Laporan Difusi, Osmosis, Imbibisi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN DIFUSI, OSMOSIS DAN IMBIBISI



Kelompok 3 Kelas D4 Anggota Kelompok: Indra Gumilar



081711433038



Ayu Sarwahita A.



081711433047



Dani Tri Indriati



081711433076



Anindya Nariswari



081711433090



Dosen



: Hery Purnobasuki, Drs.,M.Si.



DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA 2019



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Dasar Teori Air merupakan salah satu syarat penting bagi berlangsungnya proses perkecambahan benih. Dua faktor penting yang mempengaruhi penyerapan air oleh benih adalah : sifat dari benih terutama kulit pelindungnya dan jumlah air yang tersedia pada medium sekitarnya.Banyaknya air yang diperlukan bervariasi tergantung pada jenis benih. Tingkat dipengaruhi



oleh



temperatur,



temperatur



pengambilan air juga



yang



tinggimenyebabkan



meningkatnya kebutuhan akanair (Sutopo, 2002). Mekanisme proses penyerapan air dapat berlangsung karena adanya proses, difusi, osmosis, transport aktif, dan imbibisi. Imbibisi merupakan salah satu proses difusi yang terjadi pada tanaman. Imbibisi merupakan masuknya air pada ruang interseluler dari konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi. Pada peristiwa perendaman inilah terjadi proses imbibisi oleh kulit biji tanaman tersebut. Proses imbibisi juga memiliki kecepatan penyerapan air yang berbedabeda untuk setiap jenis biji tanaman (Wachid, 2005). Difusi merupakan suatu pergerakan pasif molekul atau zat dari larutan konsentrasi tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah atau dapat disebut menuruni gradient konsentrasi. Difusi merupakan suatu perpindahan zat tanpa melewati membrane dari daerah berkonsentrasi tinggi ke rendah (Campbell, 1999). Banyak zat yang berdifusi dalam tubuh seperti zat larut lemak, ion-ion kecil, dan gas. Difusi terjadi secara cepat pada jarak yang pendek namun lama pada jarak yang jauh. Menurut Salisbury (1995), difusi merupakan suatu pergerakan neto dari suatu tempat ke tempat lain. Hal tersebut dikarenakan oleh aktivitas kinetik acak atau suatu gerak termal dari molekul ion. Akibat dari suatu gerak termal ialah kecenderungan molekul setiap zat untuk menyebar ke seluruh ruangan yang acak, namun difusi populasi siatu molekul dapat memiliki arah tertentu. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa osmosis adalah difusi air melalui selaput yang permeabel secara diferensial dari suatu tempat berkonsentrasi tinggi (konsentrasi air) ke tempat yang berkonsentrasi rendah (molekul atau ion)



