Laporan Fts Resmi Emulsi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN (NON SOLID – STERIL) MODUL II EMULSI



Disusun oleh :



Nama & NIM



: Oktafiansyah Amin Fajri (K100150083) Titik Susilowati



(K100150084)



Aulia Widya Aslama



(K100150086)



Adhiguna Wibowo



(K100150087)



Nurul Aulia Rahma



(K100150088)



Widya Diniawati



(K100150089)



Kelas & Kelompok



: D-2



Korektor



: Roseh Prastiawan



LABORATORIUM TEKNOLOGI & FORMULASI FAKULTAS FARMASI 2017



I.



TUJUAN Memberikan pengalaman kepada mahasiswa dalam memformulasi sediaan emulsi dan melakukan control kualitas (evaluasi) sediaan emulsi, meliputi: a. Mengetahui pengaruh HLB terhadap stabilitas emulsi b. Mengetahui pengaruh penggunaan alat terhadap stabilitas emulsi c. Mengetahui sifat alir sediaan plastic d. Menentukan sifat emulsi



II.



DASAR TEORI Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil. Jika minyak yang merupakan dua fase terdispersi dan larutan air yang merupakan fase pembawa, sistem ini disebut emulsi minyak dalam air. Sebaliknya, jika air atu larutan air yang merupakan fase terdispersi dan minyak atau bahan seperti minyak merupakan fase pembawa, sistem ini disebut emulsi dalam minyak.



(Depkes RI, 1995)



Dispersi ini tidak stabil, butir-butir ini bergabung (koalesen) dan membentuk dua lapisan air dan minyak yang terpisah. Zat pengemulsi (emulgator) merupakan komponen yang paling penting agar memperoleh emulsa yang stabil. Semua emulgator bekerja dengan membentuk film (lapisan) di sekelilng butir-butir tetesan yang terdisperdi dan fil ini berfungsi agar mencegah terjadinya koalesen dan terpisahnya cairan dispers sebagai fase terpisah. (Anief, 1997) Komponen emulsi dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu:



1. Komponen dasar, yaitu bahan pembentuk emulsi yang harus terdapat di dalam emulsi, terdiri atas: a. Fase dispers / fase internal / fase diskontinu / fase disperse / fase dalam, yaitu zat cair yang terbagi-bagi menjadi butiran kecil di dalam zat cair lain. b. Fase eksternal / fase kontinu / fase pendispersi / fase luar, yaitu zat cair dalam emulsi yang berfungsi sebagai bahan dasar (bahan pendukung) emulsi tersebut. c. Emulgator,adalah bagian dari emulsi yang berfungsi untuk menstabilkan emulsi. Setiap jenis emulgator memiliki harga keseimbangan yang besarnya tidak sama. Harga keseimbangan ini dikenal dengan istilah “HLB” (Hydrophyl Lypophyl Balance), yaitu angka yang menunjukan perbandingan Antara kelompok hidrofil dengan kelompok lipofil. Semakin besar harga HLB, berarti semakin besar kelompok yang suka air, artinya emulgator tersebut lebih mudah larut dalam air dan demikian sebaliknya.



2. Komponen



tambahan,



adalah



bahan



tambahan



yang



sering



ditambahkan ke dalam emulsi untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Misalnya corrigen saporis, odoris, colouris, pengawet (preservative), dan anti oksidan. Pengawet yang sering digunakan dalam sediaan emulsi adalah metil-, etil-, propil-, dan butil-praben, asam benzoate, dan senyawa ammonium kuartener. Antioksidan yang sering digunakan Antara lain asam askorbat (Vitamin C), α-tokoferol, asam sitrat, propil galat, dan asam galat. Emulsi dibuat untuk mendapatkan preparat atau sediaan yang stabil dan merata atau homogen dari campuran dua cairan yang saling tidak bias bercampur.



