapai. Dalam lingkup keperawatan, seperti yang telah disebutkan sebelumnya, proses manajemen digunakan untuk mencapai tujuan organisasi keperawatan yaitu memberikan pelayanan keperawatan yang berkualitas dan profesional. Untuk menempuh hal tersebut maka diperlukan adanya suatu visi, misi dan tujuan yang jelas. Selain itu dalam kegiatannya, manajemen keperawatan juga memerlukan suatu manajerial yang dilaksanakan melalui tahap-tahap pengkajian (kajian situasional), perencanaan (strategis dan operasional), implementasi, dan evaluasi. Dengan semakin tingginya tuntutan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas, maka perawat sebagai salah satu komponen pemberi layanan terbesar harus senantiasa meningkatkan kemampuan dan
3
kompetensinya dalam mengelola pelaksanaan asuhan keperawatan sehingga dapat seefektif dan seefisien mungkin. Oleh karena itu, telah menjadi suatu keharusan bagi perawat untuk terus meningkatkan dan mengembangkan kemampuannya baik dari aspek kognisi, afeksi, dan psikomotor melalui pendidikan, pelatihan, dan terus mendorong penelitian yang mendukung kemampuan perawat dalam bidang manajerial pelaksanaan asuhan keperawatan. Salah satu upaya tersebut dapat dilakukan melalui praktek Program Profesi Ners manajemen keperawatan
Program Profesi Ners Stikes
“Aisyiyah Bandung yang dilakukan di Ruang ASAL Rumah Sakit Umum Daerah Al-Ihsan, yang diharapkan dapat memberikan pembelajaran dan pengalaman nyata bagi para praktikannya tentang proses manajemen keperawatan di suatu unit pelayanan kesehatan khusunya di ruang rawat medical dewasa kelas 3 dan sebagai salah satu kontribusi Stikes “Aisyiyah Bandung dalam mengembangkan manajemen di ruang tersebut. B. Tujuan 1.
Tujuan Umum Setelah melakukan praktik profesi keperawatan manajeman selama 3
minggu, calon praktisi profesi ners mampu melakukan pengelolaan unit pelayanan di ruangan ‘ASAL perawatan medikal sesuai dengan konsep dan langkah-langkah manajerial keperawatan. 2.
Tujuan Khusus
a.
Mengetahui cara mengkaji situasi unit di Ruang ‘ASAL Medikal seperti man, money, material, metodhs dan marketing.
b.
Mengetahui cara mengkaji unsur manajemen seperti perencanaan yang ada di Ruang ‘ASAL Medikal
c.
Mengetahui cara mengkaji unsur manajemen seperti pengorganisasian yang ada di Ruang ‘ASAL Medikal
4
d.
Mengetahui cara mengkaji unsur manajemen seperti pengarahan yang ada di Ruang ‘ASAL Medikal
e.
Mengetahui cara mengkaji unsur manajemen seperti pengawasan yang ada di Ruang ‘ASAL Medikal
f.
Mengetahui cara mengkaji manajemen asuhan keperawatan di Ruang ‘ASAL Medikal
C. Manfaat 1.
Bagi mahasiswa
a.
Mengaplikasikan
dan
mengintegrasikan
konsep
manajemen
keperawatan dalam tatanan praktek klinik dan pengembangan wawasan pengetahuan
atau
teori
manajemen
melalui
penerapan
fungsi
manajemen bangsal. b. Memberikan kesempatan untuk berfikir kritis dalam menganalisa MPKP c. Mengaplikasikan metode supervisi klinis dalam praktek manajemen keperawatan. d. Memberikan
pengalaman
pada
mahasiswa
dalam
bidang
manajemen. 2.
Bagi ruangan atau institusi rumah sakit Dapat
dijadikan
sebagai
sarana
dukungan,
masukan,
atau
pengembangan fungsi manajemen bangsal guna mempertahankan dan peningkatan kualitas pelayanan keperawatan di ruangan pada khususnya dan kualitas pelayanan rumah sakit pada umumnya.
5
D. Sistematika Penulisan Penulisan Laporan ini berdasarkan sistematika sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN. Terdiri dari: latar belakang, tujuan, manfaat dan sistematika penulisan. BAB II HASIL PENGKAJIAN. Terdiri dari: Profil Ruang ‘ASAL Medikal, hasil pengkajian (input, proses, output). BAB III ANALISA SWOT DAN PERENCANAAN. Terdiri dari : Identifikasi, prioritas dan penerapan pemecahan masalah) BAB IV IMPLEMENTASI KEGIATAN DAN PEMBAHASAN BAB V PENUTUP. Terdiri dari : kesimpulan dan saran.
BAB II HASIL PENGKAJIAN
A. Profil Ruangan 1.
Gambaran Umum Ruangan Perawatan Ruang ‘ASAL merupakan ruang medikal kelas 3 yang memberikan
pelayanan asuhan keperawatan untuk pasien penyakit dalam dan penyakit syaraf dengan kapasitas tempat tidur sebanyak 28 TT dengan jenis pasien BPJS PBI, BPJS Non PBI, Pasien Umum dan Kontraktor serta pasien Maskin (SKTM, dan Gakinda) dan Menyediakan semua fasilitas dan kebutuhan untuk menyelenggarakan kegiatan pelayanan bagi pasien.
6
7
STRUKTUR ORGANISASI RUANG ‘Asal DIREKTUR RSUD AL-IHSAN Dr H Komar Hanifi, MKM
WADIR MEDIK DAN KEPERAWATAN
KOMITE RS
Dr H yusuf, MM
KABID YANMED
KEPALA INSTALASI RAWAT INAP B
KOMITE MEDIK
KABID KEPERAWATAN
Yani Maryani, S.Kep, Ners
KOMITE KEPERAWATAN
KEPALA RUANGAN ‘Asal Imas Tarsiah, S.Kep, Ners
Pj Mutu Lanny G
PP Tim 1 Wakhidatun, AMK Akhmad Taufik, AMK
Ferry Anggriawan AMK Hani Hananiyah, s.kep Wenny suryani, AMK Ade Isan, AMK
IPCLN Titin S
PP Tim 2 Lanny G, S.Kep,Ners
PKU
Ilham Kemal, AMK Endang Sudrajat , AMK
Pj. Logistik Ilham kemal
Administrasi Keamanan
Titin Suhartini, AMK Sofi Sofiawati, AMK Siti Nurul Fitri, AMK Santi Anisa, AMK Dewi Purnama, AMK
Sanitasi
Iqbal agustian, AMK Sarah Tri Sumirat, AMK Yono Sutiono, AMK
8
2. 3. a.
Struktur Organisasi Visi dan Misi Visi Pelayanan Keperawatan Ruang ‘Asal “Mewujudkan Pelayanan Asuhan Keperawatan medikal untuk menunjang terwujudnya Rumah Sakit Umum Daerah terdepan dan rujukan utama di Jawa Barat dan rumah sakit pendidikan bertaraf internasional”
b. Misi Pelayanan Keperawatan Ruang ‘Asal 1) Menerapkan pelayanan keperawatan secara profesional berdasarkan standar profesi untuk mewujudkan center of Excellent) pelayanan unggulan degeneratif, Jantung, Cancer, diabetic,) 2) Membangun dan mengembangkan sumber daya manusia
yang
profesional, yang dilandasi keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. 3) Meningkatkan kegiatan ketersediaan sarana dan prasarana di ruangan untuk menujang pemberian pelayanan keperawatan medikal yang berkualitas. 4) Meningkatkan kegiatan pendidikan dan pelatihan berkelanjutan sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk pengembangan SDM dan pelayanan keperawatan di Ruangan. 5) Meningkatkan mutu pelayanan keperawatan medikalyang berbasis pada sistem informasi yang terpadu. 4.
Motto Ruang ‘Asal “IKHLAS : Melindungi Dari Segala Hal Yang Diharamkan Allah SWT” I : Ilmiah dijiwai keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Dalam memberikan pelayanan kesehatan yang akan menghasilkan hidayah sehingga dapat dipertanggung jawabkan kepada Illahi K: Kualitas pelayanan yang kami berikan adalah terbaik untuk kesembuhan pasien
9
H:
Hemat dan efisien dalam memenuhi proses penyembuhan pasien
dalam hal biaya dan tenaga L:
Lancar dalam setiap pelayanan
A: Asri dan aman lingkungan tempat pasien dirawat sehingga pasien merasa nyaman S: Sabar, santun, sopan serta senyum adalah sikap yang kami terapkan pada setiap pelayanan 5.
Sifat Kekaryaan Ruang ‘Asal Ruangan ‘Asal merupakan ruangan khusus untuk perawatan dewasa, dengan kasus penyakit dalam. Rentang usia pasien 13 tahun keatas. Perawat di ruang Asal adalah perawat yang sudah mengikuti berbagai pelatihan yang tertera pada tabel dibawah ini : No
Nama
Jenis pelatihan/seminar yg pernah diikuti 5 tahun terakhir
1
Imas Tarsiah, Pelatihan Manajemen Bangsal Keperawatan S.kep. Ners Pelatihan Manajemen Wound Care pelatihan DAMKAR sosialisasi SJSN dan Program casemix pelatihan perseptorshipt Pelatihan BLS AHA Pelatihan dan workshop edukator DM basic Workshop Emergency Management in Hospital Seminar Spiritual Care Pelatihan spiritual care Seminar HPMI Pelatihan penanganan HIV, AIDS Pelatihan Preseptor ship Pelatihan Assesor Keperawatan Pelatihan Pelayanan Geriatri Terpadu di RS
2
Wakhidatun, AMK
Pelatihan "Bantuan Hidup Dasar (BHD) bagi Perawat" Refresing " Sosialisasi Pengendalian Infeksi Nosokomial"
10
Pelatihan Pelayanan Islami Refresing " Metode Penugasan dalam Keperawatan" Renungan ESQ ke-4 Pelatihan Spiritual Care Tahap II Gelombang I Talk Show Nurse Day, Be Profesional and Kualified Nurse 3
Lanny G, Pelatihan Pena nggulangan Pendeita Gawat S.kep. Ners Darurat (PPGD) Modern Wound Care dalam Perspektif Bisnis Perawat Pelatihan Pengelolaan HIV-AIDS Pelatihan Penatalaksanaan Pasien dengan Anemia dan Leukemia Pelatihan Basic Trauma & Cardiac Life Support Pelatihan Pengelolaan Kemoterapi Pelatihan Pelayanan Prima Bagi Perawat Pelatihan Bimbingan Klinik bagi Pembimbing Klinik Keperawatan Seminar Keperawatan Kritis Seminar EKG Dasar Workshop EKG Dasar
4
Titin Suhartini, AMK
Basic Trauma Life Support Basic Cardiac Life Support Kursus Dasar Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Seminar Pelayanan Keperawatan Profesional Bebas Malpraktik Workshop Pengenalan dan Pemahaman Hukum Seminar Manajement dan Penatalaksanaan Terkini Kegawatdaruratan Trauma Muskuloskeletal Seminar Pencegahan dan Penanganan Kanker Serviks dan Asuhan Keperawatannya Seminar dan Workshop Management of Lung Disease Seminar Keperawatan Pelayanan
11
Kegawatdaruratan Pediatric Workshop Keperawatan RJP Pada Anak Seminar Pencegahan dan Pengendalian Infeksi "Peran CSSD dalam Mencegah Infeksi Daerah Operasi 5
Siti nurul Pencegahan dan Penanganan Kanker Serviks dan fitri, AMK, Asuhan Keperawatannya Pelayanan Keperawatan Profesional Bebas Malpraktik Pengenalan dan Pemahaman Hukum Pelatihan Bantuan Hidup Dasar Pada Pasien Kritis Di Ruang Rawat Inap Workshop EKG Dasar Seminar EKG Dasar PPGD Basic 1 Emergency Care Of The Drughs Morning Suckness Relaxation Management Of Lung Disease Trend dan Issue PPNI Terkini dan SIM K. Online PPNI Penatalaksaan Terkini Pasien Luka Bakar Pada kondisi Kritis Dalam Rangka Meningkatkan Angka Harapan Hidup
6
Akhmad Taufik, AMK
Pelatihan Penanganan Penderita Gawat Darurat bagi Tenaga Perawat ( PPGD Basic I) Pelatihan Pencegahan Infeksi Nosokomial Seminar "Sehari Pengenalan Dini dan Pencegahan Pasien HIV / AIDS" Seminar dan Workshop "The Power Of Hipnosis “Pengaruh Hipnoterapi Dibidang Kesehatan dan Cara Aplikasinya" Seminar “Pencegahan dan Penanganan Kanker Serviks dan Asuhan Keperawatannya” Seminar “Penatalaksanaan Cairan dan Elektrolit Pada Tatanan Keperawatan Kritis” Simposium dan Workshop "Diabetic Wound and Foot Care" Seminar "Trend dan Issue PPNI Terkini dan
12
SIM K Online PPNI" Seminar "Penatalaksanaan Pasien Luka Bakar Pada Kondisi Kritis Dalam Rangka Meningkatkan Angka Harapan Hidup" Seminar "Emergency Care Of The Drugs" Workshop "Morning Sickness Relaxation" Seminar "Update Kegawatdaruratan Pada Aritmia" Workshop "Defibrilasi Pada Jantung" Kursus "Advanced Cardiac Life Support" (Code Blue) Seminar dan Workshop Management of Lung Disease Seminar dan Workshop dengan tema : Evidence Base Practice in Critical Care, Operation Theatre and Emergency Nursing Seminar Spiritual Care "Layanan Unggulan Dalam Pemenuhan Religiusitas Pasien" 8
Sofi Sofiawati, AMK
9
Ade AMK
BTCLS, SP2KP,mitigasi pemadam kebakaran, Mitigasi SAR & rescue, pelatihan vertikal rescue, seminar PPOK, Seminar Uji kompetesi, Terafi cairan
Isan, Seminar Keperawatan dengan Tema : Kupas Tuntas Fenomena Jeruk Makan Jeruk (Berdasarkan Sudut Pandang Kesehatan, Keperawatan Jiwa, dan Agama) Pelatihan PPGD basic 1 Seminar trend dan issu PPNI terkini dan SIM online Seminar management of lung desease Update kegawatdaruratan pada aritmia seminar pencegahan dan penanganan kanker servix workshop kesehatan morning sickness relaxation Pelatihan pengaruh hipnotherapi dibidang kesehatan dan cara aplikasinya Seminar Kegawatdaruratan pada aritmia
13
Seminar Defibrilasi pada jantung Seminar Emergency care of the drugs 10
11
Endang sudrajat, AMK
Training Inhouse Softskill (Personal Development) Training Inhouse Softskill (Communication and Social Empowerment Series) Pelatihan Basic Trauma & Cardiac Life Support (BTCLS) Seminar Ilmiah Keperawatan Komunitas Baha Arab Pelatihan HIPNOTERAPI Seminar “Implementasi Undang-Undang Keperawatan Bagi Praktisi Dan Akademisi dalam RangkaMenghadapi AseanComunity Society P Emergency Nursing Intermediate Level (ENIL) Kiat Sukses Bekerja & Studi Lanjut Keperawatan Di Jepang Pelatihan Penanggulangan Penderita Gawat Darurat Bencana Pengenalan Dini Dan Pencegahan Pasein HIV/AIDS Managemen Of Lung Disease Seminar EKG Dasar Workshop EKG Dasar Kursus "Advanced Cardiac Life Support" (Code Blue) Ilham kemal, Seminar Membentuk Kader Satgas Yang AMK Tanggap dan Siaga Bencana Pelatihan PPGD Basic 1 Seminat dan Workshop "Pengaruh Hypnotherapy Dibidang Kesehatan dan Cara Aplikasinya" Workshop "Definrilasi Pada Jandung" Seminar "Update Kegawatdaruratan Pada Aritmia" Seminar "Pencegahan dan Penanganan Kanker
14
12
13
Serviks dan Asuhan Keperawatannya" Tri Pelatihan Penanganan Penderita Gawat Darurat Bagi Tenaga Perawat (PPGD Basic 1) Manajemen Perawatan luka moderen Pasca Bedah & Sinergisme Kebijakan Birokrasi (Kemenkes) dengan Organisasi Keperawatan Seminar "Pencegahan dan Penanganan Kanker Serviks dan Asuhan Keperawatannya" Seminar HPMI "peningkatan peran perawat manager percepatan akreditasi rumah sakit" Seminar kanker Serviks Seminar "Morning Suckness Relaxation" Workshop "Emergency Care Of The Drughs" Seminar EKG dasar Workshop EKG dasar Seminar dan workshop the power of hypnosis " pengaruh hypnotherapy dibidang kesehatan" Santi Anisa, Pelatihan PPGD AMK Pelatihan pengaruh hipnotherapi dibidang kesehatan dan cara aplikasinya Seminar trend perkembangan palliative care sebagai intervensi terpadu terhadap pasien HIV Seminar EKG dasar Workshop EKG dasar Pelatihan DAMKAR dan komunikasi efektip seminar pencegahan dan penanganan kanker servix Seminar dan workshop code blue & mangement of cardiovascular emergency Penerapan PPI di rumah sakit & fasilitas kesehatan lainnya penatalaksanaan terkini pasien luka bakar pada kondisi kritis dalam rangka meningkatkan angka harapan hidup Seminar Defibrilasi pada jantung Seminar Emergency care of the drugs workshop kesehatan morning sickness relaxation Seminar Penatalaksanaan cairan & elektrolit pada tatanan keperawatan kritis Sarah Sumirat, AMK
15
14
Ferry Anggriawan, AMK
15
Dewi Purnama, AMK
16
Acep Munandar, AMK Yono Sutiono, AMK
17
Seminar trend dan issu PPNI terkini dan SIM online Seminar Kegawatdaruratan pada aritmia PPGD BASC 1, Pelatihan BTCLS, Pelatihan Management Bangsal, Seminar " Pengaruh Hypnotherapy Dibidang Kesehatan dan Cara Aplikasinya, Seminar " Code Blue and Management of Cardiovascular Emergency, Seminar "Pencegahan dan Penangan Kanker Serviks dan Asuhan Keperawatannya, Seminar " Keperawatan Kritits", Seminar " Againts LGBT", Seminar " Praktik Keperawatan Mandiri Sebagai Basis Dalam Menghadapi MEA" Seminar “Penatalaksanaan Cairan dan Elektrolit Pada Tatanan Keperawatan Kritis” Seminar Sehari Pengenalan Dini dan Pencegahan Pasien HIV / AIDS Seminar Emergency care of the drugs workshop kesehatan morning sickness relaxation Peatihan ACLS Seminar "Legalitas Praktek Mandiri dan Perlindungan Hukum Bagi Perawat" PPGD, Manajemen Perawatan luka moderen Pasca Bedah & Sinergisme Seminar "Pencegahan dan Penanganan Kanker Serviks dan Asuhan Keperawatannya" Seminar dan Workshop "Management Of Lung Disease" Workshop "Emergency Care Of The Drughs" Seminar "Morning Suckness Relaxation" Pelatihan PPGD basic 1 Seminar & WORKSHOP EKG DASAR Seminar management of lung desease PPGD, SP2KP, damkar, PPI, pasien safety Pelatihan Keperawatn Gawat Darurat (Emergency Nursing Basic) Seminar EKG Dasar, Workshop EKG Dasar Seminar Manajement Dan Penatalaksanaan Terkini Kegawatdaruratan Trauma
16
18
Hani hananiya, S.Kep. Ners
19
Wenny Suryani, amk Iqbal Agustian, AMK
20
Muskuloskeletal Pelatihan Basic Life Support Seminar Intervensi Keperawatan Komplementer Dalam Praktek Mandiri Hingga Perawatan Kolaboratif seminarsand workshop code blue & Management of Cardoivascular Emergency seminar keperawatan Penatalaksanaan Terkini Pasien Luka Bakar Pada Kondisi Kritis Dalam Rangka Meningkatkan Angka Harapan Hidup Seminar Spiritual Care Dalam Asuhan Keperawatan Pelatihan DAMKAR seminar keperawatan Profesional Bebas Malpraktik Workshop Pengenalan & Pemahaman Hukum Pelatihan BLS interpretasi EKG, PPGD, BHD Seminar “BE READY TO BE SUCCESS MAN” Seminar “ Tingkatkan Pengabdian Untuk Kesahatan Bersama” Pelatihan “Aplikasi Komputer Dan Komunikasi Informasi” Pelatihan” Leadership And Learning Center” Pelatihan “Skill Demonstrator GADAR” Seminar”Health Information System” Pelatihan”Stoma & Wound Care” Pelatihan”Basic Trauma Cardiac Life Support”(BTCLS) Pelatihan”Basic Training Home Care Nursing” Seminar” Palliative Care “, Pelatihan “ NCLEXRN “ Pelatihan “ Pengolahan data & Analisis Statistik Untuk Kesehatan ‘SPSS” Pelatihan “ KWCEP” Pelatihan “ BHD in Hospital “
17
6.
Letak/Denah Ruang ‘Asal
7. a.
Tujuan Ruang ‘Asal Tujuan Umum Sebagai acuan Ruang Rawat Inap ‘Asal dalam melaksanakan kegiatan pelayanan kesehatan tahun 2019
b.
Tujuan Khusus 1) Merencanakan
kegiatan
satisfactionMerencanakan
yang kegiatan
berorientasi yang
berkaitan
customer dengan
peningkatan pelayanan keperawatan 2) Merencanakan kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan staf dan program pendidikan bagi perawat
18
3) Merencanakan kegiatan yang berkaitan dengan peningkatan pendapatan dan penurunan biaya 4) Merencanakan kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan sarana dan prasarana 5) Merencanakan kegiatan yang berkaitan dengan aspek spiritual pada klien dan keluarga
8.
Kapasitas Tempat Tidur Ruang ‘Asal Ruang ‘ASAL merupakan ruang medikal kelas 3 yang memberikan
pelayanan asuhan keperawatan untuk pasien penyakit dalam dan penyakit syaraf dengan kapasitas tempat tidur sebanyak 28 TT dengan jenis pasien BPJS PBI, BPJS Non PBI, Pasien Umum dan Kontraktor serta pasien Maskin (SKTM, dan Gakinda).
9.
BOR, LOS, TOI, RBR, RDR, 3 Bulan Terakhir Di Ruang ‘Asal
Bulan
BOR
LOS
TOI
RBR
RDR
Maret
92,16
4,63
15,04
-
-
April
89,97
4,23
10,65
-
-
Mei
90,09
3,46
12,31
-
-
10. Jumlah Pasien Masuk dan Keluar dalam Bulan 3 Terakhir Klasifikasi pasien yang di rawat di ruangan asal adalah pasien dewasa. Berdasarkan data yang diperoleh pada laporan bulan Maret-Mei 2019 di dapatkan pasien di ruangan asal yaitu: Tabel Laporan pasien Asal
19
PASIEN Masuk
Keluar Hidup
546 orang
526 orang
Mati < 48 jam
> 48 jam
4 orang
29
Sumber : Rekam Medik RSUD Al-Ihsan Bandung
11. Sepuluh Kasus/ Penyakit Terbesar Diruangan NO PENYAKIT 1 CHF 2 STOKE 3 CAD 4 DM 5 ANEMIA 6 DHF 7 GEA 8 CKD 9 GASTRTIS 10 TB 11 LAIN LAIN TOTAL
Total 65 49 41 32 31 30 29 25 21 18 141 482
B. Kajian Situasi 1.
Unsur Input Instrumen Input Kajian / Faktual
a.
