Laporan Besar Praktikum Penyehatan Udara [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN BESAR PRAKTIKUM PENYEHATAN UDARA



Dosen Pembimbing : Dr Khambali, ST., MPPM Rachmaniyah, SKM., M.Kes Penyusun : Kelompok B 1. Dwi Annarya Ning Tyas



P27833317008



10. Tegar Ardiyansah



P27833317027



2. Linda Dwi Maryono



P27833317010



11. Aprilia Putri Agnia



P27833317028



3. Chandra Bagaskara Putra P27833317011



12. Amirah Balqis M.



P27833317030



4. Feby Carira Sindy



P27833317013



13. Galih Agata Pascariti



P27833317031



5. Nisrina Mufidah



P27833317014



14. Dini Qurrotu Ayunin



P27833317032



6. Nur Afni Febrianti



P27833317015



15. Sayyidah Nafysah A.



P27833317034



7. Selly Widya Wigatiningsih P27833317018



16. Eliza Anvi Irawan



P27833317037



8. Fachriyah Alivia Prihany



P27833317021



17. Citra Mawar Pratiwi



P27833317038



9. Zefanya Meylan Avenia



P27833317023



PROGRAM STUDI D4 SEMESTER V JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN SURABAYA POLTEKKES KEMENKES SURABAYA TAHUN 2019



KATA PENGANTAR



Puji syukur senantiasa dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena limpahan rahmat dan taufik-Nya sehingga Laporan Besar Praktikum Penyehatan Udara dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Ucapan terima kasih kami tujukan kepada para dosen pengajar mata kuliah Penyehatan Udara dan berbagai pihak yang telah membantu dalam praktik ini. Kami menyadari sepenuhnya bahwa tidak menutup kemungkinan isi laporan ini belum sesuai dengan harapan berbagai pihak, oleh karena itu saran dan kritik sangat dibutuhkan terutama dari dosen pengajar mata kuliah Penyehatan Udara. Semoga laporan ini dapat bermanfaat khususnya bagi kami dan umumnya bagi pembaca lain nya. Kami ucapkan terimakasih.



Surabaya, 5 September 2019



ii



DAFTAR ISI Hal. KATA PENGANTAR............................................................................................................ii DAFTAR ISI..........................................................................................................................iii PRAKTIKUM I Praktkum Parameter Fisik Udara.............................................................................................1 PRAKTIKUM II Praktikum Pemantauan Kualitas Mikrobiologi Udara Ruangan Menggunakan MAS...........22 PRAKTIKUM III Praktikum Pengukuran Partikel Debu dengan HVDS ...........................................................34



iii



Praktikum Parameter Fisik Udara (Anemometer, Hygrometer, Psikrometer)



ANEMOMETER



PENGUKURAN KECEPATAN ANGIN DENGAN ALAT ANEMOMETER



1



I.



Judul Praktikum Pengukuran Kecepatan Angin Luar Ruangan dengan Alat Anemometer



II.



Waktu Pelaksanaan Hari, tanggal



: Selasa, 30 Juli 2019



Pukul



: 10.40 WIB – selesai



Tempat



: depan Laboratorium Terpadu Poltekkes Kemenkes Surabaya



III. Tujuan A. Tujuan Umum Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan fisik udara berupa pengukuran kecepatan angin dengan anemometer. B. Tujuan Khusus 1. Mahasiswa mahir menggunakan alat anemometer 2. Mahasiswa mahir mengukur kecepatan angin 3. Mahasiswa mahir menjelaskan cara pengukuran kecepatan angin 4. Mahasiswa mahir menganalisis hasil pengukuran IV. Prinsip Kerja Salah satu faktor penunjang penyebaran polusi di udara adalah kecepatan dan arah angin. Semakin tinggi angka kecepatan angin, semakin tersebar polusi udara searah dengan arah datang angin. V.



Dasar Teori Udara ambien adalah udara bebas di permukaan bumi pada lapisan troposfer (lapisan udara setebal 16 km dari permukaan bumi) yang berada di dalam wilayah yurisdiksi Republik Indonesia yang dibutuhkan dan mempengaruhi kesehatan manusia, mahluk hidup dan unsur lingkungan hidup lainnya. Baku mutu udara ambien nasional ditetapkan sebagai batas maksimum mutu udara ambien untuk mencegah terjadinya pencemaran udara (Kurniawan, 2017) Angin adalah udara yang bergerak akibat rotasi bumi dan perbedaan tekanan udara di sekitarnya. Angin bergerak dari tempat bertekanan udara tinggi ke bertekanan udara rendah. (Pangestu dkk, 2014)



2



Kecepatan angin dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya letak tempat dimana kecepatan angin di dekat khatulistiwa lebih cepat dari yang jauh dari garis khatulistiwa. Semakin tinggi tempat, semakin kencang pula angin yang bertiup, hal ini disebabkan oleh pengaruh gaya gesekan yang menghambat laju udara. Di permukaan bumi, gunung, pohon, dan topografi yang tidak rata lainnya memberikan gaya gesekan yang besar. Semakin tinggi suatu tempat, gaya gesekan ini semakin kecil. (Pangestu dkk, 2014) Arah angin ditunjukan oleh arah dari mana angin berasal. Misalnya, angin utara bertiup dari utara ke selatan. Di bandara, windsocks digunakan untuk menunjukan arah angin, tetapi juga dapat digunakan untuk memperkirakan kecepatan angin dengan sudut gantungnya. Kecepatan angin biasanya diukur dengan anemometer. (Pangestu dkk, 2014) Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan angin, antara lain (Pangestu dkk, 2014): a. Gradien Barometris, yaitu bilangan yang menunjukkan perbedaan tekanan udara dari dua isobar yang jaraknya 111 km. Semakin besar gradient barometrisnya, makin cepat tiupan anginnya. b. Letak tempat, angin yang bertiup di daerah khatulistiwa bergerak lebih cepat daripada yang bertiup di non daerah khatulistiwa. c. Tinggi Lokasi, semakin tinggi lokasinya semakin kencang pula angin yang bertiup. Hal ini disebabkan oleh pengaruh gaya gesekan yang menghambat d. Waktu, angin bergerak lebih cepat pada siang hari daripada malam hari. Pergerakan udara yang tinggi akan mengakibakan menurunnya suhu tubuh dan menyebabkan tubuh merasakan suhu yang lebih rendah. Namun apabila kecepatan aliran udara stagnan (minimal air movement) dapat membuat udara terasa sesak dan buruknya kualitas udara. (Sari, Duniantri W, 2009) Konsentrasi polutan banyak dipengaruhi oleh arah dan kecepatan angin. Kecepatan angin berfungsi untuk pengenceran polutan dan dispersi polutan dari sumber emisi. Arah angin berfungsi untuk melihat arah sebaran polutan di permukaan bumi. Menurut Marhaeni. (2018), pada kecepatan angin rendah, polutan cenderung menumpuk di dekat sumber dan akan berkurang jika kecepatan angin bertambah. Angin juga bergantung pada topografi wilayahnya. Bangunanbangunan tinggi di daerah perkotaan mengakibatkan kecepatan angin berkurang dan arah angin berubah. Daerah



3



perkotaan dengan batas wilayah pegunungan dan pantai akan dipengaruhi oleh angin gunung dan angin laut. VI. Alat dan Bahan a. Anemometer b. Alat tulis VII. Prosedur Kerja a. Hidupkan alat anemometer dengan menekan tombol “ON” b. Arahkan anemometer pada sumber angin atau arah datangnya angin c. Baca angka yang tertera tiap 5 detik selama 5 menit pengukuran d. Catat hasil kecepatan angin maksimal dan minimal yang sering muncul di layar alat e. Ulangi pengukuran 2 – 3 kali agar didapatkan hasil representatif f. Matikan alat dengan menekan tomol “OFF” VIII. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Arah mata angin : timur ke barat Tabel Data Pengukuran Kecepatan Angin 0,32 0,41 0,17 1,25



0,98 0,28 0,45 0,36



0,67 0,71 2,25 0,72



0,77 0,83 0,65 1,19



0,35 0,44 0,20 0,55



0,04 1,66 0,24 0,35



0,70 2,13 0,60 0,80



0,50 0,65 0,30 0,25



0,51 0,34 0,45 1,20



0,32 O,43 0,32 0,55



Kecepatan angin minimal : 0,04 m/s Kecepatan angin maksimal : 2,25 m/s Perhitungan kecepatan angin: Kecepatan angin =



Kec . angin minimal+ Kec . angin maksimal 2



Kecepatan angin =



0,04+2,25 2



Kecepatan angin =



2,29 2



Kecepatan angin = 1,15 m/s



4



B. Pembahasan Berdasarkan hasil pengukuran kecepatan angin luar ruangan yang telah dilakukan di depan Laboratorium Terpadu Poltekkes Kemenkes Surabaya, didapatkan hasil rata-rata kecepatan angin sebesar 1,15 m/s dengan aliran gerakannya mulai dari arah timur menuju ke barat. Angin memiliki peran dalam penyebaran polutan udara. Oleh karena itu, parameter kecepatan angin perlu diukur. Seperti pada penelitian Agustini dkk (2014), besar kecepatan angin berbanding terbalik dengan konsentrasi SO2 yang dihasilkan. Semakin besar kecepatan angin semakin rendah pula konsentrasi SO2 di area tersebut. Hal ini terjadi karena pada kecepatan angin yang besar akan mempercepat terjadinya penurunan konsentrasi SO2 akibat adanya pergerakan udara maka terjadi suatu proses penyebaran gas SO2 yang mengakibatkan penurunan konsentrasi SO2. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa keberadaan angin memiliki peran dalam pemeriksaan fisik udara yaitu sebagai faktor penunjang penyebaran polutan. Semakin besar ukuran kecepatan angin di area tersebut, maka semakin rendah polutan yang dihasilkan di area tersebut. IX. Simpulan dan Saran A. Simpulan Pengukuran kecepatan angin yang kami lakukan di depan Laboratorium Terpadu Poltekkes Kemenkes Surabaya didapatkan hasil rata-rata sebesar 1,15 m/s. Angin yang terukur bertiup dari arah timur ke arah barat. Angin berperan menyebarkan polutan agar tidak menimbun di satu area. Oleh sebab itu, kecepatan angin yang besar dibutuhkan untuk menurunkan polutan di suatu area. B. Saran Sebaiknya pengukuran kecepatan angin dilakukan dengan menghadapkan alat anemometer ke arah datangnya angin. Saat menghadapkan alat tersebut ke arah datangnya angin, tubuh kita membelakangi arah datang angin. Hal ini dilakukan agar wajah kita tidak terpapar angin yang datang, sehingga dapat mengurangi konsentrasi kita saat melakukan pengukuran.