Tujuan pemakaian emulsi adalah: 1. Untuk dipegunakan sebagai obat dalam atau peroral. Umumnya emulsi tike o/w. 2. Untuk dipergunakan sebagai obat luar. Bias tipe o/w maupun w/o, tergantung pada banyak factor, misalnya sifat zatnya atau efek terapi yang dikehendaki. Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan emulsi: 1. Mortir dan stamper Mortir dengan permukaan yang kasar merupakan mortar pilihan untuk pembuatan emulsi yang baik. 2. Botol Mengocok emulsi dalam botol secara terputus-putus lebih baik daripada secara terus menerus, karena hal ini memberikan kesempatan pada emulgator untuk bekerjaseelum pengocokan berikutnya. 3. Mixer dan Blender Akibat putaran pisau di mixer dan blender, partikel akan menjadi lebih kecil-kecil.



4. Homogenizer Dalam homogenizer disperse dari cairan terjadi karena campuran dipaksa melalui saluran lubang kecil dengan tekanan yang besar. 5. Colloid Mill Digunakan untuk memperoleh derajat disperse cairan dalam cairan yang tinggi. (Syamsuni, 2006)



III.



ALAT DAN BAHAN Alat :



1. Blender 2. Alat gelas 3. Viskosimeter elektrik Bahan : 1. Oleum arachidis 2. Tween 80 3. Span 80 4. Akuades



IV.



PERHITUNGAN BAHAN A. Pengaruh harga Hydrophilic and Liphophilic Balance (HLB) terhadap stabilitas emulsi R/



Oleum arachidis



100 gram



Tween 80



25 gram



Span 80



25 gram



Akuades ad



500 gram



Formula perbandingan Tween 80 dan Span 80 Zat



I



II



III



Tween 80



75



50



25



bagian



Span 80



25



50



75



bagian



1) Tween 80 (75) Span 80 (25) 2) Tween 80 (50) Span 80 (50) 3) Tween 80 (25) Span 80 (75)



𝑇𝑤𝑒𝑒𝑛 = 𝑆𝑝𝑎𝑛 =



25 100



𝑇𝑤𝑒𝑒𝑛 = 𝑆𝑝𝑎𝑛 =



50 50



25 75



𝑥 25 = 12,5 𝑔𝑟𝑎𝑚



𝑥 25 = 12,5 𝑔𝑟𝑎𝑚



100



100



𝑥 25 = 18,75 𝑔𝑟𝑎𝑚



𝑥 25 = 6, 25 𝑔𝑟𝑎𝑚



100



100



𝑇𝑤𝑒𝑒𝑛 = 𝑆𝑝𝑎𝑛 =



75 100



𝑥 25 = 6,25 𝑔𝑟𝑎𝑚



𝑥 25 = 18,75 𝑔𝑟𝑎𝑚



B. Pengaruh alat terhadap stabilitas emulsi R/



Oleum arachidis



166,67 gram



Na-CMC



1%



Akuades ad



1000 mL



Na-CMC 1% = 1 gram / 100 mL = 10 gram / 1000 mL Penimbangan Na-CMC = 10 gram



V.



CARA KERJA SKEMATIS



A. Pengaruh harga Hydrophilic and Liphophilic Balance (HLB) terhadap stabilitas emulsi Dibuat 3 formula emulsi dengan perbandingan Tween 80 dan Span 80 Zat



I



II



III



Tween 80



75



50



25



bagian



Span 80



25



50



75



bagian



Oleum arachidis ditambah Tween dan Span, dipanaskan dalam bekker glass sampai 70 0C Disiapkan air yang telah dipanasi 70 0C



Dituangkan bagian air ke dalam bagian minyak porsi per porsi sambil diaduk



Dimasukkan cairan ke dalam blender, diputar selama 1 menit, kemudian dimasukkan ke dalam bekker glass besar sambil diaduk sampai dingin (diletakkan dalam cawan berisi air) Dimasukkan emulsi ke dalam tabung reaksi berskala dan diamati pemisahan yang terjadi (bila tidak ada pemisahan maka perlu dilakukan sentrifugasi dengan kecepatan 3500 rpm sekitar 5 menit)



Ditentukan viskositas emulsi dengan viskosimeter elektrik



Dihitung masing-masing harga HLB campuran Tween-Span yang dipakai. Dibandingkan nilai HLB dengan stabilitas emulsi, dipertimbangkan pula viskositasnya.