:
Man / SDM Kuantitas Tenaga Perawat (TP)=
AXBX365 (365-C)x jam kerja 1 hari
=
6X(0.57x28) X 365 (365-76)x 6
/
= 42,924 = 24,75
20
1734 Jadi kebutuhan perawat sebanyak 25 orang. Interprestasi Perawat yang dibutuhkan diruang Asal sebanyak 25 orang, adapun jumlah perawat di ruang Asal terdapat 19 perawat. jumlah perawat tidak sesuai
dengan
jumlah
perawat
yang
dibutuhkan,
mengakibatkan
berkurangnya kualitas pelayanan keperawatan kepada pasien akibat beban kerja yang tinggi. Kualitas SDM Konsep / Ideal
:
Manajemen sumber daya manusia pada hakekatnya merupakan bagian integral dari keseluruhan manajemen rumah sakit, strategi manajemen sumberdaya manusia sebenarnya juga merupakan integral dari strategi rumah sakit sehingga perlu direncanakaan rotasi dan sumber daya manusia untuk menyesuaikan beban dan tuntutan pelayanan di masa depan sehingga penyesuaian keahlian dibutuhkan melalui pelatihan terus-menerus dan berkesinambungan. Ruang rawat inap dewasa membutuhkan tenaga dan skill yang sesuai dengan kebutuhan perawatan dewasa Perawat yang bekerja di ruangan asal minimal harus dapat memahami kebutuhan orang dewasa sesuai dengan tingkat kebutuhan perawatannya.. Perawat asal minimal mengetahui dan memahami tentang kegawatdaruratan., mengikutii pelatihan, workshop, seminar. Perhitungan ketenagaan disebutkan bahwa di ruangan rawat inap dewasa berdasarkan BOR didapatkan bahwa kebutuhan tenaga perawat sebanyak 25 orang. Secara Kuantitas SDM di Ruang ‘Asal belum memenuhi setandar yang ditetapkan berdasarkan rumus kebutuhan tenaga dari depkes yaitu seharusnya berjumlah 25 orang tapi yang ada baru berjumlah 19 orang hal ini bisa mengakibatkan berkurangnya kualitas pelayanan keperawatan kepada pasien akibat beban kerja yang tinggi.
21
Sumber daya manusia yang dimiliki ruangan asal yang terdiri dari 19 perawat. Perawat ruang asal berpendidikan D3 Keperawatan sebanyak 16 orang, 3 orang berpendidikan sarjana keperawatan. Perawat diruangan ratarata memiliki sertifikat tentang keperawatan. Rerata perawat ruangan asal sudah bekerja di ruangan tersebut lebih dari 1 tahun. Interprestasi
:
Dari hasil analisis yang kami lakukan, untuk jumlah kebutuhan perawat di ruangan asal belum sesuai dengan standar yang di butuhkan. Berdasarkan sertifikasinya perawat di ruangan dewasa sudah memenuhi kriteria sebagai perawat. Jumlah perawat yang dibutuhkan di ruang asal didasarkan pada ketergantungan klien. b. Money / Dana Konsep / Ideal
:
Sumber keuangan ruangan bisa berasal dari pembiayaan yang dialokasikan oleh RS saja. Misalnya pengeluaran untuk pengembangan program, insentif perawat dan untuk lainnya. Proses pengelolaan keuangan baik pemasukan atau pengeluaran harus dilakukan dengan jelas dan transparan. Kajian / Faktual : Semua tercover dalam anggaran tahunan Rumah Sakit, untuk unit cost ruangan untuk saat ini belum ada secara rinci karena unit Rumah Sakit masih secara sentral.Di Ruangan Asal tidak mempunayi pendanaan sendiri. Semua biaya operasioanl rumah sakit dibawah penanggung jawab direktur keuangan dan administrasi. Untuk tarif ruangan di Asal dengan kelas III Rp. 150.000/hari untuk biaya kamar saja. Berdasarkan urutan system pembayaran Asal dengan menggunakan BPJS, Kontraktor dan Umum. Untuk pembagian gaji berbeda-beda, pembagian gaji dan lain-lain dipengaruhi oleh lama kerja, tingkat pendidikan dan tingkat jabatan. Untuk intensive pelayanan (Ipel) diberikan setiap bulan di pertengahan bulan.
22
Interprestasi
:
Tidak adanya bantuan untuk anggaran RS dan bangsal misalnya hibah luar negeri, Sumber penghasilan perawat di dapatkan dari yayasan yang berkerja sama dengan RS. Adapun untuk logistic yang dibutuhkan ruangan dibiayai oleh pemerintah. c.
Method/ Metode Konsep : Metode kerja yang sesuai dengan kebutuhan ruangan dewasa, baik yang
menyangkut proses produksi maupun administrasi tidak terjadi begitu saja melainkan memerlukan waktu yang lama. Bahkan sering terjadi pimpinan organisasi meminta bantuan ahli untuk memperoleh metode kerja yang sesuai dengan kebutuhan ruangan perawatan anak,. Hal ini dilakukan karena penciptaan metode kerja, mekanisme kerja, serta prosedur kerja sangat besar manfaatnya. Kajian : Metode yang diterapkan di ruangan Asal adalah model praktik keperawatan profesional (MPKP) dimana perawat dibagi menjadi 2 TIM. Tiap Tim terdapat 1 perawat primer dan 8 perawat pelaksana. kekurangan yang dilakukan oleh perawat pelaksana akan di berikan peringatan oleh perawat primer. Apabila pelaksana masih tidak melaksanakan yang telah di peringatkan maka kepa ruangan yang langung memberikan peringatan pada PA. Interprestasi
:
Dari pelaksanaan MPKP yang belum dilaksanakan adalah ronde keperawatan, adapun yang sudah dilaksanakan tapi belum berjalan baik adalah supervisi, DRK dan penilaian kepatuhan terhadap SOP dan yang sudah dilaksanakan dan berjalan cukup baik adalah, penilaian SAK, Timbang terima, case confrance, penerimaan pasien baru dan orientasi pasien baru. Metode yang di terapkan diruangan asal sudah sesuai dengan metode TIM. Penugasan di bagi sesuai tim yang di kelola. Akan tetapi,
23
apabila ada kesulitan dalam melakukan tindakan semua tim saling membantu dan melaporkan kepada penanggung jawab pasien masingmasing secara rinci. d. Material / Machine Konsep / Ideal
:
Material teridiri dari bahan setengah jadi (raw material) dan bahan jadi. Dalam usaha untuk mencapai hasil yang lebih baik, selain yang ahli dalam bidangnya juga harus dapat menggunakan bahan atau materi-materi sebagai salah satu sarana. Sebab materi dan manusia tidak dapat dipisahkan, tanpa materi tidak akan tercapai hasil yang dikehendaki. Material atau barangbarang setengah jadi dan jadi di ruangan Multazam 5 disesuaikan dengan standar rumah sakit dan setiap ruangan disediakan oleh bagian pengadaan peralatan. Kajian / Faktual : Berdasarkan hasil wawancara didapatkan bahwa Unit telah memberikan peralatan tetapi peralatan yang diberikan sesuai dengan standar. Terdapat loker obat pasien, terdapat timbangan BB, alat nebulizer, alat suction, tabung oksigen, meja
tindakan, tempat sampah medis dan non medis,
lemari obat, safety box, emergency kit(terlampir), spignomanometer, thermometer digital, stetoskop. alat-alat yang di inventariskan oleh RS dilakukan perawatan setiap 6 bulan sekali. Terdapat Standar Prosedur Operasional (SPO) pada setiap alat diruang perawatan ruang asal. Apabila barang rusak atau sudah tidak bisa dipergunakan maka Kepala Ruangan akan memberikan surat instruksi kepada bagian pengadaan misalnya ada kerusakan kekurangan atau kerusakan pada alat tenun maka Kepala Ruangan akan memberi surat instruksi pada bagian Laundry.
Interprestasi:
24
Berdasarkan hasil pengkajian yang kami lakukan. pemeliharaan dan kalibrasi alat secara berkala setiap 6 bulan sekali. Sudah terdapat SPO pada setiap alat tetapi tidak terpasang karena menghindari kerusakan SPO tersebut. 2. a.
Unsur Proses Manajemen Pelayanan Keperawatan Perencanaan
Konsep / Ideal: Perencanaan diruang rawat inap dewasa adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang hal- hal yang akan dikerjakan di masa mendatang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah di tetapkan (Siagian, 1990) perencanaan juga dapat diartikan sebagai suatu rencana kegitan tentang apa yang harus dilakukan. Sehingga perencanaan yang matang akan memberi petunjuk dan mempermudah dalam melaksanakan suatu kegiatan. Dalam suatu organisasi perencanaan merupakan pola fikir yang dapat menentukan keberhasilan suatu kegiatan dan titik tolak dari kegiatan pelaksanaan kegiatan selanjutnya. Perencanaan yang ada diruangan perawatan ‘Asal mengacu pada perencanaan yang ditetapkan oleh RSUD Al-Ihsan melalu bidang keperawatan. Kajian / Faktual: Standar pendidikan yang berlaku di RSUD Al-Ihsan untuk tenaga perawat yaitu minimal D3, tetapi untuk kebijakan baru, reqruitment untuk pegawai baru lebih diutamakan dengan pendidikan S-1. Setiap pegawai atau karyawan di rs Al-ihsan umumnya dan di ruang asal khususnya harus memiliki
kompetensi
yang
maksimal
dalam
melakukan
asuhan
keperawatan. Semua prosedur keperawatan telah diatur di dalam Standar Prosedur Operasional (SPO) dan Standar Asuhan Keperawatan (SAK) yang setiap
25
masing-masing ruangan memilikinya, termasuk ruangan asal yaitu SOP dan SAK perawatan dewasa. Anggaran bangsal di ruangan asal murni didapat dari dana operasional rumah sakit dan APBD dari pemerintah. Pengembangan tenaga di ruang asal, dilakukan dengan cara mengikutsertakan karyawan di acara-acara seminar yang dilakukan oleh kolega RSUD Al-Ihsan Bandung. Penambahan tenaga di asal dilakukan jika terdapat karyawan yang cuti panjang (cuti melahirkan atau cuti diluar tanggungan) atau cuti sakit yang berkepanjangan. Analisa dan Kesimpulan Dalam melakukan pelayanan keperawatan di ruang Asal sudah sesuai, kepala ruangan sudah melakukan pengawasan sehingga pelayanan di rumah sakit bisa terealisasi dengan baik. Perorganisasian Kosep / Ideal Dalam pengorganisasian, kepala ruangan memiliki tugas diantaranya Merumuskan
metode
penugasan
yang digunakan, membuat rentang
kendali, mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan, mengatur dan mengendalikan logistik ruangan, menyelenggarakan konferen dll Kajian / Faktual Metode asuhan yang dipakai adalah TIM. Pembagian tugas di Asal memiliki 1 kepala ruangan yang mengkepalai 2 ketua tim, 15 perawat. Pemakaian APD pada perawat dalam melakukan tindakan pada pasien sudah diterapkan. Pemisahan sampah, antara sampah benda tajam, sampah infeksius, sampah organik dan sampah non-organik. Selain itu, ruang asal sudah terdapat tatacara cuci tangan dan adanya hands rub di depan ruang rawat, adanya program pencegahan dan pengendalian infeksi, adanya indikator klinik keperawatan salah satunya untuk patient safety, rohis, Dots, IPCLN, dan nyeri.
26
Analisa dan Kesimpulan Ruangan Asal membentuk pola struktur organisasi ruangan mulai dari kepala ruangan sampai dengan pekarya kesehatan, telah membentuk sistem penugasan sesuai dengan metode tim yang digunakan. Ruangan telah memiliki uraian tugas masing-masing perawat. Koordinasi ruangan menggunakan koordinasi bersifat horizontal. Kesatuan komando yang digunakan diruangan sudah dilakukan secara stuktural. Rentang pengawasan bersifat vertikal. Ka Ru sudah membuat perhitungan kebutuhan staf di ruangan Asal, tetapi tetap dari pihak Rumah Sakit yang akan menentukan berapa
banyak
staf
yang
akan
ditempatkan
di
ruangan.
Untuk
pengembangan staf yang mengikuti pelatihan dan seminar khusus belum ada dan untuk jenjang karir ditentukan dari lamanya kerja saja. Kontroling Konsep / Ideal Fungsi
pengawasan
dilakukan
dengan
tujuan
mengendalikan
pelaksanaan kegiatan-kegiatan dalam pelayanan agar tetap berjalan sesuai dengan rencana dan tujuan yang telah ditetapkan. Dengan melakukan fungsi pengendalian maka kesalahan-kesalahan dapat diperbaiki dan diarahkan untuk mencapai tujuan organisasi. Pengawasan dilakukan dengan tujuan mengendalikan pelaksanaan kegiatan-kegiatan dalam pelayanan agar tetap berjalan sesuai dengan rencana dan tujuan yang telah ditetapkan. Dengan melakukan fungsi pengendalian maka kesalahan-kesalahan dapat diperbaiki dan diarahkan untuk mencapai tujuan organisasi. Pengawasan dilakukan melalui kegiatan supervisi yang bisa dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung dilakukan dengan melihat langsung kegiatan perawat, sedangkan tidak langsung bisa dilihat lewat laporan tertulis yang telah dibuat oleh perawat. Kajian / Faktual Berdasarkan hasil observasi Kepala Ruangan memberikan pengarahan kepada setiap karyawan ruangan untuk dapat bertanggung jawab dalam
27
pelayanan keperawatan. Adapun pengawasan dari perawat primer kepada perawat pelaksana saat melakukan tindakan harus sesuai dengan SPO untuk meningkatkan pelayanan keperawatan. Adapun kegiatan suvervisi yang dilakukan oleh kepala ruangan terhadap perawat primer setiap bulan tentang tindakan dan metode asuhan keperawatan yang diberikan. Perawat primer juga melakukan supervisi kepada perawat pelaksana untuk tindakan pelayanan keperawatan. Analisa dan Kesimpulan Berdasarkan hasil observasi pengawasan sudah sesuai dengan konsep yaitu adanya supervisi setiap bulan yang dilakukan oleh kepala ruangan dan perawat primer. b.
Manajemen Asuhan Keperawatan Perencanaan Konsep / Ideal Perencanaan merupakan fungsi dasar dari manajemen dan semua fungsi
dalam manajemen tergantung dari fungsi perencanaan. Swansburg (1999) perencanaan merupakan proses berfikir atau proses yang menetapkan tujuan, kemudian melaksanakan sesuai dengan proses perencanaan. Sehingga perencanaan yang matang akan memberi petunjuk dan mempermudah dalam melaksanakan suatu kegiatan. Dalam suatu organisasi perencanaan merupakan pola fikir uang dapat menentukan keberhasilan suatu kegiatan dan titik tolak dari kegiatan pelaksanaan kegiatan selanjutnya. Di dalam proses keperawatan, perencanaan dapat membantu menjamin klien atau pasien akan menerima pelayanan kesehatan yang mereka butuhkan. Pelayanan ini diberikan oleh tenaga keperawatan agar mendapat hasil yang memuaskan sesuai tujuan yang diharapkan (Swanburg, 1999). Perencanaan yang dibuat meliputi, perencanaan dari kepela ruangan, ketua tim dan anggota tim. Perencanaan Kepala Ruangan :
28
1) Menunjuk katua tim yang akan bertugas diruangan masing-masing 2) Mengikuti serah terima pasien pada shif sebelumnya 3) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan pasien: gawat,transisi dan persiapan pasien pulang, bersama ketua tim 4) Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan aktivitas dan kebutuhan pasien bersama ketua tim, mengatur penugasan/penjadwalan 5) Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan 6) Mengikuti visite dokter untuk mengetahu kondisi,patofisiologi, tindakan
medis
yang
dilakukan,
program
pengobatan,
dan
mendiskusikan dengan dokter tentang tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien 7) Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan, termasuk kegiatan
membimbing
pelaksanaan
asuhan
keperawatan,
mengadakan diskusi untuk pemecahan masalah, serta memberikan informasi kepada pasien atau keluarga yang baru masuk 8) Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri 9) Membantu membimbing peserta didik keperawatan 10) Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan rumah sakit. Perencanaan Ketua Tim 1) Membuat perencanaan 2) Membuat penugasan, supervise dan evaluasi 3) Mengenal atau mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat kebutuhan pasien 4) Mengembangkan kemampuan anggota 5) Menyelenggarakan konferensi
29
Perencanaan Anggota Tim 1) Membuat rencana kegiatan harian ke pasien 2) Memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dibawah tanggung jawabnya Kajian / Faktual Perencanaan di unit khususnya di ruang anak (Ruang asal) terdapat perencanaan jangka panjang dan jangka pendek. 1) Perencanaan jangka panjang Perencanaan Jangka panjang : Tahunan (Ka. Ruangan) yaitu pengembangan tenaga, penambahan peralatan, penambahan tenaga, cuti tahunan, jadwal dinas. 2) Perencanaan jangka pendek : Harian (Ka Ruangan, ka Tim, pelaksana) yaitu pengaturan setiap shift (Pengaturan shift Harian dinas). Analisa dan Kesimpulan Berdasarkan hasil wawancara kepada kepala ruangan dan hasil kajian ril di lapangan dapat di simpulkan bahwa, ada perencanaan jangka panjang dan jangka pendek di ruangan asal baik itu rencana asuhan keperwatan maupun rencana kebutuhan alat dan tenaga keperawatan, sehingga dalam ruangan sakura dapat menjalankan sesuai apa yang telah di rencanakan oleh kepala ruangan. Hal tersebut di dukung dengan ada nya persamaan dari teori perencanaan dan peng aplikasian rencana di ruangan asal itu sendiri. Peroganisasi Konsep / Ideal Pengorganisasian adalah keseluruhan pengelompokan orang-orang, alatalat, tugas-tugas, kewenangan dan tanggung jawab sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu kegiatan kesatuan yang telah ditetapkan (Siagian, 1983 dalam Nurhidayah, 2007). Menurut Swanburg (2000), pengorganisasian adalah pengelompokan
30
aktivitas-aktivitas untuk tujuan mencapai objektif, penugasan suatu kelompok manajer dengan autoritas pengawasan setiap kelompok, dan menentukan cara dari pengkoordinasian aktivitas yang tepat dengan unit lainya, baik menurut vertikal maupun horizontal, yang bertanggung jawab untuk mencapai objektif organisasi. Dari beberapa penjelasan pada pengertian
tersebut
diatas
dapat
diambil
kesimpulan
bahwa
pengorganisasian disusun dengan tujuan agar pekerjaan yang dikehendaki dapat tercapai dan dibagi-bagi diantara anggota organisasi degan rentang tugas, wewenang dan tangggung jawab yang jelas sehingga pekerjaan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien. Struktur organisasi, model penugasan keperawatan, Job descriptions dan memahami serta menggunakan kekuasaan dan otoritas yang sesuai. Berikut fungsi dari pengorganisasian itu sendiri : 1) Aktifitas yang melibatkan semua sumber daya yang ada
dalam
organisasi. 2) Mengatur dapat bekerja sama ke arah tujuan 3) Adapun pengorganisasian meliputi bentuk organisasi, bentuk struktur organ. 4) Uraian tugas jabatan. 5) Struktural dan fungsional, pembuatan sistem evaluasi serta pemberdayaan sistem kerja tim dan kelompok (Gillies,1989). Pengorganisasian yang menjadi tanggung jawab kepala ruangan ialah : 1) Merumuskan metode penugasan yang digunakan 2) Merumuskan tujuan metode penugasan 3) Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara jelas 4) Membuat rentang kendali, kepala ruangan membawahi 2 ketua tim, dan ketua tim membawahi 2-3 perawat 5) Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan: membuat proses dinas, mengatur tenaga yang ada setiap hari, dan lain-lain
31
6) Mengatur dan mengendalikan logistic ruangan 7) Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik 8) Mendelegasikan tugas saat kepala ruangan tidak berada di tempat kepada ketua tim 9) Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus administrasi pasien 10) Mengatur penugasan jadwal pos dan pakarnya 11) Identifikasi masalah dan cara penangannya Kajian / Faktual Sistem pengorganisasian di Ruang Asal RSUD Al-Ihsan Bandung terbagi menjadi dua yaitu sistem penugasan dan uraian tugas kepala ruangan dan perawat pelaksana itu sendiri. 1) Sistem Penugasan Sistem penugasan di Ruang asal memakai model asuhan tim yaitu dibagi menjadi 2 tim. tim 1 terdiri dari 8 orang perawat yang masing-masing sudah mendapat tugasnya tim 2 terdiri dari 9 orang perawat yang masing-masing sudah mendapat tugasnya. 2) Uraian Tugas Kepala Ruangan, Perawat Primer dan Perawat Pelaksana Kepala ruangan: a) Melakukan supervisi b) Merencanakan dan menentukan jenis kegiatan atau asuhan keperawatan yang akan dilaksanakan c) Menyusun dan mengatur daftar dinas d) Mengevaluasi setiap tindakan yang dilakukan e) Mengikuti dan melaksanakan operan tugas monitoring dan mengevalusi kinerja anggota f) Melakukan delegasi tugas g) Menerapkan komunikasi terapeutik dalam setiap tindakan
32
Perawat Primer a) Melengkapi askep pasien rawat inap dan pulang b) Supervisi c) Laporan bulanan d) Visite dokter Perawat pelaksana : a) Memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dibawah tanggung jawabnya b) Kerja sama antar tim dan tim lainnya Analisa dan Kesimpulan Berdasarkan perbandingan anatara teori dengan ril analisis yang di dapat saat wawancara di ruangan dapat di simpulkan bahwa secara tugas kepala ruangan, ketua tim dan perawat pelaksana sudah sesuai secara pengorganisasiannya yang dengan menggunakan metode tim, peran dari kepala ruangan di ruangan asal sangat penting untuk mengawasi, supervisi dan mengevaluasi tindakan asuhan keperawatan untuk tercapainya pengorganisasian yang efektif dan efesien sehingga setiap perawat harus memahami tugas masing-masing dalam setiap tindakan. Kontroling Konsep / Ideal Pengawasan merupakan pemeriksaan apakah segala sesuatunya terjadi sesuai dengan rencana yang telah disepakati, instruksi yang dikeluarkan, serta prinsip-prinsip yang ditentukan yang bertujuan untuk menunjukkan kekurangan dan kesalahan agar dapat diperbaiki dan tidak terjadi lagi. Pengawasan juga diartikan sebagai suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan perencanaan, merancang sistem informasi timbal balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan, serta mengambil tindakan
33
yang digunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan perusahaan (Mockler, 2002). Pengontrolan atau pengevaluasian adalah melihat bahwa segala sesuatu dilaksanakan sesuai dengan rencana yang disepakati, instruksi yang telah diberikan, serta prinsip-prinsip yang telah diberlakukan (Urwick, 1998). Sepuluh karakteristik suatu sistem control yang baik yaitu : harus menunjukkan sifat dari aktivitas, harus melaporkan kesalahan-kesalahan dengan segera, harus memandang ke depan, harus menunjukkan penerimaan pada titik kritis, harus objektif, harus fleksibel, harus menunjukkan pola organisasi, harus ekonomis, harus mudah dimengerti, serta harus menunjukkan tindakan perbaikan. Kajian / Faktual Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan di ruangan asal didapat data analisis bahwa secara umum sudah sesuai dengan teori dengan pengawasan melalui kominikasi langsung dengan ketua tim maupun pelaksana mengenai asuhan keperawatan yang di berikan kepada pasien. Kemudian melalui supervisi di ruangan asal sudah menerapkan tahapa-tahapan yang sesuai dengan teori diantaranya : 1) Pengawasan langsung dilakukan dengan cara inspeksi, mengamati sendiri, atau melalui laporan langsung secara lisan, dan memperbaiki mengwasi kelemahan-kelemahan yang ada di ruangan. 2) Pengawasan tidak langsung kepala ruangan mengecek daftar hadir ketua tim, membaca dan memeriksa rencana keperawatan dilakukan (didokumentasikan),
mendengar
laporan
ketua
tim
tentang
pelaksanaan tugas. 3) Evaluasi Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan rencana keperawatan yang telah disusun bersama ketua tim. 4) Audit keperawatan.
