Laporan Geoteknik [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ANALISIS KINEMATIK DAN RMR PADA TEBING LHOKNGA ACEH BESAR Disusun Untuk Memenuhi Laporan Pratikum Mata Kuliah Analisis Investigasi Lapangan Untuk Geoteknik Kelompok 6 Mulki Gempi Malindo



1304108010002



Syahril Siddiq



1304108010003



Rocky Dimas Saputra



1304108010004



Shananda Soni



1304108010005



Wezzely Andru Siswara



1304108010045



Muhammad Rif’at



1304108010078



Rianto Wibowo



1304108010079



PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SYIAH KUALA DARUSSALAM, BANDA ACEH 2016



DAFTAR ISI



DAFTAR ISI............................................................................................................. 2 KATA PENGANTAR................................................................................................... 3 BAB I...................................................................................................................... 4 PENDAHULUAN....................................................................................................... 4 1.1 Latar Belakang................................................................................................... 4 1.2 Tujuan.............................................................................................................. 5 1.3 Manfaat Penelitian............................................................................................... 5 BAB II..................................................................................................................... 6 LANDASAN TEORI................................................................................................... 6 2.1.



Konsep Massa Batuan, Struktur Batuan, dan Bidang Diskontinu.................................6



2.2.



Analisis Kinematik......................................................................................... 8



2.3.



Klasifikasi Rock Mass Rating (RMR).................................................................10



BAB III.................................................................................................................. 16 METODE PENGAMBILAN DAN PENGOLAHAN DATA.................................................16 3.1.



Metode Pengambilan data............................................................................... 16



3.2.



Area Kerja Praktikum.................................................................................... 16



3.3.



Peralatan.................................................................................................... 17



BAB IV.................................................................................................................. 22 HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................................................... 22 4.1 Uji Kuat Tekan Uniaksial.................................................................................... 22 4.2 Survei Diskontinuitas......................................................................................... 24 4.4 Perhitungan Total Bobot Rock Mass Rating (RMR)....................................................29 KESIMPULAN........................................................................................................ 33 DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 34



2



KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah meliMPahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan analisis kinematik dan RMR pada tebing Lhoknga, Aceh Besar. Laporan ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan laporan ini. Untuk itu kami menyaMPaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan laporan ini. Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki laporan ini. Akhir kata kami berharap semoga laporan tentang analisis kinematik dan RMR pada tebing Lhoknga, Aceh Besar ini dapat memberikan manfaat terhadap pembaca.



Banda Aceh , 9 Juni 2016



Kelompok 6



3



BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Geoteknik memiliki peran yang sangat penting dalam menganalisa dan memecahkan permasalahan mengenai batuan maupun tanah untuk mengetahui gambaran awal mengenai kondisi suatu batuan ataupun tanah dalam suatu daerah tertentu. Dalam dunia pertambangan, pengujian geoteknik sangat menentukan desain dari sebuah infrastruktur di tambang, baik berupa jalan, lereng, pabrik (plant), dan infrastruktur lainnya. Keterdapatan bidang diskontinuitas pada batuan saat disurvei menjadi acuan untuk penggunaan batuan tersebut serta perlakuan yang sesuai untuk batuan tersebut saat digunakan. Geoteknik merupakan perangkat lunak (ilmu) untuk kepentingan manusia dalam mencapai keberhasilan pembangunan fisik infrastruktur melalui penyediaan bangunan (termasuk prasarana transportasi/jalan) yang kuat dan aman dari ancaman kerusakan. Ruang lingkup kajian dalam geoteknik berhubungan dengan studi: 1) batuan dan/atau tanah sebagai material bangunan (construction material); 2) massa batuan (rock mass) yang langsung berkaitan dengan tubuh bangunan; 3) massa batuan yang tidak langsung berkaitan dengan tubuh bangunan tetapi sebagai penyusun bangunan alami di lingkungan sekitarnya, misalnya gunung, lereng, tebing, maupun dataran liMPah banjir yang luas, sehingga dapat saja memendam atau berpotensi ancaman bagi keselamatan bangunan tersebut. Ruang