B. Pengaruh alat terhadap stabilitas emulsi Dibuat gel Na-CMC 1% (10 gr dalam 1000 mL campuran akhir) dengan ditambahkan sedikit air sampai mengembang diaduk dan ditambahkan air hingga sekitar 500 mL Disiapkan mixer, dimasukkan oleum arachidis ke dalamnya, ditambahkan larutan Na-CMC sedikit demi sedikit sambil diaduk. Pengadukan diteruskan selama 1 menit Dibagi cairan tersebut menjadi 3 masing-masing 500 mL (a), 200 mL (b), dan 300 mL (c) Dimasukkan bagian (a) ke dalam mixer kembali, dilanjutkan pengadukan selama 5 menit Dimasukkan bagian (b) ke dalam blender, diaduk selama 30 detik



Dimasukkan bagian (c) ke dalam homogenizer, dilakukan penghomogenan sebanyak 3 kali (catatan: homogenizer diganti dengan mortir, dilakukan pengadukan selama 5 menit) Disimpan masing-masing emulsi dalam tabung reaksi berskala untuk pengamatan stabilitasnya pada waktu 0, 5, 10, 15, 20, 30, 60 menit, bila belum memisah dilakukan pengamatan pada hari 2 dan 3 Diukur diameter rata-rata 20 partikel tiap emulsi dengan mikroskop



Dibandingkan stabilitas emulsi dengan berbagai tipe alat pembuatan yang digunakan.



C. Penetapan sifat alir sediaan plastik (Tidak Dilakukan) Diambil larutan Na-CMC stok (2%) yang tersedia kemudian dibuat dua seri konsentrasi Na-CMC 1% dan 0,5% masing-masing dibuat 100 mL Disiapkan viskosimeter stormer untuk beroperasi pada suhu 25 0C Dituangkan salah satu cairan ke dalam bejana viskosimeter. Disiapkan beban dengan berat tertentu (diatur sedemikian rupa hingga “bob” mampu berputar) Diatur jarum di belakang angka 0 kemudian beban dikunci. Ditunggu kirakira 2 menit Dilepaskan beban maka “bob” akan berputar. Mulai ditekan pencatat waktu bila jarum persis lewat angka 0. Kemudian dihentikan pada waktu jarum persis lewat angka 100 (waktu yang terbaca adalah detik/100 putaran) Dilakukan percobaan kembali (mulai no 5) dengan beban 5 gram lebih berat (bisa dimodifikasi) Diulangi no 7 berturut-turut hingga didapatkan 5-6 titik. Dikerjakan dengan cara mengurangi tiap beban hingga beban semula (beban besar ke kecil) Dihitung berapa rpm (rotation per minute)



Dibuat grafik hubungan antara sumbu x sebagai beban dalam satuan gram dan sumbu y sebagai kecepatan putar (rpm) Disimpulkan hasil percobaan yang didapatkan.



D. Penetapan jenis/tipe emulsi 1. Metode warna Dicampurkan beberapa tetes larutan metilen blue ke dalam sampel emulsi. Jika seluruh emulsi berwarna seragam, maka emulsi o/w. 2. Percobaan cincin Diteteskan emulsi pada kertas saring, maka emulsi tipe o/w dalam waktu singkat akan membentuk cincin air di sekeliling tetesan. 3. Boleh menggunakan metode lain yang sesuai



VI.



PEMBAHASAN CARA KERJA



Pada praktikum modul II FTS Non Solid-steril sediaan emulsi yang dilakukan melalui 3 percobaan yaitu, percobaan pengaruh harga Hidrofobik and Liphopilik Balance (HLB) terhadap stabilitas emulsi, percobaan pengaruh alat terhadap stabilitas emulsi, dan percobaan penetapan jenis atau tipe emulsi. Pada pecobaan pengaruh harga HLB terhadap stabilitas emulsi dibuat 3 formula, emulsi dengan perbandingan tween 80 dan span 80 yang berbeda-beda. Perbandingan tween 80 dan span 80 pada formula I yaitu 75:25 dengan penimbangan tween 80 sebesar 18,75 gram, dan untuk span 80 sebesar 6,25 gram. Sedangkan formula II perbandingan antara tween 80 dan span 80 yaitu 50:50 dengan penimbangan yang sama yaitu 12,5 gram untuk teen 80 dan 12,5 gram untuk span 80. Untuk perbandingan pada formula III yaitu 25:75 dengan penimbangan 6,25 gram untuk tween 80 dan 18,75 gram untuk span 80. Untuk fase minyak digunakan oleum archidis sebanyak 100 gram pada tiap formula. Pencampuran minyak dan emulgator dilakuan dengan air yang telah dipanasi hingga 70°C, tujuannya adalah untuk memepermudah pencampuran minyak dan air yang telah dipanasi pada pembuatan emulsi. Apabila pencampuran minyak dan emulgator