34
Analisa dan Kesimpulan Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan atau kajian ril di ruangan asal mengenai pengendalian didapat bahwa dapat di simpulkan adanya komunikasi yang efektif, baik secara komunikasi langsung maupun tidak langsung dari kepala ruangan ke ketua tim, sehingga di ruangan asal target pencapaian pengendalian dari kepala ruangan untuk mengarahkan dan meng evaluasi kinerja katim maupun pp terjalin dengan baik. Hal tersebut di perkuat dengan teori yang sudah sesuai dengan tugas dan pengertian dari pengendalian secara ril di ruangan asal.
c. Manajemen Logistik Keperawatan Perencanaan Konsep / Ideal Perencanan logistik adalah merencanakan kebutuhan logistik yang pelaksanaannya dilakukan oleh semua calon pemakai (user) kemudian diajukan sesuai dengan alur yang berlaku di masing- masing organisasi. Pengelolaan logistik cenderung semakin kompleks dalam pelaksanannya sehingga akan sangat sulit dalam pengendalian apabila tidak didasari oleh perencanaan yang baik. Perencanaan yang baik menuntut adanya sistem monitoring, evaluasi dan reporting yang memadai dan berfungsi sebagai umpan balik untuk tindakan pengandalian terhadap devisi-devisi yang terjadi. Kajian / Faktual Ruang asal memiliki beberapa unit logitik meliputi alat tenun, alat medis, utilisasi alat medis, mebeuler dan elektronik, ATK, alat kesehatan. Analisa dan Kesimpulan Penanggung jawab logistik bertanggung jawab pada setiap kebutuhan meliputi apakah yang di butuhkan ruangan, berapa banyak yang di butuhkan dan mengapa dibutuhkan. Apabila terdapat masalah atau kehilangan setiap
35
penangung jawab bertangung jawab dalam masalah atau kehilangan tersebut. Peroganisasi Konsep / Ideal Fungsi perencanaan dan penentuan kebutuhan. Pengertian umum adalah proses untuk merumuskan sasaran dan menentukan langkah-langkah yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Sedangkan secara khusus perencanan logistik adalah merencanakan kebutuhan logistik yang pelaksanaannya dilakukan oleh semua calon pemakai (user) kemudian diajukan sesuai dengan alur yang berlaku di masing- masing organisasi. Kajian / Faktual Ruangan telah Asal membentuk pola struktur organisasi ruangan mulai dari kepala ruangan sampai dengan satu orang penanggung jawab logistik. NO 1 2 3 4 5
Daftar Tugas Pj Logistik, dan utilisasi alat medis Bendahara dan Pj ATK Pj Alkes Pj Alat Tenun Pj Meubeleir
Penanggung Jawab Ilham kemal dan Santi anisa Maslikha Yeni Endang Sudrajat Yono Setiono Ferry Anggriawan
Analisa dan Kesimpulan Ruang Asal telah memiliki masing masing penugasan untuk menjadi penanggung jawab dan dikerjakan sesuai penanggung jawab yang di amanatkan dan mengurus segala kebutuhan yang berkaitan dengan tanggung jawabnya masing-masing. Kontroling Konsep / Ideal Seluruh rangkaian kegiatan ini harus dapat dipantau oleh pimpinan sehingga dapat selalu dijaga dan diarahkan agar selalu berjalan lancar, tidak boros, tepat guna adan berhasil guna yang sebaik-baiknya. Penyimpangan yang mungkin akan terjadi dapat segera diketahui dan dicegah sebelum berkembang
terlalu
jauh
sehingga
merugikan.
Selanjutnya,
upaya
36
penyempurnaan dapat pula senantiasa dilaksanakan sedini mungkin apabila penngawasan dan evaluasi dapat dilaksanakan dengan mudah dan semua informasi yang diperlukan tersedia. Kajian / Faktual Hasil wawancara yang dilakukan bahwa setiap kerusakan atau kehilangan alat-alat sarana dan prasaran yang di sediakan rumah sakit akan di buatkan surat keterangan. Adapun untuk perawatan alat-alat dilakukan setiap 6 bulan sekali. Selain itu, terdapat SOP pada setiap alat yang tersedia sehingga memudahkan dalam penggunaan alat. Analisa dan Kesimpulan Sarana prasarana dan peralatan di Ruangan Asal disesuaikan dengan kebutuhan ruangan dengan koordinasi dengan bagian logistik di Ruangan Asal. Anggaran bangsal di ruangan Asal murni didapat dari dana operasional rumah sakit, tidak ada dana dari luar operasional RS (Misalnya: hibah luar negeri, yayasan). Penambahan peralatan dilakukan jika terdapat peralatan yang ada mengalami kerusakan atau hilang sesuai data logistik yang ada d ruangan Asal. d. Manajemen Keuangan Keperawatan Konsep / Ideal : Sebagaimana telah diutarakan di atas, suatu Anggaran yang baik haruslah mencakup seluruh kegiatan perusahaan, sehingga fungsi-fungsi Anggaran (pedoman kerja, alat pengkoordinasian kerja dan alat pengawasan kerja) benar-benar dapat berjalan dengan baik pula. Anggaran yang menyeluruh semacam itu sering dinamakan Anggaran Komprehensif (Comprehensif Anggaran). Adapun isi dari Anggaran Komprehensif secara garis besar terdiri dari : 1) Forecasting Anggaran (Anggaran Tafsiran), yaitu Anggaran yang berisi tafsiran-tafsiran (forecast) tentang kegiatan-kegiatan perusahaan dalam jangka waktu (periode) tertentu yang akan datang, serta tafsiran-tafsiran
37
(forecast) tentang keadaan atau posisi finansial perusahaan pada suatu saat tertentu yang akan datang. 2) Variabel Anggaran (Anggaran Variabel), yaitu Anggaran yang berisi tentang tingkat perubahan beaya atau tingkat variabilitas beaya, khususnya beaya-beaya yang termasuk kelompok beaya “semi variabel”,
sehubungan
dengan
adanya
perubahan
produktivitas
perusahaan. 3) Analisa statistik dan matematika pembantu, yaitu analisa-analisa statistik dan matematika yang dipergunakan untuk membuat tafsirantafsiran (forecast) serta yang dipergunakan untuk mengadakan penilaian (evaluasi) dalam rangka mengadakan pengawasan kerja. Semua analisaanalisa tersebut perlu dimuat (dilampirkan) di dalam Anggaran yang disusun, agar setiap waktu dapat diketahui, dapat diperiksa kembali dan dapat dinilai apakah metode dan analisa yang dipergunakan tersebut memang sudah tepat ataukah perlu direvisi sehubungan dengan adanya perubahan faktor-faktor tertentu di waktu yang akan datang nanti. 4) Laporan Anggaran (Anggaran Report), yaitu laporan tentang realisasi pelaksanan Anggaran, yang dilengkapi dengan berbagai analisa perbandingan antara Anggaran dengan realisasinya itu, sehingga dapat diketahui
penyimpangan-penyimpangan
yang
bersifat
positif
(menguntungkan) maupun yang bersifat negatif (merugikan), dapat diketahui
sebab-sebab
terjadinya
penyimpangan-penyimpangan
tersebut, sehingga dapat ditarik beberapa kesimpulan dan beberapa tindak lanjut (follow-up) yang segera perlu dilakukan. Dengan demikian dari Laporan Anggaran sekaligus dapat diadakan penilaian (evaluasi) tentang sukses atau tidaknya kerja perusahaan selama jangka waktu (periode) yang bersangkutan.
38 Kajian / Faktual
N O 1
2
Program
TUJUAN
INDIKATOR HASIL (TARGET)/SASARAN
Peningkatan pendapatan a. Meningkatkan kegiatan home care b. Pengendalian plavon Pasien BPJS c. Menyusun dan mengusulkan tarif & jasa perawatan d. Mengembangkan kerjasama dengan institusi pendidikan kepeawatan yang memiliki legalitas dalam PKK/ penelitian/ magang
Meningkatkan cakup-an pelayanan
a. Home care 2 px/bln b. Pasien dirawat sesuai CP c. Remunerasi berjalan d. Institusi yg menggunakan lahan praktek meningkat 10% (6 institusi)
penurunan biaya a. Efisiensi penggunaan alkes/ BHP/ sarana/ tanpa meninggalkan prinsip sesuai prosedur b. Pengajuan Depo Farmasi Di Ruang asal
Meningkatkan efisiensi
a. Depo Farmasi Di ruangan terwujud b. Penggunaan alat benar c. Pemeliharaan alat optimal d. Perawat terlatih alat 50%
PENCAPAIN
KENDALA
Home care pasien Ruang Asal belum maksimal Ruang asal banyak di pakai oleh mahasiswa kedokteran UNISBA untuk kasus medikal bedah, Syaraf dan IRM serta mahasiswa ners dan DIII keperawatan yaitu dari UNJANI, Stikes Budi LUHUR, Poltekes Bandung, Aisiyah, karsa husada Pencatatan stok sudah di optimalkan dg menunjuk pj logistik di tiap bagian Pencatatan utulisasi belum maksimal Kalibrasi alat belum teratur
Home care yang masuk ke RS masih sedikit terkendala dengan kemampuan financial pasien
Kesibukan pada tugas pokok melayani pasien mengakibatkan pencatatan alkes dan pencatatan utilisasi kurang maksimal Kesadaran yg kurang dan seringnya lupa pada beberapa perawat tentang pencatatan yg masih kurang
RENCANA TINDAK LANJUT Di Lanjutkan tahun 2019
DRK terkait Pencatatan dan pelaporan Pengajuan depo farmasi
39
Analisa dan Kesimpulan Perencanaan anggaran sudah sesusai dengan konsep dari mulai pembuatan data dan list anggaran yang di cantumkan, hingga laporan, menejemen perencanaan keuangan keperawatan telah sesuai sangat baik. Peroganisasi Konsep / Ideal Pada dasarnya yang berwenang dan bertanggung jawab atau menyusun Anggaran serta pelaksanaan kegiatan Anggaraning lainnya, ada ditangan pimpinan tertinggi perusahaan. Hal ini disebabkan karena pimpinan tertinggi perusahaanlah yang paling berwewenang dan paling bertanggung jawab atas kegiatan-kegiatan perusahaan secara keseluruhan. Namun demikian tugas menyiapkan dan menyusun Anggaran serta kegiatan-kegiatan Anggaraning lainnya tidak harus ditangani sendiri oleh pimpinan tertinggi perusahaan, melainkan dapat didelegasikan kepada bagian lain dalam perusahaan. Adapaun siapa-siapa atau bagian apa yang diserahi tugas memprsiapkan dan menyusun Anggaran tersebut sangat tergantung pada struktur organisasi dari masing-masing perusahaan. Akan tetapi pada garis besarnya tugas mempersiapkan dan menyususn Anggaran ini dapat didelegasikan kepada : 1) Bagian administrasi, bagian perusahan yang kecil. Hal ini disbabkan karena bagi perusahaan yang kecil, kegiatan-kegiatan perusahaan tidak terlalu kompleks, sederhana, dengan ruang lingkup yang terbatas, sehingga tugas penyusunan Anggaran dapat diserahkan kepada salah satu bagian saja dari perusahaan yang bersangkutan, dan tidak perlu banyak melibatkan secara aktif seluruh bagian-bagian yang ada dalam perusahaan. 2) Panitia Anggaran, bagian perusahan yang besar. Hal ini disebabkan karena bagi perusahaan besar, kegiatan-kegiatan perusahaan cukup kompleks, beraneka ragam dengan ruang lingkup yang cukup luas, sehingga Bagian Administrasi tidak mungkin dan tidak mampu lagi untuk menyusun Anggaran sendiri tanpa partisipasi aktif bagian-bagian lain dalam perusahaan. Oleh sebab itu tugas menyusun Anggaran perlu melibatkan semua unsur yang mewakili semua bagian yang ada di dalam perusahaan, yang duduk dalam
40
Panitia Anggaran. Tim penyusunan Anggaran ini biasanya diketuai oleh pimpinan perusahaan (misalnya Wakil Direktur) dengan anggota-anggota yang mewakili Bagian Pemasaran, Bagian Produksi, Bagian Pembelanjaan, serta Bgaian Personalia. Di dalam Panitia Anggaran inilah dilakukan pembahasan-pembahasan tentang rencana-rencana kegiatan yang akan datang, sehingga Anggaran yang tersusun nanti merupakan kesepakatan bersama, sesuai dengan kondisi, fasilitas serta kemampuan masing-masing bagian secara terpadu. Kesepakatan bersama ini penting agar pelaksanaan Anggaran nanti benar-benar didukung oleh seluruh bagian yang ada dalam perusahaan, sehingga memudahkan terciptanya kerja sama yang saling menunjang dan terkoordinasikan dengan baik. Baik Anggaran yang disusun oleh Bagian Administrasi (perusahaan kecil), maupun yang disusun oleh Panitia Anggaran (perusahaan besar), barulah merupakan Rancangan Anggaran atau Draft Anggaran (tentative Anggaran). Rancangan Anggaran inilah yang diserahkan kepada pimpinan tertinggi untuk disahkan serta ditetapkan sebagai Anggaran yang defenitif. Sebelum disahkan oleh pimpinan tertinggi perusahaan, masih dimungkinkan untuk diadakan perubahan-perubahan terhadap rancangan tersebut, dan dimungkinkan pula untuk diadakannya pembahsan-pembahasan antara pimpinan tertinggi perusahaan dengan pihak yang diserahi tugas menyusun Rancangan Anggaran tersebut. Setelah disahkan oleh pimpinan tertinggi perusahaan, maka Rancangan Anggaran tersebut telah menjadi Anggaran yang defenitif, yang akan dijadikan sebagai pedoman kerja, sebagai alat pengkooordinasian kerja dan sebagai alat pengawasan kerja Kajian / Faktual Hasil dari wawancara kepada kepela ruangan bahwasannya pengorganisasian keuangan belum sepenuhnya teratur dan belum ada aturan yang ditetapkan secara tetap. Kebutuhan anggaran dibutuhkan secara fungsional dan belum terorganisir biasanya dilakukan apabila dibutuhkan dalam waktu-waktu tertentu.
41
Analisa dan Kesimpulan Hasil dari analisa diatas bahwasanya konsep organisasi keuangan ruangan belum sesuai dengan konsep yang telah ditetapkan. Kontroling : Konsep / Ideal Tahap-tahap Penyusunan Kontroling Anggaran Kontroling Anggaran secara terperinci disusun dalam Income Statement Supporting Anggaran, yang pada dasarnya berisi Anggaran tentang penghasilan, yaitu tentang Anggaran penjualan, dan Anggaran-Anggaran tentang beaya, yaitu Anggaran Produksi serta Anggaran Beaya Administrasi dan Anggaran Beaya Penjualan. Antara Anggaran tentang penghasilan dengan Anggaran-Anggaran tentang Biaya tersebut mempunyai hubungan timbal balik yang sangat erat. Di satu pihak, besar kecilnya penjualan (penghasilan) mungkin ditentukan (dipengaruhi) oleh besar kecilnya produksi (beaya), tetapi di pihak lain, besarnya produksi (beaya) mungkin justru ditentukan (dipengaruhi)
oleh besarnya penjualan. Dengan
perkataan lain, ada dua alternatif kemungkinan tentang hubungan timbal balik antara produksi dengan penjualam tersebut, yaitu: 1) Alternatif Pertama Besarnya penjualan ditentukan oleh besarnya produksi. Ini berarti bahwa berapa jumlah penjualan
perusahaan selama periode yang akan datang
ditentukan oleh berapa jumlah barang yang mampu diproduksi perusahaan selama periode tersebut. Dengan demikian jika selama periode yang akan datang, perusahaan mampu memproduksi barang dalam jumlah yang besar, maka sebesar itu pulalah jumlah penjualan yang akan dilakukan perusahaan dalam periode tersebut. Sebaliknya jika selama periode yang akan datang, perusahaan hanya mampu memproduksikan barang dalam jumlah sedikit, maka sejumlah sedikit pulalah penjualan yang akan dilakukan perusahaan selama periode tersebut.
42
2) Alternatif kedua Besarnya produksi justru ditentukan oleh besarnya penjualan. Ini berarti bahwa jumlah barang yang akan diproduksi perusahaan selama periode yang akan datang ditentukan oleh berapa jumlah barang yang mampu dijual (dipasarkan) oleh perusahaan selama periode tersebut. Dengan demikian, jika selama periode yang akan datang, perusahaan mampu menjual (memasarkan) barang dalam jumlah yang besar, maka sebesar itu pulalah produksi yang yang akan dilakukan perusahaan, dalam periode tersebut. Sebaliknya jika selama periode yang akan datang perusahaan hanya mampu menjual (memasarkan) barang dalam jumlah yang sedikit, maka sejumlah sedikit itu pulalah produksi yang akan dilakukan perusahaan dalam periode yang akan datang. Kajian / Faktual Cara pengontoralan ruangan dalam pengelolaan alat yaitu fungsional, perawat mencatat kebutuhan pada waktu itu juga, dimana kebutuhan-kebutuhan seperti barang yang masuk, digunakan, dan barang yang dikembalikan karna tidak terpakai atau jangka waktu telah habis, seperti halnya obat-obatan dan alat kesehatan lainnya. Analisa dan Kesimpulan Hasil analisa yang ditemukan konsep kontroling ruangan belum sesuai dengan konsep teori. Metode kontroling keungan ruang masih mengikuti atasan dan menunggu intruksi langsung dari pihak organisasi tertinggi. Belum ada pengelolaan keuangan ruangan mulai dari pemasukan dan pengeluaran. 3.
Unsur Output
a.
Kepuasan Pasien Konsep / Ideal Kepuasan pasien adalah tingkat perasaan pasien yang timbul sebagai akibat
dari kinerja layanan kesehatan yang diperoleh, setelah pasien membandingkan dengan apa yang diharapkannya (Pohan, 2007). kepuasan pasien merupakan evaluasi atau penilaian setelah memakai suatu pelayanan, bahwa pelayanan yang
43
dipilih setidak-tidaknya memenuhi atau memenuhi harapan (Endang dalam Mamik; 2010). Faktor faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien menurut Budiasti (dalam Nooria;2008) yaitu: kualitas produk atau jasa pasien akan merasa puas bila hasil evaluasi mereka menunjukan bahwa produk atau jasa yang digunakan berkualitas. kualitas pelayanan pasien akan merasa puas jika mereka memperoleh pelayanan yang baik atau sesuai dengan yang diharapkan. faktor emosional pasien merasa bangga puas dan kagum terhadap rumah sakit. harga semakin mahal harga perawatan makan pasien mempunyai harapan yang lebih besar, sedangkan rumah sakit yang berkualitas sama tetapi berharga murah, memberi nilai yang lebih tinggi pada pasien, biaya pasien yang tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan atau tidak perlu membuang waktu untuk mendapatkan jasa pelayanan, maka pasien cenderug puas terhadap jasa pelayanan tersebut. Kajian / Faktual Kepuasan kerja perawat dinalai puas sebanyak 80% dan cukup puas sebanyak 20% dari 8 pasien yang menjadi responden. Sedangkan untuk kepuasan pasien terhadap kinerja perawat sebagai berikut: No Interpretasi data 1 Puas 2 Cukup puas 3 Kurang puas Total
Sub total 6 2 0 8
Persentase 80,00 20,00 0,00 100,00
Analisa dan Kesimpulan Dari 8 pasien 6 orang (80%) mengatakan puas, 2 orang (20%) mengatakan cukup puas dengan terhadap kinerja perawat di ruangan ‘Asal.
44
b.
Kepuasan kinerja perawat Konsep / Ideal : Hasil kerja (output) yang dicapai seseorang baik secara kuantitas dan kualitas
dalam melakukan tugas yang sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya dalam jangka waktu tertentu (mangkunegara, 2005). Menurut definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah tingkat keberhasilan seseorang setelah dia melakukan tugas atau pekerjaan sesuai dengan tanggung jawabnya yang dilakukan dalam waktu tertentu. Kinerja pegawai dapat dipengaruhi banyak factor, menurut wolo (2015) kinerja pegawai sangat bergantung pada motivasi, kepuasan kerja, tingkat stress, kondisi fisik pekerjaan, system kompensasi. Desain pekerjaan dan aspek-aspek ekonomis, teknis serta perilaku lainnya. Penilain kinerja perawat dilakukan untuk mengetahui kualitas kinerja perawat dalam rangka upaya meningkatkan kinerja perawat. Penillaian kinerja adalah evaluasi terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai secara sistemasis yang bertujuan untuk mengmbangkan kinerja pegawai tersebut (hasibuan, 2007). Kajian/factual Dari hasil pembagian kuesioner kepada perawat di ruang ASAL terdapat hasil seperti berikut : No. Interpretasi data 1 Puas 2 Cukup puas 3 Kurang puas Total Kepuasan kerja perawat dinalai
Sub total 0 10 0 10 cukup puas sebanyak 100%
Persentase 0% 100% 0% 100% dari 10 perawat
yang menjadi responden. Analisa dan keseimpulan : Berdasarkan penyebaran kuesioner di ruang ASAL didapat hasil untuk mengetahui kepuasan kinerja perawat sebanyak 10 kepawat yang di ambil sampel mengatakan cukup puas, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perawat diruang ASAL untuk bekerja cukup puas.
45
c.
Mutu Asuhan Keperawatan Konsep / Ideal Berdasarkan kebijakan Depkes RI (1998), mutu pelayanan keperawatan
adalah pelayanan kepada pasien yang berdasarkan standar keahlian untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan pasien, sehingga pasien dapat memperoleh kepuasan dan akhirnya dapat meningkatkan kepercayaan kepada rumah sakit, serta dapat menghasilkan keunggulan kompetitif melalui pelayanan yang bermutu, efisien, inovatif, dan menghasilkan customer responsiveness. Strategi peningkatan mutu pelayanan keperwatan antara lain pendidikan berlanjut, serta daya dimanfaatkan secara efisien dan efektif aman bagi pasien dan provider, memuaskan bagi pasien dan provider, serta menghormati aspek sosial, ekonomi, budaya, agama, etika dan tata nilai masyarakat. Persyaratan peningkatan mutu pelayanan keperawatan antara lain pimpinan yang peduli dan mendukung, sadar mutu bagi seluruh staf, program diklat untuk peningkatan sumber daya manusia, sarana dan lingkungan yang mendukung dan adanya standar Depkes RI (1998). 1) Standar praktek keperawatan telah disahkan oleh MENKES RI dalam surat keputusan Nomor : 660/Menkes/SK/IX/1987. Kemudian diperbaharui dan disahkan berdasarkan SK DIRJEN RI No : 00.03.2.6.7637, tanggal 18 Agustus 1993. Kemudian pada tahun 1996, DPP PPNI menyusun standar profesi keperawatan SK No : 03/DPP/SK/I/1996 yang terdiri dari standar pelayanan
keperawatan,
praktek
keperawatan,
standar
pendidikan
keperawatan dan standar pendidikan keperawatan berkelanjut. Tujuan standar keperawatan menurut Gillies (1998) adalah : Meningkatkan asuhan keperawatan, mengurangi biaya asuhan keperawatan, melindungi perawat dari kelalaian dalam melaksanakan tugas dan melindungi pasien dari tindakan yang tidak teurapeutik. 2) Standar Asuhan Keperawatan Standar I : Pengakajian Keperawatan Perawat mengumpulkan data tentang status kesehatan klien secara sistematis, menyeluruh, akurat, singkat, dan berkesinambungan. Dengan kriteria proses :
46
Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, dan mempelajari data penunjang (pengumpulan data penunjang diperoleh dari hasil pemeriksaan laboratorium dan uji Diagnosa), serta mempelajari catatan lain. Sumber data adalah klien, keluarga atau orang terkait, tim kesehatan, rekam medis, serta pencatatan lain. Klien berpartisipasi dalam proses pengumpulan data. Data yang dikumpulkan, difokuskan untuk mengidentifikasi Status kesehatan klien saat ini, Status kesehatan klien masa lalu, Status biologis (Fisiologis), Status psikologis (Pola koping), Status sosial cultural, Status spiritual, Respon terhadap terapi, Harapan terhadap tingkat kesehatan yang optimal, Resiko masalah potensial. Standar II : Diagnosa Keperawatan Perawat menganalisis data pengkajian untuk merumuskan diagnosa keperawatan. Dengan kriteria proses : Proses diagnosa terdiri dari analisis, & interpretasi data, identifikasi masalah klien dan perumusan diagnosa keperawatan. Komponen Diagnosa keperawatan terdiri dari masalah (P), Penyebab (E), Gejala/Tanda (S), atau terdiri dari masalah dan penyebab (PE). Bekerjasama dengan klien, teman dekat klien, petugas kesehatan lain untuk memvalidasi diagnosa keperawatan. Melakukan kaji ulang dan revisi diagnosa berdasarkan data terbaru. Standar III : Intervensi Keperawatan Perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah kesehatan dan meningkatkan kesehatan klien. Dengan kriteria proses : Perencanaan terdiri dari penetapan priioritas masalah, tujuan dan rencana tindakan keperawatan. Bekerjasama dengan klien dalam menyusun rencana tindakan keperawatan. Perencanaan bersifat individual (sebagai individu, kelompok dan masyarakat) sesuai dengan kondisi atau kebutuhan klien. Mendokumentasikan rencana keperawatan. Standar IV : Implementasi Keperawatan Perawat mengimplementasikan tindakan yang telah diidentifikasi dalam rencana asuhan keperawatan. Dengan kriteria proses : Bekerjasama dengan klien dalam pelaksanaan tindakan keperawatan.