lingkup



kajian



ini



nantinya



untuk



mengetahui



tentang



studi



kekuatan/kelemahan batuan dan/atau tanah dari suatu lokasi/teMPat tertentu. Selain geoteknik, ilmu-ilmu pendukung lainnya untuk mengetahui kekuatan, klasifikasi, serta kestabilan lereng dari batuan maupun tanah, yaitu: mekanika tanah, mekanika batuan (mempelajari tentang kekuatan batuan, seperti RQD, RMR, SMR), hidrogeologi, geologi teknik, geologi kebencanaan, geologi (yang secara luas membahas genesis batuan,urutan kejadiannya, tektonik dan konfigurasi struktur geologi termasuk kegeMPaan dan bentukbentuk bangunan alami yang dikenal sebagai geomorfologi). Semua ilmu ini sangat perlu dipelajari dan dipahami karena ketika kita menganalisa kestabilan lereng kita sangat perlu mengetahui tentang struktur geologi, proses pelapukan batuannya, survei diskontinuitas pada batuan, kekuatan batuan, keterdapatan air di dalam batuan maupun tanah, dll. Dari data-data tersebut nantinya kita dapat mengetahui daMPak dari segi kebencanaan dari kestabilan lereng tersebut, baik itu longsor, dan lain-lain. 4



Survei diskontinuitas juga merupakan faktor yang sangat penting untuk memastikan kestabilan lereng batuan dibutuhkan suatu evaluasi mengenaistruktur batuan. Keruntuhan batuan biasanya diawali dan mengikuti diskontinuitas-diskontinuitas yang ada pada batuan, seperti kekar (joint), rekahan (fracture), bidang perlapisan (bedding plane), sesar (fault) dan jenis–jenis retakan lain yang ada pada batuan.Oleh karena itu, hasil akhir survei diskontinuitasini nantinya dapat digunakan untuk mendapatkan nilai RQD, RMR, dan analisa kestabilan lereng. Analisis ini sangat berguna untuk membuat suatu penilaian kestabilan sebuah lereng, menentukan arah pemotongan sebuah lereng, mendeteksi bidang lemah yang berbahaya pada sebuah lereng, dan untuk memperkirakan jenis longsoran yang akan terjadi. 1.2 Tujuan Ada pun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mahasiswa mampu mengetahui kekuatan batuan dengan alat pengujian yaitu alat kuat tekan atau compressive strength. 2. Mahasiswa mengetahui bidang-bidang diskontinuitas pada batuan dengan data survei diskontinuitas pada batuan. 3. Mahasiswa dapat menghitung nilai RQD (Rock Quality Desination) dan RMR (Rock Mass Rating) dari data-data yang telah didapatkan di lapangan. 4. Mahasiswa dapat menganalisa kestabilan lereng dari data-data yang didapatkan. 5. Mahasiswa mengetahui jenis-jenis longsoran yang akan terjadi akibat adanya bidang lemah yang berbahaya pada sebuah lereng. 1.3 Manfaat Penelitian Dengan mengadakan penelitian ini dapat diketahui kestabilan dari lereng tersebut dan sifat-sifatnya sehingga nantinya dapat membantu mencarikan perlakuan yang tepat untuk menguatkan batuan lereng tersebut jika akan digunakan dalam pembuatan infrastruktur. Pembuatan laporan penelitian ini kiranya bermanfaat bagi para akademisi untuk mempelajari dan sebagai sebuah acuan untuk mengetahui keadaan batuan yang ada di wilayah survei. Untuk selanjutnya diketahui jenis longsoran yang mungkin terjadi di batuan tersebut, dan dapat dihindari agar tidak terjadi bencana tersebut dan hal-hal yang merugikan lainnya.