dilakukan pada suhu ruang, maka emulsi tidak akan terbentuk (pecah) antara fase minyak dan fase air. Campuran tersebut di blender selama 1 menit kemudian didinginkan dengan cara emulsi dituang dalam gelas bekker dan diletakkan didalam baskom yang berisi air dingin, pendinginan emulsi tersebut dilakukan sambal diaduk. Setelah dingin, emulsi dituang pada tabung reaksi yang berskala dan kemudian diamati apakah terjadi pemisahan atau tidak. Apabila tidak terjadi pemisahan maka harus dilakukan sentrifugasi dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit, kemudian ditentukan viskositas emulsi tersebut dengan menggunakan alat viskosimeter elektrik. Dalam percobaan alat terhadap stabilitas emulsi dimulai dengan membuat larutan Na-CMC 1% dengan cara gel Na-CMC 1% ditambah sedikit air panas hingga mengembang, karena Na-CMC mudah larut dalam air panas, sambil diaduk tambahkan dengan air panas ad 500 mL kemudian dicampurkan dengan oleum archidis dan larutan Na-CMC 1% yang sudah tersedia sedikit demi sedikit aduk dengan menggunakan mixer selama 1 menit. Pembuatan emulsi ini dengan metode anglosaxon yaitu dengan membuat mucilago terlebih dahulu antara emulgator dengan sebagian air, kemudian minyak dan air ditambahkan secara bergantian sedikit demi sedikit sambil diaduk. Campuran tersebut dibagi menjadi 3 yaitu, 500 mL untuk dimixer kembali selama 5 menit, 200 mL untuk diblender selama 30 detik, dan 300 mL untuk dilakukan penghomogenan dengan mortir selama 5 menit. Ketiga alat tersebut memiliki fungsi dan mekanisme kerja yang berbeda. Mixer memiliki sifat menghomogenkan sekaligus memperkecil ukuran partikel tapi efek menghomogenkan lebih dominan. Blender dapat menghomogenkan campuran dan memperkecil ukuran partikel, bekerja melalui pengadukan dengan kecepatan tinggi yang memberikan energi kinetik yang dapat menggerakkan cairan dalam wadah sehingga dapat mendispersikan fase dispersi ke dalam medium dispersinya. Kelemahan dari mixer dan blender adalah mudah terbentuk buih/ busa bila banyak udara yang ikut terdispersi yang dapat menggangu pengamatan selanjutnya. Homogenizer yang diganti dengan mortir memiliki fungsi untuk memperkecil ukuran partikel, dilakukan dengan cara menekan cairan dan menumbukkannya ke dinding mortir dengan bantuan stamper.Masing-masing emulsi dituang dalam



tabung reaksi berskala untuk diamati stabilitasnya pada rentan waktu 0, 5, 10, 15, 20, 30 dan 60 menit. Kemudian masing-masing emulsi tersebut diukur diameter rata-rata 20 partikel dengan menggunakan mikroskop. Hal terakhir yang dilakukan adalah penentuan tipe emulsi. Percobaan ini dilakukan dengan 3 metode yaitu, metode warna, cincin, dan metode aliran listrik. Pada metode warna, jika seluruh emulsi berwarna seragam (biru) setelah ditetesi larutan metilen blue maka emulsi bertipe O/W. Sedangkan pada percobaan metode cincin, apabila emulsi diteteskan pada kertas saring dan membentuk cincin air disekeliling tetesan dalam waktu singkat maka emulsi betipe O/W. Dan pada percobaan metode aliran listrik, jika sediaan dialiri listrik mampu membuat lampu menyala maka emulsi bertipe O/W. VII.