47
Kolaborasi dengan profesi kesehatan lain untuk meningkatkatkan status kesehatan klien. Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah klien. Melakukan supervisi terhadap tenaga pelaksana keperawatan dibawah tanggung jawabnya. Menjadi koordinator pelayanan dan advokasi terhadap klien untuk mencapai tujuan kesehatan. Menginformasikan kepada klien tentang status kesehatan dan fasilitas-fasilitas pelayanan kesehatan yang ada. Memberikan pendidikan pada klien & keluarga mengenai konsep dan keterampilan asuhan disertai membantu klien memodifikasi lingkungan yang digunakannya.
Mengkaji
ulang
dan
merevisi
pelaksanaan
tindakan
keperawatan berdasarkan respon klien. Standar V : Evaluasi Perawat mengevaluasi perkembangan kesehatan klien terhadap tindakan dalam pencapaian tujuan,sesuai rencana yang telah ditetapkan dan merevesi data dasar dan pencapaian perencanaan. Dengan kriteria proses : Menyusun rencana evaluasi hasil tindakan secara kompehensif, tepat waktu dan terus – menerus. Mengunakan data dasar dan respons klien dalam mengukur perkembangan kearah pencapaian tujuan. Memvalidasi dan menganalisis data baru dengan sejawat dan klien, Bekerja sama dengan klien,keluarga
untuk
Mendokumentasikan
memodifikasi hasil
evaluasi
rencana dan
asuhan
keperawatan.
memodifikasi
perencanaan.
Melakukan supervisi dan konsultasi klinik. Kajian / Faktual 1) Pengkajian Pengkajian yang dilakukan di ruang Asal yaitu dengan mengisi identitas pasien, menanyakan keluhan utama, riwayat kesehatan, lalu dilakukan pemeriksaan fokus pada pasien sesuai dengan keluhan yang ada. 2) Diagnosa Diagnosa yang digunakan di ruangan Asal melihat prioritas keluhan utama menggunakan aspek PES (Problem, Etyology dan Symptom), bila ada keluhan tambahan maka akan muncul diagnosa baru pada pasien.
48
3) Intervensi Intervensi yang dilakukan di ruangan Asal sesuai dengan ruangan menurut masing-masing diagnosanya dan sesuai dengan SAK dan SOP diruangan, namun intervensi sesuai SAK tidak selamanya di terapkan karena keterbatasan alat di ruangan. 4) Implementasi Implementasi yang dilakukan di ruangan Asal yaitu melakukan kolaborasi dengan tenaga medis lain seperti dokter, gizi, bidan, farmasi, laboratorium. 5) Evaluasi Evaluasi di ruangan Asal menggunakan SOAP. Analisa dan Kesimpulan Asuhan keperawatan di ruangan Asal sudah sesuai dengan standar secara umum asuhan keperawatan dimulai dari pengkajian, diagnosa, intervensi dan evaluasi. Sudah sesuai dengan SAK ruangan, namun sesuai dengan kebutuhan pasien saja.
BAB III ANALISA SWOT DAN PERENCANAAN
A. Analisa Swot 1. Unsur Input a. Man / SDM FAKTOR INTERNAL STREANGHT (Kekuatan)
WEAKNESS (Kelemahan)
1. Mempunyai Visi dan Misi, Moto dan Tujuan khususnya di Ruangan Asal 2. Berdasarkan sertifikasinya perawat di ruangan dewasa sudah memenuhi kriteria sebagai perawat. 3. Kepala ruangan ASAL berpendidikan sebagai Sarjana Keperawatan dengan Ners. FAKTOR EKSTERNAL
1. Secara Kuantitas SDM di Ruang ‘Asal belum memenuhi standar yang ditetapkan berdasarkan rumus kebutuhan tenaga dari depkes yaitu seharusnya berjumlah 25 orang tapi yang ada baru berjumlah 19 orang.
OPPORTUNITY (Peluang)
THREAT (Ancaman)
1. Perawat di ruang Asal merupakan perawat yang sudah mengikuti berbagai pelatihan/seminar yang di ikuti 5 tahun terakhir guna untuk meningkatkan pengetahuan.
-
b. Money / Dana FAKTOR INTERNAL STREANGHT (Kekuatan)
WEAKNESS (Kelemahan)
-
1. Tidak adanya bantuan untuk anggaran RS dan bangsal dari dana luar misalnya (hibah luar negeri, yayasan dan APBD. 2. Semua tercover dalam anggaran tahunan rumah sakit, untuk unit cost ruangan belum ada secara rinci
FAKTOR EKSTERNAL OPPORTUNITY (Peluang)
THREAT (Ancaman)
49
50
-
-
c. Method / Metode FAKTOR INTERNAL STRENGHT (Kekuatan)
WEAKNESS (Kelemahan)
1. Metode yang diterapkan di ruangan 1. Dari pelaksanaan MPKP yang belum dilaksanakan adalah ronde Asal adalah model praktik keperawatan. keperawatan profesional (MPKP) dimana perawat dibagi menjadi 2 2. Adapun yang sudah dilaksanakan tapi belum berjalan baik adalah supervisi, TIM. DRK dan penilaian kepatuhan 2. Tiap Tim terdapat 1 perawat primer terhadap SOP. dan 8 perawat pelaksana. kekurangan yang dilakukan oleh perawat pelaksana akan di berikan peringatan oleh perawat primer. 3. Apabila pelaksana masih tidak melaksanakan yang telah di peringatkan maka kepala ruangan yang langung memberikan peringatan pada PA. 4. Yang sudah dilaksanakan dan berjalan cukup baik adalah, penilaian SAK, Timbang terima, case confrance, penerimaan pasien baru dan orientasi pasien baru. 5. Metode yang di terapkan diruangan asal sudah sesuai dengan metode TIM. 6. Penugasan di bagi sesuai tim yang di kelola. Akan tetapi, apabila ada kesulitan dalam melakukan tindakan semua tim saling membantu dan melaporkan kepada penanggung jawab pasien masing-masing secara rinci. FAKTOR EKSTERNAL OPPRTUNITY (Peluang)
THREART (Ancaman)
51
-
-
d. Material / Machine FAKTOR INTERNAL STRENGHT (Kekuatan)
WEAKNESS (Kelemahan)
dan kalibrasi alat 1. Sudah terdapat SPO pada setiap alat tetapi tidak terpasang karena secara berkala setiap 6 bulan sekali. menghindari kerusakan SPO tersebut. 2. Terdapat Standar Prosedur Operasional (SPO) pada setiap alat diruang perawatan ruang asal.
1. Pemeliharaan
FAKTOR EKSTERNAL OPPRTUNITY (Peluang) -
THREART (Ancaman) -
2. Unsur Proses a. Manajemen Pelayanan Keperawatan FAKTOR INTERNAL STRENGHT (Kekuatan) 1. Memiliki Standar Prosedur Operasional (SPO) dan Standar Asuhan Keperawatan (SAK) yang dibuat sesuai dengan perawatan pasien dewasa. 2. Kepala ruangan sudah membuat rencana harian, bulanan dan tahunan di ruangan Asal 3. Metode asuhan yang dipakai adalah MPKP TIM. Yang terdiri dari 2 tim 4. Ruangan sudah menerapkan prinsip patient safety 5. Pengawasan sudah sesuai dengan konsep yaitu adanya supervisi setiap bulan yang dilakukan oleh kepala ruangan dan perawat primer. 6. Lebih dari 70% perawat mengikuti pelatihan dan workshop yang
WEAKNESS (Kelemahan)
52
menunjang keperawatan
proses
pelayanan
FAKTOR EKSTERNAL OPPRTUNITY (Peluang)
THREART (Ancaman)
1. 75% perawat Asal dengan pendidikan diploma , saat ini adanya kesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. 2. Pengembangan staf yang mengikuti pelatihan dan seminar khusus belum ada dan untuk jenjang karir ditentukan dari lamanya kerja saja. 3. Adanya system pembayaran asuransi biaya pasien dengan BPJS. 4. Anggaran bangsal ruangan asal murni didapat dari dana operasional rumah sakit dan APBD dari pemerintah
1. Adanya tuntutan masyarakat yang semakin tinggi terhadap pelayanan keperawatan yang lebih professional 2. Makin tingginya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan. 3. Semakin tingginya kesadaran masyarakat akan hukum.
b. Manajemen Asuhan Keperawatan FAKTOR INTERNAL STRENGHT (Kekuatan)
WEAKNESS (Kelemahan)
1. Ruangan Asal memiliki perencanaan jangka panjang dan jangka pendek baik itu rencana asuhan keperwatan maupun rencana kebutuhan alat dan tenaga keperawatan. 2. Ruang Asal menjalankan sesuai apa yang telah di rencanakan oleh kepala ruangan. Hal tersebut di dukung dengan ada nya persamaan dari teori perencanaan dan peng aplikasian rencana di ruangan asal itu sendiri. 3. Tugas kepala ruangan, ketua tim dan perawat pelaksana sudah sesuai secara pengorganisasiannya FAKTOR EKSTERNAL
-
OPPRTUNITY (Peluang)
THREART (Ancaman)
1. Memiliki Komunikasi yang efektif
-
53
baik langsung maupun secara tidak langsung, antara kepala ruanagan dengan Ketua Tim, sehingga bisa menjadi peluang daya jual layanan kesehatan yang Ideal c. Manajemen Logistik Keperawatan FAKTOR INTERNAL STRENGHT (Kekuatan)
WEAKNESS (Kelemahan)
1. Ruang asal memiliki beberapa unit logistik (alat tenun, alat medis, utilisasi alat medis, mebeuler dan elektronik, ATK, dan alat kesehatan) 2. Ruangan Asal mempunyai penanggung jawab logistik 3. Ruang Asal memiliki masing-masing penanggung jawab untuk setiap unit logistik 4. Terdapat SOP pada setiap alat yang digunakan FAKTOR EKSTERNAL
-
OPPORTUNITY (Peluang)
THREART (Ancaman)
1. Memiliki dana operasional rumah sakit untuk peralatan logistic.
-
d. Manajemen Keuangan Keperawatan FAKTOR INTERNAL STRENGHT (Kekuatan)
WEAKNESS (Kelemahan)
1. Perencanaan anggaran sudah sesuai dengan
konsep,
dimulai
dari
pembuatan data dan list anggaran yang di cantumkan, hingga laporan, manajemen perencanaan keuangan
1. Konsep ruangan
organisasi belum
keuangan
sesuai
dengan
konsep yang telah ditetapkan. 2. Metode kontroling keuangan ruang masih
mengikuti
atasan
dan
54
keperawatan telah sesuai sangat baik.
menunggu intruksi langsung dari pihak organisasi tertinggi. 3. Belum ada pengelolaan keuangan ruangan mulai dari pemasukan dan pengeluaran.
FAKTOR EKSTERAL OPPORTUNITY (Peluang) 1. Ruang Asal menjadi salah satu tempat yang selalu dijadikan lahan
THREART (Ancaman) 1.
Home care yang masuk ke RS masih sedikit terkendala dengan kemampuan financial pasien
praktik bagi Mahasiswa Kedokteran dan Mahasiswa Ners dan DIII yang praktik di Ruangan Asal
3. Unsur Output a. Kepuasan Pasien FAKTOR INTERNAL STRENGHT (Kekuatan)
WEAKNESS (Kelemahan)
1. Kepuasan kerja perawat dinilai puas
-
sebanyak 80%
dan cukup puas
sebanyak 20% dari 8 pasien yang menjadi responden. FAKTOR EKSTERAL OPPORTUNITY (Peluang)
THREART (Ancaman)
-
-
b. Kepuasan Kinerja Perawat FAKTOR INTERNAL STRENGHT (Kekuatan)
WEAKNESS (Kelemahan)
-
1. Kinerja perawat dinilai cukup puas sebanyak 100% dari 10 perawat
FAKTOR EKSTERAL OPPORTUNITY (Peluang)
THREART (Ancaman)
55
-
1. Kinerja perawat cukup puas.
diruang
ASAL
c. Mutu Asuhan Keperawatan FAKTOR INTERNAL STRENGHT (Kekuatan)
WEAKNESS (Kelemahan)
1. Asuhan keperawatan di ruangan Asal
1. Intervensi sesuai SAK dilakukan
sudah sesuai dengan standar secara
sesuai kebutuhan pasien saja.
umum asuhan keperawatan dimulai dari pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi. FAKTOR EKSTERAL OPPORTUNITY (Peluang)
THREART (Ancaman)
1. Bila ada keluhan tambahan maka
1. Intervensi sesuai SAK tidak selamanya di terapkan karena keterbatasan alat di ruangan.
akan muncul diagnosa baru pada pasien.
56
B.
Matriks IFAS (Internal factor analysis summary) dan EFAS (Exteral factor analysis summary) M1 (Man/SDM)
1. No. 1.
Faktor strategik internal
Bobot
Rating
Nilai (B x R)
Skor
1. Mempunyai Visi dan Misi, Moto dan Tujuan 2. Berdasarkan sertifikasinya perawat di ruangan sudah memenuhi kriteria. 3. Kepala ruangan ASAL berpendidikan sebagai Sarjana Keperawatan dengan Ners
0.3 0.3 0,4
2 2 3
0,6 0,6 1,2
S–W= 2,4 – 2 = 0,4
Total
1,00
Matriks IFAS (Internal factor analysis summary) Kekuatan
2,4
Kelemahan
2.
1. Secara Kuantitas SDM di Ruang ‘Asal belum memenuhi standar yang ditetapkan berdasarkan rumus kebutuhan tenaga dari depkes yaitu seharusnya berjumlah 25 orang tapi yang ada baru berjumlah 19 orang.
1.00
Total
1,00
2
2
2
Matriks EFAS (Exteral factor analysis summary) Peluang 1. Perawat di ruang Asal merupakan perawat yang sudah mengikuti berbagai pelatihan/seminar yang di ikuti 5 tahun terakhir guna untuk meningkatkan pengetahuan.
1,00
Total
1,00
2
2 2
57
Tantangan/Ancaman -
O–T=2
Total
1,00
Keterangan: Bobot adalah tingkat kepentingan tiap-tiap faktor (sangat penting = 1,00; sangat tidak penting = 0,0 ) Total bobot adalah 1,00 Rating menunjukkan tingkat respon organisasi terhadap faktor tersebut (respons sangat baik: 4, respon baik: 3, respon cukup: 2, tidak ada respons: 1. 2.
M2 (Money) No. 1.
Faktor strategik internal
Bobot
Rating
Nilai (B x R)
Skor
-
-
-
S–W= 0 - 3,5 = -3,5
Matriks IFAS (Internal factor analysis summary) Kekuatan Total
1,00
0
Kelemahan 1. Tidak adanya bantuan untuk anggaran RS dan bangsal dari dana luar misalnya (hibah luar negeri, yayasan dan APBD. 2. Semua tercover dalam anggaran tahunan rumah sakit, untuk unit cost ruangan belum ada secara rinci
0,5
4
2
0,5
3
1,5
58
Total 2.
1,00
3,5
Matriks EFAS (Exteral factor analysis summary) Peluang Total
-
-
1,00
-
O–T=0
0
Tantangan/Ancaman Total
-
-
1,00
0
Keterangan: Bobot adalah tingkat kepentingan tiap-tiap faktor (sangat penting = 1,00; sangat tidak penting = 0,0 ) Total bobot adalah 1,00 Rating menunjukkan tingkat respon organisasi terhadap faktor tersebut (respons sangat baik: 4, respon baik: 3, respon cukup: 2, tidak ada respons: 1.
M3 (Method)
3. No.
Faktor strategik internal
Bobot
Rating
Nilai (B x R)
Skor
59
1.
Matriks IFAS (Internal factor analysis summary) Kekuatan 1. Metode yang diterapkan di ruangan Asal adalah model praktik keperawatan profesional (MPKP) dimana perawat dibagi menjadi 2 TIM. 2. Tiap Tim terdapat 1 perawat primer dan 8 perawat pelaksana. kekurangan yang dilakukan oleh perawat pelaksana akan di berikan peringatan oleh perawat primer. 3. Apabila pelaksana masih tidak melaksanakan yang telah di peringatkan maka kepala ruangan yang langung memberikan peringatan pada PA. 4. Yang sudah dilaksanakan dan berjalan cukup baik adalah, penilaian SAK, Timbang terima, case confrance, penerimaan pasien baru dan orientasi pasien baru. 5. Metode yang di terapkan diruangan asal sudah sesuai dengan metode TIM. 6. Penugasan di bagi sesuai tim yang di kelola. Akan tetapi, apabila ada kesulitan dalam melakukan tindakan semua tim saling membantu dan melaporkan kepada penanggung jawab pasien masing-masing secara rinci.
0,2
4
0,8
0,1
4
0,4
0,1
4
0,4
0,2
4
0,8
0,2
4
0,8
0,1
4
0,4
Total
1,00
3,6
Kelemahan
2.
1. Dari pelaksanaan MPKP yang belum dilaksanakan adalah ronde keperawatan. 2. Adapun yang sudah dilaksanakan tapi belum berjalan baik adalah supervisi, DRK dan penilaian kepatuhan terhadap SOP.
0,5 0,5
Total
1,00
Matriks EFAS (Exteral factor analysis summary) Peluang
1 1
0,5 0,5 1
S–W= 3,6 – 1 = 2,6
60
Total
-
-
1,00
-
O–T= 0,0 – 0,0 = 0
0,0
Tantangan/Ancaman Total
-
-
1,00
0,0
Keterangan: Bobot adalah tingkat kepentingan tiap-tiap faktor (sangat penting = 1,00; sangat tidak penting = 0,0 ) Total bobot adalah 1,00 Rating menunjukkan tingkat respon organisasi terhadap faktor tersebut (respons sangat baik: 4, respon baik: 3, respon cukup: 2, tidak ada respons: 1. 4.
M4 (Material/Machine) No.
Faktor strategik internal
Bobot
Rating
Nilai (B x R)
Skor
1.
Matriks IFAS (Internal factor analysis summary)
1. Pemeliharaan dan kalibrasi alat secara berkala setiap 6 bulan sekali. 2. Terdapat Standar Prosedur Operasional (SPO) pada setiap alat diruang perawatan ruang asal.
0,6
4
2,4
S–W= 3,6 – 2 = 1,6
0,4
3
1,2
Total
1,00
Kekuatan
Kelemahan
3,6
61
2.
1. Sudah terdapat SPO pada setiap alat tetapi tidak terpasang karena menghindari kerusakan SPO tersebut.
1,00
Total
1,00
2
2 2
Matriks EFAS (Exteral factor analysis summary) Peluang -
-
-
Total
-
O–T= 0–0=0
0
Tantangan/Ancaman -
-
-
Total
0
Keterangan: Bobot adalah tingkat kepentingan tiap-tiap faktor (sangat penting = 1,00; sangat tidak penting = 0,0 ) Total bobot adalah 1,00 Rating menunjukkan tingkat respon organisasi terhadap faktor tersebut (respons sangat baik: 4, respon baik: 3, respon cukup: 2, tidak ada respons: 1.
5. Manajemen Pelayanan Keperawatan No.
Faktor strategik internal
Bobot
Rating
Nilai (B x R)
Skor
62
1.
Matriks IFAS (Internal factor analysis summary) Kekuatan 1. Memiliki Standar Prosedur Operasional (SPO) dan Standar Asuhan Keperawatan (SAK) yang dibuat sesuai dengan perawatan pasien dewasa. 2. Kepala ruangan sudah membuat rencana harian, bulanan dan tahunan di ruangan Asal 3. Metode asuhan yang dipakai adalah MPKP TIM. Yang terdiri dari 2 tim 4. Ruangan sudah menerapkan prinsip patient safety 5. Pengawasan sudah sesuai dengan konsep yaitu adanya supervisi setiap bulan yang dilakukan oleh kepala ruangan dan perawat primer. 6. Lebih dari 70% perawat mengikuti pelatihan dan workshop yang menunjang proses pelayanan keperawatan
0,2
4
0,8
0,2 0.1 0,2
3 3 4
0,6 0,3 0,8
0,2
3
0,6
0,2
4
0,8
Total
1,00
3,9
Kelemahan Total 2.
Matriks EFAS (Exteral factor analysis summary) Peluang
1,00
-
0,0 0,0
S – W = 3,90,0 = 3,9
63
1. 75% perawat Asal dengan pendidikan diploma, saat ini adanya kesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi 2. Pengembangan staf yang mengikuti pelatihan dan seminar khusus belum ada dan untuk jenjang karir ditentukan dari lamanya kerja saja. 3. Adanya system pembayaran asuransi biaya pasien dengan BPJS. 4. Anggaran bangsal di ruangan asal murni didapat dari dana operasional rumah sakit dan APBD dari pemerintah
0,3
3
0,9
0,2
3
0,6
0,3 0,2
4 3
1,2 0,6
Total
1,00
O–T = 3,3 – 2,6 = 0,7
3,3
Tantangan/Ancaman 1. Adanya tuntutan masyarakat yang semakin tinggi terhadap pelayanan keperawatan yang lebih professional 2. Makin tingginya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan 3. Semakin tingginya kesadaran masyarakat akan hokum
0,4
2
0,8
0,3 0,4
2 3
0,6 1,2
Total
1,00
2,6
Keterangan: Bobot adalah tingkat kepentingan tiap-tiap faktor (sangat penting = 1,00; sangat tidak penting = 0,0 ) Total bobot adalah 1,00 Rating menunjukkan tingkat respon organisasi terhadap faktor tersebut (respons sangat baik: 4, respon baik: 3, respon cukup: 2, tidak ada respons: 1.
64
6. Manajemen Asuhan Keperawatan No.
Faktor strategik internal
1.
Matriks IFAS (Internal factor analysis summary)
Bobot
Rating
Nilai (B x R)
Skor
0,3
3
0.9
0,3
3
0.9
S–W= 3.4-0.0= 3.4
0,4
4
1.6
Kekuatan 1. Ruangan Asal memiliki perencanaan jangka panjang dan jangka pendek baik itu rencana asuhan keperwatan maupun rencana kebutuhan alat dan tenaga keperawatan. 2. Ruang Asal menjalankan sesuai apa yang telah di rencanakan oleh kepala ruangan. Hal tersebut di dukung dengan ada nya persamaan dari teori perencanaan dan peng aplikasian rencana di ruangan asal itu sendiri. 3. Tugas kepala ruangan, ketua tim dan perawat pelaksana sudah sesuai secara pengorganisasiannya Total
1,00
3.4
Kelemahan
2.
-
-
-
Total
1,00
-
Matriks EFAS (Exteral factor analysis summary) Peluang 1. Memiliki Komunikasi yang efektif baik langsung maupun secara tidak langsung, antara kepala ruanagan dengan Ketua Tim, sehingga bisa menjadi peluang daya jual layanan kesehatan yang Ideal Total
1,00
1,00
4
4
4
O–T = 4 – 0,00 = 4
65
Tantangan/Ancaman -
-
Total
-
-
1,00
Keterangan: Bobot adalah tingkat kepentingan tiap-tiap faktor (sangat penting = 1,00; sangat tidak penting = 0,0 ) Total bobot adalah 1,00 Rating menunjukkan tingkat respon organisasi terhadap faktor tersebut (respons sangat baik: 4, respon baik: 3, respon cukup: 2, tidak ada respons: 1. 7. Manajemen Logistik Keperawatan No. 1.
Faktor strategik internal
Bobot
Rating
Nilai (B x R)
Skor
1. Ruang asal memiliki beberapa unit logistik (alat tenun, alat medis, utilisasi alat medis, mebeuler dan elektronik, ATK, dan alat kesehatan)
0,2
3
0,6
S–W= 3,6 – 0,00 = 3,6
2. Ruangan Asal mempunyai penanggung jawab logistik
0,2
3
0,6
3. Ruang Asal memiliki masing-masing penanggung jawab untuk setiap unit logistik 4. Terdapat SOP pada setiap alat yang digunakan
0,3
4
1,2
0,3
4
1,2
Matriks IFAS (Internal factor analysis summary) Kekuatan
Total Kelemahan
1,00
0,36
66
Total 2.
-
-
0,00
0,00
Matriks EFAS (Exteral factor analysis summary) Peluang 1. Memiliki dana operasional rumah sakit untuk peralatan logistik
1,00
Total
1,00
4
4
O–T = 4 – 0,00 = 4
4
Tantangan/Ancaman Total
-
-
-
1,00
Keterangan: Bobot adalah tingkat kepentingan tiap-tiap faktor (sangat penting = 1,00; sangat tidak penting = 0,0 ) Total bobot adalah 1,00 Rating menunjukkan tingkat respon organisasi terhadap faktor tersebut (respons sangat baik: 4, respon baik: 3, respon cukup: 2, tidak ada respons: 1.
