LAPORAN BACAAN Novel Sejarah [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN BACAAN TEKS NOVEL SEJARAH



KISAH SUNAN BONANG KARYA: SUWARDONO



FAZA HANIYAH FIRSTRIZANDA XII MIA 6



SMAN 1 PADANG 2019



LAPORAN BACAAN TEKS NOVEL SEJARAH



Judul buku



: Kisah Sunan Bonang



Pengarang



: Suwardono



Penerbit, tahun terbit



: Nuansa Aulia, 2007



Jenis buku



: Fiksi sejarah



Tebal buku



: 152 halaman



A. Laporan Kegiatan Prabaca No 1 2 3 4 5



Pertanyaan Sebelum Membaca Siapakah Sunan Bonang itu? Bagaimana pengaruh kehadiran Sunan Bonang terhadap perkembangan agama islam di Pulau Jawa? Apakah hal yang menarik dari buku Kisah Sunan Bonang ini? Bagaimanakah penulis menjelaskan kehidupan Sunan Bonang dalam kehidupan saat ini? Apa sajakah pesan moral yang terkandung dalam buku ini?



B. Laporan Akhir Kegiatan Membaca No 1



Bab 1 (Naik Haji)



Informasi Penting Sunan Ampel memiliki dua orang santri yang bernama Raden Makdum Ibrahim, putranya sendiri dan Raden Paku. Semua ilmu telah diajarkan oleh Sunan Ampel kepada mereka. Oleh karena itu, Sunan Ampel menyuruh mereka untuk menimba ilmu di Jazirah Arab, sekaligus menunaikan ibadah haji. Namun, untuk sampai ke Mekah, mereka harus melewati Samudera Pasai terlebih dahulu untuk menemui Syekh Maulana Ishaq. Ternyata, Syekh tersebut merupakan ayah dari Raden Paku dan kakek dari Raden Makdum. Syekh Maulana



Tanggapan Raden Paku dan Raden Makdum memiliki semangat dan motivasi yang sangat tinggi untuk menimba ilmu, bahkan sampai ke Jazirah Arab.



2



2 (Dakwah Menggunakan Bonang)



mengenalkan kedua anak muda tersebut dengan ulama-ulama asing yang memberikan banyak ilmu kepada Raden Paku dan Raden Makdum. Setelah cukup menimba ilmu, Syekh berpesan agar Raden Paku dan Raden Makdum untuk bersegera kembali ke Jawa setelah menunaikan ibadah haji. Raden Makdum menyebarkan agama di daerah Tuban, sedangkan Raden Paku menyebarkan agama di Gresik. Setelah menunaikan ibadah haji, Raden Makdum Ibrahim kembali ke Tuban untuk menyebarkan ajaran agama islam. Pada awalnya, Raden mendatangi setiap rumah untuk memperdekat diri dan berdakwah. Namun, cara tersebut dinilai sangat lama dan cukup melelahkan karena hanya dilakukan oleh Raden Makdum sendiri. Hingga pada suatu hari, Raden Makdum bertemu dengan dua tokoh masyarakat yang telah beragama islam. Mereka adalah Ki Bandar dan Ki Papar. Mereka pun bersedia membantu Raden Makdum dalam menyebarkan agama islam di Tuban. Setelah beberapa waktu, Raden Makdum akhirnya menemukan cara yang cepat untuk mengumpulkan warga tanpa harus mendatanginya satu demi satu. Cara tersebut adalah dengan memukul alat musik pukul gamelan. Raden Makdum yang mengetahui bahwa Ki Papar adalah pengrajin gamelan pun, meminta tolong untuk membuatkannya satu buah gamelan. Karena tidak berukuran kecil maupun besar, gamelan tersebut dinamakan bonang. Dengan menggunakan bonang, Raden Makdum lebih mudah mengumpulkan warga desa untuk mendengarkan dakwahnya. Karena



Raden Makdum Ibrahim sangat gigih dan pantang menyerah dalam menyebarkan ajaran agama Islam di daerah Tuban.



3



4



5



dalam dakwahnya ia selalu membawa bonang, maka penduduk Bonang sering menyebut Raden Makdum Ibrahim dengan Sunan Bonang. 3 Sunan Bonang tidak hanya (Menyadarkan berdakwah di daerah Tuban dan Kelompok) Lasem, tapi hampir di semua kota di pesisir utara Jawa. Sehingga, bukanlah hal yang biasa baginya bertemu dengan kelompok kejahatan seperti perampok, namun dengan ilmunya, Sunan Bonang berhasil menaklukkan perampok dengan cara yang halus dan diajak masuk ke dalam agama Islam. Termasuk Surodilogo yang merupakan kelompok yang terkenal jahat dan sakti. Dengan ilmu Sunan Bonang, kelompok tersebut pada akhirnya menjadi mualaf dan menjadi murid Sunan Bonang. 4 Pada suatu malam, Sunan Bonang (Mengislamkan pergi melaut bersama tiga muridnya Penduduk yaitu, Surodilogo, Dirgo, dan Bawean) Nggoto. Di tengah perjalanan, perahu mereka dilanda badai dan angin topan. Sehingga, mereka terdampar di suatu pulau. Pulau itu bernama Pulau Bawean. Nyatanya, kehadiran Sunan Bonang memang sangat dinantikan penduduk pulau tersebut. Lalu, Sunan Bonang pun mengislamkan penduduk Pulau Bawean tersebut. 5 Nama Sunan Bonang pun akhirnya (Brahmana sampai di telinga seorang brahmana Sakyakirti) yang bernama Sakyakirti di India. Karena ingin membuktikan agama yang terbaik, Brahmana Sakyakirti bersama muridnya berlayar ke Pulau Jawa untuk berdebat dengan Sunan Bonang. Ia pun membawa kitabkitab yang akan menolongnya untuk berdebat nanti, namun kitab-kitab tersebut jatuh dari kapal akibat



Walaupun nyawanya terancam, Sunan Bonang tidak takut ketika berhadapan dengan kelompok perampok, karena yang harus ditakuti hanyalah Allah SWT.



Karena Sunan Bonang bersikap tawakal kepada Allah SWT, Allah SWT pun memberikan nikmat yang sangat besar yaitu bertemu dengan penduduk Pulau Bawean yang sangat menantikan Sunan Bonang.



Sunan Bonang merupakan sosok yang berjiwa besar dan murah hati. Ini terlihat pada sikap Sunan Bonang saat berhadapan dengan Brahmana Sakyakirti.



adanya badai. Saat di Tuban, Brahmana Sakyakirti bertemu dengan Sunan Bonang, Sunan Bonang pun mengeluarkan kitabkitab yang sudah terbawa laut dalam keadaan tidak basah sedikitpun. Karena takjub, akhirnya Brahmana Sakyakirti beserta pengikutnya masuk agama Islam. 6



7



8



6 (Menaklukkan Berandal Lokajaya) 7 (Berdebat dengan Buta Locaya) 8(Wejangan Sunan Bonang)