DATA HASIL PERCOBAAN 1. Mengetahui pengaruh HLB terhadap stabilitas emulsi Formula



Harga HLB



I



308,129



II



236,425



III



174,375



Formula I Hari



Menit



ke



ke



Viskositas (dPas)



Formula II



Tinggi pemisa han



Viskositas (dPas)



Formula III



Tinggi pemisa han



Viskositas (dPas)



Tinggi pemisah an



15



0,1



6,2 cm



0,1



6,6 cm



0,3



1,8 cm



30



0,1



4,6 cm



0,1



4,2 cm



0,3



2,5 mm



60



0,1



4,0 cm



0,1



3,4 cm



0,3



0,5 mm



2



-



-



-



-



-



-



-



3



-



-



-



-



-



-



-



1



2. Mengetahui pengaruh tipe alat pembuat emulsi terhadap stabilitas emulsi Tinggi pemisahan (cm)



Waktu



Hari ke



(menit)



mixer



blender



homogenizer



0



12,5



0,7



13,5



15



12,9



1,9



13,7



30



12,9



8,2



13,9



60



13,0



8,5



13,5



2



-



-



-



-



3



-



-



-



-



1



Satu (1) skala okuler



= 10 skala objektif (catatan: 1 skala objektif



= 0,01 mm) Jadi 1 skala okuler Globul



= 0,1 mm = 100 µm Diameter globul hari ke-1 (µm) Mixer



Blender



Homogenizer



1



3



1



3



2



3



3,5



4



3



3



2



3,5



4



4



1



2,5



5



2



1



2



6



2,5



4,5



2



7



3



2



4



8



4



2



5



9



3



1



3,5



10



3



1,5



4



11



4



1,5



4,5



12



3



1



3



13



3



2,5



2



14



4,5



1



5,5



15



2



2,5



4,5



16



2,5



2



3



17



3



2



3



18



4



1



5



19



3



3



2,5



20



2



2



2



Rata-rata



3,1𝜇m



1,9𝜇m



3,43𝜇m



3. Menentukan tipe emulsi Metode pewarnaan



Emulsi



Metode cincin



Metode aliran listrik



FI



F II



F III



FI



F II



F III



F1



F II



O/W



O/W



O/W



O/W



O/W



O/W



O/W



O/W



O/W



O/W



O/W



O/W



O/W



O/W



O/W



O/W



F III O/W [WU1]: Commented



I Emulsi II



Keterangan : Emulsi I



: emulsi dengan emulgator kombinasi tween 80 – span 80



Emulsi II



: emulsi dengan emulgator CMC Na



O/W



VIII.



PERHITUNGAN DATA HASIL PERCOBAAN



1.(HLB Tween × Berat Tween) + .(HLB Span × Berat Span) =(15,0×18,75) + (4,3×6,25) =281,25+26,875 =308,129



2. (HLB Tween × Berat Tween) + .(HLB Span × Berat Span) =(15,0×12,25) + (4,3×12,25) =183,75+52,675 =236,425



3.(HLB Tween × Berat Tween) + .(HLB Span × Berat Span) =(15,0×6,25) + (4,3×18,75) =93,75+80,625 =174,375



IX.



PEMBAHASAN Emulsi merupakan campuran dari dua cairan yaitu fase minyak dan fase air yang tidak dapat bercampur dalam keadaan normal, namun dengan adanya bantuan dari suatu emulgator keduanya dapat bercampur jadi homogen. Emulgator diartikan sebagai suatu bahan yang memiliki bagian hidrofil dan lipofil sehingga menyebabkan fase air dan fase minyak bercampur. Pada percobaan ini digunakan dua tipe emulgator, antara lain yaitu golongan surfaktan (dalam hal ini bersifat non ionik) yaitu Tween 80 dan Span 80, serta golongan hidrokoloid berupa Natrium-CMC. Sebagai fase minyak digunakan oleum arachidis atau yang biasa disebut minyak kacang, minyak ini diperoleh dari pemerasan biji yang telah dikupas dan pada umumnya lebih banyak digunakan dalam pembuatan margarin. Suatu sediaan emulsi perlu dilakukan kontrol kualitas untuk memastikan bahwa sediaan yang dibuat telah memenuhi syarat. Dalam percobaan ini kontrol kualitasnya meliputi pengaruh HLB terhadap stabilitas emulsi, pengaruh penggunaan alat terhadap stabilitas emulsi, sifat alir sediaan plastik, dan menentukan tipe emulsi.