8. Manajemen Keuangan Keperawatan No.
Faktor strategik internal
1.
Matriks IFAS (Internal factor analysis summary) Kekuatan
Bobot
Rating
Nilai (B x R)
Skor
67
1. Perencanaan anggaran sudah sesuai dengan konsep, dimulai dari pembuatan data dan list anggaran yang di cantumkan, hingga laporan, manajemen perencanaan keuangan keperawatan telah sesuai sangat baik. Total
1,00
3
1,00
3
S–W= 3-2=1
3
Kelemahan 1. Konsep organisasi keuangan ruangan belum sesuai dengan konsep yang telah ditetapkan. 2. Metode kontroling keuangan ruang masih mengikuti atasan dan menunggu intruksi langsung dari pihak organisasi tertinggi. 3. Belum ada pengelolaan keuangan ruangan mulai dari pemasukan dan pengeluaran. Total 2.
0,40
2
0,8
0,40
2
0,8
0,20
2
0,4
1,00
2
Matriks EFAS (Exteral factor analysis summary) Peluang 1. Ruang Asal menjadi salah satu tempat yang selalu dijadikan lahan praktik bagi Mahasiswa Kedokteran dan Mahasiswa Ners dan DIII yang praktik di Ruangan Asal Total
1,00
2
1,00
2 2
Tantangan/Ancaman 1. Home care yang masuk ke RS masih sedikit terkendala dengan kemampuan financial pasien Total
1,00 1,00
1
1 1
O–T= 3-2=1
68
Keterangan: Bobot adalah tingkat kepentingan tiap-tiap faktor (sangat penting = 1,00; sangat tidak penting = 0,0 ) Total bobot adalah 1,00 Rating menunjukkan tingkat respon organisasi terhadap faktor tersebut (respons sangat baik: 4, respon baik: 3, respon cukup: 2, tidak ada respons: 1.
9. Manajemen Mutu Pelayanan/Asuhan Keperawatan
Kepuasan Pasien
a. No.
Faktor strategik internal
1.
Matriks IFAS (Internal factor analysis summary)
Bobot
Rating
Nilai (B x R)
Skor
1,00
3
3
S–W=3
Kekuatan 1.
Kepuasan kerja perawat dinilai puas sebanyak 80% dan cukup puas sebanyak 20% dari 8 pasien yang menjadi responden
Total
1,00
3
Kelemahan -
-
-
-
-
-
-
Total 2.
Matriks EFAS (Exteral factor analysis summary) Peluang Total
O–T = 0
69
Tantangan/Ancaman -
-
-
-
Total Keterangan: Bobot adalah tingkat kepentingan tiap-tiap faktor (sangat penting = 1,00; sangat tidak penting = 0,0 ) Total bobot adalah 1,00 Rating menunjukkan tingkat respon organisasi terhadap faktor tersebut (respons sangat baik: 4, respon baik: 3, respon cukup: 2, tidak ada respons: 1.
b.
Kepuasan Kinerja Perawat No.
Faktor strategik internal
1.
Matriks IFAS (Internal factor analysis summary)
Bobot
Rating
Nilai (B x R)
Skor
-
-
-
S–W= -2
1,00
2
2
Kekuatan Total Kelemahan 1. Kinerja perawat dinilai cukup puas sebanyak 100% dari 10 perawat Total 2.
Matriks EFAS (Exteral factor analysis summary) Peluang
1,00
2
70
-
-
-
-
1,00
2
2
O–T= -2
Total Tantangan/Ancaman 1. Kinerja perawat diruang Asal cukup puas. Total
1,00
2
Keterangan: Bobot adalah tingkat kepentingan tiap-tiap faktor (sangat penting = 1,00; sangat tidak penting = 0,0 ) Total bobot adalah 1,00 Rating menunjukkan tingkat respon organisasi terhadap faktor tersebut (respons sangat baik: 4, respon baik: 3, respon cukup: 2, tidak ada respons: 1.
Mutu Asuhan Keperawatan
c. No.
Faktor strategik internal
1.
Matriks IFAS (Internal factor analysis summary)
Bobot
Rating
Nilai (B x R)
1,00
3
3
Skor
Kekuatan 1.
Asuhan keperawatan di ruangan Asal sudah sesuai dengan standar secara umum asuhan keperawatan dimulai dari pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi.
Total
1,00
3
Kelemahan 1. Total
Intervensi sesuai SAK dilakukan sesuai kebutuhan pasien saja.
1,00 1,00
2
2 2
S–W= 3–2=1
71
2.
Matriks EFAS (Exteral factor analysis summary) Peluang 1.
Bila ada keluhan tambahan maka akan muncul diagnosa baru pada pasien.
Total
1,00
3
1,00
3
O–T= 3–2=1
3
Tantangan/Ancaman 1. Total
Intervensi sesuai SAK tidak selamanya di terapkan karena keterbatasan alat di ruangan.
1,00 1,00
2
2 2
Keterangan: Bobot adalah tingkat kepentingan tiap-tiap faktor (sangat penting = 1,00; sangat tidak penting = 0,0 ) Total bobot adalah 1,00 Rating menunjukkan tingkat respon organisasi terhadap faktor tersebut (respons sangat baik: 4, respon baik: 3, respon cukup: 2, tidak ada respons: 1.
72
DIAGRAM LAYANG ANALISIS SWOT MAN O 4
3
2
(0,4 ; 2)
1
W
S -4
-3
-2
-1
1 -1
-2
-3
-4
T
2
3
4
73
DIAGRAM LAYANG ANALISIS SWOT MONEY O 4
( -3,5 ; 0 ) 3
2
1
W
S -4
-3
-2
-1
1 -1
-2
-3
-4
T
2
3
4
74
DIAGRAM LAYANG ANALISIS SWOT METHODE O 4
(2,6 ; 0)
3
2
1
W
S -4
-3
-2
-1
1 -1
-2
-3
-4
T
2
3
4
75
DIAGRAM LAYANG ANALISIS SWOT MATERIAL O 4
3
( 1,6 ; 0 )
2
1
W
S -4
-3
-2
-1
1 -1
-2
-3
-4
T
2
3
4
76
DIAGRAM LAYANG ANALISIS SWOT GABUNGAN 4M O 4
(2,6; 0)
3
2
(1,6 ; 0) (0,4 ; 2)
1
W
S -4
-3
-2
-1
1 -1
-2
-3
(-3,5) ; 0)
-4
T
2
3
4
77
Diagram Layang Analisis SWOT Manajemen Pelayanan Keperawatan (3,9 ; 0,7)
O 4
3
2
1
W
S -4
-3
-2
-1
1 -1
-2
-3
-4
T
2
3
4
78
Diagram Layang Analisis SWOT Manajemen Asuhan Keperawatan O 4
(3,4 ; 4)
3
2
1
W
S -4
-3
-2
-1
1 -1
-2
-3
-4
T
2
3
4
79
Diagram Layang Analisis SWOT Manajemen Logistik Keperawatan O
(4 ; 0,0)
(3,6 ; 4)
4
3
2
1
W
S -4
-3
-2
-1
1 -1
-2
-3
-4
T
2
3
4
80
Diagram Layang Analisis SWOT Manajemen Keuangan Keperawatan O
4
3
2
(1; 1) 1
W
S -4
-3
-2
-1
1 -1
-2
-3
-4
T
2
3
4
81
Diagram Layang Analisis SWOT Manajemen Mutu Asuhan Keperawatan O 4
Kepuasan Pasien 3
( 3, 0 )
2
1
Mutu Asuhan ( 1,1 )
W -4
-3
-2
-1
1 -1
-2
Kepuasan Kinerja ( -2, -2 )
-3
-4
T
2
S 3
4
82
C. Identifikasi Masalah (Dengan Menggunakan Pendekatan unsur input 4 M (Man, Money, Methode, Material/Machine), unsur proses dan output. 1.
M1 = Man (SDM) Masalah : a.
Beban kerja perawat yang tinggi
Penyebab : a.
Secara Kuantitas SDM di Ruang ‘Asal belum memenuhi setandar yang ditetapkan berdasarkan rumus kebutuhan tenaga dari depkes yaitu seharusnya berjumlah 25 orang tetapi yang ada baru berjumlah 19 orang.
2.
M2 = Money Masalah : a.
Tidak adanya bantuan untuk anggaran RS dan bangsal.
Penyebab : a. 3.
Karena unit Rumah Sakit masih secara sentral.
M3 = Methode Masalah : a.
Belum melaksanakan ronde keperawatan
b.
Pelaksanaan metode MPKP yang sudah terlaksana seperti supervisi, DRK, dan penilaian berdasarkan SOP belum berjalan dengan baik
Penyebab : a. SDM yang dibutuhkan di Ruang ‘Asal belum memenuhi standar yang ditetapkan dari depkes 4.
M4 = Material/Machine Masalah : a.
Tidak memasang SPO disetiap alat kesehatan
Penyebab : a.
Sudah terdapat SPO pada setiap alat tetapi tidak terpasang karena
83
menghindari kerusakan SPO tersebut 5.
Manajemen Keuangan Keperawatan Masalah : a. Konsep organisasi keuangan ruangan belum sesuai dengan konsep yang telah ditetapkan. b. Metode kontroling keuangan ruang masih mengikuti atasan dan menunggu intruksi langsung dari pihak organisasi tertinggi. c. Belum ada pengelolaan keuangan ruangan mulai dari pemasukan dan pengeluaran. Penyebab : a.
Cara pengontoralan ruangan dalam pengelolaan alat yaitu fungsional, perawat mencatat kebutuhan pada waktu itu juga, dimana kebutuhankebutuhan seperti barang yang masuk, digunakan, dan barang yang dikembalikan karna tidak terpakai atau jangka waktu telah habis, seperti halnya obat-obatan dan alat kesehatan lainnya.
b.
Hal ini disebabkan karena pimpinan tertinggi perusahaanlah yang paling berwewenang dan paling bertanggung jawab atas kegiatan-kegiatan perusahaan secara keseluruhan.
c.
Pengorganisasian keuangan belum sepenuhnya teratur dan belum ada aturan yang ditetapkan secara tetap
6.
Manajemen Mutu Asuhan Keperawatan Masalah : a.
Intervensi sesuai SAK dilakukan sesuai kebutuhan pasien saja.
Penyebab : a.
Adanya keterbatasan alat di ruangan sehingga Intervensi sesuai SAK tidak selamanya di terapkan
84
D.
Prioritas Masalah No
Masalah
Skor Analisis SWOT IFAS
EFAS
Jumlah Prioritas
Keterangan
1.
M1 (Man/SDM) = Beban kerja perawat yang tinggi.
0,4
2
2,4
2
Ekspansi/Agresif (S-O)
2.
M2 (Money) = Tidak adanya bantuan untuk anggaran RS dan bangsal.
-3,5
0
-3,5
6
Defensif
3.
M3 (Methode) = Belum melaksanakan ronde keperawatan, Pelaksanaan metode MPKP yang sudah terlaksana seperti supervisi, DRK, dan penilaian berdasarkan SOP belum berjalan dengan baik
2,6
0
2,6
1
Ekspansi/Agresif (S-O)
4.
M4 (Material/Machine) = Tidak memasang SPO disetiap alat kesehatan
1,6
0
1,6
5
Ekspansi/Agresif (S-O)
5.
Manajemen Keuangan Keperawatan = Konsep organisasi keuangan ruangan belum sesuai dengan konsep yang telah ditetapkan, Metode kontroling keuangan ruang masih mengikuti atasan dan menunggu intruksi langsung dari pihak organisasi tertinggi, Belum ada pengelolaan keuangan ruangan mulai dari pemasukan dan pengeluaran.
1
1
2
3
Ekspansi/Agresif (S-O)
6.
Manajemen Mutu Asuhan Keperawatan = Intervensi sesuai SAK dilakukan sesuai kebutuhan pasien saja
1
1
2
4
Ekspansi/Agresif (S-O)
85
E. Langkah-Langkah Pemecahan Masalah
1. M1 (Man/SDM) Beban kerja perawat yang tinggi Pemecahan masalah: Melakukan rekrutmen sesuai kebutuhan tenaga perawat diruangan sesuai rasio 2. M2 (Money) Tidak adanya bantuan untuk anggaran RS dan bangsal. Pemecahan masalah: Melakukan sistem remunerasi 3. M3 (Methode) Belum melaksanakan ronde keperawatan, Pelaksanaan metode MPKP yang sudah terlaksana seperti supervisi, DRK, dan penilaian berdasarkan SOP belum berjalan dengan baik Pemecahan masalah: Lakukan upaya peningkatan manajemen SDM 4. M4 (Material/Machine) Tidak memasang SPO disetiap alat kesehatan Pemecahan masalah: Melakukan peningkatan pelayanan, mengembangkan sistem dan prosedur pelayanan, melakukan inovasi produk 5. Manajemen Keuangan Keperawatan Konsep organisasi keuangan ruangan belum sesuai dengan konsep yang telah ditetapkan, Metode kontroling keuangan ruang masih mengikuti atasan dan menunggu intruksi langsung dari pihak organisasi tertinggi, Belum ada pengelolaan keuangan ruangan mulai dari pemasukan dan pengeluaran. Pemecahan masalah: Lakukan upaya peningkatan manajemen SDM 6. Manajemen Mutu Asuhan Keperawatan Intervensi sesuai SAK dilakukan sesuai kebutuhan pasien saja Pemecahan masalah: Meningkatkan kualitas pelayanan.
86
NO 1.
2.
3.
MASALAH Beban Kerja Perawat Tinggi
KEGIATAN
PELAKSANA
Melakukan analisis kebutuhan tenaga perawat
Mahasiswa
Mendistribusikan tenaga perawat berdasarkan beban kerja dan rasio
Mahasiswa
Melakukan analisis sistem remunerasi untuk kebutuhan rumah sakit, Lakukan penerapan sistem remunerasi
Mahasiswa
Tidak adanya bantuan untuk anggaran Melakukan Sosialisasi sistem remunerasi dirumah sakit RS dan bangsal.
Belum melaksanakan ronde keperawatan, Pelaksanaan metode MPKP yang sudah terlaksana seperti supervisi, DRK, dan penilaian berdasarkan SOP belum berjalan dengan baik
Melakukan penerapan sistem remunerasi
Mahasiswa
Memonitoring dan evaluasi secara berkala dalam penerapan remunerasi
Mahasiswa
Melakukan sosialisasi mengenai ronde keperawatan
Mahasiswa
Melakukan pelatihan ronde keperawatan Melakukan simulasi atau role play di ruang rawat inap Membuatuat SOP ronde keperawatan Mengevaluasi dan motivasi perawat melakukan tindakan berdasarkan SOP
Mahasiswa dalam
Mahasiswa
1 2 3 4 5 6
87
Melakukan suvervisi dalam setiap melakukan tindakan seperti identifikasi identitas pasien dan pemberian obat
Mahasiswa
Membuat Pengajuan pengadaan SPO pemakaian alat kepada kepala ruangan di setiap alat kesehatan
Mahasiswa
Memasang SPO pada setiap alat kesehatan 4.
Tidak memasang SPO disetiap alat kesehatan
Memasang kesehatan
SPO
di
ruang
penyimpanan
Alat
Mahasiswa
Melakukan supervise dari kepala ruangan kepada seluruh perawat untuk membaca dan memahami SPO sebelum memakai alat kesehatan
Mahasiswa
Konsep organisasi keuangan ruangan Membuat struktur organisasi dalam pengelolaan keuangan belum sesuai dengan konsep yang telah
Mahasiswa
ditetapkan, Metode kontroling keuangan 5.
ruang masih mengikuti atasan dan menunggu intruksi langsung dari pihak Membuat laporan keuangan mulai dari pemasukan organisasi tertinggi, Belum ada hingga pengeluaran per hari atau perbulannya. pengelolaan keuangan ruangan mulai dari pemasukan dan pengeluaran.
Mahasiswa
88
Mengkaji resiko infeksi pada seluruh pasien
6.
Intervensi sesuai SAK dilakukan sesuai Mengkaji resiko jatuh pada seluruh pasien kebutuhan pasien saja. Melakukan pelatihan dan workshop mengenai pasien safety
F.Perencanaan /Plan Of Action (Poa)
Mahasiswa Mahasiswa Mahasiswa
89
No 1.
2.
Masalah
Indikator Keberhasilan
Tujuan
Beban kerja Meningkatkan perawat yang jumah SDM tinggi (kekurangan tenaga perawat)
-
Bantuan anggaran Meningkatkan RS dan Bangsal permohonan tidak ada pemintaan bantuan pada pihak terkait
Perencanaan
Sasaran
Waktu Pelaksanaan
Strategi Analisis kebutuhan tenaga perawat. Mengadakan perekrutan tenaga pekerja yang baru. Kemudian distribusikan tenaga perawat berdasarkan beban kerja dan rasio.
Kegiatan Menganalisis Jangka kebutuhan Panjang tenaga perawat Melakukan perekrutan tenaga pekerja baru, kemudian mendistribusik an tenaga perawat berdasarkan beban kerja dan rasio
Terpenuhinya kebutuhan tenaga perawat ruangan
-
Kebutuhan anggaran keuangan ruangan terpenuhi
-
Analisis sistem remunerasi untuk kebutuhan rumah sakit
-
Melakukan Jangka analisis sistem Panjang remunerasi untuk kebutuhan rumah sakit
-
Lakukan sosialisasi sistem remunerasi dirumah sakit
-
Melakukan Sosialisasi sistem remunerasi dirumah sakit
-
Tempat
Penanggung Jawab
Ruang Asal
Kepala Ruangan
Ruang Asal
Bagian Keuangan
90
-
3.
Diruangan Belum melaksanakan ronde keperawatan, Pelaksanaan metode MPKP yang sudah terlaksana seperti supervisi, DRK, dan penilaian berdasarkan SOP belum berjalan dengan baik
Mengadakan pelaksanaan ronde keperawatan serta meningkatkan evaluasi penilaian SOP
-
-
Dilaksanakanny a evaluasi penilaian SOP secara rutin Dapat terlaksanakanny a ronde keperawatan
Lakukan penerapan sistem remunerasi
-
-
Monitoring dan evaluasi secara berkala dalam penerapan remunerasi
-
Sosialisasi mengenai ronde keperawatan
-
-
Pelatihan ronde keperawatan Simulasi atau role play di ruang rawat inap
-
-
-
Buat SOP ronde keperawatan. Evaluasi dan motivasi perawat dalam
-
-
Melakukan penerapan sistem remunerasi Memonitoring dan evaluasi secara berkala dalam penerapan remunerasi Melakukan Sosialisasi mengenai ronde keperawatan Melakukan pelatihan ronde keperawatan Melakukan simulasi atau role play di ruang rawat inap Membuat SOP ronde keperawatan. Mengevaluasi dan motivasi
Jangka Panjang
Ruang Asal
Kepala Ruangan
91
melakukan tendakan berdasarkan SOP. 4.
Diruangan tidak Meningkatkan memasang SOP pemasangan disetiap alat SOP disetiap alat kesehatan kesehatan -
perawat dalam melakukan tendakan berdasarkan SOP.
Terdapat SOP untuk setiap penggunaan alat kesehatan Terpasangnya SOP pada alat kesehatan
Buat Pengajuan pengadaan SOP pemakaian alat kepada kepala ruangan di setiap alat kesehatan
Membuat Jangka Panjang Pengajuan pengadaan SOP pemakaian alat kepada kepala ruangan di setiap alat kesehatan Memasang SOP pada setiap alat kesehatan
-
Pasang SOP pada setiap alat kesehatan
-
Pasang SOP di ruang penyimpanan Alat kesehatan
Memasang SOP di ruang penyimpanan Alat kesehatan
-
Lakukan supervise dari kepala ruangan kepada seluruh perawat untuk
Melakukan supervise dari kepala ruangan kepada seluruh perawat untuk
Ruang Asal
Kepala Ruangan
92
5
6.
Konsep organisasi keuangan ruangan belum sesuai dengan konsep yang telah ditetapkan (metode kontroling keuangan ruang masih mengikuti atasan dan menunggu intruksi langsung dari pihak organisasi tertinggi, Belum ada pengelolaan keuangan ruangan mulai dari pemasukan dan pengeluaran) SAK diruangan tidak selamanya
Meningkatkan pengelolaan keuangan ruangan
-
-
Meningkatkan penerapan SAK
Diadakannya supervise secara khusus di bidang keuangan Adanya dokumentasi pengelolaan keuangan ruangan secara terperinci
Diadakannya supervisi kepada
membaca dan memahami SOP sebelum memakai alat kesehatan
membaca dan memahami SOP sebelum memakai alat kesehatan
-
Buat struktur organisasi dalam pengelolaan keuangan
Ruang Asal
Bagian Keuangan
-
Adakan perencanaan untuk rancangan mengajukan kontroling tiap ruangan dengan di hadiri oleh kepala ruanagan dan pihak terkait mengenai pengorganisasia n keuangan.
Membuat Jangka struktur Panjang organisasi dalam pengelolaan keuangan Mengadakan perencanaan untuk rancangan mengajukan kontroling tiap ruangan dengan di hadiri oleh kepala ruanagan dan pihak terkait mengenai pengorganisasia n keuangan.
Mengkaji Jangka resiko jatuh Pendek
Ruang Asal
Kepala Ruangan
-
Kaji jatuh
resiko pada
93
diterapkan (intervensi sesuai SAK dilakukan sesuai kebutuhan pasien saja)
tidak hanya sesuai dengan kebutuhan pasien
perawat Pelaksanaan keperawatan berdasarkan kepada SAK agar tetap berprinsip kepada patient safety
seluruh pasien -
Kaji resiko infeksi pada seluruh pasien
-
Lakukan pelatihan dan workshop mengenai pasien safety
pada seluruh pasien Mengkaji resiko infeksi pada seluruh pasien Melakukan pelatihan dan workshop mengenai pasien safety
BAB IV IMPLEMENTASI KEGIATAN DAN PEMBAHASAN A.
Implementasi Kegiatan
NO
MASALAH
KEGIATAN
1.
Beban kerja perawat yang tinggi (kekurangan tenaga perawat)
-
TUJUAN
SASARAN
Menganalisis Meningkatkan Kepala kebutuhan jumah SDM ruangan tenaga perawat sesuai kebutuhan ruang menggunakan metode douglas dengan hasil dibutuhkan total 25 perawat di ruangan asal. Melakukan perekrutan tenaga pekerja
EVALUASI
TARGET
HASIL
Terpenuhinya kebutuhan tenaga perawat ruangan
-
94
HAMBATAN
Setelah menganalisis kebutuhan perawatan di ruang asal menggunaka n metode douglas didapatkan total hasil 25 perawat yang dibutuhkan di ruang asal. Setelah dilakukan perekrutan tenaga
Dalam menganalisis kebutuhan perawat terjadi hambatan yaitu memerlukan data pasien yang perlu diperbaharui setiap harinya, sehingga menyulitkan. Pada saat perekrutan
RTL Terus pantau beban kerja perawat dengan kebutuhan perawat di ruangan agar tidak terjadi beban kerja yang berlebihan. Terus dampingi pekerja baru dalam melakukan tindakan keperawatan ataupun dalam pengisian dokumentasi
95
2.
Bantuan anggaran RS
baru sesuai yang dibutuhkan kemudian mendistribusik an tenaga perawat berdasarkan beban kerja dan rasio. Menurut metode douglas ruang asal membutuhkan 25 perawat. Saat ini ruangan asal hanya memiliki 19 perawat, maka mendistribuska n 6 pekerja baru untuk ruangan asal. 1. Melakukan Meningkatkan Rumah analisis sistem permohonan Akit, remunerasi
pekerja baru kemudian mendistribusi kan tenaga perawat berdasarkan beban kerja dan rasio. Ruangan asal mendapatkan pekerja baru 6 orang.
S Kebutuhan Al- anggaran keuangan
pekerja baru miliki hambatan untuk tidak semua pekerja baru memiliki pengalaman bekerja sebelumnya jadi perlu dibimbing untuk melakukan tindakan keperawatan .