5



BAB II LANDASAN TEORI



2.1. Konsep Massa Batuan, Struktur Batuan, dan Bidang Diskontinu 2.1.1 Massa Batuan Massa batuan merupakan volume batuan yang terdiri dari material batuan berupa mineral, tekstur, dan komposisi serta terdiri dari bidang-bidang diskontinu, membentuk suatu material dan saling berhubungan dengan semua elemen sebagai suatu kesatuan. Menurut Hoek dan Bray (1981), massa batuan adalah batuan insitu yang dijadikan diskontinu oleh sistem struktur batuan seperti kekar, sesar, lipatan dan bidang perlapisan. Konsep pembentukkan massa batuan (lihat Gambar 3.1) dituliskan oleh Palmstrom (2001) dalam sebuah tulisan yang berjudul “Measurements and Characterization of Rock Mass Joint”, yaitu :



Mineral Tekstur MATERIAL BATUAN Komposisi MASSA BATUAN



Sifat fisik kekar Pola kekar KEKAR Bobot isi kekar



Gambar 3.1 Konsep Pembentukkan Massa Batuan 2.1.2



Struktur Batuan Struktur batuan adalah gambaran tentang kenaMPakan atau keadaan batuan di alam,



termasuk didalamnya bentuk atau kedudukannya. Berdasarkan keterjadiannya, struktur batuan dapat diklasifikasikan menjadi : a. Struktur primer, yaitu struktur yang terjadi pada saat proses pembentukkan batuan. Misalnya :



6



a) Batolit, umumnya berbentuk diskordan (memotong lapisan massa batuan), berbentuk sangat besar, dan tidak beraturan serta kedalaman yang tidak diketahui batasnya. b) Retas (dike), mempunyai bentuk diskordan (memotong lapisan massa batuan), dan mempunyai bentuk yang beraturan. Retas adalah intrusi yang memotong bidang perlapisan batuan induknya. c) Sill, merupakan struktur yang diintrusikan diantara dan sepanjang lapisan batuan (konkordan) dengan ketebalan dari beberapa milimeter saMPai beberapa kilometer. d) Urat (vein), berbentuk tabular atau lembar dengan posisi miring hampir tegak, yang mengisi rekahan atau kekar pada batuan. b. Struktur Sekunder, struktur yang terjadi kemudian setelah batuan terbentuk akibat adanya proses deformasi atau tektonik. Contohnya lipatan, sesar, kekar, dan bidang perlapisan. Bidang diskontinu dapat ditemukan pada struktur primer maupun struktur sekunder. 2.1.3



Bidang Diskontinuitas Bidang diskontinuitas adalah suatu istilah untuk gabungan semua struktur geologi pada material-material geologi yang biasanya memiliki kekuatan tarik dari 0 – rendah, yang juga dapat ditanggulangi (Glossary of Geology, 1997 op cit. Hendarsin, 2003). bahwa bidang diskontinu terbentuk karena tekanan tarik yang terjadi pada batuan. Hal ini yang membedakan antara diskontinuitas alami, yang terbentuk oleh proses geologi, dengan diskontinuitas artifisial yang terbentuk akibat aktivitas manusia, seperti pengeboran, dan peledakan. Keberadaan diskontinuitas akan mempengaruhi kestabilan lereng oleh sifat-sifat diskontinuitas yang dimiliknya. Sifatsifat geometri yang dimiliki diskontinuitas, antara lain: a. Kemiringan (dip/dip direction) b. Jarak antar diskontinuitas (spacing) c. Deskripsi permukaan (roughness) d. Bukaan (aperture) e. Kemenerusan (persistence) f. Set diskontinuitas



7



Gambar 3.2 Orientasi Bidang Diskontinu 2.2.



Analisis Kinematik Analisis kinematika merupakan salah satu metode analisis kestabilan lereng yang menggunakan parameter orientasi struktur geologi, orientasi lereng dan sudut geser dalam batuan yang diproyeksikan pada stereonet (Hoek dan Bray, 1981). Dalam analisis kinematika digunakan Schmidt net dengan proyeksi bidang menjadi titik (pole plot) maupun garis lengkung (plane). Analisis longsoran baji menggunakan prinsip proyeksi bidang menjadi garis lengkung sedangkan analisis longsoran bidang menggunakan prinsip proyeksi bidang menjadi titik. Data yang digunakan antara lain data line mapping dan data pemboran geoteknik. Pada data kekar perlu dilakukan contouring untuk mengetahui arah orientasi utama selanjutnya arah orientasi utama tersebut digunakan dalam analisis kinematika maupun analisis kesetimbangan batas. Berdasarkan hasil analisis kinematika, dengan masukan data orientasi bidag diskontinuitas yang berupa struktur geologi (sesar dan kekar), maka dapat diketahui tipe longsor dan kemungkinan ketidakstabilan lerengnya. Semua langkah – langkah di atas di lakukan dengan menggunalan software stereonet dengan input data dip angle dan dip direction yang di dapatkan di lapangan. Output dari analisa di sebut akan di dapat jenis dan arah longsoran. 8