HLB merupakan suatu karakteristik surfaktan yang menunjukkan keseimbangan antara hidrofil dan lipofil, apabila surfaktan dimasukkan kedalam emulsi W/O, maka gugus hidrofil akan ke fase air sedangkan gugus lipofil akan ke fase minyak (sehingga HLB besar artinya surfaktan bersifat hidrofil,dan HLB kecil artinya surfaktan bersifat lipofil). HLB (Hidrophilic - Lipophilic Balance) mempunyai peran penting dalam menjaga stabilitas suatu emulsi. Dikatakan stabil apabila tetesan fase terdispersi pada emulsi dapat mempertahankan sifat aslinya dan terdistribusi secara tetap ke dalam fase kontinu selama digunakan; tidak ada fasa yang mengalami perubahan atau terdapat kontaminasi mikroba selama proses penyimpanan serta penampilan,



warna,



bau,



konsistensi



suatu



emulsi



harus



dapat



dipertahankan. Apabila harga HLB diketahui, maka hal tersebut dapat



membantu dalam menentukan efisiensi yang optimal untuk setiap kelompok surfaktan dalam formulasi. Semakin tinggi nilai HLB suatu agen, akan meningkatkan sifat hidrofil yang terdapat agen tersebut. Surfaktan lipofilik mempunyai skala antara 1-10, sedangkan surfaktan hidrofilik mempunyai skala > 11. Tween 80 memiliki harga HLB senilai 15,0 (Hidrofilik), sedangkan Span 80 memiliki harga HLB senilai 4,3 sehingga diketahui bersifat lipofilik. Pada uji ini dibuat 3 macam formulasi emulsi beserta emulgator (Tween-80 dan Span 80) dengan beberapa perbandingan yang berbeda, dengan tujuan untuk mengetahui nilai ideal HLB melalui mekanisme penggunan berbagai perbandingan surfaktan atau campuran beberapa surfaktan dalam suatu emulsi sehingga dapat diperoleh perbandingan mana yang paling baik. Diperoleh hasil harga HLB campuran pada formula I =308,129 ;formula II = 236,425; dan formula III = 174,375. Sedangkan stabilitas emulsi formula I pada menit ke-15 = 0,1 dPas; menit ke-30 = 0,1 dPas dan pada menit ke-60 = 0,1 dPas. Stabilitas emulsi formula II pada menit ke-15 = 0,1 dPas; menit ke-30 = 0,1 dPas dan pada menit ke60 = 0,1 dPas. Stabilitas emulsi pada formula III pada menit ke-15 = 0,3 dPas; menit ke-30 = 0,3 dPas dan pada menit ke-60 = 0,3 dPas.Dari data percobaan diketahui bahwa pada formula I viskositasnya stabil sedangkan pada tinggi pemisahan stabil pada menit ke-30.Pada formula II dan III harga viskositasnya stabil namun pada tinggi pemisahan tidak stabil.Tinggi pemisahan yang tidak stabil kemungkinan disebabkan oleh proses pembuatan emulsi yang kurang sesuai sehingga mempengaruhi tinggi pemisahan emulsi.Semakin kecil tinggi pemisahan emulsi menunjukan bahwa emulsi semakin stabil. Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas emulsi yaitu tegangan antarmuka rendah,kekuatan mekanik dan elastisitas lapisan antarmuka, tolakkan listrik double layer,relatifitas phase pendispersi kecil,dan viskositas tinggi. Hal tersebut mengemukakan bahwa semakin tinggi nilai HLB maka semakin stabil emulsi tersebut, dilihat dari viskositas dan tinggi pemisahan pemisahan pada emulsi.