(Kimball, 2003). Jika sel dimasukan ke dalam larutan gula, maka arah gerak air ditentukan oleh perbedaan nilai potensial air larutan dengan nilainya didalam sel. Jika potensial larutan lebih tinggi, air akan bergerak dari luar ke dalam sel, bila potensial larutan lebih rendah maka yang terjadi sebaliknya, artinya sel akan kehilangan air. Apabila kehilangan air itu cukup besar, maka ada kemungkinan bahwa volume sel akan menurun, sehingga tidak dapat mengisi seluruh ruangan yang dibentuk oleh dinding sel. Membran dan sitoplasma akan terlepas dari dinding sel, keadaan ini dinamakan plasmolisis. Komponen potensial air pada tumbuhan terdiri atas potensial osmosis (solut) dan potensial turgor (tekanan). Dengan adanya potensial osmosis cairan sel, air murni cenderung memasuki sel. Sebaliknya potensial turgor di dalam sel mengakibatkan air meninggalkan sel. Pengaturan potensial osmosis dapat dilakukan jika potensial turgornya sama dengan nol yang terjadi saat sel mengalami plasmolisis. Nilai potensial osmotik dalam tumbuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : tekanan, suhu, adanya partikel-partikel bahan terlarut yang larut di dalamnya, matrik sel, larutan dalam vakuola dan tekanan hidrostatik dalam isi sel. Nilai potensial osmotik akan meningkat jika tekanan yang diberikan juga semakin besar. Suhu berpengaruh terhadap potensial osmotik yaitu semakin tinggi suhunya maka nilai potensial osmotiknya semakin turun (semakin negatif) dan konsentrasi partikel-partikel terlarut semakin tinggi maka nilai potensial osmotiknya semakin rendah (Meyer and Anderson, 1952). Peristiwa imbibisi juga bisa dikatakan sebagai suatu proses penyusupan atau peresapan air ke dalam ruangan antar dinding sel, sehingga dinding selnya akan mengembang. Ada dua kondisi yang diperlukan untuk terjadinya imbibisi adalah adanya gradient, potensial air antara permukaan adsorban dengan senyawa yang diimbibisi dan adanya affinier (daya gabung) antara komponen adsorban dengan senyawa yang diimbibisi. Luas permukaan biji yang kontak dengan air, berhubungan dengan kedalaman penanaman biji, berbanding lurus dengan kecepatan penyerapan air. Saat biji kacang kedele yang kering direndam dalam air, air akan masuk ke ruang antar sel penyusun endosperm secara osmosis (Gardner, 1991).



1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana kecepatan difusi suatu zat padat (KMnO4) dalam larutan? 2. Bagaimana nilai tekanan osmosis pada sel yang mengalami plasmolisis? 3. Bagaimana proses imbibisi air yang terjadi pada biji?



1.3 Tujuan 1. Mengukur kecepatan difusi zat padat (KMnO4) dalam larutan 2. Menghitung tekanan osmosis cairan sel dengan metode plasmolisis 3. Mengamati terjadinya imbibisi air pada biji kacang hijau dan kedelai



BAB II METODE 2.1 Alat dan Bahan 2.1.1 Percobaan Difusi Molekul KMnO4 dalam Air Bahan: - Kristal KMnO4 - Air Alat: - Cawan petri - Pipet - Stopwatch - Gelas ukur - Kertas milimeter - Penggaris 2.1.2 Percobaan Tekanan Osmosis Cairan Sel Bahan: - Daun Rhoeo discolor - Air - Larutan sukrosa 0,0 M; 0,2 M; 0,4 M; 0,6 M; 0,8 M; 1,0 M



Alat: - Pisau silet - Cawan petri - Kaca objek dan kaca penutup - Mikroskop - Gelas ukur - Stopwatch - Counter - Tabel potensial osmotik - Label - Pipet 2.1.3 Percobaan Imbibisi Air pada Biji Bahan: - Biji kacang hijau dan kedelai - Air Alat: - Gelas beaker - Timbangan - Kertas saring - Plastik/aluminium foil - Karet gelang - Selotip



2.2 Cara Kerja 2.2.1 Percobaan Difusi Molekul KMnO4 dalam Air Pertama-tama praktikan menuangkan air sebanyak 15 ml ke dalam cawan petri lalu yang diletakkan di tempat yang datar yang telah dialasi dengan kertas milimeter (mm). Satu butir kristal kecil KMnO4 kemudian dimasukkan ke tengah cawan petri yang sudah berisi air tadi. Kristal KMnO4 perlahan akan berdifusi dalam air, praktikan memperhatikan gerak difusi