5



HYGROMETER



PEMERIKSAAN TEMPERATUR DAN KELEMBABAN DENGAN ALAT THERMOHYGROMETER



6



I.



Judul Pemeriksaan Temperatur dan Kelembaban Udara Luar Ruangan dengan Alat Thermohygrometer



II.



Waktu Pelaksanaan Hari, tanggal



: Selasa, 30 Juli 2019



Pukul



: 11.30 WIB – selesai



Tempat



: depan Laboratorium Terpadu Poltekkes Kemenkes Surabaya



III. Tujuan A. Tujuan Umum Mahasiswa dapat melaksanakan pemeriksaan fisik udara berupa pemeriksaan temperatur dan kelembaban udara luar ruangan dengan alat Thermohygrometer. B. Tujuan Khusus 1. Mahasiswa mahir menggunakan alat thermohygrometer 2. Mahasiswa mahir mengukur suhu dan kelembaban 3. Mahasiswa mahir menjelaskan cara pengukuran suhu dan kelembaban 4. Mahasiswa mahir menganalisis hasil pengukuran IV. Prinsip Kerja Penentuan kelembaban relatif dan suhu udara ambien dilakukan dengan menggunakan teknologi berupa alat/instrumen otomatis. Kelembaban dan suhu yang tertangkap oleh alat akan dikonversikan menjadi angka yang tertera di layar alat. V.



Dasar Teori A. Suhu Udara Suhu udara merupakan gambaran suatu energi. Suhu udara permukaan bergantung pada perbedaan penerimaan energi radiasi matahari di suatu daerah dan berperan penting dalam proses biofisika dan biokimia. Secara tidak langsung suhu udara juga berperan dalam pembentukan polutan sekunder karena radiasi matahari dan suhu udara memiliki hubungan yang saling terkait. Suhu udara dapat mempengaruhi peningkatkan reaksi kimia di atmosfer dan mengakibatkan terbentuknya partikulat yang halus secara alami. (Marhaeni, 2018)



7



Suhu mencerminkan energi kinetik rata-rata dari gerakan molekul-molekul. Suhu udara sangat peka terhadap perubahan radiasi matahari yang diterima permukaan bumi. Tutupan awan juga berpengaruh pada variasi diurnal besarnya suhu di suatu daerah. (Marhaeni, 2018) Terdapat beberapa standar yang berkaitan dengan kenyamanan termal diantaranya adalah standar kenyamanan termal Indonesia SNI T-14-1993-03, yang membagi zona kedalam tiga bagian yaitu: 1).Sejuk Nyaman, 20,5-22,80C; 2).Nyaman Optimal 22,8-25,80C; 3).Hampir Nyaman 25,8-27,10C. B. Kelembaban Udara Kelembaban udara menggambarkan kandungan uap air di udara yang tergantung pada suhu udara dan radiasi matahari. Kelembaban udara memiliki hubungan keterbalikan dengan radiasi matahari dan suhu udara. Kelembaban udara berkaitan dengan pembentuk awan di atmosfer dan menghalangi radiasi matahari yang masuk ke permukaan bumi. Udara yang berkabut akibat kelembaban udara yang tinggi juga berakibat pada berkurangnya jarak pandang karena adanya konsentrasi partikel yang tersuspensi. Pada pembentukan polutan sekunder seperti ozon, tingginya kelembaban udara dapat membantu reaksi pembentukan partikel sekunder di atmosfer. Sebaliknya secara umum, kelembaban relatif dipengaruhi oleh curah hujan yang dapat mengurangi konsentrasi polutan di udara akibat terjadi proses pencucian polutan (Marhaeni, 2018). Menurut SNI T-14-1993-03 kelembaban relatif udara yang nyaman di Indonesia yaitu berkisar 50%-80%. C. Thermohygrometer Thermohygrometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur suhu dan kelembaban dalam suatu ruangan. Alat ini mempunyai dua indikator pengukuran yaitu termometer dan hygrometer. Termometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur suhu (temperatur), ataupun perubahan suhu. Istilah termometer berasal dari bahasa Latin thermo yang berarti panas dan meter yang berarti untuk mengukur. Satuan pengukurannya yang paling sering dilihat adalah derajat Celcius (C). Hygrometer adalah alat yang digunakan untuk menghitung persentase uap air (embun) yang berada di udara, atau lebih mudahnya alat untuk mengukur tingkat kelembaban udara. Satuan pengukuran untuk Hygrometer adalah Persentase (%). Semakin besar angka persentasenya maka kelembabannya semakin tinggi, begitupun sebaliknya. Dapat disimpulkan bahwa thermohygrometer berfungsi untuk mengukur suhu dan kelembaban di suatu tempat baik itu indoor (dalam ruangan) maupun outdoor (luar ruangan). Pada 8



umumnya, thermohygrometer banyak terdapat di rumah sakit, laboratorium, BPFK dll. (Septiyani dkk, 2018) VI. Alat dan Bahan Thermohygrometer: alat atau instrumen yang dapat digunakan untuk mengukur suhu dan kelembaban relatif udara secara langsung. VII. Prosedur Kerja a. Tekan tombol power ON. b. Untuk pengukuran suhu, geser tombol ke arah pengukuran suhu dan pilih satuannya yaitu oC. c. Lakukan pengukuran sampai didapatkan bacaan yang relatif stabil. d. Untuk pengukuran kelembaban geser tombol ke pengukuran kelembaban (RH) dan lakukan pengukuran sampai didapat bacaan yang relatif stabil. VIII. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Tabel Hasil Pengukuran Suhu dan Kelembaban dengan Thermohygrometer Pengukura n I II



Suhu



Kelembaban Relatif



Waktu



32,5 oC 32,4 oC



52 % 50 %



11.36 WIB 11.40 WIB



Pengukuran suhu dan kelembaban di area depan Laboratorium Terpadu Poltekkes Kemenkes Surabaya dilakukan pengukuran sebanyak 2 kali dengan waktu berbeda. Pada pukul 11.36 WIB suhu udara ambien luar ruangan yang tercatat sebesar 32,5 oC dengan kelembaban relatif 52 %. Pada pukul 11.40 WIB suhu udara ambien luar ruangan yang tercatat sebesar 32,4 oC dengan kelembaban relatif 50 %. B. Pembahasan 1) Suhu Udara Pada pemeriksaan suhu udara yang dilakukan di depan Laboratorium Terpadu Poltekkes Kemenkes Surabaya didapatkan hasil sebesar 32,5 oC pada pukul 11.36 dan 32,4 oC pada pukul 11.40 WIB. Dari hasil tersebut jika dihubungkan



9



dengan kelembaban kategori nyaman di Indonesia menurut SNI T-14-1993-03 maka kelembaban relatif yang diperiksa tidak memenuhi kategori nyaman karena melebihi suhu nyaman yaitu 20,5 sampai dengan 27,10C. Maka dapat dikatakan bahwa di area tersebut memiliki temperatur suhu yang panas bagi orang Indonesia. Suhu udara dengan konsentrasi PM10 memiliki hubungan yang hampir sama dengan radiasi matahari. Hal ini disebabkan semakin tinggi radiasi matahari yang sampai di permukaan, semakin tinggi juga suhu udara di permukaan. Pada siang hari suhu permukaan bumi lebih tinggi daripada suhu udara sehingga terjadi pemindahan panas dari permukaan bumi ke udara. Kondisi atmosfer menjadi tidak stabil sehingga mempengaruhi dispersi polutan. (Marhaeni, 2018) Dari penjelasan di atas dapat dikatakan pada suhu udara sebesar 32,5oC 32,4 oC di pukul 11.36 dan 11.40 WIB menunjukkan suhu radiasi matahari yang terpancar di area depan Laboratorium Terpadu. Suhu udara yang tinggi akan mempercepat reaksi kimia dan meningkat produksi O3 secara cepat. Selain meningkatkan reaksi kimia, suhu udara juga akan meningkat jumlah emisi hidrokarbon di udara. Penguapan emisi hidrokarbon akibat kenaikan suhu udara dapat membuat terjadinya kontribusi ganda dalam pembentukan ozon permukaan. Dalam hal ini berarti suhu udara yang tinggi juga bertanggung jawab secara tidak langsung pada kenaikan konsentrasi O3 di permukaan. Suhu udara yang rendah membantu pembentukan prekusor aerosol melalui modulasi efisiensi reaksi. Gas hasil buangan kendaraan bermotor dalam bentuk semivolatil akan diubah ke dalam bentuk aerosol. (Marhaeni, 2018) 2) Kelembaban Relatif Udara Pada pemeriksaan kelembaban relatif yang dilakukan di depan Laboratorium Terpadu Poltekkes Kemenkes Surabaya didapatkan hasil sebesar 50%-52% pada pukul 11.36 dan 11.40 WIB. Dari hasil tersebut jika dihubungkan dengan kelembaban kategori nyaman di Indonesia menurut SNI T-14-1993-03 maka kelembaban relatif yang diperiksa telah memenuhi kategori nyaman yaitu 50%80%. Berdasarkan Marhaeni (2018), kelembaban udara yang tinggi menunjukkan bahwa udara banyak mengandung uap air atau udara dalam keadaan basah. Kelembaban udara memiliki hubungan keterbalikan dengan radiasi matahari dan suhu udara. Kelembaban udara berkaitan dengan pembentuk awan di atmosfer dan menghalangi radiasi matahari yang masuk ke permukaan bumi. 10