Komponen Langkah Remunerasi dalam terbagi menjadi 3
awal 1. Menginformasikan kepada pihak direksi, agar dapat
96
dan
Bangsal
tidak ada
untuk kebutuhan rumah sakit 2. Melakukan Sosialisasi sistem remunerasi dirumah sakit 3. Melakukan penerapan sistem remunerasi 4. Memonitoring dan evaluasi secara berkala dalam penerapan remunerasi
pemintaan
Ihsan, Ruang ruangan terpenuhi bantuan pada Asal pihak terkait
yaitu : 1. Pay for Position 2. Pay for Performanc e 3. Pay for People Dari ketiga komponen diatas, maka yang sering ramai diperbincangkan adalah komponen ke-2
yaitu Pay
for Performance (P2).
Karena
pada poin inilah diskursus tentang nomenklatur insentif atau jasa
menyusun
melakukan evaluasi yang sistem menyeluruh remunerasi terhadap sistem adalah remunerasi dengan membentuk tim melakukan yang diberikan analisis jabatan. kewenangan Namun untuk memberikan masukan dan melakukan membuat analisis jabatan formulasi sistem ini memerlukan remunerasi yang akurat dan tepat jangka waktu dengan yang Panjang memperhatikan sehingga perlu proporsionalitas, diperhatikan kesetaraan, kepatutan, kinerja dalam dan prinsip. pelaksanaan 2. Perlu diperbaiki analisis jabatan sistem komunikasi, ini. kemudian disosialisasikan
97
pelayanan terjadi.
antara tenaga fungsional dengan manajemen rumah sakit tentang sistem remunerasi serta dilakukan evaluasi secara berkala.
Salah
satu
jasa
pelayanan
yang
dapat digunakan yaitu
anggaran
dari klaim BPJS. 3.
Diruangan
-
Belum melaksanakan ronde
-
keperawatan, Pelaksanaan metode MPKP
yang
sudah terlaksana seperti supervisi,
-
Melakukan Sosialisasi mengenai ronde keperawatan Melakukan simulasi atau role play di ruang rawat inap tentang ronde keperawatan Membuat SOP ronde keperawatan berbasis syariah
Mengadakan
Kepala
Dapat
pelaksanaan
ruangan,
terlaksanakannya
ronde
perawat
ronde
keperawatan
primer,
dan keperawatan
serta
perawat
sesuai
meningkatkan
asosiate
SOP
dengan
evaluasi
melakukan
penilaian SOP
evaluasi penilaian secara rutin
dan
SOP
Dengan dilakukannya ronde keperawatan di ruangan, dapat menumbuhkan cara berfikir yang kritis dan sistematis, meningkatkan kemampuan validitas data pasien, meningkatkan kemampuan dalam
Perawat
-
Tingkatkan
diruangan tidak pengetahuan semua
mengenai
mengetahui
keperawatan
tentang
ronde
keperawatan
perawat ronde
- Lakukan pelatihan kepada mengenai keperawatan
perawat ronde
98
DRK,
dan
menentukan diagnosis keperawatan, meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja, dan masalah yang dialami pasien dapat teratasi
penilaian berdasarkan SOP
belum
berjalan dengan baik
4.
Diruangan
-
tidak memasang SOP disetiap alat kesehatan
-
-
Membuat Pengajuan pengadaan SOP pemakaian alat kepada kepala ruangan di setiap alat kesehatan Memasang SOP pada setiap alat kesehatan Memasang SOP di ruang
Meningkatkan Kepala
Dapat
Setelah terpasang Perawat
pemasangan
terpasangnya
SOP disetiap alat diruangan tidak
Ruangan
SOP disetiap
SOP
alat kesehatan
alat kesehatan
-
di setiap kesehatan dapat semua meningkatkan
memahami
pengetahuan dan tentang pemahaman setiap
perawat
mengenai penggunaan alat kesehatan.
SOP
alat kesehatan.
Setelah terpasang SOP di setiap alat kesehatan Lakukan supervise dari kepala ruangan kepada seluruh perawat untuk membaca dan memahami SOP sebelum memakai alat kesehatan
99
-
5.
Konsep organisasi keuangan ruangan
penyimpanan Alat kesehatan. Melakukan supervise dari kepala ruangan kepada seluruh perawat untuk membaca dan memahami SOP sebelum memakai alat kesehatan
1. Membuat Meningkatkan Bagian struktur organisasi pengelolaan keuangan dalam pengelolaan keuangan ruangan keuangan
2. Membuat belum sesuai perencanaan untuk mengajukan dengan kontroling tiap konsep yang ruangan dengan di hadiri oleh kepala telah ruangan dan pihak ditetapkan terkait mengenai pengorganisasian (metode
ruangan
Meningkatkan
1. Telah dibentuk
. Alur pelaporan keluat
pengelolaan
struktur
masuk
keuangan
organisasi terkait
ruangan
ruangan
pengelolaan
pada
keuangan
organisasi yang telah
ruangan
dibuat 2.
2.
Perencanaan
terkait
keuangan berdasarkan struktur
controlling
keuangan
dapat
diaplikasikan
sesuai
100
kontroling
keuangan.
controlling
dengan fungsinya
keuangan
dibuat
oleh
ruang
kepala
ruangan
masih
mengikuti atasan
untuk dan
didiskusikan
menunggu
dengan
intruksi
terkait
pihak
langsung dari pihak organisasi tertinggi, Belum
ada
pengelolaan keuangan 6.
SAK
1. Mengkaji
Meningkatkan Bagian
Meningkatkan keselamatan pasien
diruangan
resiko jatuh
penerapan
tidak
pada seluruh
SAK
selamanya
pasien
hanya sesuai Pengendaliaan
diterapkan
2. Mengkaji
dengan
Pencegahan
tidak dan
1. Telah
1. Kepatuhan
Melakukan
dibuatnya
perawat
pemantauan
SOP penilaian
dalam
suvervisi
resiko jatuh
penerapan
perawat
dalam
penilaian
penerapan
patient
atau terhadap
101
(intervensi
resiko infeksi
kebutuhan
sesuai
pada seluruh
pasien
SAK
dilakukan sesuai
pasien 3. Melakukan
Infeksi (PPI)
pada pasien 2. Telah dibuatnya
resiko jatuh safety / keselamatan pada pasien pasien 2. Kepatuhan
SOP
perawat
kebutuhan
pelatihan dan
pencegahan
dalam
pasien saja)
workshop
infeksi
penerapan
mengenai
pencegahan
pasien safety
infeksi seperti cuci tangan dan five moment 3. Kepatuhan perawat dalam penerapan 6 sasaran patient safety /
102
keselamata n pasien
103
B. Pembahasan Hampir semua lembaga dalam pendekatannya banyak menggunakan kajian SWOT. Hal tersebut di lakukan oleh semua lembaga untuk mengkaji kekuatan dan kelemahannya pada lembaga tersebut, sebelum menentukan tujuan dan menggariskan tindakan pencapaian tujuan, yang merupakan konsekuensi logis yang perlu ditempuh perusahaan agar supaya lancar didalam operasionalnya. Analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opprtunities, and Threats) telah menjadi salah satu alat yang berguna dalam dunia Kesehatan. Namun demikian tidak menutup kemungkinan untuk digunakan sebagai aplikasi alat bantu pembuatan keputusan dalam pengenalan program-program baru di lingkungan rumah sakit. Proses penggunaan manajemen analisis SWOT menghendaki adanya suatu survei internal tentang Strengths (kekuatan) dan Weaknesses (klemahan) program, serta
survei
eksternal
atas
Opportunities
(ancaman)
dan
Thterats
(peluang/kesempatan). Berdasarkan hasil analisis dari data kasus di ruang asal RSUD Al-Ihsan didapatkan prioritas masalah dari analisis SWOT yaitu prioritas pertama M3 (methode) dengan jumlah skor analisis SWOT (2,6), kedua M1 (Man/SDM) dengan jumlah skor analisis SWOT (2,4), ketiga manajemen keuangan keperawatan dengan jumlah skor analisis SWOT (2), keempat manajemen mutu asuhan keperawatan dengan jumlah skor analisis SWOT (2), kelima M4 (Material/Machine) dengan jumlah skor analisis SWOT (1,6), dan keenam M2 (Money) dengan jumlah skor analisis SWOT (-3,5). Permasalahan yang pertama yaitu M3 (Methode) dimana permasalahan yang terjadi yaitu belum melaksanakan ronde keperawatan, Pelaksanaan metode MPKP yang sudah terlaksana seperti supervisi, DRK, dan penilaian berdasarkan SOP belum berjalan dengan baik, setelah dianalisis untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan mengadakan kegiatan yaitu melakukan Sosialisasi mengenai ronde keperawatan, melakukan pelatihan ronde keperawatan, melakukan simulasi atau role play di ruang rawat inap, membuat SOP ronde keperawatan serta, mengevaluasi dan motivasi perawat dalam melakukan tindakan berdasarkan SOP.
104
Ronde keperawatan merupakan suatu metode dalam pelayanan keperawatan yang berguna meningkatkan pelayanan kepada pasien dan memberikan masukan kepada perawat tentang asuhan keperawatan. Ronde keperawatan akan meningkatkan keterampilan dan pengetahuan pada perawat. Adapun manfaat ronde keperawatan yaitu membantu mengembangkan keterampilan keperawatan. Selain itu juga dengan adanya ronde keperawatan akan menguji pengetahuan perawat. Melalui ronde keperawatan, evaluasi kegiatan, rintangan yang dihadapi oleh perawat atau keberhasilan dalam asuhan keperawatan dapat dinilai. Berdasarkan jurnal (Febriana, 2009) ronde keperawatan meningkatkan kepuasan pasien lima kali dibanding tidak dilakukan ronde keperawatan. Penelitian lainnya dibutikan oleh junal (Rohita, 2017) bahwa dengan melakukan ronde keperawatan dapat meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan dirumah sakit. Permasalahan yang kedua mengenai M1 (Man/SDM) dimana terdapat permasalahan mengenai tingginya beban kerja perawat, setelah dilakukan analisis penyebabnya yaitu Secara Kuantitas SDM di Ruang ‘Asal belum memenuhi setandar yang ditetapkan berdasarkan rumus kebutuhan tenaga dari depkes yaitu seharusnya berjumlah 25 orang tetapi yang ada baru berjumlah 19 orang. Untuk mengatasi pemasalahan tersebut yaitu dengan melakukan rekrutmen sesuai kebutuhan tenaga perawat diruangan sesuai rasio. Permasalahan yang ketiga yaitu manajemen keuangan keperawatan dimana permasalahan yang terjadi yaitu konsep organisasi keuangan ruangan belum sesuai dengan konsep yang telah ditetapkan, metode kontroling keuangan ruang masih mengikuti atasan dan menunggu intruksi langsung dari pihak organisasi tertinggi, dan belum ada pengelolaan keuangan ruangan mulai dari pemasukan dan
pengeluaran.
Setelah
dilakukan
analisis
penyebabnya
yaitu
Cara
pengontoralan ruangan dalam pengelolaan alat yaitu fungsional, perawat mencatat kebutuhan pada waktu itu juga, dimana kebutuhan-kebutuhan seperti barang yang masuk, digunakan, dan barang yang dikembalikan karna tidak terpakai atau jangka waktu telah habis, seperti halnya obat-obatan dan alat kesehatan lainnya. Hal ini disebabkan karena pimpinan tertinggi perusahaanlah yang paling berwewenang dan paling bertanggung jawab atas kegiatan-kegiatan perusahaan
105
secara keseluruhan. Pengorganisasian keuangan belum sepenuhnya teratur dan belum ada aturan yang ditetapkan secara tetap. Untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan mengadakan kegiatan yaitu membuat struktur organisasi dalam pengelolaan keuangan, mengadakan perencanaan untuk rancangan mengajukan kontroling tiap ruangan dengan di hadiri oleh kepala ruanagan dan pihak terkait mengenai pengorganisasian keuangan. Permasalahan yang keempat yaitu manajemen mutu keperawatan dimana permasalahan yang terjadi yaitu Intervensi sesuai SAK dilakukan sesuai kebutuhan pasien saja, setelah dilakukan analisis penyebabnya yaitu adanya keterbatasan alat di ruangan sehingga Intervensi sesuai SAK tidak selamanya di terapkan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan mengadakan kegiatan yaitu mengkaji resiko jatuh pada seluruh pasien, mengkaji resiko infeksi pada seluruh pasien dan melakukan pelatihan dan workshop mengenai pasien safety. Patient Safety atau keselamatan pasien adalah suatu sistem yang membuat asuhan pasien dirumah sakit menjadi lebih aman. Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil. Sehingga dalam melakukan asuhan keperawatan semua perawat atau petugas kesehatan lainnya harus selalu memperhatikan keselamatan pasien bukan hanya fokus pada intervensi pasien tersebut. Keselamatan pasien yang harus diperhatikan ada 6 sasaran menurut IPSG (International Patient Safety Goals) yaitu identifikasi pasien, komunikasi efektif, pengelolaan high alert medication, safety surgery, resiko infesi dan resiko jatuh. Permasalahan
yang
kelima
yaitu
M4
(Material/machine)
dimana
permasalahan yang terjadi yaitu tidak memasang SPO disetiap alat kesehatan, setelah dilakukan analisis penyebabnya yaitu sudah terdapat SPO pada setiap alat tetapi tidak terpasang karena menghindari kerusakan SPO tersebut. Untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan mengadakan kegiatan yaitu membuat pengajuan pengadaan SPO pemakaian alat kepada kepala ruangan di setiap alat kesehatan, memasang SPO pada setiap alat kesehatan, memasang SPO di ruang penyimpanan Alat kesehatan dan melakukan supervise dari kepala ruangan kepada seluruh perawat untuk membaca dan memahami SPO sebelum memakai
106
alat kesehatan.
Berdasarkan jurnal (Sigana, 2017) bahwa faktor yang
mempengaruhi kepatuhan perawat dalam melaksanakan Standart Operasional prosedur yaitu informasi, evaluasi pelatihan, sikap perawat, pengawasan, lingkungan, figur, tanggung jawab, otoritas, pendidikan, ketersediaan alat, dan juga tehnologi di harapkan menjadi upaya yang bisa di penuhi oleh perawat atau penyedia layanan kesehatan untuk dapat meningkatkan profesionalitas. Dengan dilakukannya pemasangan SOP pada setiap alat kesehatan akan menjadikan informasi kepeda perawat sebelum menggunakan alat tersebut agar tidak terjadi kesalahan dalam penggunaannya. Permasalahan yang keenam mengenai M2 (Money) dimana permasalahan yang terjadi yaitu tidak adanya bantuan untuk anggaran rumah sakit dan bangsal, setelah dilakukan analisis penyebabnya yaitu unit rumah sakit yang masih sentral. Untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu melakukan sistem remunerasi. Mochammad Surya (2004) menyebutkan bahwa “Remunerasi mempunyai pengertian berupa “sesuatu” yang diterima pegawai sebagai imbalan dari kontribusi yang telah diberikannya kepada organisasi tempat bekerja. Remunerasi mempunyai makna lebih luas daripada gaji, karena mencakup semua imbalan, baik yang berbentuk uang maupun barang, baik yang diberikan secara langsung maupun tidak langsung, dan baik yang bersifat ruitn maupun tidak rutin, imbalan langsung terdiri dari gaji/upah, tunjangan jabatan, tunjangan khusus, bonus yang dikaitkan atau tidak dikaitkan dengan prestasi dan berbagai jenis bantuan terdiri dari fasilitas, kesehatan, dana pensiun, gaji, cuti, santunan musibah.” Kegiatan yang akan dilakukan berupa melakukan analisis sistem remunerasi untuk kebutuhan rumah sakit, melakukan Sosialisasi sistem remunerasi dirumah sakit, melakukan penerapan sistem remunerasi, emonitoring dan evaluasi secara berkala dalam penerapan remunerasi. Berdasarkan jurnal (Datota, 2017) bahwa Impelementasi kebijakan remunerasi di Rumah Sakit A telah berlangsung cukup baik dan sesuai dengan KMK 165 tahun 2008 yang dibuktikan dengan meningkatnya kinerja pelayanan dan keuangan sebelum dan setelah pelaksanaan remunerasi.
107
Rumah sakit merupakan suatu sarana kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan. Dalam rangka meningkatkan kualitas jasa kesehatan, kualitas pelayanan, dan kepuasan pasien menjadi indikator keberhasilan penyelenggaraan pelayanan di rumah sakit. Ronde keperawatan dan kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan merupakan bagian dari kualitas pelayanan keperawatan di rumah sakit. Ronde keperawatan merupakan suatu metode dalam pelayanan keperawatan yang berguna meningkatkan pelayanan kepada pasien dan memberikan masukan kepada perawat tentang asuhan keperawatan. Ronde keperawatan akan meningkatkan keterampilan dan pengetahuan pada perawat. Adapun manfaat ronde keperawatan yaitu membantu mengembangkan keterampilan keperawatan. Selain itu juga dengan adanya ronde keperawatan akan menguji pengetahuan perawat. Melalui ronde keperawatan, evaluasi kegiatan, rintangan yang dihadapi oleh perawat atau keberhasilan dalam asuhan keperawatan dapat dinilai. Ronde keperawatan juga dapat meningkatkan kepuasan pasien. Kualitas pelayanan keperawatan merupakan fokus utama kegiatan pengelolaan bidang keperawatan, terwujudnya pelayanan keperawatan yang berkualitas melalui pelaksanaan program pengendalian mutu yang berkesinambungan, keterlibatan, dan komitmen seluruh staf keperawatan serta peran pimpinan sebagai motivator. Pada jurnal yang berjudul “Peningkatan Kualitas Pelayanan Keperawatan Melalui Ronde Dan Pendokumentasian” dapat disimpulkan bahwa dengan adanya penerapan ronde keperawatan dan pendokumentasian asuhan keperawatan dengan baik maka kualitas pelayanan keperawatan pun akan meningkat. Diruangan Asal RSUD Al-Ihsan belum melaksanakan ronde keperawatan, Pelaksanaan metode MPKP yang sudah terlaksana seperti supervisi, DRK, dan penilaian berdasarkan SOP belum berjalan dengan baik. Penerapan implementasi menggunakan media yaitu melakukan simulasi atau role play di ruang rawat inap tentang ronde keperawatan, serta membuat SOP ronde keperawatan berbasis syariah. Dari penerapan implementasi menggunakan media tidak bisa di ketahui hasilnya seperti apa karena tidak diterapkan secara langsung di Rumah Sakit.
108
Kemudian hasil pengkajian mengenai M1 (Man/SDM) terdapat kelemahan yaitu secara kuantitas SDM di Ruang ‘Asal belum memenuhi standar yang ditetapkan berdasarkan rumus kebutuhan tenaga dari depkes yaitu seharusnya berjumlah 25 orang tapi yang ada baru berjumlah 19 orang. Maka terdapat masalah yaitu beban kerja perawat yang tinggi dengan prioritas masalah yang ke dua. Menurut Sunyoto (2012) Beban kerja adalah yang terlalu banyak dapat menyebabkan ketegangan dalam diri seseorang sehingga menimbulkan stress. Hal ini bisa disebabkan oleh tingkat keahlian yang dituntut terlalu tinggi, kecepatan kerja mungkin terlalu tinggi, volume kerja mungkin terlalu banyak dan sebagainya. Dampak negatif dari meningkatnya beban kerja adalah kemungkinan timbul emosi perawat yang tidak sesuai dengan harapan pasien. Beban kerja yang berlebihan ini sangat berpengaruh terhadap produktifitas tenaga kesehatan dan tentu saja berpengaruh terhadap produktifitas perawat. Perawat merasakan, bahwa jumlah perawat yang ada tidak sebanding dengan jumlah pekerjaan yang harus diselesaikan. Kondisi ini dapat memicu munculnya stres kerja, karena semua pasien rawat inap perlu mendapatkan pelayanan yang efektif dan efisien sehingga permasalahan yang dihadapi pasien segera terselesaikan. Penelitian Maharani & Budianto (2019) menunjukkan bahwa beban kerja dapat berpengaruh langsung terhadap stres kerja dan dapat juga berpengaruh tidak langsung yaitu dari beban kerja ke kinerja (sebagai variabel intervening) lalu ke stres kerja. Maka untuk menghindari dampak akibat beban kerja yang tinggi terdapat pemecahan masalahnya yaitu melakukan rekrutmen sesuai kebutuhan tenaga perawat diruangan sesuai rasio. Kemudian melakukan perencanaan agar meningkatkan jumlah SDM dengan indikator terpenuhinya kebutuhan tenaga perawat ruangan, dimana kegiatan nya yaitu menganalisis kebutuhan tenaga perawat
dan
melakukan
perekrutan
tenaga
pekerja
baru,
kemudian
mendistribusikan tenaga perawat berdasarkan beban kerja dan rasio. Pada tahap implementasi yang pertama dilakukan yaitu menganalisis kebutuhan tenaga perawat sesuai kebutuhan ruang menggunakan metode douglas
109
dengan hasil setelah menganalisis kebutuhan perawatan didapatkan total hasil 25 perawat yang dibutuhkan di ruang asal. Lalu implementasi yang kedua yaitu melakukan perekrutan tenaga pekerja baru sesuai yang dibutuhkan kemudian mendistribusikan tenaga perawat berdasarkan beban kerja dan rasio. Menurut metode douglas ruang asal membutuhkan 25 perawat. Saat ini ruangan asal hanya memiliki 19 perawat, maka mendistribuskan 6 pekerja baru untuk ruangan asal. Dengan hasil evaluasi setelah dilakukan perekrutan tenaga pekerja baru kemudian mendistribusikan tenaga perawat berdasarkan beban kerja dan rasio. Ruangan asal mendapatkan pekerja baru 6 orang. Dengan didapatkannya pekerja baru diharapkan dapat mengurangi beban kerja yang tinggi pada setiap perawat. Karena menurut Wrdani (2016) Bila perawat memiliki beban kerja yang tinggi, maka dapat memberikan pengaruh yang besar terhadap pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien dan keluarganya, sehingga tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan mungkin saja dapat mengalami penurunan. Tingkat kepuasan pasien merupakan indikator dari mutu sebuah pelayanan RS, sehingga jika banyak pasien/ keluarga yang tidak puas akan pelayanan keperawatan yang diberikan, maka akan berdampak terhadap ketidakloyalan customer, dan dalam jangka waktu yang panjang akan menurunkan persentase Bed Occupation Rate (BOR) dari RS tersebut. Namun sebaliknya semakin besar persentase kepuasan dari penerima jasa pelayanan, maka RS akan menjadi tempat rujukan utama bagi masyarakat dalam meminta pertolongan kesehatan. Standar Asuhan Keperawatan merupakan alat ukur untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas asuhan keperawatan. Standar pelayanan dan standar asuhan keperawatan tersebut berfungsi sebagai alat ukur untuk mengetahui, memantau dan menyimpulkan apakah pelayanan/asuhan keperawatan yang diselenggarakan di rumah sakit sudah mengikuti dan memenuhi persyaratanpersyaratan yang ditetapkan dalam standar tersebut. Di RSUD Al-Ihsan khususnya diruang Asal SAK diruangan tidak selamanya diterapkan (intervensi sesuai SAK hanya dilakukan sesuai kebutuhan pasien). Dokumentasi yang
110
lengkap harus menggunakan standar asuhan keperawatan yang digunakan sebagai penilaian kerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi dan implementasi keperawatan sampai evaluasi (Potter dan Perry, 2009) maka dari itu untuk kegiatan yang telah dilakukan diruangan yang pertama adalah mengkaji resiko jatuh pada seluruh pasien, mengkaji resiko infeksi pada seluruh pasien dan melakukan pelatihan juga workshop mengenai pasien safety kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan penerapan SAK tidak hanya sesuai dengan kebutuhan pasien. Media yang telah dibuat adalah SOP penilaian resiko jatuh pada pasien, SOP pencegahan infeksi, dan poster tentang patient safety/keselamatan pasien. Diharapkan untuk semua kegiatan dan media yang telah dibuat bisa lebih meningkatkan keselamatan pada pasien. Rencana tindak lanjut yang telah dibuat adalah melakukan pemantauan atau suvervisi terhadap perawat dalam penerapan patient safety/keselamatan pasien. Suatu standar/pedoman tertulis yang dipergunakan untuk mendorong dan menggerakkan suatu kelompok untuk mencapai tujuan organisasi. Standar operasional prosedur merupakan tatacara atau tahapan yang dibakukan dan yang harus dilalui untuk menyelesaikan suatu proses kerja tertentu (Potter, 2005). Dalam UU No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit pada Pasal 16 ayat (1) : Persyaratan peralatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat
(1)
meliputi
peralatan
medis
dan
non
medis
harus
memenuhi
standar pelayanan, persyaratan mutu, keamanan, keselamatan dan laik pakai. Hasil temuan dari kasus yang di dapat bahwa di RSUD Al-Ihsan belum memasang SPO pada setiap alat kesehatan. Belum tentu pemahaman Perawat diruangan sama mengenai penggunaan alat kesehatan, karena tidak semua memahami tentang SOP alat kesehatan. Maka dari itu sangat diperlukan untuk dilakukan pemasangan SOP di setiap alat kesehatan yang berada di ruangan. Masalah selanjutnya yang terdapat pada RSUD Al-Ihsan yaitu tidak terdapat bantuan anggaran Rumah Sakit dan anggaran terhadap bangsa. Sedangkan Money disini bermakna uang dan anggaran. Alur keuangan yang baik, seperti pemasukan itu menjadi hal penentu keberlangsungan kepemimpinan, keorganisasian dan
111
kemasyarakatan. Sebab, kualitas keuangan yang baik berdampak terhadap stabilitas kepemimpinan, keorganisasian dan kemasyarakatan (Sidik, 2020). Maka untuk mengatasi hal tersebut, dibutuhkan pemecahan masalah, yaitu dengan melakukan analisis sistem remunerasi untuk kebutuhan rumah sakit, melakukan Sosialisasi sistem remunerasi dirumah sakit, melakukan penerapan sistem remunerasi, memonitoring dan evaluasi secara berkala dalam penerapan remunerasi. Namun terdapat hambatan dalam melakukan kegiatan untuk mengatasi masalah diantarannya dalam melakukan sosialisasi sistem remunerasi dirumah sakit, melakukan penerapan sistem remunerasi, dan emonitoring dan evaluasi secara berkala dalam penerapan remunerasi. Karena pada langkah awal dalam menyusun sistem remunerasi adalah dengan melakukan analisis jabatan (Hidayah, 2018). Untuk melakukan analisis jabatan ini memerlukan jangka waktu yang panjang. Sehingga perlu ditetapkan rencana tindak lanjut untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan : 1. Menginformasikan kepada pihak direksi, agar dapat melakukan evaluasi yang menyeluruh terhadap sistem remunerasi dengan membentuk tim yang diberikan kewenangan memberikan masukan dan membuat formulasi sistem remunerasi yang akurat dan tepat dengan memperhatikan proporsionalitas, kesetaraan, kepatutan, kinerja dan prinsip. 2. Menginformasikan kepada tenaga fungsional untuk memperbaiki system komunikasi, kemudian disosialisasikan antara tenaga fungsional dengan manajemen rumah sakit tentang sistem remunerasi serta dilakukan evaluasi secara berkala.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan asuhan keperawatan manajemen unit yang telah dilakukan sejak tanggal 28 April 2020 hingga 12 Mei 2020 melalui kasus yang telah dibagikan pada tanggal 27 April 2020 dan berdasarkan kepada unsur manajemen input, proses, output serta analisis SWOT yang telah dilakukan terhadap unit perawatan Ruang Asal RSUD Al-Ihsan didapatkan hasil bahwa terdapat enam permasalahan yang terjadi dengan prioritas masalah pertama terletak pada unsur methode (2,6), kedua man (2,4), ketiga manajemen keuangan (2), keempat manajemen mutu keperawatan (2), kelima unsur material/mechine (1,6) dan keenam unsur money (-3,5). Pada Kenyataannya pelaksanaan manajemen unit di ruangan Asal RSUD AlIhsan telah berjalan dengan baik dan menggunakan model praktik keperawatan profesional (MPKP), namun melihat kepada prioritas masalah yang telah dipaparkan bahwa unsur methode ini menempati urutan prioritas pertama, hal ini terjadi karena masih ada kegiatan yang belum dilaksanakan oleh ruangan yaitu Ronde Keperawatan dan alasan kenapa unsur ini menjadi prioritas utama dikarenakan melalui ronde keperawatan ini dapat menambah keterampilan dan pengetahuan perawat mengenai kasus yang dikelola dengan membahas kasus yang terjadi di lapangan bersamaan dengan menyertakan penelitian terbaru terkait permasalahan keperawatan yang sedang terjadi sehingga dengan hasil akhir yang didapatkan dari ronde keperawatan ini dapat mendukung kinerja perawat dalam melakukan asuhan keperawatan yang dimana hal ini merupakan suatu metode dalam pelayanan keperawatan yang berguna untuk meningkatkan pelayanan kepada pasien dan meningkatkan mutu asuhan keperawatan kepada pasien. Membahas mengenai mutu asuhan keperawatan tentunya membahas mengenai patient safety
yang menjadi prioritas masalah keempat yang dimana dalam
laporan ini pula telah direncanakan dan dibahas SOP mengenai patient safety.