molekul KMnO4 tersebut untuk mengukur kecepatan penyebaran kristal dengan timer atau stopwatch, konstanitas perambatan difusi, waktu yang dibutuhkan untuk kristal KMnO4 mencapai luasan 1 cm, dan diameter luasan penyebaran kristal KMnO4 dalam air tiap 30 detik atau 1 menit selama 20 menit. 2.2.2 Percobaan Tekanan Osmosis Cairan Sel Pertama-tama praktikan menyiapkan 6 buah cawan petri, lalu menuangkan larutan sukrosa yang telah dibuat pada masing-masing cawan dari konsentrasi 0,0M (air biasa), 0,2M, 0,4M, 0,6M, 0,8M, dan 1,0M kemudian melabeli masing-masing cawan sesuai laruan di dalamnya. Selanjutnya praktikan menyayat tipis bagian bawah daun Rhoeo discolor dengan pisau silet sebanyak 6 sayatan untuk kemudian dimasukkan ke enam cawan petri yang berisi larutan sukrosa tadi. Setelah direndam selama 30 menit sayatan tipis daun Rhoeo discolor diamati di bawah mikroskop untuk dihitung jumlah sel seluruhnya yang terlihat dalam lapang pandang mikroskop dan jumlah sel yang mengalami plasmolisis (keadaan insipien plasmolisis) dan menghitung tekanan osmosisnya (PO). 2.2.3 Percobaan Imbibisi Air Pada Biji Pertama-tama praktikan menyiapkan biji kacang hijau dan kedelai untuk kemudian ditimbang seberat masing-masing 5 gram. Biji kacang hijau dan kedelai diamati keadaan awalnya sebelum diperlakukan. Hal-hal yang dicatat antara lain bentuk, warna, ukuran, tekstur dan berat biji. Setelah itu ke dalam gelas beaker dituangkan air, praktikan mencatat pertambahan volume pada gelas beaker ketika ditambahkan biji kacang seberat 5 gram. Setelah mendapatkan data keadaan awal biji tersebut praktikan merendam biji ke dalam 50 ml air di gelas beaker lalu ditutup dengan aluminium foil dan diberi label, kemudian dibiarkan selama 1 hari (24 jam). Setelah 24 jam praktikan mengukur kembali bentuk, warna, ukuran, tekstur dan berat bij setelah proses perendaman untuk dibandingkan.



BAB III ISI 3.1 Hasil 3.1.1 Hasil Percobaan Difusi Molekul KMnO4 dalam Air Kecepatan rata-rata (mm/detik) 1 5 3 1.667 2 10 12 0.833 3 15 29 0.517 4 20 50 0.400 5 25 89 0.281 6 30 140 0.214 7 35 192 0.182 8 40 256 0.156 9 45 313 0.144 10 50 450 0.111 11 55 636 0.086 Tabel 3.1.1.1 Data Kecepatan Difusi Kristal KMnO4 No.



Diameter (mm)



Waktu (detik)



Grafik Hubungan Antara Waktu dan Diameter KMnO4 70 y = 0.0766x + 14.893 R² = 0.8749



Diameter (mm)



60 50 40 30



Waktu difusi



20



Linear (Waktu difusi)



10 0 0



200



400



600



800



Waktu (detik)



Grafik 3.1.1.1 Hubungan Waktu dengan Diameter Difusi KMnO4



3.1.2 Hasil Percobaan Tekanan Osmosis Cairan Sel No. Konsentrasi 𝞢 Sel 𝞢 Sel



% Sel



Sukrosa (M)



Seluruhnya



Terplasmolisis



Terplasmolisis



1.



0,0



123



0



0



2.



0,2



131



0



0



3.



0,4



114



12



10.5



4.



0,6



140



32



22.8



5.



0,8



128



77



60



6.



1,0



138



89



64



Tabel 3.1.2.1 Pengaruh Konsentrasi Larutan Sukrosa terhadap Sel Epidermis Rhoeo discolor



3.1.3 Hasil Percobaan Imbibisi Air pada Biji Kelompok Keadaan Sebelum Bentuk



Sesudah Sebelum



Tekstur



Sesudah Sebelum



Warna Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah



Kelompok 1 Kacang Kacang Hijau Kedelai Lonjong Oval Lonjong, Lonjong, testa testa mengmengelupas elupas Keras Keras Keras Keras lunak lunak Hijau Kuning tua pucat Hijau Krem muda