Secara umum perpaduan orientasi diskontinuitas batuan akan membentuk eMPat tipe keruntuhan utama pada batuan , yaitu: a. Keurntuhan geser melengkung (circular sliding failure) b. Keruntuhan geser planar (planar sliding failure) c. Keruntuhan geser baji (wedge sliding failure) d. Keruntuhan jungkiran (toppling, failure)



2.3.



Klasifikasi Rock Mass Rating (RMR)



Rock Mass Rating (RMR) disebut juga Geomechanics Classification dibuat oleh Bieniawski (1973). RMR terdiri dari enam parameter dan pembobotan untuk 9



mengklasifikasi massa batuan, yaitu kuat tekan batuan utuh (Uniaxial Compressive Strength dan Point Load Index), Rock Quality Designation (RQD), jarak/spasi kekar, kondisi kekar, kondisi air tanah dan orientasi kekar. a. Kuat Tekan Batuan Utuh (Strength of Intact Rock Material) Kuat tekan batuan utuh adalah kemampuan dari material batuan untuk dapat bertahan terhadap gaya yang bekerja padanya. Nilai kuat tekan batuan utuh dapat diperoleh dari uji kuat tekan uniaksial (Uniaxial Compressive Strength) dan uji Point Load Index (PLI). Pengujian kuat tekan uniaksial (UCS) menggunakan mesin tekan (compression machine) untuk menekan contoh batuan yang berbentuk silinder, balok atau prisma dari satu arah (uniaxial) hingga contoh batuan mengalami keruntuhan. Dari hasil pengujian UCS, didapatkan nilai kuat tekan uniaksial batuan, yaitu : P Kuat tekan(σc) = A



;A=



π X D² 4



Dimana σc = Kuat tekan (MPa) P = Tekanan maksimum (Kg) A = Luas penaMPang (cm2) π = Konstanta (3,14) D = Diameter contoh (mm) Sedangkan pengujian Point Load Index menggunakan mesin tekan untuk menekan contoh batuan pada satu titik hingga mengalami keruntuhan. Percontoh yang disarankan untuk pengujian ini adalah yang berbentuk silinder dengan diameter 50 mm. Dari hasil pengujian PLI, didapat :



P D2



Is = Dimana Is = Point Load Strength Index (MPa)



P = Beban maksimum saMPai contoh pecah (Kg) D = Diameter contoh (mm) Pada perhitungan RMR, parameter kekuatan batuan utuh diberikan pembobotan berdasarkan nilai UCS dan PLI-nya seperti tertera pada Tabel 3.4 berikut : Tabel 3.4 Kekuatan Batuan Utuh (Bieniawski, 1989) Deskripsi Kualitatif



UCS 10



PLI (MPa)



Pembobotan



(MPa) 250 100 – 250 50-100 25-50



Sangat kuat sekali (extremely strong) Sangat kuat (very stong) Kuat (strong) Sedang (medium strong) Lemah (weak)



> 10 10 – 4 4–2 2–1



25-5



Sangat lemah (very weak)



5-1



Sangat lemah sekali (extremely weak)



10 cm L



= Panjang total inti bor (m)



11



Gambar 3.7 Pengukuran Rock Quality Designation (Deere, 1960) Apabila inti bor tidak tersedia, RQD dapat dihitung secara tidak langsung dengan menggunakan pengukuran orientasi dan jarak antar diskontinuitas pada singkapan batuan. Priest dan Hudson (1976) mengajukan sebuah persamaan untuk menentukan RQD dari data scan line sebagai berikut : RQD = 100 x e-0.1λ x (0.1λ + 1) Dimana λ merupakan rasio antara jumlah kekar dengan panjang scan line (kekar/meter). Pada perhitungan RMR, parameter RQD diberikan pembobotan berdasarkan persentase recovery pada inti bor seperti tertera pada Tabel 3.5 berikut : Tabel 3.5 Kualitas Massa Batuan berdasarkan RQD (Bieniawski, 1989) RQD