112
Meski demikian bukan berarti permasalahan yang lain dikesampingkan, dalam laporan ini juga telah direncanakan dan dibahas bagaimana cara untuk menangani permasalahan lainnya yang terjadi, namun yang menjadi fokus utama perencanaan yang dibuat adalah mengenai ronde keperawatan dan patien safety yang dapat mendukung dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dalam melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien.
B. Saran Berdasarkan hasil analisis dan asuhan manajemen unit yang telah dilakukan berikut saran yang dapat disampaikan untuk pihak terkait : 1.
Memberikan
sosialisasi
dan
mengadakan
simulasi
mengenai
ronde
keperawatan kepada perawat di ruang Asal 2.
Mempertimbangan Standar Operasional Prosedur yang telah dibuat oleh kelompok untuk dapat digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan ronde keperawatan, dan
3.
Meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dengan tetap selalu berpedoman pada patient safety.
DAFTAR PUSTAKA Datota, I. (2017). Implementasi Kebijakan Remunerasi Di Rumah Sakit Pemerintah. Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia. Febriana. (2009). Pengaruh nursing round terhadap kepuasan pasien pada pelayanan keperawatan di rumah sakit MMC jakarta. FIK UI. Hidayah, N. (2018, September 4). Ilmu Manajemen. Diambil kembali dari http://nurhidayah.staff.umy.ac.id/analisis-jabatan-dalam-systemremunerasi-rumah-sakit/, diakses tanggal 14 Mei 2020 jam 13.25 Maharani, R., & Budianto, A. (2019). Pengaruh Beban Kerja Terhadap Stres Kerja dan Kinerja Perawat Rawat Inap Dalam. journal of managementReview ISSN-P : 2580-4138 ISSN-E 2579-812X Volume 3 Number 2, 327-332. Nursalam. (2007). Manajemen keperawatan . Jakarta: Salemba Medika. PSIK. 2015. Buku Panduan Manajemen Keperawatan. Program Pendidikan Ners. Surabaya. Potter, P. &., 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktik. 4 ed. Jakarta: EGC Kedokteran. Rohita, T. (2017). Peningkatan Kualitas Pelayanan Keperawatan Melalui Ronde dan Pendokumentasian. Dunia Keperawatan. Sigana, B. P. (2017). Fakto-faktor yang Memperngaruhi Pelaksanaan SOP. Sidik,
H. M. (2020). UNSUR 9M DALAM KEPEMIMPINAN, KEORGANISASIAN DAN KEMASYARAKATAN SEBAGAI PENGEMBANGAN DARI UNSUR 5M MANAJEMEN.
Sunyoto, D. (2012). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : PT. Buku Seru. Werdani, Y. D. (September 2016). Pengaruh Beban Kerja Mental Perawat Terhadap Tingkat Kepuasan Pasien Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Swasta Di Surabaya. Jurnal Ners LENTERA, Vol. 4, No. 2, 97-105.
LAMPIRAN Lampiran 1 Analisis Jurnal ANALISIS JURNAL RONDE KEPERAWATAN DI RUANG ASAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AL-IHSAN BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kinerja dapat dipandang sebagai proses maupun hasil pekerjaan. Kinerja merupakan suatu proses pekerjaan yang berlangsung untuk mencapai hasil kerja dan hasil pekerjaan itu sendiri juga menunjukkan kinerja (Triwibowo, 2013). Perilaku kerja perawat terlihat dari cara kerja yang penuh semangat, disiplin, bertanggung jawab, melaksanakan tugas sesuai standar yang ditetapkan, memiliki motivasi dan kemampuan kerja yang tinggi serta terarah pada pencapaian tujuan rumah sakit. Hasil kerja perawat merupakan proses akhir dari suatu kegiatan yang dilakukan dalam mencapai sasaran. Hasil kerja dapat dicapai secara maksimal apabila perawat mempunyai
kemampuan
dalam
mendayagunakan
pengetahuan,
sikap,
dan
keterampilan (PPNI, 2005). Desain kerja dalam kinerja keperawatan sangat mempengaruhi kinerja perawat dalam
memberikan
asuhan
keperawatan
(Barker
et
al.,
2011).
Menurut
Mangkunegara (2014), secara teoritis ada tiga faktor yang mempengaruhi perilaku kerja dan kinerja, yaitu: a) faktor individu dikelompokkan pada subvariabel kemampuan, keterampilan dan latarbelakang demografi, b) faktor organisasi dikelompokkan pada subvariabel sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur desain pekerjaan, c) faktor psikologi dikelompokkan pada subvariabel persepsi, sikap, kepribadian, belajar dan motivasi. Ketiga faktor tersebut mempengaruhi kelompok kerja yang pada akhirnya mempengaruhi kinerja individu.
Perawat sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas asuhan keperawatan dan merupakan faktor yang paling menentukan untuk tercapainya pelayanan kesehatan yang optimal dengan asuhan keperawatan yang bermutu. Untuk dapat melaksanakan asuhan keperawatan dengan baik seorang perawat perlu memiliki kemampuan berhubungan dengan klien dan keluarga, serta berkomunikasi dengan anggota tim kesehatan lain, mengkaji kondisi kesehatan klien baik melalui wawancara, pemeriksaan fisik maupun menginterprestasikan hasil pemeriksaan penunjang, menetapkan diagnosis keperawatan dan memberikan tindakan yang dibutuhkan klien, mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah diberikan serta menyesuaikan kembali perencanaan yang telah dibuat dan sebagainya (Copel, 2007). Salah satu strategi yang untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan adalah dengan pelaksanaan program ronde keperawatan yang merupakan salah satu implementasi dari Relationship Based Care. Ronde keperawatan memungkinkan perawat untuk melakukan hubungan timbal balik dengan pasien secara teratur dan sistematis untuk menunjukkan keberadaan perawat dalam membantu mengantisipasi kebutuhan dan memberikan kenyamanan serta perlindungan bagi pasien (Woolley et. al., 2012). Ronde keperawatan merupakan strategi yang efektif dalam memulai banyak perubahan dalam aspek perawatan terutama meningkatkan komunikasi di antara anggota tim terkait interaksi antar perawat (Aitken et al., 2010). Hasil analisis SWOT yang sudah dilakukan pada kasus kajian situasi ruang asal Rumah Sakit Umum Daerah Al-Ihsan Bandung, terdapat prioritas masalah yang terjadi yaitu mengenai M3 (Methode) dimana Belum melaksanakan ronde keperawatan, Pelaksanaan metode MPKP yang sudah terlaksana seperti supervisi, DRK, dan penilaian berdasarkan SOP belum berjalan dengan baik. Maka penulis tertarik untuk mencari referensi mengenai ronde keperawatan agar bisa dilakukan di ruangan asal Rumah Sakit Umum Daerah Al-Ihsan Bandung. Karena ronde keperawatan memiliki manfaat yaitu untuk menumbuhkan cara berpikir kritis dan sistematis, meningkatkan kemampuan validasi data klien, meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan, menumbuhkan pemikiran tentang tindakan
keperawatan yang berorientasi pada masalah klien, meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan keperawatan dan, meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja.
BAB II ANALISIS JURNAL
A. PICO P (Patient/Problem) I (Intervention) C (Comparisson)
: : :
Kinerja perawat dan kualitas pelayanan Ronde keperawatan Pengaruh ronde keperawatan terhadap kinerja
:
perawat dan kualitas pelayanan Apakah ada pengaruh ronde keperawatan
O (Outcome)
terhadap
kinerja
perawat
dan
kualitas
pelayanan?
Metode/Strategi penelusuran bukti Metode penelusuran jurnal ini berasal dari google scholar yang diakses pada tanggal 30 April 2020. Penulis mencari kata ronde keperawatan, kinerja perawat, kualitas pelayanan dan terdapat 191 jurnal. Kemudian di kriteria nya diambil dari tahun 2016 -2020.
Nama Sumber
Strategi
tempat
pencarian (Kata
pencarian
Kunci)
Google Scholars
Kriteria Inklusi
Kriteria Eksklusi
Ronde
Ronde
Berbayar,
keperawatan,
keperawatan,
kinerja perawat,
tahun 2016 –
kualitas pelayanan
2020, eksperimen
Eksperimen pada hewan
Strategi Penelusuran Bukti
Judul
Nama Penulis Tahun Keyword Kriteria Inklusi
Kriteria Eksklusi Jumlah Responden
Masalah Metodelogi
Alat Ukur
Jurnal (1) Peningkatan Kualitas Pelayanan Keperawatan Melalui Ronde Dan Pendokumentasian
Jurnal (2) Penguatan Kinerja Perawat dalam Pemberanian Asuhan Keperawatan Melalui Pelatihan Ronde Keperawatan di Rumah Sakit Royal Prima Medan Roymond H. Simamora, Evicarota Bukit, Jenni Tita Rohita, Krisna Yetti Marlindawani Purba, Juwita Siahaan. 2017 2017 Kualitas pelayanan, Ronde keperawatan, kinerja pendokumentasian, ronde perawat, asuhan keperawatan. Pada penelitian ini tidak Pada penelitian ini tidak menjelaskan kriteria inklusi. menjelaskan kriteria inklusi.
Pada penelitian ini tidak menjelaskan kriteria eksklusi. 21 responden
Ronde Keperawatan Penelitian ini menggunakan metode penelitian studi kasus dengan pendekatan eksplorasi deskriptif Pada fase awal dilakukan identifikasi masalah dengan menggunakan teknik wawancara, observasi dan
Jurnal (3) Pengaruh Pelatihan Ronde Keperawatan Terhadap Kinerja Perawat Dalam Asuhan Keperawatan Di Rs Royal Prima Medan Juwita Verawati Siahaan, Albiner Siagian, Evi Karota Bukit
2018 Ronde keperawatan, kinerjaperawat, asuhan keperawatan Kriteria inklusi: Rentang usia 21-45 tahun, Masa kerja lebih dari 3 bulan sebagai perawat, Pendidikan minimal D-III keperawatan, dan Perawat yang bekerja di ruang rawat inap Pada penelitian ini tidak Pada penelitian ini tidak menjelaskan kriteria menjelaskan kriteria eksklusi. eksklusi. 32 responden Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 64 perawat yaitu 32 perawat pada kelompok kontrol dan 32 perawat pada kelompok intervensi Ronde Keperawatan Ronde Keperawatan Metodelogi dalam penelitian Penelitian ini menggunakan ini tidak dijelaskan. metode quasi eksperiment dengan pretest-posttest with control group design.. Alat ukur yang digunakan Peneliti terlebih dahulu yaitu menggunakan mengukur kinerja perawat kuesioner Pre dan Post test dengan menggunakan kuesioner pada kelompok
Analisa yang digunakan
Hasil
Level of evidence
menggunakan kuesioner. Analisa data menggunakan analisa strengths, weaknesses, opportunities, dan threats (SWOT) serta diagram fish bone, penentuan masalah manajemen keperawatan dilakukan dengan menggunakan metode Fokus Group Discussion (FGD). Berdasarkan hasil kuesioner yang diberikan kepada perawat di ruangan sejumlah 21 orang, diperoleh data pengetahuan perawat tentang pelaksanaan ronde keperawatan dan pendokumentasia asuhan keperawatan melalui kuesioner, data di peroleh terjadi peningkatan pengetahuan terkait definisi, tujuan, waktu, prosedure pelaksanaan. Dari sebelum 68% menjadi 85%.
4d
kontrol dan intervensi. Penentuan masalah Hasil analisa data dengan manajemen keperawatan menggunakan uji Paired Tdilakukan dengan Test dan Independent T-Test menggunakan metode Fokus Group Discussion (FGD).
Berdasarkan telaah hasil kegiatan dilakukan Pelatihan bahwa kinerja perawat pada kategori tinggi. Hal ini dapat dilihat dari hasil jawaban kuesioner sesudah pelatihan bahwa perawat selalu melakukan pengkajian kepada pasien (62,50%), perawat sudah teratur memeriksa kondisi pasien (56,25%), dan selalu melakukan pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga (56,25%). Hal ini menunjukan bahwa pelatihan ronde keperawatan yang dilakukan telah memberian pengetahuan dan motivasi kepada perawat dalam pemberian asuhan keperawatan. Sehingga memberi dampak perubahan pada kinerja perawat 2a
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh pelatihan ronde keperawatan terhadap kinerja perawat dalam asuhan keperawatan di RS. Royal Prima Medan. Hal ini menunjukkan bahwa pelatihan ronde keperawatan telah memberi implikasi terhadap peningkatan kemampuan perawat baik dari aspek pengetahuan maupun keterampilan perawat dalam pemberian asuhan keperawatan sehingga kinerja perawat dalam pemberian asuhan keperawatan semakin optimal.
2a
A. VIA
Jurnal (1) Judul :
V (Validity) V1 (Validitas Seleksi)
Peningkatan Kualitas Penelitian
ini
Ronde
menggunakan
I (Important) keperawatan
metode meningkatkan keterampilan dan
Pelayanan
penelitian studi kasus dengan pendekatan pengetahuan
Keperawatan
eksplorasi deskriptif.
Manfaat
pada
ronde
kriteria inklusi dan kriteria eksklusinya.
aplikasikan
karena
hanya
perawat. memerlukan
proses
keperawatan komunikasi
Melalui Ronde Dan Pada penelitian ini tidak menjelaskan adalah Pendokumentasian
A (Applicability) akan Ronde keperawatan mudah di
dan
interaksi
membantu sesama perawat serta pasien
mengembangkan keterampilan dalam memecahkan masalah
Penelitian ini dilakukan pada 21 perawat di keperawatan. Selain itu juga keperawatannya Penulis : Tita
RSUD Kota Depok
Rohita,
Yetti
dengan
Krisna
keperawatan V2 (Validitas Informasi) :
Dunia
masalah
dengan
akan
ronde mengevaluasi menguji keperawatan
pengetahuan perawat. Melalui
Pada fase awal dilakukan identifikasi ronde Publiser :
adanya
menggunakan
keperawatan,
teknik kegiatan,
rintangan
serta pelayanan yang
telah
diterima oleh pasien.
evaluasi Waktu ronde keperawatan ini yang juga
relatif
Keperawatan, wawancara, observasi dan menggunakan dihadapi oleh perawat atau tergantung
bervariasi
seberapa
rumit
Volume 5, Nomor 1, kuesioner. Data yang diperoleh dari hasil keberhasilan
dalam
asuhan permasalahan pasien, berkisar
Maret
dapat
dinilai. 1 jam dengan syarat intensitas
wawancara,
observasi
dan
kuesioner keperawatan
dikelompokkan dan dilakukan analisa.
Ronde
keperawatan
juga ruangan sedang tenang.
Analisa Tahun : 2017
data
menggunakan
analisa meningkatkan kepuasan pasien.
strengths, weaknesses, opportunities, dan threats (SWOT) serta diagram fish bone, penentuan masalah manajemen keperawatan dilakukan dengan menggunakan metode Fokus Group Discussion (FGD). Program inovasi dibuat secara rinci dalam bentuk Plan of Action (POA) yang dibuat bersama pada saat FGD sehingga program tersebut menjadi program kerja bersama yang
akan
bersama
dilakukan demi
dan diupayakan
peningkatan
kualitas
pelayanan keperawatan di RSUD Kota Depok. V3 (validitas pengontrolan perancu) : Pada penelitian ini tidak dijelaskan kriteria inklusi dan eksklusi
V4 (validitas analisis) : Berdasarkan hasil kuesioner yang diberikan kepada perawat di ruangan sejumlah 21 orang, diperoleh data pengetahuan perawat tentang pelaksanaan ronde keperawatan dan pendokumentasia
asuhan
keperawatan
melalui kuesioner, data di peroleh terjadi peningkatan pengetahuan terkait definisi, tujuan, waktu, prosedure pelaksanaan. Dari sebelum 68% menjadi 85%. V5 (validitas eksterna) : Penelitian
Febriana
(2009)
ronde
keperawatan meningkatkan kepuasan pasien lima kali dibanding tidak dilakukan ronde keperawatan. Jurnal (2) Judul : Penguatan Perawat
V (Validity) V1 (Validitas Seleksi) :
Kinerja Dalam penelitian dalam validitas seleksi.
ini
tidak
I (Important) A (Applicability) Penelitian ini penting untuk Penelitian ini mudah dijelaskan mengetahui
kinerja
di
perawat aplikasikan
dan
tidak
setelah dilaksanakannya ronde dibutuhkan
biaya,
perawat
keperawatan, selain itu ronde bisa
dengan
mudah
Pemberanian Asuhan V2 (Validitas Informasi) : Keperawatan Melalui Metode yang digunakan adalah:
keperawatan
sangat
penting mengaplikannya
dalam mengupayakan pasien karena perawat paling sering
pelayanan yang berinteraksi dengan pasien. Ronde 1. Kegiatan 1: Melakukan Focus Group mendapat Discussion berkualitas, ronde keperawatan di
Pelatihan Keperawatan
Rumah Sakit Royal 2. Kegiatan 2: Merumuskan permasalahan sangat penting bagi pasien dan yang ada, serta mencari solusi perawat karena di dalam Prima Medan. pemecahan masalah dengan memilih kegiatannya
terdapat
kontak
Kegiatan
menerus
antara
Pelatihan
sebagai
design yang
pemecahan masalah
Penulis : Evicarota
Bukit,
Jenni
Marlindawani
di awali dengan pelaksanaan Pretest, dilanjutkan dengan Pemberian materi
Purba, 4. Kegiatan
Juwita Siahaan
Ronde
4:
Simulasi
Keperawatan
Pelaksanaan (Role
Play)
seetelah semulasi melaksanakan hasil pelatihan
Publiser : Jurnal
Pengabdian 5. Kegiatan 5: Melakukan Post test
Kepada
Masyarakat 6. Kegiatan 6: Penyampaian Pretest dan
Volume 23. No 2,
Post test.
terus
perawat dengan pasiennya.
H. 3. Kegiatan 3: Pelaksanaan pelatihan, yang
Roymond Simamora,
langsung
April – Juni 2017 pISSN: 0852-2715, e- V3 (validitas pengontrolan perancu) : ISSN: 2502-7220.
Dalam penelitian ini tidak ditemukan adanya variabel perancu.
Tahun : 2017.
V4 (validitas analisis) : Dalam penelitian ini menunjukan bahwa kinerja perawat sebelum dan sesudah pelatihan ronde keperawatan didapatkan perbedaan nilai mean -31,62 dan nilai signifikansi p-value=0,00 (p 0,05) maka H0 diterima
yaitu
tidak
terdapat
perbedaan
yang
signifikan antara kinerja perawat sebelum dan sesudah pelatihan ronde keperawatan pada kelompok control. Sedangkan pada kelompok intervensi didapat perbedaan nilai mean - 31,63 dan nilai signifikansi p value = 0,00 (p < 0,05) maka Ha diterima yaitu ada perbedaan yang signifikan antara kinerja perawat sebelum dan sesudah pelatihan
ronde
keperawatan
pada
kelompok intervensi. Hasil uji Independent T-Test bahwa kinerja perawat setelah mendapatkan pelatihan ronde keperawatan pada kelompok kontrol didapat sedangkan
rata-rata pada
nilai
mean
kelompok
94,91
intervensi
ratarata nilai mean 122,47 sehingga didapat perbedaan nilai mean -27,56 dan nilai signifikansi p value = 0,00 (p< 0,05) maka
Ha diterima yaitu ada perbedaan yang signifikan antara kinerja perawat sesudah pelatihan
ronde
kelompok
kontrol
keperawatan dengan
pada
kelompok
intervensi. V5 (validitas eksterna) : Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh
pelatihan
ronde
keperawatan
terhadap kinerja perawat di Rumah Sakit Royal Prima Medan. Hal ini sejalan dengan penelitian Maliya dan Susilaningsih (2009) menunjukkan
bahwa
ada
peningkatan
kinerja staf keperawatan setelah dilakukan pelatihan ronde keperawatan. Selain itu, penelitian Aristyawati, Gunahariati dan Lestari (2015) melaporkan bahwa dampak tidak dilaksanakan ronde keperawatan dapat menurunkan
produktivitas
kerja
serta
menurunkan komunikasi teraupetik perawat dengan tenaga kesehatan dan komunikasi perawat dengan pasien sehingga motivasi perawat dalam bekerja menurun secara perlahan.