Kelompok 2 Kacang Kacang Hijau Kedelai Oval Oval Lonjong, Lonjong, testa testa mengmengelupas elupas Keras Keras Keras Keras lunak lunak Hijau Kuning pucat pucat Hijau Krem muda



Kelompok 3 Kacang Kacang Hijau Kedelai Lonjong Oval Lonjong, Lonjong, testa testa mengmengelupas elupas Keras Keras Keras Keras lunak lunak Hijau Kuning tua pucat Hijau Krem muda



±5 ±6 ±5 ±6 ±5 ±7 ±9 ±13 ±10 ±15 ±9 ±14 ±5 ±5 ±5 ±5 ±5 ±5 ±13,6 ±12,5 ±14,25 ±12 ±12,4 ±12,8 Tabel 3.1.3.1 Keadaan Biji Kacang Sebelum dan Sesudah Perendaman



Ukuran (mm) Berat (gram)



3.2 Pembahasan 3.2.1 Pembahasaan Percobaan Difusi Molekul KMnO4 dalam Air Difusi merupakan penyebaran molekul-molekul zat atau dapat dikatakan bahwa difusi merupakan pergerakan molekul oleh energi kinetiknya dari konsentrasi tinggi ke rendah. Suatu zat cenderung menyebar ke segala arah sampai terjadi kesetimbangan konsentrasi yang sama. Partikel jika bergerak tanpa adanya gaya tarik, maka akan menyebar atau merata dalam ruang yang ada. Gerak difusi merupakan gerak molekul dengan lintasan putus-putus karena bertumbukan dengan molekul-molekul zat yang lain, namun pada akhirnya akan tetap menyebar rata dalam ruang yang ada. Tujuan dari praktikum ini adalah mengukur kecepatan difusi zat padat berupa kalium permanganat (KMnO4) dalam suatu pelarut yang berupa air. Difusi adalah pergerakan molekul dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Maka dalam percobaan ini diketahui bahwa KMnO4 memiliki konsentrasi tinggi yang mana akan bergerak pada air yang memiliki konsentrasi rendah. Pada awalnya gerakan KMnO4 pada air sangat cepat menyebar. Hal ini diketahui dengan penyebaran air dari awal berbentuk titik perlahan menyebar hingga mencapai bentuk lingkaran berdiameter 5 mm atau seukuran 5 kotak kertas milimeter yang telah dipasang sebagai alas cawan petri. Semakin lama waktu semakin lambat penyebaran KMnO4 tersebut dan warna ungu pekat pada KMnO4 berubah menjadi terang seiring pergerakan zat terlarut tersebut dalam air. Difusi benar-benar berhenti ketika larutan berwarna ungu homogen atau warnanya merata hampir memenuhi seluruh ruang atau ketika telah mencapai titik kesetimbangan. Adapun faktor penyebabnya adalah suhu, konsentrasi gradient, massa serta ukuran partikel. Berdasarkan percobaan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa semakin beda konsentrasi antara dua zat maka akan semakin cepat kecepatan difusinya.