Kelembaban udara mencapai nilai minimum ketika radiasi matahari mencapai nilai maksimum. Pada siang hari, matahari menghasilkan energi radiasi yang kuat dan membuat suhu udara naik. Pada saat itu tekanan uap jenuh atau kapasitas udara untuk menampung uap air akan menurun, sehingga udara menjadi lebih kering. Ketika suhu udara menurun, tekanan uap jenuh akan menaik dan udara menjadi lembab. Kelembaban udara mengalami penurunan seiring dengan bertambahnya energi radiasi matahari, sedangkan konsentrasi PM10 perlahan naik namun memiliki pucak konsentrasi yang berbeda. Puncak konsentrasi tertinggi PM10 berada di jam kerja ketika kelembaban udara menurun. PM10 dan kelembaban udara memiliki hubungan keterbalikan karena kelembaban udara yang rendah (keadaan udara kering) akan menaikkan konsentrasi partikulat. Hal ini menyebabkan sumber polutan akan mudah terangkat dan melayang di udara bebas, sehingga akan meningkatkan nilai konsentrasi partikulat. (Marhaeni, 2018) Dari penjelasan di atas dapat dikatakan pada kelembaban relatif sebesar 50%-52% di pukul 11.36 dan 11.40 WIB menunjukkan radiasi matahari yang terpancar belum menurunkan kadar kelembaban relatif di area depan Laboratorium Terpadu, namun bisa jadi sepanjang bertambahnya waktu matahari berada di puncak kepala maka kelembaban relatif dapat menurun. Semakin menurunnya kelembaban maka polutan semakin terangkat dan melayang di udara bebas, sehingga pada waktu-waktu siang hari polutan akan semakin mencemari jalanan dan memaparkan pada pengguna jalan. IX. Simpulan dan Saran A. Simpulan Dari hasil pemeriksaan suhu dan kelembaban di area depan Laboratorium Terpadu Poltekkes Kemenkes Surabaya pada pukul 11.36 dan 11.40 WIB tercatat suhu 32,5 oC dengan kelembaban relatif 52 % dan suhu 32,4 oC dengan kelembaban relatif 50 %. Suhu yang tinggi dipengaruhi oleh radiasi matahari yang terpapar ke bumi. Pada saat suhu meninggi maka kelembaban akan menurun dan menyebabkan konsentrasi polutan terangkat. Polutan yang terangkat menjadikannya melayang di udara dan menyebabkan pengguna jalan dapat terpapar lebih banyak pada waktu tersebut (siang hari).



11



B. Saran Dalam pemeriksaan suhu dan kelembaban dengan menggunakan alat termohigrometer sebaiknya dilakukan dengan pengulangan dan pada waktu yang perbedaan selisihnya lebih lama (15 menit, 30 menit, dll). Pengulangan pada seling waktu tertentu dapat memberikan hasil asumsi konsentrasi polutan pada waktu kapan akan mengalami fluktuasi.



12



PSIKROMETER



PEMERIKSAAN TEMPERATUR DAN KELEMBABAN DENGAN ALAT PSIKROMETER



13



I.



Judul Pemeriksaan Temperatur dan Kelembaban Udara Luar Ruangan dengan Alat Psikrometer



II.



Waktu Pelaksanaan Hari, tanggal



: Selasa, 30 Juli 2019



Pukul



: 11.40 WIB – selesai



Tempat



: depan Laboratorium Terpadu Poltekkes Kemenkes Surabaya



III. Tujuan A. Tujuan Umum Mahasiswa dapat melaksanakan pemeriksaan fisik udara berupa pemeriksaan temperatur dan kelembaban udara luar ruangan dengan alat psikrometer. B. Tujuan Khusus 1. Mahasiswa mahir menggunakan alat psikrometer 2. Mahasiswa mahir mengukur suhu dan kelembaban 3. Mahasiswa mahir menjelaskan cara pengukuran suhu dan kelembaban 4. Mahasiswa mahir menganalisis hasil pengukuran IV. Prinsip Kerja Penentuan suhu udara ambien dengan menggunakan pembacaan pada temperatur bola kering. Penentuan kelembaban relatif udara ambien dengan menggunakan pembacaan temperatur bola kering dan bola basah. V.



Dasar Teori A. Suhu Udara Suhu udara merupakan gambaran suatu energi. Suhu udara permukaan bergantung pada perbedaan penerimaan energi radiasi matahari di suatu daerah dan berperan penting dalam proses biofisika dan biokimia. Secara tidak langsung suhu udara juga berperan dalam pembentukan polutan sekunder karena radiasi matahari dan suhu udara memiliki hubungan yang saling terkait. Suhu udara dapat mempengaruhi peningkatkan reaksi kimia di atmosfer dan mengakibatkan terbentuknya partikulat yang halus secara alami. (Marhaeni, 2018)



14



Suhu mencerminkan energi kinetik rata-rata dari gerakan molekul-molekul. Suhu udara sangat peka terhadap perubahan radiasi matahari yang diterima permukaan bumi. Tutupan awan juga berpengaruh pada variasi diurnal besarnya suhu di suatu daerah. (Marhaeni, 2018) Terdapat beberapa standar yang berkaitan dengan kenyamanan termal diantaranya adalah standar kenyamanan termal Indonesia SNI T-14-1993-03, yang membagi zona kedalam tiga bagian yaitu: 1).Sejuk Nyaman, 20,5-22,80C; 2).Nyaman Optimal 22,8-25,80C; 3).Hampir Nyaman 25,8-27,10C. B. Kelembaban Udara Kelembaban udara menggambarkan kandungan uap air di udara yang tergantung pada suhu udara dan radiasi matahari. Kelembaban udara memiliki hubungan keterbalikan dengan radiasi matahari dan suhu udara. Kelembaban udara berkaitan dengan pembentuk awan di atmosfer dan menghalangi radiasi matahari yang masuk ke permukaan bumi. Udara yang berkabut akibat kelembaban udara yang tinggi juga berakibat pada berkurangnya jarak pandang karena adanya konsentrasi partikel yang tersuspensi. Pada pembentukan polutan sekunder seperti ozon, tingginya kelembaban udara dapat membantu reaksi pembentukan partikel sekunder di atmosfer. Sebaliknya secara umum, kelembaban relatif dipengaruhi oleh curah hujan yang dapat mengurangi konsentrasi polutan di udara akibat terjadi proses pencucian polutan (Marhaeni, 2018). Menurut SNI T-14-1993-03 kelembaban relatif udara yang nyaman di Indonesia yaitu berkisar 50%-80%. C. Psikrometer Psikrometer adalah termometer air raksa dalam bejana kaca untuk mengukur suhu udara aktual yang terjadi. Satuan yang ditetapkan untuk pengukuran suhu udara adalah derajad Celsius. Namun di beberapa negara bagian barat masih menggunakan derajad Kelvin atau Fahrenheit. Jika suhu naik, alkohol akan mengembang dan mengalir melalui tabung tanpa menggeser indeks. Jika suhu turun, maka kolom alkohol akan turun dan permukaan alkohol menyentuh indeks. Jika suhu terus turun, maka kolom alkohol akan mendesak dan menggeser indek mendekati bola termometer. Jika suhu naik lagi alkohol akan mengalir menuju ke ujung tabung tanpa menggeser indeks. Skala yang ditunjukkan oleh oleh indek adalah suhu terendah ( Supriyanto, 2010). VI. Alat dan Bahan



15



a. Psikrometer: alat pengukur suhu dan kelembaban yang terdiri dari dua buah termometer. Suhu yang ditunjukkan termometer I disebut suhu bola kering dan sekaligus suhu ruangan/udara. Suhu yang ditunjukkan oleh termometer II disebut suhu bola basah. b. Air untuk membasahi termometer bola basah. VII. Prosedur Kerja a. Psikrometer memiliki dua termometer, pada termometer II basahi dengan air hingga jenuh b. Putar psikrometer ke seluruh ruangan/lokasi yang diperiksa selama 15 menit c. Baca suhu pada termometer I (suhu kering atau suhu ruangan) dan termometer II (suhu bola basah) d. Dari kedua suhu tersebut kelembaban dapat dicari dengan bantuan psychrochart e. Penggunaan psychrochart: letakkan garis awal (setting) sesuai suhu bola kering dan baca kelembaban dari skala temperatur yang sesuai suhu bola basah. VIII. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Tabel Data Pengukuran dengan Psikrometer Suhu Termometer I 32 oC