Kualitas Massa Batuan



Pembobotan



< 25 %



Sangat buruk



3



25 – 50



Buruk



8



50 – 75



Sedang



13



75 – 90



Baik



17



90 – 100



Sangat baik



20



c. Jarak Kekar (Spacing of discontinuities) Jarak kekar adalah jarak tegak lurus antara dua bidang kekar yang saling berurutan sepanjang garis bentangan. Pada perhitungan RMR, parameter jarak kekar diberikan pembobotan berdasarkan nilai jarak antar kekarnya seperti tertera pada Tabel 3.6 berikut : Tabel 3.6 Jarak Kekar (Bieniawski, 1989) 12



Deskripsi



Jarak Kekar (m)



Pembobotan



>2



20



0,6 – 2



15



Sedang (moderate)



0,2 – 0,6



10



Rapat (close) Sangat rapat (very



0,006 – 0,2



8



< 0,006



5



Sangat lebar (very wide) Lebar (wide)



close)



d. Kondisi Kekar (Condition of discontinuities) Untuk menentukan kondisi kekar pada massa batuan, terdapat lima karakteristik kekar yang harus diidentifikasi, meliputi : a) Persistensi atau kemenerusan (persistence/continuity) Persistensi kekar dapat diukur secara langsung di lapangan dengan mengamati panjang persistensi kekar pada massa batuan yang tersingkap. Deskripsi dan pembobotan persistensi atau kemenurusan kekar dapat dilihat pada Tabel 3.7. b) Kekasaran (roughness) Kekasaran permukaan kekar akan mempengaruhi tergelincirnya suatu blok massa batuan. Deskripsi dan pembobotan kekasaran kekar dapat dilihat pada Tabel 3.8. c) Pemisahan (separation/aperture) Pemisahan adalah lebar celah antara dua permukaan kekar yang terbuka. Deskripsi dan pembobotan pemisahan kekar dapat dilihat pada Tabel 3.9. d) Material Pengisi (filling/gouge) Material pengisi berada pada celah yang terbuka antara dua dinding kekar yang saling berdekatan. Material pengisi tersebut berupa hard filling (kuarsa, kalsit, pasir, dll) dan soft filling (lempung, lanau, mika, dll). Deskripsi dan pembobotan material pengisi dapat dilihat pada Tabel 3.10. e) Pelapukan (weathering) Penentuan tingkat pelapukan kekar dapat dilihat dari perbedaan warna pada batuan dan terdekomposisinya batuan atau tidak. Semakin besar tingkat perubahan warna dan terdekomposisi, maka batuan akan semakin lapuk. Deskripsi dan pembobotan tingkat pelapukan dapat dilihat pada Tabel 3.11. Tabel 3.7 Klasifikasi Persistensi (ISRM, 1978) Deskripsi



Panjang Kekar (m)



13



Pembobotan



Sangat rendah



20



0



Sangat tinggi



Tabel 3.8 Klasifikasi Kekasaran Kekar (ISRM, 1981) Deskripsi



Keterangan



Pembobotan



Bentuk mendekati vertikal, dan terdapat Sangat kasar



banyak undulasi



6



pada permukaan kekar Beberapa undulasi Kasar



terlihat, permukaan



5



kekar sangat abrasif Permukaan kekar Sedikit kasar



Halus



Slickensided



terasa sedikit kasar dan sedikit halus Permukaan kekar terasa halus Terdapat bekas apabila kekar di



3



1



0



poles



Tabel 3.9 Pemerian Pemisahan Kekar (ISRM, 1978) Deskripsi Tertutup (close) Sangat tertutup (very close)



Pemisahan (mm)



Pembobota n



Tidak ada



6



< 0,1



5



14



Sebagian terbuka (moderately open) Terbuka (open) Sangat terbuka (very open)