BAB III PEMBAHASAN
Rumah sakit merupakan suatu sarana kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan. Dalam rangka meningkatkan kualitas jasa kesehatan, kualitas pelayanan, dan kepuasan pasien menjadi indikator keberhasilan penyelenggaraan pelayanan di rumah sakit. Ronde keperawatan dan kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan merupakan bagian dari kualitas pelayanan keprawatan di rumah sakit. Ronde
keperawatan
merupakan
suatu
metode
dalam
pelayanan
keperawatan yang berguna meningkatkan pelayanan kepada pasien dan memberikan masukan kepada perawat tentang asuhan keperawatan. Ronde keperawatan akan meningkatkan keterampilan dan pengetahuan pada perawat. Adapun
manfaat
ronde
keperawatan
yaitu
membantu
mengembangkan
keterampilan keperawatan. Selain itu juga dengan adanya ronde keperawatan akan menguji pengetahuan perawat. Melalui ronde keperawatan, evaluasi kegiatan, rintangan yang dihadapi oleh perawat atau keberhasilan dalam asuhan keperawatan dapat dinilai. Ronde keperawatan juga dapat meningkatkan kepuasan pasien. Kualitas pelayanan keperawatan merupakan fokus utama kegiatan pengelolaan bidang keperawatan, terwujudnya pelayanan keperawatan yang berkualitas
melalui
pelaksanaan
program
pengendalian
mutu
yang
berkesinambungan, keterlibatan, dan komitmen seluruh staf keperawatan serta peran pimpinan sebagai motivator. Pada jurnal pertama yang berjudul “Peningkatan
Kualitas
Pelayanan
Keperawatan
Melalui
Ronde
Dan
Pendokumentasian”. Penelitian ini menggunakan metode penelitian studi kasus dengan pendekatan eksplorasi deskriptif. Pada fase awal dilakukan identifikasi masalah dengan menggunakan teknik wawancara, observasi dan menggunakan kuesioner. Berdasarkan hasil kuesioner yang diberikan kepada perawat di ruangan sejumlah 21 orang, diperoleh data pengetahuan perawat tentang pelaksanaan ronde keperawatan dan pendokumentasia asuhan keperawatan melalui kuesioner,
data di peroleh terjadi peningkatan pengetahuan terkait definisi, tujuan, waktu, prosedure pelaksanaan. Dari sebelum 68% menjadi 85%. Jadi dapat disimpulkan bahwa dengan adanya penerapan ronde keperawatan dan pendokumentasian asuhan keperawatan dengan baik makan kualitas pelayanan keperawatan pun akan meningkat. Penelitian ini sangat penting untuk diaplikasikan di rumah sakit karena hanya memerlukan proses komunikasi dan interaksi sesama perawat serta pasien dalam memecahkan masalah keperawatannya serta mengevaluasi pelayanan keperawatan yang telah diterima oleh pasien. Waktu ronde keperawatan ini juga relatif bervariasi tergantung seberapa rumit permasalahan pasien, berkisar 1 jam dengan syarat intensitas ruangan sedang tenang. Pada jurnal kedua yang berjudul “Penguatan Kinerja Perawat dalam Pemberanian Asuhan Keperawatan Melalui Pelatihan Ronde Keperawatan di Rumah Sakit Royal Prima Medan”. Penelitian ini menggunakan metode penelitian Focus Group Discussion, kemudian merumuskan permasalahan yang ada, serta mencari solusi pemecahan masalah dengan memilih kegiatan Pelatihan sebagai design pemecahan masalah, pelaksanaan pelatihan, yang di awali dengan pelaksanaan Pretest, dilanjutkan dengan Pemberian materi, simulasi Pelaksanaan Ronde Keperawatan (Role Play), kemudian melakukan Posttest. Dalam penelitian ini menunjukan bahwa kinerja perawat sebelum dan sesudah pelatihan ronde keperawatan didapatkan perbedaan nilai mean -31,62 dan nilai signifikansi pvalue=0,00 (p
0,05) maka H0 diterima yaitu tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja perawat sebelum dan sesudah pelatihan ronde keperawatan pada kelompok control. Sedangkan pada kelompok intervensi didapat perbedaan nilai mean 31,63 dan nilai signifikansi p value = 0,00 (p < 0,05) maka Ha diterima yaitu ada perbedaan yang signifikan antara kinerja perawat sebelum dan sesudah pelatihan ronde keperawatan pada kelompok intervensi. Hasil uji Independent T-Test bahwa kinerja perawat setelah mendapatkan pelatihan ronde keperawatan pada kelompok kontrol didapat rata-rata nilai mean 94,91 sedangkan pada kelompok intervensi ratarata nilai mean 122,47 sehingga didapat perbedaan nilai mean -27,56 dan nilai signifikansi p value = 0,00 (p< 0,05) maka Ha diterima yaitu ada perbedaan yang signifikan antara kinerja perawat sesudah pelatihan ronde keperawatan pada kelompok kontrol dengan kelompok intervensi. Penelitian ini dapat diaplikasikan bagi ruangan untuk melakukan ronde keperawatan karena ronde keperawatan sebagai salah satu aspek monitoring evaluasi dalam upaya peningkatan kinerja perawat. Dari ketiga jurnal yang sudah dianlisis diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa sangat jelas jika suatu rumah sakit menerapkan ronde keperawatn maka akan sangat bermanfaat yaitu dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan perawat terhadap asuhan keperawatan, kinerja perawat semakin baik. Selain itu juga dengan kinerja perawat yang meningkat, membuat perawat merasa di anggap penting, berharga dan dibutuhkan dalam pekerjaannya.
BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN Dari ketiga jurnal yang telah dianalisis merupakan jurnal yang penting karena hasil dari jurnal tersebut dapat digunakan dengan mudah di rumah sakit. Dari ketiga jurnal yang sudah dianalisis diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa sangat jelas jika suatu rumah sakit menerapkan ronde keperawatan maka akan sangat bermanfaat yaitu dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan perawat terhadap asuhan keperawatan, kinerja perawat semakin baik. Selain itu juga dengan kinerja perawat yang meningkat, membuat perawat merasa di anggap penting, berharga dan dibutuhkan dalam pekerjaannya. B. SARAN Pada jurnal tersebut di jelaskan bahwa memiliki dampak yang positif dan hasilnya signifikan. Diharapkan untuk ruangan dapat menerapkan ronde keperawatan guna meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan dan kepuasan pasien. Dampak positif tersebut menjadi indikator bahwa penyelenggaraan pelayanan di rumah sakit itu berhasil.
Lampiran 2 SOP Pre dan Post Conference SOP PRE CONFERENCE No Dokumen
No Revisi
Prosedur
Tanggal Terbit
Pre Conference
10/05/2020
Halaman 1/2 Ditetapkan
Direktur RS Pengertian Pre Pre Conference adalah komunikasi katim dan perawat Conference
pelaksana setelah selesai operan untuk rencana kegiatan pada shift tersebut yang dipimpin oleh ketua tim atau penanggung jawab tim. Jika yang dinas pada tim tersebut hanya satu orang, maka pre conference ditiadakan. Isi pre conference adalah rencana tiap perawat (rencana harian) dan tambahan rencana
Tujuan
dari katim dan PJ tim. 1. Membantu mengidentifikasi
masalah-masalah
pasien,
merencanakan asuhan dan merencanakan evaluasi hasil. 2. Mempersiapkan hal-hal yang akan ditemui dilapangan 3. Memberikan kesempatan untuk berdiskusi tentang keadaan pasien. 4. Memberikan kesempatan mendiskusikan penyelesaian Kebijakan
masalah dan membandingkan masalah yang dijumpai. 1) Pre conference dilaksanakan sebelum asuhan keperawatan 2) Waktu efektif yang diperlukan 10 atau 15 menit. 3) Topik yang dibicarakan harus dibatasi, umumnya tentang kebiasaan pasien, perencanaan tindakan rencana dan datadata yang diperlukan tambahan. 4) Yang terlibat dalan conference adalah kepala ruangan, ketua tim dan anggota tim. 5) dinas pada tim tersebut hanya satu orang, maka pre
Prosedur
conference ditiadakan. 1) Persiapan
a. Masing-masing tim menyiapkan tempat pelaksanaan pre conference. b. Masing-masing
ketua
tim
sudah
menjadwalkan
kegiatan pre conference. 2) Pelaksanaan a. Sebelum acara dimulai semua anggota pre conference melakukan pembacaan ayat suci Al-Qur’an atau surat pendek doa memohon untuk diberikan kelancaran. b. Katim atau PJ tim membuka acara dimulai dengan ucapan salam. c. Ketua tim atau PJ tim menanyakan
rencana harian
masing-masing perawat pelaksana. d. Ketu tim atau PJ tim memberikan masukan dan tindakan lanjut terkait dengan asuhan yang diberikan saat itu. e. Ketua tim atau PJ tim memberikan reinforcement Unit Terkait
f. Ketua tim atau PJ tim menutup kegiatan pre conference Ruang Rawat Inap
SOP POST CONFERENCE No Dokumen Prosedur Post Conference
No Revisi Tanggal Terbit 10/05/2020
Halaman 1/3 Ditetapkan
Direktur RS Pengertian Post Post Conference adalah komunikasi katim dan perawat Conference pelaksana tentang hasil kegiatan sepanjang shift dan sebelum operan kepada shift berikutnya. Isi post conference adalah hasil asuhan keperawatan tiap perawatan dan hasil penting untuk operan (tindak lanjut). Post conference dipimpin oleh katim atau PJ tim. Tujuan 1) Memberikan kesempatan mendiskusikan penyelesaian 2) Mengevaluasi hasil asuhan keperawatan yang telah disusun saat pre conference dan telah diimplementasikan kepada pasien 3) Mendiskusikan dan tindak lanjut asuhan keperawatan untuk dioperkan kepada perawat atau jaga shift berikutnya 4) Meningkatkan koordinasi dalam rencana tindak lanjut pemberi asuhan keperawatan 5) Meningkatkan pengetahuan dan wawasan dalam menangani kasus Kebijakan 1) Post conference dilaksanakan sesudah asuhan keperawatan 2) Waktu efektif yang diperlukan 10 atau 15 menit. 3) Topik yang dibicarakan harus dibatasi, umumnya tentang kebiasaan pasien, perencanaan tindakan rencana dan data-data yang diperlukan tambahan. 4) Yang terlibat dalan conference adalah kepala ruangan, ketua tim dan anggota tim. 5) jika yang dinas pada tim tersebut hanya satu orang, maka post conference ditiadakan Prosedur 1) Persiapan a. Masing-masing tim menyiapkan tempat pelaksanaan pre conference. b. Masing-masing ketua tim sudah menjadwalkan kegiatan pre conference. 2) Pelaksanaan
Unit Terkait
a. Sebelum acara dimulai melakukan pembacaan ayat suci Al-Qur’an atau surat pendek doa memohon untuk diberikan kelancaran. b. Katim/PJ tim membuka acara dimulai dengan ucapan salam. c. Ketua tim menanyakan kendala dan hasil dalam asuhan yang telah diberikan pada masing-masing pasien. d. Perawat Pelaksana menyampaikan hasil asuhan pada kasus yang ditangani meliputi: 1. Keluhan utama pasien 2. TTV dan kesadaran pasien 3. Hasil pemeriksaan laboratorium atau diagnostik terbaru. 4. Masalah keperawatan 5. Rencana keperawatan hari ini 6. Perubahan keadaan terapis medis 7. Rencana medis 8. Ketua tim menanyakan tindak lanjut asuhan pasien yang harus dioperkan kepada perawat shift berikutnya e. Ketua tim memberikan reinforcement f. Ketua tim menutup kegiatan post conference Ruang Rawat Inap
Lampiran 3 SOP Timbang Terima SOP TIMBANG TERIMA (HAND OVER) No Dokumen
Prosedur Timbang Terima
No Revisi
Halaman 1/4 Ditetapkan
Tanggal Terbit 10/05/2020 Direktur RS
Pengertian
Operan merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan dan
Timbang
menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan
terima
pasien. Operan pasien hasrus dilakukan seselektif mungkin
(Operan)
dengan menjelaskan secara singkat, jelas dan lengkap tentang tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dan yang belum dilakukan serta perkembangan pasien saat itu.
Tujuan
1) Menyampaikan kondisi dan keadaan pasien (fata fokus) 2) Menyampaikan hal yang sudah/belumdilakukan dalam asuhan keperawatan kepada pasien. 3) Menyampaikan hal yang penting yang harus ditindak lanjuti oleh perawat dinas berikutnya.
Kebijakan
4) Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya 1) Dapat menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindak lanjuti oleh perawat pada shift berikutnya 2) Dapat melakukan cross check ulang tentang hal-hal yang dilaporkan dengan keadaan pasien yang sebenarnya. 3) Pasien dapat menyampaikan masalahnya secara langsung
Prosedur
bila ada yang belum terungkap. 1) Persiapan a. Operan dilaksanakan setiap pergantian shift b. Prinsip operan, terutama pada semua pasien baru masuk
dan pasien dilakukan operan khususnya pasien yang memiliki permasalahan yang belum/dapat teratasi serta yang membutuhkan observasi lebih lanjut. c. PP
menyampaikan
operan
pada
PP
berikutnya
mengenai hal yang perlu disampaikan dalam operan 1. Jumlah pasien 2. Identitas pasien dan diagnosa medis 3. Data (keluhan/subjektif dan objektif) 4. Masalah keperawatan yang masih muncul 5. Intervensi kolaborasi dan dependen. 6. Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan (persiapan operasi, pemeriksaan penunjang dan lain-lain) 2) Pelaksanaan a. Kelompok dinas sudah siap (shif jaga) b. kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan. c. Sebelum acara dimulai melakukan pembacaan ayat suci Al-Qur’an atau surat pendek doa memohon untuk diberikan kelancaran. d. Kepala ruangan membuka acara operan. e. Perawat yang melakukan operan dapa melakukan klarifikasi, tanya jawab dan melakukan validasi tethadap hal-hal yang telah dioperkan dan berhak menanyakan mengenai hal-hal yang kurang jelas. f. Kepala ruangan atau PP menanyakan kebutuhan dasa pasien g. Penyampaian yang jelas, singkat dan padat (komunikasi SBAR) h. Perawat melakukan operan mengkaji secara penuh terhadap masalah keperawatan, kebutuhan dan tindakan
yang telah/belum dilaksanakan serta hal-hal penting lainnya selama masa perawatan i. Hal-hal
yang
sifatnya
khusus
dan
memerlukan
perincian yang matang sebaiknya dicatat secara khusus untuk kemudian diserahterimakan kepada petugas berikutnya. j. Lama operan untuk tiap pasien tidak lebih dari lima menit kecuali pada kondisi khusus dan memerlukan keterangan yang rumit. 3) Post Operan a. Diskusi b. Pelaporan untuk operan dituliskan secara langsung pada format oepran yang ditandatangani oleh PP yang jaga saat itu dan PP yang jaga berikutnya diketahui oleh Kepala Ruangan. Unit Terkait
c. Ditutup oleh kepala ruangan Ruang Rawat Inap
Lampiran 4 SOP Ronde Keperawatan
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR RONDE KEPERAWATAN
Definisi
Ronde keperawatan adalah prosedur di mana dua atau lebih perawat mengunjungi pasien untuk mendapatkan informasi yang akan membantu dalam merencanakan pelayanan keperawatan dan memberikan kesempatan pada pasien untuk mendiskusikan masalah keperawatannya serta mengevaluasi pelayanan keperawatan yang telah diterima pasien.
Tujuan
1. Tujuan umum a. Menyelesaikan masalah-masalah pasien yang belum teratasi 2. Tujuan khusus a. Menjustifikasikan masalah-masalah yang belum teratasi b. Mendiskusikan penyelesaian masalah dengan perawat primer lain c. Melaksanakan pelayanan kesehatan dengan memberi kepuasan kepada konsumen sehingga melebihi apa yang diharapkannya dan menjadi perawat yang professional d. Menemukan masalah dan merumuskan intervensi keperawatan yang tepat sesuai dengan masalah pasien e. Menumbuhkan cara berfikir secara kritis
Kebijakan
1. Dilakukan minimal sebulan sekali untuk meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor perawat 2. Perawat pelaksana membantu mengembangkan kemampuan ketua tim dan perawat pelaksana meningkatkan kemampuan mengatasi masalah. 3. Melibatkan tim kesehatan yang lain
Tahap persiapan
1. Menetapkan kasus minimal 1 hari sebelum waktu pelaksanaan ronde keperawatan 2. Catatan keperawatan dan medis pasien 3. Pemberian inform consent kepada pasien/keluarga 4. Menyiapkan literature atau referensi terkait dengan penyakit pasien. 5. Menyiapkan buku dan alat tulis notulen ronde keperawatan
Prosedur pelaksanaan
1. Menentukan topik mengenai kasus yang sudah ditetapkan satu hari sebelum pelaksanaan ronde keperawatan 2. Menentukan tugas dan peran kepala ruangan, ketua tim, dan perawat pelaksana 3. Langkah-langkah kegiatan a. Tahap prainteraksi - Cek catatan perawatan dan medis pasien - Tetapkan kasus minimal satu hari sebelum waktu pelaksanaan ronde keperawatan - Berikan inform consent pada keluarga dan pasien - Membuka kegiatan ronde keperawatan mengucapkan salam dilanjutkan dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an - Menjelaskan tentang hasil yang diharapkan dari hasil ronde - Menjelaskan tentang pasien oleh perawat primer yang difokuskan pada masalah keperawatan dan rencana tindakan yang akan dilaksanakan dan atau telah dilaksanakan serta memilih prioritas yang perlu di diskusikan - Memberikan kesempatan kepada anggoa tim untuk diskusi dan mengajukan pendapat dan pertanyaan - Mengajak peserta menuju ruang pasien b. Tahap orientasi - Lakukan five moment - Lakukan 4S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan) dan memperkenalkan diri - Salam dan panggil pasien dengan namanya - Menjelaskan tentang kegiatan yang dilakukan oleh ketua tim atau perawat primer c. Tahap kerja - Memberi kesempatan kepada pasien untuk bertanya sebelum kegiatan dilakukan - Mulai dengan cara yang baik dan sopan - Menjaga privasi pasien - Menjaga aurat pasien - Mempersilahkan tim untuk validasi, intervensi dan edukasi sesuai dengan kebutuhan pasien - Memberi kesempatan pasien dan keluarga untuk menyampaikan permasalahannya d. Tahap terminasi - Evaluasi perasaan pasien - Simpulkan kegiatan ronde keperawatan tidak didepan pasien - Beri reinforcement positif kepada tim
-
Buat rencana tindak lanjut setelah kegiatan ronde keperawatan - Kontrak pertemuan selanjutnya - Menutup kegiatan ronde keperawatan - Membaca hamdalah - Membaca doa - Dokumentasi Catat dalam notulen ronde keperawatan
Lampiran 5 SOP Resiko Infeksi STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PENCEGAHAN INFEKSI PADA PASIEN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PENCEGAHAN INFEKSI Pengertian Suatu usaha yang dilakukan untuk mencegah terjadinya resiko penularan infeksi mikroorganisme antara pasien, tenaga kesehatan dan pengunjung. Tujuan
Sebagai acuan petugas dalam melakukan langkah-langkah pencegahan infeksi
Kebijakan 1.
Peraturan rumah sakit tentang pencegahan infeksi. Semua petugas yang bekerja di RSUD Al-Ihsan Provinsi Jawa Barat berkewajiban elaksanakan tindakan sesuai dengan prosedur yang telah dibuat. 3. Petugas harus menerapkan standar kewaspadaan dalam perawatan pasien a. Cuci tangan 6 langkah b. Menerapkan Five moment c. Memakai sarung tangan dan perlengkapan pelindung lainnya d. Menggunakan teknik aseptik e. Memproses alat bekas pakai f. Menangani peralatan tajam dengan aman g. Menjaga kebersihan dan sanitasi lingkungan (termasuk pengelolaan sampah secara benar) a. Cuci tangan 6 langkah 2.
Prosedur
b. Menerapkan five moment
c. Memakai sarung tangan dan perlengkapan pelindung lainnya
d. Menggunakan teknik aseptik Segala upaya yang dilakukan untuk mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh yang kemungkinan besar akan mengakibatkan infeksi. Tindakan asepsis ini bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan mikroorganisme
yang terdapat pada permukaan benda hidup atau benda mati.
e. Memproses alat bekas pakai
f.
Menangani peralatan tajam dengan aman
g. Menjaga kebersihan dan sanitasi lingkungan (termasuk pengelolaan sampah secara benar)
Lampiran 6 SOP Resiko Jatuh Pada Dewasa STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PEMANTAUAN RESIKO JATUH PADA PASIEN DEWASA Berdasarkan penilaian skala morse / morse falls scale Nama
:
Tanggal :
No. RM
:
Ruangan:
NO 1
2
3
4
5
6
PENGKAJIAN Riwayat jatuh : apakah pasien pernah jatuh dalam 3 bulan terakhir? Diagnosa sekunder : apakah pasien memiliki lebih dari satu penyakit? Alat bantu : Bedres / dibantu perawat Kruk / tongkat / walker Berpegangan pada benda-benda disekitar Terapi Intravena : apakah saat ini pasien terpasang infus? Gaya berjalan / cara berpindah : Normal / bedrest / immobile (tidak dapat bergerak sendiri) Lemah (tidak bertenaga) Gangguan / tidak normal (pincang/diseret) Status mental :
SKALA Tidak
0
Ya
25
Tidak
0
Ya
15
Skoring 1 Saat masuk
Skoring 2 Tanggal
Skoring 3 Tanggal
0 15 30 Tidak Ya
0 20 0 10 20
Pasien menyadari kondisi dirinya
0
Pasien mengalami keterbatasan daya ingat
15 Total Nilai
Paraf & Nama Petugas yang Menilai
Keterangan : Tingkatan Resiko Tidak Beresiko Resiko Rendah Resiko Tinggi
Nilai MFS 0-24 25-50 >51
Tindakan Perawatan dasar Pelaksanaan intervensi pencegahan jatuh standar Pelaksanaan intervensi pencegahan jatuh resiko tinggi
Lampiran 7 SOP Resiko Jatuh Pada Lansia STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PEMANTAUAN RESIKO JATUH PADA PASIEN LANSIA Berdasarkan penilaian skala geriatrik Nama
:
Tanggal:
No. RM
:
Ruangan:
NO 1
2
3
4 5
6
7
8
9
PENILAIAN/PARAMETER Usia 60-70 tahun Usia >70 tahun Status mental : Bingung terus menerus Kadang-kadang bingung Penurunan tingkat kooperatif Riwayat jatuh dalam 1 bulan terakhir : 1-2 kali Berulang Eliminasi : Pakai kateter Kebutuhan eliminasi dibantu Inkontinensia Gangguan penglihatan / pendengaran Mobilisasi : Tidur berbaring ditempat tidur / duduk dikursi Gaya berjalan, melangkah lebar Kehilangan keseimbangan berdiri / berjalan Penurunan koordinasi otot Kesukaram]n berjalan, sempoyongan Menggunakan alat bantu : kruk, walker Obat resiko : Menggunakan 1 obat Menggunakan 2 atau lebih Hospitalisasi : 3 hari dirawat sejak masuk / dirujuk 2 hari pembedahan atau melahirkan Penggunaan alat : IV line Therapy anti embiotik
SKOR 1 2 2 4 2 2 3 1 3 5 1 3 1 1 1 1 1 1 2 2 2
Total Score
1 1 43
ANGKA
Lampiran 8 Poster Patient Sefty STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) 6 SASARAN KESELAMATAN PASIEN (PATIENT SAFETY) DI RUMAH SAKIT STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PATIENT SAFETY Pengertian Patient Safety atau keselamatan pasien adalah suatu sistem yang membuat asuhan pasien dirumah sakit menjadi lebih aman. Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil. Tujuan Kebijakan Prosedur
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit 2. Menurunnya KTD di rumah sakit 6 sasaran keselamakan pasien / patient safety