Suhu Termometer II 25 oC



RH (Kelembaban) 53 %



Dari pengukuran suhu dan kelembaban yang dilakukan di depan Laboratorium Terpadu Poltekkes Kemenkes Surabaya selama 15 menit didapatkan hasil pembacaan pada psikrometer seperti data di atas. Hasil pengukuran suhu ruangan/udara yaitu sebesar 32 oC dan kelembaban relatif udara ambien yang didapatkan sebesar 53 %. B. Pembahasan 1) Suhu Udara Pada pemeriksaan suhu udara yang dilakukan di depan Laboratorium Terpadu Poltekkes Kemenkes Surabaya didapatkan hasil sebesar 32 oC pada pukul 11.45 WIB. Dari hasil tersebut jika dihubungkan dengan kelembaban kategori nyaman di Indonesia menurut SNI T-14-1993-03 maka kelembaban relatif yang 16



diperiksa tidak memenuhi kategori nyaman karena melebihi suhu nyaman yaitu 20,5 sampai dengan 27,10C. Maka dapat dikatakan bahwa di area tersebut memiliki temperatur suhu yang panas bagi orang Indonesia. Suhu udara dengan konsentrasi PM10 memiliki hubungan yang hampir sama dengan radiasi matahari. Hal ini disebabkan semakin tinggi radiasi matahari yang sampai di permukaan, semakin tinggi juga suhu udara di permukaan. Pada siang hari suhu permukaan bumi lebih tinggi daripada suhu udara sehingga terjadi pemindahan panas dari permukaan bumi ke udara. Kondisi atmosfer menjadi tidak stabil sehingga mempengaruhi dispersi polutan. (Marhaeni, 2018) Dari penjelasan di atas dapat dikatakan pada suhu udara sebesar 32,5oC 32,4 oC di pukul 11.36 dan 11.40 WIB menunjukkan suhu radiasi matahari yang terpancar di area depan Laboratorium Terpadu. Suhu udara yang tinggi akan mempercepat reaksi kimia dan meningkat produksi O3 secara cepat. Selain meningkatkan reaksi kimia, suhu udara juga akan meningkat jumlah emisi hidrokarbon di udara. Penguapan emisi hidrokarbon akibat kenaikan suhu udara dapat membuat terjadinya kontribusi ganda dalam pembentukan ozon permukaan. Dalam hal ini berarti suhu udara yang tinggi juga bertanggung jawab secara tidak langsung pada kenaikan konsentrasi O3 di permukaan. Suhu udara yang rendah membantu pembentukan prekusor aerosol melalui modulasi efisiensi reaksi. Gas hasil buangan kendaraan bermotor dalam bentuk semivolatil akan diubah ke dalam bentuk aerosol. (Marhaeni, 2018) 2) Kelembaban Relatif Udara Pada pemeriksaan kelembaban relatif yang dilakukan di depan Laboratorium Terpadu Poltekkes Kemenkes Surabaya didapatkan hasil sebesar 53% pada pukul 11.45 WIB. Hasil kelembaban tersebut menggunakan dua data termometer untuk menentukan kelembaban relatif, termometer suhu kering sebesar 32



o



C dan



termometer suhu basah sebesar 25 oC. Dari hasil kelembaban relatif tersebut jika dihubungkan dengan kelembaban kategori nyaman di Indonesia menurut SNI T-141993-03 maka kelembaban relatif yang diperiksa telah memenuhi kategori nyaman yaitu 50%-80%. Berdasarkan Marhaeni (2018), kelembaban udara yang tinggi menunjukkan bahwa udara banyak mengandung uap air atau udara dalam keadaan basah. Kelembaban udara memiliki hubungan keterbalikan dengan radiasi matahari dan



17



suhu udara. Kelembaban udara berkaitan dengan pembentuk awan di atmosfer dan menghalangi radiasi matahari yang masuk ke permukaan bumi. Kelembaban udara mencapai nilai minimum ketika radiasi matahari mencapai nilai maksimum. Pada siang hari, matahari menghasilkan energi radiasi yang kuat dan membuat suhu udara naik. Pada saat itu tekanan uap jenuh atau kapasitas udara untuk menampung uap air akan menurun, sehingga udara menjadi lebih kering. Ketika suhu udara menurun, tekanan uap jenuh akan menaik dan udara menjadi lembab. Kelembaban udara mengalami penurunan seiring dengan bertambahnya energi radiasi matahari, sedangkan konsentrasi PM10 perlahan naik namun memiliki pucak konsentrasi yang berbeda. Puncak konsentrasi tertinggi PM10 berada di jam kerja ketika kelembaban udara menurun. PM10 dan kelembaban udara memiliki hubungan keterbalikan karena kelembaban udara yang rendah (keadaan udara kering) akan menaikkan konsentrasi partikulat. Hal ini menyebabkan sumber polutan akan mudah terangkat dan melayang di udara bebas, sehingga akan meningkatkan nilai konsentrasi partikulat. (Marhaeni, 2018) Dari penjelasan di atas dapat dikatakan pada kelembaban relatif sebesar 53% di pukul 11.45 WIB menunjukkan radiasi matahari yang terpancar belum menurunkan kadar kelembaban relatif di area depan Laboratorium Terpadu, namun bisa jadi sepanjang bertambahnya waktu matahari berada di puncak kepala maka kelembaban relatif dapat menurun. Semakin menurunnya kelembaban maka polutan semakin terangkat dan melayang di udara bebas, sehingga pada waktu-waktu siang hari polutan akan semakin mencemari jalanan dan memaparkan pada pengguna jalan. IX. Simpulan dan Saran A. Simpulan Dari hasil pemeriksaan suhu dan kelembaban dengan psikrometer di area depan Laboratorium Terpadu Poltekkes Kemenkes Surabaya pada pukul 11.45 WIB tercatat suhu udara (suhu kering) 32 oC dengan kelembaban relatif 53%. Suhu yang tinggi dipengaruhi oleh radiasi matahari yang terpapar ke bumi. Pada saat suhu meninggi maka kelembaban akan menurun dan menyebabkan konsentrasi polutan terangkat. Polutan yang terangkat menjadikannya melayang di udara dan menyebabkan pengguna jalan dapat terpapar lebih banyak pada waktu tersebut (siang hari). 18



B. Saran Dalam pemeriksaan suhu dan kelembaban dengan menggunakan alat psikrometer sebaiknya dilakukan dengan beberapa pengulangan dan pada waktu yang perbedaan selisihnya lebih lama (15 menit, 30 menit, dll). Pengulangan pada seling waktu tertentu dapat memberikan hasil asumsi konsentrasi polutan pada waktu kapan akan mengalami fluktuasi. Pengulangan pemeriksaan juga dapat memberikan data yang representatif dari suhu dan kelembaban relatif di area tersebut.



19



DAFTAR PUSTAKA Kurniawan, Agusta. 2017. Pengukuran Parameter Kualitas Udara (CO, NO 2, SO2, O3 dan PM10) di Bukit Kototabang Berbasis ISPU. Jurnal Teknosains. 7 (1): 1-82. Marhaeni, Annisa D. R. 2018. Pengaruh Faktor Meteorologi Terhadap Fluktuasi Konsentrasi PM10 dan O3 di DKI Jakarta. Skripsi. IPB. Pangestu, Yudo Cakra; Ezra Sonjaya; Danang Sugihantoro; Wiji Mangestiyono. 2014. Rancang Bangun Anemometer Mangkok dengan Uji Laboratorium dan Lapangan. Skrispi. D3 Teknik Mesin. Universitas Dipenogoro Sari, Duniantri W. 2009. Hubungan Parameter Fisik Kualitas Udara dalam Ruangan dengan Gejala Sick Builidng Syndrome (SBS) pada Tiga Gedung di DKI Jakarta Tahun 2009. Skripsi. Universitas Indonesia. Septiyani, Hanna; Syaifudin; Andjar Pudji. 2018. Kalibrator Thermohygrometer. Seminar Tugas Akhir. Poltekkes Kemenkes Surabaya. Supriyanto, 2010. Analisis Parameter Klimatologi dalam Tinjauan Konsep Fisika Dasar di Kota Samarinda,Jurnal Fisika Mulawarman, Vol 6, No. 2.



20



LAMPIRAN Praktik Parameter Fisik Udara



Pengukuran kecepatan angin



Pemeriksaan suhu dan kelembaban udara dengan



menggunakan anemometer



termohigrometer



Pemeriksaan suhu dan kelembaban



Penentuan kelembaban relatif (RH) dengan



udara dengan psikrometer



psychrochart



PRAKTIKUM PEMANTAUAN KUALITAS MIKROBIOLOGI UDARA RUANGAN MENGGUNAKAN MICROBIOLOGY AIR SAMPLER I. TUJUAN



21



a. Mahasiswa mampu dan terampil dalam melakukan pengukuran kualitas udara secara mikrobiologi dalam ruangan (ruangan kelas). b. Mahasiswa mampu dan terampil dalam mengambil sampel jasad renik atau kuman, jamur, dan ganggang di udara ruangan(indoor) tanpa AC dan dengan ventilasi alam. II. DASAR TEORI A. Udara Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi bumi. Komposisi campuran gas tersebut tidak selalu konstan. Komponen yang konsentrasinya paling bervariasi adalah air dalam bentuk uap H 2O dan CO2. Jumlah uap air yang terdapat di udara bervariasi tergantung dari cuaca dan suhu. Konsentrasi CO2 di udara selalu rendah, yaitu sekitar 0.03%. Konsentrasi CO 2 mungkin naik, tetapi masih dalam kisaran beberapa per seratus persen, misalnya di sekitar proses-proses yang menghasilkan CO2 seperti pembusukan sampah tanaman, pembakaran, atau di sekitar kumpulan massa manusia di dalam ruangan terbatas yaitu karena pernafasan. Konsentrasi CO2 yang relatif rendah dijumpai di atas kebun atau ladang tanaman yang sedang tumbuh atau di udara yang baru melalui lautan. Konsentrasi yang relatif rendah ini disebabkan oleh absorsi CO2 oleh tanaman selama fotosintesis dan karena kelarutan CO2 di dalam air. Tetapi pengaruh prosesproses tersebut terhadap konsentrasi total CO2 di udara sangat kecil karena rendahnya konsentrasi CO2. Komposisi udara kering di mana semua uap air telah dihilangkan relatif konstan. Komposisi udara kering yang bersih dikumpulkan di sekitar laut dapat dilihat pada tabel. Konsentrasi gas dinyatakan dalam persen atau per sejuta (ppm = part per million), tetapi untuk gas yang konsentrasinya sangat kecil biasanya dinyatakan dalam ppm.