0,1 - 1



4



1-5



1



>5



0



Tabel 3.10 Pemerian Material Pengisi (Bieniawski, 1989) Material Pengisi



Pembobota n



Tidak ada



6



Hard filling< 5 mm



4



Hard filling> 5 mm



2



Soft filling < 5 mm



2



Soft filling> 5 mm



1



BAB III METODE PENGAMBILAN DAN PENGOLAHAN DATA 3.1. Metode Pengambilan data Untuk mendapatkan data diskontinuitas, tahapan – tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1) Membuat scan line pada lereng 2) Tentukan Daerah sampel yang memiliki joint set pada batuan yang dilewati Scan Line 3) Pada setiap titik sampel yang didapatkan, dilakukan pengukuran dip angle dan dip direction yang ditentukan dengan menggunakan kompas geologi 4) Kemudian hasil dari dip angle dan dip direction dicatat pada tabel pengukuran yang nantinya berguna nuntuk pengolahan data di software stereonet 5) Mengukur parameter – parameter bidang diskontinuitas, yaitu : a) Kemenerusan / Persistence b) Kekasaran / Roughness 15



c) d) e) f)



Bukaan Aperture Isian / lnfilling Luahan Air / Seepage Derajat Pelapukan



3.2. Area Kerja Praktikum



Area lokasi pada area Garis Lintang : 5°26'25.06"U dan Garis Bujur : 95°14'31.02"T. Pengambilan data di lakukan pada tanggal 21 Mei 2016 pukul 11.00 WIB. 3.3. Peralatan Peralatan yang di gunakan pada pratikum ini adalah sebagai berikut : a. Kompas Geologi Kompas Geologi digunakan untuk mengambil data berupa dip angle dan dip direction dari bidang diskontinuitas



16



b. Tali Ukur Tali Ukur digunakan untuk membuat scan line pada lereng, data akan akan ambil mengikuti bidang diskontinuitas yang di lewati scan line.



c. Palu Geologi Palu Geologi di gunakan untuk mengambil sampel batuan pada lereng yang kemudian akan di gunakan untuk melakukan uji kuat tekan.



d. Papan Papan berfungsi sebagai perwakilan area diskontinutas yang akan di ukur dengan kompas geologi. Papan di masukan dalam area bidang diskontinuitas lalu papan dengan kemiringan yang sama akan di ukur oleh kompas geologi.



17



e. Buku dan Alat Tulis Buku dan alat tulis ini digunakan untuk mencatat semua hasil dari survei yang dilakukan. Mulai dari hasil data ukur, sketsa, deskripsi, letak singkapan dan lainlain yang perlu dicatat.



3.4. Uniaxial Compressive Strength Untuk mengetahui kekuatan batuan dapat dilakukan uji kuat tekan salah satunya dengan Uniaxial Compressive Strength ( UCS ), dengan tahapan sebagai berikut : 1) Persiapkan sampel batuan yang di ambil pada lereng tempat praktikum dilakukan 2) Sampel kemudian di potong dengan ukuran 5 x 5 x 5 cm



3) Sampel diberikan beban dengan mesin Compressive Strength dengan beban 100 ton.



18



4) Total beban yang di berikan saat sampel hancur (dalam ton) di catat, kemudian akan diolah untuk mendapatkan nilai kuat tekan dalam MPa.



3.5. Pengolahan Data Pengolahan data terbagi dua, yaitu pengolahan data diskontinuitas dan pengolahan data kekerasan batuan. Pengolahan data diskontinuitas menggunakan software stereonet, sedangkan untuk mengolah data kekuatan batuan dilakukan dengan menggunakan rumus hubungan beban dan kekuatan batuan.



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN



19



4.1 Uji Kuat Tekan Uniaksial Tujuan uji kuat tekan adalah untuk mengukur kuat tekan uniaksial sebuah contoh batuan dalam geometri yang beraturan baik dalam bentu silinder, balok atau prisma dalam satu arah (uniaksial). Adapun jenis batuan yang kami dapatkan di lokasi Lhok Nga merupakan jenis batuan gamping lempungan, dimana dari data-data yang kami dapat batu gamping lempungan mempunyai nilai tekanan berkisar antara 30-250 MPa. Dan untuk membuktikan bahwa batu gamping lempungan yang kami dapatkan sesuai dengan data yang kami dapatkan sebelumnya, kami melakukan pengujian kuat tekan di laboratorium struktur Teknik Sipil Unsyiah. Langkah-langkah pengujian kuat tekan tersebut adalah sebagai berikut: 



Batu gamping lempungan yang didapatkan di lapangan dipotong dalam bentuk kubus dengan ukuran 5x5x5 cm.