3.2.2 Pembahasaan Percobaan Tekanan Osmosis Cairan Sel Sel daun Rhoeo discolor yang dimasukan ke dalam larutan sukrosa mengalami plasmolisis. Semakin tinggi konsentrasi larutan maka semakin banyak sel yang mengalami plasmolisis (Tjitrosomo, 1987). Membran protoplasma dan sifat permeabel deferensiasinya dapat diketahui dari proses plasmolisis. Permeabilitas dinding sel terhadap larutan gula diperlihatkan oleh sel-sel yang terplasmolisis. Apabila ruang bening diantara dinding dengan protoplas diisi udara, maka dibawah mikroskop akan tampak di tepi gelembung yang berwarna kebiru-biruan. Jika isinya air murni maka sel tidak akan mengalami plasmolisis. Molekul gula dapat berdifusi melalui benang-benang protoplasma yang menembus lubang-lubang kecil pada dinding sel. Benang-benang tersebut dikenal dengan sebutan plasmolema, dimana diameternya lebih besar daripada molekul tertentu sehingga molekul gula dapat masuk dengan mudah (Salisbury, 1995). Dari praktikum ini diperoleh data insipien plasmolisis pada uji sukrosa 0,8 M dengan hasil potensial osmotik sebesar 19,88 atm. Praktikum ini menggunakan Rhoeo discolor yang direndam selama 15 menit dalam larutan sukrosa dengan kelarutan mulai dari 0.0 M hingga 1.0 M. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa terjadi plasmolisis sel pada semua konsentrasi dengan prosentase 0%- 64%. Analisis data dilakukan dengan menggunakan suhu sebesar 300 C, sehingga diperoleh potential osmotic larutan sebesar 19,88 atm yang berarti bahwa insipien plasmolisisnya juga sebesar 19,88. Penghitungan dilakukan pada uji larutan sukrosa 0.8 M karena yang paling mendekati dengan angka 50% dari jumlah sel plasmolisis adalah pada konsentrasi tersebut, yaitu dengan jumlah sel yang mengalami plasmolisis sebanyak 77 sel dari 128 sel yang teramati pada satu lapang pandang. Dari percobaan tekanan osmosis cairan sel dengan berbagai konsentrasi sukrosa yaitu 0,0 M, 0,2 M, 0,4 M, 0,6 M, 0,8 M, dan 1,0 M. Dicari konsentrasi sukrosa dimana yang mengakibatkan 50% dari jumlah sel epidermis daun Rhoeo discolor mengalami plasmolisis. Insipien plasmolisis



terjadi pada larutan sukrosa dengan konsentrasi 0,8M. Sehingga tekanan osmotik dapat dihitung sebagai berikut : PO = 22,4 x m x T 273 =22,4 x 0,8 (273+30) 273 = 19,88 atm



3.2.3 Pembahasaan Percobaan Imbibisi Air pada Biji Imbibisi adalah peristiwa penyerapan air oleh permukaan zat-zat yang hidrofilik, seperti protein, pati, selulosa dan yang lainnya yang dapat menyebabkan zat tersebut mengembang setelah menyerap air. Percobaan kali ini menggunakan sampel biji kacang hijau dan biji kacang kedelai untuk mengetahui periatiwa imbibisi. Biji kacang hijau dan kedelai ditimbang seberat 5 gr dan direndam kedalam gelas beaker yang berisi 50 ml air. Selanjutnya gelas beaker ditutup dengan aluminium foil dan didiamkan selama 24 jam. Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan setelah 24 jam terdapat perubahan yabg segnifikan pada bentuk biji rata-rata menjadi lonjong, tekstur yang semula keras menjadi lebih lunak dengan testa mengelupas, perubahan warna, bertambahnya ukuran dengan rata-rata 5,3 mm dan juga bertambahnya berat dengan rata-rata 6,7 gr.



Hal ini



membuktikan terjadinya peristiwa imbibisi, yang ditandai dengan terjadinya penyerapan air oleh biji dimana pada biji terdapat suatu membran yang bersifat permeable selektif sehingga air yang berada pada lingkungan masuk kedalam biji.



3.3 Diskusi 3.3.1 Diskusi Percobaan Difusi Molekul KMnO4 dalam Air 1. Berapakah kecepatan rata-rata penyebaran KMnO4 saat konstan dan tidak konstan? Mengapa terjadi hal demikian? -



Kecepatan rata-rata difusi saat konstan adalah 0.652 mm/detik Kecepatan rata-rata difusi saat tidak konstan adalah 0.1358 mm/detik.