B. Pencemaran Udara 1. Pengertian



22



Pencemaran udara adalah suatu kondisi di mana kualitas udara menjadi rusak dan terkontaminasi oleh zat-zat, baik yang tidak berbahaya maupun yang membahayakan kesehatan tubuh manusia. Pencemaran udara biasanya terjadi di kota-kota besar dan juga daerah padat industri yang menghasilkan gas-gas yang mengandung zat di atas batas kewajaran. Pada umumnya bahan pencemar udara adalah berupa gas-gas beracun (hampir 90 %) dan partikel-partikel zat padat. Gas-gas beracun ini berasal dari pembakaran bahan bakar kendaraan, dari industri dan dari rumah tangga. Selain gas-gas beracun di atas, pembakaran bahan bakar kendaraan juga menghasilkan partikel-partikel karbon dan timah hitam yang beterbangan mencemari udara. Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain industri, transportasi, perkantoran, dan perumahan. Sumber pencemaran udara juga dapat disebabkan oleh berbagai kegiatan alam, seperti kebakaran hutan, gunung meletus, gas alam beracun, dan lain-lain. Prinsip dari pencemaran udara adalah apabila dalam udara terdapat unsur - unsur pencemar (biasa disebut polutan baik primer maupun sekunder yang bersumber dari aktifitas alam dan kebanyakan dari aktifitas manusia) yang dapat mempengaruhi keseimbangan udara normal dan mengakibatkan gangguan terhadap kehidupan manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan dan benda-benda lain. Kontaminasi udara terjadi secara fisik, kimia dan biologi. Polutan kasat mata seperti mikroorganisme (bakteri, jamur dan virus) yang mengkontaminasi udara dapat menjadi sumber infeksi bagi semua orang terutama yang beraktivitas di ruangan tersebut. Sumber polutan yang mempengaruhi kualitas udara ruangan diantaranya : a. Penggunaan Air Conditioner (AC) sebagai alternatif untuk mengganti ventilasi alami namun AC yang jarang dibersihkan akan menjadi tempat nyaman bagi mikroorganisme untuk berbiak. b. Metoda dan frekuensi pembersihan ruangan. c. Jumlah orang di dalam ruangan juga berkontribusi untuk menambah jumlah dan jenis mikroba di udara. d. Suhu. e. Kelembaban. 2. Jenis Pencemaran 23



Menurut asalnya, pencemaran udara dapat dibagi menjadi dua macam, yakni : a. Pencemaran Udara Alami Masuknya zat pencemar ke dalam udara / atmosfer, akibat prosesproses alam seperti asap kebakaran hutan, debu gunung berapi, pancaran garam dari laut, debu meteroid dan sebagainya. b. Pencemaran Udara Non- Alam Masuknya zat pencemar ke dalam udara yang disebabkan oleh aktifitas manusia seperti gas beracun, asap dari hasil industri, asap kendaraan bermotor maupun, asap rokok yang mengandung karbon monoksida (CO), karbon dioksida (CO2), sulfur oksida (SO2), nitrogen oksigen (NO, NO2, NOx), CFC, dan sebagainya. Salah satu senyawa berbahaya yang dihasilkan adalah karbon monoksida (CO). 3. Sumber Pencemaran Sumber Pencemaran Udara dapat dibedakan menjadi : a. Sumber alami 1) Meletusnya gunung berapi : emisi SO2, H2S, CH4, dan partikulat. 2) Kebakaran hutan : emisi HC, CO dan Partikulat berupa asap. b. Kegiatan manusia 1) Transportasi 2) Industri 3) Gas buang pabrik yang menghasilkan gas berbahaya seperti (CFC) C. Media Kultur Nutrient Agar (NA) merupakan suatu media yang berbentuk padat, yang merupakan perpaduan antara bahan alamiah dan senyawa-senyawa kimia. Nutrient Agar (NA) merupakan suatu media yang mengandung sumber nitrogen dalam jumlah cukup yang dapat digunakan untuk budidaya bakteri dan untuk penghitungan mikroorganisme dalam air, limbah, kotoran dan bahan lainnya. Komposisi Nutrient Agar (NA) terdiri dari ekstrak daging sapi 3 gram, peptone 5 gram dan agar 15 gram. Formula ini tergolong relatif simpel untuk menyediakan nutrisi-nutrisi yang dibutuhkan oleh sejumlah besar mikroorganisme. Pada Nutrient Agar (NA), ekstrak daging sapi dan peptone digunakan sebagai bahan dasar karena merupakan sumber protein, nitrogen, vitamin, serta karbohidrat yang sangat dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk tumbuh dan berkembang. Ekstrak daging sapi mengandung 24



senyawa-senyawa yang larut di dalam air termasuk karbohidrat, vitamin, nitrogen organik dan juga garam. Peptone merupakan sumber utama dari nitrogen organik, yang sebagian merupakan asam amino dan peptida rantai panjang. Dalam hal ini agar digunakan sebagai bahan pemadat, karena sifatnya yang mudah membeku dan mengandung karbohidrat sehingga tidak mudah diuraikan oleh mikroorganisme. Media Nutrient Agar (NA) merupakan suatu media berwarna coklat muda yang memiliki konsistensi yang padat dimana media ini berasal dari sintetik dan memiliki kegunaan sebagai media untuk menumbuhkan bakteri. Di Indonesia sendiri, Nutrient Agar (NA) sudah banyak dipakai oleh industri khususnya industri produk susu dan juga di pengolahan air dan limbah pabrik. Tidak semua bakteri dapat dibiakkan pada media ini karena media ini hanya mengisolasi bakteri antraks dan stafilokokus. Prosedur pembuatan nutrient agar adalah melarutkan bahan nutrient agar ke dalam 1 L air kemudian dipanaskan hingga mendidih dan dituangkan ke dalam tabung dan disterilkan selama 15 menit pada suhu 121˚C. Kemudian media dibuka dan disimpan pada suhu dibawah 80˚C dan terlindung dari sinar secara langsung.



D. Mikrobiological



Air Sampler (MAS)



Microbiological



Air



Sampler (MAS) adalah alat untuk mengetahui kepadatan mikroorganisme di udara ruangan, hingga per meter kubik udara. Prinsip Pemeriksaan MAS yaitu udara dihisap 25



MAS dan dilewatkan petridish yg berisi media PCA (Plate Count Agar ) atau BA (Blood Agar). Waktu operasional MAS disesuaikan volume ruangan.(sesuai standart MAS). Petridish diinkubasi kemudian hasil perhitungan dibandingkan dengan tabel MAS Peralatan yang digunakan yaitu Mikrobiologi Air Sampler. III. ALAT DAN BAHAN 1. Alat a. Alumunium foil b. Anemometer c. Autoclave d. Erlenmeyer e. Etiket f. Gelas ukur g. Inkubator h. Kapas alkohol i. Kertas cokelat j. Kertas timbang k. Koloni counter l. Lampu spirtus m. Luxmeter n. Meteran o. Mikro Air Sampler (MAS) p. Petridish q. Phsychrometer r. Spatula s. Stopwatch t. Tali rami u. Thermometer v. Timbangan analitik 2. Bahan a. Aquadest b. Nutrient agar sebanyak 5,6 gram dalam 200 ml aqudest IV. LANGKAH KERJA 26



1. Persiapan Media Nutrient Agar a. Menyiapkan petridish steril sebanyak 8 buah, yang telah dieri etiket untuk control dan titik (tiap satu titik terdapat satu control) b. Menimbang nutrient agar sebanyak 5,6 gram dan 200 ml aquadest dalam Erlenmeyer c. Memanaskan sambil mengaduk nutrient agar hingga jernih d. Menyeterilkan dalam autoclave selama 15 – 20 menit e. Menyeterilkan meja dan menyiapkan lampu bunsen f. Menuangkan larutan nutrient agar yang ada di dalam petridish steril sebanyak ±15 ml, putar searah jarum jam untuk meratakan g. Menunggu hingga larutan nutrient agar yang ada di dalam petridish tersebut membeku 2. Penggunaan alat Mikrobiologi Air Sampler (MAS) a. Menyeterilkan semua alat dan tempat titik yang dilakukan pengukuran dengan menggunakan alkohol b. Memasang media nutrient agar yang sudah beku pada alat MAS jenis Omega Air Test dengan ketinggian ±1,5 meter dari lantai c. Menutup kembali dengan penutup berpori pada badan alat d. Menyalakan alat dan atur daya hisapnya sesuai dengan volume ruangan tersebut e. Member etiket untuk menandai sampel dari titik pengukuran f. Membungkus semua sampel dengan kertas cokelat dan ditali rami g. Mengeramkan di inkubator selama 2 x 24 jam 3. Perhitungan koloni dan jamur a. Menyiapkan alat koloni counter dan spidol b. Mengambil petridish yang berisi sampel dan control dari inkubator dan meletakkan diatas koloni counter dalam keadaan terbalik c. Mengamati dan menghitung julah koloni serta jamur dengan menggunakan spidol d. Perhitungan angka kuman dengan menggunakan tabel Omega Air Test menatata hasilnya, lalu dibaca dan sesuaikan dengan table omega, dengan pada bais volume sampel 1000 lt e. Lama pengambilan sampel : Perhitungan : Dari volume ruangan dibagi 5 titik, missal volume udara yang diambil oleh alat : 5 x 6 x 4 = 120 m3 = 120.000 dm3 = 120.000 lt Volume masing-masing titik : 120.000/5 = 24000 lt 27



Kemampuan alat omega 1000 lt/dt Lama waktu pengambilan : 24000/1000 = 24 detik V. HASIL Pada praktikum pemeriksaan mikrobiologi udara ruangan, kami menggunakan udara yang ada pada ruang kelas D4 semester 1 Kesehatan Lingkungan Surabya sebagai sampel pemeriksaan mikrobiologi udara. Berikut beberapa data pengukuran di ruang kelas D4 semester 1: a. Suhu



: 230C



b. Kelembapan



:



c. Pencahayaan



: 85 lux



Alat yang digunakan dalam pemeriksaan mikroba udara di ruangan yaitu Microbiological Air Sampler (MAS) dengan menggunakan media nutrient agar (NA) sebagai media pertumbuhan bakteri. Melalui media tersebut dapat dikeetahui jumlah total kuman yang ada di udara. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara mengambil sampel udara pada 5 titik di dalam ruangan dan pada masing-masing titik 1 kontrol. Setelah itu jumlah koloni yang tumbuh pada media agar dihitung kemudian dibandingkan dengan tabel statistik untuk mengetahui kemungkinan total statistik unit koloni. Kami menggunakan nutrient agar (NA) sebagai media pertumbuhan yang dituang pada petridish. Kami memakai 1 kontrol untuk 5 titik. Berikut hasil praktikum pemeriksaan udara