20







Setelah itu, kita memilih sisi mana yang akan diuji kuat tekan, dimana untuk uji kuat tekan harus







pada



sisi



yang



benar-benar



datar



dan



tidak



mengandung



rekahan.



Kemudian dilakukan pengujian kuat tekan dengan menggunakan alat Compressive Strength, dimana hasil yang didapat dari uji kuat tekan adalah massanya yang bernilai 29 ton.







Setelah dilakukan uji kuat tekan, kita menghitung nilai tekanan (P) yang ada pada batu gamping lempungan yang kami dapatkan di lapangan, dimana data-data yang kami dapatkan serta perhitungannya adalah sebagai berikut: Data yang didapat: 21



Sisi D Massa g Jadi,



: 5 cm x 5 cm = 25 cm2 = 2.500 mm2 : 29 ton = 29.000 kg : 9,8 m/s2



Tekanan ( P )=



massa x percepatan gravitasi Luas Penampang



Tekanan ( P )=



29.000 x 9,8 2.500



Tekanan ( P )=113 MPa Dari hasil pengujian kuat tekan yang dilakukan, nilai tekanan (P) pada batuan gamping lempungan yang kami dapatkan di lapangan sesuai dengan standar tekanan batu gamping lempungan. Sehingga untuk penentuan nilai RMR tetap menggunakan nilai tekanan dari hasil pengujian di laboratorium. 4.2 Survei Diskontinuitas Survei diskontinuitas adalah suatu kegiatan observasi dan analisis sampel pada outcrop (singkapan) batuan pada bagian yang mengalami diskontinuitas. Analisis tersebut menggunakan sistem Scan-line untuk memetakan kekar dan patahan pada suatu massa batuan. Berikut hasil survei diskontinuitas yang didapatkan di lapangan: Dari data yang didapatkan berdasarkan hasil survei diskontinuitas yang sudah didapat kemudian dimasukan ke dalam software pengolahan data yaitu “stereonet”. Untuk pertama kami menggunakan “stereonet 246” untuk mendapatkan nilai joint dari data yang telah kami ambil, dari hasil yang kami masukan kedalam software, kami mendapatkan 4 buah joint set.



Join Set



α



β



J1



222



78



J2



249



46



J3



307



14



J4



328



45



Berikut tutorial menggunakan software Stereonet : 22



1. Buka software, lalu klik open dan masukan data yang telah didapatkan dilapangan, agar lebih mudah data dilapangan dimasukan dalam “Notepad” terlebih dahulu.



2. Jika berhasil akan muncul tampilan seperti ini. Data yang disajikan software lengkap dengan data azimuth serta dip nya.



23



3. Tampak ada beberapa joint set yang dapat dianalisis dari gambar tersebut. Kami mengambil 4 joint set dengan tampilan kontur seperti berikut.



4. Penting diingat pengambilan data Dip Direction dan Dip pada software ini masih dalam bentuk pole, yang mana kita harus merubahnya kedalam bentuk planar dengan melihat angka yang muncul di setiap titik tengah dari masing-masing join set yang mana kemudian akan diubah kedalam bentuk planar. Seperti pada joint set satu DD/D pole adalah 42/12. Dirubah kedalam planar yaitu DD = 42+180 = 222, D = 90-12 = 78. Maka DD/D planar untuk joint set 1 yaitu 222/78. 5. Lalu Setelah nilai joint didapatkan, langkah selanjutnya adalah memasukan nilai tersebut ke dalam software “stereonet windows”.



24



Setelah itu di dapat 4 buah joint set pada tebing batuan dengan arah kemiringan N281°E dan sudut kemiringan lereng sebesar 70°. Setelah itu kami cari sudut α antara scanline dengan jurus joint set dimana scan line dapat di umpamakan dengan jurus dari tebing. Lalu dicari sudutnya sebagai berikut: Dengan ketentuan jika planar >180° maka jurus joint set akan dikurang -180° begitu juga sebaliknya jika nilai planar kurang dari