2. Proses fisiologi apa saja yang dapat menggambarkan terjadinya difusi zat cair, padat maupun gas pada tumbuhan? - Pada zat cair: ketika zat masuk melalui dinding sel kemudian menyebar ke seluruh bagian sel. Pada zat padat: terserapnya unsur-unsur zat hara serta mineral dan logam melalui akar tanaman. Pada zat gas: Pertukaran gas, proses fotosintesis, serta masuknya nitrogen ke dalam tanaman. 3. Apakah keadaan lingkungan dapat mempengaruhi proses difusi dalam tumbuhan? - Keadaan lingkungan dapat mempengaruhi proses difusi seperti suhu, konsentrasi gradient, serta massa partikel yang berdifusi. 4. Bagaimana terjadinya kesetimbangan penyebaran KMnO4 dalam larutan dan faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya kesetimbangan tersebut? - Kesetimbangan KMnO4 terjadi ketika larut sempurna dalam air. Hal tersebut ditandai dengan warna air yang berubah menjadi ungu homogen atau warna ungu sudah menyebar dan tidak akan menyebar lagi. Faktor yang mempengaruhi adalah suhu, konsentrasi gradient, massa partikel serta kecepatan partikel berdifusi. 5. Apakah setelah kesetimbangan tercapai dapat terjadi proses difusi lagi? Mengapa? - Tidak, karena sudah mencapai kesetimbangan sempurna dalam air yang berarti konsentrasi molekul-molekul tersebut telah sama.



3.3.2 Diskusi Percobaan Tekanan Osmosis Cairan Sel 1.Bagaimanakah pengaruh suhu terhadap proses osmosis pada sel tumbuhan? - Pengaruh suhu terhadap osmosis pada sel tumbuhan ialah apabila tumbuhan berada pada suhu tinggi, maka akan mempercepat pergerakan molekul sehingga proses osmosis pada sel tumbuhan berlangung lebih cepat. Selain itu, pada suhu tinggi, pergerakan molekul yang cepat, lambat laun dapat merusak epidermis tumbuhan sehingga dapat mempercepat proses plasmolisis. 2. Apakah rumus PO yang digunakan berlaku untuk semua zat? - Rumus PO tidak berlaku untuk semua zat, hanya zat cair saja (larutan yang encer) yang potensial osmotiknya dapat dihitung dengan rumus ini. Karena



pada rumus PO terdapat “M” yaitu kadar larutan yang menyebabkan separuh dari jumlah sel terplasmolisis. Selain itu, tidak semua zat mampu mengakibatkan 50% dari semua selterplasmolisis. 3. Mengapa terjadi perbedaan jumlah sel yang mengalami plasmolisis pada sel yang direndam dalam larutan sukrosa? - Hal ini disebabkan karena larutan sukrosa memiliki konsentrasi yang berbedabeda sehingga jumlah sel yang terplasmolisis juga berbeda. Dan tiap konsentrasi mempunyai daya kemampuan yang berbeda dan tiap konsentrasi mempunyai plasmolisis yang berbeda. Semakin tinggi konsentrasi zat terlarut, semakin banyak sel yang mengalami plasmolisis. 4. Apakah yang dimaksudkan dengan insipien plasmolisis dalam percobaan ini? - Insipien plasmolisis adalah terplasmolisisnya 50% sel dari seluruh sel yang ada. 5. Sebutkan metode-metode yang dapat digunakan untuk mengukur tekanan osmosis pada sel tumbuhan! - Metode yang dapat digunakan untuk mengukur tekanan osmosis pada tumbuhan yaitu metode plasmolisis dan metode osmometer.



3.3.3 Diskusi Percobaan Imbibisi Air pada Biji 1. Bagaimanakah air dapt melakukan imbibisi ke dalam biji ditinjau dari struktur biji dan proses difusi/osmosis? - Air dapat melakukan imbibisi ke dalam biji karena struktur kulit biji yang semi permeabel sehingga memungkinkan untuk molekul-molekul air bisa melewati lubang-lubang pada dinding sel biji. Pergerakan air masuk ke dalam biji itu merupakan proses osmosis. Sel-sel biji mempunyai nilai ekonomis tinggi sehingga defisit tekanan osmosisnya juga besar dan memungkinkan molekul air berdifusi dari konsentrasi yang tinggi ke konsentrasi yang rendah. 2. Perubahan-perbahan apa saja yang terjadi pada biji yang telah mengalami imbibisi dan bagaimana kaitannya dengan proses fisiologi biji itu sendiri?