:



Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Mikrobiologi Udara Ruang Kelas D4 Semester 1 Nama Titik Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3 Sampel 4 Sampel 5 Keterangan :



Kontrol r 0 0 0 0 0



Sampel pr 0 0 0 0 0



r



: jumlah unit koloni pada petridish



pr



: kemungkinan total statistik unit koloni



r 23 33 74 40 85



pr 24 34 118 42 127



28



Berdasarkan hasil jumlah koloni yang telah dibandingkan dengan tabel statistik unit koloni, maka untuk mengetahui jumlah koloni yang sebenarnya ada pada setiap titik yang diperiksa dihitung menggunakan cara sebagai berikut : - Volume udara yang diambil oleh MAS = 100 1. Jumlah koloni di titik 1



=



1000 × pr di titik 1 volume udara yg diambil



=



1000 ×24 100



= 240 CFU / m3 2. Jumlah koloni di titik 2



=



1000 × pr dititik 2 volume udara yg diambil



=



1000 ×34 100



= 340 CFU / m3 3. Jumlah koloni di titik 3



=



1000 × pr dititik 3 volume udara yg diambil



=



1000 ×118 100



= 1180 CFU / m3 4. Jumlah koloni di titik 4



=



1000 × pr dititik 4 volume udara yg diambil



=



1000 × 42 100



= 420 CFU / m3 5. Jumlah koloni di titik 5



=



1000 × pr di titik 5 volume udara yg diambil



=



1000 ×127 100



= 1270 CFU / m3 -



Jumlah koloni pada semua titik = Jumlah koloni titik 1+Jumlah koloni titik 2+ ....... = 240 + 340 + 1180 + 420 + 1270 = 3450 CFU/m3 Jadi jumlah koloni pada ruangan kemahasiswaan Jurusan Kesehatan Lingkungan



Poltekkes Kemenkes Surabaya adalah 3450 CFU/m3. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2016 menyatakan bahwa nilai ambang batas angka kuman di udara pada ruang kerja perkantoran harus kurang dari 700 CFU/m 3.



29



Sehingga kualitas udara di ruang kelas D4 Semester 1 Jurusan Kesehatan Lingkungan Surabaya belum memenuhi persyaratan karena jumlah koloni pada pemeriksaan hasilnya melebihi nilai ambang batas yang ditetapkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2016. Maka dapat disimpulkan bahwa udara pada ruangan yang diperiksa tersebut telah tercemar. VII. KESIMPULAN Berdasarkan hasil praktikum yang kami lakukan pada hari Selasa, 31 Juli 2019, kami melakukan pengambilan sampel mikrobiologi udara di ruang kelas d4 Semester 1 Jurusan Kesehatan Lingkungan Surabaya. Diperoleh hasil jumlah koloni yang terdapat di dalam ruangan tersebut sebanyak 3CFU/m3 dengan menggunakan alat mikro air sampler (MAS). Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2016 menyatakan bahwa nilai ambang batas angka kuman di udara pada lingkungan kerja perkantoran dan industri harus kurang dari 700 CFU/m3. Sehingga kualitas udara di ruangan kemahasiswaan Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Surabaya belum memenuhi persyaratan karena jumlah koloni pada pemeriksaan hasilnya melebihi nilai ambang batas yang ditetapkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2016. Maka dapat disimpulkan bahwa udara pada ruangan yang diperiksa tersebut telah tercemar.



VIII. SARAN 1. Membersihkan filter pada AC secara teratur untuk mengoptimalkan kerja AC untuk menyejukkan udara dan mengurangi mikroba. 2. Perlu penambahan ventilasi pada ruangan tersebut karena ventilasi merupakan tempat pertukaran udara pada suatu ruangan yang mampu mengurangi kelembapan udara dan melancarkan sirkulasi udara.



30



DAFTAR PUSTAKA Berliana. 2016. Analisa Bakteri Udara Sebagai Upaya Pemantauan Dan Pencegahan Infeksi Nosokomial Di Rumah Sakit. Kalimantan: Jurnal Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur. Ichsan, Agus Miftakhudin, dkk. 2012. Perbedaan Efektifitas Tanaman Sansevieria dan Aloevera Terhadap Penurunan Kadar CO Udara dalam Ruangan. Semarang: Universitas Muhammadiyah Semarang.



31



Irianto, K. 2007. Mikrobiologi Menguak Dunia Organisme Jilid 1. Bandung. CV Yrama Widya Narwati; Koerniasari; Deddy Adam. 2016. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi Lingkungan. Surabaya. Poltekkes Kemenkes Surabaya, Kesehatan Lingkungan. Ratnani. 2008. Teknik Pengendalian Pencemaran Udara yang Diakibatkan Oleh Partikel. Semarang: Jurnal Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim. Waluyo, Lud. Mikrobiologi Umum Edisi Revisi. Malang: UMM Press; 2007.h. 319 dan 330.



LAMPIRAN



32



33



34



PRAKTIKUM PENGUKURAN PARTIKEL DEBU DENGAN HIGH VOLUME DUST SAMPLER Mata Kuliah



: Penyehatan Udara



Materi



: Pengukuran Partikel Debu Dengan High Volume Dusk Sampler



Tanggal



: 30 Juli 2019



Waktu



: 09.00 WIB – 13.00 WIB



Lokasi



: Jl. Pucang Jajar Tengah (Depan Direktorat) dan Depan Ruang UKM USMA



Kelompok



:B



Pembimbing



: Rachmaniyah, SKM, M. Kes



I.



Tujuan Praktikum 1. Tujuan Umum Mahasiswa dapat melaksanakan pengukuran kadar debu di udara ambien dengan menggunakan alat HVDS 2. Tujuan Khusus a.



Mahasiswa dapat mempersiapkan peralatan dan bahan pengukuran debu dengan menggunakan HVDS



b.



Mahasiswa mampu melakukan pengukuran debu dengan menggunakan HVDS



c.



Mahasiswa dapat menganalisis hasil pengukuran debu dengan menggunakan HVDS



II.



Dasar Teori 1. HVDS HVDS merupakan alat penghisap udara ambien dengan pompa berkecepatan 1,1 - 1,7m³/menit, partikel debu berdiameter 0,1-10 mikron akan masuk bersama aliran udara melewati saringan dan terkumpul pada permukaan serat gelas. Alat ini dapat digunakan untuk pengambilan contoh udara selama 24 jam, dan bila kandungan partikel debu sangat tinggi maka waktu pengukuran dapat dikurangi menjadi 6 – 8jam. a. Nilai Ambang Batas (NAB) Untuk Debu Nilai ambang batas (NAB) adalah standar faktor-faktor lingkungan kerja yangdianjurkan di tempat kerja agar tenaga kerja masih dapat 35



menerimanya tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan, dalam pekerjaan sehari-hari untukwaktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu. Kegunaan NAB ini sebagai rekomendasi pada praktek higiene perusahaan dalam melakukan penatalaksanaanlingkungan kerja sebagai upaya untuk mencegah dampaknya terhadap kesehatan. Nilai ambang batas kadar debu yang ruangan didasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor : 41 Tahun 1999, dan disesuaikan dengan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1405/Menkes/SK/XV/2002 tanggal 19 November 2002, pada lampiran I tentang Persyaratan dan tata cara penyelenggaraan kesehatan lingkungankerja perkantoran. Adapun kandungan debu maksimal di dalam udara ruangan dalam pengukuran debu rata-rata 8 jam adalah 0,15mg/m³. 2. Psikrometer Psikometer bola basah dan bola kering. Alat ini terdiri dari dua termometer yang mana disebut termometer bola basah dan termometer bola kering. Termometer bola kering adalah termometer air raksa biasa, sedangkan termometer bola basah adalah termometer air raksa yang ujung sensornya dibalut dengan kain kasa atau bahan lain yang dijaga agar selalu lembab. Suhu yang terbaca pada termometer bola basah akan sama dengan atau lebih rendah dari suhu yang terbaca pada termometer bola kering karena sebagian panas pada bagian ujung sensor termometer ini akan terpakai dalam proses penguapan evaporasi air pada kain lembab yang membalut thermometer. Semakin tinggi laju penguapan maka akan semakin banyak energi panas yang terpakai, berarti akan semakin rendah suhu termometer bola basah. Suhu termometer bola basah akan sama dengan suhu termometer bola kering, jika penguapan air pada ujung sensor termometer bola basah tersebut tidak terjadi. Kondisi ini hanya akan berlangsung jika udara di sekitarnya jenuh uap air. a. Nilai Ambang Batas Kelembaban Berdasarkan surat edaran Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi Nomor SE-01/Men/1978 tentang nilai ambang batas (NAB) yang berlaku untuk lingkungan kerja panas di Industri adalah kelembaban 65% – 95% dengan kisaran suhu 26°C – 30°C. Untuk lingkungan kerja lainnya tidak ada aturan NAB. Sedangkan menurut ASHRAE (1981) zona



36



kenyamanan 55% – 74% berada pada kisaran suhu 22°C – 26°C dan kelembaban 20% – 70%. b. Kelembaban Kelembapan udara adalah banyaknya uap air yang terkandung dalam udara atau atmosfer. Besarnya



tergantung



dari



masuknya



uap



air



kedalam atmosfer karena adanya penguapan dari air yang ada di lautan, danau, dan sungai, maupun dari air tanah. Disamping itu terjadi pula dari proses



transpirasi,



yaitu



penguapan



dari tumbuh- tumbuhan.