Formulasi masih menggunakan fase minyak yang sama yaitu minyak kacang dan akuades digunakan sebagai fase air, namun emulgator yang dipakai berbeda dengan formula awal. Emulgator CMC-Na yang dalam hal ini termasuk ke dalam golongan hidrokoloid dapat meningkatkan sifat kestabilan dari emulsi yang dibuat. CMC-Na akan terdispersi dalam air lalu butir-butir CMC-Na yang hidrofilik akan menyerap air. Air yang sebelumnya ada di luar granula dan bebas bergerak, tidak dapat bergerak lagi dengan bebas sehingga keadaan larutan lebih mantap dan terjadi peningkatan viskositas menyebabkan emulsi menjadi stabil. Dari data percobaan diketahui bahwa emulsi dari menit ke0,15,30,dan 60 pada tabung I (Mixer) memiliki tinggi pemisahan yaitu pada menit ke-0 = 12,5 cm; menit ke-15,30=12,9 cm;menit ke-60 = 13,0 cm;Pada tabung II (Blender) tinggi pemisahan yaitu pada menit ke-0 = 0,7 cm; menit ke-15=1,9 cm; menit ke-30=8,2cm; menit ke-60 = 8,5 cm; sedangkan pada tabung III (Homogenizer) tinggi pemisahan yaitu pada menit ke-0 = 13,5 cm; menit ke-15=13,7 cm; menit ke-30=13,9 cm; menit ke-60 = 13,5 cm. Emulsi dikatakan stabil bila tidak terjadi pemisahan yang besar antara fase satu dengan fase yang lain. Rata-rata besar partikel untuk emulsi yang dibuat dengan mixer = 3,1 µm, blender = 1,9 µm, homogenizer = 3,43 µm. Dari hasil yang didapat, pembuatan emulsi dengan blender paling stabil,dilihat dari nilai tinggi pemisahan yang paling kecil diantara mixer dan homogenizer. Selain itu, semakin kecil ukuran partikel pada suatu emulsi maka semakin baik alat yang digunakan dalam pembuatan emulsi, karena dapat menghomogenkan kedua fase. Dalam menentukan tipe emulsi, dilakukan dengan metode pewarnaan, metode cincin, dan metode aliran listrik. Pada metode pewarnaan, digunakan metilen blue sebagai indikator, zat ini larut dalam air, bila emulsi terwarnai seragam maka termasuk emulsi tipe o/w karena mediumnya berupa air. Untuk emulsi baik dengan emulgator kombinasi Tween 80-Span 80 maupun dengan emulgator CMC-Na didapatkan hasil warna seragam biru ini menunjukkan bahwa emulsi tersebut termasuk



emulsi tipe o/w. Pada metode cincin, emulsi yang diteteskan di kertas saring dan membentuk cincin air disekeliling tetesan maka termasuk emulsi tipe o/w karena medium dispersnya berupa air sehingga jumlah air lebih banyak dibanding jumlah air sehingga bisa membentuk cincin. Baik untuk emulsi dengan emulgator kombinasi Tween 80-Span 80 maupun untuk emulsi dengan emulgator CMC-Na, didapatkan hasil yang membentuk cincin, ini menunjukkan bahwa emulsi tipe o/w. Pada metode konduktibilitas elektrik, diperoleh data bahwa kedua emulsi tersebut dapat menghantarkan arus listrik, ditandai dengan lampu menyala dengan terang, sehingga kedua emulsi tersebut termasuk ke dalam emulsi o/w.



X.



KESIMPULAN



1. Pada percobaan penentuan harga HLB, emulsi yang paling stabil ialah emulsi formula 1 dengan perbandingan tween 80 : span 80 sebesar 75:25. Hal tersebut dilihat dari stabilnya viskositas dan nilai tinggi pemisahan yang paling stabil. 2. Dalam pembuatan emulsi dengan emulgator Na-CMC, blender ialah alat yang paling stabil dalam menghomogenkan emulsi. Nilai tinggi pemisahan yang rendah juga menandakan bahwa emulsi yang dibuat dengan blender lebih stabil dibandingkan pembuatan dengan alat yang lain. 3. Hasil dari pengujian emulsi dengan emulgator tween 80 : span 80 dan Na-CMC menggunakan metode pewarnaan, metode cincin, dan metode aliran listrik diperoleh tipe emulsi keduanya ialah emulsi tipe O/W (minyak dalam air



DAFTAR PUSTAKA Anief, Moh. 1997. Ilmu Meracik Obat. Gadjah Mada University: Yogyakarta Depkes RI.1995.Farmakope Indonesia Edisi Keempat.Depkes RI: Jakarta. Syamsuni, A. 2006. Ilmu Resep. Penerbit Buku Kedokteran: Jakarta