- Berat biji bertambah, tekstur biji menjadi lebih lunak, warna biji, dan volume air yang berkurang. Kaitannya dengan proses fisiologi biji adalah biji itu tampak menggembung seolah-olah akan pecah karena biji tersebut keselundupan molekul-molekul air yang banyak dan volumenya terus bertambah hingga tercapai keadaan ’kenyang’ atau kesetimbangan antara konsentrasi air di dalam dan di luar sel. 3. Jelaskan hubungannya imbibisi air pada biji dengan proses perkecambahan biji! - Hubungan proses imbibisi air pada biji dengan proses perkecambahan biji adalah semakin besar atau semakin tinggi imbibisi air pada biji, maka akan mempercepat proses perkecambahan karena tersedia air dan nutrisi yang terkandung di dalamnya yang sangat dibutuhkan dalam proses perkecambahan. 4. Bagaimanakah pengaruh lingkungan terhadap proses imbibisi air pada biji? Jelaskan dengan memeberi contoh adanya imbibisi pada konsisi di alam (hutan)! - Temperatur berpengaruh terhadap proses imbibisi air pada biji. Semakin tinggi temperatur maka semakin cepat proses imbibisi. Contohnya biji yang terdapat dihutan dapat tumbuh karena adanya proses imbibisi melalui air dan embun.



BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Difusi merupakan perpindahan molekul dari konsentrasi tinggi ke rendah. Semakin besar beda konsentrasi antara dua zat maka akan semakin tinggi kecepatan



difusinya



dan



menjadi



perlahan



ketika



mendekati



titik



kesetimbangannya karena beda konsentrasinya juga menurun. Osmosis merupakan perpindahan molekul solven dari sistem konsentrasi solut rendah ke sistem yang konsentrasi solutya tinggi melalui membran semi permeabel. Osmosis dalm sel menimbulkan tekanan yang disebut tekanan osmosis. Insipien plasmolisis terjadi pada larutan sukrosa dengan konsentrasi 0,8M dengan tekanan osmotik sebesar 19,88 atm.



Imbibisi merupakan perpindahan molekul air ke dalam biji dan menetap, memiliki fungsi untuk menghentikan masa dormansi pada biji. Biji yang terimbibisi mengalami perubahan bentuk, tekstur, warna, ukuran dan berat. 4.2 Saran Dalam melakukan percobaan sebaiknya mengikuti langkah-langkah dengan baik dan dikerjaan dengan hati-hati serta teliti untuk mendapatkan hasil yang akurat. Dalam penulisan hasil kegiatan praktikum ini pun penulis masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu kami akan terus belajar dan meningkatkan baik skill di dalam laboratorium maupun skill menulis laporan hasil praktikum.



DAFTAR PUSTAKA Campbell, N A, Reece, J. B, and Mitchell, L G. 2003. Biologi Edisi kelima Jilid 2. Jakarta: Erlangga. Gardner, 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. UI Press: Jakarta. H.B. Sutopo. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Press. Kimbal, John W. 2003. Biologi Edisi kelima Jilid 2. Jakarta: Erlangga. Kusumo, S. 1986. Zat Pengatur Tubuh Tanaman. Jakarta: Yasaguna Meyer, B. S. and Anderson, D. B. 1952. Plant Physiology. New York: D Van Nostrand Company Inc. Salisbury, F. B., Cleon, W. R. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 1. Bandung: ITB Wachid, M. 2005. Optimalisasi Zat Gizi pada Proses Perkecambahan Pembuatan Taoge : Kajian Suhu dan Lama Perendaman, J. Gamma. 01 (02):112-117.