Sedangkan banyaknya air didalam udara bergantung kepada banyak faktor, antara lain adalah ketersediaan air,



sumber uap, suhu



udara,



tekanan udara, dan angin. Uap air dalam atmosfer dapat berubah bentuk menjadi cair atau padat yang akhirnya dapat jatuh ke bumi antara lain sebagai hujan. Kelembapan udara yang cukup



besar memberi



petunjuk langsung bahwa udara banyak mengandung uap air atau udara dalam



keadaan



basah.



Berbagai



ukuran



dapat digunakan



untuk



menyatakan nilai kelembapan udara. Salah satunya adalah kelembapan udara relative (nisbi). Kelembapan udara nisbi (Wirjohamidjojo, 2006) memiliki pengertian sebagai nilai perbandingan antara tekanan uap air yang ada pada saat pengukuran dengan nilai tekanan uap air maksimum yang dapat dicapai pada suhu udara dan tekanan udara saat pengukuran. 3. Hygrometer Hygrometer adalah alat untuk mengukur kelembaban relatif udaradengan prinsip dasar metode pertambahan panjang dan pertambahan massa selain aspiration psychometer model -smann. Hygrometer terdapat dua komposisi yaitu bagian kiri untuk mengetahui suhu (satu garis benilai satu sedangkan bagian kanan untuk mengukur kelembaban udara (satu garis benilai dua). Higrometer banyak dipakai untuk pengukur kelembaban ruangan pada budi daya jamur, kandang reptil, sarang burung walet maupun untuk pengukuran kelembaban pada  penetasan telur. Hygrometer yang digunakan mempunyai skala dari 0 hingga 120. Kelembapan ideal berada pada nilai 40 sampai 70. Apabila termometer penunjuk berada pada nilai dibawah 40, anda harus menambahkan air pada tempat yang sudah disediakan. Terdapat dua jenis hygrometer:



Hygrometer analog, pegas yang mengencang dan mengendur tergantung pada tingkat kelembaban. Ciri-cirinya yaitu: 37



a. Memiliki presisi lebih tinggi b. Perlu pengaturan tertentu untuk mempertahankan keakuratannya c. Hanya menunjukkan informasi kelembaban (sebagian alat) d. Perlu dikalibrasi Hygrometer digital Sensor elektronik. Cirri-cirinya yaitu: a. Tidak hanya memberikan informasi kelembaban, tetapi juga suhu dan besaran lain b. Cukup murah (untuk model yang sederhana) c. Tidak perlu dikalibrasi 4. Anemometer Anemometer adalah peraangkat yang digunakan untuk mengukur kecepatan angin dan untuk mengukur arah, anemometer, merupakan salah satu instrumen yang sering digunakan oleh balai cuaca seperti badan Meteorologi klimatologi dan Geofisika. Nama alat ini berasal dari kata Yunani anemos yang berarti angin.Perancang pertama dari alat ini adalah Leon Battista Alberti pada tahun 1450.Selain mengukur kecepatan angin, alat ini juga dapat mengukur besarnya tekanan angin itu. Anemometer adalah sebuah perangkat yang digunakan untuk mengukur kecepatan angin, dan merupakan salah satu instrumen yang digunakan dalam sebuah stasiun cuaca. Anemometer dapat dibagi menjadi dua kelas: yang mengukur angin dari kecepatan, dan orang-orang yang mengukur dari tekanan angin, tetapi karena ada hubungan erat antara tekanan dan kecepatan, yang dirancang untuk satu alat pengukur jurusan angin akan memberikan informasi tentang keduanya. 1. Fungsi Anemometer Pengamatan unsur-unsur cuaca dan iklim memerlukan alat-alat meteorologi yang bersifat peka, kuat, sederhana dan teliti. Ditinjau dari cara pembacaannya, alat meteorologi terdiri atas dua jenis, yaitu: a. Recording yaitu alat yang dapat mencatat data secara terus-menerus, sejak pemasangan hingga pergantian alat berikutnya. Contoh : barograf dan anemograf b. Non recording yaitu alat yang digunakan bila datanya harus dibaca pada saatsaat tertentu untuk memperoleh data. Contoh: barometer, ermometer dan anemometer. 2. Arah Angin



38



arah angin adalah arah dari mana tiupan angin berasal. Bila angin itu datang dari Selatan, maka arah anginnya adalah Utara, datangnya dari laut, dinyatakan angin laut.Arah angin untuk angi di daerah permukaan biasanya dinyatakan dalam 16 arah kompas yang dikenal dengan istilah Wind Rose, sedangkan untuk angin di daerah atas dinyatakan dengan derajat dimulai dari arah Utara bergerak searah jarum jam sampai di arah yang bersangkutan.Bila tidak ada tiupan angin maka arah angin dinyatakan dengan kode 00 dan bila angin berasal dari titik utara dinyatakan dengan 3600. Arah angin tiap saat dapat dilihat dari posisi panah angin (Wind Vane), atau dari posisi kantong angin (Wind Sack).Pengamatan dengan kantong umumnya dilakukan dilapangan terbang. Untuk dapat memberikan petunjukan arah yang lebih mudah dilihat maka panah angin dihubungkan dengan sistem aliran listrik sehingga posisi panah angin langsung ditunjukan oleh jarum pada kotak monitornya. Perkembangan lebih lanjut dari sistem ini menghasilkan rekaman pada silinder berpias.Panah angin umumnya dipasang bersama dengan mangkok anemometer dengan ketinggian 10 meter. 3. Kecepatan angin Kecepatan angin adalah jarak tempuh angin atau pergerakan udara per satuan waktu dan dinyatakan dalam satuan meter per detik (m/d), Kilometer per jam (km/j), dan mil per jam (mi/j). Kecepatan angin bervariasi dengan ketinggian dari permukaan tanah, sehingga dikenal adanya profil angin, dimana makin tinggi gerakan angin makin cepat. Kecepatan angin diukur dengan menggunakan alat yang disebut anemometer atau anemograf. III.



Alat dan Bahan 1. Alat a. Psikrometer b. Hygrometer c. Anemometer d. Petridish besar e. Stop watch f. Alat HVDS g. Kabel roll h. Payung 2. Bahan 39



a. Alat-alat tulis IV.



Cara Kerja 1. Pengukuran HVDS a. Menyiapkan kertas filter 1) Menyiapkan alat dan bahan yang akan dibutuhkan 2) Mengambil kertas filter kemudian dimasukkan ke dalam desikator danmendiamkan selama 24 jam dengan tujuan untuk mendapat berat filter yang sebenarnya 3) Setelah 24 jam, menimbang kertas filter pada timbangan analitik dan mencatat berat awal kertas filter 4) Kemudian memasukkan kertas filter ke dalam petridish besar 5) Kertas filter siap digunakan b. Pengukuran debu di udara menggunakan HVS 1) Menyiapkan alat dan bahan 2) Menempatkan alat HVS dengan ketentuan sebagai berikut : 3) Memasang steker pada stopkontak (apabila stop kontak jauh dapat dibantu dengan pemasangan kabel roll) dan alat akan menyala dengan sendirinya 4) Memanaskan alat selama 10 menit 5) Mematikan alat dengan memutus aliran listrik dengan cara mencabut steker pada stop kontak 6) Buka tutup HVS 7) Membuka scrup pengunci filter pada alat HVS 8) Memasang kertas filter pada alat HVS dan mengunci kembali scrup, pada alat dengan cara memutar scrup hingga kencang 9) Memasang steker pada stop kontak (apabila stop kontak jauh d apat dibantu dengan pemasangan kabel roll) dan alat akan menyala dengan sendirinya 10) Mengatur flow dengan range 1,1 – 1,7 11) Cara mengatur flow 12) Melihat pergerakan air raksa pada alat HVS, apabila air raksa melebihi skala 1,7 scrup di putar berlawanan arah jarum jam. Apabila air raksa kurang dari skala 1,1 scrup diputar searah jarum jam 40



13) Melakukan pengukuran selama 8 sampai 24 jam 14) Setelah 8 sampai 24 jam, membuka scrup pengunci kertas filter dan memasukkan ke dalam petridish 15) Setelah itu menimbang kertas filter pada timbangan analitik dan catat berat kertas filter 16) Menghitung kadar debu dengan rumus :



SPM =



WF−WI = mg/m3 VXt



Keterangan : SPM



: Suspended Particulate Matter (mg/m3)



Wf



: Berat sesudah (mg)



Wi



: Berat sebelum (mg)



V



: Kecepatan flow (m3/menit)



t



: Waktu (menit)



2. Pengukuran Anemometer 1. Tekan tombol on/off 2. Kemudian geser saklar 0F;0C; anemometer pada posisi anemometer maka display menunjukkan angka 000 3. Geser saklar Ft/min, m/s, km/hr, pada posisi yang kita inginkan. 4. Kemudian arahkan kincir angin kepada sumber angin yang akan diukur 5. Aturlah jarak yang diinginkan 6. Dilakukan 3 kali perlakuan untuk masing-masing speed (1, 2, 3) 7. Baca display pada anemometer tersebut setiap 10 detik Pada anemometer dapat juga kita ketahui suhu pada saat pengukuran dengan cara menggeser saklar 0F; 0C; anemometer pada posisi 0F atau 0C atau dapat juga dengan menekan tombol max ( 0C0F ). 3. Pengukuran Higrometer Sebelum Anda mengukur RH dan suhu, Anda lakukan dulu kalibrasi pada sensor digital supaya angka yang terlihat dimulai dari 0. Selanjutnya Anda tinggal bangun di suatu daerah terbuka atau ruang tertutup selama + 5 menit, dan angka akan terbaca RH ...% dan suhu ...oC. Cara membaca hygrometer ialah “suhu ...oC pada kelembaban ...%”. Dan mencatat hasilnya V.



Data 41



Data Pemeriksaan Parameter Fisik Udara 1.



Sampel Satu A. Tempat pemeriksaan : Jl. Pucang Jajar Tengah (Depan Direktorat) B.



C.



Data Anemometer Kecepatan angin terendah (min)



: 0,04 m/s



Kecepatan angin tertinggi (max)



: 1,02 m/s



Kadar Debu (HVDS) Setelah melakukan penngambilan sampel udara dengan HVDS selama 30 menit dengan memperhatikan laju udara,didapat : Q (Laju alir udara)



= 5,0 l



A1 (bobot uji filter sesudah perlakuan)



= 94,85 gr



A2 (bobot uji filter sebelum perlakuan)



= 94,05 gr



B1 (bobot filter blanko sesudah perlakuan) = 0,55 gr B2 (bobot filter blanko sebelum perlakuan) = 0,50 gr Berdasar rumus Kadar Debu, maka :



( A 1− A 2)−( B1−B 2) Qxt (94,85 – 94,05) – (0,55 – 0,50) 5 x 30 = 0,8- 0,05



150 = 0,75 150 = 0,005 = 5mg/m3 Setelah dilakukan pengamatan dan perhitungan terhadap Kadar Debu udara,didapat angka sebesar 5mg/m3 2.Sampel Dua A. Tempat pemeriksaan : Depan Ruang UKM USMA B. Data Kecepatan Angin Kecepatan angin terendah (min)



: 0,03 m/s



Kecepatan angin tertinggi (max)



: 0,48 m/s



42



C. Kadar Debu (HVDS)



:



Setelah melakukan penngambilan sampel udara dengan HVDS selama 30 menit dengan memperhatikan laju udara,didapat : Q (Laju alir udara)



= 5,0 l



A1 (bobot uji filter sesudah perlakuan)



= 94,25 gr



A2 (bobot uji filter sebelum perlakuan)



= 94,11gr



B1 (bobot filter blanko sesudah perlakuan) = 0,55 gr B2 (bobot filter blanko sebelum perlakuan) = 0,50 gr Berdasar rumus Kadar Debu,maka :



( A 1− A 2)−( B1−B 2) Qxt =



( 94,25 gr −94,11 gr )−(0,55 gr −0,50 gr ) 5 x 30



=



0,14 gr−0,05 gr 150



=



0,09 gr 150



= 0,0006gr = 0,6mg/m3 Setelah dilakukan pengamatan dan perhitungan terhadap Kadar Debu udara, didapat angka sebesar 0,6mg/m3 VI.



Hasil dan Pembahasan 1. Pengukuran Anemometer Jl. Pucang Jajar Tengah (Depan Direktorat) a. Kecepatan angin terendah (min)



: 0,04 m/s



b. Kecepatan angin tertinggi (max)



: 1,02 m/s



Depan Ruang UKM USMA a. Kecepatan angin terendah (min)



: 0,03 m/s



b. Kecepatan angin tertinggi (max)



: 0,48 m/s



Hasil Pengukuran Anemometer



43



Berdasarkan pengukuran SPM (Suspended Particulate Matter) di Jl. Pucang Jajar Tengah (Depan Direktorat) dan di depan Ruang UKM USMA dengan menggunakan HVS selama 8 jam diperoleh hasil sebagai berikut : Jl. Pucang Jajar Tengah (Depan Direktorat) Setelah dilakukan pengamatan dan perhitungan terhadap Kecepatan angin,didapat angka sebesar: Kecepatan angin terendah (min) : 0,04 m/s Kecepatan angin tertinggi (max) Rata-rata :



:



: 1,02 m/s



Kecepatan angina tertinggi ( max )+ Kecepatan angina terendah ( min ) 2 1,02+ 0,04 2



: 1,04m/s Depan Ruang UKM USMA Perhitungan terhadap Kecepatan angin, didapat angka sebesar Kecepatan angin terendah (min)



: 0,03 m/s



Kecepatan angin tertinggi (max)



: 0,48 m/s



Rata-rata :



:



Kecepatan angina tertinggi ( max )+ Kecepatan angina terendah ( min ) 2 0,48+0,03 2



: 0,255m/s 2. Pengukuran Debu Jl. Pucang Jajar Tengah (Depan Direktorat) Diketahui : Berat Awal (Wi)



: 94,05gr



Berat Akhir (Wf)



: 94,85gr



Depan Ruang UKM USMA Berat Awal (Wi)



: 94,11gr 44



Berat Akhir (Wf)



: 94,25gr



Hasil Pengukuran HVDS Berdasarkan pengukuran SPM (Suspended Particulate Matter) di Jl. Pucang Jajar Tengah (Depan Direktorat) dan di depan Ruang UKM USMA dengan menggunakan HVS selama 8 jam diperoleh hasil sebagai berikut : Jl. Pucang Jajar Tengah (Depan Direktorat) Setelah



dilakukan



pengamatan



dan



perhitungan



terhadap



Kadar



debu,didapat angka sebesar 5 mg/m3 Depan Ruang UKM USMA Setelah dilakukan pengamatan dan perhitungan terhadap Kadar Debu udara,didapat angka sebesar 0,6 mg/m3 Interpretasi hasil Dari hasil praktikum yang dilakukan yaitu pengambilan sampel udara dengan mengunakan HVDS diperoleh hasil kadar debu udara pada Jl. Pucang Jajar Tengah (Depan Direktorat) sebesar 29,67 mg/m3(tidak memenuhi syarat NAB). Sedangankan hasil kadar debu udara pada Depan Ruang UKM USMA didapat angka sebesar 0,6 mg/m3 yang sesuai Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1405/Menkes/SK/XV/2002 tanggal 19 November 2002, pada lampiran I tentang Persyaratan dan tata cara penyelenggaraan kesehatan lingkungankerja perkantoran. Adapun kandungan debu maksimal di dalam udara ruangan dalam pengukuran debu rata-rata 8 jam adalah 0,15mg/m³. 3. Hasil Pengukuran Higrometer NO.



Suhu Kelembaban



Jl. Pucang Jajar Tengah (Depan



Depan Ruang UKM



Direktorat)



USMA



34,90C 48%



31,70C 44%



Hasil Pengukuran Higrometer



45



Berdasarkan pengukuran SPM (Suspended Particulate Matter) di Jl. Pucang Jajar Tengah (Depan Direktorat) dan di depan Ruang UKM USMA dengan menggunakan HVS selama 8 jam diperoleh hasil sebagai berikut : Jl. Pucang Jajar Tengah (Depan Direktorat) Setelah dilakukan pengamatan terhadap suhu dan kelembaban didapatkan Suhu: 34,90C dan Kelembaban: 48% Depan Ruang UKM USMA Setelah dilakukan pengamatan terhadap suhu dan kelembaban didapatkan Suhu: 31,70C dan Kelembaban: 44% Interpretasi hasil hasil yang didapatkan dari pengukuran suhu atau kelembapan udara di Jl. Menur No. 118 A dapat disimpulkan bahwa kualitas suhu atau kelembapan udara di lokasi tersebut masih memenuhi standar”KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN



RI



NO.



1405/MENKES/SK/XI/2002



TENTANG



PERSYARATAN KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA PERKANTORAN DAN INDUSTRI” yaitu hasil yang didapatkan dalam tiga kali pengukuran suhu kering berkisar 32,5-34,5°C dengan kelembaban relatif 48%-50% dengan standar baku mutu persyaratan suhu atau kelembaban yaitu 18-28°C dengan kelembaban relatif 40%-60%. VII.



Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan HVDS merupakan alat penghisap udara ambien dengan pompa berkecepatan 1,1 - 1,7m³/menit, partikel debu berdiameter 0,1-10 mikron akan masuk bersama aliran udara melewati saringan dan terkumpul pada permukaan serat gelas. Dari hasil praktikum yang dilakukan yaitu pengambilan sampel udara dengan mengunakan HVDS diperoleh hasil kadar debu udara pada Jl. Pucang Jajar Tengah (Depan Direktorat) sebesar 29,67 mg/m3(tidak memenuhi syarat NAB). Sedangankan hasil kadar debu udara pada Depan Ruang UKM USMA didapat angka sebesar 0,6 mg/m3 yang sesuai Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1405/Menkes/SK/XV/2002 tanggal 19 November 2002, pada lampiran I tentang Persyaratan dan tata cara penyelenggaraan kesehatan lingkungankerja



46



perkantoran. Adapun kandungan debu maksimal di dalam udara ruangan dalam pengukuran debu rata-rata 8 jam adalah 0,15mg/m³. 2. Saran a. Sebelum praktikum para mahasiswa harus sudah memahami betul bagaimana cara menggunakan alat b. Gunakan masker saat berada diluar atau di jalan raya karena kadar debu yang berada pada jalan raya melebihi ambang batas VIII.



Daftar Pustaka Pudjiastuti W. 2002. Debu Sebagai Bahan Pencemar Yang Membahayakan Kesehatan Kerja. Jakarta : EGC Riyadina W. 1996. Efek Biologis Dari Paparan Debu. Media Penelitian dan pengembangan Kesehatan Kementrian Lingkungan Hidup. 1988. Keputusan Menteri Negara LingkunganHidup nomor KEP-02/ MENKLH/1988 Tentang Pedoman Penetapan Baku Mutu Lingkungan. Jakarta. SNI 7231:2009 tentang Metoda pengukuran intensitas kebisingan di tempat kerja



Babba. 2007. Hubungan Antara Intensitas Kebisingan di Lingkungan Kerja dengan Peningkatan Tekanan Darah (Penelitian pada Karyawan PT Semen Tonasa di Kabupaten Pangkep Sulawesi Selatan). Tesis, Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro, Semarang. Nurul, aisyah. Laporan praktikum meteorologi dan klimatologi. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta, Jurusan Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial. Fadholi, akhmad. 2013. Pemanfaatan suhu udara dan kelembapan udara dalam persamaan regresi untuk simulasi prediksi total hujan bulanan di 47



pangkalpinang.



Pangkalpinang:



Stasiun



Meteorologi



Depati



Amir



Pangkalpinang



LAMPIRAN



48



49